SATUAN PROSES
OLEH:
2018
i
KATA PENGANTAR
Pertama–tama penulis panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas segala rahmat dan karunia–Nya sehingga Laporan Tetap ini dapat
diselesaikan. Laporan ini disusun sebagai persyaratan untuk mengikuti Ujian
Tengah Semester mata kuliah Satuan Proses, Jurusan Teknik Kimia, Prodi
Teknologi Kimia Industri, Politeknik Negeri Sriwijaya.
ii
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................ii
DAFTAR PUSTAKA......................................................................148
GAMBAR ALAT............................................................................149
ii
HIDROLISIS 1
I. TUJUAN PERCOBAAN
- Mahasiswa mengetahui proses sintesa asam slisilat dan dapat
mencari mekanisme reaksinya
1
2
III. DASAR TEORI
Hidrolisis adalah suatu reaksi kimia apa saja antara suatu zat/senyawa
yang menghasilkan air. Ada kation tertentu bersifat asam dan anion tertentu
bersifat basa dalam air. Ion-ion ini terhidrolisis memberikan larutan yang bersifat
asam lemah, asam lemah maupun netral. Contoh, larutan air dari Ammonium
Klorida, NH4Cl memberikan larutan asam yang lemah karena ion NH4 bertindak
sebagai suatu asam, tetapi ion Cl- tidak bertindak sebagai basa.
Kation asam dan Anion basa secara matematis dapat disebut asam lemah
kovalen polar dan basa lemah kovalen polar seperti berikut:
BH + H2O « H3O+ + B-
Dan
Suatu ester dihidrolisis dan konstitusi asam karboksilat dan alcohol dalam kondisi
basa, disini ester adalah Metil Salisilat dari Ester minyak tumbuhan gandapura.
Hasil hidrolisis adalah Metanol dan air serta garam natrium dari asam Salisilat.
Reaksi pencampuran berupa pengasaman dengan asam salisilat dan metanolasam
salisilat dalam bentuk padat yang dapat dimurnikan dengan cara kristalisasi.
3
C8H8O3 + NaOH « C7H4O3Na2 + CHOH + H2O
Asam salisilat merupakan asam yang bersifat iritan lokal, yang dapat
digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan yang dapat digunakan
sebagai obat luar, yang terbagi atas dua kelas, ester dari asam salisilat dan ester
salisilat dari asam organik. Disamping itu digunakan pula garam salisilat.
Turunanya yang paling dikenal adalah asam asetilsalisilat.
Hidrolisis berbeda dengan hidrasi. Pada hidrasi, molekul tidak pecah
menjadi dua senyawa baru. Pada reaksi hidrolisis ester oleh asam/basa maka
hasilnya adalah suatu asam karboksilat dan alkohol dan dikatalis oleh asam
kemudian dipanaskan maka akan terjadi kesetimbangan antar ester dengan air.
Proses ini disebut esterifikasi fisher yang berdasarkan teori dari Emil Fisher.
Walapun ini merupakan reaksi kesetimbangan namun dapat menggeser
kesetimbangan kekanan dengan menghasilkan ester yang tinggi.
Hidrolisis merupakan reaksi penguraian garam oleh air atau reaksi ion-ion
garam dengan air. Pada penguraian garam ini, dapat terjadi beberapa
kemungkinan, yaitu :
Reaksi ion garam dengan air menghasilkan ion H
4
· Garam yang terbentuk dari sam lemah dan basa lemah
· Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat
Metil Salisilat
Salah satu contoh ester adalah metil salisilat yang beraroma khas yang
menyenangkan.Metil salisilat merupakan komponen aktif dalam minyak
Wintergreen yang memiliki bau yang sangat berbeda.Sebagai turunan dari asam
salisilat, digunakan umumnya pada salep untuk menghilangkan pegal di otot, rasa
sakit dan kram karena khasiatnya dapat menembus kulit.Minyak Wintergreen juga
digunakan sebagai bumbu masakan.
5
artritis.Mekanisme obat ini belum jelas, walaupun diperkirakan dengan hubungan
produksi atau penghantaran hormon.Asam salisilat tersedia di alam dalam bentuk
ester pada glikosida dan minyak atsiri.Metil ester terkandung dalam minyak
gandapura dan minyak aromatik lainnya. Pada percobaan kali ini akan disintesis
metil salisilat yang dapat dibuat melalui reaksi esterifikasi.
Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol
membentuk ester. Turunan asam karboksilat membentuk ester asam
karbosilat..Ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung –COOR
dengan R dapat berupa alkil maupun aril.Esterifikasi dikatalisis asam dan bersifat
reversible.Laju esterifikasi asam karboksilat tergantung pada halangan sterik
dalam alcohol dan asam karboksilat.Kekuatan asam dari asam karboksilat hanya
mempunyai pengaruh yang kecil dalam laju pembentuakan ester.
1. Obat – obatan
2. Parfum
3. Flavoring
4. Pelarut untuk derivate selulosa
5. Tinta Copy, printing ( pencetak )
Metil salisilat terdapat pada tanaman dan pertama kali dikenal sebagai
bahan pewangi westergen. Metil salisilat merupakan salah satu turunan ester yang
digunakan dalam pengobatan , yang lain adalah etil salisilat, aspirin dan fenil
ester.
6
5. Indeks bias 1,535-1,538
6. Titik leleh -8,3°C
7. Titik didih 222,2°C
8. Larut dalam eter dan asam asetat glacial
9. Larut dalam alcohol 70%
10. bj sintetik 1,18 sampai 1,85 gr/mol
11. bj alami 1,176 sampai 1,8 gr/mol
Metil salisilat ini yang merupakan turunan (derivat) dari asam salisilat dapat
dilakukan dengan jalan memanaskan metanol dan asam salisilat dan dengan jalan
mencampurkan asam sulfit dengan distilasi dari sisa tumbuhan menjalar atau kulit
pohon batula lerda.
7
1. Tambahkan 1 tetes besi (III) klorida pada 10 ml larutan jenuh, terjadi
warna
lembayung
Ester dapat diperoleh dari reaksi esterifikasi dengan cara merefluks sebuah
asam karboksilat bersama sebuah alcohol dengan katalis asam dan dapat juga
diperoleh dari alkoholisis asam klorida, asam anhidrida dan nitril. Asam yang
digunakan sebagai katalis biasanya asam sulfat atau asam lewis dan asam
hidroklorida.
8
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Mencampurkan natrium hidroksida dengan 50 ml air, dan
menambahkan metil salisilat lalu mendidihkannya selama 20 menit
kemudian mendinginkanya.
2. Menambahkan asam sulfat 1 M dengan pipet tetes secara perlahan
sambil memeriksa keasaman dengan kertas pH. Larutan akhirnya
bersifat asam.
3. Menjenuhkan lagi dengan 15 ml asam sulfat.
4. Mendinginkanya dalam wadah es + air untuk mendapatkan kristal,
kemudian menyaring kristal yang terbentuk.
5. Menguji filtrat dengan menambahkan asam sulfat berlebih,
menyaring kristal yang terbentuk.
6. Mengeringkan dalam oven 110 0C selama 30 menit.
9
V. DATA PENGAMATAN
No
Pengamatan Hasil
.
10
2. Berat kaca arloji kosong (b) 16,85 gram
C–a–b
4. Berat kristal sebelum dikeringkan
= 6,3 gram
D–a–b
6. Berat kristal sesudah dikeringkan
= 5,67 gram
VI. PERHITUNGAN
Pembuatan larutan NaOH
1000 ml /l
M = 0,25 mol ×
100 ml
= 2,5 mol/L
Gr = M×V×BM
= 10 gr
Gr
Mol NaoH =
BM
11
10 gr
= = 0,25 mol
40 gr /mol
Padatan
1000 ml/l
M1 = 0,033 mol X
100 ml
= 0,33 mol/l
M X BM X ml
Gr =
1000 ml /l
mol gr
0,33 X 152,15 X 100 ml
l mol
=
ml
1000
l
= 5,02 gr
Cairan
ρ X % X 1000
M2 =
BM
gr
1,17 X 98 % X 1000
l
= gr
152,15
mol
= 7,536 mol/l
M1 × V1 = M2 × V2
0,33 M×100 ml = 7,3536 M ×V2
V2 = 4,38ml
12
Asam sulfat 1M 50 ml
= 0,05 mol
Gr = mol X BM
= 0,05 mol X 98 gr/mol
= 4,9 gr
Reaksi 1
C8H8O3+ 2 NaOH C7H4O3Na2 + CH3OH +
H2O
M : 0,033 0,25 - -
-
B : 0,033 0,066 0,033 0,033
0,033
S : - 0,184 0,033 0,033
0,033
Reaksi 2
C7H4O3Na2 + H2SO4 C7H6O3 + Na2SO4
M : 0,033 0,05 - -
B : 0,033 0,033 0.033 0,033
S : - 0,017 0,033 0,033
13
Input Output
Komponen
Mol gr Mol gr
14
C8H8O3 + 2 NaOH C7H4O3Na2+ CH3OH + H2O
M : 0,033 0,25 - - -
B : 0,0282 0,0564 0,0282 0,0282 0,0282
S : 0,0048 0,1936 0,0282 0,0282 0,0282
Reaksi 2
C7H4O3Na2 + H2SO4 C7H6O3 + Na2SO4
M : 0,0282 0,05 - -
B : 0,0282 0,0282 0.0282 0,0282
S : - 0,0218 0,0282 0,0282
Input Output
Komponen
Mol gr Mol gr
Total 25 25
Secara teori
Gr produk = 4,554 gr + 1,056 gr + 4,686 gr + 0,594 gr +5,94 gr
15
= 16,83 gr
Gr reaktan = 5,02 gr + 10 gr + 4,98 gr + 5,94 gr
= 25,86 gr
Secara praktik
Gr produk = 0,9024 gr + 3,8916 gr + 4,0044 gr + 0,5076 gr + 5,08
gr
= 14,386 gr
Gr reaktan = 5,02 gr + 10 gr + 5,08 gr + 4,9 gr
= 25 gr
% teori−% praktek
% kesalahan = x 100%
% teori
65,08 %−57,54 %
= x 100%
65,08 %
= 23,33 %
% Konversi secara teori = 0,0333 X 100%
0,0333
= 100 %
% Konversi secara praktek = 0,0282 X 100%
16
0,0333
= 84,84 %
17
VII. ANALISIS PERCOBAAN
18
membuat campuran ini bersifat asam. Untuk mengetahui campuran ini sudah
bersifat asam maka bisa digunakan pengukur pH universal. Jika campuran sudah
menjadi asam, maka tahap selanjutnya yaitu meletakkan campuran pada icebath
untuk proses kristalisasi, proses ini bertujuan agar Kristal terbentuk lebih cepat.
Reaksi yang terjadi:
C7H4O3Na2 + H2SO4 C7H6O3 + Na2SO4
Kemudian dilakukan penyaringan dengan kertas saring, hal ini dilakukan
secara 3 kalidengan filtrate yang dihasilkan. Setelah asam salisilat telah disaring
maka dapat dikeringkan di oven selama ± 30 menit, sehingga dapat dihitung berat
Kristal asam salisilat yang terbentuk.
19
VIII. KESIMPULAN
Secara teori
- % yield : 65,08 %
Secara praktik
- % yield : 57,54 %
- % kesalahan : 23,33 %
20
OKSIDASI
I. TUJUAN PERCOBAAN
- Dapat mengetahui proses oksidasi dan sintesa asam adipat dan
sikloheksana
- Dapat mengetahui mekanisme reaksi sintesa asam adipat
21
III. DASAR TEORI
oksidasi juga dapat merusak, seperti karat yang timbul pada mobil atau
membuat buah menjadi busuk. Kita sering menggunakan kata oksidasi dan karat
secara bergantian. Faktanya, tidak semua substansi yang berinteraksi dengan
molekul oksigen akan hancur menjadi karat. Dalam kasus besi, oksigen memicu
proses pembakaran lambat yang menghasilkan zat coklat rapuh yang disebut
karat. Ketika oksidasi terjadi pada tembaga, di sisi lain, yang timbul adalah
lapisan kehijauan yang disebut oksida tembaga. Logam itu sendiri tidak
dilemahkan oleh oksidasi. Yang terjadi pada oksidasi adalah munculnya
permukaan karat yang pada akhirnya melemahkan struktur logam.
Proses oksidasi tergantung pada jumlah oksigen yang hadir di udara dan
sifat bahan yang dipengaruhinya. Dalam kasus buah segar, kulit biasanya
melindungi daging buah dari oksidasi. Setelah kulit buah rusak atau dikupas, sel-
sel daging buah mengalami kontak langsung dengan udara dan molekul oksigen
mulai membakarnya. Hasilnya adalah bentuk karat yang terlihat sebagai bintik-
bintik kecoklatan atau noda. Oksidasi juga dapat menjadi masalah bagi pemilik
mobil akibat lapisan terluar cat terus-menerus terkena udara dan air. Saat cat
mobil tidak dilindungi dengan lapisan wax atau poliuretan, molekul oksigen di
udara akhirnya akan mulai berinteraksi dengan cat. Saat oksigen mulai membakar
radikal bebas yang terkandung dalam cat, seiring waktu cat akan menjadi semakin
kusam.
