TEKNIK LABORATORIUM
Disusun oleh :
KELOMPOK 6
1. Amanda Aprillia (H3117003)
2. Annisa Sonia O (H3117011)
3. Devita Ayu Saputri (H3117021)
4. Hanif Ni’matus salihah (H3117033)
5. Ihza Rahmanir (H3117037)
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum titrasi asam basa adalah :
1. Mengetaahui dan mampu menggunakan peralatan titrasi dengan benar.
2. Mampu melakukan titrasi dengan benar.
3. Mencari konsentrasi dari suatu larutan yang belum diketahui dengan
menggunakan suatu larutan standart ( sudah diketahui konsentrasinya).
B. TINJAUAN PUSTAKA
Titrasi merupakan proses analisis dimana suatu volum larutan standar
ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak
dikenal. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara
pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan standar
primer dan sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang
dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan
kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volum larutan). Larutan
standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan
melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi
diketahui dari hasil standardisasi (Day, JR. dan Underwood, 1999).
Titrasi asam dan basa merupakan reaksi netralisasi. Oleh karena itu titrasi
asam basa biasa disebut titrasi netralisasi. Reaksi netralisasi merupakan reaksi
antara asam dan basa membentuk garam dan air yang memungkinkan penentuan
kuantitatif zat tertentu (analit). Larutan analit pada titrasi netralisasi bisa berupa
asam lemah, asam kuat, basa lemah, basa kuat, ataupun garam yang bersifat asam
atau basa. Adapun larutan yang bertindak sebagai titran (larutan standar ) adalah
asam kuat dan basa kuat. Jika larutan standarmya adalah asam kuat maka disebut
titrasi asidimetri dan jika larutan stadarnya adalah basa kuat maka disebut titrasi
alkalimetri (Pursitasari, 2014).
Prinsip titrasi asam basa alkalimetri yaitu reaksi antara ion hidrogen (berasal
dari asam) dengan ion hidroksida (berasal dari basa) yang membentuk molekul air.
Karenanya alkalimetri didefinisikan sebagai metode untuk menetapkan kadar asam
dari suatu bahan menggunakan larutan basa yang sesuai (Susilowati, 2013). Titrasi
alkalimetri, basa kuat yang digunakan sampai dengan fluks ini memungkinkan
perhitungan parameter keasaman (Chandra dan Cordova, 2012).
Prinsip titrasi asam basa asidimetri adalah larutan yang dititrasi dalam
asidimetri akan mengalami perubahan pH. Misalnya, bila larutan asam dititrasi
dengan basa, maka pH larutan mula-mula rendah dan selama titrasi terus menerus
naik. Bila pH ini diukur dengan pengukuran pH pada awal titrasi yakni saat belum
ditambah dengan basa dan pada saat tertentu setelah setelah titrasi dimulai, maka
pH larutan dapat dialurkan lewat grafik yang disebut kurva titrasi (Harjadi, 1990).
Indikator adalah sebagai molekul pewarna yang warnya tergantung pada
konsentrasi H2O. Indikator PP akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi,
pada saat inilah tiitrasi akan dihentikan. Fenolftalein berubah pada pH di atas 7.
Sampai pH=7, fenolftalein tidak berwarna. Pada pH=10 zat ini berwarna merah.
Dalam larutan basa kuat, zat ini kembali tak berwarna (Fessenden, 1989).
Titik akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan. Dalam
titrasi biasanya diambil sejumlah alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan
larutan yang dititrasi kemudian dilakukan proses pengenceran (Haryadi, 1990).
Titik ekuivalen tercapai ketika asam dan basa tepat habis bereaksi dengan
sempurna. Pada saat titrasi asam basa akan terjadi perubahan derajat kesaman atau
pH. Derajat keasaman pada titrasi asam basa dipengaruhi oleh kekuatan asam dan
basa yang bereaksi (Pursitasari, 2014).
Titrasi asam kuat dengan basa kuat melibatkan reaksi antara asam kuat dan
basa kuat. Pada titik ekuivalen, larutan asam kuat akan tepat habis bereaksi denga
basa kuat, sehingga pH larutan hanya ditentukan oleh pH air. Dengan demikian
pada titik ekuivalen alrutan yang terjadi bersifat netral, sehingga diprediksi larutan
memiliki pH = 7.
