Anda di halaman 1dari 44

POLA PEWARISAN SIFAT ALEL DAN GEN GANDA

Naomi Stefani Pohan1, Zuriah Aditya Mecca2, Rusni Asmita Sigalingging3,


Elvira Fitri Umayya4, Dewi Azmi5

Abstrak
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui apa itu alel dan alel ganda, mengetahui
beberapa sifat genetik pada manusia yang ditentukan oleh seri alel ganda,
mengetahui distribusi golongan darah sistem ABO pada populasi anggota keluarga
kelompok, mengetahui frekuensi sifat rambut pada segmen digitalis kedua tangan
pada populasi mahasiswa PSPB 2021 B, mengetahui faktor yang menyebabkan
terjadinya peristiwa alel ganda, mengetahui sifat-sifat keturunan yang diwariskan dari
gen ganda, mengenal pola pola sulur yang diwariskan secara poligen, mengenal pola
pigmentasi kulit yang diwariskan dari gen ganda, menguji perbandingan genetik pola
sulur populasi mahasiswa dengan menggunakan Chi-Square, dan untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi pola sulur dan pigmentasi kulit. Praktikum ini
menggunakan metode pengumpulan data, pengolahan data, pengolahan data
secara statistik dengan menggunakan uji Chi-Square. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling. Sifat genetik manusia yang
ditentukan oleh alel ganda diantaranya adalah golongan darah dan tumbuhnya
segmen digitalis pada ruas tengah jari. Sifat pada manusia yang dipengaruhi oleh
gen ganda adalah warna mata, warna rambut, tinggi badan, pola sulur pada jari,
pigmentasi kulit, dll. Warna kulit manusia juga dipengaruhi oleh alel-alel yang terletak
pada gen ganda. Alel-alel tersebut mengontrol jumlah melanin dalam kulit, yang pada
gilirannya mempengaruhi warna kulit dari sangat terang hingga sangat gelap.

Kata Kunci : Alel dan Gen Ganda, Genetik, Uji Chi-Square

I. Pendahuluan

Alel merupakan bentuk alternatif sebuah gen yang terdapat pada lokus
(tempat tertentu) atau bisa dikatakan alel adalah gen-gen yang menempati
atau terletak pada lokus yang sama pada kromosom homolognya yang
mempunyai tugas. berlawanan untuk suatu sifat tertentu. Dilihat dari pengaruh
gen pada fenotipe, alel memiliki pengaruh yang saling berlawanan dalam
pengekspresian suatu sifat. Di dalam suatu lokus, terdapat sepasang atau
lebih alel. Bila terdapat sepasang alel dalam suatu lokus, maka disebut alel
tunggal. Bila terdapat lebih dari satu pasang alel dalam satu lokus, maka
disebut alel ganda.

Pada alel ganda terjadi perbedaan sifat pengekspresian suatu gen. Dua
gen yang terdapat dalam lokus yang sama akan dapat memunculkan ekspresi
yang berbeda karena adanya interaksi antara kedua gen tersebut. Interaksi
tersebut dapat berupa pemnculan sifat yang dominan pada satu gen
1
(menutupi sifat lain), atau bercampurnya pemunculan sifat gen yang ada
sehingga memunculkan sifat kombinasi antara gen-gen tersebut.

Sebagian besar gen yang ada dalam populasi sebenarnya hadir dalam
lebih dari dua bentukan alel. Golongan darah ABO pada manusia, misalnya,
ditentukan oleh tiga alel pada satu gen tunggal: IA, IB, dan i. Golongan darah
seseorang yang sebagai fenotip mungkin salah satu dari empat tipe : A, B,
AB, atau O. Huruf-huruf ini mengacu pada dua jenis antigen A dan B yang
bisa ditemukan di permukaan sel darah merah. Jika sel darah seseorang
memiliki antigen A, maka orang tersebut bergolongan darah A. Jika sel darah
seseorang memiliki antigen B, maka orang tersebut bergolongan darah B. Jika
sel darah seseorang memiliki keduanya, maka orang tersebut bergolongan
darah AB. Jika sel darah seseorang tidak memiliki keduanya, maka orang
tersebut bergolongan darah O.

Golongan darah dikendalikan oleh gen I (iso aglutinogen) yang memiliki


tiga macam alel, IA, IB, dan IO. Alel IA mengendalikan pembentukan antigen
A dan alel IB mengendalikan pembentukan antigen B. Adapun alel "i" tidak
membentuk antigen. Alel "i" bersifat resesif terhadap alel IA dan IB. Alel IA
dan 1B bersifat kodominan, dua gen tersebut terekspresikan dan tidak ada
yang dominan.

Tumbuhnya rambut pada segmen digitalis kedua jari juga disebabkan


karena adanya alel ganda. Alel ganda ini ditimbulkan karena adanya peristiwa
mutasi gen. Dimana gen dapat dapat berubah menjadi bentuk-bentuk
alternatif oleh proses mutasi. Tumbuhnya rambut pada segmen digitalis kedua
dari jari-jari tangan pada manusia ditentukan oleh seri alel ganda berikut:

H1 = rambut terdapat pada semua jari, ibu jari tidak dipakai

H2 = rambut terdapat pada jari kelingking, jari manis dan tengah

H3 = rambut terdapat pada jari manis dan tengah

H4 = rambut hanya terdapat pada jari manis

H5 = tidak tumbuh rambut pada semua jari

Seri dominan dari alel-alel tersebut adalah H1>H2 >H3>H4>H5

Artinya menunjukkan bahwa H1 dominan terhadap H2, H3. H4 dan H5.


Sedangkan H2 dominan terhadap H3, H4 dan H5. Kemudian H4 dominan
terhadap H5. Sehingga dengan diketahui kedudukannya, maka dapat
disimpulakan bahwa genotip yang dimiliki oleh orang yang terdapat
tumbuhnya rambut pada semua jari kecuali ibu jari adalah H1H1, H1H2, H1H3,
H1H4. H1H5. Bagi orang yang memiliki rambut yang tumbuh pada jari
kelingking, maka memiliki genotip, H2H2, H2H3, H2H4, H2H5. Orang yang
mempunyai rambut hanya terdapat pada jari manis dan jari tengah, maka
memiliki genotip H'H, HH, H'H' dan bagi orang yang rambut hanya terdapat
2
pada jari manis saja, maka genotipnya H'H', H'H' dan yang terakhir adalah
orang yang tidak mempunyai rambut pada keempat jari, maka genotipnya
adalah H'H (Suryo, 2008).

Bagi mahasiswa biologi kegiatan paktikum ini dilakukan bertujuan untuk


mengenal beberapa sifat genetik pada manusia yang ditentukan oleh seri alel
ganda, mengetahui distribusi golongan darah sistem ABO pada populasi kelas
Biologi, mengetahui frekuensi sifat rambut pada segmen digitalis (ruas jari
tangan) kedua pada populasi kampus. Selain itu pentingnya praktikum alel
ganda bagi mahasiswa biologi yakni unntuk menambah dan memperluas
pengetahuan mahasiswa mengenai pola pewarisan sifat yang ditutunkan oleh
parental ke filial.

Pewarisan suatu sifat seringkali tidak hanya dapat dibedakan menjadi


dua sifat saja, seperti panjang dan pendek, warna dan tidak berwarna dan
sebagainya. Tetapi seringkali ada variasi diantara dua sifat tersebut, yang
disebabkan oleh gen-gen ganda.

Adanya variasi yang diturunkan ini diamati oleh J. Kolreuter pada


tanaman tembakau pada tahun 1760, sebelum ada percobaan-percobaan
yang dilakukan oleh Mendel. Dalam percobaan persilangan antara dua
tanaman dengan satu sifat beda, Kolreuter mendapatkan hasil F1 yang
intermediet, dan pada F2 diperoleh keturunan yang mempunyai sifat
bervariasi antara kedua induknya.

Gen ganda adalah suatu seri gen yang menentukan pewarisan secara
kuantitatif. Beberapa sifat pada manusia, hewan maupun tumbuhan seringkali
ditentukan oleh adanya gen ganda. Misalnya, tinggi badan manusia,
pigmentasi kulit, panjang tongkol jagung dan sebagainya. Biasanya suatu
kelas fenotif mudah dibedakan dengan kelas fenotif yang lain, misalnya
tanaman tinggi dan pendek, dst. Tetapi ternyata sifat keturunan tidak dapat
dipisahkan semudah itu, sebab misalnya warna merah pada bunga masih
terdapat variasinya diantara merah tersebut (Mustami, 2013).