22
Salah satu cara mencegah oksidasi yang disebabkan oleh oksigen adalah
dengan memberikan lapisan pelindung antara material dan udara. Hal ini bisa
berarti memberi lapisan wax (lilin) atau lapisan poliuretan pada mobil, memberi
lapisan cat pada benda logam, atau memberi semprotan anti-oksidan, seperti air
perasan lemon pada buah terbuka yang sudah dikupas. Oksidasi akibat oksigen
tidak akan terjadi jika oksigen tidak mampu menembus permukaan untuk
mencapai radikal bebas. Inilah sebabnya mengapa stainless steel tidak berkarat
seperti baja. Stainless steel memiliki lapisan tipis logam lain yang tidak
mengandung radikal bebas
23
IV. LANGKAH KERJA
1. Asam sulfat 10 mL secara perlahan dicampurkan ke dalam
Erlenmeyer 250 mL yang beriss 30 mL air yang selanjutnya
didinginkan
2. Larutan ditambahkan sikloheksana 10 mL dan dikocok kuat
3. Kalium dikromat 8 gr diletakkan ke dalam 10 mL air ke dalam
Erlenmeyer 250 mL
4. Sikloheksana ditambahkan dalam larutan dengan suhu 40 – 50 oC
selama 15 menit
5. Campuran dipanaskan 80 – 90 oC dan dibantu dengan penggoresan
agar terbrntuk endapan
6. Endapan disaring dan dikeringkan dalam oven.
24
V. DATA PENGAMATAN
No Perlakuan Pengamatan
25
VI. PERHITUNGAN
m H2SO4 = ρ H2SO4 x V H2SO4
= 1,84 gr/mL x 10 mL
= 18,4 gr
m H 2 SO 4 18,4 gr
¿ = =0,1876 mol
Mol H2SO4 BM H 2 SO 4 gr
98,0775
mol
m K 2Cr 2O 7 8 gr
= =0,0272mol
Mol K2Cr2O7 = BM K 2 Cr 2 O7 gr
294,192
mol
mC 6 H 12 7,8 gr
= =0,0927 mol
Mol C6H12 = BM C 6 H 12 gr
84,1625
mol
Secara Teori
Input Output
Komponen
mol gr mol Gr
26
K2Cr2O7 0,0272 8 - -
H2 - - 0,0272 0,0544
0,0272
% Excess reactan= ×100 %=29,34 %
0,0927
0,0272
% Limiting reactan= ×100 %=100 %
0,0272
Secara Praktek
Massa C6H10O4 di dapat = 3,5772 gram
m C 6 H 10 O 4 3,5772 gr
Mol C6H10O4 ¿ = =0,0244 mol
BM C 6 H 10 O 4 146,144 gr /mol
27
Input Output
Komponen
mol gr mol Gr
H2 - - 0,0244 0,0492
3,5772
% Yield= ×100 %=22,62 %
15,8149
0,0244
% Excess reactan= ×100 %=26,32 %
0,0927
0,0244
% Limiting reactan= ×100 %=89,71 %
0,0272
3,9712−3,5772
% Kesalahan= × 100 %=9,92 %
3,9712
28
VII. ANALISA PERCOBAAN
Pada percobaan ini dilakukan pembuatan asam adipat dengan bahan baku
sikloheksana yang direaksikan degan kalium kromat (oksidator) dan pelaut
H2SO4. Pada reaksi awal pencampuran kalium dikromat yang tidak larut dalam air
dengan sikloheksana secara perlahan pada suhu 40 – 50 oC. hal ini bertujuan untuk
membantu proses pelarutan dimana suhu berbanding lurus dengan laju reaksi.
Selain itu, dilakukan perlahan untuk mempermudah reaksi dan mencegah
terbentuk campuran lain yang dapat menimbulkan panas.
Selanjutnya dilakukan pemanasan pada suhu 80 – 90 oC yang bertujuan
memastikan homogennya campuran. Pada saat pendinginan, campuran akan
membentuk 2 ,apisan yang kemusian mengkristal. Hasilnya disaring yaitu asam
adipat.
VIII. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahawa ;
- Secara teoritis didapat asam adipat 3,9712 gram
- Secara praktek didapat asam adipat 3,5772 gram
- %kesalahan ialah 9,92%
29
NITRASI
PEMBUATAN NITROBENZENE
I. TUJUAN
- Mahasiswa dapat membuat Nitrobenzene sebagai contoh dan
proses reaksi nitrasi.
- Dapat menghitung persen yield produk.
30
- Air aqudest
- Es
III. DASAR TEORI
Pada reaksi substitusi ini, atom hidrogen digantikan oleh Nitro (NO 2),
dengan mencampurkan anatar asam nitrat dan aromatik hidrokarbon dan asam
silfat sebagai katalisnya.
H2SO4
Fungsi asam sulfat adalah mengubah asam nitrat menjadi ion Nitronium, NO 2
yang sangat reaktif dan bersifat eletrofilik.
31
Setelah diketahui bahwa benzena mempunyai rumus molekul C 6H6 maka
dapat disimpulkan bahwa benzena termasuk senyawa hidrokarbon. Bila
dibandingkan dengan senyawa hidrokarbon lain yang mengandung 6 buah atom
karbon. Misalnya Heksana (C6H14) dan sikloheksena (C6H12) dapat diduga bahwa
benzena mempunyai derajat ketidakjenuhan yang tinggi. Sifat-sifat kimia yang
diperlihatkan oleh benzena memberikan petunjuk bahwa senyawa tersebut
memang tidak segolongan dengan alkana ataupun sikloalkena. Reaksi-eaksi yang
umum terjadi pada benzena dan turunannya adalah reaksi substitusi elektrofilik.
Hal ini karena cincin benzena memiliki awan elektron π (Pi) yang merupakan
sumber elektron bagi pereaksi elektrofil.
1. pembuatan elektrofil,
2. serangan elektrofil pada inti benzena membentuk zat antara kation
benzenonium, dan
3. pelepasan proton menghasilkan produk.
32
Nitrasi adalah salah satu contoh dari reaksi substitusi elektrofilik aromatic.
Dalam reaksi ini suatu gugus fungsi terikat secara langsung pada cincin aromatic,
yakni gugus nitro (-NO2). Nitrasi dapat dilakukan denga menggunakan HNO3 dan
H2SO4 pekat, atau larutan HNO3 dalam suasana asam asetat glasial. Pemilihan
suatu penitrasi tergantung kepada antara lain keraktifan senyawa yang akan
dinitrasi (substrat) dan kelarutannya dalam medium penitrasi. Dalam percobaan
ini nitrasi benzena dilakukan dengan menggunaka campuran HNO3 pekat dan
H2SO4 pekat pada suhu 50-60°C (Tim Dosen, 2011 : 11).
33
benzen adalah senyawa aromatik yang paling sederhana, tidak dapat
menghilangkan warna air brom, biarpun dalam mengadisi 6 atom klor atau brom.
Sifat-sifat benzen :
34
1. Nitrasi, yaitu menerapkan suatu reaksi yang melibatkan pemasukan gugus
nitro kedalam sebuah molekul.
2. Subtitusi, yaitu penggantian salah satu atom atau gugus atom dalam
sebuah molekul oleh atom atau gugus atom lain.
1. Nonpolar.
2. Tidak larut dalam air.
3. Mudah menguap dan terbakar.
4. Larut dalam eter.
5. Bersifat karsinogen terutama dalam keadaan uap.
6. Jika direduksi membentuk anilin.
7. Tidak dapat dioksidasi dalam larutan KMnO4 seperti alkena.
8. Tidak dapat diadisi oleh Br2, H2O dan KMnO4 bisa terjadi bila ada UV.
Kegunaan nitrobenzen :
1. Pembuat anilin.
2. Pembuat parfum dan sabun.
3. Pembuatan semir sepatu.
4. Pembuatan piroksilin.
5. Bahan kimia karet dan peptisida.
35
IV. LANGKAH KERJA
1. Tambahkan 37,5 ml asam nitrat pekat dalam 40 ml asam sulfat pekat
di labu bundar 500 ml yang diletakkan diwada berisi es secara
perlahan dilemari asam. Suhu di jaga ≤ 45°C.
2. Tambahkan 30 ml benzene menggunakan pipet tetes sambil diaduk,
suhu dijaga ≤ 30°C.
3. Masukkan batu didih dan lakukan refluk dengan pemanas minyak pada
suhu 50°C selam 40 menit sambil sekali – kali labu di guncang.
4. Masukkan campuran yang telah direfluk ke dalam gelas kimia yang
berisi 250 ml air dingin sambil diaduk, dinginkan hingga suhu rungan.
Campuran akan terlihat terpisah.
5. Pindahkan campuran kedalam corong pisah, pisahkan bagian asamnya
(tes dengan kertas lakmus), sisihkan.
6. Tambahkan 25 ml air kedalam nitrobenzene ke dalam 5 gram
CaCl2.2H2O, kocok dengan baik, pisahkan dan larutan dipanaskan
hingga terlihat bening, memasukkan ke gelas kimia kecil dan
didinginkan dengan batuan es+garam.
7. Lakukan penyaringan dengan corong kaca, keringkan pada suhu ruang
di atas lembaran kertas saring, timbang hasil.
36
V. DATA PENGAMATAN
No Perlakuan Pengamatan
37
ditimbang penyaringan sebanyak 62,231 gram.
38
VI. PERHITUNGAN
a. Menghitung massa dan mol
Massa HNO3
Massa = p x v
= 1,4 gam/ml x 37,5 ml
= 52,5 gram
Mol = massa/ BM = 52,5 gram / 63,013 gr/mol = 0,833 mol
b. Massa benzene
Massa = p x v
= 0,894 gr/ml x 30 ml
= 26,82 gram
H2SO4
M: 0,34385 0,833
Input Output
Komponen BM
Mol gr Mol gr
39
C6H6 78,1121 0,34385 26,8203 - -
40
Reaksi secara praktek
H2SO4
C6H6 + HNO3 C6H5NO2 + H2O
M: 0,34385 0,833 - -
B : 0,1149 0,1149 0,1149 0,1149
S : 0,22895 0,7181 0,1149 0,1149
Input Output
Komponen BM
Mol gr Mol gr
C6H6 78,1121 0,34385 26,8203 0,22895 17,1581
HNO3 63,012 0,833 52,479 0,7181 45,2403
C6H5NO2 123,06 - - 0,1149 14,2476
H2O 18 - - 0,1149 2,0682
Massa total 79,2903 79,4142
41
% konversi secara teori = mol setimbang/mol awalx 100 %
= 0,48915/0,833 x 100%
= 58,7%
% konversi secara praktek = mol setimbang/mol awalx 100 %
= 0,7181/0,833 x 100%
= 86,2%
% kesalahan = teori - praktek/teori x 100%
= 42,6375-19,25/42,6375 x 100%
= 54,85%
42
VII. ANALISA PERCOBAAN
Pada praktikum kali ini adalah nittrasi pembuatan Nitrobenzene. Nitrasi
adalah suatu reaksi pembentukan senyawa organik nitrit (NO 2) yang dicirikan dengan
penggunaan asam nitrat sebagai reagen, asam sulfat sebagai katalis dan senyawa
organik aromatik berbentuk cincin. Benzene dan turunnya pada kondisi yang tepat
dapat dengan mudah bereaksi substitusi aromatik elektrofilik (suatu elektrofil
disubstitusikan untuk suatu atom hidrogen aromatik).
Pada praktikum ini pertama yang dilakukan pencampuran dengan
menambahkan 37,5 ml asam nitrat pekat kedalam 40 ml asam sulfat pekat di dalam
labu bundar 500 ml yang diletakkan diwadah berisi batu es secara perlahan di lemari
asam. Setelah itu menambahkan 30 ml benzene menggunakan pipet tetes sambil
diaduk pada suhu ≤ 300C. Pada saat penamabhan larutan benzene menghasilkan gas
berwana coklat kehitaman dimana gas yag dihasilkan sangat berbahaya bagi
kesehatan. Kemudian memasukkan batu didih dan melakukan refluk dengan
penangas minyak pada suhu 50°C selama 40 menit sambil sekali – kali labu
diguncang. Pada saat refluk larutan menghasilkan gas yang sama dan lebih sedikit
berbahaya dari yang sebelumnya, dikarenakan pemanasan di atas suhu 50°C. Setelah
larutan dingin dipindahkan ke dalam gelas kimia dan dinginkan serta diaduk agar
larutan homogen. Kemudian menambahkan 25 ml air ke dalam Nitrobenzene dan
dilakukan ekstraksi sebanyak 3 kali. Pada saat larutan dimasukkan ke dalam corong
pisah dan diamkan beberapa jam terjadi atau larutan terbentuk 2 lapisan fasa yang
terpisah, lapisan atas adalah air dan lapisan bawah kuning seperti minyak itu adalah
larutan nitrobenzene. Terbentuknya dua lapisan ini karena adanya perbendaan sifat
kepolaran diman air bersifat polar dan nitrobenzene bersifat non polar.
Kemudian larutan nitrobenzene ditambahkan kedalam 5 gram CaCl 2.2H2O,
kocok dengan baik, pisahkan dan larutan dipanaskan hingga terlihat bening,
memasukkan ke gelas kimia kecil dan didinginkan dengan batuan es+garam. Stelah
itu dilakukan penyaringan denagn corong pisah dan pompa vakum, setelah itu
keringkan pada suhu ruang dan timbang. Didapatkan 62,231 gram nitrobenzene.
43
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan praktikum yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Nitrasi adalah suatu reaksi pembentukan senyawa organik (XNO2) yang
dicirikan dengan penggunaan asam nitrat sbeagi reagen
2. Asam sulfat sebagi katalis dan senyawa organik aromatik berbentuk cincin.
3. Perbedaan senyawa aromatik dan alifatik terletak pada reaksinya, dimana
senyawa aromatik benzene cenderung beraksi substitusi, sedangkan alifatik
cenderung bereaksi secara adisi.
4. Didapatkan data :
- Gram C6H5NO2 =0,1149 gram
- % yield = 17,96%
- % konversi = 86,2%
- % kesalahan =54,85 %
44
ASETILASI
PEMBUATAN ASETALINIDA
I. TUJUAN PERCOBAAN
- Mampu mereaksikan Asam Asetat Glasial untuk mendapatkan
Asetalinida
- Mampu menganalisa kemurniannya dan menentukan titik leleh
45
III. DASAR TEORI
Asetanilida pertama kali ditemukan oleh Friedel Kraft pada tahun 1872
dengan cara mereaksikan asethopenon dengan NH2OH sehingga terbentuk
asetophenon oxime yang kemudian dengan bantuan katalis dapat diubah menjadi
asetanilida. Pada tahun 1899 Beckmand menemukan asetanilida dari reaksi antara
benzilsianida dan H2O dengan katalis HCl. Pada tahun 1905 Weaker menemukan
asetanilida dari anilin dan asam asetat.
