Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KIMIA ORGANIK BAHAN ALAM

ANTOSIANIN

Disusun oleh :

Jane Hotmauli Manurung 1603115554 (Biosintesa dan Jalurnya)

Sherinda Amelia Putri 1603110762 (Struktur dan Turunan)

Sri Lestari 1603122810 (Isolasi dan Aktivitas)

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
Antosianin merupakan golongan senyawa kimia organik yang dapat larut
dalam pelarut polar, serta bertanggung jawab dalam memberikan warna oranye,
merah, ungu, biru, hingga hitam pada tumbuhan tingkat tinggi seperti: bunga,
buah-buahan, biji-bijian, sayuran, dan umbi-umbian. Hingga kini di alam terdapat
lebih dari 700 jenis antosianin yang diisolasi dari berbagai jenis tanaman dan telah
diidentifikasi, beberapa diantaranya yang memegang peranan penting dalam
bahan pangan yaitu pelargonidin, sianidin, peonidin, delfinidin, petunidin,
malvidin, dan glikosida-glikosida antosianidin. Salah satu jenis antosianin yang
kandungannya paling banyak di alam, dan digunakan sebagai senyawa referensi
pada umumnya adalah turunan sianidin dan peonidin.
Keberadaan antosianin di alam dan penyebarannya pada berbagai jenis
tanaman yang berbeda serta pada bahan alam lainnya, membuat antosianin
memiliki karakter yang berbeda pula. Hal ini menjadikan antosianin sebagai zat
kimia organik yang amat potensial dalam mengerahkan fungsi fisiologis pada
berbagai organisme hidup, baik untuk manusia, hewan, serta pada tanaman itu
sendiri. Berikut akan dijelaskan secara lebih terinci mengenai apa itu antosianin
dan bagaimana pemanfaatannya, sehingga dapat mengerahkan berbagai fungsi
fisiologis dalam setiap organisme hidup.

Biosintes Antosianin
Cekaman abiotik dan biotik pada tanaman dapat menyebabkan biosintesis
antosianin, hal ini dikarenakan adana perubahan kondisi lingkungan stres dapat
meningkatkan pertahanan hidup dari tanaman itu sendiri. Pada kebanyakan jenis
tanaman, penyusunan gen dalam jalur biosintesis antosianin serta berbagai
mekanismenya sebagian besar diatur pada tahapan transkripsi/penyalinan. Jalur
biosintesis antosianin secara umum dimulai dari fenil propanoid dimana berkaitan
dengan tahapan utama metabolisme, yaitu mengubah substrat L-fenilalanin
menjadi asam sinamat menggunakan enzim fenilalanin amonia liase (PAL). Asam
sinamat dengan bantuan enzim sinamat 4-hidroksilase (C4) dan 4-kumarat
koenzimA ligase (4CL) diubah menjadi 4-kumarat koenzimA. Selanjutnya, 4-
kumarat koenzim A dikatalisis oleh enzim kalkon sintase (CS), kalkon isomerase
(CI) dan flavanon 3-hidroksilase (F3) untuk membentuk dihidroflavonol. Pada
tahap akhir, dihidroflavanon dikatalisis oleh enzim dihidroflavonol 4-reduktase
(DFR) menjadi leukoantosianidin, yang mana leukoantosianidin ini akan
dikonversikan menjadi antosianidin dan antosianin oleh enzim antosianidin
sintase (ANS). Jalur biosintesis antosianin pada tanaman secara lebih terperinci
dapat dilihat pada Gambar 6. Untuk mengatur ekspresi dari penyandian gen pada
biosintesis antosianin adalah melalui sebuah agen transkripsi, seperti: enzim
dihidroflavonol 4-reduktase (DFR) dan enzim antosianidin sintase (ANS), serta
enzim-enzim lain yang telah dimodifikasi dan diatur oleh kompleks terner yang
disebut dengan MBW (kompleks MBW). MBW ini tersusun dari R2R3-MYB,
basic helix-loop-helix (bHLH), dan protein WD40 yang diulang. Pada tanaman
monokotil dan dikotil memiliki pengaturan/regulasi gen berbeda, dimana untuk
tanaman monokotil semua gen pada jalur flavonoid diregulasi secara bersamaan
sebagai unit tunggal oleh kompleks MBW. Sedangkan untuk kasus regulasi pada
tanaman dikotil lebih kompleks. Jalur yang diregulasi sekitar dua pasang berlainan
secara terkoordinasi mengatur unit, dimana pada tahap awal menuju pada
biosintesis flavonol dan flavon sedangkan pada tahap akhir menuju pada produksi
proantosianidin dan antosianin. Pada tahap akhir menunjukkan adanya perbedaan
dengan tahap awal, dimana pada tahap awal tidak memerlukan kompleks MBW.
Pada tanaman dikotil, hasil identifikasi agen-agen transkripsi pada R2R3-
MYB mencakup Production of Anthocyanin Pigmentation 1 (PAP1), PAP2,
MYB113, dan MYB114. Pada bHLH, agen-agen transkripsinya mencakup
Transparent Testa 8 (TT8), Glabra 3 (GL3), dan Enhancer of Glabra 3 (EGL3),
dan hanya satu protein WD40 yang diulang yaitu Transparent Testa Glabra 1
(TTG1), semuanya telah diidentifikasi. Protein-protein bHLH mengikat MYB dan
TTG1 untuk membentuk kompleks MBW, yang bertujuan untuk mengaktifkan
ekspresi gen-gen spesifik dari antosianin dengan adanya interaksi para regulator
satu sama lain untuk membentuk kompleks transkripsional bersama promotor
struktural gen. Sedangkan pada tanaman monokotil, protein R2R3-MYB yang
meregulasi jalur antosianin, berinteraksi dengan agen transkripsi bHLH untuk
mengaktifkan promotor dihidroflavonol reduktase (DFR).
Jalur Sintesis
O O
H2N O O