Fenotip yang ditunjukkan oleh sifat genetik kuantitatif tampak berderajat


membentuk suatu spektrum bervariasi dalam satu kelas fenotip berdasarkan
intensitas dari ekspresi sifat itu. Timbulnya berbagai variasi tersebut
disebabkan oleh pengaruh gen-gen ganda (poligen). Menurut penyelidikan, 4
pasang gen ikut mempengaruhi tinggi badan. Akan tetapi disini dapat
dibedakan adanya gen-gen dasar (gen-gen yang menentukan tinggi dasar dari
orang) dan gen-gen ganda (gen-gen yang memberi tambahan pada tinggi
dasar). Gen-gen ganda dinyatakan dengan huruf T (untuk tinggi) dan t (untuk
rendah), sedangkan gen-gen dasar dinyatakan dengan symbol a, b, c, d
(Adnan, 2018).

Pada Mendelisme, kita mengharapkan suatu kelas fenotipe dapat


dibedakan dengan mudah dari kelas fenotipe lainnya. Misalnya batang
tanaman ada yang tinggi dan ada yang rendah. Akan tetapi sifat keturunan

3
tersebut acapkali tidak dapat dipisahkan semudah itu. Seringkali tidak cukup
untuk membedakan batang yang tinggi dan yang rendah saja, masih banyak
variasi yang terdapat pada tanaman dilihat dari ukuran batangnya. Variasi
tersebut dinamakan Quantitative Character, yang diatur oleh banyak gen
(Polygene). Poligen merupakan salah satu peristiwa dari gen ganda yang
menentukan pewarisan sifat secara kuantitatif. Peristiwa terbentuknya
Quantitative Character tersebut pertama kali diamati oleh J. Kolreuter pada
tumbuhan tembakau (Nicotiana tabacum) yang menunjukkan banyak variasi
(tidak hanya dominan dan resesif). Hal tersebut tampak berbeda dengan yang
ditemukan Mendel pada persilangan kacang ercis. Pada saat Mendel
menyilangkan 2 tanaman dengan satu sifat beda, didapatkan keturunan F1
memiliki sifat dominan, dan F2 memiliki sifat yang memisah dengan
perbandingan fenotipe 3:1. Sedangkan pada saat Kolreuter menyilangkan 2
tanaman dengan satu sifat beda, didapatkan keturunan F1 yang intermediet,
sedangkan F2 didapatkan tanaman yang memperlihatkan variasi antar kedua
tanaman induknya.

Poligen merupakan suatu seri gen ganda yang menentukan sifat


secara kuantitatif. Dalam hal ini, pewarisan sifat dikendalikan oleh lebih dari
satu gen pada lokus yang berbeda dalam kromosom yang sama atau
berlainan. (Campbell, 2002) Dalam genetika kuantitatif, konsep poligen
(polygenes, berarti "banyak gen") digunakan untuk menjelaskan terbentuknya
sifat kuantitatif. Ronald Fisher (1918) dapat menjelaskan bahwa sifat
kuantitatif terbentuk dari banyak gen dengan pengaruh kecil, yang masing-
masing bersegregasi menuruti teori Mendel. Karena pengaruhnya kecil,
fenotipe yang diatur oleh gen-gen ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan.
Meskipun demikian, penjelasan Fisher ini tetap menempatkan "gen-gen" yang
mengatur sifat kuantitatif sebagai sesuatu yang abstrak karena hanya
merupakan konsep. Pewarisan sifat ada yang dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Dominansi gen yang mewariskan sifat tertentu tergantung jenis kelamin. Pada
manusia, sifat-sifat yang dipengaruhi oleh jenis kelamin ini contohnya kepala
botak dan penjang jari telunjuk. Kepala botak umumnya ditemukan pada laki-
laki. Kepala botak akan nampak ketika sudah berumur sekitar 30 tahun. Selain
kepala botak, pewarisan sifat panjang jari telunjuk juga dipengaruhi oleh jenis
kelamin. Jika kita meletakkan tangan diatas kertas yang telah diberi garis,
sehingga ujung jari manis kita menyentuh garis tersebut, maka akan diketahui
apakah jari telunjuk kita lebih pendek atau lebih panjang dari jari manis.
Umumnya kita memiliki jari telunjuk yang lebih pendek dari jari manis. Sama
halnya dengan gen kepala 5 botak, sifat jari telunjuk pendek pada laki-laki
disebabkan oleh gen dominan, sedangkan pada perempuan disebabkan oleh
gen resesif.

Pada manusia, pola pada sulur-sulur dermis diwarisi secara poligen.


Dermatoglifi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai sidik jari yang
paling sedikit ditemui adalah radial loop (0,2%). Jari (pola whorl, loop dan
arch), sidik jari seseorang tidak dapat berubah dan unik untuk setiap individu.
Distribusi pola sidik jari responden akan menjadi tidak dapat dikenali apabila

4
terjadi pembusukan pada korban kebakaran atau korban yang tenggelam,
sehingga diperlukan penanda primer lainnya berupa bentuk gigi-geligi. Sidik
jari ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor genetik dan juga faktor
lingkungan. Proses pembentukan dermatoglifi diperkirakan dipengaruhi oleh
faktor genetik secara heterogen sehingga mempengaruhi perbedaan morfologi
(Mundijo, 2017).

Pola sidik jari adalah pola yang bersifat individual, genetik dan juga unik
yang tidak bisa diubah lagi selama hidup. Pembentukan pola pada sidik jari
sendiri terjadi pada bulan ketiga dan keempat saat kehamilan. Pola sidik jari
juga dapat dijadikan sebagai pengenalan identitas seseorang karena memiliki
karakteristik yang individual, sehingga analisis pola sidik jari sering dilakukan
pada kasus-kasus kriminal. Selain itu, penelitian juga menemukan bahwa
analisis pada pola sidik jari seseorang dapat dijadikan sebagai alat untuk
mengidentifikasi penyakit-penyakit tertentu yang berkaitan erat dengan
genetika (Manjusha et al., 2017).

Berdasarkan klasifikasi, dapat diketahui bahwa pola sidik jari dibagi


menjadi 3 bentuk utama yaitu whorl, arch dan juga loop. Pola arch adalah pola
yang paling dan sangat sederhana dan biasanya paling jarang ditemukan.
Ciri-ciri dari pola arch ini adalah tidak memiliki sudut inti dan triradius. Sudut
triradius adalah sudut yang dibentuk atau terbentuk karena adanya tiga
pertemuan punggungan atau ukiran. Pola lainnya adalah pola loop yang
karakteristiknya memiliki satu sudut triradius dan memiliki inti (Singh, S. et al,
2016).

Dalam proses pewarisan pada pola sidik jari, secara genetik sidik jari
pada manusia pada dasarnya adalah ulnar loop. Adanya variasi dalam gen
mengakibatkan pola-pola dasar tersebut menjadi pola lain yang dipengaruhi
oleh beberapa gen. Dalam penelitian ini didapatkan pola pewarisan yang khas
yaitu apapun kombinasi pola sidik jari orang tua pasti memiliki pola whorl dan
pola whorl ini akan diwariskan kepada anaknya sehingga dapat dikatakan
bahwa pola whorl adalah fenotipe dominan (Mundijo, T., & Mitayani, 2017).

Setiap orang memiliki sidik jari yang unik terdiri dari pola garis-garis
gelap dari kulit yang naik disebut dengan ridges atau bubungan yang
diperlihatkan sebagai garis-garis terang berwarna dari kulit yang turun disebut
kerutan (furrows) yang diperlihatkan sebagai warna gelap. Titik awal dari
corak anatomi atau pencabangan ganda pada penyimpangan dua bentuk
garis disebut dengan delta. Hubungan pada sidik jari yang terputus disebut
ujung bubungan (Hasanah et al, 2022).

Pola sulur sulur tersebut akan membentuk sidik jari yang spesifik
dimiliki setiap orang. Berdasarkan sistem Galton, sulur dermis dapat
dibedakan menjadi 3 pola utama, yaitu Arch (lengkung), Pola Loop (sosok),
dan Pola Whorl (lingkaran).

5
Pola Loop memiliki 1 triradius, pola Whorl memiliki lebih dari satu
triradius, sedangkan pola Arch tidak memiliki triradius. Frekuensi pola diatas
berbeda pada setiap bangsa, dan juga berbeda pada laki-laki dan perempuan.
Pada populasi orang kulit putih dan kulit hitam banyak dijumpai pola Loop.
Sedangkan pola Whorl banyak dijumpai pada populasi bangsa mongoloid,
populasi penduduk asli Australia, dan populasi Menalesia pasifik. Pola Arch
paling sedikit ditemukan untuk semua pipulasi, biasanya berjumlah kurang
dari 10%. Hanya terdapat pada populasi Busman (bangsa negroid di Afrika
Selatan). Jumlah rigi berbeda pada laki-laki dan perempuan. Jumlah rigi
dihitung mulai dari triradius sampai ke pusat pola jari. Pola Arch tidak memiliki
triradius, sehingga perhitungan rigi tidak dilakukan. Jika ada 2 atau lebih
triradius maka yang diambil adalah hasil perhitungan sulur terbanyak. Untuk
mendapatkan jumlah perhitungan rigi, maka rigi dari semua jari dijumlahkan
(Total Finger Ridge Count) atau TFRC. Pada perempuan jumlah rigi rata-rata
127 dan pada laki-laki 144 (Musdary et al, 2023).

