Anda di halaman 1dari 18

Asisten: Jumawita, S.

Si

LAPORAN INDIVIDU GENETIKA


“ALEL GANDA”

Disusun Oleh:

Nama : Windri Ratna Sari


NIM : 2184205027
Kelompok : 3 (Tiga)
Anggota : Resty 2184205039
Nindy 2184205042
Mahdalena 2184205031
Nuriman 2184205027

LABORATORIUM PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN DAN VOKASI
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tumbuhan, hewan dan manusia dikenal beberapa sifat keturunan


yang ditentukan oleh suatu seri alel ganda. Golongan darah ABO yang
ditemukan oleh Landsteiner pada tahun 1900 dan faktor Rh yang ditemukan
Landsteiner bersama Weiner pada tahun 1942 juga ditentukan alel ganda.
Untuk golongan darah tipe ABO misalnya, dikenal alel ganda IA, IB dan I,
harus dipahami pengertian tentang antigen, zat anti (antibodi) aglutinasi (Jesch
dkk, 2017).

Darah merupakan media transportasi dalam tubuh. Darah terdiri atas


plasma darah dan sel-sel darah. Sebagian besar sel darah terdiri atas sel darah
merah atau eritrosit, sedangkan jumlah sel darah putih atau leukosit sangat
sedikit, yaitu 2 permil dari jumlah eritrosit. Disamping eritrosit dan leukosit
masih ada partikel lain yang disebut trombosit. Trombosit ini penting pada
penggumpalan darah (Suryo, 2005).

Pengertian alel ganda adalah faktor yang memiliki lebih dari dua macam
alel, sekalipun tidak ada satu pun makhluk diploid yang mempunyai lebih dari
dua macam alel untuk tiap faktor. Sebab timbulnya alel ganda adalah peristiwa
mutasi gen. Stanfield (1983) mengatakan Karena suatu gen dapat berubah
menjadi bentuk-bentuk alternatif oleh proses mutasi, secara teoritis di dalam
suatu populasi mungkin dijumpai sejumlah besar alela (Corebima, 1997).

Tiap kromosom harus mengandung banyak gen. tempat pada kromosom


dimana terdapat suatu gen tertentu disebut lokus. Kedua alel yang mengontrol
suatu sifat tertentu, terletak pada lokus yang sama pada masing-masing
kromosom yang homolog. Untuk memperagakan kebenaran teori kromosom,
kita harus mampu menghubungkan ada atau tidak adanya suatu sifat tertentu
dengan ada atau tidaknya suatu kromosom tertentu didalam sel-sel organisme
itu. Tetapi menurut teori kromosom, kedua alela yang mengontrol pemunculan
suatu sifat tertentu itu, terletak di lokus yang sama pada dua kromosom yang
homolog. Kromosom yang homolog, secara visual tidak dapat dibedakan satu
sama lain. Dengan demikian dengan mengamati satu anggota dari pasangan itu
tidaklah mungkin untuk menyatakan apakah kromosom tersebut mengandung
alel tertentu atau tidak (Kimball, 1983).

Alel merupakan bentuk alternatif sebuah gen yang terdapat pada lokus
(tempat tertentu). Individu dengan genotipe AA dikatakan mempunyai alel A.
sedang individu aa mempunyai alel a. Demikian pula individu Aa memiliki dua
macam alel. yaitu A dan a. Jadi, lokus A dapat ditempatioleh sepasang (dua
buah) alel, yaitu AA. Aa, atau aa, bergantung kepada genotipe individu yang
bersangkutan (Susanto, Agus Hery, 2011).

Namun, kenyataannya yang sebenarnya lebih umum dijumpai adalah


bahwa pada suatu lokus tertentu dimungkinkan munculnya lebih dari hanya
dua dua macam alel. sehingga lokus tersebut dikatakan memiliki sederetan alel.
Fenomena semacam ini disebut sebagai alel ganda (multiple alleles) (Susanto,
Agus Hery, 2011).

Pengaruh alel ganda dapat dilihat salah satu contohnya pada sistem
golongan darah ABO Darah terdiri dari dua komponen, yaitu: sel-sel (antara
lain eritrosit dan leukosit) dan cairan (plasma). Karl Landsteener dalam
penelitiannya menemukan adanya dua antibodi alamiah di dalam darah dan dua
antigen pada permukaan eritrosit. Inilah penyebab terjadinya penggumpalan
(beraglutinasi) sel-sel darah merah (eritrosit) dari beberapa individu apabila
bercampur dengan serum dari beberapa orang (Agus dkk, 2013).

