Anda di halaman 1dari 6

Dalam praktikum mengenai titrasi redoks ini terdapat dua jenis titrasi yang dilakukan, yaitu

titrasi permanganometri dan titrasi iodometri. Pada titrasi permanganometri terdapat dua jenis
percobaan dan pada titrasi iodometri juga terdapat dua jenis percobaan. Keempat percobaan
tersebut memiliki tahapan yang berbeda, sehingga pada setiap percobaan memiliki pengamatan
yang berbeda-beda. Pemangamatan tersebut dijelaskan yaiu sebagai berikut:

Titrasi Permanganometri

Pada titrasi permanganometri pada percobaan ini terdapat dua jenis percobaaan, yaitu
standarisasi kalium permanganat dengan natrium oksalat dan penetapan kadar nitrit. Kedua jenis
titrasi tersebut dilakukan berdasarkan pada larutan kalium permanganat atau KMnO4 tepatnya
reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara larutan kalium permanganat dengan larutan baku
yang dipakai dalam percobaan ini.

1. Standarisasi Kalium Permanganat dengan Natrium Oksalat


Pada percobaan ini kalium permananat atau KMnO4 bertindak sebagai titran
pengoksidasi dan digunakan larutan natrium oksalat atau Na2C2O4 sebagai titrat atau larutan
standar primer. Natrium oksalat tersebut merupakan larutan standar primer yang baik untuk
permanganat dalam suasana asam. Sebelum dilakukan titrasi dengan larutan KMnO4, larutan
Na2C2O4 ditambahkan terlebih dahulu dengan asam sulfat pekat atau H2SO4 dan
menghasilkan larutan homogen tidak berwarna. Penambahan asam sulfat pekat tersebut
berfungsi untuk memberikan suasana asam dalam larutan dan jika pada reaksi berada dalam
suasana netral atau sedikit basa, maka MnO4 akan tereduksi menjadi MnO2 dimana dapat
menggangu jalannya proses titrasi. Hal tersebut perlu dilakukan karena titik akhir titrasi
lebih mudah untuk diamati jika pada reaksi berlangsung dalam suasana asam dan asam
sulfat tidak dapat bereaksi dengan titran KMnO4. Setelah penambahan asam sulfat pekat
kemudian dilakukan pemanasan hingga suhu mencapai kurang lebih 70 ℃ dan langsung
dilakukan titrasi oleh larutan KMnO4 dalam suhu tersebut. Pemanasasn tersebut dilakukan
dengan tujuan untuk mempercepat reaksi yang terjadi antara Na2C2O4 dan titran KMnO4.
Hal tersebut perlu dilakukan karena reaksi antara Na2C2O4 dan titran KMnO4 jika dilakukan
dalam suhu normal atau ruangan maka reaksi akan berjalan lambat, sehingga mengakibatkan
sulit untuk menentukan titik akhir titrasi.
Pada saat proses titrasi permanganometri ini dilakukan tidak memerlukan bantuan dari
indikator tambahan karena KMnO4 itu sendiri mempunyai sifat autoindikator. Autoindikator
ini merupakan sifat yang dapat bertindak sebagai indikator untuk diri sendiri. Setelah
dilakukan titrasi oleh KMnO4 maka larutan akan mengalami perubahan warna dari yang
tidak berwarna menjadi berwarna merah muda. Perubahan warna tersebut menandakan
bahwa telah mencapai titik akhir titrasi sehingga penambahan titran KMnO4 dihentikan. Dari
standarisasi di atas, maka reaksi yang terjad yaitu sebagai berikut:
2+¿ (aq )+4 H O( l)[ × 2] ¿
2
−¿ → Mn ¿
+ ¿(aq)+ 5 e ¿
−¿(aq )+8 H ¿
Reduksi : Mn O 4

−¿[×5]¿

Oksidasi : C2 O 2−¿(aq
4
)→2 CO (g)+2 e 2 ¿

2+ ¿( aq)+ 8H O( l)¿
2
−¿ → 2Mn ¿
+¿( aq)+10 e ¿

Reduksi:2 Mn O−¿(aq)+16
4
H ¿

−¿¿
2−¿(aq)→ 10CO 2 (g)+10 e ¿
Oksidasi : 5 C2 O4
2+¿ (aq )+8 H O (l )¿
2
+¿(aq )→ 10 CO (g)+2 Mn ¿
−¿(aq)+ 16 H 2
¿
2−¿(aq )+2 Mn O 4 ¿
5 C2 O 4

Dalam percobaan di atas didapatkan hasil volume titran KMnO 4 yang digunakan saat
mencapai titik akhir titrasi yaitu:

Titrasi ke- Volume KMnO4


Titrasi ke-1 10,6 mL
Titrasi ke-2 10,6 mL

Pada data pengamatan volume KMnO4 yang digunakan saat mencapai titik akhir titrasi pada
kedua titrasi tersebut menghasilkan volume KMnO4 yang sama, maka volume rata-rata dari
total titrasi di atas adalah tetap 10,6 mL. Berikut ini merupakan perhitungan untuk mencari
konsentrasi dari KMnO4:

N Na2C2O4 = 0,1 N

V Na2C2O4 = 10 mL
V KMnO4 = 10,6 mL

N Na2 C 2 O 4 ×V Na 2 C 2 O4 =N KMnO 4 ×V KMnO 4

N Na2 C 2 O 4 ×V Na2 C 2 O 4
N KMnO 4=
V KMnO 4

0,1 N × 10 mL
N KMnO 4=
10,6 mL

N KMnO 4=0,094 N

Jadi konsentrasi KMnO4 yang digunakan saat mencapai titik akhir titrasi yaitu sebesar 0,094
N.

