Anda di halaman 1dari 18

A.

Judul Percobaan : TITRASI ASAM BASA


B. Tanggal/Hari Percobaan : Selasa, 17 Oktober 2017, Pukul 13.00 WIB
C. Selesai Percobaan : Selasa, 17 Oktober 2017, Pukul 15.30 WIB
D. Tujuan Percobaan :
1. Menentukan konsentrasi larutan NaOHdengan larutan baku asam oksalat
2. Menentukan konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH

E. Dasar Teori :
Titrasi adalah suatu metode untuk menentukan konsentrasi zat di
dalam larutan. Titrasi dilakukan dengan mereaksikan larutan tersebut
dengan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya (Brady, 1998). Zat
yang akan ditentukan kadarnya sendiri disebut dengan titrasi(titran) dan
biasanya diletakkan didalam tabung erlenmeyer, sedangkan zat yang telah
diketahui konsentrasinya disebut sebagai titer dan biasanya diletakkan
didalamburet. Baik titran ataupun titer biasanya dalam bentuk larutan
(Brady, 1998).
Untuk mengetahui keadaan ekivalen dalam proses titasi ini,
dipelukan suatu zat yang dinamakan indikator asam basa. Indikator asam
basa adalah zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya
berubah. Titrasi asam basa menyangkut reaksi antar asam kuat-basa
kuat,asam kuat- basa lemah, asam lemah-basa kuat, asam lemah-basa lemah.
Terdapat kurva titrasi dari keempat reaksi tersebut. Kurva titrasi yaitu grafik
sebagai fungsi pH dengan jumlah titran yang ditambahkan (Ralph, 2008).
Aasam kuat dan basa kuat Asamkuat dan basa lemah
Asam lemah dan basa kuat Asam lemah dan basa lemah

Dalam titrasi, suatu larutan yang haus dinetralkan dimasukkan ke


dalam wadah atau tabung. Larutan lain yaitu basa, dimasukkan ke dalam
asam, mula-mula cepat, kemudian tetes demi tetes, sampai titiksetara dari
titrasi tersebut tercapai. Titik pada daat titrasi dimana indikator berubah
warna dinamakan titik akhir (end point) dari indikator. Yang diperlukan
adalah memadankan titik akhir indikator yang perubahannya terjadi dalam
selang pH yang meliputi pH sesuai dengan titik setara (Ralph, 2008).
Pada praktikum ini, indikator yang digunakan adalah indikator
unversal dan indikator alami yaitu bunga sepatu. Indikator universal adalah
indikator ph berisi larutan dari bebeapa senyawa yang meunjukkan beberapa
perubahan warna yang halus pada rentang pH antara 1-14 untuk
menunjukkan keasaman atau kebasaan larutan. Suatu indikator unversal
biasanya terdiri dari air, 1-propanol , garam natium fenolftalein, natrium
hidroksda, metil merah, garam mononatrium bromotimol biru, dan garam
mononatrium timol biru. Warna-warna yang menandakan pH larutan ,
setelah ditambahkan indikator universal adalah :
1. Rentang pH kurang dari 3 berwarna merah menunjukkan larutan asam
kuat
2. Rentang pH 3-6 berwarna jingga atau kuning, menunjukkan larutan
asam lemah
3. Rentang pH 7 berwarna hijau, menunjukkan larutan netral
4. Rentang pH 8-11 berwarna biru, menunjukkan larutan basa lemah
5. Rentang pH lebih dari 11, menunjukkan larutan basa kuat dan berwarna
ungu atau violet.
Indikator universal adalah kumpulan campuran indikator yang
menunjukkan perubahan warna dalam larutan, yang menginterpretasikan
larutan tersebut asam atau basa. Indikator universal dapat berbentuk kertas
maupun larutan. Indikator universal larutan paling layak digunakan untuk
larutan tak berwarna, sehingga dapat meningkatkan akurasi pengujian.
(Brady, 1998).

