Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum Genetika

GENETIKA POPULASI
Nafa Febrianti Mutia Dewi*, A.S. Nariswari, D. Sioe, J. Liadi, L. Djamilah, M.N. Latifa, Yosafat, N. S.
Hazmi

Universitas Indonesia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Departemen Biologi
November 2019

Abstrak

Populasi memiliki variasi yang diakibatkan oleh perbedaan alel atau komposisi genetik pada setiap individu.
Genetika populasi merupakan cabang ilmu genetika yang mempelajari frekuensi alel dalam populasi yang kemudian
diuraikan secara sistematis penyebaran alelnya. Dalam perhitungannya praktikum genetika populasi menggunakan rumus
p2+2pq+q2=1 yang merupakan prinsip Hardy-Weinberg. Hukum Hardy-Weinberg berkaitan erat dengan genetika populasi
karena membahas keseimbangan frekuensi alel dan frekuensi genotip dalam populasi. Tujuan praktikum ini agar praktikan
dapat memahami hubungan antara fenotip dan frekuensi alel, menguji kesesuaian hukum Hardy-Weinberg dengan tongue
rolling, ear lobe, PTC, dan golongan darah serta memahami perhitungan frekuensi alel dan genotip dengan persamaan
Hardy-Weinberg. Praktikum dimulai dengan pengamatan fenotip setiap individu, kemudian hasil diproses menggunakan
persamaan Hardy-Weinberg hingga didapatkan frekuensi alel dan genotip yang kemudian dibandingkan dengan hukum
Hardy-Weinberg. Hasil praktikum, frekuensi tinggi badan praktikan condong ke kiri dengan modus pada rentang 154-158
cm dan praktikum lainnya menunjukan kesesuaian data yang didapat dengan hukum Hardy-Weinberg.
Kata kunci: frekuensi alel; genetika populasi; hukum Hardy-Weinberg

1. Pendahuluan
Mempelajari dan melakukan praktikum mengenai mengkarakterisasi dinamika populasi itu sendiri.
genetika populasi memiliki banyak manfaat bagi Keragaman genetik yang tinggi, struktur rendah dan
praktikan seperti memberikan informasi demografi dan jumlah migran tinggi per generasi turut mendukung aliran
dinamika spesies invasif yang membahayakan agar gen. mempelajari genetika populasi juga dapat
terciptanya sebuah strategi pengendalian, mengevaluasi memberikan gambaran dasar mengenai mekanisme
keragaman genetik dari struktur populasi dan evolusi (Charlesworth 2015: 667).

