Anda di halaman 1dari 13

I.

Judul Percobaan : Titrasi Asam Basa


II. Hari, Tanggal Percobaan : Jumat, 7 Nopember 2014
III. Selesai Percobaan : Jumat, 7 Nopember 2014
IV. Tujuan Percobaan :
1. Menentukan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan baku asam
oksalat
2. Menentukan konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH

V. Tinjauan Pustaka :

Titrasi Asam Basa merupakan proses penetapan tingkat konsentrasi


asam atau basa suatu larutan dengan cara menetralkan larutan asam atau
basa tersebut dengan menggunakan asam atau basa lainnya yang
konsentrasinya diketahui. Proses ini memungkinkan untuk analisis
kuantitatif tingkat konsentrasi larutan asam atau basa yang tidak diketahui.
Percobaan ini didasarkan atas reaksi netralisasi asam dengan basa, dan
bagaimana asam dan basa akan bereaksi jika konsentrasi mereka diketahui.

Sebelum memulai titrasi, terlebih dahulu dipilih indicator pH yang


sesuai. Titik ekivalen reaksi merupakan titik dimana jumlahnya setara
dengan reaktan yang bereaksi, yang akan tergantung pada kekuatan relatif
asam dan basa menggunakan pH. pH titik ekivalen dapat diperkirakan
dengan menggunakan aturan berikut:

 Suatu asam kuat yang beraksi dengan basa kuat akan membentuk
larutan netral (pH = 7)
 Suatu asam kuat yang bereaksi dengan basa lemah akan
membentuk larutan asam (pH < 7)
 Suatu asam lemah yang bereaksi dengan basa kuat akan
membentuk larutan basa (pH >7)

Ketika asam lemah bereaksi dengan basa lemah, titik ekivalen


larutan akan berada pada basa jika basanya lebih kuat, dan akan berada pada
asam jika asamnya lebih kuat. Jika kedua konsentrasinya sama, maka pH
akan berada pada posisi netral. Namun, suatu asam lemah masih jarang
dititrasi dengan basa lemah karena perubahan warna yang ditunjukkan
indikator terlihat cepat, oleh karena itu sulit bagi pengamat melihat
perubahan warna yang terjadi.

Setelah larutan kami titrasi, kita dapat mengetahui konsentrasi suatu


larutan dengan rumus:

V1.M1.n = V2.M2.n

Atau

N1.V1 = N2.V2

Pada titrasi asam basa terdapat kurva. Di bawah ini adalah beberapa
contoh kurva titrasi asam basa:

a. Asam kuat dan basa kuat

b. Asam kuat dan basa lemah


c. Asam lemah dan basa kuat

d. Asam lemah dan basa lemah


Dari beberapa kurva tersebut dapat diketahui titik setara, yaitu
dimana ketika pH larutan dalam keadaan netral (pH = 7). Titik ketika
indikator berubah warna disebut titik akhir. Indikator yang dipilih harus
sesuai, sebaiknya dipilih indikator yang mengalami perubahan warna (titik
akhir) yang dekat dengan titik ekivalen reaksi. Berikut adalah beberapa
data indikator yang mungkin sesuai dengan reaksi khusus.
VI. Cara Kerja :
1. Penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan C2H2O4

NaOH C2H2O4 0,1 M

- Digunakan untuk membilas - Pipet 10 ml larutan


kembali buret yang sudah dengan pipet gondok.
bersih. - Masukkan ke dalam labu
- Dimasukkan ke dalam buret Erlenmeyer
melalui corong hingga - Tambahkan 4 tetes
melebihi skala nol. indikator phenolptalein
- Mengurangi volume larutan
hingga manunjukkan skala
tepat di nol.

- Teteskan NaOH ke dalam labu


Erlenmeyer berisi C2H2O4 10 ml

Berubah warna, dari tidak


berwarna menjadi merah
muda

- Mencatat volume NaOH yang


diperlukan.
- Mengulangi percobaan ini
minimal 3 kali.

Konsentrasi
larutan NaOH
2. Penentuan konsentrasi HCl dengan larutan NaOH
- Indikator phenolptalein

HCl 10 mL NaOH

- Masukkan ke dalam erlenmeyer


- Tambahkan 3 tetes indikator phenolptalein

- Teteskan NaOH ke dalam labu Erlenmeyer


yang berisi HCl 10 ml setetes demi setetes
hingga terjadi perubahan warna

Larutan berwarna merah muda


- Mencatat volume NaOH yang dibutuhkan
hingga terjadi perubahan.
- Mengulangi percobaan minimal 3 kali.