Selain sulur pada dermis, Poligen juga mempengaruhi Pigmentasi kulit


pada manusia. Kulit merupakan lapisan tubuh terluar yang menutupi seluruh
tubuh manusia. Kulit juga merupakan organ terbesar dari sistem tubuh
manusia dengan berat yang mencapai 15 persen dari seluruh berat tubuh.
Dilihat dari strukturnya, kulit terdiri atas dua lapis, lapisan yang paling luar
disebut epidermis dan lapisan di bawahnya disebut dermis tersusun dari
jaringan ikat tidak beraturan. Epidermis tersusun dari sel epitel pipih berlapis
(skuamus kompleks) yang mengandung sel-sel pigmen yang memberi warna
pada kulit dan berfungsi melindungi kulit dari kerusakan oleh sinar matahari.
Warna kulit ditentukan oleh pigmen melanin dalam kulit, yang dibuat oleh sel
melanosit di bagian bawah lapisan epidermis dan di sekitar folikel rambut,
untuk kemudian ditransfer ke lapisan atas kulit. Jumlah sel melanosit pada
orang berkulit putih dan berkulit hitam tidak berbeda, tetapi aktivitas
pembuatan melanin pada sel-sel itulah yang berbeda. Pada orang albino
(bule), sel melanin juga terdapat dalam jumlah normal tetapi tidak berfungsi.
Orang berkulit gelap memiliki jumlah melanin lebih banyak dibandingkan
dengan orang berkulit terang (Akbar et al.).

Secara biologis, seorang anak selalu mewarisi gen dari induknya. Gen
tersebutlah yang membawa sifat-sifat tertentu, baik yang tampak secara fisik,
maupun yang tidak tampak secara fisik. Sistem penurunan sifat yang
berdasarkan Hukum Mendel dapat menghasilkan sifat keturunan yang
beragam. Hal itu terjadi jika diketahui terdapat sifat antara kedua induk (ayah
atau ibu) berbeda. Termasuk peluang munculnya keberagaman sifat fisik atau
struktur tubuh (Hereditas), salah satunya dalam sistem pewarisan warna kulit.
Warna kulit kedua orangtua akan mempengaruhi warna kulit kedua anaknya.
Seperti yang kita ketahui, pewarisan warna kulit manusia merupakan hal yang
unik, karena pigmen kulit dipengaruhi oleh gen ganda yang saling
mempengaruhi (poligen). Sehingga dapat menghasilkan keturunan dengan
warna kulit yang beragam. Hal ini dapat kita temui baik pada diri
sendiri/keluarga, maupun orang lain. Misalnya jika warna kulit kedua

6
orangtuanya putih, maka warna kulit si anak akan putih pula, jika kedua
orangtuanya berasal dari ras negro, maka si anak akan negro pula. Namun
ada hal unik jika warna kulit kedua orangtuanya berbeda, terkadang warna
kulit yang muncul berbeda dengan kedua orangtuanya. Hal ini wajar terjadi
karena sifat gen-gen penentu warna kulit yang saling mempengaruhi satu
sama lain. Sehingga dapat menimbulkan kesulitan dan kebingungan tersendiri
dalam memprediksi warna kulit anak.

Davenport menemukan pengaruh poligen pada manusia, yaitu dengan


mengukur intensitas dari warna kulit orang. Terdapat variasi warna kulit pada
manusia, dari mulai putih pucat sampai dengan hitam arang. Berdasarkan
variasi tersebut, Fitzpatrick menggolongkan warna kulit manusia menjadi 6
golongan, yaitu : • Golongan I (Putih Pucat) • Golongan II (Putih) • Golongan
III (Coklat Terang) • Golongan IV (Cokelat) • Gologan V (Cokelat Tua) •
Golongan VI (Cokelat menuju Hitam).

Pigmentasi kulit ditentukan oleh 3 pasang gen, yaitu ABC. Sehingga


apabila ketiga gen tersebut dominan terhadap alelnya, maka akan
menghasilkan warna kulit Hitam kecoklatan (Musdary et al, 2023).

Praktikum pola sulur dan pigmentasi kulit yang dipengaruhi oleh gen
ganda sangat penting bagi mahasiswa Biologi karena beberapa alasan berikut
: Mahasiswa belajar bagaimana kombinasi genetik dapat mempengaruhi pola
sulur dan pigmentasi kulit pada manusia. Ini adalah aplikasi nyata dari prinsip-
prinsip genetika Mendel yang mendasar, dan praktikum semacam ini
membantu memperkuat pemahaman teoritis yang diperoleh di kelas. Melalui
praktikum ini, mahasiswa dapat mempelajari variasi genetik dalam populasi
manusia dan memahami bagaimana faktor genetik dapat mempengaruhi
keragaman fenotip dalam suatu kelompok manusia. Kemudian, beberapa
penyakit genetik atau kondisi medis tertentu dapat mempengaruhi pola sulur
atau warna kulit. Mahasiswa Biologi yang memahami hal ini akan lebih baik
dalam mendeteksi dan mengidentifikasi kondisi-kondisi genetik melalui tanda-
tanda fisik pada kulit.

II. Tujuan Praktikum

1. Untuk mengetahui apa itu alel dan alel ganda


2. Untuk mengetahui beberapa sifat genetik pada manusia yang ditentukan
oleh seri alel ganda
3. Untuk mengetahui distribusi golongan darah sistem ABO pada populasi
anggota keluarga kelompok
4. Untuk mengetahui frekuensi sifat rambut pada segmen digitalis kedua
tangan pada populasi mahasiswa PSPB 2021 B
5. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya peristiwa alel
ganda
6. Untuk mengetahui sifat-sifat keturunan yang diwariskan dari gen ganda
7. Untuk mengenal pola pola sulur yang diwariskan secara poligen

7
8. Untuk mengenal pola pigmentasi kulit yang diwariskan dari gen ganda
9. Untuk menguji perbandingan genetik pola sulur populasi mahasiswa
dengan menggunakan Chi-Square
10. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola sulur dan
pigmentasi kulit

III. Metode

Metode Alel Ganda

A. Alat dan Bahan

Tabel 1 : Alat untuk Praktikum Alel Ganda (Golongan Darah dan Segmen
Digitalis)
No. Nama Alat Jumlah
1 Alat Tulis 1 Buah
2 Kalkulator 1 Buah
3 Loop 2 Buah

Tabel 2 : Bahan untuk Praktikum Alel Ganda (Golongan Darah dan


Segmen Digitalis)
No. Nama Bahan Jumlah
1 Jari Tangan 26 Pasang
2 Data Sampel Darah 48 Sampel

Pengumpulan data golongan darah dilakukan dengan mengumpulkan data


golongan darah anggota keluarga kelompok kami, dan untuk data segmen
digitalis didapat dari voting seluruh anggota kelas PSPB 2021 B.

B. Prosedur Kerja
1. Golongan Darah

8
2. Segmen Digitalis

Metode Gen Ganda

A. Alat dan Bahan (Pola Sulur dan Pigmentasi Kulit)


Tabel 3 : Alat
No. Nama Alat Jumlah
1. Lup 3 buah
2. Bantalan Stempel 1 buah
3. Alat Tulis (Pensil & Pulpen) Secukupnya
4. Tissue Secukupnya
5. Tinta Stempel Secukupnya
6. Tabel Pengamatan Sidik Jari 50 Lembar
7. Fitzpatrick Scale 1 buah
8. Tabel Pengamatan Pigmentasi 2 lembar
Kulit

Tabel 4 : Bahan
No. Nama Bahan Jumlah
1. Sidik Jari Responden Mahasiswa/i Biologi 50 Responden
Stambuk 2022 & Warna Kulit Mahasiswa/i
Biologi Stambuk 2022

9
B. Prosedur Kerja

Prosedur Kerja Pola Sulur


Disediakan alat dan bahan yang akan digunakan

Dicari 50 mahasiswa/i biologi yang bersedia menjadi responden
untuk sidik jari

Dikenakan ke-10 jari tangan responden pada bantalan stempel
(satu persatu)

Ditempelkan masing-masing jari tangan pada tabel hasil
pengamatan pola sulur jari tangan

Dilakukan hal di atas pada responden lain secara bergantian.