*) kelompok 5B 1
Genetika populasi adalah cabang ilmu genetika yang (p+q)2 = p2+2pq+q2 = 1, p+q = 1 untuk biallelic dengan p
mempelajari proses pewarisan sifat (hereditas) suatu berperan sebagai alel dominan dan q alel resesif.
individu, perkembangan komposisi genetika, serta (p+q+r)2 = p2+q2+r2+2pq+2pr+2qr = 1, p+q+r = 1 untuk
perubahan komposisi genetika pada suatu populasi. 3 alel dalam satu lokus dan seterusnya untuk polyallelic
Komposisi genetika pada suatu populasi merupakan (Elston et al., 2012: 2).
gabungan dari frekuensi alel genotipe yang berbeda pada
Pewarisan genetika secara garis besar terbagi menjadi
populasi tersebut. Frekuensi alel genotipe berkaitan
2 berdasarkan alel nya, yang pertama adalah single
dengan fenotipe yang dihasilkan tiap individu, dimana
genetic inheritance dan polygenetic inheritance. single
fenotipe yang berbeda pada karakter sifat tertentu dapat
genetic inheritance adalah kondisi dimana terdapat sifat
dilihat dari alel penyusun sebuah gen yang berbeda.
yang dikontrol oleh satu gen, single genetic inheritance
Variasi antar individu pada suatu populasi juga
ini terbagi lagi menjadi diallelic atau biallelic yang terdiri
disebabkan adanya perbedaan genotipe dan frekuensi alel
dari 2 variasi alel dan polyallelic atau multiallelic yang
genotipe yang terkandung didalamnya (Griffiths dkk.
terdiri lebih dari 2 variasi alel. Polygenetic inheritance
2005: 612−614).
adalah kondisi dimana terdapat sifat yang melibatkan
Hukum Hardy-Weinberg sangat berkaitan dengan
banyak gen (Reece dkk 2011: 271—274).
genetika populasi. Hukum ini menyatakan bahwa ”dalam
populasi yang besar dengan perkawinan acak, frekuensi Single genetic inheritance dapat ditemukan dengan
gen dan genotipe akan tetap sama dari generasi ke mudah di dalam suatu populasi, seperti contoh diallelic
generasi bila tidak ada gangguan mutasi, migrasi, dan atau biallelic yang dapat ditemukan pada sifat ear lobe
seleksi alam”. Hukum Hardy-Weinberg memiliki 5 syarat dimana bentuk morfologi daun telinga yang
agar dapat mencapai kesetimbangan, diantaranya adalah memunculkan dua sifat yaitu, detached ear lobe dan
populasi berjumlah banyak, tidak terjadi mutasi, tidak attached ear lobe. Detached ear lobe ini memiliki
terjadi migrasi, perkawinan acak dan tidak terjadi seleksi karakteristik fenotip bentuk morfologi daun telinga yang
alam. Jika kelima syarat tersebut tidak tercapai maka akan terpisah atau memiliki sekat atau terpisah dengan kulit
mengganggu kesetimbangan populasi dimana dapat wajah, fenotip ini memiliki alel dominan yang diberi
mengubah perbandingan alel pada populasi tersebut tanda (FF), sedangkan attached ear lobe morfologi
(Basavarajaiah 2017: 7—8). bentuk daun telinganya menempel pada kulit wajah dan
Alel merupakan variasi atau bentuk alternatif dari memiliki alel resesif (ff) (Ordu K. S. dkk 2014: 1—2).
urutan DNA pada suatu lokus. Lokus merupakan suatu Lidah merupakan organ pengecap yang berotot dan
tempat yang terdapat pada genom. Kemunculan satu alel memiliki kemampuan untuk menggulung,atau membuat
pada suatu lokus disebut monoallelic, dua alel disebut lipatan di ujung lidahnya, kemampuan ini disebut dengan
diallelic atau biallelic, dan lebih dari dua alel disebut tongue rolling. Akan tetapi tidak semua orang memiliki
polyallelic atau multiallelic. Frekuensi alel adalah kemampuan untuk tongue rolling, karena tongue rolling
perbandingan alel pada satu lokus dalam suatu populasi. disebabkan oleh gen dominan (TT) dan orang yang tidak
Persamaan Hardy-Weinberg dapat dirumuskan menjadi: bisa menggulung atau melipat lidahnya bersifat resesif

