I. Data Pengamatan
1.1. Standarisasi NaOH
Volume Volume Volume Indikator
Warna
H2C2O4 NaOH titrasi NaOH PP
50 ml dalam V1 = 1,2 ml Merah
5 ml 3 tetes
buret V2 = 0,9 ml muda
Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai
membentuk larutan jenuh. Adapun cara menentukan kelarutan suatu zat ialah
dengan mengambil sejumlah tertentu pelarut murni, misalnya 1 liter. Kemudian
memperkirakan jumlah zat yang dapat membentuk larutan lewat jenuh, yang
ditandai dengan masih terdapatnya zat padat yang tidak larut. Setelah dikocok
ataupun diaduk akan terjadi kesetimbangan antara zat yang larut dengan zat yang
tidak larut (Atkins, 1994).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu sifat dari solute
dan solvent, pH, dan suhu.
1. Sifat dari solute dan solvent
Substansi polar cenderung lebih miscible atau soluble dengan
substansi polar lainnya. Substansi nonpolar cenderung untuk miscible
dengan substansi nonpolar lainnya, dan tidak miscible dengan substansi
polar lainnya Sifat pelarut (Sukardjo, 1977).
2. pH
Suatu zat asam lemah atau basa lemah akan sukar terlarut, karena
tidak mudah terionisasi. Semakin kecil pKanya maka suatu zat semakin
sukar larut, sedangkan semakin besar pKa maka suatu zat akan akan mudah
larut (Lund, 1994).
3. Suhu
Kenaikan temperatur akan meningkatkan kelarutan zat yang proses
melarutnya melalui penyerapan panas/kalor (reaksi endotermik) dan akan
menurunkan kelarutan zat yang proses melarutnya dengan pengeluaran
panas/kalor (reaksi eksotermik) (Lund, 1994).
Prinsip dari percobaan ini adalah menentukan kelarutan zat pada berbagai
suhu dilakukan dengan mengamati peristiwa larutnya asam oksalat dengan suhu
yang bervariasi. Sedangkan untuk menentukan kalor pelarutan differensial dapat
dilakukan dengan hasil percobaan yang akan dibuat dalam bentuk grafik antara
log mmol terhadap 1/T dan apabila tidak tergantung suhu, maka grafik log m
terhadap 1/T akan linier. Reaksi yang terjadi adalah :
2 NaOH + H2C2O4 Na2C2O4 + 2 H2O
2.1 Analisis Prosedur
2.1.1. Standarisasi NaOH
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah akuades
(H2O), asam oksalat (H2C2O4), indikator PP, dan natrium hidroksida
(NaOH). Pertama-tama ditimbang masing-masing H2C2O4 sebanyak 0,16
gram dan NaOH sebanyak 0,8 gram. Kemudian dilarutkan NaOH dan
H2C2O4 dalam 100 ml akuades menggunakan labu ukur. Setelah itu,
dimasukkan 50 ml larutan NaOH ke dalam buret dan dipipet 5 ml larutan
H2C2O4 ke dalam erlenmeyer. Tidak lupa ditambahkan indikator PP ke
dalam erlenmeyer. Terakhir dititrasi larutan H2C2O4 + indikator PP
menggunakan larutan NaOH untuk menstandarisasi NaOH.
III. Penutup
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah kelarutan H2C2O4 dipengaruhi
oleh suhu. Semakin tinggi suhu yang digunakan, maka kelarutannya juga
semakin tinggi . Kemudian Selain itu, nilai kalor pelarutan differensialnya
didapatkan sebesar - 13088,9863 Jmol-1K-1 dan merupakan reaksi eksoterm.
3.2 Saran
Saran untuk percobaan ini adalah mengganti bahan H2C2O4 dengan
CuSO4 untuk mengetahui kelarutan CuSO4 dalam berbagai variasi suhu dan
dapat dibandingkan hasilnya dengan H2C2O4.
Daftar Pustaka
Baroroh, Umi L.U. 2004. Diktat Kimia Dasar 1. Universitas Lambung Mangkurat:
Banjar Baru
Chang, R. 2005. Konsep-konsep Inti Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga
Harjadi, W.1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia
Lund, Walter. 1994. The Pharmaceutical Codex. London: The Pharmaceutical
Press
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika I. Jakarta: Universitas Indonesia
Oxtoby, David W. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid I.
Jakarta: Erlangga
Jawaban Pertanyaan
1. Pencuplikan untuk menentukan kelarutan disini dilakukan dari suhu tinggi
ke suhu rendah. Bagaimana pendapat anda kalau pencuplikan dengan arah
berlawanan yaitu rendah ke suhu tinggi?
Jawaban :
Pencuplikan untuk menentukan kelarutan dilakukan dari suhu tinggi ke suhu
rendah. Jika pencuplikan tersebut dilakukan dengan arah berlawanan yaitu
dari suhu rendah ke suhu tinggi, maka akan diperoleh grafik yang sama.
Kelarutan zat akan bertambah seiring dengan kenaikan suhu. Tetapi sedikit
sulit dilakukan karena untuk mencapai suhu yang lebih tinggi dibutuhkan
pemanasan yang dapat memperbesar kelarutan suatu zat, sehingga zat dalam
larutan tersebut akan larut secara terus menerus dan dapat melewati titik
jenuh.
2. Dalam integrasi persamaan Vant Hoff diandaikan bahwa H tidak
bergantung pada suhu. Bagaimana bentuk persamaannya bila kalor
pelarutan merupakan fungsi kuadrat dari suhu :
H = A + BT + CT2 dengan A, B, C tetapan?
Jawaban :
ln
=
d ln m 2 H
T
dT T RT 2
1
H
T2
d ln m RTT1
2
dT
1 A BT CT 2
T
ln m dT
R T1 T2
T
1
ln m
R T1
AT 2 BT CT