Percobaan ke-1 = 23,3 mL ; ke-2 =


22,9 mL ; ke-3 = 23,3 mL

- Indikator alami (ekstrak kunyit)

HCL 10 ml NaOH

- Masukkan ke dalam Erlenmeyer.


- Tambahkan 3 tetes indikator alami (ekstrak
kunyit)

- Teteskan NaOH ke dalam labu Erlenmeyer


yang berisi HCl 10 ml setetes demi setetes
hingga terjadi perubahan warna

Larutan berwarna kuning kecoklatan

- Mencatat volume NaOH yang dibutuhkan


hingga terjadi perubahan.
- Mengulangi percobaan minimal 3 kali.

Percobaan ke-1= 22,5 mL; ke-2=


22,4 mL; ke-3= 22,1 mL
VII. Hasil Pengamatan :

Hasil
No. Percobaan
Sebelum Sesudah
Menentukan konsentrasi NaOH dengan - C2H2O4 + NaOH = merah
C2H2O4 muda
- NaOH = tidak
- Menambahkan setetes demi setetes NaOH - Volume NaOH yang
berwarna
1. ke dalam Erlenmeyer yang berisi C2H2O4 dibutuhkan pada setiap
- C2H2O4 = tidak
10 ml dengan 4 tetes indikator pengulangan percobaan : V1
berwarna
Phenolptalein. = 18,8 mL; V2 = 19 mL; V3
= 19,1 mL
Menentukan konsentrasi HCl dengan - HCl+ NaOH = merah muda
NaOH yang telah diketahui konsentrasinya - NaOH = tidak - Volume NaOH yang
- Menambahkan setetes demi setetes NaOH berwarna dibutuhkan pada setiap
2.
ke dalam Erlenmeyer yang berisi HCl 10 - HCl = tidak pengulangan percobaan: V1
ml dengan 4 tetes indikator berwarna = 23,3 mL; V2 = 22,9 mL;
Phenolptalein. V3 = 23,6 mL
- HCl dengan ekstrak kunyit
Menentukan konsentrasi HCl dengan - NaOH = tidak + NaOH = merah
NaOH yang telah diketahui konsentrasinya berwarna kecoklatan
- Menambahkan setetes demi setetes NaOH - HCl = tidak - Volume NaOH yang
3.
ke dalam Erlenmeyer yang berisi HCl 10 berwarna dibutuhkan pada setiap
ml dengan 3 tetes indikator Alami - HCl + ekstrak pengulangan percobaan: V1
(ekstrak kunyit). kunyit = kuning = 22,5 mL; V2 = 22,4 mL;
V3 = 22,1 mL

VIII. Analisis Data :


1. Penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan C2H2O4 0,1 M
- C2H2O4 0,1 M = 10 ml
- V1 NaOH = 18,8 ml
- V2 NaOH = 19 ml
- V3 NaOH = 19,1 ml
- n NaOH =1
- n C2H2O4 =2
a.) C2H2O4 = NaOH
N1 . V1 = N2 . V2
M1 . n . V1 = M2 . n . V2
0,1 . 2 . 10 ml = M2 . 1 . 18,8 ml
0,1 . 2 . 10
M2 = 1 . 18,8

M2 = 0,106 M
b.) C2H2O4 = NaOH
N1 . V1 = N2 . V2
M1 . n . V1 = M2 . n . V2
0,1 . 2 . 10 ml = M2 . 1 . 19 ml
0,1 . 2 . 10
M2 = 1 . 19

M2 = 0,105 M
c.) C2H2O4 = NaOH
N1 . V1 = N2 . V2
M1 . n . V1 = M2 . n . V2
0,1 . 2 . 10 ml = M2 . 1 . 19,1 ml
0,1 . 2 . 10
M2 = 1 . 19,1