Diamati pola sulur ke-10 jari tangan dengan lup, dan tentukan
pola ke-10 jari tangan responden

Dihitung Total Finger Ridge Count pada setiap responden.
Kemudian, ditulis ke dalam tabel frekuensi pola sulur

Prosedur Kerja Pigmentasi Kulit


Disediakan alat dan bahan yang akan digunakan

Dicari 50 mahasiswa/i biologi yang bersedia menjadi responden
untuk ditentukan warna kulitnya

Didekatkan punggung tangan pada Fitzpatrick Scale

Ditentukan warna kulit responden dengan mencocokkan golongan
yang sesuai/serupa pada Fitzpatrick Scale

Dilakukan hal di atas pada responden lain secara bergantian.

10
Dicatat hasil pengamatan pada tabel

C. Pengumpulan Data, Pengolahan Data dan Analisis Data (Pola Sulur &
Pigmentasi Kulit)
1) Pengumpulan Data
Pengumpulan data kami lakukan pada hari Jumat tanggal 29
September 2023 dengan cara melakukan pengambilan data secara
langsung dengan mencari 50 mahasiswa dan mahasiswi jurusan
Biologi Universitas Negeri Medan, stambuk 2022. Untuk mendapatkan
data ini, kami telah menyediakan 50 lembar tabel pengamatan sidik jari
dan 2 lembar tabel pengamatan pigmentasi kulit untuk 50 responden
yang kami temukan.
2) Pengolahan Data
Setelah mengumpulkan data, kemudian dilakukan pengolahan data.
Setelah dihitung pola sulur dari ke-50 responden, kemudian kami
menentukan frekuensi dan persentasenya pada tabel di lk. Kemudian
dihitung juga Total Finger Ridge Count pada ke-50 responden dan
persentasenya dari laki-laki dan perempuan. Ditulis pada tabel. Untuk
pigmentasi kulit, setelah didapat hasil golongan pigmen kulit dari ke-50
responden, maka kita akan menghitung frekuensi dan persentasenya.
Lalu dari data tersebut, dibuat grafiknya.
3) Analisis Data
Data hasil pengamatan pola sulur jari tangan & data Total Finger Ridge
Count yang didapat, kemudian dianalisis dengan menggunakan uji Chi-
Square. Uji Chi-Square dilakukan bertujuan untuk melihat kesesuaian
hasil yang dilakukan. Pigmentasi kulit tidak dianalisis dengan uji Chi-
Square.

11
IV. Hasil & Pembahasan

Alel Ganda

A. Golongan Darah
1. Tabel Pengamatan Golongan Darah
Golongan Darah Keluarga Dewi
Keluarga Golongan Kemungkinan
Darah Genotipe
Keluarga Inti
Ayah O ii
Ibu O ii
Kakak perempuan O ii
Saya O ii
Adik laki-laki O ii
Keluarga Ayah
Kakek O ii
Nenek O ii
Keluarga Ibu
Kakek O ii
Nenek O ii

Golongan Darah Keluarga Elvira


Keluarga Golongan Darah Kemungkinan Genotipe
Keluarga Inti
Ayah B IB IB
Ibu A I Ai
Abang O ii
A B
Saya AB I I
Keluarga Ayah
Kakek O ii
B B
Nenek B I I
Keluarga Ibu
Kakek A I Ai
Nenek O ii

Golongan Darah Keluarga Naomi


Keluarga Golongan Darah Kemungkinan Genotipe
Keluarga Inti
Ayah O ii
B B
Ibu B I I
Saya B I Bi
Adik Perempuan B I Bi
12
Adik Perempuan O ii
Adik Laki-Laki O ii
Adik Laki-Laki O ii
Keluarga Ayah
Kakek A IA IA
Nenek O ii
Keluarga Ibu
Kakek B IB IB
Nenek O ii

Golongan Darah Keluarga Rusni


Keluarga Golongan Darah Kemungkinan Genotipe
Keluarga Inti
Ayah O ii
Ibu B I Bi
Kakak O ii
B B
Abang B I I
Abang O ii
Saya O ii
Adik O ii
Keluarga Ayah
Kakek A I Ai
Nenek O ii
Keluarga Ibu
Kakek AB IA IB
Nenek A IA IA

Golongan Darah Keluarga Zuriah


Keluarga Golongan Darah Kemungkinan Genotipe
Keluarga Inti
Ayah O ii
Ibu O ii
Saya O ii
Adik Perempuan O ii
Adik laki-laki O ii
Keluarga Ayah
Kakek A I Ai
Nenek O ii
Keluarga Ibu
Kakek B IB IB
Nenek O ii

13
2. Tabel Pengolahan Data
Golongan Darah Frekuensi Persentase
A 6 12,5%
B 9 18,75%
AB 2 4,16%
O 31 64,58%

Jumlah Frekuensi : 48
Rumus : Frekuensi/ Jumlah Keseluruhan X 100%

Berdasarkan hasil pengamatan kami, dapat diketahui bahwa banyak


jumlah golongan darah keluarga kami, yaitu: golongan darah A sebanyak 6
orang, golongan darah B sebanyak 9 orang, golongan darah AB sebanyak 2
orang dan golongan darah O sebanyak 31 orang. Darah yang dimiliki oleh
setiap orang berbeda karena adanya antigen di dalam darah. Pada sistem
penggolongan darah ABO, antigen A, B, atau tidak adanya antigen A maupun
B yang terdapat di permukaan sel darah merah dapat menentukan jenis
golongan darah dari setiap orang (Lestari et al., 2020).

Golongan darah A memiliki antigen A pada permukaan sel darah merah


dan memiliki antibodi B pada plasma darah. Golongan darah B memiliki
antigen B pada permukaan sel darah merah dan memiliki antibodi A pada
plasma darah. Golongan darah O tidak memiliki antigen A dan antigen B tetapi
memiliki antibodi A dan B pada plasma darah. Golongan darah AB memiliki
antigen A dan Antigen B tetap tidak memiliki antibodi A dan B pada plasma
darah (Lestari et al., 2020).

Pada umumnya, antigen A lebih banyak dijumpai daripada antigen B.


Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen yaitu A dan
B, sehingga golongan darah AB merupakan golongan darah yang jarang
dijumpai di dunia. Bahkan ada penelitian yang menyatakan bahwa di dunia ini
yang memiliki golongan darah AB tidak lebih dari 5% populasi (Haqq, 2016
dalam Lestari et al., 2020).

Orang yang mampu membentuk antigen A memiliki alel IA dalam


kromosom. Orang yang mampu membentuk antigen B memiliki alel IB, yang
memiliki alel IA dan IB mampu membentuk antigen A dan B, sedangkan yang
tidak mampu membentuk antigen samasekali memiliki alel resesif i. Interaksi
antara alel-alel IA, 18, dan i menyebabkan terjadinya 4 fenotif golongan darah
yaitu A, B, AB, dan O. Golongan darah O memiliki persentase paling banyak
dikarenakan persentase golongan O didunia yang paling banyak. Golongan
darah O mungkin memberikan keuntungan evolusioner tertentu dalam
beberapa kondisi lingkungan atau perubahan diet, yang menghasilkan
peningkatan dalam frekuensi gen golongan darah O dalam populasi tertentu.

14
Maka, dapat disimpulkan berdasarkan hasil pengamatan dan analisis
data dari anggota keluarga kelompok 2 bahwa frekuensi golongan darah
terbanyak yaitu golongan darah O, dengan dominansinya yaitu golongan
darah A dan B.

3. Tabel Analisis Data


A B AB O
o 6 9 2 31
e 6,24 8,64 2,4 30,72
D (o-e) -0,24 0,36 -0,4 0,28
x2 0,009 0,015 0,066 0,002
2
x = 0,092

Total keseluruhan yang diamati : 48

r² : √31/48 = √0, 645 = 0,80


p+r² : √6+31/48 = √0,77 = 0,87
p : 0,87 - 0,80 = 0,07

q+r² : √9+31/48 = √0,83 = 0,912


q : 0,912 - 0,80 = 0,112

Golongan darah A : p² + 2pr


= (0, 07)² + 2(0,07 x 0,80)
= 0,13

Golongan darah B : q² + 2qr


= (0, 112)² + 2(0, 112 x 0,80)
= 0,18

Golongan darah O : r²
= (0,80)²
= 0,64

15
Data Expected :
Golongan darah A : 0,13 x 48 = 6,24
Golongan darah B : 0,18 x 48 = 8,64
Golongan darah AB : 0,05 x 48 = 2,4
Golongan darah O : 0,64 x 48 = 30,72
Nilai signifikansi yang dipakai adalah 0,05.
Df = n-1 , dimana n adalah jumlah jenis golongan darah yang diamati
Df = 4-1 =3, maka dapat dihat nilai f tabel pada derajat kebebasan
Dan signifikansi α = 0,05 adalah 7,815 sedangkan nilai f hitungnya adalah 0,092.
Sehingga nilai f tabel > f hitung = 7,815 > 0,092
Jika f hitung > f tabel, maka data yang didapat sesuai dengan teori yang ada.