Bunga sepatu dapat dijadikan indikator karena mempunyai zat


warna yang disebut antosianin dan mampu memberikan perubahan warna
baik pada senyawa asam maupun senyawa basa. Pada keadaan asam, akan
berwarna merah, sedangkan pada keadaan basa akan berwarna hjau.

Adapun syaat-syaat terjadinya reaksi titrasi degan baik adalah :

1. Reaksinya berlangsung cepat, bila perlu dapat digunakan katalis untuk


mempercepat reaksi
2. Reaksi berlangsung sederhana dan persamaan stokiometrinya jelas
3. Tidak terjadi reaksi sampingan yang dapat mengganggu jalannya reaksi
utama
4. Harus ada indikator yang dapat menunjukkan kapan titrasi dihentikan.
Menyangkut masalah kapan titrasi harus dihentikan, ada dua istilah
yang lazim digunakan pada titrasi. Titk ekivalen yaitu titik saat jumlah
mol larutan standart tepat bereaksi dengan jumlah mol larutan sampel.
Titik ekivalen adalah hitungan teoritis, sedangkan yang dapat diamati
secaa langsung adalah titik akhir titrasi. Oleh karena itu pemilihan
indikator hendaknya disesuaikan dengan kondsi titik ekivalen. Agar
perubahan atau gejala yang ditunjukkan indikator tersebut benar-benar
merepresentasikan titik ekivalen dengan enor yang seminimal mungkin
(Brady, 1998).
Faktor-faktor yang mempengaruhi titrasi asam basa :
1. Indikator titrasi
2. Titik ekivalen atau titik akhir teoritis
3. Titik akhir titras
Pada saat titik ekivalen maka mol ekivalen asamakan samadengan mol
ekivalen basa, maka halini dapat ditulis sebagai berikut :

a. Ma.Va = b.Mb.Vb

Keterangan :

a = Jumlah valensi ion H+

Ma = Molaritas asam

Va = Volume asam

b = Jumlah valensi ionOH-

Mb = Molaritas basa

Vb = Volume basa

F. Alat dan Bahan :


1. Alat
 Buret 100 mL 1 Buah
 Labu Erlenmeyer 250 mL 3 Buah
 Gelas Kimia 25 mL 2 Buah
 Klem dan Statif 1 set
 Corong 1 Buah
 Pipet tetes 3 Buah
 Mortar dan Alu 1 Set
2. Bahan
 C2H2O4 10 mL
 NaOH 0,1 M secukupnya
 HCl 10 mL
 Universal secukupnya
 Ekstrak tumbuhan (bunga sepatu) secukupnya
 Etanol secukupnya

G. Alur Percobaan :
1. Penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan baku C2H2O4

Larutan NaOH 0,1 M Larutan C2H2O4 0,1 M

-Dimasukkan ke dalam buret sampai -Diambil 10ml menggunakan pipet


melebihi skala nol -Dimasukkan ke dalam labu
elenmeyer
-Diturunkan sampai tepat skala nol -Ditambahkan 2 tetes indikator
universal
-Dimasukkan ke dalam buret dengan
menggunakan corong
-Dicatat keadaan kolom dalam buret

-Diteteskan NaOH dari buret


Ke dalam lautan C2H2O4

Larutan berwarna hijau

-Dicatat volume NaOH yang diperlukan


-Diulangi minimal 3 kali
-Dihitung konsentrasi HCl

Reaksi yang terjadi : 2NaOH(aq) + C2H2O4(aq)→ Na2C2O4(aq)+ 2H2O(l)

