Anda di halaman 1dari 15

Penyimpangan Semu Hukum Mendel

DISUSUN OLEH:

1. SELVIA OCTALINE (4219012)


2. CICA PUPUT SYAPUTRI (4219010)

DOSEN PENGAMPU: LINA FITRIANI, M.Pd

M.K : GENETIKA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

STKIP PGRI LUBUK LINGGAU

TAHUN 2021
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Genetika (dari bahasa Yunani γέννω atau genno yang berarti "melahirkan") merupakan
cabang biologi mempelajari berbagai aspek yang menyangkut pewarisan sifat dan variasi
sifat pada organisme maupun suborganisme (seperti virus dan prion). Dalam ilmu ini
dipelajari bagaimana sifat keturunan (hereditas) itu diwariskan kepada anak cucu, serta
variasi yang mungkin timbul didalamnya. Namun, bahan sifat keturunan itu tidaklah bersifat
baka. Selalu mengalami perubahan, berangsur atau mendadak. Seluruh makluk bumi
mengalami evolusi termasuk manusia. Evolusi itu terjadi karena perubahan bahan sifat
keturunan, dan dilaksanakan oleh seleksi alam. Dalam proses pewarisan sifat di kenal
dengan dua hukum, yaitu Hukum Mendel I (segregasi) dan Hukum Mendel II (asortasi).
Hukum Mendel ditemukan dan diperkenalkan oleh Gregor Johann Mendel tahun 1822-
1884. Dengan penemuannya Mendel didaulat sebagai Bapak Genetika. Mendel melakukan
penelitiannya menggunakan tanaman ercis karena umurnya yang pendek, mudah tumbuh,
berketurunan banyak dan berbunga sempurna.
Meskipun hukum Mendel merupakan dasar dari perwarisan sifat, penelitian lebih lanjut
menemukan bahwa banyak gen yang tidak sesuai hukum Mendel. Jika perbandingan dengan
fenotipe F2 hasil persilangan monohibrid dan dihibrid berdasarkan hukum Mendel adalah
3:1 dan 9:3:3:1, penelitian lain menghasilkan perbandingan F2 yang berbeda. Misalnya,
9:3:4, 12:3:1, dan 9:7.    
Selain itu, dalam penelitian juga diungkapkan bahwa hal tersebut disebabkan oleh adanya
interaksi antargen. Interaksi tersebut menghasilkan perbandingan fenotipe yang
menyimpang dari hukum Mendel atau yang lebih dikenal dengan penyimpangan semu
hukum mendel. Penyimpangan semu hukum Mendel merupakan bentuk persilangan yang
menghasilkan rasio fenotipe yang berbeda dengan dasar dihibrid menurut hukum Mendel.
Meskipun tampak berbeda sebenarnya rasio fenotipe yang diperoleh merupakan modifikasi
dari penjumlahan rasio fenotipe hukum Mendel semula. Dalam makalah ini di bahas lebih
mendetail mengenai penyimpangan semu hukum mendel.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu penyimpangan semu hukum mendel?
2. Bagaimana interaksi alel pada penyimpangan semu hukum mendel?
3. Bagaimana interaksi genetik pada penyimpangan semu hukum mendel?
4. Bagaimana tautan pada penyimpangan semu hukum mendel?
5. Bagaimana pindah silang pada penyimpangan semu hukum mendel?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu penyimpangan semu hukum mendel
2. Untuk mengetahui interaksi alel pada penyimpangan semu hukum mendel
3. Untuk mengetahui interaksi genetik pada penyimpangan semu hukum mendel
4. Untuk mengetahui tautan pada penyimpangan semu hukum mendel
5. Untuk mengetahui pindah silang pada penyimpangan semu hukum mendel
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyimpangan Semu Hukum Mendel


Penyimpangan semu hukum mendel merupakan suatu bentuk persilangan yang dapat
menghasilkan rasio fenotip yang berbeda dengan dasar dihibrid berdasarkan hukum mendel.
Fenotip sendiri merupakan suatu karakteristik yang bisa diamati dari suatu organisme yang
dapat diatur oleh genotip dengan lingkungan atau interaksi antar keduanya. Karakterisatik
dari fenotip mencangkup biokimia, struktural, perilaku, dan fisiologis serta dari berbagai
tingkat gen dari suatu organisme.
Kenapa disebut penyimpangan semu? Disebut semu karena sebenarnya hukum mendel
masih berlaku dalam pola pewarisan tersebut,hanya terdapat sedikit kelainan akibat sifat
gen-gen yang unik. Penyimpangan semu hukum mendel dapat diamati pada kasus
kodominan, interaksi gen, kriptomeri, polimeri, epistasis-hipotasis, atavisme, dan gen
dominan rangkap.

