PERCOBAAN I
PEMBUATAN ASPIRIN (Acetoxy-benzoic acid)
A. Tujuan
Membuat aspirin dari asam salisilat dan anhidrida asam asetat
B. Teori Ringkas
Asam salisilat (o-hidroxy-benzoic acid) merupakan senyawa bifungsional, yaitu
dapat berfungsi sebagai fenol dan juga sebagai asam benzoat. Baik sebagai asam
maupun sebagai fenol, asam salisilat dapat mengalami adisi nukleofilik (reaksi
esterifikasi).
Apabila direaksikan dengan anhidrida asam asetat, akan mengalami esterifikasi
menghasilkan aspirin
D. Cara Kerja
1. Masukkan 2 g asam salisilat kedalam Erlenmeyer lalu tambahakan 5
mL anhidrida asam asetat, kemudian tetesi sekitar 5 tetes H 2SO4 pekat sambil
diaduk sampai semua asam salisilat larut.
PERCOBAAN II
PEMBUATAN ETIL ASETAT (ETIL ETANOAT)
A. Tujuan
Membuat etil asetat (etil etanoat)
B. Teori
Etil etanoat ( ), merupakan senyawa organik berwujud cair,
tidak berwarna dengan titik didih 77oC , indeks bias 1,372, berbau wangi (aroma),
mudah menguap.dalam kehidupan sehari-hari etil asetat berfungsi sebagai aroma
makanan (essence) dan pelarut senyawa organik. Etil asetat dibuat melalui reaksi
esterifikasi senyawa asam asetat dengan etanol pada asam dan dipanaskan.
D. Cara Kerja
1. Etanol 50 mL dan asam asetat 50 mL dimasukkan kedalam
labu dasar alas bulat.
2. Tambahkan 10 mL asam sulfat pekat secara perlahan-lahan
sambil didinginkan dan dikocok. Bila campuran sudah homogen, pasang
pendingin air untuk merefluks dan refluks selama 10 menit. Selanjutnya
dinginkan dan setelah dingin gantilah dengan pendingin Leibig untuk destilasi.
Tampung destilat dalam Erlenmeyer hingga 2/3 dari volume semula.
3. Masukkan destilat kedalam corong pisah, tambahkan 25 mL
larutan natrium karbonat 30%. Kocok kuat-kuat sambil sekali-sekali keran
corong pisah dibuka, diamkan sebentar hingga terbentuk dua lapisan
selanjutnya keluarkan lapisan bawah yang merupakan larutan sisa asam dalam
air.
4. Larutan 25 g kalsium klorida dalam 25 mL air, dan masukkan
kedalam corong pisah, yang berisi etil asetat kemudian kocok kuat-kuat.
Diamkan hingga terbentuk dua lapisan, buanglah lapisan bawah dan pindahkan
lapisan atas ke dalam Erlenmeyer. Tambahkan kalsium klorida anhydrous ke
dalam Erlenmeyer tersebut lalu tutup dengan sumbat gabus dan biarkan
selama 20 menit. Amati perubahan etil asetat !.
5. Pisahkan filtratnya (ukur berat atau volumenya) dan tampung
dalam labu destilasi, lengkapi labu destilasi dengan termometer 110 oC dan
pendingin Liebig, kemudian panaskan untuk memperoleh destilat. Jika pada
suhu 35 – 40 oC keluar destilat, tampunglah sebab senyawa tersebut adalah
dietil eter sebagai hasil samping. Lanjutkan pemanasan dan jika pada suhu 74 –
79 oC keluar destilat, tampunglah sebab senyawa tersebut adalah etil asetat,
(ukur berat atau volumenya).
6. Hitung persentase hasil dan periksa indeks bias serta
aromanya.
PERCOBAAN III
ISOLASI ASAM MIRISTAT DALAM BIJI PALA
A. Tujuan
Mengisolasi asam miristat dalam biji pala.