2. Menentukan konsentrasi larutan HCl dengan menggunakan indikator


alami

HCl NaOH

-diambil 10 mL menggunakan pipet -Dimasukkan ke dalam buret

-dimasukkan ke dalam enlenmeyer


-Ditambahkan 2 tetes ekstrak tumbuhan

-Diteteskan NaOH dari buret


Ke dalamlarutan HCl
Larutan berwarna bening
-Dicatat volume NaOH yang diperlukan
-Diulangi minimal 3 kali
-Dihitung konsentrasi HCl
Reaksi yang terjadi : HCl(g) + NaOH(aq) →NaCl(aq) + H2O(l)

3. Menentukan konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH

HCl NaOH

-Diambil 10 mL menggunakan pipet -Dimasukkan ke dalam buet


-Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
-Ditambahkan 2 tetes indikator universal
-Diteteskan NaOH dari buret
Ke dalam larutan HCl
Larutan berwarna hijau

-Dicatat volume NaOH yang diperlukan


-Diulangi minimal 3 kali
-Dihitung konsentrasi HCl

Reaksi yang terjadi : HCl(g) + NaOH(aq) →NaCl(aq) + H2O(l)


VIII. Hasil Pengamatan

No. Hasil Pengamatan


Prosedur Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
perc Sebelum Sesudah
1. Larutan -NaOH + Reaksi yang terjadi -molaritas NaOH
C2H2O4 tidak C2H2O4 + 2 tetes : 0,132 M
berwarna indikator 2NaOH(aq) + -larutan berubah
universal C2H2O4(aq)→ warna menjadi hijau
dititrasikan Na2C2O4(aq)+
berubah warna 2H2O(l)
menjadi hijau Apabila indikator
-volume NaOH : universal berada
1. 15 mL dalam suasana
2. 15,2 mL asam maka larutan
3. 15 mL akan berwarna
merah, sedangkan
jika indikator
universal berada
dalamsuasana basa
akan berwarna
ungu, dan jika
indkator unversal
berada dalam
suasana yang netral
maka larutan akan
berwarna hijau.

Larutan HCl -HCl + 2 tetes -Reaksi yang -warna larutan


tidak berwarna ekstrak terjadi : berubah menjadi
tumbuhan HCl(g) + NaOH(aq) bening
dititrasi dengan →NaCl(aq) + H2O(l) -molaritas HCl 0,134
NaOH warnanya Apabila indikator M
berubah jadi alami (ekstar bunga
bening sepatu) berada
-volume NaOH : dalam suasana
1. 10 mL asam akan
2. 10,3 mL berwarna merah,
3. 10,3 mL sedangkan jika
indikator alami
berada dalam
dalam suasana basa
basa akan berwarna
hjau, dan jika
indikator alami
berada dalam
suasana yang netral
akan berwarna
bening

