Abstrak
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui apa itu alel dan alel ganda, mengetahui
beberapa sifat genetik pada manusia yang ditentukan oleh seri alel ganda,
mengetahui distribusi golongan darah sistem ABO pada populasi anggota keluarga
kelompok, mengetahui frekuensi sifat rambut pada segmen digitalis kedua tangan
pada populasi mahasiswa PSPB 2021 B, mengetahui faktor yang menyebabkan
terjadinya peristiwa alel ganda, mengetahui sifat-sifat keturunan yang diwariskan dari
gen ganda, mengenal pola pola sulur yang diwariskan secara poligen, mengenal pola
pigmentasi kulit yang diwariskan dari gen ganda, menguji perbandingan genetik pola
sulur populasi mahasiswa dengan menggunakan Chi-Square, dan untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi pola sulur dan pigmentasi kulit. Praktikum ini
menggunakan metode pengumpulan data, pengolahan data, pengolahan data
secara statistik dengan menggunakan uji Chi-Square. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling. Sifat genetik manusia yang
ditentukan oleh alel ganda diantaranya adalah golongan darah dan tumbuhnya
segmen digitalis pada ruas tengah jari. Sifat pada manusia yang dipengaruhi oleh
gen ganda adalah warna mata, warna rambut, tinggi badan, pola sulur pada jari,
pigmentasi kulit, dll. Warna kulit manusia juga dipengaruhi oleh alel-alel yang terletak
pada gen ganda. Alel-alel tersebut mengontrol jumlah melanin dalam kulit, yang pada
gilirannya mempengaruhi warna kulit dari sangat terang hingga sangat gelap.
I. Pendahuluan
Alel merupakan bentuk alternatif sebuah gen yang terdapat pada lokus
(tempat tertentu) atau bisa dikatakan alel adalah gen-gen yang menempati
atau terletak pada lokus yang sama pada kromosom homolognya yang
mempunyai tugas. berlawanan untuk suatu sifat tertentu. Dilihat dari pengaruh
gen pada fenotipe, alel memiliki pengaruh yang saling berlawanan dalam
pengekspresian suatu sifat. Di dalam suatu lokus, terdapat sepasang atau
lebih alel. Bila terdapat sepasang alel dalam suatu lokus, maka disebut alel
tunggal. Bila terdapat lebih dari satu pasang alel dalam satu lokus, maka
disebut alel ganda.
Pada alel ganda terjadi perbedaan sifat pengekspresian suatu gen. Dua
gen yang terdapat dalam lokus yang sama akan dapat memunculkan ekspresi
yang berbeda karena adanya interaksi antara kedua gen tersebut. Interaksi
tersebut dapat berupa pemnculan sifat yang dominan pada satu gen
1
(menutupi sifat lain), atau bercampurnya pemunculan sifat gen yang ada
sehingga memunculkan sifat kombinasi antara gen-gen tersebut.
Sebagian besar gen yang ada dalam populasi sebenarnya hadir dalam
lebih dari dua bentukan alel. Golongan darah ABO pada manusia, misalnya,
ditentukan oleh tiga alel pada satu gen tunggal: IA, IB, dan i. Golongan darah
seseorang yang sebagai fenotip mungkin salah satu dari empat tipe : A, B,
AB, atau O. Huruf-huruf ini mengacu pada dua jenis antigen A dan B yang
bisa ditemukan di permukaan sel darah merah. Jika sel darah seseorang
memiliki antigen A, maka orang tersebut bergolongan darah A. Jika sel darah
seseorang memiliki antigen B, maka orang tersebut bergolongan darah B. Jika
sel darah seseorang memiliki keduanya, maka orang tersebut bergolongan
darah AB. Jika sel darah seseorang tidak memiliki keduanya, maka orang
tersebut bergolongan darah O.
Gen ganda adalah suatu seri gen yang menentukan pewarisan secara
kuantitatif. Beberapa sifat pada manusia, hewan maupun tumbuhan seringkali
ditentukan oleh adanya gen ganda. Misalnya, tinggi badan manusia,
pigmentasi kulit, panjang tongkol jagung dan sebagainya. Biasanya suatu
kelas fenotif mudah dibedakan dengan kelas fenotif yang lain, misalnya
tanaman tinggi dan pendek, dst. Tetapi ternyata sifat keturunan tidak dapat
dipisahkan semudah itu, sebab misalnya warna merah pada bunga masih
terdapat variasinya diantara merah tersebut (Mustami, 2013).