B. Teori Ringkas
Hasil analisis Collin dan Hilditch menunjukan bahwa biji pala mengandung 73%
gliserida jenuh yang terdiri atas komponen-komponen asam lemak dengan
persentase asam miristat sekitar 86,6% dari keseuruhan asam lemak. Sehinghga
mereka menyimpulkan bahwa senyawa gliseria, dalam hal ini trimiristin terdapat
dalam jumlah atau proporsi yang sama dengan asam miristat
Trimiristin adalah suatu trigliserida, yakni ester yang terbentuk dari gliserol dan
asam miristat. Trimiristin atau disebut juga gliserol trimiristat, merupakan suatu
kristal polimorf dengan rumus molekul :
Nama lain dari asam miristat adalah tetradekanoat, wujudnya berupa kristal
putih agak berminyak dengan rumus molekul :CH 3(CH2)12COOH. Titik leleh 54,4oC.
Sifat kelarutannya tersebut dimanfaatkan untuk mengkristalkan asam miristat dari
hasil hidrolisis trmiristin. Asam miristat dapat digunakan sebagai bahan sabun,
kosmetik, parfum, dan untuk ester sintesis untuk obat buis dan aditif bahan
makanan.
Isolasi asam miristat diawali dengan ekstraksi trimiristin dengan biji pala
dengan menggunakan pelarut yang sesuai, setelah didapatkan kristal trimristin yang
murni tahap seanjutnya kristal tersebut dihidrolisis dalam suasana basa
menghasilkan asam miristat dan gliserol yang kemudian dikristalisasi hingga
diperoleh kristal asam miristat. Reaksi hidrolisis yang terjadi sebagai berikut :
D. Cara Kerja
Tahap I. Ekstraksi trimiritin dari biji pala.
1. Biji pala dihancurkan dalam mortar sampai halus, 10 g serbuk pala kemudian
diekstraksidengan 150 mL benzen dalam ekstrktor soxlet selama 2-3 jam.
2. Ekstrak yang dihasilkan ditambahkan 50 mL aseton (sambil tetap dipanaskan)
3. Tuang larutan tersebut kedalam Erlemeyer dan dinginkan pada suhu kamar
(penghabluran berjalan lambat olehnya itu biarkan campuran selama 1 jam)
4. Kemudian dinginkan campuran tersebut dalam air es selama 30 menit, kristal
yang terbentuk dipisahkan dengan penyaring vakum (corong Buchner).
5. Timbang kristal trimiristin yang diperoleh.
PERCOBAAN IV
PENENTUAN KADAR KAFEIN DALAM KOPI
A. Tujuan
Mengisolasi dan menentukan kadar kafein dalam kopi
B. Teori Ringkas
Kafein adalah suatu senyawa organik yang mempunya nama lain yaitu kafein,
tein, atau 1,3,7-trimetilxantin. Kristal kafein dalam air berupa jarum-jarum
bercahaya. Bila tidak mengandung air, kafein meleleh pada suhu 234 oC – 239oC dan
menyublin pada suhu ang lebih rendah. Kafein muah arut dalam air panas dan
klorofom, tetapi sedikit larut dalam air dingin dan alkohol.
Secara alamiah selain dalam biji kopi, kafein terdapat pula dalam daun the,
daun mete, biji kola, dan coklat (theobromin). Kafein bersifat sebagai basa lemah
dan hanya dapat membentuk garam dengan basa kuat.
D. Cara Kerja
1. Kedalam labu alas bulat masukan 20 g kopi halus dan tambahkan 350 mL
aquades. Refluks campuran tersebut selama 25 menit.
2. Saring campuran panas menggunakan corong Buchner yang dilengkapi
labu pengisap.
3. Larutkan 3 g timbal asetat dalam 27 mL aquades, dan tambahkan larutan
tersebut tetes demi tetes kedalam filtrat sampai terbentuk endapan
kemudian disaring .
4. Setelah dingin tuang filtrat kedalam corong pisah dan tambahkan 25 mL
kloroform, kocok campuran tersebut perlahan-lahan selama beberapa menit.
