Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Biologi adalah ilmu yang mengundang inspirasi, biologi adalah ilmu yang

penting. Biologi merupakan ilmu alam yang mengarah kepada pemahaman mengenai
bagaimana sel tunggal tumbuh atau berkembang menjadi tumbuhan dan hewan, bagaiman
fikiran manusia bekerja, dan bagaimana kehidupan yang begitu beragam di muka bumi ini.
Genetika sebagai ilmu yang mempelajari segala hal yang mengenai keturunan dimulai sejak
purbakala, ketika para petani mengetahui bahwa hasil pertaniannya dan ternaknya dapat
ditingkatkan melalui persilangan. Meskipun pengetahuan mereka masih sangat primitif
namun mereka menyadari bahwa beberapa sifat yang baik pada tumbuhan dan hewan dapat
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Mereka menjalankan berbagai
persilangan tanpa disadari pengetahuan karena belum di kenal adanya gen, apalagi hukumhukum keturunan. Genetika yang sesungguhnya baru dimulai pada dekade kedua dari abad
ke-19 setelah mendel menyajikan secara hati-hati hasil analisis beberapa percobaan
persilangan yang dibuatnya pada tamanan ercis atau kapri.
Mata kuliah praktikum genetika memiliki jumlah 1 sks, dalam mata kuliah
praktikum genetika memberikan pengertian mengenai prinsip-prinsip dasar biologi gen
melalui praktikum tentang genetika mendel dan genetika kromosom, pewarisan sifat genetik
pada lalat buah, frekuensi gen dari generasi ke generasi. Setelah melaksanakan praktikum,
mahasiswa diharapkan memiliki keterampilan untuk melakukan percobaan monohibrid dan
dihibrid mendel, pengamatan kromosom mitosis dan pembuatan kariotipe, persilangan dan
pewarisan gen terpaut, analisis genetik dan pemetaan kromosom, serta penentuan frekuensi
gen dan pengujian hukum kesetimbangan Hardy-Weinberg. Cabang ilmu genetika yang
merupakan salah satu cabang ilmu dari Biologi sekarang ini juga telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Penurunan sifat yang merupakan cakupan yang paling
umum dalam genetika telah menghasilkan penemuan-penemuan terbaru yang patut
diperhitungkan. Mutasi, kloning, bayi tabung dan masih banyak lagi rekayasa-rekayasa
genetika lainnya mulai di praktekkan oleh para ahli biologi di seluruh dunia.
Alel berasal dari kata Allelon yang berarti bentuk lain. Disebut juga versi
alternative gen yang menjelaskan adanya variasi dan pewarisan suatu sifat. Alel adalah Gen1

gen yang terletak pada lokus yang sama (bersesuaian) dalam kromosom homolog. Bila dilihat
dari pengaruh gen pada fenotipe, alel ialah anggota dari sepasang gen yang memiliki
pengaruh berlawanan, jadi alel adalah gen-gen yang terletak pada lokus yang sama dan
memiliki pekerjaan yang sama atau hampir sama. Alel merupakan bentuk alternatif sebuah
gen yang terdapat pada lokus (tempat tertentu). Individu dengan genotipe AA dikatakan
mempunyai alel A, sedang individu aa mempunyai alel a. Demikian pula individu Aa
memiliki dua macam alel, yaitu A dan a. Jadi, lokus A dapat ditempatioleh sepasang (dua
buah) alel, yaitu AA, Aa, atau aa, bergantung kepada genotipe individu yang bersangkutan.
Namun, kenyataannya yang sebenarnya lebih umum dijumpai adalah bahwa pada
suatu lokus tertentu dimungkinkan munculnya lebih dari hanya dua dua macam alel, sehingga
lokus tersebut dikatakan memiliki sederetan alel. Fenomena semacam ini disebut sebagai alel
ganda (multiple alleles) (Susanto, Agus Hery, 2011). Bila dalam satu lokus terdapat lebih dari
satu pasang alel maka disebut alel ganda, misalnya warna bulu pada kelinci dan golongan
darah sistem A B O pada manusia. Meskipun demikian, pada individu diploid, yaitu individu
yang tiap kromosomnya terdiri atas sepasang kromosom homolog, betapa pun banyaknya alel
yang ada pada suatu lokus, yang muncul hanyalah sepasang (dua buah). Katakanlah pada
lokus X terdapat alel X1, X2, X3, X4, X5. Maka, genotipe individu diploid yang mungkin akan
muncul antara lain X1X1, X1X2, X1X3, X1X4 dan seterusnya. Pengaruh alel ganda dapat dilihat
salah satu contohnya pada sistem golongan darah ABO. Darah terdiri dari dua komponen,
yaitu : sel-sel (antara lain eritrosit dan leukosit) dan cairan (plasma). Karl Landsteener dalam
penelitiannya menemukan adanya dua antibodi alamiah di dalam darah dan dua antigen pada
permukaan eritrosit. Inilah penyebab terjadinya penggumpalan (beraglutinasi) sel-sel darah
merah (eritrosit) dari beberapa individu apabila bercampur dengan serum dari beberapa
orang.
Setiap manusia di dunia ini pasti berbeda. Salah satunya adalah bentuk garis-garis
pada jari, atau yang lazim kita sebut sebagai 'sidik jari'. Karena sidik jari bersifat unik, setiap
orang yang hidup di bumi mempunyai bentuk sidik jari yang berlainan. Karena sifat unik
inilah, sidik jari dijadikan sebagai salah satu bukti identitas seseorang yang berlaku secara
internasional. Ternyata sidik jari baru mulai diperhatikan pada akhir abad ke-19. Berawal dari
tulisan seseorang ilmuwan Inggris Henry Faulds pada 1880 yang menyatakan bahwa sidik
jari orang-orang tak berubah sepanjang hayat mereka, dan bahwa terdakwa-terdakwa bisa
diyakinkan dengan sidik jari yang mereka tinggalkan di permukaan benda seperti
kaca. Dalam genetika

kuantitatif,

konsep poligen berarti


2

banyak gen digunakan

untuk

menjelaskan terbentuknya sifat kuantitatif. Ronald Fisher (1918) dapat menjelaskan bahwa
sifat kuantitatif terbentuk dari banyak gen dengan pengaruh kecil, yang masing-masing
bersegregasi menuruti teori Mendel. Karena pengaruhnya kecil, fenotipe yang diatur oleh
gen-gen ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Meskipun demikian, penjelasan Fisher ini
tetap menempatkan "gen-gen" yang mengatur sifat kuantitatif sebagai sesuatu yang abstrak
karena hanya merupakan konsep.
Klasifikasi sidik jari yang digunakan secara luas adalah sistem Henry dan variasivariasinya yang diperkenalkan oleh Edward Henry (1899). Klasifikasi sidik jari adalah
membagi data pola garis alur sidik jari kedalam kelompok-kelompok kelas ciri yang menjadi
karakteristik sidik jari tersebut yaitu untuk memercepat proses identifikasi. Ada dua jenis
kategori sidik jari yaitu kategori bersifat umum (global) dan kategori yang bersifat khusus
(lokal) yaitu untuk menggambarkan ciri-ciri khusus individual, seperti jumlah minutiae,
jumlah dan posisi inti (core), dan jumlah dan posisi delta. Beberapa sifat keturunan dapat
ditentukan oleh gen autosomal dan ada juga yang ekspresinya dipengaruhi oleh jenis kelamin
(sex). Sifat tersebut dapat tampak pada kedua jenis kelamin, tetapi pada salah satu jenis
kelamin ekspresinya lebih besar dibandingkan jenis kelamin lainnya.