M2 = 0,104 M
𝟎,𝟏𝟎𝟔+𝟎,𝟏𝟎𝟓+𝟎,𝟏𝟎𝟒
Mrata-rataNaOH = 𝟑

Mrata-rataNaOH = 0,105 M

2. Penentuan konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH yang


telah diketahui konsentrasinya
 Menggunakan indikator phenolptalein
- HCl = 10 ml
- V1 NaOH = 23,3 ml
- V2 NaOH = 22,9 ml
- V3 NaOH = 23,6 ml
- n NaOH =1
- n HCl =1
a.) NaOH = HCl
N2 . V2 = N3 . V3
M2 . n . V2 = M3 . n . V3
0,105 . 1 . 23,3 ml = M3 . 1 . 10 ml
0,105 . 1 . 23,3
M3 = 1 . 10

M3 = 0,244 M
b.) NaOH = HCl
N2 . V2 = N3 . V3
M2 . n . V2 = M3 . n . V3
0,105 . 1 . 22,9 ml = M3 . 1 . 10 ml
0,105 . 1 . 22,9
M3 = 1 . 10

M3 = 0,240 M
c.) NaOH = HCl
N2 . V2 = N3 . V3
M2 . n . V2 = M3 . n . V3
0,105 . 1 . 23,6 ml = M3 . 1 . 10 ml
0,105 . 1 . 23,6
M3 = 1 . 10

M3 = 0,247 M
𝟎,𝟐𝟒𝟒+𝟎,𝟐𝟒𝟎+𝟎,𝟐𝟒𝟕
Mrata-rataHCl = 𝟑

Mrata-rataHCl = 0,243 M
 Menggunakan indikator ekstrak kunyit
- HCl = 10 ml
- V1 NaOH = 22,5 ml
- V2 NaOH = 22,4 ml
- V3 NaOH = 22,1 ml
- n NaOH =1
- n HCl =1
a.) NaOH = HCl
N2 . V2 = N3 . V3
M2 . n . V2 = M3 . n . V3
0,105 . 1 . 22,5 ml = M3 . 1 . 10 ml
0,105 . 1 . 22,5
M3 = 1 . 10

M3 = 0,236 M
b.) NaOH = HCl
N2 . V2 = N3 . V3
M2 . n . V2 = M3 . n . V3
0,105 . 1 . 22,4 ml = M3 . 1 . 10 ml
0,105 . 1 . 22,4
M3 = 1 . 10

M3 = 0,235 M
c.) C2H2O4 = NaOH
N2 . V2 = N3 . V3
M2 . n . V2 = M3 . n . V3
0,105 . 1 . 22,1 ml = M3 . 1 . 10 ml
0,105 . 1 . 22,1
M3 = 1 . 10

M3 = 0,232 M
𝟎,𝟐𝟑𝟔+𝟎,𝟐𝟑𝟓+𝟎,𝟐𝟑𝟐
Mrata-rataHCl = 𝟑

Mrata-rataHCl = 0,234 M

Dari hasil pengamatan di atas, diperoleh hasil untuk setiap


percobaan. Pada percobaan pertama kita menentukan konsentrasi NaOH
dengan 10 ml C2H2O4 dengan menggunakan indikator phenolptalein.
Sebelumnya, baik NaOH dan C2H2O4 dalam keadaan tidak berwarna.
Setelah diteteskan NaOH ke dalam Erlenmeyer yang berisi 10 ml C 2H2O4
setetes demi setetes dengan hati-hati, warna zat terlarut perlahan berubah.
Setelah diamati, pada penambahan NaOH larutan berubah warna dari tidak
berwarna menjadi merah muda pada volume tertentu. Dari data tersebut
didapatkan konsentrasi NaOH sebesar 0,053 M. Reaksi antara NaOH
dengan C2H2O4 adalah:

2NaOH + C2H2O4 → Na2C2O4 + 2H2O

Pada percobaan kedua kita menentukan konsentrasi HCl 10 ml


dengan NaOH yang konsentrasinya telah ditamukan dari percobaan pertama
dengan menggunakan indikator phenolptalein. Sebelumnya, HCl dan NaOH
dalam keadaan tidak berwarna. Setelah diteteskan NaOH sedikit demi
sedikit ke dalam Erlenmeyer yang berisi HCl , perlahan warnanya berubah
menjadi merah muda. Hal ini berarti titrasi telah terjadi. Berdasarkan data
dan rumus diperoleh hasil konsentrasi HCl sebesar 0,123 M.