Golongan darah seseorang ditetapkan berdasarkan macam antigen dalam


eritrosit yang dimilikinya. Bermstein (1925) menegaskan bahwa antigen
antigen itu diwariskan oleh suatu seri alel ganda. Alel itu diberi simbol I
(berasal dari kata in so aglutinin, suatu protein yang terdapat pada permukaan
sel eritrosit).

Orang yang mampu membentuk antigen A memiliki alel IA dalam


kromosom, yang mampu membentuk antigen B memiliki alel IB, yang
memiliki alel IA dan IB dapat membentuk antigen A dan antigen B, sedangkan
yang tidak mampu membentuk antigen sama sekali memiliki aliran resesif
i (Suryo, 2005).

Selain golongan darah, tumbuhnya rambut pada segmen digitalis kedua


jari tangan juga dipengaruhi adanya alel ganda. Alel ganda ini ditimbulkan
karena adanya peristiwa mutasi gen. Dimana gen dapat berubah menjadi
bentuk-bentuk alternatif oleh proses mutasi. Rambut pada segmen digitalis
kedua jari tangan juga digunakan untuk menggambarkan genetika dasar
(McDonald, 2011).

Berdasarkan pemaparan diatas maka dilakukanlah percobaan alel ganda


untuk memahami pola pewarisan alel ganda khususnya tumbuhnya rambut
pada segmen digitalis kedua jari tangan dan golongan darah manusia dan
mengetahui frekuensi alel IA, 1B dan Ii.

Meskipun semua praktikan sebenarnya telah mengetahui golongan darah


masing-masing, namun dalam percobaan ini mereka belajar menetapkan
sendiri golongan darahnya. Disediakan 3 macam anti serum, yaitu anti-A, anti-
B dan anti Rh (D)+.

1.2 Tujuan Praktikum


a) Menentukan genotip rambut di jari tangan serta persentasenya.
b) Menentukan genotip golongan darah serta persentasenya.

1.3 Manfaat Praktikum


a) Mengetahui beberapa sifat keturunan pada manusia.
b) Mengetahui pengaruh alel ganda dan mampu menetapkan genotip masing-
masing.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Alel Ganda

Alel berasal dari kata “Allelon” yang berarti “bentuk lain”. Disebut juga
versi alternatif gen yang menjelaskan adanya variasi dan pewarisan suatu sifat.
Alel adalah gen-gen yang terletak pada lokus yang sama (bersesuaian) dalam
kromosom homolog. Bila dilihat dari pengaruh gen pada fenotipe, alel ialah
anggota dari sepasang gen yang memiliki pengaruh berlawanan. Jadi alel
adalah gen-gen yang terletak pada lokus yang sama dan memiliki pekerjaan
yang sama dan hampir sama (Khalifah Mustami. 2013).

Alel ganda adalah keadaan dimana sebuah gen memiliki lebih dari satu
alel (multiple alelism). Alel ganda terjadi karena gen mengalami beberapa kali
mutasi. Adanya alel ganda individu diploid tidak hanya memiliki tiga
kemungkinan genotip, tetapi kemungkinan genotipnya menjadi lebih dari 3.
Genotip individu tergantung dari seri dominansi dari perangkat alel. Beberapa
sifat yang ditentukan oleh alel ganda antara lain sifat golongan darah sistem
ABO dan tumbuhnya rambut pada segmen digitalis kedua dari jari tangan pada
manusia, sifat warna rambut pada kelinci dan sifat warna mata pada lalat
Drosophila melanogaster. (Widianti dkk, 2019).

Sebuah gen dapat memiliki lebih dari sebuah alel. Alel-alelnya disebut
alel ganda (multiple allele). Sedangkan peristiwa sebuah gen dapat mempunyai
lebih dari satu alel disebut multiple allelomorphy (Henuhili, 2003).

Alel dapat menunjukkan derajat dominansi dan keresesifan yang


berbeda-beda satu sama lain. Dalam persilangan ercis Mendel, keturunan F1
selalu terlihat seperti salah satudari kedua varietas induk sebab salah satu alel
dalam satu alel tersebut menunjukkandominani sempurna terhadap alel yang
satu lagi. Dalam situasi semacam itu, fenotipheterozigot dan homozigot
dominan tidak dapat dibedakan (Campbell, dkk., 2010).