- Macam-Macam Proses
Larutan benzene dalam satu bagian anilin dan 1,4 bagian asam asetat
anhidrad direfluk dalam sebuah kolom yang dilengkapi dengan jaket sampai
tidak ada anilin yang tersisa.
46
Pembuatan asetanilida dari asam asetat dan aniline
C6H5NH2 + H2C=C=O C6H5NHCOCH3
Dalam perancangan pabrik asetanilida ini digunakan proses antara asam asetat
dengan anilin. Pertimbangan dari pemilihan proses ini adalah;
a. Reaksinya sederhana
47
Kegunaan Produk
1. Anilin
- Wujud : cair
- Warna : jernih
Sifat-sifat kimia:
48
- Pemanasan anilin hipoklorid dengan senyawa anilin sedikit berlebih pada
tekanan sampai 6 atm menghasilkan senyawa diphenilamine.
- Hidrogenasi katalitik pada fase cair pada suhu 135 – 170 oC dan tekanan
50 – 500 atm menghasilkan 80% cyclohexamine (C6H11NH2 ). Sedangkan
hidrogenasi anilin pada fase uap dengan menggunakan katalis nikel
menghasilkan 95% cyclohexamine.
2. Asam Asetat
- Wujud : cair
- Warna : jernih
- 2 CH3COOH + Zn (CH3COO)2 Zn2+ + H
49
- Konversi ke klorida – klorida asam
- Pembentukan ester
- CH3COOHCl + ClCH2COOHNH3 NH2CH2COONH H +
NH2CH2COOH
3. Asetetanilida
- Wujud : padat
- Warna : putih
Sifat-sifat kimia:
50
- Adisi sodium dalam larutan panas Asetanilida didalam xilena
menghasilkan N-Sodium derivative.
Asetanilida dibuat dari reaksi antara anilin dengan asam asetat. Produknya
berupa kristal yang dimurnikan dengan kristalisasi. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
Dasar Reaksi
Mekanisme Reaksi
Mula-mula anilin bereaksi dengan asam asetat membentuk suatu amida dalam
keadaan transisi, kemudian diikuti dengan reduksi H2O membentuk
asetanilida.
51
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Memasukkan 30 ml anilin dan 40 ml asam asetat glasial dan batu didih kedalam
gelas kimia 250 ml dan memanaskan selama 15 menit dengan hot plate, penangas
air hingga mendidih dan mendidihkan ± selama 30 menit
2. Menuang secara perlahan kedalam gelas kimia 250 ml yang diletakkan didalam
wadah es + air
3. Membiarkan hingga terbentuk kristal, apabila sulit terbentuk, gores bagian dalam
gelas kimia dengan pengaduk kaca untuk mempercepat terbentuknya kristal
,membiarkan hingga seluruh kristal terbentuk
4. Menyaring dengan corong bunchner menggunakan kertas saring
5. Menambahkan karbon aktif dan 150 ml air aquades kekristal yang terbentuk
didalam gelas kimia 400 ml dan memanaskan dengan hot plate hingga seluruh
kristal larut .Mengulangi langkah 2 hingga 4
6. Mengeringkan pada suhu ruang diatas lembaran kertas saring, menimbang hasil.
52
V. DATA PENGAMATAN
No
Pengamatan Perlakuan
.
53
VI. PERHITUNGAN
gr
40 ml ×1,05
V×ρ ml
Mol asetat : = =0,6939 mol
BM gr
60,53
mol
gr
20 ml × 1,022
V×ρ ml
Mol anilin : = =0,2195 mol
BM gr
93,12
mol
Reaksi :
C6H5NH2 20,4135 -
C6H5NHCOCH3 - 29,6325
H2O - 3,951
Secara Praktik
54
19.5 gram
massa =0,1444 mol
Mol asetalinida : = gr
BM 135
mol
Reaksi :
CH3COOH 42 33.26
C6H5NHCOCH3 - 19.494
H2O - 2,5992
0,2195 mol
x 100% = 100%
0,2195 mol
55
0,1444 mol
x 100=65.79 %
0,2195 mol
massa produk
Yield secara x 100 %
massatotal
29.63 gr
x 100 %=47.56 %
62,44 gr
massa produk
Yield teori = x 1 00%
massatotal
19.494 gr
= x 100 %
62.44 gr
= 31.22%
teori− praktek
Kesalahan = 100
teori
( 29,63−19.05 ) gr
¿ .100
29,63
= 34.18 %
56
VII. ANALISA PERCOBAAN
Pada langkah awal dilakukan pencampuran 20 ml anilin dan 40 ml asam
asetat. Anilin berwarna coklat dan asam asetat glasial berwarna bening, keduanya
dicampurkan akan menghasilkan warna coklat.Kedua larutan ini mempunyai sifat
volatil sehingga akan cepat menguap dan akan mengeluarkan bau yang menyengat,
maka harus ditutup alufo. Diatas hot plate campuran ini dipanaskan dan diberi batu
didih untuk membantu agar penguapan tidak berlebih, pemanasan ini dilakukan
kurang lebih 30 menit.
Setelah mendidih larutan campuran ini diletakkan perlahan-lahan dalam gelas
kimia dimana diletakkan dalam wadah es yang berisi es batu + air. Pendinginan ini
dilakukan untuk membentuk asetalinida yang membentuk kristal padat. Proses
pendinginan atau pembentukan kristal asetalinida dapat dipercepat dengan
menggoreskan sekali-kali pada dinding gelas kimia yang berisi campuran anilin dan
asam asetat glasial .Setelah campuran membentuk kristal ,campuran diaring dengan
menggunakan kertas saring.Ini dilakukan untuk memisahkan kristal dengan cairan
.Pada penyaringan dapat dipercepat dengan karbon aktif,dengan cara 2 sendok karbon
aktif + 150 ml aquades. Fungsi karbon aktif ini sendiri untuk menyerap air (adsorbsi)
agar kristal dapat bebas dari air dan akan terlihat.Setelah penyaringan selesai
dilakukan menimbang kristal yang terbentuk dan menghitung % kesalah an secara
teoritis dan praktek yaitu % yield.Faktor kesalahan dapat disebabkan dengan
pendinginan atu pemanasan yang kurang sempurna sehingga campuran tidak bereaksi
dengan baik,namun dapat bereaksi apabila dipanaskan pada suhu lebih kurang 1200C.
57
VIII. KESIMPULAN
58
ESTERIFIKASI
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui proses esterifikasi
2. Menerapkan reaksi esterifikasi dan menghitung persen hasil dari
proses esterifikasi
II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN
a. Alat yang digunakan:
1. Labu bulat leher tiga
2. Batu didih
3. Kondenser
4. Corong pisah 500 ml
5. Erlenmeyer 100 ml
6. Gelas kimia 250 ml
7. Gelas ukur 25 ml
8. Corong kaca, kertas saring
9. Kaca arloji
10. Pipet ukur 10 ml, bola karet
11. Spatula, batang pengaduk
12. Penangas minyak
13. Termometer
14. Wadah es
15. Pipet tetes
16. Alat penentu indeks bias
17. Alat penentu tiitk leleh, pipa kapiler
b. Bahan yang digunakan:
1. Butanol
2. Asam asetat glasial
3. Asam sulfat pekat
4. Aquades
5. Larutan jenuh Natrium bikarbonat
59
6. Natrium sulfat anhidrat
7. Es
60
menggunakan katalis karboksilat dan alkohol direfluks secara bersama-sama
dengan adanya asam sebagai katalis.
Reaksi ini merupakan reaksi kesetimbangan, sehingga tidak mungkin
mendapatkan ester secara kuantitatif dalam setiap mol reaktannya.
Kesetimbangan dapat diarahkan ke produk dengan mengambil produk airnya,
atau dengan membuat lebih kuantitas salah satu reaktan, biasanya reaktan
yang harganya relatif murah.
Ada dua metode yang digunakan dalam esterifikasi yaitu proses batch
dan proses kontinyu. Proses esterifikasi berlangsung dibawah tekanan pada
suhu 200-250°C. Pada reaksi kesetimbangan, air dipindahkan secara kontinyu
untuk menghasilkan ester. Henkel telah mengembangkan esterifikasi
countercurrent kontinyu menggunakan kolom reaksi dodel plate. Teknologi
ini didasarkan pada prinsip reaksi esterifikasi dengan absorpsi simultan
superheated metanol vapor dan desorpsi metanolwater mixture.
Reaksi ini menggunakan tekanan sekitar 1000 Kpa dan suhu 240 °C.
Keuntungan dari proses ini adalah kelebihan metanol dapat dijaga secara
nyata pada rasio yang rendah yaitu 1,5 : 1 molar metanol : asam lemak
dibandingkan proses batch dimana rasionya 3-4 : 1 molar. Metil ester yang
melalui proses distilasi tidak memerlukan proses pemurnian. Kelebihan
metanol di rectified dan digunakan kembali. Esterifikasi proses kontinyu lebih
baik daripada proses batch. Dengan hasil yang sama, proses kontinyu
membutuhkan waktu yang lebih singkat dengan kelebihan metanol yang lebih
rendah.
Proses esterifikasi merupakan proses yang cenderung digunakan
dalam produksi ester dari asam lemak spesifik Laju reaksi esterifikasi sangat
dipengaruhi oleh struktur molekul reaktan dan radikal yang terbentuk dalam
senyawa antara. Data tentang laju reaksi serta mekanismenya disusun
berdasarkan karakter kinetiknya, sedangkan data tentang perkembangan reaksi
dinyatakan sebagai konstanta kesetimbangan. Secara umum laju reaksi
esterifikasi mempunyai sifat sebagai berikut :
1. Alkohol primer bereaksi paling cepat, disusul alkohol sekunder, dan paling
lambat alkohol tersier.
2. Ikatan rangkap memperlambat reaksi.
61
3. Asam aromatik (benzoat dan p-toluat) bereaksi lambat, tetapi mempunyai
batas konversi yang tinggi.
4. Makin panjang rantai alkohol, cenderung mempercepat reaksi atau tidak
terlalu berpengaruh terhadap laju reaksi.
Sistem pemroses yang dirancang untuk menyelesaikan reaksi
esterifikasi dikehendaki untuk sedapat mungkin mencapai 100%. Oleh karena
itu reaksi esterifikasi merupakan kesetimbangan, maka konversi sempurna
tidak mungkin tercapai, dan sesuai informasi yang ada konversi yang dapat
dicapai hanya sampai 98%. Nilai konversi yang tinggi dapat dicapai dengan
ekses reaktan yang besar.
Reaksi esterifikasi fischer adalah reaksi pembentukan ester dengan
cara merefluks sebuah asam karboksilat bersama sebuah alcohol dengan
katalis asam. Asam yang digunakan sebagai katalis biasanya adalah asam
sulfat/asam lewis seperti skandium (lll) triflat.
Pembentukan ester melalui asetilasi langsung asam karboksilat
terhadap alcohol, seperti pada esterifiikasi fischer lebih disukai dibandingkan
asilasi dengan anhidrida asam (ekonomi atom yang rendah) atau hasil
klorida(sensitif terhadap kelembapan). Kelemahan utama asilasi langsung
adalah konstanta kesetimbangan kimia yang rendah. Hal ini harus diatasi
dengan menambahkan banyak asam karboksilat dan pemisahan air yang
menjadi hasil reaksi. Pemisahan air dilakukan melalui tahap distilasi Sean
Stark atau penggunaan saringan molekul.
n-Butil asetat adalah senyawa ester yang termasuk dalam kelompok
turunan asam karboksilat. Ester merupakan hasil reaksi antara alkohol dengan
asam karboksilat dengan sifat berbau harum sehingga sering digunakan
sebagai esen sintetis.
62
Sesuai hukum aksi massa, kesetimbangan dapat bergeser kearah
penambahan ester dengan adanya kelebihan salah satu pereaksi. Metode ini
hanya baik untuk alkohol primer dan skunder, tidak untuk alkohol tersier.
Contoh Esterifikasi
1. Contoh ester umum – etil etanoal
Ester yang paling umum dibahas adalah etil etanoat. Dalam hal ini,
hidrogen pada gugus -COOH telah digantikan oleh sebuah gugus etil.
Rumus struktur etil etanoat adalah sebagai berikut:
Perhatikan bahwa ester diberi nama tidak sesuai dengan urutan penulisan
rumus strukturnya, tapi kebalikannya. Kata "etanoat" berasal dari asam
etanoat. Kata "etil" berasal dari gugus etil pada bagian ujung.
Pada setiap contoh berikut, pastikan bahwa anda bisa mengerti bagaimana
hubungan antara nama dan rumus strukturnya.
Perhatikan bahwa asam diberi nama dengan cara menghitung jumlah total
atom karbon dalam rantai – termasuk yang terdapat pada gugus -COOH.
Misalnya, CH3CH2COOH disebut asam propanoat, dan CH 3CH2COO
disebut gugus propanoat.
Beberapa Reaksi Ester :
1. Reduksi
2. Hidrolisis
3. Ammonolisis
Reaksi antara ester dengan ammonia menghasilkan suatu amida disebut
Amonolisis. Reaksi ammonolisis tidak memerlukan katalis.
4. Transesterifikasi
Reaksi antara ester dengan alkohol menghasilkan ester baru dengan gugus
alkil (pada oksigen karbonil) dari alkohol yang baru. Pada reaksi ini
terjadi substitusi gugus alkil pada oksigen karbonil ester.
5. Reaksi dengan Grignard
Reaksi bereaksi dengan 2 molekul reagen Grignard menghasilkan
alkohol.
“ Khusus untuk esterformiat “ alkohol 2.
63
Variabel yang berpengaruh pada reaksi esterifikasi yaitu:
1. Suhu
Hal ini di karenakan sifat dari reaksi eksotermis, dan suhu dapat
mempengaruhi harga konstanta kecepatan reaksi.
2. Perbandingan zat pereaksi
Dikarenakan sifatnya yang reversible,maka salah satu perekatan harus di
buat berlebih agar optimal saat pembentukan ester.
3. Pencampuran
Dengan adanya pengadukan pada saat pencampuran,molekul-molekul
pereaktan dapat mengalami tumbukan yang lebih sering sehingga reaksi
dapat berjalan secara optimal.