B. Segmen Digitalis
1. Tabel Pengamatan Segmen Digitalis
No. Telunjuk Jari Jari Kelingking Genotipe Fenotipe
Tengah Manis
1. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
2. Tangan - - H3 Rambut
Kanan terdapat
pada jari
manis
dan
tengah
Tangan - H2 Rambut
Kiri terdapat
pada jari
kelingkin
g, manis,
dan
tengah
3. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
16
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
4. Tangan - - H3 Rambut
Kanan terdapat
pada jari
manis
dan
tengah
Tangan - - H3 Rambut
Kiri terdapat
pada jari
manis
dan
tengah
5. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
6. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
7. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
17
8. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
9. Tangan - - H3 Rambut
Kanan terdapat
pada jari
manis
dan
tengah
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
10. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
11. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
12. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
18
jari
5
13. Tangan - - - - H Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
14. Tangan - H2 Rambut
Kanan terdapat
pada jari
kelingkin
g, manis,
dan
tengah
Tangan - H2 Rambut
Kiri terdapat
pada jari
kelingkin
g, manis,
dan
tengah
15. Tangan - - - H4 Rambut
Kanan terdapat
pada jari
manis
saja
Tangan - - - H4 Rambut
Kiri terdapat
pada jari
manis
saja
16. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
17. Tangan - - - H4 Rambut
Kanan terdapat
pada jari
manis
saja
19
Tangan - - - H4 Rambut
Kiri terdapat
pada jari
manis
saja
18. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
19. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
20. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
21. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
22. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
20
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
23. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
24. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
25. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
26. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
27. Tangan H1 Rambut
Kanan terdapat
di semua
jari, tidak
termasuk
21
ibu jari
1
Tangan H Rambut
Kiri terdapat
di semua
jari, tidak
termasuk
ibu jari

Keterangan :
H1>H2>H3>H4>H5
H1 : Rambut terdapat di semua jari, tidak termasuk ibu jari
H2 : Rambut terdapat pada jari kelingking, manis, dan tengah
H3 : Rambut terdapat pada jari manis dan tengah
H4 : Rambut terdapat pada jari manis saja
H5 : Tidak terdapat rambut di semua jari
2. Tabel Analisis Data
Fenotipe Hasil Kelas
Jumlah Presentase
Rambut terdapat di semua jari, tidak termasuk ibu 2 3,70%
jari
Rambut terdapat pada jari kelingking, manis, dan 3 5,56%
tengah
Rambut terdapat pada jari manis dan tengah 4 7,40%
Rambut terdapat pada jari manis saja 4 7,40%
Tidak terdapat rambut di semua jari 41 75,92%

∑f 54

Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan pada data segmen digitalis


didapat dari voting seluruh anggota kelas PSPB 2021 B. didapatkan hasil bahawa H1
3,70%, H2 5,56%, H3 7,40%, H4 7,40%, dan H5 75,92%. Tumbuhnya rambut pada
segmen digitalis disebabkan karena adana alel ganda. Alel ganda ini ditimbulkan
karena adanya peristiwa mutasi gen. Dimana gen dapat dapat berubah menjadi
bentuk-bentuk alternatif oleh proses mutasi. Bedasarkan teori, penentuan dominasi
pada rambut digitalis kedua jari tangan adalah sebagai berikut :
H5>H4>H3>H2=H1

H1 = Rambut terdapat pada semua jari


H2 = Rambut terdapat pada jari kelingking
H3 = Rambut hanya terdapat pada jari manis dan jari tengah

22
H4 = Rambut hanya terdapat pada jari manis saja
H5 = tidak ada rambut pada keempat jari.

Artinya menunjukkan bahwa H5 dominan terhadap H4, H3, H2 dan H1.


Sedangkan H4 dominan terhadap H3, H2 dan H1. Kemudian H3 dominan terhadap
H2 dan H1. Sehingga dengan diketahui kedudukannya, maka dapat disimpulakan
bahwa genotip yang dimiliki oleh orang yang terdapat tumbuhnya rambut pada
semua jari kecuali ibu jari adalah H1H1, H1H2, H1H3, H1H4, H1H5. Bagi orang yang
memiliki rambut yang tumbuh pada hari kelingking, maka memiliki genotip, H2H2,
H2H3, H2H4, H2H5. Orang yang mempunyai rambut hanya terdapat pada jari manis
dan jari tengah, maka memiliki genotip H3H3, H3H4, H3H5 dan bagi orang yang
rambut hanya terdapat pada jari manis saja, maka genotipnya H4H4, H4H5 dan yang
terakhir adalah orang yang tidak mempunyai rambut pada keempat jari, maka
genotipnya adalah H5H5.

Gen Ganda

A. Pola Sulur
Tabel. 1 Pengumpulan Data Pola Sulur
 Pengumpulan Data Pola Sulur
Pola Sulur Frekuensi Persentase
Arch 8 1,6%
Loop 380 76%
Whorl 112 22,4%
∑f = 500

Dari 50 responden mahasiswa pendidikan biologi stambuk 2022 yang


didata, didapatkan pola sulur yang terbanyak adalah pola Loop dengan
frekuensi 380 dan presentase 76% lalu pola whorl dengan frekuensi 112 dan
presentase 22,4% dan yang paling sedikit adalah pola arch dengan frekuensi
8 dan presentase 1,6%.

Pola sidik jari adalah pola yang bersifat individual, genetik dan juga unik
yang tidak bisa diubah lagi selama hidup. Pembentukan pola pada sidik jari
sendiri terjadi pada bulan ketiga dan keempat saat kehamilan. Pola sidik jari
juga dapat dijadikan sebagai pengenalan identitas seseorang karena memiliki
karakteristik yang individual, sehingga analisis pola sidik jari sering dilakukan
pada kasus-kasus kriminal. Selain itu, penelitian juga menemukan bahwa
analisis pada pola sidik jari seseorang dapat dijadikan sebagai alat untuk
mengidentifikasi penyakit-penyakit tertentu yang berkaitan erat dengan
genetika (Manjusha et al., 2017).

Berdasarkan klasifikasi, dapat diketahui bahwa pola sidik jari dibagi

23
menjadi 3 bentuk utama yaitu whorl, arch dan juga loop. Pola arch adalah pola
yang paling dan sangat sederhana dan biasanya paling jarang ditemukan.
Ciri-ciri dari pola arch ini adalah tidak memiliki sudut inti dan triradius. Sudut
triradius adalah sudut yang dibentuk atau terbentuk karena adanya tiga
pertemuan punggungan atau ukiran. Pola lainnya adalah pola loop yang
karakteristiknya memiliki satu sudut triradius dan memiliki inti (Singh, S. et al,
2016).

Sidik jari akan menjadi tidak dapat dikenali apabila terjadi pembusukan
yang terjadi pada korban yang kebakaran bahkan pada korban yang
tenggelam, maka diperlukan sebuah penanda primer lainnya berupa bentuk
gigi-geligi. Sidik jari ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
genetik dan juga faktor lingkungan. Proses pembentukan dermatoglifi
diperkirakan dipengaruhi oleh faktor genetik secara heterogen sehingga
mempengaruhi perbedaan morfologi (Mundijo & Mitayani, 2017).

Dalam proses pewarisan pada pola sidik jari, secara genetik sidik jari
pada manusia pada dasarnya adalah ulnar loop. Adanya variasi dalam gen
mengakibatkan pola-pola dasar tersebut menjadi pola lain yang dipengaruhi
oleh beberapa gen. Dalam penelitian ini didapatkan pola pewarisan yang khas
yaitu apapun kombinasi pola sidik jari orang tua pasti memiliki pola whorl dan
pola whorl ini akan diwariskan kepada anaknya sehingga dapat dikatakan
bahwa pola whorl adalah fenotipe dominan (Mundijo, T., & Mitayani, 2017).

Jadi, Pola Loop merupakan yang paling umum dan ditemukan pada
sekitar 65-70% sidik jari manusia, Pola Whorl 25-30%, sedangkan pola arch
5-10%.

Pola sidik jari dipengaruhi oleh faktor genetik, namun tidak secara
langsung oleh satu gen ganda tertentu. Pembentukan pola sidik jari adalah
hasil dari interaksi berbagai gen yang mempengaruhi perkembangan embrio
dan struktur kulit pada individu.

Ada beberapa alasan mengapa pola sidik jari dipengaruhi oleh faktor genetik:

1. Pengaturan Pertumbuhan Embrio: Selama perkembangan embrio, gen-


gen tertentu mengatur pertumbuhan dan perkembangan jaringan kulit pada
jari-jari tangan dan kaki. Gen-gen ini memengaruhi pola pembentukan
garis-garis, pegas, silang, dan busur pada kulit.
2. Variabilitas Genetik: Setiap individu mewarisi kombinasi unik dari gen-gen
yang mengontrol pembentukan pola sidik jari dari kedua orang tua. Ini
menciptakan keragaman pola sidik jari di antara individu yang bersaudara
atau individu dalam populasi.
3. Interaksi Genetik-Lingkungan: Meskipun faktor genetik memainkan peran
penting dalam pembentukan pola sidik jari, interaksi antara faktor genetik
dan lingkungan juga berperan. Faktor lingkungan selama perkembangan
embrio, seperti nutrisi ibu, juga dapat memengaruhi perkembangan pola
sidik jari.