Pada percobaan terakhir hamper sama dengan percobaan kedua,


hanya saya kita menggunakan indikator ekstrak kunyit. HCl 10 ml di dalam
Erlenmeyer ditambahkan 3 tetes indikator ekstrak kunyit, larutan ini
berwarna kuning. Setelah diteteskan NaOH sedikit demi sedikit ke dalam
Erlenmeyer yang berisi HCl (dengan ekstrak kunyit), perlahan warnanya
berubah menjadi kuning kecoklatan. Berdasarkan data dan rumus diperoleh
hasil konsentrasi rata-rata HCl sebesar 0,118 M. Reaksi antara NaOH dan
HCl akan netral, seperti persamaan reaksi dibawah ini:

NaOH + HCl → NaCl + H2O

Selain itu, kita juga tahu bahwa menggunakan indikator alami dari
ekstrak kunyit mempunyai fungsi yang sama dengan indikator
phenolptalein. Jadi, kita dapat membuat indikator lain dengan ekstrak
tumbuhan lain

IX. Pembahasan
Pada percobaan pertama telah dilakukan dengan baik hingga
larutan berubah warna menjadi merah muda pudar. Jadi, proses titrasi telah
berakhir. Pengocokan larutan di Erlenmeyer, juga mempengaruhi perubahan
warna. Faktor lain yang mempengaruhi adalah saat pencucian alat. Pada
percoobaan ini kami benar-benar mencuci alat dengan bersih dan juga
mengeringkannya. Jadi larutannya tidak tercemar. Kemudian pada
percobaan kedua dan ketiga, kami mencoba untuk melakukan percobaan
dengan baik. Warna berubah sesuai dengan teori, bahwa untuk indikator
phenolptalein merah muda pudar, dan pada ekstrak kunyit kuning
kecoklatan Selain itu, hasil perhitungan konsentrasi HCl pada indikator PP
dan kunyit, hasilnya hanya selisih 0,01M. Jadi, percobaan yang telah kami
lakukan hampir sesuai dengan teori yang ada.
X. Kesimpulan
1. Konsentrasi NaOH sebesar 0,105 M. Warna larutan berubah dari tidak
berwarna menjadi merah muda pudar. Indikator yang digunakan adalah
phenolphtalein, sehingga warna merah muda menunjukkan larutan basa.
Jadi, Basa kuat (NaOH) ditambah asam lemah (C2H2O4) menghasilkan
larutan basa.
2. Konsentrasi HCl (dengan phenolptalein) sebesar 0,243 M. Warna
larutan yang menggunakan indikator phenolptalein berubah dari tidak
berwarna menjadi merah muda pudar. Sedangkan, konsentrasi larutan
HCl (dengan ekstrak kunyit) sebesar 0,234 M. Warna larutan yang
menggunakan indikator ekstrak kunyit berubah dari kuning menjadi
kuning kecoklatan. Cocok dengan teori yang kami ketahui. Pereaksian
ini merupakan reaksi penetralan asam kuat (HCl) dengan basa kuat
(NaOH).
XI. Jawaban Pertanyaan
1. Karena pH kisaran indikator phenolptalein adalah 8,3 – 10,0. Dimana
jika basa kuat (NaOH) dititrasi dengan asam lemah (C2H2O4) akan
menghasilkan larutan basa. Jadi, indikator yang diperlukan adalah
indikator basa (phenolpttalein).
2. Titik ekivalen (titik setara) adalah titik dimana OH- dan H dalam
keadaan sama, dalam kata lain pH larutan dalam keadaan netral.
Sedangkan, titik akhir adalah titik dimana larutan telah mengalami
perubahan warna. Perubahan tersebut menunjukkan bahwa proses titrasi
harus diakhiri.
3. C2H2O4 sebagai larutan baku premier, NaOH sebagai larutan baku
sekunder, HCl sebagai larutan baku tersier.
XII. Daftar Pustaka
 Achmad, Hiskia, 1994. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Jakarta:
Depdikbud.
 Pudjaatmaka, A. Hadyana, Ph.D, 1992. Ilmu Kimia Untuk Universitas.
Jakarta: Erlangga.
 Tim Kimia Dasar, 2014. Petunjuk Praktikum Kimia Umum. Surabaya:
UNESA.

Anda mungkin juga menyukai