3
tersebut acapkali tidak dapat dipisahkan semudah itu. Seringkali tidak cukup
untuk membedakan batang yang tinggi dan yang rendah saja, masih banyak
variasi yang terdapat pada tanaman dilihat dari ukuran batangnya. Variasi
tersebut dinamakan Quantitative Character, yang diatur oleh banyak gen
(Polygene). Poligen merupakan salah satu peristiwa dari gen ganda yang
menentukan pewarisan sifat secara kuantitatif. Peristiwa terbentuknya
Quantitative Character tersebut pertama kali diamati oleh J. Kolreuter pada
tumbuhan tembakau (Nicotiana tabacum) yang menunjukkan banyak variasi
(tidak hanya dominan dan resesif). Hal tersebut tampak berbeda dengan yang
ditemukan Mendel pada persilangan kacang ercis. Pada saat Mendel
menyilangkan 2 tanaman dengan satu sifat beda, didapatkan keturunan F1
memiliki sifat dominan, dan F2 memiliki sifat yang memisah dengan
perbandingan fenotipe 3:1. Sedangkan pada saat Kolreuter menyilangkan 2
tanaman dengan satu sifat beda, didapatkan keturunan F1 yang intermediet,
sedangkan F2 didapatkan tanaman yang memperlihatkan variasi antar kedua
tanaman induknya.
4
terjadi pembusukan pada korban kebakaran atau korban yang tenggelam,
sehingga diperlukan penanda primer lainnya berupa bentuk gigi-geligi. Sidik
jari ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor genetik dan juga faktor
lingkungan. Proses pembentukan dermatoglifi diperkirakan dipengaruhi oleh
faktor genetik secara heterogen sehingga mempengaruhi perbedaan morfologi
(Mundijo, 2017).
Pola sidik jari adalah pola yang bersifat individual, genetik dan juga unik
yang tidak bisa diubah lagi selama hidup. Pembentukan pola pada sidik jari
sendiri terjadi pada bulan ketiga dan keempat saat kehamilan. Pola sidik jari
juga dapat dijadikan sebagai pengenalan identitas seseorang karena memiliki
karakteristik yang individual, sehingga analisis pola sidik jari sering dilakukan
pada kasus-kasus kriminal. Selain itu, penelitian juga menemukan bahwa
analisis pada pola sidik jari seseorang dapat dijadikan sebagai alat untuk
mengidentifikasi penyakit-penyakit tertentu yang berkaitan erat dengan
genetika (Manjusha et al., 2017).
Dalam proses pewarisan pada pola sidik jari, secara genetik sidik jari
pada manusia pada dasarnya adalah ulnar loop. Adanya variasi dalam gen
mengakibatkan pola-pola dasar tersebut menjadi pola lain yang dipengaruhi
oleh beberapa gen. Dalam penelitian ini didapatkan pola pewarisan yang khas
yaitu apapun kombinasi pola sidik jari orang tua pasti memiliki pola whorl dan
pola whorl ini akan diwariskan kepada anaknya sehingga dapat dikatakan
bahwa pola whorl adalah fenotipe dominan (Mundijo, T., & Mitayani, 2017).
Setiap orang memiliki sidik jari yang unik terdiri dari pola garis-garis
gelap dari kulit yang naik disebut dengan ridges atau bubungan yang
diperlihatkan sebagai garis-garis terang berwarna dari kulit yang turun disebut
kerutan (furrows) yang diperlihatkan sebagai warna gelap. Titik awal dari
corak anatomi atau pencabangan ganda pada penyimpangan dua bentuk
garis disebut dengan delta. Hubungan pada sidik jari yang terputus disebut
ujung bubungan (Hasanah et al, 2022).
Pola sulur sulur tersebut akan membentuk sidik jari yang spesifik
dimiliki setiap orang. Berdasarkan sistem Galton, sulur dermis dapat
dibedakan menjadi 3 pola utama, yaitu Arch (lengkung), Pola Loop (sosok),
dan Pola Whorl (lingkaran).
5
Pola Loop memiliki 1 triradius, pola Whorl memiliki lebih dari satu
triradius, sedangkan pola Arch tidak memiliki triradius. Frekuensi pola diatas
berbeda pada setiap bangsa, dan juga berbeda pada laki-laki dan perempuan.
Pada populasi orang kulit putih dan kulit hitam banyak dijumpai pola Loop.
Sedangkan pola Whorl banyak dijumpai pada populasi bangsa mongoloid,
populasi penduduk asli Australia, dan populasi Menalesia pasifik. Pola Arch
paling sedikit ditemukan untuk semua pipulasi, biasanya berjumlah kurang
dari 10%. Hanya terdapat pada populasi Busman (bangsa negroid di Afrika
Selatan). Jumlah rigi berbeda pada laki-laki dan perempuan. Jumlah rigi
dihitung mulai dari triradius sampai ke pusat pola jari. Pola Arch tidak memiliki
triradius, sehingga perhitungan rigi tidak dilakukan. Jika ada 2 atau lebih
triradius maka yang diambil adalah hasil perhitungan sulur terbanyak. Untuk
mendapatkan jumlah perhitungan rigi, maka rigi dari semua jari dijumlahkan
(Total Finger Ridge Count) atau TFRC. Pada perempuan jumlah rigi rata-rata
127 dan pada laki-laki 144 (Musdary et al, 2023).
Secara biologis, seorang anak selalu mewarisi gen dari induknya. Gen
tersebutlah yang membawa sifat-sifat tertentu, baik yang tampak secara fisik,
maupun yang tidak tampak secara fisik. Sistem penurunan sifat yang
berdasarkan Hukum Mendel dapat menghasilkan sifat keturunan yang
beragam. Hal itu terjadi jika diketahui terdapat sifat antara kedua induk (ayah
atau ibu) berbeda. Termasuk peluang munculnya keberagaman sifat fisik atau
struktur tubuh (Hereditas), salah satunya dalam sistem pewarisan warna kulit.