B. Interaksi Alel
1. Kodominan .
Merupakan ekpresi dua alel secara bersaaan yang kemudian menghasilkan fenotip
berbeda. Alel- alel kodominan ditulis dengan huruf kapital dengan tambahn huruf lain
diatasnya. Contoh kodominan adalah alel yang mengatur golongan darah MN dan warna
bulu pada sapi. Dalam keadaan ini, ekpresi kedua alel menghasilkan fenotip (manifestasi
genotip yang bervarisi sesuai dengan lingkungan) dengan karakteristik keduanya.
Kodominan juga dapat diartikan dengan hubungan antara dua versi gen yang sama. Individu
menerima versi gen, yang disebut alel, dari masing-masing orang tua. Jika alel berbeda, sel
dominan biasanya akan diekspresikan, sedangkan efek alel lainnya yang disebut resesif,
ditutupi. Tetapi ketika ada kodominan, maka kedua alel tidak resesif dan fenotip dari kedua
alel diekspresikan.
2. Alel Ganda
Alel ganda adalah fenomena adanya tiga atau lebih alel dari suatu gen. biasanya satu gen
tersusun dari dua alel alternative. Alel ganda dapat terjadi akibat mutasi (perubahan pada
struktur molekul DNA). Mutasi akan menghasilkan banyak variasi alel. Setiap kali ada lebih
dari dua alel yang diidentifikasi pada gen dalam populasi , maka akan ada seri alel ganda.
Hierarki dominansi harus diidentifikasikan pada bagian awal setiap soal tentang alel ganda.
Sebuah huruf besar biasanya digunakan untuk menunjukkan alel yang dominan terhadap
alel-alel lainnya dalam seri tersebut. Huruf kecil menunjukkan alel yang resesif terhadap
semua alel lain dalam seri tersebut. Alel-alel lain, yang intermediet derajat dominansinya di
Antara kedua ekstrem tersebut, biasanya dilambangkan dengan huruf kecil dengan
superskrip yang sesuai.
Contoh alel ganda pada hewan misalnya pada gen warna rambut kelinci. Gen warna
rambut kucing memiliki empat alel, yaitu C, 𝑐𝑐ℎ, 𝑐ℎ, dan c. Alel-alel tersebut memiliki
urutan dominansi, yaitu C paling dominan, 𝑐𝑐ℎ lebih dominan dari 𝑐ℎdan c, 𝑐ℎlebih dominan
dari c, dan c paling resesif. Kelinci yang memiliki alel C akan memiliki warna rambut abu-
abu tua, sementara kelinci dengan alel cc akan bersifat albino. Kombinasi Antara alel-alel
𝑐𝑐ℎ, 𝑐ℎ, dan c akan menghasilkan kelinci dengan warna-warna intermediet, yaitu warna abu-
abu perak, warna abu-abu muda, dan warna putih dengan warna hitam di bagian ujung-ujung
kaki, telinga, hidung, dan ekor.
Berapapun jumlah anggota alel ganda, hanya dua yang terdapat dalam sel somatic dan
hanya satu di dalam gamet. Dengan bertambahnya jumlah anggota alel, bertambah pula
kemungkinan genotip bagi masing-masing fenotip, terutama bagi yang paling dominan.
Gejala adanya dua atau lebih fenotip yang muncul dalam suatu populasi dinamakan
polimorfisme
Gambar alel ganda pada penentuan warna bulu kelinci.
Ada dua hukum probabilitas yang digunakan untuk analisis genetik. Hukum pertama, hukum
hasil perkalian digunakan untuk memprediksi probabilitas dua atau lebih kejadian saling bebas
yang terjadi bersama. Dua atau lebih kejadian disebut saling-bebas jika terjadi atau tidak
terjadinya salah satu kejadian tersebut tidak mempengaruhi probabilitas terjadinya kejadian lain
yang mana pun. Jika dua kejadian yang saling-bebas terjadi dengan probabilitas berturut-turut p
dan q. maka probabilitas terjadinya keduanya secara bersamaan adalah (p)(q). dengan kata lain,
probabilitas gabungan adalah hasil perkalian probabilitas kejadian-kejadian yang saling-bebas.
Jika kata ‘dan’ digunakan atau diterapkan dalam penulisan jawaban sebuah pertanyaan dalam
bentuk kata-kata, biasnaya diperlukan perkalian probabilitas-probabilitas yang saling bebas.
Kejadian yang saling lepas (mutually exclusive) adalah kejadian-kejadian yang jika salah
satunya terjadi akan meniadakan terjadinya kejadian yang satu lagi. Hukum penjumlahan
digunakan untuk memprediksi probabilitas dua kejadian saling-lepas yang akan terjadi, dan
probabilitas tersebut adalah jumlah dari probabilitas masing-masing kejadian.