4. Katalis
Adanya katalisator dalam reaksi dapat mempercepat jalannya suatu
reaksi. Kereakifan dari katalis bergantung dari jenis dan konsentrasi yang
digunakan.
5. Waktu reaksi
Jika waktu bereaksi lama maka kesempatan molekul-molekul
pertumbukan semakin sering.
Secara umum ada tiga golongan proses, dan penggolongan ini
bergantung kepada volatilitas ester:
Golongan 1
Dengan ester yang sangat mudah menguap, seperti metal format, metal
asetat,dan etil format, titik didih ester lebih rendah dari pada alcohol, oleh
karena itu ester seger dapat dihilangkan dari campuran reaksi.produk metal
asetat dengan metode distilasi bachaus merupakan sebuah contoh dari
golongan ini. Methanol dan asam asetat diumpankan ke dalam kolom distilasi
dan ester segera dipisahkan sebagai campuran uap dengan methanol dari
bagian atas kolom. Air terakumulasi di dasar tangki dan selanjutnya dibuang.
Ester dan alcohol dipisahkan lebih lanjut dalam kolom distilasi yang ke dua.
Golongan 2
Ester dengan kemampuan menguap sebaiknya dipisahkan dengan cara
menghilangkan air yang terbentuk secara distilasi. Dalam beberapa hal,
campuran terner dari alcohol, air, dan ester dapat terbentuk. Kelompok ini
64
layak untuk di pisahkan lebih lanjut dengan etil asetat, semua bagian ester di
pindahkan sebagai campuran uap dengan alcohol dan sebagian air, sedangkan
sisa air akan terakumulasi dalam system. Dengan butyl asetat, semua bagian
air di pindahkan ke bagian atas dengan sedikit bagian dari ester dan alcohol,
sedangkan sisa ester terakumulasi dalam system.
Golongan 3
Dengan ester yang mempunyai volatilitas rendah, beberapa
kemunungkinan timbul. Dalam hal butyl dan amil alcohol, air dipisahkan
sebagaicampuran binet dengan alcohol. Contoh proses untuk tipe seperti ini
adalah pembuatan dibutil ftalat. Untuk menghasilkan ester dari alcohol yang
lebih pendek (metal, etil,propel) dibutuhkan penambahan hidrokarbon seperti
benzene dan toluene untuk memperbesar air yang terdistilasi, dengan alcohol,
bertitik didih tinggi (benzyl,furfural, b-feniletil) suatu cairan tambahan selalu
diperlukan untuk menghilangkan kandungan air dari campuran.
Penggunaan Ester:
Adapun penggunaan ester dalam kehidupan yaitu:
Sebagai pelarut, butil asetat (pelarut dalam industri cat).
Sebagai zat wangi dan sari wangi.
Berperan pada saat pembuatan biodiesel
Untuk esterifikasi fenol sintesis aspirin
65
antar molekul ester tidak membentuk ikatan hidrogen.Senyawa – senyawa
ester antara lain mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1. Pada umumnya mempunyai bau yang harum, menyerupai bau buah-
buahan.
2. Senyawa ester pada umumnya sedikit larut dalam air dan bersifat polar.
3. Ester lebih mudah menguap dibandingkan dengan asam atau alcohol
pembentuknya.
4. Ester merupakan senyawa karbon yang netral.
5. Ester dapat mengalami reaksi hidrolisis.
66
Ester ini didistilasi dalam labu distilasi, maka akan keluar sebagai distilat
yang cukup tinggi kemurniannya. Alkohol dan sisa asam tetap tinggal
dalam labu distilasi.
Contoh : metal asetat, etil asetat, metal format.
b. Ester dengan titik didih sedang (medium boiling ester)
Ester di distilasi dalam sebuah labu distilasi maka ester akan keluar
bersama alkohol, air serta sisa asam, dimana campuran tersebut
komposisinya mempunyai titik didih yang hampir sama dan fraksi mol
campuran dalam fase uap dan cair yang sama. Contoh : tert butil asetat, etil
propionat.
c. Ester dengan titik didih tinggi (high boiling ester)
Ester ini dipisahkan dengan penguapan dan penambahan benzene sehingga
sisa asam, alkohol, dan air menguap, sedang ester tetap tinggal dalam
distilator. Contoh : etil pelargonat, n-Oktil asetat. (Fessenden, 1982).
67
konjugasi adalah asetat. Sebuah larutan 1 M asam asetat memiliki pH sekitar
2,4.
Sifat fisik dari asam sulfat
Rumus molekul : H2SO4
Massa molar : 98,08 g/mol
Penampilan : cairan bening, tak berwarna, tak berbau
Densitas : 1,84 g/cm3, cair
Titik leleh : 10 °C, 283 K, 50 °F
Titik didih : 337 °C, 610 K, 639 °F
Keasaman(pKa) : −3
Viskositas : 26,7cP (20 °C)
68
IV. LANGKAH KERJA
1. Pembuatan Ester
a. Memeasukkan 46 ml butanol ke dalam labu bundar leher tiga
berpengaduk, menambahkan 60 ml asam asetat glasial.
Menambahkan 10 ml asam sulfat pekat sedikit demi sedikit melalui
corong tetes yang dipasang pada salah satu labu. Memasang
kondenser.
b. Setelah semua asam sulfat ditambahkan, melakukan refluk selama 3
jam, mendinginkan hingga suhu ruang.
c. Menuangkan ke corong pisah yang berisi 250 ml air aquades.
Mengambil bagian atas (ester kotor), membilas dengan 100 ml air
aquades.
2. Tahap Destilasi
a. Menambahkan 50 ml larutan jenuh natrium bikarbonat dan 50 ml
air aquadest ke dalam larutan ester.
b. Melakukan distilasi dan menampung kondensat n-butil asetat pada
suhu 124-1250C
c. Menganalisis dengan alat pengukur indeks bias.
d. Menambahkan 5-6 gram natrium sulfat anhidrat untuk
mengeringkan n-butil asetat, menyaring dengan kertas saring lipat.
e. Mengeringkan pada suhu 600C selam 30 menit.
69
V. DATA PENGAMATAN
Pembuatan Ester
Proses Destilasi
70
VI. PERHITUNGAN
1. Asam Asetat Glasial
Volume : 60 ml
Massa jenis : 1,049 gr/ml
Massa : Vxρ
: 60 ml x 1,029 gr/ml
: 62,94 gr
62,94 gr
gr
Mol : = gr = 1,049 mol
BM 60
ml
2. N-butanol
Volume : 46 ml
Massa : Vxρ
: 37,26 gr
37,26 gr
gr
Mol : BM = 74,12 gr = 0,5027 mol
ml
Secara Teori
M : 0,5027 1,049 - -
71
= 58,39 gram
INPUT OUTPUT
Komponen
Massa Mol Massa Mol
M : 0,5027 1,049 - -
INPUT OUTPUT
Komponen
Massa Mol Massa Mol
72
H2O - - 3,798 0,2110
= 100 %
- Menentukan % yield Secara Teori
% product
% Konversi = % reactant x 100 %
58,39 gr
= 100,2 gr x 100 %
= 58,27 %
= 41,97 %
- Menentukan % yield Secara Praktek
% product
% Konversi = % reactant x 100 %
24,52 gr
= 100,2 gr x 100 %
= 24,47 %
- % kesalahan
73
Teori− praktek
% Kesalahan = teori
x 100 %
(58,3936−24,52) gr
= 58,3936 gr
x 100 %
= 58 %
74
VII. ANALISA PERCOBAAN
Pada praktikum kali ini praktikkan mereaksikan butanol dengan asam
asetat agar menghasilkan ester n butil asetat. Dalam reaksi ini butanol merupakan
senyawa pembatas yang kan habis bereaksi sementara itu asam asetat akan
bersisa. n – butil asetat merupakan ester yang berbau pisang dan berwarna bening
kekuningan. Dalam mereaksikan butanol dan asam asetat praktikkan
75
Pemurnian ester dengan cara ekstraksi menggunakan corong pisah
(ekstraktor) yang memanfaatkan kelarutan dari setiap zat. Penambahan
aquadest untuk memisahkan air yang dihasilkan dari proses esterifikasi serta
mencuci ester dengan mengocoknya lalu akan terbentuk dua lapisan, lapisan
atas ialah ester dan yangdibawah adalah air karena berat jenis air lebih besar
daripada ester.
Penambahan NaHCO3 berfungsi untuk mengikat pereaksi yang berlebih.
Perlu diperhatikan ketika membuang pengotor (produk yang tidak diinginkan)
tersebut, jangan sampai ester nyaikut terbuang karena faktor ini dapat
VIII. KESIMPULAN
1. n-butil asetat adalah senyawa ester yang termasuk dalam kelompok
turunan CH3COOH
2. Reaksi:
C4H9OH + CH3COOH CH3COOC4H9 + H2O
3. Hasil Praktikum :
o Secara Teori
% Konversi = 100 %
% Yield = 58,27 %
o Secara Praktik
% Konversi = 41,97 %
% Yield = 24,47 %
4. % Kesalahan = 58 %
76
SULFONASI
77
III. DASAR TEORI
Asam sulfanilat adalah senyawa golongan asam kuat yang sering digunakan
untuk bahan baku pembuatan obat-obatan. Asam Sulfanilat adalah bubuk abu-abu
terang atau kristal; sedikit larut dalam air, alkohol, dan eter, dan larut dalam air panas.
Asam sulfanil merupakan produk hasil proses sulfonasi yang merupakan asam
organic dari golongan Asam sulfonat atau sering juga dibuat asam p-amino benzene
sulfonat atau asam sulfanilat dan diperoleh dari aniline dan asam sulfat pekat. Asam
sulfanilat dipandang sebagai ion Amfoter (zat yang mapu menunjukkan sifat asam
maupun basa). Asam Sulfonat bereaksi terurai sebellum mencair pada suhu 300 . dan
tidak dapat larut dalam pelarut organic maka Asam Sulfanil dapat dipandang sebagai
ion amfoter. Anilin merupakan senyawa turunan benzena yang dihasilkan dari
pengurangan nitrobenzena.
Dari reaksi sulfonasi akan terbentuk kristal asam sulfanilat. Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan
pembentukan kristal antara lain adalah:
78
1. Pada suhu kamar berbentuk kristal padat yang berwarna putih.
2. Merupakan golongan asam yang sangat kuat.
3. Memiliki sifat higroskopis yaitu mudah menyerap air untuk masuk ke
dalam molekul-molekulnya.
4. Berat molekul : 173,19
5. Titik cair : 288°C
6. Titik didih : 172-187°C
7. Mudah larut dalam air panas dan pelarut polar lainnya
8. Berbentuk Kristal berwarna putih (dalam keadaan murni)
9. Tidak dapat larut dalam pelarut organic, larut dalam pelarut anorganik
10. Larut dalam air dingin pada suhu -5
11. Terurai dalam (sebelum mencair pada suhu 300 , terbentuk pada 180-190.
TEORI TAMBAHAN
Aniline
79
Aniline merupakan senyawa turunan benzene yang dihasilkan dari reduksi
nitrobenzene. Anilin memiliki rumus molekul C6H5NH2 dan rumus bangun.
Kegunaan Anilin:
Asam Sulfat adalah asam sulfat yang komponenya utama adalah Belerang.
Belerang adalah zat padat yang pada temperature kamar melebur pada 119°C,
berwarna kuning rapuh. Kristal belerang berbentuk rombik dengan rumus S. Asam
sulfat banyak diperlukan dalam berbagai industry penting.
80
Sifat Fisis :
Sifat kimia :
1. Merupakan asam kuat
2. Jika dicampur dengan air akan menimbulkan reaksi eksoterm (panas)
sampai 120°C dan kontraksi, sehingga jumlah isi campuran berkurang
3. Bersifat encer, tidak bisa bereaksi dengan Bi, Hg, Cu, dan logam mulia.
4. Bersifat pekat. Bila keadaaan panas akan mengoksidasi logam-logam
sedan garam sulfat direduksi menjadi.
5. Merupakan oksidator dan zat pendehidrasi.
Kegunaan :
1. Bahan pemuatan pupuk Amonium Sulfat dan Asam Sulfat
2. Kilang minyak
3. Serabut buatan
4. Bahan kimia industry
5. Plastik
6. Pharmasi
7. Baterai
8. Bahan ledak
9. Air aki/accu
10. Industry organic : insektisida, selofan, zat warna
11. Memurnikan minyak tanah
81
Asam Sulfanilin
Asam sulfanilat adalah senyawa golongan asam kuat yang sering digunakan
untuk bahan baku pembuatan obat-obatan. Asam Sulfanilat adalah bubuk abu-abu
terang atau kristal; sedikit larut dalam air, alkohol, dan eter, dan larut dalam air panas.
Asam sulfanil merupakan produk hasil proses sulfonasi yang merupakan asam
organic dari golongan Asam sulfonat atau sering juga dibuat asam p-amino benzene
sulfonat atau asam sulfanilat dan diperoleh dari aniline dan asam sulfat pekat. Asam
sulfanil dipandang sebagai ion Amfoter (zat yang mapu menunjukkan sifat asam
maupun basa).
Asam Sulfonat bereaksi terurai seelum mencair pada suhu 300°C. dan tidak dapat
larut dalam pelarut organic maka Asam Sulfanil dapat dipandang sebagai ion amfoter.
Kristalisasi
a. Pendinginan
Untuk bahan-bahan yang kelarutannya berkurang dratis dengan
menurunnya temperatur, kondisi lewat jenuh dapat dicapai dengan
pendinginan larutan panas yang jenuh.
b. Pemanasan
Untuk bahan-bahan yang kelarutannya berkurang sedikit dengan
menurunnya suhu. Kondisi lewat jenuh dapat dicapai dengan penguapan
sebagian pelarut.
c. Pemanasan dan Pendinginan
Metode ini merupakan gabungan dari dua metode diatas. Larutan
panas yang Jenuh dialirkan kedalam sebuah ruangan yang divakumkan.
Sebagian pelarut menguap, panas penguapan diambil dari larutan itu sendiri,
sehingga larutan menjadi dingin dan lewat jenuh. Metode ini disebut
kristalisasi vakum.
82
d. Penambahan bahan (zat) lain.