OH C4H 4CL SCoA


OH PAL OH
+ 3x Malonil-KoenzimA
HO
HO
4-Kumarat-KoenzimA
fenilalanin
Asam sinamat Asam 4-Kumarat

CHS
OH
OH

HO O
HO OH

CHI

OH O OH O
Naringenin kalkon
F3H

OH

OH OH
OH
HO O
HO O OH
HO O
OH F3'5"H OH
F3'H OH
OH O
OH OH O
Dihidromirisetin
OH O Dihidrokaemferol

DFR
DFR
DFR

OH
OH
OH
OH OH

HO O HO O
HO O OH

OH OH
OH
OH OH OH OH
OH OH
Leukopelargonidin Leukodelpinidin
Leukosianidin

ANS
ANS ANS

OH
OH
OH
OH OH
+
+ + HO O
HO O HO O OH

OH
OH OH
OH
OH OH

Sianidin Pelargonidin Delpinidin

Antosianin

Gambar 1. Jalur Biosintesis Antosianin

Turunan Antosianin
Secara kimia, antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal yaitu
sianidin, dimana semua jenis antosianin memiliki perbedaan yang didasarkan pada
ikatan antara gugus R3’ dan R5’ dengan cincin aromatik antosianin. Struktur
dasar antosianin dapat dilihat pada Gambar 2.
R3'
OH

+
HO O
R5'

OR

a) OR

R3’ R5’
Pelargonidin H H
Sianidin OH H
Delfinidin OH OH
Peonidin OCH3 H
Petunidin OH OCH3
Malvidin OCH3 OCH3

OH OCH 3
OH OH OH

+ + +
HO O HO O HO O

OH OH OH

OH OH OH Peonidin
Pelargonidin Sianidin

OH OCH3 OH

OH OH OH

+ +
+ HO O
HO O HO O
OCH3 OCH3
OH

OH
OH OH
OH Petunidin
OH Delvinidin OH Malvidin
b)
Gambar 2. a) Struktur antosianin (R3’ dan R5’ : Gugus substitusi; R : Jenis glikon
(Gugus gula)); b) Bentuk struktur autosianidin

Gambar 3. Jantung pisang raja


Saat ini antosianin telah menjadi sumber yang penting bagi pewarna alami
dalam produksi bahan pangan, kosmetik, dan farmasi yang dapat digunakan
sebagai pengganti dari penggunaan pewarna buatan. Penelitian lainya juga
menunjukkan bahwa antosianin memiliki banyak sifat yang menguntungkan bagi
kesehatan seperti aktivitas antioksidan. Hal ini juga menjadi alasan terhadap
peningkatan penggunaanantosianin dalam produksi bahan pangan saat ini.
Tanaman lain selain johol yang mengandung senyawa antosianin adalah jantung
pisang raja.

Isolasi Senyawa Antosianin


Sebanyak 1.475 gram serbuk daun johar dimaserasi dengan etanol 96%
hingga jernih. Ekstrak yang diperoleh kemudian dievaporasi sampai mendapat
ekstrak etanol dan ditimbang. Ekstrak etanol dilarutkan dalam etanol selanjutnya
dilakukan penghilangan klorofil dengan menambahkan akuades (1:1), didiamkan
selama 24 jam, lalu disaring. Filtrat diekstraksi dengan n- heksana. Fraksi etanol-
air dihidrolisis dengan HCl 2 N selama 1 jam dalam suhu 85°C. Fraksi hasil
hidrolisis difraksinasi dengan etil asetat hingga didapatkan fraksi etil asetat
kemudian dievaporasi untuk menghilangkan pelarutnya lalu ditimbang.