2
dengan gen (tt). Phenylthiocarbamide (PTC) merupakan mempengaruhi suatu fenotip. Variasi fenotip dapat
sifat yang diatur oleh satu gen dengan dua alel. disebabkan oleh faktor lingkungan yang tidak bergantung
Karakteristiknya memberikan mekanisme melalui pada genotip. QTL bersifat berkelanjutan, di mana alokasi
persepsi rasa pahit di lidah dan termasuk senyawa yang frekuensinya dapat dibentuk. Apabila alokasinya normal,
memiliki gugus cincin fenil. Gen reseptor yang maka akan terbentuk kurva standar (bell curveI). Dalam
bertanggung jawab atas kemampuan untuk merasakan QTL dapat ditemukan dua karakter yaitu karakter kontinu
phenylthiocarbamide (PTC) adalah TASR38. Individu dan karakter diskrit. Karakter kontinu adalah sifat variasi
yang bisa sangat peka terhadap rasa pahit bersifat tester yang berkelanjutan sehingga dapat terbentuk susunan
(T) dan individu yang tidak merasakan pahit bersifat non genotip. Karakter diskrit adalah sifat yang berkebalikan
tester (NT) (Sun-Wei Guo dkk 2009: 111). dengan kontinu, di mana sifat ini tidak berkelanjutan serta
Single genetic inheritance pada multiallelic bergantung pada perhitungan jumlah individu pada tiap
merupakan gen yang mengatur sifat tertentu dan terdiri vaerietas yang berbeda (Reece dkk 2011: 274).
lebih dari dua alel. Sistem penggolongan darah ABO pada Contoh kasus pada inheritance polygenic dapat
manusia merupakan salah satu contoh dari multiallelic ditemui pada warna mata pada manusia karena fenotip
karena ditentukan lebih dari dua bentuk alel, dimana nya dipengaruhi oleh 16 gen yang berbeda-beda. Hal ini
A
golongan darah ini ditentukan oleh 3 alel antara lain I , dapat ditentukan oleh jumlah melanin pada pigmen warna
B O
I , dan I yang menghasilkan jumlah genotip dan fenotip cokelat yang dimiliki seseorang pada bagian mata lebih
berbeda. Jumlah genotip yang dihasilkan memunculkan spesifiknya adalah iris mata. Individu yang memiliki mata
enam kemungkinan dan untuk kemungkinan fenotip yang hitam dan cokelat gelap dipercaya memiliki banyak
A A A O
muncul ada empat, antara lain genotip I I dan I I yang pigmen melanin apabila dibandingkan dengan mata
menghasilkan fenotip golongan darah A. Genotip dengan cokelat atau hijau, lalu untuk mata yang berwarna biru
alel IB IB dan IB IO akan memunculkan fenotip diidentifikasi bahwa tidak mengandung pigmen melanin.
bergolongan darah B. Genotip IA IB menghasilkan Selain itu kasus pada inheritance polygenic, dapat
golongan darah AB dan yang terakhir adalah genotip ditemui pada warna kulit (skin color). Skin color pada
yang terdiri dari IOIO menghasilkan fenotip golongan manusia dipengaruhi oleh pigmen melanin. Gen yang
darah O (Reece dkk 2011: 272—273). Selain itu jika menentukan warna kulit masing-masing mempunyai dua
dilihat dari keberadaan antibodi nya penggolongan darah alel dan terletak pada kromosom yang berbeda. Warna
sistem ABO juga dapat didasarkan jika golongan darah A kulit gelap memiliki sifat yang dominan (D) sedangkan
memiliki antibodi anti-A, golongan darah B memiliki pada warna kulit terang bersifat resesif (d) (Sturm dkk.
antibodi anti-B, dan golongan darah O memiliki antibodi 2009: 544 – 562).
anti-A dan anti-B , sedangkan golongan darah AB tidak
Praktikum genetika populasi ini memiliki beberapa
memiliki antibodi baik anti-A maupun anti-B (Laura
tujuan, yang pertama memberikan pemahaman mengenai
2005: 27).
hubungan antara fenotip dan frekuensi alel pada populasi
Quantitative Trait Locus (QTL) merupakan sebuah praktikan genetika 2019. Kedua, untuk mengetahui
lokus genetik yang di dalamnya terdapat alel yang dapat kesesuaian antara tongue rolling, ear lobe, PTC, dan