1.2.
Tujuan
1. Mengetahui jumlah gerigi atau sidik jari tangan
2. Mengetahui golongan darah
1.3.
Manfaat
1. Mengetahui pengaruh alel ganda terhadap fenotipe pada manusia
2. Mengetahui pengaruh gen ganda terhadap genotipe pada manusia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertial Alel


Alel berasal dari kata Allelon yang berarti bentuk lain. Disebut juga versi
alternatif gen yang menjelaskan adanya variasi dan pewarisan suatu sifat. Alel adalah Gengen yang terletak pada lokus yang sama (bersesuaian) dalam kromosom homolog. Bila dilihat
dari pengaruh gen pada fenotipe, alel ialah anggota dari sepasang gen yang memiliki
pengaruh berlawanan. Jadi alel adalah gen-gen yang terletak pada lokus yang sama dan
memiliki pekerjaan yang sama atau hampir sama. Alel merupakan bentuk alternatif suatu gen
yang terdapat pada lokus (tempat) tertentu. Pada individu homozigot, pasangan kedua alel
mempunyai simbol yang sama persis; misalnya AA, BB. Sedangkan genotipe heterozigot
pasangan

kedua

alel

mempunyai

simbol

yang

tidak

sama

misal Aa, Bb

namun Ab dan aB bukan alelnya (Kimball, 1991).


Individu dengan genotipe AA dikatakan mempunyai alel A, sedang individu aa
mempunyai alel a. Demikian pula individu Aa memiliki dua macam alel, yaitu A dan a. Jadi,
lokus A dapat ditempati oleh sepasang (dua buah) alel, yaitu AA, Aa atau aa, bergantung
kepada genotipe individu yang bersangkutan. Namun, kenyataan yang sebenarnya lebih
umum dijumpai adalah bahwa pada suatu lokus tertentu dimungkinkan munculnya lebih dari
hanya dua macam alel, sehingga lokus tersebut dikatakan memiliki sederetan alel. Fenomena
semacam ini disebut sebagai alel ganda (multiple alleles). Bila dalam satu lokus terdapat
lebih dari satu pasang alel maka disebut alel ganda, misalnya warna bulu pada kelinci dan
golongan darah sistem A B O pada manusia. Meskipun demikian, pada individu diploid, yaitu
individu yang tiap kromosomnya terdiri atas sepasang kromosom homolog, betapa pun
banyaknya alel yang ada pada suatu lokus, yang muncul hanyalah sepasang (dua
buah). Katakanlah pada lokus X terdapat alel X 1, X2, X3, X4, X5. Maka, genotipe individu
diploid yang mungkin akan muncul antara lain X1 X1, X1X2, X1X3, X1X4, dan seterusnya.
Alel adalah gen-gen yang menempati atau terletak pada lokus yang sama pada
kromosom homolognya yang mempunyai tugas berlawanan untuk suatu sifat tertentu.
Surya (1984) mendefinisikan alel sebagai anggota dari sepasang gen yang
memiliki pengaruh berlawanan. Misalnya gen B memiliki peran untuk menumbuhkan
karakter pigmentasi kulit secara normal. Gen B dapat membentuk melanin karena
diekspresikan sepenuhnya pada penampakan fisik organisme. Dalam hal ini gen B
menimbulkan karakter yang dominan. Apabila gen B bermutasi maka akan berubah menjadi
b, sehingga pigmentasi kulit secara normal, tidak dapat dilakukan. Gen b menimbulkan
4

karakter yang berbeda, yaitu resesif. Karakter resesif ini menumbuhkan karakter albinisme
(tidak terbentuk melanin). Contoh yang lainnya, misalnya:
1. K alelnya k, untuk rambut keriting dan lurus.
2. H alelnya h, untuk kulit hitam dan putih dan sebagainya.
Sedangkan alel ganda (multiple alelo murphi) adalah beberapa alel lebih dari satu
gen yang menempati lokus sama pada kromosom homolognya (Campbell, 2010).

2.2. Alel Ganda


Alel ganda ialah bahwa dalam suatu populasi individu jumlah jenis alel pada
suatu lokus terdapat lebih dari dua. Contoh yang sudah cukup luas dikenal ialah golongan
darah pada manusia. Di kenal ada empat jenis golongan darah, yaitu A, B, AB dan O, yang
dikendalikan oleh tiga alel, yaitu IA, IB, dan i. Alel-alel tersebut bertanggung jawab dalam
mengendalikan pembentukan antigen sel darah, alel IA dan alel IB masing-masing
mengendalikan pembentukan antigen A dan antigen B, sedangkan alel i tidak membentuk
antigen. Antara alel IA dengan alel IB terdapat hubungan kodominan, yang berarti
genotipe IA IB dapat memproduksi antigen A dan antigen B. Alel IA dan alel IB keduaduanya terhadap alel i. Dengan keterangan tersebut maka akan diperoleh genotipe IA IA dan
IA Ii (golongan darah A) akan memproduksi antigen A, genotype IB IB dan IB Ii (golongan
darah B) akan menghasilkan antigen B; genotipe IA IB (golongan darah AB) mempunyai
antigen A dan B, sedangkan genotipe ii (golongan darah O) tidak memproduksi antigen.
Pengertian alel ganda adalah faktor yang memiliki lebih dari dua macam alel,
sekalipun tidak ada satu pun makhluk diploid yang mempunyai lebih dari dua macam alel
untuk tiap faktor. Sebab timbulnya alel ganda adalah peristiwa mutasi gen. Pada manusia,
hewan dan tumbuhan dikenal beberapa sifat keturunan yang ditentukan oleh suatu seri alel
ganda. Golongan darah ABO yang ditemukan oleh Landsteiner pada tahun 1900 dan faktor
Rh yang ditemukan oleh Landsteiner bersama Weiner pada tahun 1942 juga ditentukan oleh
alel ganda. Banyak para ilmuan mengikuti penemuan Landsteiner tentang penggumpalan selsel darah merah dan pengertian tentang reaksi antigen-antibodi, maka penyelidikan
selanjutnya memberi penegasan mengenai adanya dua antibodi alamiah di dalam serum darah
dan dua antigen pada permukaan dari eritrosit. Salah seorang dapat membentuk salah satu
atau dua antibodi atau sama sekali tidak membentuknya. Demikian pula dengan antigennya.
5