24
 Pengumpulan Data Total Finger Ridge Count
Total Finger Frekuensi Persentase
Ridge Count
Laki- Laki 1049 16,77%
Perempuan 5205 80,34%
∑f = 6254

Dari 50 responden mahasiswa pendidikan biologi stambuk 2022 yang


didata 44 diantaranya berjenis kelamin perempuan dan orang berjenis kelamin
laki-laki. Didapatkan total finger Ridge Count dari keduanya adalah 6254
dengan laki-laki berjumlah 1049 dengan presentase 16,77% sedangkan
perempuan dengan frekuensi 5205 dengan presentase 80,34%.

Jumlah ridge (rigi) pada sidik jari laki-laki biasanya lebih besar daripada
perempuan. Ini adalah salah satu perbedaan fisik antara sidik jari laki-laki dan
perempuan yang dapat digunakan dalam analisis forensik. Penjelasan utama
untuk perbedaan ini adalah faktor hormon selama perkembangan embrio.

Pada umumnya, perbedaan ini disebabkan oleh hormon testosteron.


Hormon ini cenderung meningkat pada janin laki-laki selama perkembangan
embrio dan mengarah pada perkembangan struktur.

Jumlah total angka finger ridge count (FRC) pada laki-laki dan
perempuan dapat bervariasi secara individual dan tidak ada angka pasti yang
sama untuk semua individu. FRC adalah salah satu dari banyak karakteristik
yang diperhatikan dalam analisis sidik jari. Jumlah angka ini bisa berbeda di
setiap jari dan di setiap tangan.

Namun, secara umum, dalam penelitian ilmiah dan identifikasi forensik,


tidak ada perbedaan signifikan dalam rata-rata FRC antara laki-laki dan
perempuan. Karena FRC sangat bervariasi, namun rata-rata FRC laki-laki
adalah 144, sedangkan perempuan 127.

Masing-masing individu memiliki sidik jari yang unik, dan pola dan
posisi dari berbagai jenis garis, pegas, silang, dan busur yang terdapat dalam
sidik jari adalah yang paling penting dalam identifikasi forensik.

Ketika ada perbedaan dalam FRC antara individu, hal ini lebih
cenderung disebabkan oleh faktor genetik dan variabilitas individu daripada
perbedaan gender. Oleh karena itu, tidak ada basis ilmiah yang kuat untuk
mengatakan bahwa jumlah total FRC pada laki-laki lebih besar daripada
perempuan secara umum.

25
Tabel. 2 Analisis Data
 Analisis Data Pola Sulur Jari Tangan
Arch Loop Whorl Jumlah
O 8 380 112 500
(Jumlah
Pola
Sulur
Jari
Tangan
)
E 25 350 125 500
D 17 30 -13 0
x2 11,56 2,57 1,35 15,48
∑x2 15,48

Uji Chi-Square adalah metode statistik yang digunakan untuk


menentukan apakah ada hubungan antara dua variabel kategorikal. Hipotesis
uji Chi-Square terdiri dari hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

Hipotesis Nol (H0):


H0 menyatakan bahwa tidak ada hubungan atau asosiasi antara dua variabel
kategorikal. Dalam konteks uji Chi-Square, H0 menyatakan bahwa distribusi
observasi antara kelompok-kelompok kategori adalah sama.

Hipotesis Alternatif (H1):


H1 menyatakan bahwa ada hubungan atau asosiasi antara dua variabel
kategorikal. Dalam konteks uji Chi-Square, H1 menyatakan bahwa distribusi
observasi antara kelompok-kelompok kategori tidak sama.

Setelah data dikumpulkan hasil observasi lalu dianalisis dengan


expected pada pola arch 25 pola Loop 350 dan whorl 125. Setelah didapatkan
deviasi maka akan didapatkan nilai x hitung adalah 15,48.

Observed (O) dan Expected (E) dapat dihitung besarnya


penyimpangan (deviasi) yaitu dengan cara O-E. Untuk mencari x² yaitu
dengan cara hasil D² dibagi dengan (Expected=E)

Nilai signifikansi yang dipakai = 0.05


Df = n – 1, dimana n adalah jumlah tipe pola sulurnya.
Df = 3-1 =2, maka dapat dihat nilai f tabel pada derajat kebebasan dan
signifikansi α = 0,05 adalah 5,991, sedangkan nilai f hitungnya adalah 15, 48.
Sehingga nilai f hitung > f tabel = 15,48 > 5,991

26
Jika f hitung > f tabel, maka H0 diterima, H0 menyatakan bahwa distribusi
observasi antara kelompok-kelompok kategori adalah sama. Tidak ada
hubungan antara gen ganda dengan pola sulur (arch, loop, dan whorl).

Secara teoritis, Pola sidik jari adalah pola yang bersifat individual,
genetik dan juga unik yang tidak bisa diubah lagi selama hidup. Pembentukan
pola pada sidik jari sendiri terjadi pada bulan ketiga dan keempat saat
kehamilan. Pola sidik jari juga dapat dijadikan sebagai pengenalan identitas
seseorang karena memiliki karakteristik yang individual, sehingga analisis pola
sidik jari sering dilakukan pada kasus-kasus kriminal. Selain itu, penelitian
juga menemukan bahwa analisis pada pola sidik jari seseorang dapat
dijadikan sebagai alat untuk mengidentifikasi penyakit-penyakit tertentu yang
berkaitan erat dengan genetika (Manjusha et al., 2017).

Hasil analisis data yang tidak sesuai bisa terjadi karena beberapa faktor,
diantaranya:

1. Variabilitas Individual: Setiap individu memiliki pola sidik jari yang unik.
Variabilitas antara individu dapat membuat analisis dan perbandingan yang
memakan waktu dan rumit.
2. Perubahan Seiring Waktu: Pola sidik jari seseorang cenderung stabil
sepanjang hidup. Namun, perubahan alami seperti kerusakan kulit, luka
bakar, atau penyakit kulit dapat memengaruhi pola sidik jari.
3. Tantangan Pemrosesan Data: Dalam penelitian yang melibatkan banyak
sidik jari, pengumpulan dan pemrosesan data bisa menjadi tugas yang
rumit. Kecanggihan perangkat lunak diperlukan untuk menganalisis sidik
jari dengan cepat dan akurat.
4. Kualitas Sidik Jari: Kualitas sidik jari yang diambil bisa bervariasi
tergantung pada kondisi lingkungan, peralatan yang digunakan, dan
metode pengambilan sidik jari. Sidik jari yang buruk bisa menyulitkan
analisis.
5. Etika dan Privasi: Dalam penelitian forensik, penting untuk memperhatikan
masalah etika dan privasi terkait dengan penggunaan data sidik jari
individu, terutama dalam konteks hukum.
6. Keterampilan Analisis: Analisis sidik jari memerlukan keterampilan khusus
dan pelatihan. Mengidentifikasi pola dan karakteristik pada sidik jari
memerlukan tingkat keahlian tertentu.
7. Penyebaran data populasi : Karena populasi yang diteliti hanya 50
responden dan sampel yang terbatas hal ini memungkinkan variasi pola
sidik jari tidak beragam sehingga didapatkan data yang kurang sesuai.

Maka diperlukan ketelitian dan keahlian dalam meneliti pola sidik jari
ini, sehingga segala hambatan dapat teratasi dan hasil penelitian dapat
membuktikan kebenaran teori yang ada.

27
 Analisis Data Total Finger Ridge Count
Jenis Kelamin
Pria (rata- rata) Wanita (rata- rata)
O 174 118
E 144 127
D 30 -9
x2 6,25 0,63
∑�2 6,88

Frekuensi pola – pola tersebut berbeda untuk setiap bangsa, juga


berbeda untuk laki-laki dan perempuan. Untuk membandingakn frekuensi tipe
pola pada populasi yang berbeda digunakan indeks tipe pola dan indeks
intensitas pola. Jumlah sulur ujung jari tangan dihitung mulai dari triradius
sampai ke pusat pola sulur. Jika ada dua atau lebih triradius maka yang
diambil adalah hasil perhitungan sulur terbanyak. Untuk mendapatkan jumlah
perhitungan sulur maka sulur dari semua jari dijumlahkan. Ini disebut total
finger ridge count. Menurut Suryo (1986) rata-rata jumlah semua sulur pada
perempuan 127 sedangkan pada laki-laki 144.