Warna kulit kedua orangtua akan mempengaruhi warna kulit kedua anaknya.
Seperti yang kita ketahui, pewarisan warna kulit manusia merupakan hal yang
unik, karena pigmen kulit dipengaruhi oleh gen ganda yang saling
mempengaruhi (poligen). Sehingga dapat menghasilkan keturunan dengan
warna kulit yang beragam. Hal ini dapat kita temui baik pada diri
sendiri/keluarga, maupun orang lain. Misalnya jika warna kulit kedua
6
orangtuanya putih, maka warna kulit si anak akan putih pula, jika kedua
orangtuanya berasal dari ras negro, maka si anak akan negro pula. Namun
ada hal unik jika warna kulit kedua orangtuanya berbeda, terkadang warna
kulit yang muncul berbeda dengan kedua orangtuanya. Hal ini wajar terjadi
karena sifat gen-gen penentu warna kulit yang saling mempengaruhi satu
sama lain. Sehingga dapat menimbulkan kesulitan dan kebingungan tersendiri
dalam memprediksi warna kulit anak.
Praktikum pola sulur dan pigmentasi kulit yang dipengaruhi oleh gen
ganda sangat penting bagi mahasiswa Biologi karena beberapa alasan berikut
: Mahasiswa belajar bagaimana kombinasi genetik dapat mempengaruhi pola
sulur dan pigmentasi kulit pada manusia. Ini adalah aplikasi nyata dari prinsip-
prinsip genetika Mendel yang mendasar, dan praktikum semacam ini
membantu memperkuat pemahaman teoritis yang diperoleh di kelas. Melalui
praktikum ini, mahasiswa dapat mempelajari variasi genetik dalam populasi
manusia dan memahami bagaimana faktor genetik dapat mempengaruhi
keragaman fenotip dalam suatu kelompok manusia. Kemudian, beberapa
penyakit genetik atau kondisi medis tertentu dapat mempengaruhi pola sulur
atau warna kulit. Mahasiswa Biologi yang memahami hal ini akan lebih baik
dalam mendeteksi dan mengidentifikasi kondisi-kondisi genetik melalui tanda-
tanda fisik pada kulit.
7
8. Untuk mengenal pola pigmentasi kulit yang diwariskan dari gen ganda
9. Untuk menguji perbandingan genetik pola sulur populasi mahasiswa
dengan menggunakan Chi-Square
10. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola sulur dan
pigmentasi kulit
III. Metode
Tabel 1 : Alat untuk Praktikum Alel Ganda (Golongan Darah dan Segmen
Digitalis)
No. Nama Alat Jumlah
1 Alat Tulis 1 Buah
2 Kalkulator 1 Buah
3 Loop 2 Buah
B. Prosedur Kerja
1. Golongan Darah
8
2. Segmen Digitalis
Tabel 4 : Bahan
No. Nama Bahan Jumlah
1. Sidik Jari Responden Mahasiswa/i Biologi 50 Responden
Stambuk 2022 & Warna Kulit Mahasiswa/i
Biologi Stambuk 2022
9
B. Prosedur Kerja
10
Dicatat hasil pengamatan pada tabel
C. Pengumpulan Data, Pengolahan Data dan Analisis Data (Pola Sulur &
Pigmentasi Kulit)
1) Pengumpulan Data
Pengumpulan data kami lakukan pada hari Jumat tanggal 29
September 2023 dengan cara melakukan pengambilan data secara
langsung dengan mencari 50 mahasiswa dan mahasiswi jurusan
Biologi Universitas Negeri Medan, stambuk 2022. Untuk mendapatkan
data ini, kami telah menyediakan 50 lembar tabel pengamatan sidik jari
dan 2 lembar tabel pengamatan pigmentasi kulit untuk 50 responden
yang kami temukan.
2) Pengolahan Data
Setelah mengumpulkan data, kemudian dilakukan pengolahan data.
Setelah dihitung pola sulur dari ke-50 responden, kemudian kami
menentukan frekuensi dan persentasenya pada tabel di lk. Kemudian
dihitung juga Total Finger Ridge Count pada ke-50 responden dan
persentasenya dari laki-laki dan perempuan. Ditulis pada tabel. Untuk
pigmentasi kulit, setelah didapat hasil golongan pigmen kulit dari ke-50
responden, maka kita akan menghitung frekuensi dan persentasenya.
Lalu dari data tersebut, dibuat grafiknya.
3) Analisis Data
Data hasil pengamatan pola sulur jari tangan & data Total Finger Ridge
Count yang didapat, kemudian dianalisis dengan menggunakan uji Chi-
Square. Uji Chi-Square dilakukan bertujuan untuk melihat kesesuaian
hasil yang dilakukan. Pigmentasi kulit tidak dianalisis dengan uji Chi-
Square.