2. Penetapan Kadar Nitrit


Pada percobaaan ini dilakukan dengan cara titrasi terbalik dengan larutan satndar
sekunder kalium permanganat atau KMnO4 bertindak sebagai titrat yang diletakkan ke dalam
Erlenmeyer sedangkan larutan natrium nitrit atau NaNO 2 bertindak sebagai titran yang
diletakkan ke dalam buret. Sebelum dilakukan titrasi maka titrat ditambahkan larutan H2SO4
pekat. Larutan yang berada pada Erlenmeyer ini dilakukan karena apabila yang diletakkan
ke dalam Erlenmeyer adalah NaNO2, maka ketika penambahan larutan H2SO4 pekat akan
terbentuk HNO2 yang mudah menguap.
Setelah penambahan larutan H2SO4 pekat maka dilakuka pemanasan hingga suhu
mencapai kurang lebih 40 ℃ dan dilakukan titrasi langsung oleh larutan NaNO 2 pada suhu
tersebut. Pemanasan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat proses reaksi,
sehingga dapat dengan mudah menentukan jika sudah mencapai titik akhir titrasi. Seperti
pada proses titrasi sebelumnya yaittu proses standarisasi kalium permanganat dengan
natrium oksalat dalam melakukan proses titrasi tidak membutuhkan bantuan indikator
tambahan. Hal tersebut dikarenakan larutan KMnO4 mempunyai sifat autoindikator yang
dapat bertindak sebagai indikator untuk dirinya sendiri. Dan hasil titrasi pada percobaan ini
adalah dengan adanya perubahan warna dari larutan yang berwarna ungu gelap berubah
menjadi tidak berwarna. Perubahan warna tersebut menandakan bahwa pada proses titrasi
tersebut sudah mencapai titik akhir titrasi. Reaksi yang terjadi pada percobaan ini yaitu
sebagai berikut:
−¿[ ×5] ¿
+ ¿+2e ¿
−¿+ 2 H ¿
−¿ ( aq ) → NO3 ¿
Oksidasi : NO2
2+¿ (aq )+4H O ( l)[× 2 ]¿
2
−¿ → Mn ¿

−¿ ( aq )+8 H +¿ ( aq )+ 5 e ¿
¿
Reduksi: MnO 4

+¿ +10 e−¿ ¿ ¿

−¿ ( aq ) → 5 NO−¿+ 10H ¿
¿
Oksidasi :5 NO 2 3

2+ ¿ (aq ) +8H O ( l)¿


2
−¿ → 2Mn ¿

−¿ ( aq ) +16 H + ¿ (aq )+10 e ¿


¿
Reduksi:2 MnO 4

2+¿ (aq ) +8H O ( l) ¿


2
−¿ +2Mn ¿
+¿ ( aq ) →5 NO ¿
−¿ (aq )+ 6H 3
¿
−¿ ( aq ) +2 MnO 4 ¿
5 NO 2

Dalam percobaan di atas didapatkan hasil volume titran NaNO 2 yang digunakan saat
mencapai titik akhir titrasi yaitu:

Titrasi ke- Volume NaNO2


Titrasi ke-1 5 mL
Titrasi ke-2 4,9 mL

( 5+ 4,9 ) mL
V rata−rata=
2

V rata−rata=4,95 mL

Jadi volume NaNO2 rata-rata dari kedua titrasi tersebut bernilai 4,95 mL. Berikut ini
merupakan perhitungan untuk mencari konsentrasi dari NaNO2 dan kadar NO2 dalam
NaNO2:

 Mencari Konsentrasi NaNO2


V KMnO4 = 10 mL
N KMnO4 = 0,1 N
V NaNO2 rata-rata = 4,95 mL

N KMnO 4 ×V KMnO 4=N Na NO 2 × VNa NO2


N KMnO 4 ×V KMnO 4
N Na NO 2=
VNa NO2

0,1 N ×10 mL
N Na NO 2=
4,95 mL

N Na NO 2=0,202 N

N Na NO 2
M Na NO2=
n Na NO2

0,202 N
M Na NO2=
2

M Na NO2=0,101 M

Jadi konsentrasi NaNO2 saat mencapai titik akhir titrasi yaitu sebesar 0,101 M.

 Mencari kadar NO2 dalam NaNO2


massa NaN O2 1 1000 mL
[ NaN O2 ]= Mr NaN O2
×
10 mL
×
1L
massa NaN O2 1 1000 mL
0,101 M = × ×
69 g/mol 10 mL 1L
massa NaN O 2=0,0697 g
massa NaN O 2=69,7 m g
-Massa NO2 dalam NaNO2
Mr N O 2
× massa NaN O 2
Mr Na NO2
46 g/mol
¿ ×69,7 mg
69 g /mol
¿ 46,47 mg

-Kadar NO2

46,47 mg
Kadar N O2= × 100 %
69,7 mg

Kadar N O2=66,67 %
Jadi % kadar NO2 dalam NaNO2 yang digunakan ketika berada pada titik akhir titrasi
yaitu sebesar 66,67 %.

Dafpus

Lary, R. (2016). Titrasi Redoks. Praktikum Kimia Analitik, 1-12.

Nursyahbana, A., Faradila, F., & dkk. (2017). TITRASI REDOKS. LAPORAN PRAKTIKUMDASAR-DASAR
KIMIA ANALITIK, 1-21.

Rifqi, I. A. (2012). TITRASI REDOKS. MAKALAH TITRASI REDOKS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA
MALIK IBRAHIM MALANG, 1-23.

Zulhiznaniyah, A. R. (2020). TITRASI REDOKS (KMnO4). LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I, 1-4.

Anda mungkin juga menyukai