Alel ganda merupakan suatu peristiwa dimana lokus dalam sebuah


kromosom ditempati oleh lebih dari satu alel atau suatu seri alel. Pengaruh
penempatan alel yang berbeda pada lokus tersebut akan menyebabkan
perbedaaan fenotip. Keberadaan dari alel ganda pada suatu lokus dalam suatu
populasi disebut genetik polimorfisme. Banyak terdapat perbedaan variasi
yang terdapat dalam suatu lokus dari keberadaan alel ganda ini yang mana ada
yang dapat dilihat dari kenampakan fenotip suatu individu, tetapi adajuga yang
tidak dapat dilihat (tersembunyi) karena tidak memiliki pengaruh apapun. Alel
ganda ini bersifat selektif netral tergantung dari penrunan acak gennya
(Jocelyn, dkk, 2013).

Alel ganda tidak dapat diamati genotipnya pada individu dengan sifat
diploid, tetapi dapat diamati dalam suatu populasi (Vikram, 2014).

Alel merupakan bentuk alternatif suatu gen yang terdapat pada lokus atau
tempat tertentu. Individu dengan genotipe AA dikatakan mempunyai alel A,
sedangkan individu aa mempunyai alel a. Demikian pula individu Aa memiliki
dua macam alel, yaitu A dan a. Jadi, lokus A dapat ditempati oleh sepasang atau
dua buah alel, yaitu AA, Aa dan aa. Namun sebenarnya lebih umum dijumpai
adalah bahwa pada suatu lokus tertentu, dimungkinkan munculnya lebih dari
hanya dua macam alel, sehingga lokus tersebut dikatakan memiliki sederetan
alel. Fenomena semacam ini disebut sebagai alel ganda (multiple alleles).

Meskipun demikian, pada individu diploid, yaitu individu yang tiap


kromosomnya terdiri atas sepasang kromosom homolog, betapa pun
banyaknya alel yang ada suatu lokus, yang muncul hanyalah sepasang (dua
buah) saja. Misalnya, ketika pada lokus X terdapat alel X1, X2, X3, X4, dan
X5, maka genotipe individu diploid yang mungkin akan muncl antara lain
X1X1, X1X2, XIX3, XIX4, dan seterusnya. (Susanto, Agus Hery, 2011).

2.2 Alel Ganda Pada Manusia.

Pada manusia alel ganda antara lain terdapat pada golongan darah dan
rambut pada segmen digitalis tengah jari-jari tangah.

Golongan darah merupakan salah satu substansi genetik yang ada dalam
tubuh manusia. Masing-masing orang tua akan mewariskan salah satu alel
golongan darahnya kepada anak mereka. Ketika sejumlah gen asli mengalami
mutasi maka akan membentuk alel, jika mutasi berlangsung sekali maka
jumlah alel akan terbentuk berjumlah dua, namun apabila mutasi terjadi
berulang-ulang maka jumlah alel yang terbentuk lebih banyak sehingga disebut
dengan alel ganda. Sistem penggolongan darah juga berdasarkan pada
pembentukan alel ganda. (Hulse, 1963: Suryo, 1994).

Pada perkembangan ilmu dan teknologi, golongan darah di dunia secara


luas dikenal sebanyak 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh. Selama
periode waktu hingga saat ini, golongan darah telah berkembang, tidak hanya
berkaitan dengan transfusi tetapi juga hubungan penyakit spesifik dengan
antigen permukaan eritrosit. Antigen pada darah juga banyak dikaitkan
terhadap beberapa penyakit seperti kanker, diabetes, penyakit menular, dan
penyakit jantung. Bahkan golongan darah tertentu juga dapat berkaitan dengan
resisten terhadap beberapa penyakit seperti malaria maupun diabetes. (Zhang
dkk, 2015).