3. Alel Letal
Alel letal merupakan alel yang dapat menyebabkan kematian bagi individu yang
memilikinya. Kematian terjadi pada individu tersebut karena tugas gen aslinya adalah untuk
menumbuhkan karakter atau bagian tubuh yang sangat penting. Adanya gen letal akan
membuat pertumbuhan karakter atau bagian tubuh vital terganggu dan dapat menyebabkan
individu mati. Kematian karena alel letal dapat terjadi pada stadium embrio awal atau
sampai beberapa waktu setelah dilahirkan. Alel letal terjadi saat keadaan homozigot
biasanya mengakibatkan hidup sehat sampai dewasa. Ada dua alel letal, yaitu alel letal
resesif dan alel letal dominan.
Contoh fenomena homozigot letal adalah pada penentuan warna bulu tikus. Mutasi yang
menyebabkan munculnya warna bulu kuning pada tikus merupakan salah satu contoh gen
letal bekerja. Warna bulu kuning bervariasi dari warna normal agouti (wild type).
Persilangan variasi warna yang ada menghasilkan strain tikus dengan warna bulu yang tidak
seperti wild type (Agouti). Munculnya variasi warna ini dapat dijelaskan meskipun
dikendalikan oleh sepasang alel, pada alel mutan kuning (AY), alel ini besifat dominan
terhadap alel wild type (Agouti /A), sehingga tikus heterozigot akan memiliki warna bulu
kuning. Nmaun dalam kondisi alel kuning homozigot, tikus akan mati.
Gambar homozigot letal pada penentuan warna bulu tikus

C. INTERAKSI GEN
1. POLIMERI
Polimeri adalah suatu gejala dimana terdapat banyak gen bukan sealel namun
mempengaruhi karakter/sifat yang sama. Polimeri memiliki letak lokus yang berbeda. Pada
permasalahan polimeri terdapat beberapa ciri-ciri yang menandakan bahwa adanya polimeri,
yaitu semakin banyaknya gen yang bersifat dominan maka sifat karakteristiknya semakin
kuat. Hasil dari persilangan polimeri biasanya mempunyai fenotip pada F2 nya adalah 15:1
(Astarini, 2018). Contoh permasalahan polimeri adalah seperti pada gambar berikut

Dari hasil percobaan di atas dapat dilihat bahwa polimeri merupakan model
pewarisan sifat yang dipengaruhi oleh banyak gen yang berdiri sendiri dan terjadi
secara akumulatif.