Reaksi yang terjadi adalah :
H+(aq) + OH- H2O (l)
Faktor-faktor yang mempengaruhi mempengaruhi titrasi asam basa, yaitu
pemilihan indikator yang sesuai, indikator yang digunakan untuk menentukan titik
akhir harus secermat mungkin untuk meminimalkan kesalahan saat titrasi Pengaruh
konsentrasi, pada titrasi asam basa juga tergantung pada konsentrasi analit dan
titran (Day, JR. Dan Underwood, 1983). Kelayakan titrasi asam basa, kelengkapan
reaksi berhubungan dengan dapat atau tidaknya dilakukan praktek titrasinya. Agar
suatu reaksi kimia baik untuk digunakan dalam suatu titrasi, maka reaksi harus
sampai lengkap pada titik ekivalen (R.A Day, 1983).
Titrasi dibedakan beberapa jenis antara lain titrasi asam basa, titrasi
pengendapan (Argentometri), titrasi pengendapan kompleks (kompleksometri), dan
titrasi reduksi oksidasi (Redoks). Titrasi asam basa adalah titrasi antara asam dan
basa dengan menggunakan larutan standar asam kuat (asidimetri) atau basa kuat
(alkalimetri). Jenis titrasi asam basa meliputi titrasi asam kuat dengan basa kuat,
titrasi asam lemah dengan basa kuat, titrasi basa lemah dengan asam kuat, dan titrasi
basa lemah dengan asam kuat (Pursitasari, 2014).
Titrasi argentometri merupakan titrasi terhadap larutan analit dengan larutan
standar perak nitrat. Titrasi argentometri menggunakn prinsip reaksi pengendapan.
Berdasarkan jenis indikator yang digunakan tersebut, maka terdapat beberapa jenis
titrasi argentometri, yaitu titrasi dengan metode Mohr, metode Volhard, dan metode
Vajans. Metode Mohr merupakan titrasi argentometri dengan menggunakan
indikator kalium kromat (K2CrO4). Metode Volhard merupakan titrasi argentometri
dengan menggunakan larutan standar ion tiosianat (SCN-) dan Fe(III) atau ion Fe+
sebagai indikator. Metode Fajans merupakan titrasi argentometri dengan
menggunakan indikator adsorpsi (Pursitasari, 2014).
Jenis titrasi ketiga adalah titrasi pembentukan kompleks (kompleksometri)
merupakan titrasi salah satu jenis analisis titrimetri yang berdasarkan pada reaksi
pembentukan kompleks. Berdasarkan jenis ligan atau titran, titrasi kompleksometri
dibedakan menjadi titrasi yang melibatkan ligan monodentat (sianida dan ion perak)
yang dikenal dengan metode titrasi Liebig dan ion klorida dengan merkuri (II) dan
titrasi yang melibatkan ligan polidentat (EDTA) (Pursitasari, 2014).
Titrasi redoks merupakan titrasi terhadap larutan analit berupa reduktor atau
oksidator dengan titran berupa larutan dari zat standar oksidator dan
reduktor.berdasarkan jenis oksidator maupun reduktor yang digunakan sebagai
titran atau larutan standar, titrasi redoks dibedakan menjai permanganometri,
bikromatometri, bromatometri, iodimetri, dan iodometri (Pursitasari, 2014).
Kelarutan adalah kuantitas maksimal suatu zat kimia terlarut (solut) untuk
dapat larut pada pelarut tertentu membentuk larutan homogen. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kelarutan, yaitu suhu, sifat pelarut dan adanya ion-ion lain di dalam
larutan. Bertambahnya kelarutan suatu zat apabila suhu dinaikkan. Garam
anorganik lebih larut dalam air daripada dalam pelarut anorganik. Semua endapan
lebih larut dalam air murni daripada dalam sebuah larutan yang menandung salah
satu ion dari endapan (Day, JR. Dan Underwood, 1983).