Untuk mencari rata-rata dari Total Finger Ridge Count, dapat digunakan
rumus sebagai berikut :

( )
Rumus Rata-rata : ( )

Nilai signifikansi yang dipakai adalah 0,05.


Df = n-1 , dimana n adalah jumlah jenis kelamin responden
Df = 2-1 =1, maka dapat dihat nilai f tabel pada derajat kebebasan
Dan signifikansi α = 0,05 adalah 3,841 sedangkan nilai f hitungnya adalah
6,888.
Sehingga nilai f hitung > f tabel = 6,88 > 3,841
Jika f hitung > f tabel, maka data yang didapat tidak sesuai dengan teori yang
ada.
Menghitung jumlah ridge (rigi) jari tangan laki-laki dan perempuan
dalam konteks analisis sidik jari umumnya tidak menimbulkan kesulitan
khusus. Perbedaan dalam jumlah total ridges di jari tangan antara laki-laki dan
perempuan biasanya sangat kecil atau tidak ada. Namun, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan:

1. Variabilitas Individu: Jumlah total ridges dalam sidik jari dapat bervariasi
antar individu, baik laki-laki maupun perempuan. Oleh karena itu, dalam
analisis forensik, penting untuk memeriksa sidik jari setiap individu secara
terpisah.

28
2. Perbedaan Tangan Kanan dan Kiri: Tangan kanan dan tangan kiri dalam
satu individu mungkin memiliki jumlah ridges yang sedikit berbeda. Jadi,
dalam beberapa kasus, peneliti perlu memeriksa kedua tangan untuk
mendapatkan informasi yang lebih lengkap.
3. Peralatan dan Perangkat Lunak: Dalam analisis sidik jari, digunakan
peralatan dan perangkat lunak khusus yang dirancang untuk menghitung
jumlah ridges. Kesalahan teknis dalam penggunaan peralatan atau
perangkat lunak dapat mengakibatkan kesalahan pengukuran.

Sementara tidak ada perbedaan signifikan dalam jumlah total ridges


antara laki-laki dan perempuan, perhatian terhadap detail dan akurasi dalam
pengukuran sidik jari adalah hal yang sangat penting dalam analisis forensik.
Itu karena analisis sidik jari adalah salah satu metode yang sangat penting
untuk identifikasi individu dan investigasi forensik.

Tabel. 3 Tabel Chi-Square

29
B. Pigmentasi Kulit
 Pengumpulan Data Pigmentasi Kulit
Golongan Warna Kulit Frekuensi Persentase
Gol I 0 0%
Gol II 20 40 %
Gol III 10 20 %
Gol IV 18 36 %
Gol V 2 4%
Gol VI 0 0%
∑f = 50

Berdasarkan hasil dari pengumpulan data, di dapat bahwa dari sampel


yang kami dapat mengenai golongan warna kulit adalah sebagai berikut : Gol
II sebanyak 20 orang, Gol III sebanyak 10 orang, Gol IV sebanyak 18 orang,
dan Gol V sebanyak 2 orang. Sedangkan Gol I dan Gol VI sebanyak 0.

Adapun suku-suku yang kami dapat dari 50 sampel yaitu : Suku Batak
Toba sebanyak 27 orang, Batak Karo sebanyak 4 orang, Batak Mandailing
sebanyak 3 orang, Batak Pakpak sebanyak 1 orang, Jawa sebanyak 9 orang,
Aceh sebanyak 3 orang, Sunda 1 orang, Nias 1 orang, dan Melayu 1 orang.

Dari hasil pengumpulan data, di dapat bahwa suku yang menduduki


Golongan warna kulit adalah sebagai berikut : Gol II diduduki oleh suku batak
toba, jawa, batak karo, batak mandailing, aceh, nias, dan sunda. Gol III
diduduki oleh suku batak toba, batak karo, jawa, dan aceh. Gol IV diduduki
oleh suku batak toba, bata karo, melayu, dan jawa. Gol V hanya diduduki oleh
batak toba dan batak mandailing.

Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi lapangan yang telah


dilakukan, kami mendapatkan data bahwa warna kulit yang paling banyak
ditemui yakni warna kulit golongan 2 dengan warna putih yang didominasi
oleh Suku Batak. Hal ini tidak sesuai dengan teori atau penelitian terdahulu
yang menyatakan bahwa Suku Batak memiliki ciri fisik warna kulit
kekuningkuningan atau sawo matang.

Secara teori dikatakan, mayoritas warna kulit Suku Jawa, Suku Sunda,
dan Suku Batak adalah sawo matang (Gol III), Sedangkan pada suku yang
jumlahnya lebih sedikit seperti Suku Papua mayoritas berkulit gelap (Laksono,
2017).

Sistem klasifikasi ras didasarkan pada morfologi. Salah satu klasifikasi


yang tertua berasal dari Blumenbach yang membagi ras manusia menjadi lima
berdasarkan warna kulit, bentuk rambut dan bentuk wajah yaitu ras
Kaukasoid, Mongoloid, Etiopid, Amerika dan Melayu. Ras Melayu di bagi lagi
menjadi dua kelompok yaitu Proto dan Deutro Melayu. Termasuk Proto-
Melayu adalah Aceh Gayo, Batak, Sasak, dan Toraja, sedangkan yang

30
termasuk Deutro Melayu adalah Aceh, Minangkabau, Melayu (Sumatera
daerah pesisir), Lampung, Jawa, Sunda, Madura, Bali, Makasar, Bugis,
Manado, Minahasa dan sekitarnya. Orang Jakarta (Betawi), Borneo, Banjar
dan penduduk pesisir Sulawesi adalah campuran Deutro dan Proto Melayu.
Ciri-ciri ras Deutro-Melayu adalah rambut lurus, kulit kuning kecoklatan dan
ada kalanya sipit pelupuk matanya. Warna kulit makin ke arah Indonesia
Timur makin gelap, sedangkan makin ke arah Indonesia Barat berwarna
kuning langsat. Suku Aceh termasuk sub-ras Deutro- Melayu, yang di
perkirakan berasal dari wilayah Indo Cina, khusus bagi mereka yang
menempati daerah pesisir berasal dari Campa dan Khmer (Kamboja)
(Komalawati et al, 2013).

Di wilayah Aceh Barat ada penduduk yang menyerupai wajah Eropah


(Portugis) dengan mata yang biru, sedangkan di Aceh Pidie kebanyakan
penduduknya menyerupai orang India atau Keling dengan kulit yang gelap,
dan wajah mirip Cina terdapat di sepanjang pantai utara (Komalawati et al,
2013).

Keturunan Suku Sunda biasanya akan memiliki tekstur wajah kalem


dan kulit putih atau sawo matang. Orang Sunda dapat dikatakan sebagai
suku yang memiliki warna kulit cenderung putih, sehingga tampak menarik di
Indonesia yang mayoritas memiliki warna kulit sawo matang hingga cokelat
(iNews Jabar, 2022). Warna kulit Suku Nias bervariasi, namun lebih
didominan oleh kulit putih (Telaumbanua, 2019).

Pada dasarnya kita merupakan keturunan ras mongoloid. Ras


mongoloid atau berkulit kuning, adalah ras manusia yang sebagian besar
menetap di Asia Utara, Asia Timur, Asia Tenggara, Madagaskar di lepas
pantai timur Afrika, beberapa bagian India Timur laut, Eropa Utara, Amerika
Utara, Amerika Selatan dan Osenia. Secara umum ras ini memiliki ciri fisik [3]
sebagai berikut: Kulit kuning, Kelopak mata terdapat plica marginalis, Mata
berwarna coklat sampai hitam, Rambut bewarna hitam dan lurus, Dahi kecil
dan tegak (Amalia et al, 2018).

Perbedaan warna kulit di Indonesia dapat disebabkan oleh beberapa


hal, seperti tempat tinggal (lingkungan), genetik, etnisitas, paparan matahari,
penggunaan produk perawatan kulit, dan lainnya.

31
Gambar 1. Grafik Pigmentasi dari Hasil Pengamatan

Gambar 2. Variasi F2 Pigmentasi Kulit

Grafik kami mengalami ketidaksesuaian dengan teori.


Ketidakseimbangan data yang kami dapat dengan hasil penelitian terdahulu
disebabkan oleh faktor pengambilan sampel yang kami lakukan tidak
menyebar, dimana kelompok kami mengambil sampel hanya pada
mahasiswa/i Biologi stambuk 2022. Selain iu, hal yang mungkin juga menjadi
faktor ketidakseimbangan data kami yakni adanya kesalahan dalam
penggolongan warna kulit yang kami lakukan.