Dua antigen itu disebut antigen A dan antigen B, sedangkan dua antibodi disebut anti A
(atau ) dan anti B (atau ).
Melalui tes darah maka setiap orang dapat mengetahui golongan darahnya.
Berdasarkan sifat kimianya, antigen A dan B merupakan mukopolisakharida, terdiri dari
protein dan gula. Dalam dua antigen itu bagian proteinnya sama, tetapi bagian gulanya
merupakan dasar kekhasan antigen-antibodi. Ada bermacam golongan darah pada manusia,
salah satu contoh itu herediter (keturunan) yang ditentukan oleh alel ganda. Berhubungan
dengan itu, golongan darah seseorang dapat mempunyai arti penting dalam kehidupan. Pada
permulan abad ini (tahun 1900 dan 1901) K. Landsteiner menemukan bahwa penggumpalan
darah (aglutinasi) kadang-kadang terjadi apabila eritrosit (sel darah merah) seseorang
dicampur dengan serum darah orang lain. Akan tetapi pada orang lain, campuran tadi tidak
mengakibatkan penggumpalan darah. Berdasarkan reaksi tadi, maka Landsteiner membagi
orang menjadi tiga golongan, yaitu A, B dan O (Welsh, 1991).
Beberapa Contoh Alel Ganda
a. Alel ganda pada lalat Drosophila
Alel yang anggotanya lebih dari dua disebut alel ganda. Pada Drosophila
ditemukan seri alel ganda yang mempengaruhi warna mata yang terdiri tidak kurang dari
14 anggota. Penggunaan symbol bagi anggota-anggota alel tersebut tetap mengikuti
peraturan-peraturan yang berlaku bagi pasangan alel, yaitu untuk sifat yang paling
dominan digunakan huruf besar sedangkan bagi anggota-anggota alel lain digunakan
huruf kecil dengan suatu superscript (a1 atau as) atau subript (a1 atau as). Urutan dalam
penulisan anggota alel disesuaikan dengan urutan dominansi satu sifat terhadap yang
lainLokus w pada Drosophila melanogaster mempunyai sederetan alel dengan perbedaan
tingkat aktivitas dalam produksi pigmen mata yang dapat diukur menggunakan
spektrofotometer (Koesmadji, 2001).

b. Alel ganda pada kelinci


Pada kelinci terdapat alel ganda yang mengatur warna bulu. Alel ganda ini
mempunyai empat anggota, yaitu c+, cch, ch, dan c, masing-masing untuk tipe liar,
cincila, himalayan, dan albino. Tipe liar, atau sering disebut juga agouti, ditandai oleh
pigmentasi penuh; cincila ditandai oleh warna bulu kelabu keperak-perakan; himalayan

berwarna putih dengan ujung hitam, terutama pada anggota badan. Urutan dominansi
keempat alel tersebut adalah c+ > cch > ch > c dengan sifat dominansi penuh. Sebagai
contoh, genotipe heterozigot cchc, akan mempunyai bulu tipe cincila.
c. Alel ganda pada tumbuhnya rambut pada segmen digitalis jari-jari tangan.
Penentuan dominasi pada rambut digitalis tengah jari tangan adalah sebagai
berikut.
H1 > H2 > H3 > H4 > H5
Dimana :
H1 = Rambut terdapat pada semua jari
H2 = Rambut pada jari kelingking, jari manis, dan jari tengah
H3 = Rambut pada jari manis dan jari tengah
H4 = Rambut hanya pada jari manis saja
H5 = Tidak ada rambut pada keempat.
a. Golongan Darah
Pengaruh alel ganda dapat dilihat salah satu contohnya pada sistem golongan
darah ABO. Darah terdiri dari dua komponen, yaitu : sel-sel (antara lain eritrosit dan leukosit)
dan cairan (plasma). Karl Landsteener dalam penelitiannya menemukan adanya dua antibodi
alamiah di dalam darah dan dua antigen pada permukaan eritrosit. Inilah penyebab terjadinya
penggumpalan (beraglutinasi) sel-sel darah merah (eritrosit) dari beberapa individu apabila
bercampur dengan serum dari beberapa orang. Golongan darah seseorang ditetapkan
berdasarkan macam antigen dalam eritrosit yang) dimilikinya. Bermstein tahun 1925
menegaskan bahwa antigen-antigen itu diwariskan oleh suatu seri alel ganda. Alel itu diberi
simbol I (berasal dari kata isoaglutinin, suatu protein yang terdapat pada permukaan sel
eritrosit). Orang yang mampu membentuk antigen A memiliki alel I A dalam kromosom, yang
mampu membentuk antigen B memiliki alel I B, yang memiliki alel I A dan IB dapat membentuk
antigen A dan antigen B, sedangkan yang tidak mempu membentuk antigen sama sekali
memiliki alel resesif i (Suryo, 2010).
Mengikuti penemuan Laidsteiner tentang penggumpalan sel-sel darah merah dan
pengertian tentang reaksi antigen-antibodi maka penyelidikan selanjutnya memberi
penegasan mengenai adanya dua antibody alamiah di dalam serum darah dua antigen pada
permukaan dari eritrosit. Seseorang dapat membentuk salah satu atau kedua antibody itu atau
sama sekali tidak membentuknya. Demikian pula dengan antigennya. Dua antigen itu disebut
antigen-A dan antigen-B, sedangkan dua antibodi itu disebut anti-A dan anti-B. melalui tes
darah maka setiap orang dapat mengetahui golongan darahnya. Berdasarkan sifat kimianya,
antigen-A dan B merupakan mukopolisakarida, terdiri dari protein dan gula. Dalam dua
antigen itu bagian proteinnya sama, tetapi bagian gulanya merupakan dasar kekhasan antigen-

antibodi. Golongan darah seseorang ditentukan oleh macamnya antigen yang dibentuknya
(Suryo, 2010).
Antigen atau aglutinogen yang dibawa oleh eritrosit orang tertentu dapat
mengadakan reaksi dengan zat anti atau antibodi atau aglutinin yang dibawa oleh serum
darah. Dikenal dua macam antigen yaitu antigen-A dan antigen-B, sedangkan zat antinya
dibedakan atas anti-A dan anti-B. Orang ada yang memiliki antigen-A, lain lagi memiliki
antigen-B. ada juga yang memiliki kedua antigen, yaitu antigen-A dan antigen-B, sedangkan
ada pula yang tidak memiliki antigen-A maupun antigen-B (Suryo, 2010).
Golongan darah manusia ABO ditentukan oleh alel-alel i, IA dan IB. Alel i resesip
terhadap IA dan IB. Alel IA dan IB bersifat kodominan, sehingga IB tidak dominan terhadap
IA dan sebaliknya IA tidak dominan terhadap IB. interaksi antara alel i, IA dan IB menghasilkan
4 fenotip golongandarah, yaitu O, A, B dan AB. Gen I menghasilkan suatu molekul protein
yang disebut isoaglutinin yang terdapat pada permukaan sel darah merah. Orang dengan alel
IA dapat membentuk aglutinogen atau antigen yang disebut antigen-A dalam eritrosit yang
kemudian dapat bereaksi dengan antibodi atau agglutinin atau zat anti-B yang terdapat di
dalam serum atau plasma darah.
Antigen A dan B diwariskan sebagai alelomorf Mendel, A dan B adalah dominan.
Misalnya, seseorang yang bergolongan darah B mendapatkan turunan satu antigen B dari
setiap ayah dan ibu atau satu antigen dari salah satu orang tua dan satu O dari orang tua lain;
jadi, seorang individu yang berfenotip B dapat mempunyai genotip BB (homozigot) atau BO
(heterozigot). Kalau golongan darah orang tua diketahui, kemungkinan genotip pada anakanak mereka dapat ditetapkan. Kalau kedua orang tuanya bergolongan B, mereka dapat
mempunyai anak bergenotip BB (antigen B dari kedua orang tua), BO (antigen B dari salah
satu orang tua, O dari orang tua lain yang heterozigot), atau OO (antigen O dari kedua orang
tuanya, yang keduanya heterozigot). Kalau golongan darah seorang ibu dan anaknya
diketahui, penggolongan darah dapat membuktikan bahwa seseorang adalah bukan ayahnya,
meskipun tidak dapat membuktikan bahwa ia adalah ayahnya. Manfaat prediktif semakin
besar kalau penggolongan darah kelompok orang yang bersangkutan ini meliputi pula
identifikasi antigen lain selain aglutinogen ABO. Dengan menggunakan sidik DNA,angka
penyingkiran paternal meningkat hampir mendekati 100%.
Bahan utama yang digunakan dalam melakukan identifikasi adalah berupa serum
anti A dan serum anti B yang diteteskan pada darah probandus. Jika pada anti serum A terjadi
8