Kemudian biarkan sesaat sampai terbentuk dua lapisan.
5. Keluarkan lapisan bawah (kafein yang terlarut dalam kloroform) dan
tampung dalam cawan penguap
6. Bilas sekali lagi corong pisah tersebut dengan 20 mL kloroform dan
kocok, lapisan bawah dikeluarkan dan ditampung pada cawan penguap tadi.
PERCOBAAN V
UJI FITOKIMIA
A. Tujuan
Suatu pendekatan untuk mengetahui golongan kelompok senyawa (alkaloid,
triterpenoid, steroid, saponin, flavonoid, tannin, polifenol dan kuinon) yang
terkandung pada bagian- bagian tumbuhan (akar, batang, ranting, daun, bunga, biji
dan buah).
B. Teori
Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat kaya akan
keanekaragaman hayati dan sumber daya alam dengan berbagai jenis spesies
tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber obat-obatan dan insektisida.
Sumber daya alam hayati dapat beasal dari flora, fauna, dan mikroorganisme. Salah
satu sumbangan penting dari kekayaan flora Indonesia adalah tersedianya senyawa-
senyawa bioaktif. Metode yang dapat dipergunakan untuk mencari dan menemukan
senyawa bioaktif adalah pendekatan fitofarmakologi (phytopharmacologic
approaches) dan pendekatan skrining fitokimia (phytopharmacologic screening
approaches) (Linskens, 1963).
Menurut Harbone (1987) fitokimia adalah suatu teknik analisis kandungan
kimia didalam tumbuhan. Analisis ini bersifat kualitatif sehingga data yang dihsilkan
adalah data kualitatif. Oleh karena itu dengan metode fitokimia dapat diketahui
secara kualitatif kandungan kimia dalam suatu jenis tumbuhan. Secara umum
kandungan kimia tumbuhan dapat dikelompokan kedalam golongan senyawa
alkaloid, triterpenoid, steroid, saponin, flavonoid, tannin, polifenol dan kuinon.
Senyawa-senyawa tersebut tersebar luas didalam tumbuhan. Untuk menentukan
senyawa-senyawa tersebut maka digunakan pereaksi-pereaksi khusus dan spesifik,
misalnya pereaksi Dragendorf, Meyer, Wagner, asam pikrat dan pereaksi asam
tannat untuk alkaloid. Pereaksi Liebermenn - Burchard untuk terpenoid, FeCl 2 untuk
mengidentivikasi flavonoid dan larutan gelatin untuk senyawa tannin.
Selama dasawarsa terakhir penelitian mengenai kandungan kimia semakin
pesat sehingga manfaat uji fitokimia semakin sangat dibutuhkan dan memberi
sumbangan yang sangat bermakna.
uji fitokimia {HgCl2, KI, Bi(NO3)3, HNO3, logam magnesium, larutan FeCl3, glatin 10%}.
Khusus bahan sampel tumbuhan segar harus dibawa sendiri oleh paktikan.
D. Cara Kerja
Uji Alkaloid
1. Sampel segar (2 – 4 gram) ditambahkan
kloroform lalu digerus.
2. Kemudian diekstraksi dengan kloroform
amoniakal, lalu disaring.
3. Filtratnya dimasukkan kedalam corong pisah
dan ditambahkan 10 mL asam sulfat 2 N, dikocok kuat-kuat lalu didiamkan
sampai larutan asam sulfat dan kloroform memisah.
4. Lapisan asam sulfat diambil dan dibagi ke
dalam 2 tabung reaksi.
5. Kedalam masing-masing tabung ditambahkan
pereaksi Meyer (1,36 g HgCl2 dilarutkan dalam 60 mL aquades dan 5 g KI
dilarutkan dalam 100 mL aquades, kemudian kedua larutan dicampur dan
diencerkan hingga 200 mL), dan pereaksi Dragendorf (2,72 g KI dilarutkan
dalam 100 mL aquades kemudian ditambahkan Bi(NO 3)3, dan 20 mL HNO3).