3
golongan darah dengan hukum Hardy-Weinberg. Ketiga, diproses dan dicocokan apakah sesuaikan dengan hukum
memberikan pemahaman mengenai perhitungan Hardy-Weinberg atau tidak.
frekuensi gen (alel) dan frekuensi genotip dengan
persamaan Hardy-Weinberg. 3. Hasil dan Pembahasan
Hasil Praktikum genetika populasi angkatan 2019
diuraikan melalui tabel dan kurva untuk tinggi badan,
2. Metodologi
tinggi badan yang didata dan dianalisis merupakan tinggi
Alat yang digunakan pada praktikum genetika
badan praktikan yang datang saat praktikum, hasil
populasi, yaitu kertas, alat tulis, , meteran dan kalkulator.
menunjukan bahwa kurva tidak berbentuk standar (bell
Bahan yang diperlukan diantaranya, sayuran (brokoli,
curve) melainkan frekuensi tinggi badan praktikan
kembang kol dan kubis) yang sudah direbus selama 5-10
condong ke kiri dengan modus pada rentang 154-158.
menit tanpa garam maupun gula dan populasi praktikan
Alasan kurva tidak berbentuk standar (bell curve) ini
Genetika 2019. Praktikan dijadikan objek pada praktikum
disebabkan oleh beberapa faktor seperti kesalahan dalam
karena akan diamati variasi karakter fenotip nya.
perhitungan tinggi badan karena perbedaan alat ukur dan
Langkah kerja yang dilakukan pada praktikum
acuan pengukur tiap kelompok praktikan yang juga dapat
genetika populasi yaitu, disiapkannya alat dan bahan yang
menyebabkan pengklasifikasian data tinggi badan
akan digunakan. Kemudian, tinggi badan semua
berbeda (Rabinovich, 2006: 20—22). Tinggi badan
praktikan diukur dengan meteran lalu data ditulis, dan
praktikan dibagi menjadi 8 kelas, yaitu kelas 1 (144-148)
ditabulasi. Data tinggi badan yang sudah ditabulasikan,
berjumlah 4 orang, kelas 2 (149-153) berjumlah 20 orang,
dibuat dalam bentuk kurva. Pengamatan golongan darah
kelas 3 (154-158) berjumlah 40 orang, kelas 4 (159-163)
dimulai dari golongan darah tiap praktikan didata,
berjumlah 32 orang, kelas 5 (164-168) berjumlah 24
kemudian dicatat secara kolektif.
orang, kelas 6 (169−173) berjumlah 14 orang, kelas 7
Pengamatan selanjutnya adalah PTC, bahan sayuran
(174-178) berjumlah 5 orang, kelas 8 (178−183)
(brokoli, kembang kol dan kubis) yang sudah direbus
berjumlah 2 orang. Total frekuensi dari distribusi tinggi
dimakan oleh setiap praktikan dan dirasakan terasa pahit
badan praktikan adalah 141.
atau tidak, apabila pahit maka masuk kategori tester
Pengamatan PTC pada populasi praktikan genetika
apabila dirasa tidak pahit tetapi hambar atau manis maka
paralel siang 2019 didapatkan 34 orang yang merasakan
masuk kategori non tester. Pengamatan dilanjutkan
pahit dengan frekuensi fenotipe alel tester (TT) atau alel
dengan Attached ear-lobe, langkah kerjanya setiap
dominan (p) sebesar 0,2781 sedangkan 37 orang tidak
pasang telinga praktikan diamati apakah dominan dimana
merasakan apapun dengan frekuensi alel non-tester (NT)
daun telinga bagian bawah melekuk dan membulat atau
atau alel resesif (q) sebesar 0,7219. Selain itu, didapatkan
resesif dimana daun telinga bagian bawah langsung
3 hasil frekuensi genotipe lainnya yaitu alel tester
menyatu. Langkah kerja pada pengamatan tongue rolling
homozigot (p2) sebesar 0,0773, alel tester heretozigot
diawali dengan didatanya lidah praktikan apakah dapat
(2pq) sebesar 0,4015, dan alel non-taster homozigot (q2)
dilipat (dominan) ataukah tidak dapat dilipat (resesif).
sebesar 0,5211. Untuk pengamatan Tongue Rolling pada
Semua data yang didapatkan dicatat untuk kemudian