penggumpalan (aglutinasi) sedangkan anti serum B tidak, maka golongan darah probandus
adalah A. Bila terjadi sebaliknya, maka golongan darah probandus adalah B. Bila keduaduanya mengalami penggumpalan maka golongan darah probandus adalah AB. Bila keduaduanya tidak mengalami penggumpalan maka golongan darah probandus adalah O.
Penjelasan teori mengenai golongan darah sangat penting mengenal golongan
darah sebelum melakukan transfuse darah. Pada serum darah merah akan dibentuk anti bodi.
Pada serum darah merah akan dibentuk anti bodi yang dapat mengenali anti gen sel darah
merahnya dan antigen asing yang masuk dari luar. Antibodi akan menggumpalkan antigen
yang berbeda dari antigen yang dibentuk oleh sel darah merahnya. Jadi antibodi golongan
darah A (yang memproduksi antigen A) akan menggumpalkan antigen B dan antibodi
golongan darah B (yang memproduksi antigen B) akan menggumpalkan anti gen A. Jika
antibody tidak dapat menggumpalkan antigen A dan B karena memproduksi dengan baik
antigen tersebut maka golongan darahnya adalah AB. Sebaliknya, jika tidak mengandung
antigen baik A maupun B, antibodinya akan menganggap kedua antigen tersebut sebagai zat
asing sehingga kedua-duanya akan digumpalkan maka golongan darahnya adalah golongan
darah O. Bahan utama yang digunakan dalam melakukan identifikasi adalah berupa serum
anti A dan serum anti B yang diteteskan pada darah probandus. Jika pada anti serum A terjadi
penggumpalan (aglutinasi) sedangkan anti serum B tidak, maka golongan darah probandus
adalah A. Bila terjadi sebaliknya, maka golongan darah probandus adalah B. Bila keduaduanya mengalami penggumpalan maka golongan darah probandus adalah AB. Bila keduaduanya tidak mengalami penggumpalan maka golongan darah probandus adalah O
(Syamsuri, 2004).

i. Golongan Darah Sistem AB0


Dilihat dari golongan ABO, manusia dikelompokkan menjadi 4 golongan.
Penggolongan ini didasarkan atas ada tidaknya suatu zat tertentu di dalam sel darah
merah, yaitu yang dikenal dengan nama aglutinogen (antigen). Ada dua macam
aglutinogen yaitu aglutinogen A dan aglutinogen B. Aglutinogen merupakan
polisakarida, dan terdapat tidak saja terbatas di dalam sel darah merah tetapi juga
kelenjar ludah, pankreas, hati, ginjal, paru-paru, testes dan semen. Golongan darah
sistem ABO Dipengaruhi oleh alel I0, IA, dan IB I0 resesif terhadap IA dan IB IA dan

IB saling kodominan, tidak saling mengalahkan Interaksi ketiga alel tersebut


menghasilkan 4 variasi fenotip golongan darah, yaitu A, B, AB dan O.
Orang dengan alel IA dapat membentuk aglutinogen atau antigen yang disebut
antigen-A pada permukaan eritrosit dan membentuk antibodi atau aglutinin atau anti-B
dalam serum atau plasma darah. Orang dengan alel IB dapat membentuk antigen-B dalam
eritrosit, dan zat anti-A dalam serum darah. Golongan darah A memiliki antigen-A
Golongan darah B memiliki antigen-B Golongan darah AB memiliki antigen-A dan
antigen- B Golongan darah O tidak memiliki antigen. Manusia golongan genotip
Antigen antibodi darah A IAIA , IA I0 Antigen-A Anti-B IB IB , IB I0 Antigen-B Anti-A AB
IA IB Antigen-A - Antigen-B O I0 I0 - Anti-A Anti-B (Henuhili, 2003).
ii. Golongan Darah Sistem Rhesus
Golongan darah tipe Rh diperkenalkan oleh Karl Laindsteiner pada tahun 1940
yang melakukan penelitian pada monyet rhesus (Macaca mulatta). Pada mulanya
Landsteiner menyimpulkan bahwa penurunan golongan darah ini dipengaruhi oleh satu
gen yang terdiri dari 2 alel, yaitu R dan r, dimana R dominan terhadap r. Dikenal 2
macam golongan darah yaitu Rh+ dan Rh- Rh+ memiliki antigen Rh pada permukaan
eritrositnya. Genotipe RR dan Rr. Rh- tidak memiliki antigen Rh. Genotipe rr (Hariyadi,
1991).

iii. Golongan Darah Sistem MN


Pada

tahun

1976,

Landsteiner

dan

Lavene

mengemukakan

sistem

penggolongan darah M, MN, dan N, yang masing-masing disebabkan oleh adanya


perbedaan salah satu jenis antigen glikoprotein. Antigen glikoprotein ini terdapat pada
membran sel darah merah yang disebut glikoforin A. Antigen ini tidak membentuk zat anti
(aglutinin), sehingga apabila ditransfusikan dari golongan satu ke golongan yang lain tidak
akan menimbulkan gangguan. Tetapi, apabila antigen tersebut disuntikkan ke dalam tubuh
kelinci, serum kelinci akan membentuk zat antinya. Maka, apabila serum kelinci yang
mengandung zat anti ini disuntikkan ke dalam tubuh manusia, akan berpotensi
menimbulkan gangguan. Adanya antigen M ditentukan oleh gen LM, adanya antigen MN
ditentukan oleh LM dan LN, sedangkan adanya antigen-antigen N, ditentukan oleh
gen LN. (L merupakan singkatan dari Landsteiner). Berdasarkan hal tersebut, macam
fenotipe, genotipe dan kemungkinan macam gamet dari orang yang bergolongan M, MN,
10