Dilihat dari golongan ABO, manusia dikelompokkan menjadi 4


golongan. Penggolongan ini didasarkan atas ada tidaknya suatu zat tertentu di
dalam sel darah merah, yaitu yang dikenal dengan nama aglutinogen (antigen).
Ada dua macam aglutinogen yaitu aglutinogen A dan aglutinogen B.
Aglutinogen merupakan polisakarida, dan terdapat tidak saja terbatas di dalam
sel darah merah tetapi juga kelenjar ludah, pankreas, hati, ginjal, paru-paru,
testes dan semen. (Wulangi, 1993).

Sistem darah ABO ini ditemukan oleh Karl Landsteiner di Universitas


Vienna pada 1901 ketika meneliti alasan mengapa kasus transfuse darah yang
menyebabkan kematian. (Jesch dkk, 2017).

Golongan Darah ABO pada manusia ditentukan oleh tiga alel pada satu
gen tungga: IA, IB dan Ii. Golongan darah seseorang (fenotip) mungkin salah
satu dari empat tipe: A, B, AB dan O. Huruf-huruf ini mengacu pada dua
karbohidrat -A dan B- yang bisa ditemukan dipermukaan sel darah merah. Sel
darah seseorg mungkin memiliki karbohidrat A (golongan darah A),
karbohidrat B (golongan darah B), keduanya (golongan darah AB), atau tidak
keduanya (golongan darah O) (Campbell. 2010).
Darah merupakan salah satu bagian penting dalam tubuh. Darah
dibedakan menjadi beberapa golongan yaitu A. B. O, dan AB. Secara
konvensional, mendeteksi golongan darah dengan cara meneteskan serum anti-
A dan serum anti-B ke darah yang akan dikenali kemudian melakukan
pengamatan langsung terhadap reaksi tetesan serum tersebut. (Fitriyadi. 2016)

Pemeriksaan golongan darah ABO dilakukan untuk menentukan jenis


golongan darah pada manusia. Penentuan golongan darah ABO pada umumnya
dengan menggunakan metode slide. Metode ini didasarkan pada prinsip reaksi
antara aglutinogen (antigen) pada permukaan eritrosit dengan aglutinin yang
terdapat dalam serum atau plasma yang membentuk aglutinasi atau gumpalan
(Oktari, 2016).

Antigen A dan antigen B merupakan senyawa karbohidrat, bukan berupa


senyawa protein seperti produk gen utama lainnya. Antigen A dan antigen B
disintesis oleh serangkaian reaksi enzimatik yang dikatalis oleh enzim yang
disebut glikosil transferase. Tahap akhir biosintesis berikut ini adalah katalisis
oleh transferase A dan B yang dikode oleh alel A dan B fungsional pada masing
masing lokus genetik ABO. Antigen A dan B tidak terbatas hanya pada
manusia, tetapi juga serupa dengan spesies lain. (Yamamoto, 2014)

Peran penting penemuan golongan darah adalah kegiatan transfuse darah


antar individu yang berbeda terlepas dari asal etnis, transplantasi organ,
pengembangan kedokteran, serta penelitian genetika dan antropologi. (Sultana.
2013).

Selain golongan darah, rambut pada segemen digitalis kedua juga


dipengaruhi oleh alel ganda. Rambut pada segemen digitalis kedua juga
digunakan untuk menggambarkan genetika dasar. (McDonald, 2011).

Penentuan dominansi pada rambut digitalis tengah jari tangan adalah


sebagai berikut: H1> H2> H3> H4> H5

H1= rambut terdapat pada semua jari


H2= rambut terdapat pada jari kelingking, jari manis, dan jari tengah.
H3= rambut terdapat pada jari manis dan jari tengah
H4= rambut hanya pada jari manis saja.
H5= tidak ada rambut sama sekali.

Mamalia biasanya berambut, tetapi setelah mengalami evolusi manusia


berevolusi menjadi naked apes. Observasi terhadap rambut phalangeal
menunjukkan bahwa distribusi rambut pada segmen digitalis kedua
dipengaruhi pula oleh jenis kelamin. (Reddy, 2015).
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan

Praktikum Genetika dengan judul “Alel Ganda” dilakukan pada hari


Senin, 06 Mei 2023, praktikum dilakukan pada pukul 14.30-16.00 WIB.
Bertempat di Laboratorium Biologi, Fakultas Pendidikan dan Vokasi,
Universitas Lancang Kuning.

3.2 Bahan Dan Alat Praktikum

a) Jari tangan dan darah praktikan.


b) Loup.
c) Serum anti A, anti B dan Rhesus.
d) Jarum frankle.
e) Alkohol.
f) Kapas.
g) Kertas golongan darah.
h) Tusuk gigi.