6. Alkaloid positif bila pada pereaksi Meyer ada
endapan putih dan pada pereaksi Dragendorf ada endapan coklat kemerahan.
Uji Steroid, Triterpenoid, dan Saponin
1. Sampel segar (10 gram), setelah dihaluskan dalam lumpang diekstraksi dengan
etanol panas lalu disaring Filtratnya kemudian diuapkan dan diekstraksi lagi
dengan eter.
2. Ekstrak eter diuji dengan pereaksi Liebermann- Burchard (3-4 tetes asam asetat
ditambahkan 2-3 tetes asam sulfat pekat), warna biru/ hijau menunjukkan
adanya steroid dan warna ungu/merah menunjukkan adanya Triterpenoid.
3. Residu tidak larut dalam eter ditambahkan air dan dikocok kuat–kuat. Adanya
busa yang stabil selama 30 menit menunjukkan adanya saponin.
4. Selanjutnya dihidrolisis dengan asam klorida 2 N sebanyak 4 mL dan disaring.
Endapan diuji dengan pereaksi Liebermann-Burchard. Warna hijau/biru
menunjukkan adanya saponin dari steroid dan warna ungu/merah menunjukkan
adanya saponin dari triterpen.
Uji Flavonoid
1. Sampel segar (10 gram), setelah dihaluskan
dalam lumpang diekstraksi dengan metanol lalu disaring.
PERCOBAAN VI
IDENTIFIKASI ALDEHID DAN KETON
A. Tujuan
Mempelajari teknik identifkasi senyawa aldehid dan keton
B. Teori
Aldehid dan keton, merupakan kelompok senyawa yang memilik gugus
karbonil. Identifikasi secara umum dapat dilakukan dengan test reaksi 2,4-
dinitrofenilhidrasin. Reaksi ini menunjukkan positif untuk gugus karbonil senyawa
aldehid maupun keton dengan tebenuknya senyawa 2,4-dinitrofenilhidrasin berupa
endapan berwarna kuning/merah.
endapan kuning/merah
Untuk membedakan aldehid dengan keton dapat dilakukan dengan test
pereaksi tollen. Pereaksi ini hanya akan bereaksi dengan aldehid. Senyawa aldehid
dioksidasi dengan pereaksi tollen menghasilkan endapan perak sebagai cermin.
Cermin perak biasanya terbentuk pada dinding tabung reaksi yang berwarna putih
perak.
Peralatan yang digunakan : tabung reaksi, pipet tetes, gelas ukur, corong,
penangas air.
Bahan yang diperlukan : larutan yang akan diuji (aldehid, keton dan senyawa organik
lain yang tidak memiliki gugus karbonil), etanol 95%, asam sulfat pekat, ammonium
hidroksida encer, larutan 5% perak nitrat, larutan 10% NaOH, 2,4-dinitrofenilhidrasin
(P), aquades, air, kertas saring.
D. Cara Kerja
J. Test Reaksi 2,4-dinitrofenilhidrasin
2. Kedalam tabung reaksi masukkan 2 mL etanol 95% dan tambahkan 0,05 gram
(± 2 tetes) senyawa organik yang akan diuji.
3. Tambahkan kedalam tabung reaksi tersebut 1 mL larutan 2,4-
dinitrofenilhidrasin ( 1 g 2,4-dinitrofenilhidrasin kedalam 5 mL asam sulfat
pekat, selanjutnya tambahkan setetes demi setetes 7 mL aquades kedalam
larutan asam tersebut, kemudian tambahkan pula 20 mL etanol 95%.
4. Jika terbentuk endapan, saring dan gunakan filtratnya untuk percobaan).
Kocok kuat-kuat tabung reaksi tersebut, jika tidak dihasilkan endapan
panaskan larutan tersebut dengan penangas air selama 1 menit dan
selanjutnya tambahkan 5 tetes air. Jika terbentuk endapan kuning sampai
merah orange menunjukan tes positif adanya gugus karbonil dari aldehid atau
keton.