atau N dapat diketahui. Di dalam eritrosit, antigen M dan N dikendalikan oleh sebuah gen
yang memiliki alela ganda, yaitu alela LM yang mengendalikan antigen M dan alela LN
yang mengendalikan antigen N. Pada penggolongan darah MN ini tidak terdapat
dominansi antara alela LM dan alela LN, artinya apabila seseorang memiliki kedua
antigen tersebut (M dan N) maka orang itu bergolongan darah MN.
Sistem penggolongan darah MN, M, dan N didasarkan pada dua molekul
spesifik yang terletak pada permukaan sel darah merah. Orang-orang dengan golongan
darah M mempunyai satu dari kedua tipe molekul ini dan orang dengan golongan darah N
mempunyai tipe yang lainnya. Golongan MN dikarakterisasi oleh adanya kedua molekul
pada sel darah merah. Sebuah lokus gen tunggal, dimana dua variasi alel bisa berada,
menentukan golongan-golongan darah ini. Individu M adalah homozigot untuk satu alel;
individu N adalah homozigot untuk alel yang lainnya. Kondisi heterozigot terdapat pada
golongan MN. Perlu diperhatikan bahwa fenotip MN bukanlah intermediet antara fenotip
M dan N, tetapi kedua fenotip tersebut secara sendiri-sendiri terekspresikan oleh adanya
kedua tipe molekul ini pada sel darah merah. Golongan darah M, N, dan MN tidak
menimbulkan penggumpalan pada darah manusia, karena darah manusia tidak membentuk
zat anti M dan anti N. Penggumpalan akan terjadi apabila antigen tersebut (M, N, dan
MN) disuntikkan ke tubuh kelinci. Menurut penelitian, keberadaan antigen itu ditentukan
oleh suatu gen yang memiliki dua alel. Dengan demikian, golongan darah M memiliki
genotip LMLM; golongan darah N memiliki genotip LNLN; sedangkan golongan darah MN
memiliki genotip LMLN.
Bagaimanakah hubungannya dengan golongan darah AB0? Ternyata, pada
semua golongan darah ditemukan golongan darah golongan darah MN. Jadi, golongan
darah A ada kemungkinan memiliki golongan darah M, N, atau MN. Demikian pula,
golongan darah B dan 0. Misalnya, orang bergolongan darah A, M mempunyai genotip
IAIA, LMLM. Golongan darah B, M memiliki genotip IBIB, LMLM. Golongan darah A, N
memiliki genotip IAIA, LNLN, dan seterusnya (Guyton, 1986).

2.3. Gen Ganda


Setiap manusia di dunia ini pasti berbeda. Salah satunya adalah bentuk garis-garis
pada jari, atau yang lazim kita sebut sebagai 'sidik jari'. Karena sidik jari bersifat unik, setiap
orang yang hidup di bumi mempunyai bentuk sidik jari yang berlainan. Karena sifat unik
11

inilah, sidik jari dijadikan sebagai salah satu bukti identitas seseorang yang berlaku secara
internasional. Ternyata sidik jari baru mulai diperhatikan pada akhir abad ke-19. Berawal dari
tulisan seseorang ilmuwan Inggris Henry Faulds pada 1880 yang menyatakan bahwa sidik
jari orang-orang tak berubah sepanjang hayat mereka, dan bahwa terdakwa-terdakwa bisa
diyakinkan dengan sidik jari yang mereka tinggalkan di permukaan benda seperti
kaca. Dalam genetika

kuantitatif,

konsep poligen berarti

banyak gen digunakan

untuk

menjelaskan terbentuknya sifat kuantitatif. Sifat kuantitatif terbentuk dari banyak gen dengan
pengaruh kecil, yang masing-masing bersegregasi menuruti teori Mendel. Karena
pengaruhnya kecil, fenotipe yang diatur oleh gen-gen ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan.
Meskipun demikian, penjelasan Fisher ini tetap menempatkan "gen-gen" yang mengatur sifat
kuantitatif sebagai sesuatu yang abstrak karena hanya merupakan konsep. (Suryo, 2010).
Klasifikasi sidik jari yang digunakan secara luas adalah sistem Henry dan variasivariasinya yang diperkenalkan oleh Edward Henry (1899). Klasifikasi sidik jari adalah
membagi data pola garis alur sidik jari kedalam kelompok-kelompok kelas ciri yang menjadi
karakteristik sidik jari tersebut yaitu untuk memercepat proses identifikasi. Ada dua jenis
kategori sidik jari yaitu kategori bersifat umum (global) dan kategori yang bersifat khusus
(lokal) yaitu untuk menggambarkan ciri-ciri khusus individual, seperti jumlah minutiae,
jumlah dan posisi inti (core), dan jumlah dan posisi delta. Beberapa sifat keturunan dapat
ditentukan oleh gen autosomal dan ada juga yang ekspresinya dipengaruhi oleh jenis kelamin
(sex). Sifat tersebut dapat tampak pada kedua jenis kelamin, tetapi pada salah satu jenis
kelamin ekspresinya lebih besar dibandingkan jenis kelamin lainnya (Elvita, 2008).

BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN

3.1. Waktu
3.1.1. Percobaan Alel Ganda
Hari
: Kamis
Tanggal : 05 November 2015
12

Pukul
Tempat

: 11.20 13.00 WIB


: Laboratorium Biologi Universitas Negeri Medan

3.1.2. Percobaan Gen Ganda


Hari
: Kamis
Tanggal : 12 November 2015
Pukul
: 11.20 13.00 WIB
Tempat : Laboratorium Biologi Universitas Negeri Medan
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alel Ganda
3.2.1.1. Alel Ganda Percobaan 1
a. Alat
No
1.
2.
3.

Nama Alat
Pulpen
Kertas HVS
Penggaris

Jumlah
1 Buah
10 Lembar
1 Buah

b. Bahan
No
1.

Nama Bahan
Jari Tangan

Jumlah
5 Jari

3.2.1.2. Alel Ganda Percobaan 2


a. Alat
No
1.
2.
3.

Nama Alat
Pulpen
Kertas HVS
Penggaris

Jumlah
1 Buah
10 Lembar
1 Buah

b. Bahan
No
1.

Nama Bahan
Darah

Jumlah
Secukupnya

3.2.2. Gen Ganda


3.2.2.1. Penentuan Sidik Jari Pada Tangan Manusia
a. Alat
No
1.
2.
3.
4.

Nama Alat
Pulpen
Kertas HVS
Penggaris
Loup

Jumlah
1 Buah
5 Lembar
1 Buah
1 Buah
13

5.

Bantalan stempel

1 Buah

b. Bahan
No
1.

Nama Bahan
Jari Tangan Setiap Praktikan

Jumlah
10 Jari

3.3. Prosedur Kerja


3.3.1. Alel Ganda
3.3.1.1. Mengamati Rambut dan Ruas-Ruas Jari
No
1.
2.
3.

Prosedur Kerja
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada saat praktikum
Mengamati sisi atas jari tangan masing-masing dengan loup.
Menentukan masing-masing jari tangan ke dalam golongannya
berdasarkan rambut pasa sisi atas jari.
H1= rambut terdapat pada semua jari, ibu jari tidak dipakai
H2= rambut pada jari kelingking , manis dan tengah
H3= rambut pada jari manis dan tengah.
H4 = rambut pada jari manis saja
H5 = tidak ada rambut pada semua empat jari

3.3.1.2.Menentukan Golongan Darah


N

Prosedur Kerja

o
1.
2.
3.
4.