11
IV. Hasil & Pembahasan
Alel Ganda
A. Golongan Darah
1. Tabel Pengamatan Golongan Darah
Golongan Darah Keluarga Dewi
Keluarga Golongan Kemungkinan
Darah Genotipe
Keluarga Inti
Ayah O ii
Ibu O ii
Kakak perempuan O ii
Saya O ii
Adik laki-laki O ii
Keluarga Ayah
Kakek O ii
Nenek O ii
Keluarga Ibu
Kakek O ii
Nenek O ii
13
2. Tabel Pengolahan Data
Golongan Darah Frekuensi Persentase
A 6 12,5%
B 9 18,75%
AB 2 4,16%
O 31 64,58%
Jumlah Frekuensi : 48
Rumus : Frekuensi/ Jumlah Keseluruhan X 100%
14
Maka, dapat disimpulkan berdasarkan hasil pengamatan dan analisis
data dari anggota keluarga kelompok 2 bahwa frekuensi golongan darah
terbanyak yaitu golongan darah O, dengan dominansinya yaitu golongan
darah A dan B.
Golongan darah O : r²
= (0,80)²
= 0,64
15
Data Expected :
Golongan darah A : 0,13 x 48 = 6,24
Golongan darah B : 0,18 x 48 = 8,64
Golongan darah AB : 0,05 x 48 = 2,4
Golongan darah O : 0,64 x 48 = 30,72
Nilai signifikansi yang dipakai adalah 0,05.
Df = n-1 , dimana n adalah jumlah jenis golongan darah yang diamati
Df = 4-1 =3, maka dapat dihat nilai f tabel pada derajat kebebasan
Dan signifikansi α = 0,05 adalah 7,815 sedangkan nilai f hitungnya adalah 0,092.
Sehingga nilai f tabel > f hitung = 7,815 > 0,092
Jika f hitung > f tabel, maka data yang didapat sesuai dengan teori yang ada.
B. Segmen Digitalis
1. Tabel Pengamatan Segmen Digitalis
No. Telunjuk Jari Jari Kelingking Genotipe Fenotipe
Tengah Manis
1. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
2. Tangan - - H3 Rambut
Kanan terdapat
pada jari
manis
dan
tengah
Tangan - H2 Rambut
Kiri terdapat
pada jari
kelingkin
g, manis,
dan
tengah
3. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
16
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
4. Tangan - - H3 Rambut
Kanan terdapat
pada jari
manis
dan
tengah
Tangan - - H3 Rambut
Kiri terdapat
pada jari
manis
dan
tengah
5. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
6. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
7. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
17
8. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
9. Tangan - - H3 Rambut
Kanan terdapat
pada jari
manis
dan
tengah
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
10. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
11. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
12. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
18
jari
5
13. Tangan - - - - H Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
14. Tangan - H2 Rambut
Kanan terdapat
pada jari
kelingkin
g, manis,
dan
tengah
Tangan - H2 Rambut
Kiri terdapat
pada jari
kelingkin
g, manis,
dan
tengah
15. Tangan - - - H4 Rambut
Kanan terdapat
pada jari
manis
saja
Tangan - - - H4 Rambut
Kiri terdapat
pada jari
manis
saja
16. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
17. Tangan - - - H4 Rambut
Kanan terdapat
pada jari
manis
saja
19
Tangan - - - H4 Rambut
Kiri terdapat
pada jari
manis
saja
18. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
19. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
20. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
21. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
22. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
20
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
23. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
24. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
25. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
26. Tangan - - - - H5 Tidak
Kanan terdapat
rambut di
semua
jari
Tangan - - - - H5 Tidak
Kiri terdapat
rambut di
semua
jari
27. Tangan H1 Rambut
Kanan terdapat
di semua
jari, tidak
termasuk
21
ibu jari
1
Tangan H Rambut
Kiri terdapat
di semua
jari, tidak
termasuk
ibu jari
Keterangan :
H1>H2>H3>H4>H5
H1 : Rambut terdapat di semua jari, tidak termasuk ibu jari
H2 : Rambut terdapat pada jari kelingking, manis, dan tengah
H3 : Rambut terdapat pada jari manis dan tengah
H4 : Rambut terdapat pada jari manis saja
H5 : Tidak terdapat rambut di semua jari
2. Tabel Analisis Data
Fenotipe Hasil Kelas
Jumlah Presentase
Rambut terdapat di semua jari, tidak termasuk ibu 2 3,70%
jari
Rambut terdapat pada jari kelingking, manis, dan 3 5,56%
tengah
Rambut terdapat pada jari manis dan tengah 4 7,40%
Rambut terdapat pada jari manis saja 4 7,40%
Tidak terdapat rambut di semua jari 41 75,92%
∑f 54
22
H4 = Rambut hanya terdapat pada jari manis saja
H5 = tidak ada rambut pada keempat jari.