3.3 Cara Kerja

a) Percobaan 1:

✓ Di amati menggunakan loup, setiap praktikan atas tumbuh tidaknya


rambut pada jari tangan tepatnya pada segmen digitalis kedua.

✓ Dicocokkan hasil pengamatan dengan menggunakan formulasi berikut:


H1= rambut terdapat pada semua jari
H2= rambut terdapat pada jari kelingking, jari manis, dan jari tengah.
H3= rambut terdapat pada jari manis dan jari tengah
H4= rambut hanya pada jari manis saja.
H5= tidak ada rambut sama sekali.

✓ Dimasukkan hasil pengamatan pada table yang telah disiapkan.


✓ Dihitung jumlah dan presentase keseluruhan berdasarkan kelompok
masing-masing.

b) Percobaan 2:

✓ Dibersihkan ujung jari manis dengan menggunakan kapas yang telah


diberi alkohol.
✓ Ditekan-tekan jari manis yang telah dibersihkan, kemudian ditusuk
dengan menggunakan jarum frankle ± 2-3 mm.
✓ Diteteskan darah ke lingkaran kertas golongan darah yang telah
tersedia.
✓ Ditetesi masing-masing darah dengan menggunakan ke 4 anti serum
(anti A, anti B, anti AB, dan anti Rh (D+)).
✓ Diaduk menggunakan tusuk gigi dan sedikit digoyang-goyangkan, dan
diperhatikan ada atau tidaknya gumpalan yang terjadi.
✓ Disessuaikan pada tabel berikut ini:

Bila diuji dengan Aglutinasi Golongan Darah


Serum anti A saja Ada A
Serum anti B saja Ada B
Anti A dan anti B Ada AB
Anti A dan anti B Tidak Ada O
Anti Rh (D+) Ada Rh+

✓ Ditentukan golongan darah berdasarkan tabel di atas.


✓ Dihitung jumlah dan presentase pada kelompok masing-masing.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
a) Percobaan 1:

Table 1.1 Hasil pengamatan tumbuhnya rambut pada ruas digitalis jari
tangan.
Hasil Kelompok
Hasil Pribadi
Alel Ganda
(Beri Tanda X) Jumlah Presentase

X (Semua anggota
H1 5 100%
kelompok).

H2

H3

H4

H5

b) Percobaan 2:
Gambar1.1 Hasil pengecekan gol. Darah setiap anggota kelompok.

Table 1.2 Hasil pengecekan golongan darah setiap anggota kelompok.


Hasil Kelompok
Jenis Hasil Pribadi
Pengujian (Beri Tanda X) Jumlah Presentase

Gol. darah A Nuriman 1 20%


Gol. darah B Lena & Resty 2 40%

Gol. darah
-
AB

Gol. darah O X (Windri & Nindy) 2 40%

Rh positif

X (Semua anggota
Rh negatif 5 100%
kelompok)

4.2 Pembahasan

Pada percobaan alel ganda ini yang diamati adalah ada tidaknya rambut
pada ruas digitalis jari tangan serta golongan darah pada masing-masing
anggota kelompok. Untuk anggota kelompok 3 berjumlah 5 orang anggota
kelompok. 4 diantaranya adalah perempuan dan 1 lainnya adalah laki-laki.

Kegiatan paktikum ini bertujuan untuk mengenal beberapa sifat genetik


pada manusia yang ditentukan oleh seri alel ganda. Yakni, mengetahui
frekuensi sifat rambut pada segmen digitalis kedua jari tangan serta mengetahui
distribusi golongan darah sistem ABO pada masing-masing anggota kelompok.

Tumbuhnya rambut pada segmen digitalis kedua jari disebabkan karena


adanya alel ganda. Alel ganda ini ditimbulkan karena adanya peristiwa mutasi
gen. Dimana gen dapat dapat berubah menjadi bentuk-bentuk alternatif oleh
proses mutasi. Bedasarkan teori, penentuan dominasi pada rambut digitalis
kedua jari tangan adalah sebagai berikut. H1> H2> H3> H4> H5. Dimana
formulasinya adalah sebagai berikut:

H1= rambut terdapat pada semua jari.