2. Epistasis-Hipostasis
Yaitu interaksi di mana satu gen menutupi gen lain yang bukan alelnya. Gen yang
ditutupi itu disebut hipostasis, sedangkan gen yang menutupi disebut epistasis. Epistasis
dibagi menjadi empat jenis, yaitu epistasis dominan, epistasis resesif, epistasis gen dominan
rangkap, dan epistasis gen rangkap dengan efek kumulatif.salah ssatu contohnya ialah: Tikus
berambut hitam disilangkan dengan tikus berambut putih. Rambut hitam ditentukan oleh gen
B, sedangkan rambut putih ditentukan oleh gen resesif bb. Gen bb bersifat epistasis terhadap
gen G yang mengendalikan warna abu-abu dan alel g. Ternyata, F1 seluruhnya berambut
abu-abu. Jika F1 disilangkan dengan sesamanya, bagaimanakah perbandingan fenotipenya?

3. Kriptomeri
Kriptomeri kali pertama diungkapkan oleh Corens pada saat menyilangkan bunga Linaria
marrocana galur murni warna merah dan putih. Generasi F1 hasil persilangan didapatkan
semua bunga berwarna ungu. Kemudian bunga tersebut disilangkan dengan sesamanya
menghasilkan generasi F2. Hasilnya, didapatkan fenotip bunga ungu, merah, dan putih
dengan perbandingan 9:3:4. Dari hasil tersebut diduga kuat bahwa persilangan tersebut
merupakan persilangan dihibrida. Berdasarkan penelitian Correns, gen pembentuk
antosianin dominan terhadap gen tanpa antosianin. Pigmen antosianin berwarna merah jika
berada dalam sitoplasma sel yang bersifat asam. Jika sitoplasma bersifat basa, pigmen
berwarna ungu. Sifat asam basa sitoplasma ini dipengaruhi oleh gen lain. Gen penyebab
sitoplasma basa ini bersifat dominan.
(gambar kriptomeri pada pewarisan sifat warna bunga Linaria maroccana)
4. ATAVISME
Salah satu contoh fenomena atavisme adalah interaksi bentuk pada pial (jengger) ayam
yang pertama kali di perkenalkan oleh W. Bateson dan R.C. Punnet. Karakter jengger
tidak hanya diatur oleh satu gen, tetapi oleh dua gen yang berinteraksi. Pada beberapa
jenis ayam, gen R mengatur jengger untuk bentuk ros, gen P untuk fenotip pea, gen R dan
gen P jika bertemumembentuk fenotip walnut. Adapun gen r bertemu p menimbulkan
fenotip single.

Berdasarkan hasil persilangan tersebut, kita mendapatkan rasio fenotip 9 Walnut : 3 Ros : 3 Pea :
1 Single. Berbeda dengan persilangan yang dilakukan oleh Mendel dengan kacang ercisnya
maka sifat dua buah bentuk jengger dalam satu ayam sangatlah ganjil. Dengan adanya interaksi
antara dua gen dominan dan gen resesif seluruhnya akan menghasilkan variasi fenotip baru,
yakni ros dan pea. Gen dominan R yang berinteraksi dengan gen dominan P akan menghasilkan
bentuk jengger pea. Perbedaan bentuk jengger ayam ini dinamakan dengan atavisme.

D. TAUTAN
Tautan ialah gen-gen ddalam kromosom pada lokus yang berbeda saaat pembentukan gamet
tidak dapat berpisah secara bebas. Tautan terdiri ada 2 yaitu :
1. Tautan autosom
jika gen tertaut pada kromosom tubuh/autosom (seperti Golongan Darah)
2. Tautan Seks
jika gen tertaut pada kromosom seks (seperti Buta Warna dan Hemofilia)

E. Pindah Silang
Peristiwa pindah silang terjadi pada tahapan Profase I Meiosis, tepatnya pada subfase
Diploten. pada fase ini kromosom homolog membentuk kiasma dan saling bertukar substansi
genetiknya. Pindah silang biasa terjadi pada gen-gen yang mengalami tautan, namun jaraknya
tidak terlalu dekat sehingga memungkinkan untuk terbentuknya Rekombinan Baru.
Hasil keturunan pada pindah silang akan memiliki perbandingan yang sama dengan
perbandingan pada Hukum II Mendel, namun pindah silang merupakan rekombinasi gen-gen,
bukan pengelompokan secara bebas. Jadi, pindah silang tidak sama dengan Hukum Asortasi.