Untuk pemisahan bahan organic dari larutan seringkali ditambahkan
suatu garam. Garam ini larut lebih baik daripada bahan padat yang dinginkan
sehinga terjadi desakan dan membuat baha padat menjadi terkristalisasi.
1. Dalam keadaan cair atom-atom tidak memiliki susunan teratur dan selalu
mudah bergerak, temperaturnya relative lebih tinggi dan memiliki energi yang
cukup untuk mudah bergerak.
2. Dengan turunnya temperatur maka energi atom aka semakin rendah, makin
sulit bergerak dan mulai mengatur kedudukannya relatif terhadap atom lain,
mulai membentuk inti kristal pada tempat yang relative leih tinggi.
3. Inti akan menjadi pusat kristalisasi, dengan makin turun temperature makin
banyak atom yang ikut bergabung dengan inti yang sudah ada atau
membentuk inti baru.
Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang jamak
digunakan, dimana zat-zat tersebut atau zat-zat padat tersebut dilarutkan dalam suatu
pelarut kemudian dikristalkan kembali. Cara ini bergantung pada kelarutan zat dalam
pelarut tertentu di kala suhu diperbesar. Karena konsentrasi total impuriti biasanya
lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, bila dingin, maka konsentrasi
impuriti yang rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi
tinggi akan mengendap (Arsyad, 2001).
83
- Dijaga temperature 180-190°C agar kristal dapat terbentuk saat
diherkristalisasi.
- Setelah dipanaskan di karbon aktif, larutan di letakkan di saringan
pemanas dan diberi norit agar kristal masih terendap di bawah.
- Setelah dimasukkan dengan Es, Kristal mudah terbentuk.
- Saat Herkristalisasi, pemberian norit yang menghilangkan kotoran
kotoran yang ada sehingga memperoleh kristal yg putih mengkilap
- seperti jarum kecil.
b. Kekurangan
- Jika suhu tidak dijaga 180-190°C maka tidak akan terbentuk metode
kristalisasi.
- Jika pengadukan norit tidak merata maka norit akan terbawa saat
pengkristalan warna putih mengkilap yang seharusnya berubah menjadi
warna ungu keputih-putihan.
- Pemanasan yang terlalu lama akan mengakibatkan kertas saring terbakar
sehingga berat kertas saring berkurang dan hasil rendemen berkurang.
84
IV. LANGKAH KERJA
1. Memasukkan 20 ml anilin ke dalam labu bundar leher tiga
berpengaduk,menambahkan 10 ml asam sulfat pekat sedikit demi sedikit
melalui corong tetes yang dipasang pada salah satu leher labu. Memasang
kondensor yang dihubungkan dengan pompa air pada leher ketiga .
meletakkan wadah berisi air dingin dibagian bawah labu karena reaksi
awal bersifat eksotermis.
2. Setelah semua asam sulfanilat ditambahkan , lap bagian bawah labu agar
kering dan memanaskan menggunakan penangas minyak.
3. Memanaskan hingga suhu 180°C - 190°C selama 3 jam.
4. Mematikan penangas , angkat labu dan penangas dan mendinginkan labu
ke suhu 80°C. Menuangkan larutan ke dalam gelas kimia yang diletakkan
dalam wadah es + air selama 10 menit. Apabila perlu, gores permukan
dalam gelas kimia dengan pegaduk kaca untuk mempercepat
terbentuknya Kristal.
5. Menyaring asam sulfanilat kotor yang terbentuk dengan penyaring
Buchner, bilas dengan baik menggunakan air. Mengeringkan dan
menimbang.
Alternatif :
- Lakukan penyaringa dengan corong kaca yang diberi kertas saring bulat
dilipat.
Pemurnian
85
V. DATA PENGAMATAN
- Percobaan minggu ke-1
No Perlakuan Pengamatan
Pemanasan kristal yang terbentuk Kristal mencair dan larutan menjadi
1.
+ 150 ml air aquadest berwarna kecoklatan
Larutan (kristal + 150 ml air
2. aquadest) yang telah diapanaskan Larutan berubah warna menjadi hitam
+ 5 gram karbon aktif
3. Penyaringan Didapat endapan hiatam dan filtrat
4. Pendinginan Tidak terbentuk kristal
86
VI. PERHITUNGAN
Secara teori
Anilin
ρ=1,022 gr /ml
BM =93,13 gr /mol
V =20 ml
gr
ρ=
V
gr gr
1,022 =
ml 20 ml
gr
gr=1,022 × 20 ml
ml
¿ 20,44 gr
gr 20,44 gr
mol= =
BM gr
93,13
mol
¿ 0,2195 mol
gr
ρ=
V
gr gr
1,84 =
ml 10 ml
gr
gr=1,84 ×10 ml
ml
¿ 18,4 gr
87
gr 18,4 gr
mol= =
BM gr
98,08
mol
¿ 0,1876 mol
Reaksi
C6H5NH2 + H2SO4 C6H5NH2SO3 + H2O
M = 0,2195 0,1876 - -
Neraca Massa
BM Input Output
Komponen
Gr/mol mol gr mol gr
C6H5NH2 93,13 0,2195 20,4135 0,0319 2,9667
H2SO4 98,08 0,1876 18,3848 - -
C6H5NH2SO3 173 - - 0,1876 32,4548
H2O 18 - - 0,1876 3,3768
∑ 38,7983 38,7983
88
VII. ANALISA PERCOBAAN
Pada percobaan ini bertujuan untuk melakukan reaksi sulfonasi pada senyawa
aromatik, mengetahui cara pembuatan asam sulfanilat secara laboratorium dan
menghitung massa kristal asam sulfanilat yang diperoleh. Reaksi sulfonasi
merupakan reaksi substitusi elektrolfilik pada senyawa aromatik dengan asam sulfat
pekat.
Atau
HSO3
89
Mekanisme reaksi di atas yaitu terjadi reaksi substitusi elektrofilik antara
anilin dan asam sulfat pekat yaitu terjadi protonasi pada elektron bebas O pada asam
sulfat sehingga atom O akan menyerang H pada anilin dan anilin akan kehilangan
satu atom H. Kemudian anilin yang kehilangan satu atom H akan mengalami
resonansi untuk menstabilkan senyawanya. Atom C negatif pada gugus benzena
anilin akan menyerang atom S positif pada asam sulfat sehingga gugus sulfat akan
berikatan pada anilin menjadi para amino benzen sulfonat. Para amino benzen
sulfonat yang terbentuk akan mengalami resonansi untuk menstabilkan senyawanya
lalu atom N negatif pada para amino benzen sulfonat akan menyerang atom H positif
sehingga membentuk asam sulfanilat.
90
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilkakukan dapat disimpulkan bahwa :
a. Asam sulfanilat dapat dibuat melalui reaksi sulfonasi antara anilin dan asam
sulfat pekat berdasarkan reaksi substitusi.
b. Larutan harus jenuh atau superheated
c. Kristal dibentuk dengan menggunakan metode kristalisasi pemanasan dan
pendinginan.
d. Proses reaksi antara anilin dengan asam sulfat berjalan secara eksoterm.
e. Karbon aktif berfungsi untuk menyerap kotoran yang terperangkap didalam
kristal, sehingga kristal yang didapatkan diharapkan mengandung sedikit
pengotor.
91
KONDENSASI
I. TUJUAN PERCOBAAN
- Mahasiswa dapat mengetahui proses kondensasi.
- Menentukan mekanisme reaksi, mengitung % yield dan % konversi dan
menentukan titik leleh hasil.
92
93
III. DASAR TEORI
Kondensasi adalah suatu proses dimana dua molekul atau lebih bergabung
menjadi satu molekul yang lebih besar dengan atau tanpa hilangnya suatu
molekul kecil. Kondensasi Knoevenagela adalah reaksi antara sebuah senyawa
yang mempunyai sebuah nitrogen terhadap 2 gugus pengaktif (seperti C = O
atau C = N) menggunakan ammonia atau amina sebagai katalis.
Contoh :
Ar – C = OCH + CH2 (CO2) H2 Asam siromat (3-fenilpropanoat)
94
Kondensasi Knoevenagel adalah adisi nukleofilik senyawa hidrogen
aktif ke sebuah gugus karbonil yang diikuti oleh reaksi dehidrasi. Produk reaksi
sering merupakan enonberkonjugasi alfa, beta.
Pada reaksi ini, gugus karbonilnya adalah aldehida atau keton. Katalis
yang digunakan adalah amina basa lemah. Komponen hidrogen aktifmya
mempunyai bentuk:
1. Z-CH2-Z atau Z-CHR-Z, sebagai contohnya dietil malonat, asam
Meldrum, etil asetoasetat atau asam malonat.
2. Z-CHR1R2, contohnya nitrometana.
Sifat Fisik dan Kimia Bahan Yang Digunakan:
1. Natrium Asetat
Natrium asetat
Informasi umum
Natrium asetat
Nama sistematis
Natrium etanoat
[127-09-3] (anhidrat)
Nomor CAS
[6131-90-4] (trihidrat)
Sifat-sifat
Densitas and fase 1.45 g/cm³, padat
95
Kelarutan dalam air 76 g/100 ml (0 °C)
tidak ada;
Titik lebur
terurai pada 324 °C
2. Benzaldehid
Benzaldehid (C6H5CHO) adalah sebuah senyawa kimia yang terdiri
dari benzena dengan sebuah subtstein aldehid. Ia merupakan aldehid aromatik
ang paling sederhana. Pada suhu kamar berupa cairan tidak berwarna dengan
aroma seperti badan (almond). Benzaldehid merupakan komponen utama pada
ekstra almond dan dapat diekstasi dari beberapa sumber seperti aprikot, ceri,
dan biji.
Benzaldehida
Sifat
Penampilan cairan tidak berwarna
96
Termokimia
Entalpi pembentukan −86,8 kJ/mol
standar (ΔfHo)
97
Produksi
25% asam asetat dunia digunakan untuk proses ini . Selain itu,
anhidrida asetat juga dihasilkan melalui reaksi asetil klorida dengan natrium
asetat:
H3C-C(=O)Cl + H3C-COO− Na+ → Na+Cl− + H3C-CO-O-CO-CH3
4. Asam Klorida
98
Asam klorida sebagai campuran dua bahan antara HCl dan H 2O
menjadi/ mempunyai titik didih konstan azeotop pada 20,2 % HCl dan 108 0C
(2270C). Asam klorida memiliki empat titik didih eutekrik kristalisasi-
konstan.
Asam klorida
Sifat
Rumus molekul HCl dalam air (H2O)
99
pucat
−27,32 °C (247 K)
Titik lebur
larutan 38%
Keasaman (pKa) −8,0
100
IV. LANGKAH KERJA (Dilakukan di lemari asam)
a. Tahap Pembuatan Ester
1. Menimbang 10 gr natrium asetat setelah itu dipanaskan hingga leleh di oven,
selanjutnya didinginkan di dalam desikator dan timbang 4,5 gr selanjutnya
dimasukkan ke dalam labu bundar leher dua.
2. Menambahkan 7,5 mL benzaldehid dan 11 mL asam asetat anhidrat ke dalam
labu leher 2 tersebut. Kocok dengan baik.
3. Memasang kondenser dan melakukan refluk pada suhu 110° - 120°C selama 1
jam, selanjutnya dinginkan hingga suhu ruang.
4. Meletakan campuran larutan yang telah direfluk kedalam gelas kimia dan
tutup dengan rapat.
b. Filtrasi
1. Melanjutkan pemanasan pada suhu 175° - 180°C selama 1 jam hingga tak
terdapat lagi uap reaktan terbentuk.
2. Mendinginkan residu dalam es selama 10 menit, asamkan dengan asam
klorida 10 ml secara perlahan, kocok hingga didapatkan endapan.
3. Menyaring campuran larutan dengan penyaring buchner dan bilas dengan air
dingin.
4. Mengeringkan dalam oven selama 30 menit, dinginkan dalam desikator
selanjutnya ditimbang untuk mengetahui residu yang didapatkan.
101
V. DATA PENGAMATAN
a. Tahap Pembuatan Ester
Perlakuan Pengamatan
4,5 gr natrium asetat Setelah dipanaskan selama 45
dipanaskan didalam oven. menit larutan berubah menjadi
cairan.
Larutan + 7,5 ml Penambahan 2 larutan ini
benzaldehid dan 11 ml asam warna larutan putih dan panas.
asetat anhidrat kedalam labu
leher 2.
Campuran larutan dilakukan Proses refluk diatas penangas,
refluk pada suhu 1550 – 1600 larutan terjadi penguapan pada
selama 1 jam. kolom refluk.
Setelah dilakukan proses Terjadi perubahan bentuk,
refluk larutan didinginkan larutan terjadi pengkristalan
pada suhu ruang. putih pada larutan.
b. Lanjutan
Perlakuan Pengamatan
Campuran dilanjutkan proses Larutan yang telah terjadi
pemanasan pada suhu 1750 – kristal berubah menjadi cairan
1800 selama 1 jam. dan terdapat uap pada proses
pemanasan.
Selanjutnya didinginkan
Larutan akan terdapat
ditambah 10 ml asam klorida
endapan.
dan dikocok.
Saring dengan penyaring Terpisah endapan dengan
Buncher. warna putih.
Dipanaskan dalam Oven Filtrat menempel pada
selama 30 menit setelah itu pinggiran kertas saring dan
didinginkan membentuk bulatan kecil.
VI. PERHITUNGAN
Secara Teoritis
102
Mol asam asetat anhidrat
ρ=1,049 gr/cm3
ρ×V
n=
BM
gr
1, 049 ×11ml
ml
n=
gr
102
mol
n=0 ,113 mol
Mol benzaldehid
ρ×V
n=
BM
gr
1, 0415 ×7,5 ml
ml
n=
gr
106
mol
n=0 , 073 mol
Reaksi:
m : 0,1131 0,0737 - -
103
Neraca Massa
BM Input Output
Komponen
(gr/mol) Mol Gram Mol Gram
Secara Praktek
n = gr/BM
= 0,0438 mol
Reaksi:
m : 0,1131 0,0737 - -
104
Neraca Massa
BM Input Output
Komponen
(gr/mol) Mol Gram Mol Gram
= 43 %
= 59.43 %
105
VII. ANALISA PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan dapat dianalisa bahwa reaksi
pembentukan asam siromat adalah reaksi antara asam asetat dan benzaldehid.