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada saat praktikum
Menuliskan hasil golongan darah dalam tabel
Menentukan diagram silsilah keluarga ayah dan ibu golongan darah ( A. B, AB, 0)
Menunjukkan letak praktikan dalam lingkar silsilah.

14

3.3.2. Gen Ganda


3.3.2.1.Penentuan Sidik Jari Pada Tangan Manusia dan Penentuan Jumlah Sulur
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Prosedur Kerja
Menyiapkan alat dan bahan
Menempelkan ibu jari kiri pada bantalan stempel
Menempelkan ibu jari kiri ke atas kertas HVS untuk mendapatkan sidik
Menempelkan jari telunjuk kiri pada bantalan stempel
Menempelkan jari telunjuk kiri ke atas kertas HVS untuk mendapatkan sidik
Menempelkan jari tengah kiri pada bantalan stempel
Menempelkan jari tengah kiri ke atas kertas HVS untuk mendapatkan sidik
Menempelkan jari manis kiri pada bantalan stempel
Menempelkan jari manis kiri ke atas kertas HVS untuk mendapatkan sidik
Menempelkan jari kelingking kiri pada bantalan stempel
Menempelkan jari kelingking ke atas kertas HVS untuk mendapatkan sidik
Menempelkan ibu jari kanan pada bantalan stempel
Menempelkan ibu jari kanan ke atas kertas HVS untuk mendapatkan sidik
Menempelkan jari telunjuk kanan pada bantalan stempel
Menempelkan jari telunjuk kanan ke atas kertas HVS untuk mendapatkan sidik
Menempelkan jari tengah kanan pada bantalan stempel
Menempelkan jari tengah kanan ke atas kertas HVS untuk mendapatkan sidik
Menempelkan jari manis kanan pada bantalan stempel
Menempelkan jari manis kanan ke atas kertas HVS untuk mendapatkan sidik
Menempelkan jari kelingking kanan pada bantalan stempel
Menempelkan jari kelingking kanan ke atas kertas HVS untuk mendapatkan

22
23

sidik
Menghitung masing-masing sulur pada sidik jari masing-masing
Menentukan pola sidik jari masing-masing

BAB IV
HASIL PENGAMATAN

4.1. Alel Ganda


4.1.1. Tabel Penentuan Rambut Pada Ruas-Ruas Jari
Alel Ganda

Hasil kelompok
Jumlah
15

Hasil kelas
Jumlah
%

H1
H2
H3
H4
H5
Jumlah

1
1
3
5

20
20
60
100

1
5
9
5
22
42

2,38
11,90
21,43
11,90
52,39
100

Penjelasan Tabel :
1. H1 = 1, yaitu rambut terdapat pada semua jari, ibu jari tidak dipakai berjumlah 1 maka

persentase adalah

1
42

x 100% = 2,38%

2. H2 = 5, yaitu rambut terdapat pada jari kelingking, manis, dan tengah berjumlah 5

maka persentase adalah

5
42

x 100% = 11,90%

3. H3 = 9, yaitu rambut terdapat pada jari manis dan tengah berjumlah 9 maka persentase

adalah

9
42

x 100% = 21,43%

4. H4 = 5, yaitu rambut terdapat pada jari manis saja berjumlah 5 maka persentase adalah
5
42

x 100% = 11,90%

5. H5 = 22, yaitu tiada rambut pada semua empat jari berjumlah 22 maka persentase

adalah

22
42

x 100% = 52,39%

4.1.2. Tabel Penentuan Golongan Darah


NO

TES UNTUK

HASIL

PRIBADI BERI

1.
2.

TANDA (X)
-

Golongan Darah A
Golongan Darah B

16

HASIL KELOMPOK
JUMLAH
%
2

0
40

3.
4.

Golongan Darah AB
Golongan Darah O

Penjelasan Tabel :

0
60

1. Golongan darah A berjumlah 0 maka persentase adalah

0
5

x 100% = 0%

2. Golongan darah B berjumlah 2 maka persentase adalah

2
5

x 100% = 40%
0
5

3. Golongan darah AB berjumlah 0 maka persentase adalah


4. Golongan darah 0 berjumlah 3 maka persentase adalah

3
5

x 100% = 0%
x 100% = 60%

4.1.2.1. Tabel Data Golongan Darah Satu Kelas (Ekstensi B 2013)


NO.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.

NAMA
Intan Sari Siregar
Gepi Dianissa Dalimunthe
Sheila Septriyanti Rangkuti
Sopan Sopian Panggabean
Raihan Nur Asdi
Anita Christy Simatupang
Nur Aisyah Putri Rambe
Monica Sri Ulina
Septia Armayanti Pakpahan
Coky Brimo Sinambela
Githa Indriana
Sri Winata Nababan
Namira Nadratul Alvia
Maya Rebecca Manik
Nada Fitriani Nasution
Lola Zeramendha Br.Tarigan
Lusi Ana Wati Koto
Lanny E. Pasaribu
Nuri Andriani
Indi Mirandha
Fatimah Dian Sari
Ayu Puspita Budiputri
Nurul Azmi
Putri Wulan Sari P. Keliat
Azrul Bahri Hutabarat
Semeon Silalahi
Susianna Siahaan

GOLONGAN DARAH
O
B
O
O
B
B
B
O
O
A
O
O
A
A
AB
B
O
A
O
A
AB
O
A
B
O
O
B
17

28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.

Tiffany
Ridha Novilia
Daniaty Siregar
Etti Uliarta Silitonga
Fauziah Hanif
Mawi Melina Sihotang
Sondang Sitinjak
Diva Triana Mora
Nurwennya Ratna Dewi
Syadiah
Jesaya Surbakti
Yessica Sipayung
Maria Angelina
Angga Simatupang
Bella Donna Ariesta L.Gaol

O
A
O
A
O
O
B
O
AB
B
B
A
O
O
O

4.1.2.2. Tabel Persentase Golongan Darah Satu Kelas (Ekstensi B 2013)


NO.
1.
2.
3.
4.