H2= rambut terdapat pada jari kelingking
H3= rambut hanya terdapat pada jari manis dan jari tengah
H4= rambut hanya terdapat pada jari manis saja
H5= tidak ada rambut pada keempat jari.
Artinya menunjukkan bahwa H1 dominan terhadap H2, H3, H4, dan H5.
Sedangkan H2 dominan terhadap H3, H4 dan H5. Kemudian H3 dominan
terhadap H4 dan H5. Serta H4 dominan terhadap H5. Sehingga dengan
diketahui kedudukannya, maka dapat disimpulakan bahwa genotip yang
dimiliki oleh orang yang terdapat tumbuhnya rambut pada semua jari kecuali
ibu jari adalah H1H1, H1H2, H1H3, H1H4, H1H5. Bagi orang yang memiliki
rambut yang tumbuh pada jari kelingking, maka memiliki genotip, H2H2,
H2H3, H2H4, H2H5. Orang yang mempunyai rambut hanya terdapat pada jari
manis dan jari tengah, maka memiliki genotip H3H3, H3H4, H3H5 dan bagi
orang yang rambut hanya terdapat pada jari manis saja, maka genotipnya
H4H4, H4H5 dan yang terakhir adalah orang yang tidak mempunyai rambut
pada keempat jari, maka genotipnya adalah H5H5.

Berdasarkan hasil pengamatan ada atau tidaknya rambut pada segmen


digitalis kedua jari tangan yang dilakukan pada 5 anggota kelompok 3 (tiga),
didapatkan bahawa ke 5 praktikan memiliki alel ganda H1 dengan presentase
100%. Artinya semua anggota praktikan kelompok 3 memiliki genotipe H1H1,
H1H2, H1H3, H1H4, H1H5.

Kemudian pada pengujian golongan darah, hal ini dilakukan untuk


mengetahui golongan darah melalui perbedaan reaksi antara berbagai golongan
darah kemudian menentukan golongan darah sistem ABO. Membran sel darah
manusia mengandung bermacam-macam protein, oligosakarida dan senyawa
lainya salah satunya antigen.

Golongan darah sistem ABO yang akan diuji kali ini, didasari pada
keberadaan antigen, yaitu antigen A dan antigen B di membran sel darah merah.
Golongan darah A mempunyai antigen A, golongan darah B mempunyai
antigen B, golongan darah AB mempunyai antigen A dan B, sedangkan
golongan darah O tidak mempunyai kedua antigen tersebut.

Darah yang diambil berasal dari kapiler pada bagian ujung jari manis
tangan. Sebelum darah diambil dengan menggunakan blood lancet, ujung jari
manis tangan dibersihkan dengan alcohol 70% agar terhindar dari kuman-
kuman yang dapat menyebabkan infeksi. Selanjutnya, darah yang keluar
diteteskan pada kertas golongan darah.

Masing-masing tetesan darah diberi serum anti A dan anti B serta serum
anti rhesus. Penentuan golongan darah dilakukan dengan melihat apakah
terjadi penggumpalan setelah mencampurkan darah dengan masing-masing
anti serum A dan B. Reaksi penggumpalan dapat terjadi akibat antigen darah
terhadap serum anti-A dan atau anti-B yang berasal dari masing-masing darah
B dan A. Serum anti-A yang diteteskan menandakan bahwa darah yang diuji
tersebut diberika antigen A dari golongan darah B. Sedangkan serum anti-B
yang diteteskan merupakan antigen B dari golongan darah A. Jika
pengumpalan darah ketika ditetesi serum anti-A, maka darah tersebut memiliki
anti-B pada darahnya. Sedangkan jika penggumpalan terjadi akibat ditetesi
serum anti-B, maka darah tersebut memiliki anti-B pada darahnya.

Bisa dilihat pada hasil gambar 1.1 dan table 1.2 bahwa darah Nuriman
memiliki golongan darah A dengan rhesus negatif (A+), yaitu ketika ditetesi
serum anti-A dan anti rhesus terjadi suatu penggumpalan. Itu menandakan
bahwa darah dari Saudara Nuriman hanya memiliki anti B namun tidak
memiliki anti A sehingga darah nuriman yang ditetesi anti A akan menggumpal.