Larutan HCl -HCl + 2 tetes in -reaksi yang


tidak bewarna dikator universal terjadi : -warna larutan
dititrasi dengan HCl(g) + NaOH(aq) menjadi hijau
NaOH warnanya →NaCl(aq) + H2O(l) Molaritas HCl 0,122
berubah menjadi Apabila indikator M
hijau universal berada
-volume NaOH : dalam suasana
1. 9,8 mL asam maka larutan
2. 9,4 mL akan berwarna
3. 9,3 mL merah, sedangkan
jika indikator
universal berada
dalamsuasana basa
akan berwarna
ungu, dan jika
indkator unversal
berada dalam
suasana yang netral
maka larutan akan
berwarna hijau.
IX. Pembahasan
Titrasi adalah suatu metode untuk menentukan konsentrasi zat di
dalam larutan. Titrasi terdapat banyak macamnya, salah satunya adalah
titrasi asam basa. Titrasi asam basa adalah titrasi yang berdasarkan reaksi
penetralan. Hal tersebut dapat dilihat dari perubahan warna yang
menandakan keadaan larutan yang netral. Selain itu juga dapat dilihat dari
reaksinya. Pada percobaan ini, indikator yang digunakan adalah indikator
universal dimana indikator universal merupakan indikator asam basa karena
indikator tersebut menyebabkan larutan asam dan basa berubah warna jika
indikator universal diteteskan ke dalamnya. Indikator universal mempunya
dua sifat. Apabila indikator universal menjadi indikator asam, maka
indikator tersebut bersifat basa, sedangkan kebalikannya, apabila indikator
universal menjadi indikator basa, maka indikator universal bersifat asam.
Indikator universal menyebabkan larutan berubah warna menjadi merah jika
dalam keadaan asam, menjadi hijau jika dalam keadaan netral, dan menjadi
ungu jika dalam keadaan basa. Dalam meneteskan indikator universal,
dilakukan satu persatu karena indikator universal mengandung larutan
alkohol. Larutan alkohol digunakan sebagai pelarut indikator universal
sehingga indikator universal bersifat volatil atau mudah menguap. Jika
indikator universal menguap, maka larutan yang telah ditetesi dengan
indikator unversal menjadi tidak ada indikatornya lagi, dan akan
menyebabkan kegagalan dalam melakukan titrasi karena perubahan warna
yang terjadi disebabkan oleh indikator.
Dalam titrasi, terdapat istilah titik ekivalen dan titik akhir titrasi.
Titik ekivalen terjadi ketika mol asam sama dengan mol basa dan ditandai
dengan perubahan awal warna. Biasanya perubahan ini hanya terjadi
sebentar karena ketika dikocok akan hilang. Pada percobaan menggunakan
indikator universal dan diteteskan dalam larutan asam, setelah beberapa
volume, akan muncul setitik warna ungu, kemudian ketika dikocok akan
hilang atau larutan berubah warna menjadi kuning, pada tahap ini sudah
dapat dikatakan sebagai titik ekivalen. Sedangkan titik akhir titrasi adalah
titik dimana terjadi perubahan warna yang sesuai, dan titrasi dihentikan.
pada percobaan ini, titik akhir titrasi terjadi ketika larutan asam sudah
berwarna hijau. Titik ekivalen terjadi lebih dulu daripada titik akhir titrasi.
Selain menggunakan indikator universal, pada percobaan ini juga
menggunakan indikator alami yang berupa bunga sepatu. Dalam pembuatan
indikator bunga sepatu, setelah ditumbuk kemudian ditetesi dengan etanol.
Etanol berfungsi sebagai pelarut. Baik indikator universal, maupun indikator
alami keduanya sama-sama dilarutkan dengan alkohol karena terdapat
kesamaan struktur unsur-unsur penyusunnya. Flavonoid yang terkandung
