Anda di halaman 1dari 5

Jenis dan Metode Titrasi, Cara Melakukan yang Baik dan Benar, Praktikum, Menentukan

Titik Awal Akhir Ekuivalen, Contoh Soal, Pembahasan, Stoikiometri, Kimia - Titrasi adalah
cara analisis yang memungkinkan kita untuk mengukur jumlah pasti dari suatu larutan
dengan mereaksikannya dengan larutan lain yang telah diketahui konsentrasinya. Setelah
mempelajari materi stoikiometri larutan dan penentuan pereaksi pembatas, maka kita bisa
mempelajari titrasi dengan lebih mudah. Kalian telah mengetahui bukan bahwa reaksi antara
asam dan basa akan membentuk garam dan air. Apabila HCl direaksikan dengan NaOH,
maka akan terbentuk garam NaCl dan H2O. Reaksi ionisasinya bisa dituliskan sebagai
berikut.

H+(aq) + Cl-(aq) + Na+(aq) + OH-(aq) Na+(aq) + Cl-(aq) + H2O(l)

NaCl akan mengalami ionisasi sempurna sehingga tidak akan mengalami perubahan, dan
dalam larutan berbentuk ion. Reaksi di atas juga dapat disebut sebagai reaksi pembentukan
air atau sering disebut sebagai reaksi netralisasi.

H+(aq) + OH-(aq) H2O(l)

Reaksi netralisasi dapat dipakai untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau basa, yaitu
dengan menambahkan setetes demi setetes larutan asam ke dalam larutan basa atau
sebaliknya. Setiap asam yang diteteskan akan bereaksi dengan basa, dan penetesan dihentikan
pada saat jumlah mol H+ (ion H+ dari asam) setara dengan mol OH- (ion OH- dari basa). Pada
saat itu, larutan bersifat netral (sudah terbentuk air) dan disebut titik ekuivalen. Cara seperti
ini disebut titrasi. Analisis ini juga disebut analisis volumetri karena yang diukur adalah
volume dari asam/basa yang terpakai dalam titrasi.

Gambar 1. Alat-alat titrasi.


Tahu tentang pengertian titrasi saja tidak cukup. Bagaimana cara melakukan titrasi yang
benar sangat penting untuk diketahui. Untuk itu simak baik-baik langkah-langkah titrasi
berikut.

1. Cara Titrasi

Untuk lebih mudah belajar cara titrasi, coba kalian perhatikan langkah-langkah berikut ini.
Langkah 1 :

Larutan yang akan diteteskan dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala). Larutan
dalam buret disebut penitrasi.

Langkah 2 :

Larutan yang akan dititrasi dimasukkan ke dalam erlenmeyer dengan mengukur volumenya
terlebih dahulu memakai pipet gondok.

Gambar 2. Mengukur volume larutan menggunakan pipet gondok.


Langkah 3 :

Memberikan beberapa tetes indikator pada larutan yang dititrasi (dalam erlenmeyer)
menggunakan pipet tetes. Indikator yang dipakai adalah yang perubahan warnanya sekitar
titik ekuivalen.

Langkah 4 :

Proses titrasi, yaitu larutan yang berada dalam buret diteteskan secara perlahan-lahan melalui
kran ke dalam erlenmeyer. Erlenmeyer igoyang-goyang sehingga larutan penitrasi dapat larut
dengan larutan yang berada dalam erlenmeyer. Penambahan larutan penitrasi ke dalam
erlenmeyer dihentikan ketika sudah terjadi perubahan warna dalam erlenmeyer. Perubahan
warna ini menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (titik ekuivalen).

Langkah 5 :

Mencatat volume yang dibutuhkan larutan penitrasi de ngan melihat volume yang berkurang
pada buret setelah dilakukan proses titrasi.
Gambar 3. Langkah-langkah melakukan titrasi.
2. Cara Menentukan Titik Akhir Titrasi

Kurva titrasi dapat dibuat dengan menghitung pH larutan asam/basa pada beberapa titik
berikut.