4
populasi praktikan genetika paralel siang 2019 q2 = 1, p + q = 1. Persamaan Hardy-Weinberg dapat
didapatkan 46 orang yang dapat melakukan tongue diaplikasikan dalam perhitungan probabilitas frekuensi
rolling dengan frekuensi fenotipe alel roller (TT) atau alel alel dalam populasi praktikan. Oleh karena itu dapat
dominan (p) sebesar 0,4066 sedangkan 25 orang tidak dikatakan bahwa ditemukan kesesuaian hukum Hardy-
dapat melakukan tongue rolling dengan frekuensi Weinberg dengan fenotip yang diamati. Dua alel yang
fenotipe alel non-roller (tt) atau alel resesif (q) sebesar menjadi pemisalan dalam hukum Hardy-Weinberg sudah
0,5934. Selain itu, didapatkan 3 hasil frekuensi genotipe merepresentasikan fenotip pada anggota populasi baik
2
lainnya yaitu alel roller homozigot (p ) sebesar 0,1653, dalam pengamatan PTC, tongue rolling maupun ear lobe
alel non-roller heterozigot (2pq) sebesar 0,4826, dan alel (Ahluwalia 2009: 418—419). Namun Hukum Hardy-
non-roller homozigot (q2) sebesar 0,3521. Weinberg yang menyatakan bahwa alel dominan
Pengamatan earlobe pada populasi praktikan seharusnya lebih banyak dibandingkan dengan alel
genetika paralel siang 2019 didapatkan 52 orang dengan resesif. Hasil pengamatan pada praktikum fenotip
free earlobe yang memiliki frekuensi fenotipe alel praktikan genetika 2019, untuk tongue rolling, attached
dominan sebesar 0,4827 atau detached sedangkan 19 earlobe serta kemampuan merasakan PTC belum sesuai
orang dengan attached earlobe memiliki frekuensi dengan hukum Hardy-Weinberg (Elston et al., 2012: 2).
fenotipe alel resesif sebesar 0,5173. Selain itu, didapatkan Golongan darah IO memiliki frekuensi alel yang
3 hasil frekuensi genotipe lainnya yaitu alel detached besar dari yang golongan darah lainnya hal ini sudah
homozigot (p2) sebesar 0,2330, alel detached heterozigot sesuai dengan hukum Hardy-Weinberg polyallelic yang
(2pq) sebesar 0,4994, dan alel attached homozigot (q2) dirumuskan sebagai (p + q + r)2 = p2 + q 2 + r2 + 2 pq +
sebesar 0,2676. Pengamatan golongan darah dari satu 2pr + 2qr = 1), p + q + r = 1. Hukum Hardy-Weinberg
angkatan didapatkan hasil frekuensi alel golongan darah dapat berlaku jika memenuhi syarat salah satunya yaitu
A sebesar 0,14, untuk golongan darah B sebesar 0,197, ukuran populasi harus besar. Kesetimbangan populasi
golongan darah O sebesar 0,663, dan golongan darah AB tidak akan tercapai apabila populasi kecil karena, dalam
sebesar 0,05516. Selain itu, data frekuensi alel populasi yang kecil kemungkinan untuk terjadi perubahan
berdasarkan data kelompok 5 paralel siang didapatkan frekuensi alel yang dipicu perkawinan tidak acak akan
frekuensi alel golongan darah A sebesar 0,08082, sangat besar, selain itu dalam populasi yang kecil jumlah
golongan darah B sebesar 0,075, dan golongan darah O salinan alel yang ada berjumlah lebih sedikit hal ini
sebesar 0,845. menjadi pembuka kesempatan untuk kemungkinan
terjadinya kejadian acak yang disebut genetic drift
Perhitungan data fenotipe dengan hukum Hardy-
(Raven 2002: 424 - 425).
Weinberg pada pengamatan PTC, tongue rolling dan
4. Kesimpulan
attached earlobe dapat disimpulkan bahwa jumlah
Genetika populasi merupakan cabang ilmu genetika
frekuensi alel sifat resesif lebih banyak dibandingkan
yang mempelajari proses pewarisan sifat (hereditas) suatu
sifat dominan. Pengamatan tongue rolling, attached
individu, perkembangan komposisi genetika, serta
earlobe, dan PTC sesuai dengan hukum Hardy-Weinberg
perubahan komposisi genetika pada suatu populasi yang
biallelic yang dirumuskan sebagai (p + q)2 = p2 + 2pq +