didalam bunga sepatu yang berfungsi sebagai indikator mempunyai struktur
C, H, dan O. Begitu pun dengan etanol. Ketika etanol dijadikan pelarut
indikator, maka warnanya akan lebih pekat dibandingkan jika dengan
pelarut air. Indikator bunga sepatu termasuk indikator asam basa, karena
ketika larutan asam ditetesi dengan indikator bunga sepatu akan menjadi
warna merah, sedangkan jika larutan basa ditetesi dengan indikator bunga
sepatu akan menjadi warna hijau. Ketika dalam keadaan netral, indikator
bunga sepatu akan membuat larutan menjadi tak berwarna.
Pada percobaan pertama, yaitu penentuan konsentrasi larutan
NaOH dengan larutan asam oksalat dengan menggunakan indikator
universal, volume NaOH di dalam buret yang diperlukan agar larutan asam
oksalat di dalam erlenmeyer berubah menjadi warna hijau adalah 15 mL
pada pengulangan pertama, 15,2 mL pada pengulangan kedua, dan 15 mL
pada pengulangan ketiga.
Reaksi yang terjadi adalah:
2NaOH(aq) + C2H2O4(aq)→ Na2C2O4(aq)+ 2H2O(l)
Sehingga diperoleh konsentrasi NaOH dari persamaan :
M1 x V1 x n1 = M2 x V2 x n2
• Pengulangan pertama
M1 x V1 x n1 = M2 x V2 x n2
M1 x 15 mL x 1 = 0,1 mol/mL x 10 mL x 2
M1 = 0,133 mol/mL
• Pengulangan kedua
M1 x V1 x n1 = M2 x V2 x n2
M1 x 15,2 mL x 1 = 0,1 mol/mL x 10 mL x 2
M1 = 0,131 mol/mL
• Pengulangan ketiga
M1 x V1 x n1 = M2 x V2 x n2
M1 x 15 mL x 1 = 0,1 mol/mL x 10 mL x 2
M1 = 0,133 mol/mL
Didapatkan Molaritas rata-rata adalah 0,132 mol/mL
Pada percobaan kedua, yaitu penentuan konsentrasi larutan HCl dengan
larutan NaOH menggunakan indikator universal, volume NaOH di dalam
buret yang diperlukan agar larutan HCl di dalam erlenmeyer berubah
menjadi warna hijau adalah 10 mL pada pengulangan pertama, 10,3 mL
pada pengulangan kedua, dan 10,3 mL pada pengulangan ketiga.
Reaksi yang terjadi adalah:
HCl(aq) + NaOH(aq) →NaCl(aq) + H2O(l)
Sehingga diperoleh konsentrasi HCl dari persamaan :
M1 x V1 x n1 = M2 x V2 x n2
• Pengulangan pertama
M1 x V1 x n1 = M2 x V2 x n2
M1 x 10 mL x 1 = 0,132 mol/mL x 10 mL x 1
M1 = 0,132 mol/mL
• Pengulangan kedua
M1 x V1 x n1 = M2 x V2 x n2
M1 x 10 mL x 1 = 0,132 mol/mL x 10,3 mL x 1
M1 = 0,135 mol/mL
• Pengulangan ketiga
M1 x V1 x n1 = M2 x V2 x n2
M1 x 10 mL x 1 = 0,132 mol/mL x 10,3 mL x 1
M1 = 0,135 mol/mL
Didapatkan Molaritas rata-rata adalah 0,134 mol/mL.
Pada percobaan ketiga, yaitu penentuan konsentrasi larutan HCl
dengan larutan NaOH menggunakan indikator bunga sepatu, volume NaOH
di dalam buret yang diperlukan agar larutan HCl di dalam erlenmeyer
berubah menjadi larutan tak berwarna adalah 9,8 mL pada pengulangan
pertama, 9,4 mL pada pengulangan kedua, dan 9,3 mL pada pengulangan
ketiga. Reaksi yang terjadi adalah:
HCl(aq) + NaOH(aq) →NaCl(aq) + H2O(l)
Sehingga diperoleh konsentrasi HCl dari persamaan :
M1 x V1 x n1 = M2 x V2 x n2
Sehingga diperoleh konsentrasi NaOH dari persamaan :
M1 x V1 x n1 = M2 x V2 x n2
• Pengulangan pertama
M1 x V1 x n1 = M2 x V2 x n2
M1 x 10 mL x 1 = 0,132 mol/mL x 9,8 mL x 1
M1 = 0,129 mol/mL
• Pengulangan kedua
M1 x V1 x n1 = M2 x V2 x n2
M1 x 10 mL x 1 = 0,132 mol/mL x 9,4 mL x 1
M1 = 0,124 mol/mL
• Pengulangan ketiga
M1 x V1 x n1 = M2 x V2 x n2
M1 x 10 mL x 1 = 0,132 mol/mL x 9,3 mL x 1
M1 = 0,122 mol/mL
Didapatkan Molaritas rata-rata adalah 0,125 mol/mL.