Kelarutan suatu zat padat dalam cair dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain temperatur, penambahan zat terlarut lain, polarisasi pelarut,
konstanta dielektrik pelarut, pH larutan, Ukuran partikel, ukuran molekul, dan
polimorfise. Kenaikan temperatur akan menambah kelarutan zat yag proses
melarutnya menyerap panas (reaksi endotermik), dan menurunkan kelarutan zat
yang proses melarutya mengeluarkan panas (reaksi endotermik)
(Day, JR. Dan Underwood, 1983).
C. METODOLOGI
1. Alat
a. Beaker glass
b. Botol semprot
c. Buret
d. Corong
e. Enlenmeyer
f. Labu takar
g. Neraca analitik
h. Pipet tetes
i. Pipet Volumetric
j. Statif dan klem
2. Bahan
a. Aquades
b. Larutan HCl 0,1 N
c. Larutan NaOH 0,1 N
d. Kristal NaOH
e. Indikator fenolftalein (PP)
3. Cara Kerja
a. Pembuatan Larutan NaOH
NaOH Kristal
penggojogan
NaOH 0,1 M
Pemasukan ke dalam buret
Indikator PP
Penambahan dalam erlenmeyer
3 tetes
Volume
Massa NaOH M. NaOH
NO Kelompok NaOH
(gr) (M)
(ml)
1. 1 dan 2 0,403 100 0,1008
2. 3 dan 4 0,401 100 0,1003
3` 5 dan 6 0,390 100 0,0975
4. 7 dan 3 0,400 100 0,1000
Bening
2. 3 dan 4 9,7 10 0,0973 0,1003 Bening
Pink
Bening
3` 5 dan 6 7,7 10 0,0075 0,0975 Bening
Pink
Bening
4. 7 dan 3 5,6 10 0,056 0,1000 Bening
Pink
Bening
Chandra , Achmad Dwiana dan Hendra Cordova ST, MT.2012. Rancang Bangun
Kontrol pH Berbasis Self Tuning PID Melalui Metode Adaptive Contro.
Jurnal Rancang Pomits. Volume 1(1): 1-6.
Day, JR., R.A. & Underwood, A.L. 1983. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi keempat.
Jakarta: Erlangga
Day, JR., R.A. & Underwood, A.L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi 6.
Jakarta: Erlangga.
Nuryanti, Fitri. 2010. Indikator titrasi asam basa dari ekstrak bunga sepatu
(Hibiscus rosa sinensis L Flower). Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universias Gadjah Mada, Sekip Utara, Yogyakarta.
Pradeep, D. Jeiyendira dan Kapil Daave. 2013. A Novel, Inexpensive and Less
Hazardous Acid-Base Indicator. Journal of Laboratory Chemical
Education. Volume 1(2): 34-38.
Yaltkaya, serafettin dan esra kendir. 2012. A Different Point of View: a Continuous
Tracing of Acid {Base Titration with Fiber-Optic Sensor. Turkish Journal
of Physics. Volume 2(1): 208-2011.
Tabel 2.2
Kelompok 1 & 2
V NaOH x M NaOH = V HCl x M V NaOH x M NaOH = V HCl x M
HCl HCl
10 x 0.1008 = 10 x M HCl 7.7 x 0.0975 = 10 x M HCl
1,008 = 10 x M HCl 0,7508 = 10 x M HCl
M HCl = 0,1008 M M HCl = 0,0751 M
Kelompok 3 & 4 Kelompok 7 & 8
V NaOH x M NaOH = V HCl x M V NaOH x M NaOH = V HCl x M
HCl HCl
9,7 x 0.1003 = 10 x M HCl 5.6 x 0.1000 = 10 x M HCl
M HCl = 0,0973 M 0.5600 = 10 x M HCl
M HCl = 0,0560 M
Tabel 2.3
Kelompok 1,2,3,4
M HCl x V HCl = M NaOH x V NaOH
0.1 x 4 = M Lar x 100
0.4 = M Lar x 100
M NaOH = 0,004 M
Kelompok 5,6,7,8
M HCl x V HCl = M NaOH x V NaOH
0.1 x 8 = M Lar x 100
0.8 = M Lar x 100
M NaOH = 0,008 M
Dokumentasi
Gambar 2.5 larutan di dalam labu Gambar 2.6 larutan HCl dalam buret
takar Sampai batas tera
Penggojogan