1. Titik awal sebelum penambahan asam/basa.


2. Titik-titik setelah ditambah asam/basa sehingga larutan mengandung garam yang terbentuk
dan asam/basa yang berlebih.
3. Titik ekivalen, adalah saat larutan hanya mengandung garam, tanpa ada kelebihan asam
atau basa. Pada saat ini, berlaku rumus berikut:

N1 x V1 = N2 x V2

Keterangan :

N1 = normalitas larutan yang dititrasi (titran)


V1 = volume titran
N2 = normalitas larutan yang menitrasi (penitran)
V2 = volume penitran
N = n x M (dengan n = valensi asam/basa dan M molaritas larutan)

4. Daerah lewat ekivalen, adalah larutan yang mengandung garam dan kelebihan asam/basa.

Untuk memperjelas uraian di atas, simaklah contoh soal titrasi asam kuat dengan basa kuat di
bawah ini.

Contoh Soal (1) :


Untuk menetralkan 50 mL larutan HCl diperlukan 20 mL larutan 0.25 M NaOH. Tentukan
kemolaran larutan HCl.

Jawaban :

NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

mol HCl = 20 x 0,25 = 5 mmol

Berdasarkan koefisien reaksi di atas, maka :

mol HCl = mol NaOH = 5 mmol


M HCl = n/V = 5 m mol / 50mL = 0.1 M

Besarnya perubahan pH dapat diamati dengan melihat kurva titrasi.

Bentuk kurva dari masing-masing titrasi berlainan tergantung pada kekuatan asam dan basa
yang digunakan.

3. Jenis Titrasi

Berdasarkan kekuatan asam basanya, maka titrasi asam basa dibedakan menjadi 3, yaitu:

1. Titrasi asam kuat dengan basa kuat

Contoh titrasi asam kuat dengan basa kuat adalah titrasi 25 mL larutan HCl 0,1 M dengan
NaOH 0,1M. Kurva titrasinya akan akan memperlihatkan bahwa di sekitar titik ekivalen
terlihat garis kurva naik tajam,yang mengartikan bahwa pada daerah tersebut, penambahan
sedikit NaOH telah menimbulkan perubahan pH yang besar. Oleh karena itu, indikator
dimasukkan pada larutan asam yang akan dititrasi bukan pada larutan basa

2. Titrasi asam lemah dengan basa kuat

Contoh titrasi asam lemah dengan basa kuat adalah titrasi 25 mL CH3COOH 0,1 M dengan
larutan NaOH 0,1. Kurva titrasi memperlihatkan bahwa setelah titik ekivalen, pH larutan
cenderung naik

3. Titrasi basa lemah dengan asam kuat

Contoh titrasi antara basa lemah dengan asam kuat adalah titrasi 25 mL NH4OH dengan HCl
0,1M. Titrasi ini mirip dengan titrasi asam lemah dengan basa kuat, tetapi kurva yang terjadi
kebalikannya, cenderung turun.

Titrasi dilakukan untuk larutan asam dan basa. Apa yang terjadi selama penambahan penitrasi
ke dalam larutan asam ataupun basa? Kalian akan segera tahu setelah membaca uraian
berikut.

Jika kalian perhatikan saat melakukan kegiatan di atas, larutan yang berada di dalam
erlenmeyer adalah basa, sehingga pHnya > 7. Saat dititrasi dengan asam, tentu pH akan turun
sampai terjadi titik ekivalen. Perubahan pH larutan secara visual dapat dilihat dengan
semakin samarnya warna pink dari larutan dalam erlenmeyer hingga akhirnya menjadi
bening.

Besarnya perubahan pH dapat diamati dengan melihat kurva titrasi. Bentuk kurva dari
masing-masing titrasi berlainan tergantung pada kekuatan asam dan basa yang digunakan
Kurva titrasi dapat dibuat dengan menghitung pH larutan asam/basa pada beberapa titik
berikut.

1. Titik awal sebelum penambahan asam/basa.

2. Titik-titik setelah ditambah asam/basa sehingga larutan mengandung garam yang


terbentuk dan asam/basa yang berlebih.

3. Titik ekuivalen, yaitu saat larutan hanya mengandung garam, tanpa ada kelebihan
asam atau basa.

4. Daerah lewat ekuivalen, yaitu larutan yang mengandung garam dan kelebihan
asam/basa.

Anda mungkin juga menyukai