GOLONGAN DARAH

HASIL KELAS
JUMLAH
9
10
3
20

Golongan Darah A
Golongan Darah B
Golongan Darah AB
Golongan Darah O

%
21,43
23,81
7,14
47,62

Penjelasan Tabel :
1. Golongan darah A berjumlah 9 maka persentase adalah

9
42

x 100% = 21,43%

2. Golongan darah B berjumlah 10 maka persentase adalah

10
42

x 100% = 23,81%

3. Golongan darah AB berjumlah 3 maka persentase adalah

3
42

x 100% = 7,14%

4. Golongan darah 0 berjumlah 20 maka persentase adalah

20
42

x 100% = 47,62%

Pembahasan :
Setelah mengikuti praktikum dengan unit Alel Ganda ini, praktikan memiliki
pengetahuan mengenai cara mengidentifikasi golongan darah pada manusia. Hasil dari

18

pengidentifikasian yang dilakukan pada setiap praktikan (probandus) adalah sebagai berikut
sebagai berikut:
Golongan darah A = 9 probandus dengan persentase sebanyak 21,43%
Golongan darah B = 10 probandus dengan persentase sebanyak 23,81%
Golongan darah AB = 3 probandus dengan persentase sebanyak 7,14%
Golongan darah O = 20 probandus dengan persentase sebanyak 47,62%
Bahan utama yang digunakan dalam melakukan identifikasi adalah berupa serum
anti A dan serum anti B yang diteteskan pada darah probandus. Jika pada anti serum A terjadi
penggumpalan (aglutinasi) sedangkan anti serum B tidak, maka golongan darah probandus
adalah A. Bila terjadi sebaliknya, maka golongan darah probandus adalah B. Bila keduaduanya mengalami penggumpalan maka golongan darah probandus adalah AB. Bila keduaduanya tidak mengalami penggumpalan maka golongan darah probandus adalah O. Terdapat
empat jenis golongan darah, yaitu A, B, AB dan O, yang dikendalikan oleh tiga alel, yaitu I A,
IB, dan i. Alel-alel tersebut bertanggung jawab dalam mengendalikan pembentukan antigen
sel darah, alel IA dan alel IB masing-masing mengendalikan pembentukan antigen A dan
antigen B, sedangkan alel i tidak membentuk antigen. Antara alel IA dengan alel IB terdapat
hubungan kodominan, yang berarti genotipe IAIB dapat memproduksi antigen A dan antigen
B. Alel IA dan alel IB kedua-duanya terhadap alel i. Dengan keterangan tersebut maka akan
diperoleh genotipe IAIA dan IAI0 (golongan darah A) akan memproduksi antigen A, genotipe
IBIB dan IBI0 (golongan darah B) akan menghasilkan antigen B; genotipe IAIB (golongan darah
AB) mempunyai antigen A dan B, sedangkan genotipe ii (golongan darah O) tidak
memproduksi antigen.
Dalam transfusi darah golongan darah AB dapat menerima sumbangan dari
semua golongan darah (tidak akan terjadi penggumpalan), sebaliknya golongan darah O
hanya dapat menerima sumbangan dari golongan darah yang sama, golongan darah lainnya
akan digumpalkan. Bila dilihat dari sudut donor, golongan darah O dapat menyumbangkan
darah untuk semua golongan darah, sedangkan golongan darah AB dapat menjadi donor
hanya untuk golongan darah yang sama. Golongan darah A dan B dapat menjadi penerima
sumbangan dari golongan darah O dan dari golongan darah sejenis dan dapat menjadi donor
untuk golongan AB dan golongan sejenis.
Dari penjelasan teori di atas dapat diketahui bahwa sangat penting mengenal
golongan darah sebelum melakukan transfuse darah. Pada serum darah merah akan dibentuk
anti bodi. Pada serum darah merah akan dibentuk anti bodi yang dapat mengenali anti gen sel
darah merahnya dan antigen asing yang masuk dari luar. Antibodi akan menggumpalkan
19

antigen yang berbeda dari antigen yang dibentuk oleh sel darah merahnya. Jadi antibodi
golongan darah A (yang memproduksi antigen A) akan menggumpalkan antigen B dan
antibodi golongan darah B (yang memproduksi antigen B) akan menggumpalkan anti gen A.
Jika antibody tidak dapat menggumpalkan antigen A dan B karena memproduksi dengan baik
antigen tersebut maka golongan darahnya adalah AB. Sebaliknya, jika tidak mengandung
antigen baik A maupun B, antibodinya akan menganggap kedua antigen tersebut sebagai zat
asing sehingga kedua-duanya akan digumpalkan maka golongan darahnya adalah golongan
darah O.

4.2. Gen Ganda


4.2.1. Tabel Jumlah Tiap Jenis Pada Sulur
T

NAMA

IBU

JARI

JARI

JARI

JARI

Intan

JARI
Loop

TELUNJUK
Loop

TENGAH
Loop

MANIS
Loop

KELINGKING
Loop

Gepi

Loop

Loop

Loop

Loop

Loop

Sheila

Whorl

Whorl

Whorl

Whorl

Whorl

Sopan

Loop

Loop

Loop

Loop

Loop

Raihan

Loop

Loop

Loop

Loop

Loop

NAMA

IBU

JARI

JARI

JARI

JARI

JARI

TELUNJUK

TENGAH

MANIS

KELINGKIN

A
N
G
A
N
K
A
N
A

A
N

G
20

INTAN

Loop

Loop

Loop

Loop

Loop

GEPI

Loop

Loop

Loop

Loop

Loop

SHEILA

Whorl

Whorl

Whorl

Whorl

Whorl

SOPAN

Loop

Loop

Loop

Loop

Loop

RAIHAN

Loop

Loop

Loop

Loop

Loop

I
R
I

4.2.2. Tabel Jumlah Sulur Data Kelompok


NO
.
1.
2.
3.
4.
5.

NAMA

JUMLAH TIAP JENIS POLA SULUR JARI


ARCH
LOOP
WHORL

Intan
GEPI
SHEILA
SOPAN
RAIHAN
4.2.2.1.

10
10
10
10
-

10

JUMLAH
10
10
10
10
10

Tabel Uji Chi-Square Jumlah Sulur Data Kelompok

POLA SULUR

O-E

(O-E)2

(OE)
E

ARCH

5
x 50=2,5
100

0-2,5= -2,5

6,25

2,5

LOOP

40

70
x 50=35
100

40-35= 5

25

0,714

WHORL

10

25
x 50=12,5
100

10-12,5= -2,5

6,25

0,5

21

50

50

3,714

Pembahasan :
Dari hasil percobaan diperoleh X2hitung = 3,714 dan X2tabel= 5,99 hal tersebut
menandakan bahwa data dari hasil percobaan yang dilakukan memiliki X 2hitung X2tabel.
Sehingga dapat dikatakan bahwa data hasil percobaan signifikan atau dapat diterima.

4.2.3. Tabel Jumlah Sulur Satu Kelas (Ekstensi B 2013)


NO

NAMA

GOLONGAN DARAH
ARCH
LOOP
WHORL

JUMLAH

.
1.

Intan Sari Siregar

LOOP=10

2.

Gepi Dianissa Dalimunthe

LOOP=10

3.

Sheila Septriyanti Rangkuti

4.

Sopan Sopian Panggabean

LOOP=10

5.

Raihan Nur Asdi

LOOP=10

6.

Anita Christy Simatupang

LOOP=10

7.

Nur Aisyah Putri Rambe

8.

Monica Sri Ulina

LOOP=10

9.

Septia Armayanti Pakpahan

LOOP=10

10.

Coky Brimo Sinambela

LOOP=10

11.

Githa Indriana

WHORL=10

WHORL=10

ARCH=1
LOOP=8

12.

Sri Winata Nababan

22

WHORL=1
LOOP=9

13.
14.