Gen Ganda
A. Pola Sulur
Tabel. 1 Pengumpulan Data Pola Sulur
Pengumpulan Data Pola Sulur
Pola Sulur Frekuensi Persentase
Arch 8 1,6%
Loop 380 76%
Whorl 112 22,4%
∑f = 500
Pola sidik jari adalah pola yang bersifat individual, genetik dan juga unik
yang tidak bisa diubah lagi selama hidup. Pembentukan pola pada sidik jari
sendiri terjadi pada bulan ketiga dan keempat saat kehamilan. Pola sidik jari
juga dapat dijadikan sebagai pengenalan identitas seseorang karena memiliki
karakteristik yang individual, sehingga analisis pola sidik jari sering dilakukan
pada kasus-kasus kriminal. Selain itu, penelitian juga menemukan bahwa
analisis pada pola sidik jari seseorang dapat dijadikan sebagai alat untuk
mengidentifikasi penyakit-penyakit tertentu yang berkaitan erat dengan
genetika (Manjusha et al., 2017).
23
menjadi 3 bentuk utama yaitu whorl, arch dan juga loop. Pola arch adalah pola
yang paling dan sangat sederhana dan biasanya paling jarang ditemukan.
Ciri-ciri dari pola arch ini adalah tidak memiliki sudut inti dan triradius. Sudut
triradius adalah sudut yang dibentuk atau terbentuk karena adanya tiga
pertemuan punggungan atau ukiran. Pola lainnya adalah pola loop yang
karakteristiknya memiliki satu sudut triradius dan memiliki inti (Singh, S. et al,
2016).
Sidik jari akan menjadi tidak dapat dikenali apabila terjadi pembusukan
yang terjadi pada korban yang kebakaran bahkan pada korban yang
tenggelam, maka diperlukan sebuah penanda primer lainnya berupa bentuk
gigi-geligi. Sidik jari ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
genetik dan juga faktor lingkungan. Proses pembentukan dermatoglifi
diperkirakan dipengaruhi oleh faktor genetik secara heterogen sehingga
mempengaruhi perbedaan morfologi (Mundijo & Mitayani, 2017).
Dalam proses pewarisan pada pola sidik jari, secara genetik sidik jari
pada manusia pada dasarnya adalah ulnar loop. Adanya variasi dalam gen
mengakibatkan pola-pola dasar tersebut menjadi pola lain yang dipengaruhi
oleh beberapa gen. Dalam penelitian ini didapatkan pola pewarisan yang khas
yaitu apapun kombinasi pola sidik jari orang tua pasti memiliki pola whorl dan
pola whorl ini akan diwariskan kepada anaknya sehingga dapat dikatakan
bahwa pola whorl adalah fenotipe dominan (Mundijo, T., & Mitayani, 2017).
Jadi, Pola Loop merupakan yang paling umum dan ditemukan pada
sekitar 65-70% sidik jari manusia, Pola Whorl 25-30%, sedangkan pola arch
5-10%.
Pola sidik jari dipengaruhi oleh faktor genetik, namun tidak secara
langsung oleh satu gen ganda tertentu. Pembentukan pola sidik jari adalah
hasil dari interaksi berbagai gen yang mempengaruhi perkembangan embrio
dan struktur kulit pada individu.
Ada beberapa alasan mengapa pola sidik jari dipengaruhi oleh faktor genetik:
24
Pengumpulan Data Total Finger Ridge Count
Total Finger Frekuensi Persentase
Ridge Count
Laki- Laki 1049 16,77%
Perempuan 5205 80,34%
∑f = 6254
Jumlah ridge (rigi) pada sidik jari laki-laki biasanya lebih besar daripada
perempuan. Ini adalah salah satu perbedaan fisik antara sidik jari laki-laki dan
perempuan yang dapat digunakan dalam analisis forensik. Penjelasan utama
untuk perbedaan ini adalah faktor hormon selama perkembangan embrio.
Jumlah total angka finger ridge count (FRC) pada laki-laki dan
perempuan dapat bervariasi secara individual dan tidak ada angka pasti yang
sama untuk semua individu. FRC adalah salah satu dari banyak karakteristik
yang diperhatikan dalam analisis sidik jari. Jumlah angka ini bisa berbeda di
setiap jari dan di setiap tangan.
Masing-masing individu memiliki sidik jari yang unik, dan pola dan
posisi dari berbagai jenis garis, pegas, silang, dan busur yang terdapat dalam
sidik jari adalah yang paling penting dalam identifikasi forensik.
Ketika ada perbedaan dalam FRC antara individu, hal ini lebih
cenderung disebabkan oleh faktor genetik dan variabilitas individu daripada
perbedaan gender. Oleh karena itu, tidak ada basis ilmiah yang kuat untuk
mengatakan bahwa jumlah total FRC pada laki-laki lebih besar daripada
perempuan secara umum.
25
Tabel. 2 Analisis Data
Analisis Data Pola Sulur Jari Tangan
Arch Loop Whorl Jumlah
O 8 380 112 500
(Jumlah
Pola
Sulur
Jari
Tangan
)
E 25 350 125 500
D 17 30 -13 0
x2 11,56 2,57 1,35 15,48
∑x2 15,48
26
Jika f hitung > f tabel, maka H0 diterima, H0 menyatakan bahwa distribusi
observasi antara kelompok-kelompok kategori adalah sama. Tidak ada
hubungan antara gen ganda dengan pola sulur (arch, loop, dan whorl).