X. Kesimpulan
Berdasarkan percoban yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa :
 Pada percobaan pertama diperoleh konsentrasi NaOH rata-rata
sebesar 0,1103 M. Dari seluruh pengulangan terjadi perubahan
warna larutan menjadi merah muda pudar (soft pink).
 Pada percobaan kedua diperoleh konsentrasi HCl rata-rata sebesar
0,0716 M. Dari seluruh pengulangan terjadi perubahan warna larutan
menjadi merah muda pudar(soft pink).
 Pada percobaan ketiga dengan menggunakan indikator ekstraks
tumbuhan (kunyit) diperoleh konsentrasi HCl rata-rata sebesar
0,13566 M. Dari seluruh pengulangan terjadi perubahan warna
larutan menjadi kuning kecoklatan.

XI. Pertaanyaan
1. Mengapa pada titrasi larutan NaOH dengan asam oksalat menggunakan
indikator phenolptalein ?

Jawab : Karena indikator Phenolphthalein atau biasa disingkat sebagai PP adalah


suatu senyawa organik dengan rumus C20H14O4 dan biasa dipakai
sebagai indikator untuk titrasi asam basa. Tidak bewarna dalam larutan
asam dan berwarna fuksia (pink) bila dalam larutan basa.
Phenolphthalein tidak akan berwarna (bening) dalam keadaan zat yang
asam atau netral, namun akan berwarna kemerahan dalam keadaan zat
yang basa. Tepatnya pada titik pH di bawah 8,3 Phenolphthalein tidak
berwarna, namun jika mulai melewati 8,3 maka warna merah muda
yang semakin kemerahan akan muncul. Semakin basa maka warna yang
ditimbulkan akan semakin. Seperti yang kita ketahui bahwa NaOH
merupakan larutan yang bersifat basa, sehingga asam oksalat yang telah
diberi indikator phenolptalein akan berubah warna menjadi kemerahan
ketika ditetesi NaOH. Hal ini menyebabkan indikar PP sangat cocok
digunakan untuk djadkan indicator pada titasi asam basa, karena
perubahannya sangat terlihat dari awalnya tidak berwarna menjadi
merah muda.

Struktur molekul dari


indikator Phenolptalein
2. Apa perbedaan titik ekuivalen dan titik akhir ?
Jawab : Titik ekuivalen merupakan keadaan dimana jumlah
mol asam tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa,atau bisa disebut
saat larutan menjadi netral. Sedangkan titik akhir adalah titik dimana
telah terjadi perubahan warna pada larutan.
3. Pada larutan diatas mana yang berfungsi sebagai larutan baku primer,
larutan baku sekunder, dan larutan baku tersier ?
Jawab : Larutan baku primer = Asam Oksalat (C2H2O4)
Larutan baku sekunder = NaOH
Larutan baku tersier = HCl

XII. Daftar Pustaka


Petrucci, H. Ralph, Suminar. 1989. Kimia Dasar Edisi 4 zjilid 2. Jakarta :
Erlangga.
Fitria, Nursaid. 2013. Flavonoid.
https://www.slideshare.net/fitriasaid/flavonoid-23682576
Brady, J. E. (1998). Kimia Universitas Asas dan Struktur . Jakarta: Bina
Rupa Aksara.
Ralph, P. H. (2008). Kimia Dasar II. Jakarta: Erlangga.
Redha, A. (2010). Flavonoid: Struktur, Sifat Antioksidatif Dan Peranannya
Dalam Sistem Biologis. Jurnal Belian Vol. 9 No. 2 , 196. dalam
http://mobile.repository.polnep.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456
789/144/13-Abdi.pdf?sequence=1
Lampiran:
1.Hasil praktikum Larutan NaOH dengan menggunakan Asam Oksalat
menghasilkan larutan berwarna hijau

2.Hasil Praktikum HCl dengan menggunakan Larutan NaOH menggunakan


indikator universal menghasilkan larutan berwarna hijau

3.Hasil Praktikum HCl dengan menggunakan Larutan NaOH menggunakan


indikator bunga sepatu menghasilkan larutan tidak berwarna

Anda mungkin juga menyukai