BAB III

KESIMPULAN

Penyimpangan semu hukum mendel merupakan suatu bentuk persilangan yang dapat
menghasilkan rasio fenotip yang berbeda dengan dasar dihibrid berdasarkan hukum mendel.
Fenotip sendiri merupakan suatu karakteristik yang bisa diamati dari suatu organisme yang dapat
diatur oleh genotip dengan lingkungan atau interaksi antar keduanya. Karakterisatik dari fenotip
mencangkup biokimia, struktural, perilaku, dan fisiologis serta dari berbagai tingkat gen dari
suatu organisme.

Disebut semu karena sebenarnya hukum mendel masih berlaku dalam pola pewarisan
tersebut,hanya terdapat sedikit kelainan akibat sifat gen-gen yang unik. Penyimpangan semu
hukum mendel dapat diamati pada kasus kodominan, interaksi gen, kriptomeri, polimeri,
epistasis-hipotasis, atavisme, dan gen dominan rangkap.

1. Interaksi Alel
- Kodominan .
Merupakan ekpresi dua alel secara bersaaan yang kemudian menghasilkan fenotip
berbeda. Alel- alel kodominan ditulis dengan huruf kapital dengan tambahn huruf lain
diatasnya.
- Alel Ganda
Alel ganda adalah fenomena adanya tiga atau lebih alel dari suatu gen. biasanya satu
gen tersusun dari dua alel alternative. Alel ganda dapat terjadi akibat mutasi
(perubahan pada struktur molekul DNA).
- Alel Letal
Alel letal merupakan alel yang dapat menyebabkan kematian bagi individu yang
memilikinya. Kematian terjadi pada individu tersebut karena tugas gen aslinya adalah
untuk menumbuhkan karakter atau bagian tubuh yang sangat penting.
2. INTERAKSI GEN
- POLIMERI
Polimeri adalah suatu gejala dimana terdapat banyak gen bukan sealel namun
mempengaruhi karakter/sifat yang sama.
- Epistasis-Hipostasis
Yaitu interaksi di mana satu gen menutupi gen lain yang bukan alelnya. Gen yang
ditutupi itu disebut hipostasis, sedangkan gen yang menutupi disebut epistasis.
- Kriptomeri
Kriptomeri kali pertama diungkapkan oleh Corens pada saat menyilangkan bunga
Linaria marrocana galur murni warna merah dan putih
- Atavisme
Salah satu contoh fenomena atavisme adalah interaksi bentuk pada pial (jengger)
ayam yang pertama kali di perkenalkan oleh W. Bateson dan R.C. Punnet. Karakter
jengger tidak hanya diatur oleh satu gen, tetapi oleh dua gen yang berinteraksi.
3. Tautan
Tautan ialah gen-gen ddalam kromosom pada lokus yang berbeda saaat pembentukan
gamet tidak dapat berpisah secara bebas. Tautan terdiri ada 2 yaitu :
- Tautan autosom
jika gen tertaut pada kromosom tubuh/autosom (seperti Golongan Darah)
- Tautan Seks
jika gen tertaut pada kromosom seks (seperti Buta Warna dan Hemofilia)
4. Pindah silang
Peristiwa pindah silang terjadi pada tahapan Profase I Meiosis, tepatnya pada
subfase Diploten. pada fase ini kromosom homolog membentuk kiasma dan saling
bertukar substansi genetiknya. Pindah silang biasa terjadi pada gen-gen yang mengalami
tautan, namun jaraknya tidak terlalu dekat sehingga memungkinkan untuk terbentuknya
Rekombinan Baru.

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, yunus. 2020. Buku Ajar Genetika Dasar. Mungkid: Pustaka Rumah.

Suryo. 2012. Genetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


Taufik, Rinaldi. 2013. Implementasi Sistem Hereditas Menggunakan Metode PersilanganHukum
Mendel Untuk Identifikasi Pewarisan Warna Kulit Manusia. Jurnal IlmuKomputer. Bogor :
Universitas Pakuan

2019. Materi Genetika Hukum Mendel.

https://www.quipper.com/id/blog/mapel/biologi/penyimpangan-hukum-mendel. (diakses 04
maret 2021)

Anda mungkin juga menyukai