Pemisahan Antosianin
Fraksi etil asetat sebanyak 7,95 gram dilakukan pemisahan dengan
kromatografi cair vakum menggunakan fasa diam silika gel 60 GF254 dan fasa
gerak menggunakan gradien tingkat kepolaran. Fasa gerak yang digunakan yaitu
kloroform, etil asetat dan etanol. Eluat-eluat yang dihasilkan dari kolom
ditampung setiap 100 mL dalam botol vial. Masing-masing botol vial dianalisis
menggunakan KLT dengan penambahan penampak bercak uap amoniak. Eluat-
eluat yang menghasilkan pola noda yang sama digabungkan menjadi satu (Fraksi
I). Fraksi I dipisahkan lebih lanjut dengan kromatografi kolom gravitasi
menggunakan fasa diam silika gel 60 H dan fasa gerak berupa campuran
kloroform, etil asetat, butanol (7:2,5:0,5).
Eluat-eluat yang dihasilkan dari kolom ditampung setiap 15 mL dalam botol
vial. Masing-masing botol vial dianalisis dengan KLT. Eluat-eluat yang
menghasilkan pola noda yang sama digabungkan menjadi fraksi-fraksi besar
(fraksi besar A,B,C,D,E, dan F)kemudian dilakukan analisis antosianin
menggunakan metode KLT dengan penambahan penampak bercak uap amoniak.
Fraksi positif antosianin dilakukan pemisahan dengan KLT preparatif
menggunakan fasa diam plat silika gel 60 F254 ukuran 20 cm x 20 cm, ketebalan
0,5 mm-2,0 mm dan fasa gerak berupa campuran kloroform: metanol (9:1) hingga
didapatkan isolat antosianin.

Uji Kemurnian
Uji kemurnian isolat antosianin dilakukan dengan KLT berbagai eluen
tunggal dan campuran serta KLT dua dimensi dengan eluen campuran hingga
diperoleh noda tunggal.

Identifikasi Struktur
Isolat antosianin yang telah murni diidentifikasi strukturnya menggunakan
spektrofotometer UV-Vis dan FTIR.

Uji Aktivitas Antioksidan


Isolat antosianin dilakukan uji aktivitas antioksidan dengan menggunakan
metode KLT. Sampel ditotolkan pada plat KLT kemudian dielusi menggunakan
fasagerak yang cocok. Lempeng plat dikeringkan dan disemprot dengan larutan
DPPH 0,1 mM. Pengujian aktivitas antioksidan terhadap isolat antosianin
dilanjutkan dengan metode DPPH dan digunakan kuersetin sebagai pembanding.
Isolat antosianin dibuat variasi konsentrasi 20, 40, 60, 80 dan 100 ppm. Masing-
masing konsentrasi dari isolat antosianin sebanyak 0,2 mL dimasukkan ke dalam
botol vial, kemudian ditambahkan 3,8 mL larutan DPPH 0,1 mM. Campuran
dihomogenkan dan dibiarkan selama 30 menit dalam ruangan gelap, kemudian
diukur absorbansinya pada panjang gelombang 515,5 nm. Perlakuan yang sama
dilakukan terhadap kuersetin dengan variasi konsentrasi (5, 10, 15, 20 dan 25
ppm). Nilai absorbansi dari larutan uji dengan berbagai konsentrasi digunakan
untuk menghitung aktivitas peredaman radikal DPPH (% inhibisi) dengan
menggunakan persamaan berikut:
𝐴 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 (𝐷𝑃𝑃𝐻) − 𝐴 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
% inhibisi = 𝑥 100%
𝐴 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 (𝐷𝑃𝑃𝐻)
Besarnya aktivitas antioksidan ditentukan dengan nilai IC50 yang dihitung
dengan menggunakan persamaan yang diperoleh dari kurva regresi linier dengan
sumbu x adalah konsentrasi larutan uji, sedangkan sumbu y adalah persentase
aktivitas peredaman radikal DPPH (% inhibisi). Nilai IC50 merupakan
konsentrasi sampel untuk dapat meredam 50% aktivitas radikal DPPH.

Daftar Pustaka
Alvionita, J., Darwia, D., dan Efdi, M. 2016. Ekstraksi dan identifikasi senyawa
antosianin dari jantung pisang raja (Musa X paradisica L.) serta uji
aktivitas antioksidannya. Jurnal Riset Kimia. 9(2): 21-28.
Ningrum, D.W., Kusrini, D., dan Fachriyah, E. 2017. Uji aktivitas antioksidan
senyawa flavonoid dari ekstrak etanol daun johar (Senna siamea Lamk).
Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi. 20(3): 123-129.
Priska, M., Natalia, P., Ludovicus, C dan Yulius, D.N. 2018. Review: antosianin
dan pemanfaatannya. Cakra Kimia. 6(2): 79-97.

Anda mungkin juga menyukai