Kondensasi adalah suatu proses dimana dua molekul atau lebih bergabung
menjadi satu molekul yang lebih besar dengan atau tanpa hilangnya suatu
molekul kecil.
VIII. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa :
( CH 3 CO ) 2 O+ C6 H 5 COH→C 6 H 5 C 2 H 5 O2 + H 2 O
106
POLIMERISASI
UREA FORMALDEHID
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa dapat menjelaskan kondisi reaksi pada kecepatan reaksi
dan hasil reaksi pada tahap awal
2. Dapat menganalisa kadar formaldehid bebas dan kadar resin dalam
larutan resin
3. Menentukan pH massa jenis pada tahap reaksi dan hasil.
II. ALAT DAN BAHAN
a. Alat yang digunakan:
- Erlenmeyer 250 ml : 6 buah
- Gelas kimia 250 ml : 4 buah
- Gelas ukur 100 ml : 1 buah
- Corong kaca : 1 buah
- Kaca arloji : 2 buah
- Pipet ukur 1 ml : 1 buah
- Pipet ukur 25 ml : 1 buah
- Bola karet : 1 buah
- Spatula : 1 buah
- Pengaduk kaca : 2 buah
- Pengangas air : 1 buah
- Hot plate : 1 buah
b. Bahan yang digunakan:
- Formalin
- Urea
- Natrium karbonat
- Etanol
- Natrium sulfit
- Asam sulfat
- Fenolftalin
- Aquadest
- Es
107
108
III. DASAR TEORI
Resin urea-formaldehid adalah salah satu contoh polimer yang merupakan
hasil kondensasi urea dengan formaldehid. Polimer jenis ini banyak digunakan di
industri untuk berbagai tujuan seperti bahan adesif (61%), papan fiber berdensitas
medium (27%), hardwood plywood (5%) dan laminasi (7%) pada produk
mebelir(furniture), panel dan lain-lain.
109
molekul yang lebih besar dan melepaskan molekul yang lebih kecil yaitu
air.
Berdasarkan sifatnya, polimer dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Tahap metilolasi, yaitu adisi formaldehid pada gugus amino dan amida dari
urea, dan menghasilkan metilol urea
2. Tahap selanjutnya propagasi, yaitu reaksi kondensasi dari monomer-
monomer mono dan dimetilol urea membentuk rantai polimer yang lurus
3. Tahap terakhir adalah proses curing yaitu ketika kondensasi tetap
berlangsung, polimer membentuk rangkaian 3 dimensi yang sangat
kompleks dan menjadi resin thermosetting. Resin thermosetting
mempunyai sifat tahan terhadap asam, basa, serta tidak dapat melarut dan
meleleh. Temperatur curing dilakukan pada sekitar temperatur 120 Celcius
dan pH < 5
Katalis
Penggunaan katalis pada suatu reaksi akan meningkatkan laju reaksi tersebut.
Begitu juga yang terjadi pada reaksi urea-formaldehid ini. Laju reaksinya
akan meningkat jika digunakan katalis. Katalis yang diguanakan pada percobaan ini
Temperatur
110
Kenaikan temperatur selalu mengakibatkan peningkatan laju suatu reaksi.
Namun, kenaikan temperatur ini dapat mempengaruhi jumlah produk yang
terbentuk, bergantung pada jenis reaksi tersebut (eksoterm atau endoterm). Oleh
karena itu, diperlukan suatu optimasi untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Kenaikan temparatur juga dapat menurunkan berat molekul (Mr) resin urea-
formaldehid. Hal tersebut dikarenakan adanya pembentukan pusat-pusat aktif yang
baru, sehingga memperkecil ukuran molekul resin.
Waktu Reaksi
Jumlah dan sifat produk yang dihasilkan dari suatu reaksi juga dipengaruhi
oleh waktu reaksi. Makin lama waktu reaksi, jumlah produk yang dihasilkan makin
banyak akibatnya, resin yang dihasilkan akan berkadar tinggi dan memiliki Mr tinggi.
UREA
NH2CONH2.
3. Dalam bentuk larutan terhidrolisis dengan lambat membentuk Amonium
Karbamat pada suhu ruangan.
4. Pemanasan yang lama, larutan urea akan menghasilkan biuret.
FORMALIN
111
Sifat-sifat fisika formalin :
112
IV. LANGKAH KERJA
Pembuatan resin
1. Memasukan 20 ml formalin ke dalam labu bundar leher dua dan
menambahkan amonia pekat sebanyak 7% berat total campuran dan
menambahkan natrium sulfit sebagai buffering agent sebanyak 10% berat
katalis.
2. Mengaduk rata campuran, menyisihkan 25 ml sebagai sampel dan erlenmeyer
100 ml.
3. Memasukan urea 100 gr ke dalam campuran, mengaduk rata lalu mengambil
25 ml dengan pipet, menaruh dalam erlenmeyer 100 ml dan menyimpan
sebagai sampel 2.
4. Memanaskan campuran dengan refluks selama 1 jam pada suhu maksimum 60
o
C.
5. Mengambil sampel 3 sebanyak 25 ml dengan pipet setelah refluk 30 menit
lalu menyimpan dalam erlenmeyer 100 ml
6. Setelah 1 jam, megambil lagi 25 ml sebagai samel 4 lalu menyimpannya
dalam erlenmeyer 100 ml.
Analisis sampel
Langkah kerja :
Analisa kadar formaldehid bebas dengan menggunakan natrium sulfat dengan reaksi :
113
4. Melakukan titrasi duplo
TES II
Langkah kerja :
TES III
Langkah kerja :
114
V. DATA PENGAMATAN
terjadi eksotermis
Na2CO3 10% berat NH3
terlalu menyengat
Analisis Sampel
Blanko 1 1 1
1 2.54 2.46 2.5
Test 1 2 1.4 1.2 1.3
3 1.3 1.1 1.2
4 1.2 0.9 1.1
Merah muda
1 6 menjadi
bening
2 9
Test 2
3 8
4 7
3 56.7 57.12
Test 3
4 88.3 89.4
VI. PERHITUNGAN
115
Formaldehida
mf = 212 gr
NH3 7 %
% m NH3 = m NH3
M NH3 + M Formalin
0,07 = x
X +212 gr
0,07x + 14,84 gr = x
x – 0,07x = 14,84 gr
0,93 x = 14,84 gr
x = 15,956 gr
V NH3 = 17.728
gr = M V BE
Sampel 1
116
ml titrasi = ml titran - ml titran blanko
= 2.5 - 1 ml
= 1.5 ml
= 2 x 1.5 ml x 1.mmol/ml
10 ml
Sampel 2
= 1.3 - 1 ml
= 0.3 ml
= 2 x 0.3 ml x 1.mmol/ml
10 ml
Sampel 3
= 1.2 - 1 ml
= 0.2 ml
117
= 2 x 0.2 ml x 1.mmol/ml
10 ml
Sampel 4
= 1.1 - 1 ml
= 0.1 ml
= 2 x 0.1 ml x 1.mmol/ml
10 ml
PENENTUAN KADAR
1. Sampel 3
G1 = 56.7 gr
G2 = 57,12 gr
% resin = G2 - G1 x 100 %
Gr sampel
5 gr
= 8.4 %
1. Sampel 4
118
G1 = 88.3 gr
G2 = 89.4 gr
% resin = G2 - G1 x 100 %
Gr sampel
5 gr
= 22 %
119
VII. ANALISA PERCOBAAN
Pada percobaan yang telah dilakukan yaitu mengenai Polimerisasi Urea
Formaldehid dapat dilakukan proses kondensasi antara urea dengan formaldehid.
Pada tingkat keasaman zat lebih dari 7/ di atas 7, reaksi urea formaldehid yaitu
adisi formaldehid pada gugusan amina dari urea menghasilkan metilolosi yang
berupa rantai lurus dan larut dalam air, semakin lama kondensasi polimer mulai
membentuk rantai tiga dimensi dan berkurangnya kelarutan dalam air.
Dari setiap sampel yang diambil, pada tes 1 dengan adanya penambahan
urea membuat pH sampel semakin asam. Untuk volume titran semakin berkurang
dari sampel 1 dan 4 dan kandungan formalin dalam sampel semakin semakin
besar. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembulatan urea
formaldehid, diantaranya katalis, temperatur dan waktu reaksi.
120
VIII. KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan, dapat juga disimpulkan bahwa:
121
ISOMERISASI
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu:
- Megetahui proses isomerisasi dalam sintesa asam fumarat dan asam maleat.
122
III. DASAR TEORI
Isomer geometri adalah isomeri yang disebabkan oleh perbedaan letak atau
gugus di dalam ruang. Isomer geometri sering juga disebut dengan isomer cis-trans.
Isomeri ini tidak tidak reddapat pada kompleks dengan strruktur linear, trigonal
planar, atau tetrahedral, tetapi umum terdapat pada kompleks planar segiempat dan
oktahedral. Kompleks yang mempunyai isomer hanya kompleks-komplek yang
bereaksi sangat lambat dan kompleks yang inert. Ini disebabkan Karen kompleks-
kompleks yang bereaksi sangat cepat atau kompleks-kompleks yang labil, sering
bereaksi lebih lanjut membentuk isomer yang stabil (Syabatini, 2009 :
Tipe isomer ruang dimana 2 senyawa berbeda dalam hal kedudukan relatif 2
gugus terikat disekitar ikatan rangkapnya. Sebagai contoh adalah asam fumarat dan
asam maleat. Pada asam fumarat, kedua gugusnya yaitu gugus –COOH dan gugus –H
123
terletak pada sisi ikatan rangkap yang sama (disebut bentuk cis) sementara pada asam
maleat kedua gugus tersebut terletak pada sisi ikatan rangkap yang berlawanan
(disebut bentuk trans). Isomer geometris disebut juga isomer Cis-trans. Contoh
lainnya adalah senyawa 1,2-dikloroetena (Mulyono, 2005 : 196).
Campuran kompleks bentuk cis dan trans dapat dibuat dengan cara
mencampurkan -komponen non kompleks (penyusun kompleks). Berdasarkan
perbedaan kelarutan antara bentuk cis dan trans maka kedua jenis isomer tersebut
dapat dipisahkan. Sebgaia contoh kalium dioksalatodiakuokromat (III) dapat
dikristalkan secara perlahan dengan melakukan penguapan larutan yang mengandung
campuran bentuk cis dan trans. Dengan penguapan, kesetimbangan bentuk cis dan
trans dapat digeser ke kanan karena kelarutan isomer trans lebih rendah. Selain itu,
pemisahan isomer cis dan trans dapat dilakukan dengan cara mengatur kondisi larutan
sedemikian rupa sehingga kelarutan kompleks cis dan trans berbeda. Misalnya
kompleks cis-diklorobis (trietilstibin) palladium dapat dikristalkan dalam larutan
benzene meskipun dalam larutan hanya ada sekitar 6 % bentuk cis (Tim Dosen Kimia
Anorganik, 2010 : 30).
Van’t Hoff menjelaskan keisomeran asam fumarat dan maleat karena batasan
rotasi di ikatan ganda, suatu penjelasan yang berbeda dengan untuk keisomeran optik.
Isomer jenis ini disebut dengan isomer geometri. Dalam bentuk trans subtituennya
(dalam kasus asam fumarat dan maleat, gugus karboksil) terletak di sisi yang berbeda
dari ikatan rangkap, sementara dalam isomer cis-nya subtituennya terletak di sisi
yang sama.
Dari dua isomer yang diisoasi, Van’t Hoff menamai isomer yang mudah
melepaskan air menjadi anhidrida maleat isomer cis sebab dalam isomer cis kedua
gugus karboksi dekat satu sama lain. Dengan pemanasan sampai 300 °C, asam fuarat
berubah menjadi anhidrida maleat. Hal ini cukup logis karena prosesnya harus
melibatkan isomerisasi cis-trans yang merupakan proses dengan galangan energi yang
cukup tinggi. Karena beberapa pasangan isomer geometri telah diketahui, teori
isomer geometri memberikan dukunagn yang baik bagi teori struktural Van’t Hoff.
Berikut merupakan mekanisme pembentukan asam fumarat dari asam maleat:
124
· Isomer rantai
Isomer – isomer ini muncul karena adanya kemungkinan dari percabangan rantai
karbon. Sebagai contoh dua isomer dari butane C4H10. Pada salah satu rantai karbon
berada dalam bentuk rantai panjang, dan salah satunya berbentuk rantai karbon
cabang.
· Isomer posisi
Pada isomer posisi, kerangka utama karbon tetap tidak berubah, namun atom – atom
Yang penting tertukar posisi kerangka pada kerangka tersebut. Sebagai contoh dua
isomer struktur dengan formula molekul C3H7Br. Pada salah satu satunya bromine
berada di ujung dari rantai dan satunya lagi pada bagian tengah dan rantai.
Pada variasi dan struktur isomer ini, isomer mengandung group fungsional yang
berbeda-beda yaitu isomer dari dua jenis kelompok yangmolekul berbeda.
Asam maleat
Asam maleat atau Asam (Z)-butenadioat atau asam toksilat adalah senyawa
organik yang merupakan asam dikarboksilat. Molekul ini terdiri dari gugus etilena
yang berikatan dengan dua gugus asam karboksilat. Asam maleat adalah isomer cis
dari asam butenadioat, sedangkan asam fumarat merupakan isomer transnya. Isomer
cis kurang stabil; perbedaan kalor pembakarannya adalah 22,7 kJ/mol. Sifat-sifat
asam maleat sangatlah berbeda dengan asam fumarat. Asam maleat larut dalam air,
sedangkan asam fumarat tidak; titik lebur asam maleat adalah (130-139 °C), juga
lebih rendah dari titik lebur asam fumara (287 °C).
Sintesis
Reaksi Isomerisasi. Asam maleat dan asam fumarat biasanya tidak akan saling
berubah karena rotasi di ikatan ganda karbon tidaklah memfavoritkan pemutaran.