Namira Nadratul Alvia


Maya Rebecca Manik

WHORL=1
LOOP=7

WHORL=3
LOOP=6
WHORL=4
LOOP=10

15.

Nada Fitriani Nasution

16.

Lola Zeramendha

LOOP=6

17.

Br.Tarigan
Lusi Ana Wati Koto

WHORL=4
LOOP=3

WHORL=7
LOOP=4

WHORL=6
LOOP=5

18.
19.
20.

Lanny E. Pasaribu
Nuri Andriani

WHORL=5
ARCH=1

Indi Mirandha

LOOP=3
21.

Fatimah Dian Sari

WHORL=6
LOOP=10

22.

Ayu Puspita Budiputri

LOOP=10

23.

Nurul Azmi

LOOP=10

24.

Putri Wulan Sari P. Keliat

LOOP=10

25.

Azrul Bahri Hutabarat

26.

Semeon Silalahi

27.

Susianna Siahaan

28.

Tiffany

29.

Ridha Novilia

LOOP=9
-

WHORL=1
LOOP=10

ARCH=6

LOOP=4
LOOP=4

WHORL=6
LOOP=5

30.

Daniaty Siregar

WHORL=5
LOOP=8

31.

Etti Uliarta Silitonga

WHORL=2
LOOP=9

32.

Fauziah Hanif

WHORL=1
LOOP=8
WHORL=2

23

33.

Mawi Melina Sihotang

LOOP=10

34.

Sondang Sitinjak

LOOP=10

35.

Diva Triana Mora

LOOP=8

36.

Nurwennya Ratna Dewi

WHORL=2
LOOP=6

WHORL=4
LOOP=5
-

WHORL=5
LOOP=10

37.

Syadiah

38.

Jesaya Surbakti

39.

Yessica Sipayung

40.

Maria Angelina

LOOP=6
WHORL=4
LOOP=10

41.

Angga Simatupang

LOOP=10

42.

Bella Donna Ariesta L.Gaol

LOOP=8
WHORL=2

4.2.3.1.
NO
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Tabel Jumlah Sulur Satu Kelas (Ekstensi B 2013)

JUMLAH TIAP JENIS

HASIL KELAS
JUMLAH

POLA SULUR JARI


Arch
Loop
Whorl
Arch Loop
Loop Whorl
Arch Loop Whorl

0
19
2
1
18
2

%
0%
45,24%
4,8%
2,4%
42,85%
4,8%

Pembahasan :
Dari data kelas keseluruhan yang telah didapat, maka persentase jenis pola
sulur jari tangan praktikan yaitu :
1. Arch
0
2.
42 x 100% = 0%

5.

19
42

6.
7. Whorl

3.
4. Loop
24

x 100% = 42,54%

8.

12
42

x 100% = 4,8%

13.

9. Arch Loop
1
10. 42 x 100% = 2,4%

18
42

x 100% = 42,85%

14.
15. Arch Loop Whorl
2
16. 42 x 100% = 4,8%

11.
12. Loop Whorl

25

17.
18.

BAB V
PENUTUP

19.
5.1. Kesimpulan
20.Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Golongan darah manusia merupakan salah satu sifat keturunan yang ditentukan oleh
alel ganda. Genotipe golongan darah A adalah IA IA dan IA Ii, genotipe golongan
darah B adalah IB IB dan IB Ii, genotipe golongan darah AB adalah IA IB dan
genotipe golongan darah O adalah ii.
2. Persentase golongan darah satu kelas yang diperoleh adalah sebagai berikut:
21. Golongan darah A = 21,43%
22. Golongan darah B = 23,81%
23. Golongan darah AB = 7,14%
24. Golongan darah O = 47,62%
3. Sifat genetik manusia yang ditentukan oleh seri alel ganda antara lain golongan darah
sistem AB0 dan tumbuhnya rambut pada segmen digitalis
4. Dari hasil percobaan jumlah sulur kelompok diperoleh X2hitung = 3,714 dan X2tabel = 5,99
hal tersebut menandakan bahwa data dari hasil percobaan yang dilakukan memiliki
X2hitung X2tabel. Sehingga dapat dikatakan bahwa data hasil percobaan signifikan atau
dapat diterima.
5. Dari data kelas keseluruhan yang telah didapat, maka jenis pola sulur jari tangan
praktikan dapat dikelompokkan menjadi 6 yaitu : Arch, Loop, Whorl, Arch Loop,
Loop Whorl, dan Arch loop Whorl
6. Dari data yang diperoleh dapat dikatakan bahwa praktikan dominan memiliki pola
sulur jari tangan Loop, hanya satu orang saja praktikan yang memiliki pola sulur yang
berbentuk Whorl
7. Praktikan yang memiliki golongan darah A pada kelompok 2 berjumlah 0 maka

persentase adalah

0
5

x 100% = 0%

8. Praktikan yang memiliki golongan darah B pada kelompok 2 berjumlah 2 maka

persentase adalah

2
5

x 100% = 40%

9. Praktikan yang memiliki golongan darah AB pada kelompok 2 berjumlah 0 maka

persentase adalah

0
5

x 100% = 0%

10. Praktikan yang memiliki golongan darah 0 pada kelompok 2 berjumlah 3 maka

persentase adalah

3
5

x 100% = 60%

25.
26.
5.2. Saran
1. Dalam praktikum seharusnya Praktikan diharapkan lebih berhati-hati dan teliti dalam
melaksanakan praktikum agar mendapatkan hasil yang tepat.
2. Diharapkan untuk para praktikan agar selalu menaati peraturan dalam laboratorium
baik sebelum, sedang, maupun sesudah praktikum. Hal ini bertujuan agar terjadi
ketenangan dan kenyamanan dalam laboratorium sehingga praktikum berjalan dengan
baik.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.

40. DAFTAR PUSTAKA


41.
42.

Campbell, Neil A. Reece, Jane B. dan Can Mitchell. 2010. Biologi Jilid I Edisi
Kedelapan. Jakarta : Erlangga

43.
44.
45.
46.

Crowder. 1997. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta : GMU Press


Cahyono, F. 2010. Kombinatorial Dalam Hukum Pewarisan Mendel. Bandung :
Institut Teknologi Bandung Press

47.
48. Elvita, dkk. 2008. Genetika Dasar. Riau: Faculty of Medicine University of Riau.
49.
50.
51.
52.
53.

Guyton. 1986. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC


Hariyadi, Wito. 1991. Biologi. Surabaya: SIC Surabaya

54.

Henuhili, Victoria dan Suratsih. 2003. Genetika. Yogyakarta: Jurusan Biologi


FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.

55.
56. Kimball, W Jhon. 1991. Biologi. Jakarta: Erlangga
57.
58.

Koesmadji, dkk. 2001. Petunjuk Praktikum Genetika. Bandung: Jurusan Biologi


FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.
59.
60. Suryo. 2010. Genetika Manusia. Yogyakarta: GMU Press

61.
62. Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi. Jakarta : Erlangga
63.
64.

Welsh, James R. 1991. Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Jakarta :


Erlangga
65.

Anda mungkin juga menyukai