Secara teoritis, Pola sidik jari adalah pola yang bersifat individual,
genetik dan juga unik yang tidak bisa diubah lagi selama hidup. Pembentukan
pola pada sidik jari sendiri terjadi pada bulan ketiga dan keempat saat
kehamilan. Pola sidik jari juga dapat dijadikan sebagai pengenalan identitas
seseorang karena memiliki karakteristik yang individual, sehingga analisis pola
sidik jari sering dilakukan pada kasus-kasus kriminal. Selain itu, penelitian
juga menemukan bahwa analisis pada pola sidik jari seseorang dapat
dijadikan sebagai alat untuk mengidentifikasi penyakit-penyakit tertentu yang
berkaitan erat dengan genetika (Manjusha et al., 2017).
Hasil analisis data yang tidak sesuai bisa terjadi karena beberapa faktor,
diantaranya:
1. Variabilitas Individual: Setiap individu memiliki pola sidik jari yang unik.
Variabilitas antara individu dapat membuat analisis dan perbandingan yang
memakan waktu dan rumit.
2. Perubahan Seiring Waktu: Pola sidik jari seseorang cenderung stabil
sepanjang hidup. Namun, perubahan alami seperti kerusakan kulit, luka
bakar, atau penyakit kulit dapat memengaruhi pola sidik jari.
3. Tantangan Pemrosesan Data: Dalam penelitian yang melibatkan banyak
sidik jari, pengumpulan dan pemrosesan data bisa menjadi tugas yang
rumit. Kecanggihan perangkat lunak diperlukan untuk menganalisis sidik
jari dengan cepat dan akurat.
4. Kualitas Sidik Jari: Kualitas sidik jari yang diambil bisa bervariasi
tergantung pada kondisi lingkungan, peralatan yang digunakan, dan
metode pengambilan sidik jari. Sidik jari yang buruk bisa menyulitkan
analisis.
5. Etika dan Privasi: Dalam penelitian forensik, penting untuk memperhatikan
masalah etika dan privasi terkait dengan penggunaan data sidik jari
individu, terutama dalam konteks hukum.
6. Keterampilan Analisis: Analisis sidik jari memerlukan keterampilan khusus
dan pelatihan. Mengidentifikasi pola dan karakteristik pada sidik jari
memerlukan tingkat keahlian tertentu.
7. Penyebaran data populasi : Karena populasi yang diteliti hanya 50
responden dan sampel yang terbatas hal ini memungkinkan variasi pola
sidik jari tidak beragam sehingga didapatkan data yang kurang sesuai.
Maka diperlukan ketelitian dan keahlian dalam meneliti pola sidik jari
ini, sehingga segala hambatan dapat teratasi dan hasil penelitian dapat
membuktikan kebenaran teori yang ada.
27
Analisis Data Total Finger Ridge Count
Jenis Kelamin
Pria (rata- rata) Wanita (rata- rata)
O 174 118
E 144 127
D 30 -9
x2 6,25 0,63
∑�2 6,88
Untuk mencari rata-rata dari Total Finger Ridge Count, dapat digunakan
rumus sebagai berikut :
( )
Rumus Rata-rata : ( )
1. Variabilitas Individu: Jumlah total ridges dalam sidik jari dapat bervariasi
antar individu, baik laki-laki maupun perempuan. Oleh karena itu, dalam
analisis forensik, penting untuk memeriksa sidik jari setiap individu secara
terpisah.
28
2. Perbedaan Tangan Kanan dan Kiri: Tangan kanan dan tangan kiri dalam
satu individu mungkin memiliki jumlah ridges yang sedikit berbeda. Jadi,
dalam beberapa kasus, peneliti perlu memeriksa kedua tangan untuk
mendapatkan informasi yang lebih lengkap.
3. Peralatan dan Perangkat Lunak: Dalam analisis sidik jari, digunakan
peralatan dan perangkat lunak khusus yang dirancang untuk menghitung
jumlah ridges. Kesalahan teknis dalam penggunaan peralatan atau
perangkat lunak dapat mengakibatkan kesalahan pengukuran.
29
B. Pigmentasi Kulit
Pengumpulan Data Pigmentasi Kulit
Golongan Warna Kulit Frekuensi Persentase
Gol I 0 0%
Gol II 20 40 %
Gol III 10 20 %
Gol IV 18 36 %
Gol V 2 4%
Gol VI 0 0%
∑f = 50
Adapun suku-suku yang kami dapat dari 50 sampel yaitu : Suku Batak
Toba sebanyak 27 orang, Batak Karo sebanyak 4 orang, Batak Mandailing
sebanyak 3 orang, Batak Pakpak sebanyak 1 orang, Jawa sebanyak 9 orang,
Aceh sebanyak 3 orang, Sunda 1 orang, Nias 1 orang, dan Melayu 1 orang.
Secara teori dikatakan, mayoritas warna kulit Suku Jawa, Suku Sunda,
dan Suku Batak adalah sawo matang (Gol III), Sedangkan pada suku yang
jumlahnya lebih sedikit seperti Suku Papua mayoritas berkulit gelap (Laksono,
2017).