Dalam laboratorium, konversi isomer cis menjadi isomer trans dimungkinkan dengan
menggunakan cahaya dan bromin dalam jumlah yang kecil.Cahaya mengubah bromin
menjadi radikal bromin, yang akan menyerang alkena melalui reaksi adisi radikal
menjadi radikal bromo-alkana; memungkinkan terjadi perputaran ikatan tunggal.
125
Radikal bromin berekombinasi dan asam fumarat terbentuk.Asam maleat merupakan
bahan baku industri untuk produksi asam glioksilat dengan ozonolisis.
Asam Fumarat
Biologi
Makanan
126
Kimia
Asam fumarat pertama kali dibuat dari asam suksinat. Cara sintesis tradisional
melibatkan oksidasi furfural (dari hasil pemrosesan jagung) menggunakan natrium
klorat dengan keberadaan katalis berbasis vanadium. Zaman sekarang, sintesis asam
fumarat dalam skala industri kebanyakan berdasarkan isomerisasi katalitik asam
maleat (yang bisa didapatkan dalam jumlah besar dari hidrolisis maleat anhidrida,
yang diproduksi dari oksidsi katalitik benzena atau butana) dalam larutan akuatik.
Sifat-sifat kimia asam fumarat dapat terlihat dari gugus fungsinya. Asam
lemah ini dapat membentuk diester, mengalami adisi di ikatan gandanya, dan
merupakan dienofil yang baik. Digunakan sebagai rasa asam, asam fumarat memiliki
fungsi bakteriostatik dan antiseptik. Hal ini juga dapat digunakan sebagai pengatur
keasaman, acidifier, resistensi tambahan, Enduramiento akselerator dan bumbu
termal-oksidatif. Digunakan sebagai zat asam agen effervescent, dapat menghasilkan
gelembung besar dan indah. Asam fumarat dapat digunakanseperti farmasi menengah
dan optik pemutihan agen. Dalam industri farmasi, digunakan untuk menghasilkan
natrium dimercaptosuccinic fumarat besi cegah. Asam fumaratjuga digunakan dalam
pembuatan resin poliester tak jenuh.
127
Teori Tambahan
Sifat Fisika
Sifat Kimia
1. HCl akan berasap tebal diudara lembap
2. Gasnya berwarna kuning kehijauan dan berbau merangsang
3. Dapat larut dalm alkali hidroksida, kloroform dan eter
4. Merupakan oksidator kuat
b. Asam Maleat
Sifat Fisika
128
Kelarutan dalam air : 78 g/100ml (25 0C)
Sifat Kimia
1. Asam maleat dapat larut dalam air
2. Asam maleat diubah menjadi maleat anhidrida dengan dehidrasi
3. Asam maleat merupakan reaktan pada banyak reaksi
129
IV. LANGKAH KERJA
1. Masukkan 25 ml air ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 2,5ml asam
maleat (atau 2,5 gr asam maleat padat) diaduk rata. Dilakukan di lemari asam
menggunakan hot plate.
2. Menambahkan 3,5 ml asam klorida pekat secara perlahan menggunakan pipet
tetes dan dipanaskan hingga dibawah titik didih. Larutan.
3. Jika asam fumarat mulai terbentuk dan mengendap, ditambahkan 5 ml air,
dikocok dengan baik.
4. Mendinginkan langsung menggunakan wadah berisi es dan garam, menyaring
Kristal dibilas dengan air dan dikeringkan di oven.
130
V. DATA PENGAMATAN
No
Perlakuan Pengamatan
.
1. 3 ml aquadest dipanaskan Larutan bening dan mendidih
2. 3 ml aquadest + 3 gram asam Anhidrat maleat larut dalam air
maleat anhidrat mendidih, larutan tidak berwarna
(bening)
3. Larutan maleat + 3 ml HCl Terbentuk sedikit endapan putih
4. Larutan + 3 ml aquadest Terbentuk sedikit endapan putih
5. Campuran didinginkan di wadah es Terbentuk endapan putih yang banyak
6. Menyaring endapan Didapat Kristal yang merupakan asam
fumarat
7. Kristal dioven selama 30 menit dan Asam fumarat yang didapat adalah 1,5
ditimbang gram
VI. PERHITUNGAN
Secara Teori
a. Asam maleat 3 gram
Gr
Mol =
BM
3 gr
= = 0,026 mol
116,1 gr /mol
b. H2O, P = 1 gr/mol, 3 ml
p=m/v
m=pxv
= 1 X 3 = 3 gram
Gr
Mol =
BM
3 gr
= = 0,166 mol
18 gr /mol
Reaksi
C4H4O4 + H2O C4H4O4 + H2O
M : 0,026 0,166 - -
B : 0,026 0,026 0,026 0,026
S : - 0,14 0,026 0,026
131
Neraca massa (secara teori )
INPUT OUTPUT
Komponen
Mol gr Mol Gr
Gr
Mol =
BM
1,5 gr
= = 0,0129 mol
116,1 gr /mol
b. H2O, P = 1 gr/mol, 3 ml
p=m/v
m=pxv
= 1 X 3 = 3 gram
Gr
Mol =
BM
132
3 gr
= = 0,166 mol
18 gr /mol
Reaksi
C4H4O4 + H2O C4H4O4 + H2O
M : 0,026 0,166 - -
B : 0,0129 0,0129 0,0129 0,0129
S : 0,0131 0,1531 0,0129 0,0129
INPUT OUTPUT
KOMPONEN
Mol gr Mol Gr
% teori−% praktek
% kesalahan = X 100%
% teori
3−1,5
= X100%
3
133
= 50 %
134
VII. ANALISIS PERCOBAAN
Pada praktikum kali ini ialah tentang isomerisasi sintesa asam fumarat dari
asam maleat. Isomer memiliki arti keasamman suatu senyawa dengan senyawa lain
dari rumus molekulnya, namun mimiliki pengaturan yang berbeda dari rumus
strukturnya. Asam maleat memiliki rumus molekul yang sama dengan asam fumarat
yaitu C4H4O4 asam maleat adalah isomer cis dan asam fumarat adalah isomer
transnya.
Pada proses ini untuk memecah anhirid maleat diperlukan energy yang besar
untuk memutus ikatan C-O sehingga reaksi dilakukan pada suhu yang tinggi. Oleh
karena itu aquadest (yang bertujuan untuk menghidrolisis/memcah anhidrid maleat
menjadi asam maleat) yang akan ditambahkan dalam keadaan panas. Suhu tinggi
(pemanasan aquadet) ini dimaksudkan untuk memutuskan ikatan C-O. Penambahan
HCL yang dilakukan setelah penambahan air berfungsi sebagai katalis yang
digunakan untuk memprotonasi salah satu gugus karbonil sehingga ikatan rangkap
pada atom karbon dapat beresonansi dan terjadi rotasi pada ikatan tunggal,
selanjutnya ikatan rangkap beresonansi kembali. dan untuk memutus ikatan phi (π)
pada ikatan rangkap asam maleat sehingga struktur asam maleat bisa diputar dari cis
ke trans.
Kemudian larutan ini didinginkan dalam air es sampai asam fumarat yang
terbentuk mengendap sempuna. Proses pendinginan tersebut bertujuan untuk proses
kristalisasi dengan menurunkan kelarutan produk asam fumarat . Perubahan suhu
yang terjadi dapat mempengaruhi struktur morfologi Kristal, baik pada bentuk
maupun ukurannya. Jika perubahan suhunya sangat besar, Kristal yang terbentuk
berukuran besar. Namun jika perubahan suhunya tidak begitu besar dibutuhkan waktu
yang lama untuk membentuk Kristal dan Kristal yang terbentuk lebih kecil dan halus.
Karena perubahan suhu yang besar ini akan menyebabkan daya larut dari suatu
larutan akan semakin kecil, dengan semakin kecilnya daya larut suatu laruatan maka
larutan tersebut akan semakin cepat untuk membentuk Kristal.
Dalam percobaan ini juga terjadi reaksi adisi eliminasi yaitu pemutusan ikatan
rangkap yang kemudian terjadi pengembalian ikatan rangkap dengan reaksi
eliminasi,. Pada proses kali ini setelah Kristal terbentuk larutan ditambah dengan 3 ml
air hal ini bertujuan untuk menetralkan ph dari asam fumarat yang terbentuk. Dari
135
hasil percobaan yang dilakukan Kristal asam fumarat yang di dapat hanya sekitar 1,5
gram.
VIII. KESIMPULAN
- Asam maleat dan asam fumarat merupakan isomer geometric is-trans. Asam
maleat berisomer cis, sedangkan asam fumarat berisomer trans.
- Prinsip dasar pengubahan asam maleat menjadi asam fumarat adalah
berdasarkan reaksi adisi-eliminasi
- Asam maleat dan asam fumarat dapat dibedakan sifat fisiknya berdasarkan
perbedaan titik lelehnya
- Kristal C4H4O4 di dapat = 1,5 gram
- % konversi praktek = 49,61%
- % yield praktek = 49,69 %
- % kesalahan = 50 %
136
POLIMERISASI KONDENSASI
PEMBUATAN KARET SINTESIS
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mampu dapat membuat karet sintesis (TIOKOL) dalam skala
laboratorium.
137
III. DASAR TEORI
Tiokol merupakan karet sintetis yang dihasilkan melalui proses polimerisasi
kondensasi, yaitu proses penggabungan molekul tunggal membentuk molekul besar
dan melepas molekul lain sebagai hasil samping. Tiokol dapat dihasilkan dari reaksi
antara campuran dikloro etana dengan natrium polisulfida (Na2Sx) dan membebaskan
natruim klorida sebagai hasil samping.
Reaksi:
Cl-CH2- CH2-Cl + n Na2Sx (CH2-CH2-Sx) n + NaCl
Polimer kondensasi terjadi dari reaksi antara gugus fungsi pada monomer
yang sama atau monomer yang berbeda. Dalam polimerisasi kondensasi kadang-
kadang disertai dengan terbentuknya molekul kecil seperti H2O, NH3, atau HCl.
Di dalam jenis reaksi polimerisasi yang kedua ini, monomer-monomer
bereaksi secara adisi untuk membentuk rantai. Namun demikian, setiap ikatan baru
yang dibentuk akan bersamaan dengan dihasilkannya suatu molekul kecil – biasanya
air – dari atom-atom monomer. Pada reaksi semacam ini, tiap monomer harus
mempunyai dua gugus fungsional sehingga dapat menambahkan pada tiap ujung ke
unit lainnya dari rantai tersebut. Jenis reaksi polimerisasi ini disebut reaksi
kondensasi.
Dalam polimerisasi kondensasi, suatu atom hidrogen dari satu ujung monomer
bergabung dengan gugus-OH dari ujung monomer yang lainnya untuk membentuk
air. Reaksi kondensasi yang digunakan untuk membuat satu jenis nilon ditunjukkan
pada reaksi di bawah ini:
138
Adapun kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh karet alam dibandingkan
dengan karet sintetis, yaitu :
1. Mempunyai daya elastic atau daya lenting yang sempurna .
2. Mempunyai plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah .
3. Mempunyai daya arus yang tinggi .
4. Tidak mudah panas .
5. Mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap keretakan .
Walaupun demikian , karet sintetis mempunyai kelebihan seperti tahan
terhadap berbagai zat kimia dan harganya cenderung bias dipertahankan supaya tetap
stabil . Bila ada pihak yang menginginkan karet sintetis dalam jumlah tertentu , maka
biasanay pengiriman atau suplay barang tersebut jarang mengalami kesulitan,
walaupun memiliki beberapa kelemahan dipandang dari sudut kimia dan bisnisnya ,
akan tetapi menurut beberapa ahli karet alam akan mempunyai pemanasan yang baik .
Polisulfida merupakan perekat termoplastik. Perekat ini dapat lebur , melunak
bila dipanaskan dan mengalami “creep” ( jalaran ) bila dikenai beban (stress) . Tidak
seperti termoset, perekat termoplastik tidak mengalami perubahan kimia saat
terbentuknya ikatan
Poli (alkilena polisulfida) kadang-kadang dinyatakan sebagai karet tiokol
merupakan elastomer yang bermanfaat. Sifat-sifatnya bisa diperbaiki dengan
memvariasikan jumlah atom karbon dalam unit ulang atau jumlah atom-atom
belerang. Naiknya jumlah salah satu atom akan meningkatkan kualitas elastomerik
dari polimer tersebut. ( Malcom PS 2001). Sedang persyaratan khusus bagi suatu
polimer untuk berfungsi sebagai elastomer. Elastomer adalah suatu bahan yang dapat
kembali dengan cepat kebentuk dan ukuran semula setelah mengalami formasi karena
stress bila stress tersebut ditiadakan .
Elastor kadang – kadang diidentikkan dengan karet dari karet sintetik. Karet
adalah bahan alamiah sedangkan karet yang dimaksud elastomer, pada umumnya
karet sintetik dan yang banyak dikonsumsi di indonesia adalah stiren – buta diene
rubber (SBR), butil rubber dan poli buta diene (PBD) dan ethilen propine diene.
Elastometer banyak digunakan untuk pembuatan kendaraan bermotor dan alat
industri, misalnya: ban, packing, batery boxes, sels kaca, untuk industri mobil, oil
resistancehoses dan belt conveyor. Bahan ini dapat pula dipakai untuk isolasi kabel
139
listrik, mainan anak – anak. Dalam industri elastomer memegang peranan yang sangat
penting.