Kemudian untuk Resty dan juga Lena sama-sama memiliki golongan


darah B dengan rhesus negatif (B+), yaitu ketika ditetesi serum anti-B dan anti
rhesus terjadi suatu penggumpalan. Itu menandakan bahwa darah dari Saudari
Resty dan Lena hanya memiliki anti A namun tidak memiliki anti B sehingga
darah Resty dan Lena yang ditetesi anti B akan menggumpal.

Kemudian yang terakhir Windri dan Nindy keduanya memiliki golongan


darah O dengan rhesus negatif (O+), yaitu ketika ditetesi serum anti-A dan anti-
B darah tidak terjadi penggumpalan, hanya saja pada darah yang ditetesi anti
rhesus terjadi penggumpalan.

Berdasarkan data yang didapat dari ke 5 praktikan dari kelompok 3:


golongan darah A memiliki presentasi 20%, golongan darah B memiliki
presentasi 40%. Dan golongan darah O memiliki presentase 40%.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat diperoleh
kesimpulan dari paraktikumalel ganda, yaitu sebagai berikut:

a) Sifat rambut pada segmen digitalis kedua jari tangan serta golongan darah
ini ditentukan oleh seri alel ganda.

b) Formulasi rambut pada segmen digitalis kedua jari tangan adalah H1>
H2> H3> H4> H5.

c) Golongan darah A mempunyai antigen A, golongan darah B mempunyai


antigen B, golongan darah AB mempunyai antigen A dan B, sedangkan
golongan darah O tidak mempunyai kedua antigen tersebut.

d) Penentuan golongan darah dilakukan dengan melihat apakah terjadi


penggumpalan setelah mencampurkan darah dengan masing-masing anti
serum A dan B.

e) Anggota kelompok 3 (tiga), didapatkan bahawa ke 5 praktikan memiliki


alel ganda H1 dengan presentase 100%.

f) Dan golongan darah untuk kelompok 3 (tiga) terdiri dari golongan darah
A, golongan darah B, golongan darah O dan semuanya memiliki rheseu
negatif.

5.2 Saran

Adapun saran dalam praktikum maupun laporan ini adalah diharapkan


semua praktikan dalam praktikum alel ganda ini antara lain:

a) Praktikan menjadi lebih paham terkait praktikum ini melalui arahan asisten
dosen sehingga pada saat praktikum tidak terjadi kesalahan.

b) Diharapkan agar praktikan selalu mematuhi tata tertib laboratorium selalu


menggunakan perlengkapan dan bekerja secara steril karena kita bekerja
di dalam laboratorium bercampur dengan bahan kimia dan juga
mikroorganisme yang tak tampak.

c) Berharap sekali kepada rekan praktikum untuk memahami apa yang telah
kita lakukan di dalam praktikum agar memudahkan kita juga nantinya.

d) Dan juga laporan yang saya buat ini mungkin masih banyak kesalahan
maupun kekeliruan dalam penulisan, saya mohon bantuannya untuk kritik
dan sarannya.
DAFTAR PUSTAKA

Agus dkk. (2013). Penuntun Praktikum Genetika. Makassar: Universitas


Hasanuddin.

Kimball, J.W., dkk. (1983). Biologi Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Susanto, A. H. (2011). Genetika. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mustami, Khalifah. (2013). Genetika. Makassar: Universitas Islam Negeri


Alauddin.

Raditya, Ainur. (2016). Distribusi Golongan Darah ABO pada Masyarakat


Tengger. Antro Unairdot Net, Vol.V No.3, hal. 411

Yonanda. (2021). Sistem Penggolongan Darah ABO. Dari: https://tirto.id/


mengenal-sistem-penggolongan-darah-abo-mn-dan-rh-gbcy diakses
pada Tanggal 13 Mei 2023 pukul 09.44 WIB.

Campbell, N.A, dkk. (2010). Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Corebima, AD. (1997). Genetika Mendel. Surabaya: Airlangga University Press.

Wulangi, Kartolo. S. (1993). Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta:


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Suryo. (2005). Genetika Strata 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Zhang, C., Li, Y., & Wan, L. (2015). Blood Group AB Is Protective Factor for
Gestational Diabetes Mellitus: A Prospective Populationbased Study in
Tianjin, China. Diabetes/Metabolism Research and Reviews. 31(6):
627–637.

Henuhili, V & Suratsih. (2003). Genetika. Yogyakarta: UNY.

Anda mungkin juga menyukai