32
IV. Kesimpulan
Alel merupakan bentuk alternatif sebuah gen yang terdapat pada lokus
(tempat tertentu) atau bisa dikatakan alel adalah gen-gen yang menempati
atau terletak pada lokus yang sama pada kromosom homolognya yang
mempunyai tugas. berlawanan untuk suatu sifat tertentu. Alel ganda adalah
beberapa alel lebih pada satu gen yang menenmpati lokus yang sama pada
kromosom homolognya. Sifat genetik manusia yang ditentukan oleh alel
ganda diantaranya adalah golongan darah dan tumbuhnya segmen digitalis
pada ruas tengah jari. Ditribusi golongan darah yang didapat dari hasil
pengambilan sampel golongan darah anggota keluarga kelompok kami yakni;
Golongan darah A dengan presentase 12,5% , Golongan darah B; 18,75%,
Golongan darah AB 4,16% dan Golongan darah O dengan Presentase
64,58%. Sedangkan frekuensi sifat rambut pada segmen digitalis kedua
tangan pada populasi mahasiswa PSPB 2021 B yaitu: H 1 dengan presentase
3,7%; H2 5,56%; H3 7,4%; H4 7,4%; H5 dengan presentase 75,92%. Alel
ganda terjadi disebabkan oleh adanya peristiwa mutasi gen. Dimana gen
dapat dapat berubah menjadi bentuk-bentuk alternatif oleh proses mutasi.
Gen ganda adalah suatu seri gen yang menentukan pewarisan secara
kuantitatif. Pewarisan sifat-sifat keturunan dari gen ganda melibatkan hukum
pewarisan Mendel, yang menjelaskan bagaimana alel-alel tersebut dapat
dikombinasikan dan diwariskan dari orangtua ke keturunan. Sifat pada
manusia yang dipengaruhi oleh gen ganda adalah warna mata, warna rambut,
tinggi badan, pola sulur pada jari, pigmentasi kulit, dll. Pola sulur yang
diwariskan secara poligen terlibat dalam sifat-sifat kompleks yang dipengaruhi
oleh banyak gen. Pola sulur poligenik melibatkan banyak gen yang bersama-
sama memberikan kontribusi terhadap fenotipe. Setiap gen memberikan
kontribusi kecil terhadap variasi fenotipe. Pewarisan poligenik menyebabkan
keragaman fenotipe yang sangat luas dalam populasi. Meskipun rata-rata
fenotipe mungkin ditempatkan pada titik tengah distribusi normal, variasi
individu dalam populasi sangat bervariasi. Warna kulit manusia juga
dipengaruhi oleh alel-alel yang terletak pada gen ganda. Alel-alel tersebut
mengontrol jumlah melanin dalam kulit, yang pada gilirannya mempengaruhi
warna kulit dari sangat terang hingga sangat gelap. Uji Chi-Square dapat
digunakan untuk menguji hubungan antara distribusi fenotipe (misalnya, pola
sulur dalam populasi mahasiswa) dan distribusi genotipe yang diharapkan
berdasarkan hukum pewarisan Mendel. Jika ada perbedaan yang signifikan
antara fenotipe yang diamati dan yang diharapkan, hasil uji Chi-Square akan
menunjukkan bahwa pola sulur tersebut tidak mengikuti hukum pewarisan
Mendel. Dari hasil penghitungan dengan uji Chi-Square pada pengamatan
kami, di dapat bahwa data tidak sesuai dengan teori yang ada (F hitung > F
tabel). Faktor-faktor seperti lingkungan dan genetika dapat mempengaruhi
pola sulur dan pigmentasi kulit. Misalnya, paparan sinar matahari dapat
mempengaruhi produksi melanin, yang dapat mengubah warna kulit. Gen juga
memainkan peran penting dalam menentukan pola sulur, seperti gen yang
mengontrol triradius pada sidik jari, pertumbuhan rambut atau bentuk wajah.

33
Daftar Pustaka
Adnan. (2018). Genetika I; Arif Memahami Kehidupan. Makassar : Badan Penerbit
Universitas Negeri Makassar.
Akbar, R.T., Soewarto, H., Aries, M. Iplementasi Sistem Hereditas Menggunakan
Metode Persilangan Hukum Mendel untuk Identifikasi Pewarisan Warna Kulit
Manusia. Bogor, Universitas Pakuan.
Amalia, A., Ernawati, Yudi, S. (2018). Deteksi Warna Kulit Menggunakan Ruang
Warna YCBCR dan Identifikasi Ras Manusia Menggunakan Backpropagation
Neural Network. Jurnal Rekursif, 6(1), 1-12.
Anderson, C. A., Pettersson, F. H., Clarke, G. M., Cardon, L. R., Morris, A. P., &
Zondervan, K. T. (2010). Data Quality Control in Genetic Case-Control
Association Studies. Nature Protocols, 5(9), 1564-1573.
Campbell, Neil A. dkk. 2002. Biologi. Ed ke-5 Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Campbell N A, Reece J B, Urry L A, et al. 2010. Biologi Jilid 1 Edisi Kedelapan.
Jakarta: Erlangga.
Hasanah, H., Friska, F.D., Ismiarti, Mufidah, I.T. Vishtari, S. (2022). Rasio Pola Sulur
(Dermatoglifi) antara Mahasiswa Biologi (FMIPA) dengan Mahasiswa Seni
Rupa (FBS) yang Berkaitan dengan Hobi Melukis. Prosiding Semnas Bio. UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Haqq, J. (2016). Variasi Distribusi Golongan Darah ABO. Dalam Manusia Makhluk
Sosial Biologis. (M. Dyah Artaria, Ed.). Surabaya : Airlangga University Press.
Halaman 79-95.
Hikma. E. N. et.al. (2021). “Gambaran Golongan Darah Sistem ABO dan Rhesus
Suku Asli Sumatera Selatan”. Journal of Medical Laboratory and Science.
1(1);16-21.
Komalawati, Etty, I., Al, S. (2013). Profil Jaringan Lunak dan Keras Wajah Lelaki dan
Perempuan Dewasa Etnis Aceh Berdasarkan Keturunan Campuran Arab,
Cina, Eropa dan Hindia. Cakradonya Dent J, 5(2), 542-618.
Laksono, S.A. (2017). Hubungan Warna Kulit dengan Citra Tubuh dan Harga Diri
Mahasiswa di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Skripsi. Surabaya,
Universitas Airlangga.
Manjusha, P. Et all. (2017). Analysis of a lip print and fingerprint patterns in patients
with type II diabetes mellitus. Journal of Oral and Maxillofacial pathology.
21(2), pp.309-315.
Mundijo, T., & Mitayani, P. (2017). Dominant Inheritance of a Whorl Fingerprint in
Staff Families of Medical Faculty Muhammadiyah University
Palembang. Jurnal of Kedokteran Brawijaya, Vol 29, No. 04, pp.312-315.
Musdary, Haq, Pane, Wardoyo, Zamasi. (2023). Penuntun Praktikum Genetika. Pola
Pewarisan Sifat Alel dan Gen Ganda.
Mustami, M.K. (2013). Genetika. Makassar : UIN Alauddin.
Plomin, R., DeFries, J. C., Knopik, V. S., & Neiderhiser, J. M. (2013). Behavioral
Genetics. Worth Publishers.
Singh, S. Et al. (2016). Study of a Fingerprint Patterns to Evaluate the Role of
Dermatoglyphycs in Early Detection of Bronchial Asthma. Journal of Natural
Sience, Biology and Medicine. 7(1), pp. 43.

34
Suryo. 2008. Genetka Manusia. Ed ke-2.Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Telaumbanua, T. (2019). Kaum Milenial dan Kebudayaan Nias: Di persimpangan
Jalan. Jurnal Sundermann, 1(1), 1-16.
Tussakinah, W., Masrul, M., & Burhan, I. R. (2018). Hubungan antara Pola Makan
dan Tingkat Stres terhadap Kekambuhan Gastritis di Wilayah Kerja
Puskesmas Tarok Kota Payakumbuh Tahun 2017. Jurnal Kesehatan Andalas,
7(2), 217-225.
Xue W, Han W, Zhou ZS. (2013). Polymorphisms are Associated with Asthma and a
Distinctive Palm Dermatoglyphic Pattern. Molecular of Medicine Reports, 8(6).
1759-1800. Doi: 10. 3892/mmr.2013.1733.

35
Lampiran
Lampiran 1. Laporan Sementara

1.Alel Ganda

36
37
2. Gen Ganda

38
39
40
Lampiran 2. Dokumentasi Praktikum
Alel Ganda

Gambar.1 H1 : Rambut terdapat di semua jari

Gambar.2 H5 : Tidak ada rambut pada keempat jari, tidak termasuk ibu jari

41
Gen Ganda

Gambar 3

Gambar 4

42
Gambar 5

Gambar 6

43
Gambar 7

Gambar.8 Proses Pengambilan Data Pola Sulur dan Pigmentasi Kulit (gbr 3-8)

44

Anda mungkin juga menyukai