30
termasuk Deutro Melayu adalah Aceh, Minangkabau, Melayu (Sumatera
daerah pesisir), Lampung, Jawa, Sunda, Madura, Bali, Makasar, Bugis,
Manado, Minahasa dan sekitarnya. Orang Jakarta (Betawi), Borneo, Banjar
dan penduduk pesisir Sulawesi adalah campuran Deutro dan Proto Melayu.
Ciri-ciri ras Deutro-Melayu adalah rambut lurus, kulit kuning kecoklatan dan
ada kalanya sipit pelupuk matanya. Warna kulit makin ke arah Indonesia
Timur makin gelap, sedangkan makin ke arah Indonesia Barat berwarna
kuning langsat. Suku Aceh termasuk sub-ras Deutro- Melayu, yang di
perkirakan berasal dari wilayah Indo Cina, khusus bagi mereka yang
menempati daerah pesisir berasal dari Campa dan Khmer (Kamboja)
(Komalawati et al, 2013).
31
Gambar 1. Grafik Pigmentasi dari Hasil Pengamatan
32
IV. Kesimpulan
Alel merupakan bentuk alternatif sebuah gen yang terdapat pada lokus
(tempat tertentu) atau bisa dikatakan alel adalah gen-gen yang menempati
atau terletak pada lokus yang sama pada kromosom homolognya yang
mempunyai tugas. berlawanan untuk suatu sifat tertentu. Alel ganda adalah
beberapa alel lebih pada satu gen yang menenmpati lokus yang sama pada
kromosom homolognya. Sifat genetik manusia yang ditentukan oleh alel
ganda diantaranya adalah golongan darah dan tumbuhnya segmen digitalis
pada ruas tengah jari. Ditribusi golongan darah yang didapat dari hasil
pengambilan sampel golongan darah anggota keluarga kelompok kami yakni;
Golongan darah A dengan presentase 12,5% , Golongan darah B; 18,75%,
Golongan darah AB 4,16% dan Golongan darah O dengan Presentase
64,58%. Sedangkan frekuensi sifat rambut pada segmen digitalis kedua
tangan pada populasi mahasiswa PSPB 2021 B yaitu: H 1 dengan presentase
3,7%; H2 5,56%; H3 7,4%; H4 7,4%; H5 dengan presentase 75,92%. Alel
ganda terjadi disebabkan oleh adanya peristiwa mutasi gen. Dimana gen
dapat dapat berubah menjadi bentuk-bentuk alternatif oleh proses mutasi.
Gen ganda adalah suatu seri gen yang menentukan pewarisan secara
kuantitatif. Pewarisan sifat-sifat keturunan dari gen ganda melibatkan hukum
pewarisan Mendel, yang menjelaskan bagaimana alel-alel tersebut dapat
dikombinasikan dan diwariskan dari orangtua ke keturunan. Sifat pada
manusia yang dipengaruhi oleh gen ganda adalah warna mata, warna rambut,
tinggi badan, pola sulur pada jari, pigmentasi kulit, dll. Pola sulur yang
diwariskan secara poligen terlibat dalam sifat-sifat kompleks yang dipengaruhi
oleh banyak gen. Pola sulur poligenik melibatkan banyak gen yang bersama-
sama memberikan kontribusi terhadap fenotipe. Setiap gen memberikan
kontribusi kecil terhadap variasi fenotipe. Pewarisan poligenik menyebabkan
keragaman fenotipe yang sangat luas dalam populasi. Meskipun rata-rata
fenotipe mungkin ditempatkan pada titik tengah distribusi normal, variasi
individu dalam populasi sangat bervariasi. Warna kulit manusia juga
dipengaruhi oleh alel-alel yang terletak pada gen ganda. Alel-alel tersebut
mengontrol jumlah melanin dalam kulit, yang pada gilirannya mempengaruhi
warna kulit dari sangat terang hingga sangat gelap. Uji Chi-Square dapat
digunakan untuk menguji hubungan antara distribusi fenotipe (misalnya, pola
sulur dalam populasi mahasiswa) dan distribusi genotipe yang diharapkan
berdasarkan hukum pewarisan Mendel. Jika ada perbedaan yang signifikan
antara fenotipe yang diamati dan yang diharapkan, hasil uji Chi-Square akan
menunjukkan bahwa pola sulur tersebut tidak mengikuti hukum pewarisan
Mendel. Dari hasil penghitungan dengan uji Chi-Square pada pengamatan
kami, di dapat bahwa data tidak sesuai dengan teori yang ada (F hitung > F
tabel). Faktor-faktor seperti lingkungan dan genetika dapat mempengaruhi
pola sulur dan pigmentasi kulit. Misalnya, paparan sinar matahari dapat
mempengaruhi produksi melanin, yang dapat mengubah warna kulit. Gen juga
memainkan peran penting dalam menentukan pola sulur, seperti gen yang
mengontrol triradius pada sidik jari, pertumbuhan rambut atau bentuk wajah.