Polimer-polimer dapat ikat silang (crosslinkable) bias disintesis melalui
penambahan sejumlah kecil polihalida seperti trikloropropana atau dengan
mengintrodusir ke dalam kerangka polimer tersebut beberapa gugus fungsional lain
seperti hidroksil atau alkena. Monomer-monomer yang khas untuk tujuan ini
mencakup gliserol dikloro asetat dan 1,4 dikloro 2 butena. ( Malcom PS 2001)
Metode terpenting untuk pembuatan elastomer yang bisa dikeraskan pertama
melibatkan pembentukan polimer terikatt silang yang memakai suatu monomer
polihalida, kemudian menguraikan produk tersebut ke suatu polimer dapat lebur yang
terterminasi tiol. Hal ini diselesaikan lewat reduksi dengan natrium hidrosulfida
dalam hadirnya natrium sulfit. Berat molekul rata-ratadari polimer yang terurai
tersebut bergantung pada jumlah natrium hidrosulfida yang digunakan. ( Malcom PS
2001)
Tiokol merupakan karet polisulfida yang dibuat dengan reaksi kondensasi
antara polisulfida dengan dikloroetana. Karet polisulfida ini terdapat dalam bentuk R
dan X yang berbeda sehingga jumlah belerang akan tahan terhadap semua tipe
pelarutorganik tetapi baunya tidak enak dan juga sifat mekaniknya buruk. (Arizal
Ridha1990)
Keuntungan tiokol sangat tahan terhadap minyak dan pelarut organik, tahan
terhadap cuaca, tahan terhadap ozon, dan cahaya matahari bagus, kedap udara dan
uap. Kekurangan tiokol tahanan kikis sobek , “cut growth” dan retak lentur buruk,
pampatan tetap buruk, dan kepegasan pantul buruk serta baunya tidak enak. ((Arizal
Ridha1990)
Tiokol kebanyakan digunakan untuk barang yang tahan minyak dan pelarut.
Sifat fisika yang buruk dan baunya yang tidak disukai telah telah membatasi
penggunaan secara umum. (Arizal Ridha1990)
140
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
a. Pembuatan Natrium Polisulfida ( Na2Sx )
1. Menimbang 7,5 gr belerang dan memasukkan ke dalam labu bundar
leher tiga
2. Menimbang 4,0 gr NaOH dan melarutkan dalam 100 ml aquadest
dalam gelas kimia 250 ml .
3. Memasukkan larutan NaOh ke dalam labu bundar , memasang
pengaduk dan condenser yang diisi aliran air .
4. Memanaskan perlahan sambil diaduk dengan penangas air .
Mengamati reaksi yang terjadi setiap 8 menit .
5. Menghentikan pemanasan setelah belerang larut atau larutan berwarna
coklat tua . Mendinginkan larutan hingga suhu ruang .
6. Menyaring larutan , mengambil filtrate untuk pembuatan tiokol.
b. Pembuatan Tiokol
1. Memasukkan filtrate ke dalam labu bundar leher tiga yang telah dicuci
bersih dan menambah 20 ml 1,2-dikloroetana .
2. Merangkai alat seperti sebelumnya .
3. Memanaskan pada suhu 70 - 80 0C hingga terbentuk gumpalan kuning
dan larutan jernih .
4. Mengamati dan mencatat reaksi yang terjadi .
5. Menghentikan pemanasan setelah gumpalan kuning muda terbentuk
banyak dan larutan menjadi kurang jernih .
6. Menyaring dan mencuci hasil , menyisihkan filtrate .
7. Menimbang hasil
141
V. DATA PENGAMATAN
No Perlakuan Pengamatan
1 Mencampurkan 7,5 gram Campuran tampak bening (kuning
belerang + 4 gram NaOH di jernih) dan memiliki endapan kuning
dalam gelas kimia dari belerang yang tidak larut
2 Memanaskan campuran 8 menit pertama : belerang belum larut
dengan penangas air 8 menit kedua : belerang sedikit larut
8 menit ketiga : campuran mulai
berubah warna menjadi cokleat tua
8 menit keempat : belerang larut dan
campuran berwarna cokelat tua
3 Menyaring larutan dan Filtrat berwarna kuning jernih
mengambil filtrat
4 Filtrat + 20 ml 1,2 Campuran belum homogen dan
dikloroetana berwarna kuning jernih
5 Pemanasan pada suhu 70-800 Terdapat endapan berwarna putih dan
C larutannya jenuh
6 Penyaringan produk tiokol Menghadilkan produk tiokol dalam
dengan menggunakan corong bentuk serbuk berwarna putih sebanyak
buchner 1,87 gr
142
VI. PERHITUNGAN
1. mol NaOH
massa = 4 gr
BM = 40 gr/mol
massa
mol NaOH =
BM
= 4 gr / 40 gr/mol
= 0,1 mol
3. mol C2H4Cl2
ρ=1,256 gr /mL
v=20 mL
BM = 99 gr/mol
ρ∙v
mol C 2 H 4 Cl 2=
BM
1,256 gr /mL∙ 20 mL
¿
99 gr /mol
¿ 0,2537 mol
gr C 2 H 4 Cl 2=mol × BM
¿ 0,2537 mol × 99 gr /mol
¿ 25,1163 gr
Perhitungan Secara Teori
Reaksi :
6 NaOH + 9S 2 Na2S4 + 3 H2O + Na2SO3
m: 0,1 0,2344 - - -
r : 0,1 0,15 0,03 0,05 0,02
s : - 0,0844 0,03 0,05 0,02
143
C2H4Cl2 + Na2S4 C2H4S4 + 2 NaCl
m: 0,2537 0,03 - -
r: 0,03 0,03 0,03 0,06
s: 0,2237 - 0,03 0,06
Neraca Massa
INPUT OUTPUT
Komponen
mol gr mol gr
C2H4Cl2 0,2537 25,1163 0,2237 22,1463
Na2S4 - - - -
Na2SO3 - - 0,02 2,06
S 0,2344 7,5 0,0844 2,7008
C2H4S4 - - 0,03 4,68
NaCl 0,1 4 - -
H2O - - 0,05 0,9
TOTAL 36,6163 36,4152
Mol Bereaksi
%Konversi= x 100 %
Mol mula−mula
0,03 0,2 mol
= x 100 % x 100 %
0,2537 0,2344 mol
= 11,83 %
massa produk
% yield = x 100 %
massa reaktan
4,68 7,8 gr
= x 100 % x 100 %
36,6163 36,6163 gr
= 12,78 %
144
1,87 gr 0,5 gr
=
156 gr /mol 156 gr /mol
= 0,012 mol
Reaksi :
6 NaOH + 9S 2 Na2S4 + 3 H2O + Na2SO3
m: 0,1 0,2344 - - -
r : 0,1 0,15 0,03 0,05 0,02
s : - 0,0844 0,03 0,05 0,02
Neraca Massa
INPUT OUTPUT
Komponen
mol gr mol gr
C2H4Cl2 0,2537 25,1163 0,2237 22,1463
Na2S4 0,03 5,33 0,048 8,352
Na2SO3 - - 0,03 2,52
S 0,2344 7,5 0,0844 2,7008
C2H4S4 - - 0,012 1,87
NaCl 0,1 4 - -
H2O - - 0,05 0,9
TOTAL 41,8363 41,6748
Mol Bereaksi
%Konversi= x 100 %
Mol mula−mula
0,012 0,01282mol
= x 100 % x 100 %
0,2527 0,2344 mol
= 4,73 %
massa produk
% yield = x 100 %
massa reaktan
145
1,87 0,5 gr
= x 100 % x 100 %
36,6163 36,6163 gr
= 5,11 %
teori− praktik
% Kesalahan = x 100 %
teori
7,8−0,5 gr (4,68−1,87) gr
= x 100 % x 100 %
7,8 gr 4,68 gr
(4,68−1,87)gr
x 100 %
4,68 gr
= 60,043 %
146
VIII. KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Polimerisasi kondensasi adalah penggabungan molekul-molekul kecil
membentuk molekul yang lebih besar dan menghasilkan senyawa lain
sebagai hasil samping
2. Mekanisme reaksi yang terjadi:
6 NaOH + 9S 2 Na2S4 + 3 H2O + Na2SO3
C2H4Cl2 + Na2S4 C2H4S4 + 2 NaCl
3. Hasil Praktikum :
Secara Teori
% yield : 12,78 %
% konversi: 11,83 %
Secara Praktik
% yield : 5,11 %
% konversi: 4,73 %
4. Berat karet sintetis yang didapat : 1,87 gram
5. % Kesalahan : 60,043 %
147
HIDROLISIS II
HIDROLISIS BENZIL KLORIDA
I. TUJUAN PERCOBAAN
- Dapat mengetahui perubahan gugus halide menjadi hidroksida.
- Menentukan mekanisme reaksi menghitung % yield, % konversi dan
menganalisis hasil.
II. ALAT DAN BAHAN
a. Alat yang digunakan:
- Labu bundar leher dua
- Batu didih
- Gelas kimia
- Kaca arloji
- Spatula
- Batang pengaduk
- Termometer
- Erlenmeyer
- Gelas ukur
- Wadah es
b. Bahan yang digunakan:
- Benzyl klorida
- Kalium hidroksida
- Etanol
- Aquadest
- Es
148
III. DASAR TEORI
149
IV. PROSEDUR KERJA
a. Hidrolisis
1. Dimasukkan 7 ml benzyl klorida ke labu bundar 250 ml.
2. Ditimbang 11 gr KOH dan 37 ml etanol 95% dan diencerkan sampai
homogen.
3. Dimasukkan campuran kedalam labu yang telah berisi benzyl klorida.
4. Campuran direflukselama 2 jam, larutan disaring apabila terdapat
endapan.
b. Pemurnian
1. Dilakukan proses destilasi filtrate pada suhu 85 derajat C, diamati
setiap 5 menit, dihentikan pemanasan sampai destilat keluar.
2. Disiapkan corong pisah diisi 2 kali volume residu destilasi.
3. Residu dimasukkan kedalam corong pisah dan dipisahkan lapisan
atasnya.
4. Dilakukan analisa benzyl alkohol yang terbentuk dengan
mereaksikannya dengan anilin.
150
V. DATA PENGAMATAN
a. Tahap hidrolisisi
No Perlakuan Pengamatan
1. Memasukan 7 ml benzyl klorida Berwarna putih susu, sedikit keruh dan
kedalam labu bundar 250 ml bau agak menyengat
2. Meinmbang 11 mg koh dan memipet Koh : padatan, tidak berbau
37 ml etanol 98% Etanol : cairan, agak berbau
3. Mencampurkan koh kedalam etanol Larutan berwarna putih bening sedikit
dan melarutkannya keruh dan panas
4. Memasukan campuran kedalam labu Cairan berwarna putih susu keruh.
benzylclorida Berbau agak menyengat
5. Merefluks campuran selama 2 jam, Berbau menyengat, panas, terdapat
menyaring larutan yang ada endapan endapan
b. Tahap pemurnian
No Perlakuan Pengamatan
1. Destilasi filtrat pada suhu 85 derajat Sedikit berbau, etanol menguap setiap 5
C. Mengamati setiap 5 menit menit, berwarna putih susu keruh
( residu)
2. Memasukan residu kecorong pisah Terbentuk 2 lapisan, yaitu lapisan atas
dan memisahkan lapisan atas dan lapisan bawah. Lapisan atas adalah
aquadest dan lapisan bawah adalah
benzyletanol
3. Menganalisa benzylalkohol dengan
mereaksikan dengan anilin
151
VI. PERHITUNGAN
a. Benzyl klorida (C6H5CH2Cl)
V = 7 ml
m = V . ρ
n = m/BM
= 0,0608 mol
BM = 56, 1 gram/mol
m = 11 gram
n = m/BM
c. Etanol (C6H5OH)
BM = 46 gr/mol
V = 37 ml
m = v. ρ
152
=29,193 gram
n = m/BM
BM = 108 gr/mol
n = m/BM
B :
0,06 0,06 0,06 0,06
Input Output
Komponen BM
Mol Gram Mol Gram
C6H5CH2Cl 126,59 0,06 7,5954 - -
KOH 56,1 0,196 10.9956 0,136 7,6296
C6H5CH2OH 108 - - 0,06 6,48
KCL 74,6 - - 0,06 4,476
Total 18,5856 18,5856
153
Neraca massa secara praktikum
B :
0,035 0,035 0,035 0,035
Input Output
Komponen BM
Mol Gram Mol Gram
C6H5CH2Cl 126,59 0,06 7,5954 0,025 3,1647
KOH 56,1 0,196 10.9956 0,161 9,0321
C6H5CH2OH 108 - - 0,035 3,78
KCL 74,6 - - 0,035 2,611
Total 18,591 18,5856
= (0,035/0,06) x 100%
= 58,33 %
=(0,025/0,06) x 100%
= 41,66%
= (6,48/18,5856)100%
154
= 34,85%
= (3,78/18,5856) x 100%
= 20,87%
% kesalahan = (Teori-Praktik/Teori)100%
= (20,87-34,85/34,85)100%
= 40,11%
155
VII. ANALISA PERCOBAAN
VIII. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dari hasil praktikum
dan perhitungan di dapat :
156
DAFTAR PUSTAKA
- Jobsheet. 2012. Penuntun Praktikum Satuan Proses. Palembang: Politeknik
Negeri Sriwijaya.
- Jobsheet. 2018. Penuntun Praktikum Satuan Proses. Palembang. Politeknik
Negeri Sriwijaya.
- Silviyati, Idha. 2018. Modul Satuan Proses. Palembang: Politeknik Negeri
Sriwijaya.
- Taufik, M. 2012. Petunjuk Praktikum Satuan Proses. Palembang:
Politeknik Negeri Sriwijaya.
- http://wahyusisilia.blogspot.com/2015/10/laporan-hidrolissis-sintesa-
asam.html
- https://www.scribd.com/document/249745763/HIDROLISIS
- https://www.coursehero.com/file/11999128/Oksidasi-Sintesa-Asam-Adipat/
- https://dokumen.tips/documents/laporan-tetap-praktikum-satuan-proses-
nitrasi.html
- https://www.academia.edu/4880656/ASETILASI_PEMBUATAN_ASETALI
NIDA
- http://chemical1995.blogspot.com/2014/07/sulfonation-is-chemical-
reaction.html
- http://depisatir.blogspot.com/2013/05/esterifikasi.html
- https://id.m.wikipedia/wiki/asam_klorida
- https://id.m.wikipedia/wiki/asam_maleat
- http://www.nova-novianty.blogspot.com/2011/04/laporan-praktikum-urea-
formaldehid.html
- www.scribd.com/doc/120146918/laporan-tiokol.
157
GAMBAR ALAT
158
Pengaduk Spatula Magnetic Stirrer
159