33
Daftar Pustaka
Adnan. (2018). Genetika I; Arif Memahami Kehidupan. Makassar : Badan Penerbit
Universitas Negeri Makassar.
Akbar, R.T., Soewarto, H., Aries, M. Iplementasi Sistem Hereditas Menggunakan
Metode Persilangan Hukum Mendel untuk Identifikasi Pewarisan Warna Kulit
Manusia. Bogor, Universitas Pakuan.
Amalia, A., Ernawati, Yudi, S. (2018). Deteksi Warna Kulit Menggunakan Ruang
Warna YCBCR dan Identifikasi Ras Manusia Menggunakan Backpropagation
Neural Network. Jurnal Rekursif, 6(1), 1-12.
Anderson, C. A., Pettersson, F. H., Clarke, G. M., Cardon, L. R., Morris, A. P., &
Zondervan, K. T. (2010). Data Quality Control in Genetic Case-Control
Association Studies. Nature Protocols, 5(9), 1564-1573.
Campbell, Neil A. dkk. 2002. Biologi. Ed ke-5 Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Campbell N A, Reece J B, Urry L A, et al. 2010. Biologi Jilid 1 Edisi Kedelapan.
Jakarta: Erlangga.
Hasanah, H., Friska, F.D., Ismiarti, Mufidah, I.T. Vishtari, S. (2022). Rasio Pola Sulur
(Dermatoglifi) antara Mahasiswa Biologi (FMIPA) dengan Mahasiswa Seni
Rupa (FBS) yang Berkaitan dengan Hobi Melukis. Prosiding Semnas Bio. UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Haqq, J. (2016). Variasi Distribusi Golongan Darah ABO. Dalam Manusia Makhluk
Sosial Biologis. (M. Dyah Artaria, Ed.). Surabaya : Airlangga University Press.
Halaman 79-95.
Hikma. E. N. et.al. (2021). “Gambaran Golongan Darah Sistem ABO dan Rhesus
Suku Asli Sumatera Selatan”. Journal of Medical Laboratory and Science.
1(1);16-21.
Komalawati, Etty, I., Al, S. (2013). Profil Jaringan Lunak dan Keras Wajah Lelaki dan
Perempuan Dewasa Etnis Aceh Berdasarkan Keturunan Campuran Arab,
Cina, Eropa dan Hindia. Cakradonya Dent J, 5(2), 542-618.
Laksono, S.A. (2017). Hubungan Warna Kulit dengan Citra Tubuh dan Harga Diri
Mahasiswa di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Skripsi. Surabaya,
Universitas Airlangga.
Manjusha, P. Et all. (2017). Analysis of a lip print and fingerprint patterns in patients
with type II diabetes mellitus. Journal of Oral and Maxillofacial pathology.
21(2), pp.309-315.
Mundijo, T., & Mitayani, P. (2017). Dominant Inheritance of a Whorl Fingerprint in
Staff Families of Medical Faculty Muhammadiyah University
Palembang. Jurnal of Kedokteran Brawijaya, Vol 29, No. 04, pp.312-315.
Musdary, Haq, Pane, Wardoyo, Zamasi. (2023). Penuntun Praktikum Genetika. Pola
Pewarisan Sifat Alel dan Gen Ganda.
Mustami, M.K. (2013). Genetika. Makassar : UIN Alauddin.
Plomin, R., DeFries, J. C., Knopik, V. S., & Neiderhiser, J. M. (2013). Behavioral
Genetics. Worth Publishers.
Singh, S. Et al. (2016). Study of a Fingerprint Patterns to Evaluate the Role of
Dermatoglyphycs in Early Detection of Bronchial Asthma. Journal of Natural
Sience, Biology and Medicine. 7(1), pp. 43.
34
Suryo. 2008. Genetka Manusia. Ed ke-2.Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Telaumbanua, T. (2019). Kaum Milenial dan Kebudayaan Nias: Di persimpangan
Jalan. Jurnal Sundermann, 1(1), 1-16.
Tussakinah, W., Masrul, M., & Burhan, I. R. (2018). Hubungan antara Pola Makan
dan Tingkat Stres terhadap Kekambuhan Gastritis di Wilayah Kerja
Puskesmas Tarok Kota Payakumbuh Tahun 2017. Jurnal Kesehatan Andalas,
7(2), 217-225.
Xue W, Han W, Zhou ZS. (2013). Polymorphisms are Associated with Asthma and a
Distinctive Palm Dermatoglyphic Pattern. Molecular of Medicine Reports, 8(6).
1759-1800. Doi: 10. 3892/mmr.2013.1733.
35
Lampiran
Lampiran 1. Laporan Sementara
1.Alel Ganda
36
37
2. Gen Ganda
38
39
40
Lampiran 2. Dokumentasi Praktikum
Alel Ganda
Gambar.2 H5 : Tidak ada rambut pada keempat jari, tidak termasuk ibu jari
41
Gen Ganda
Gambar 3
Gambar 4
42
Gambar 5
Gambar 6
43
Gambar 7
Gambar.8 Proses Pengambilan Data Pola Sulur dan Pigmentasi Kulit (gbr 3-8)
44