5
kemudian diuraikan secara sistematis penyebaran alelnya. Ordu K. S, Didia B. C, Egbunefu N. 2014. Inheritance
Berdasarkan hasil pengamatan PTC ,tongue rolling, dan pattern of earlobe attachment amongst
attached earlobe pada praktikan dapat disimpulkan bahwa Nigerians.Greener Journal of Human Physiology
jumlah frekuensi alel resesif lebih banyak daripada and Anatomy. Vol 2 (1). 1—2 hlm.
dominan hal ini kurang sesuai dengan literatur. Rabinovich, S. G. 2006. Measurement Errors and
pernghitungan frekuensi alel dapat menggunakan Uncertainties: Theory and Practice. Springer
persamaan Hardy-Weinberg dengan rumus (p + q)2 = p2 + Science & Business Media: xii + 308 hlm.
2pq + q2 = 1, p + q = 1 untuk biallelic untuk perhitungan Raven, P. H., & G. B. Johnson. 2002. Five Agents of
PTC, tongue rolling, dan attached earlobe. Perhitungan Evolutionary Change. 6th ed. The McGraw-Hill,
polyallelic yang digunakan dalam perhitungan golongan Boston: 426 – 427.
darah dapat menggunakan rumus (p + q + r)2 = p2 + q 2 + Reece, J. B. L. A. Urry,M. L. Cain, S. A. Wasserman. P.
r2 + 2 pq + 2pr + 2qr = 1), p + q + r = 1. Hasil pengamatan V. Minorsky & R. B. Jackson. 2011. Biology. 9th ed.
tinggi badan praktikan menunjukan kurva tidak normal Person Education, San Fransisco: xlvi + 1424 hlm.
dengan frekuensi condong ke kiri dan modus berada pada Sun-Wei Guo. Danielle R. Reed. 2009. The Genetics of
rentang 154-158 cm. Phenylthiocarbamide Perception. Journal Annals of
Human Biology. Vol 28. 111—142 hlm.
5. Daftar Acuan Strum, R. A., M. Larsson. Genetics of Human Iris Color
Ahluwalia, K. B. 2009. Genetics 2nd ed. New Age and Patterns. 2009. Journal of Human Genetic
International Ltd., Publisher, New Delhi: xiii + 22(5): 544 – 562.
468 hlm.
Basavarajaiah, D. M. 2017. Advances in Genetic
Statistics: Law of Hardy Weinberg Equilibrium
Revisited. Educreation Publishing, India: xxii +
323 hlm.
Charlesworth, B. 2015. What use is population genetics.
Genetics 200(3): 667-669 hlm.
Elston, R., J. Satagopan, & S. Sun. 2012. Genetic
terminology. Methods in Molecular Biology
(Clifton, N.J.), 850: 1–9 hlm.
Griffiths, Anthony J.F, dkk. 2005. An Introduction to
Genetic Analysis Eight Edition. W.H. Freeman and
Company. v + 706 hlm.
Laura , D. 2005. Blood Group and Red Cell Antigen.
National Center for Biotechnology Information,
AmerikaSerikat: iii + 71 hlm.

6
LAMPIRAN
Data Pengamatan Tinggi Badan Populasi Praktikan Genetika 2019

Pagi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
156 147 148 152 149 152 152 148 156 153
157 150 150 154 154 156 152 153 167 159
159 155 160 156 156 157 154 154 162 160
159 156 162 160 157 158 157 154 176 162
162 164 166 162 163 158 158 160 169 168
166 173 169 167 163 171 159 162 156 168
167 150 178 168 174 179 167 167 156 172

Siang
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
149 144 149 152 150 152 151 155 149 154
157 145 160 153 156 156 152 156 157 154
158 159 163 164 161 156 152 157 157 155
166 159 168 165 165 158 154 161 160 155
168 160 169 169 166 159 156 161 165 158
170 162 170 169 174 160 160 163 166 159
170 165 173 172 175 170 160 164 166 164
180

Banyak kelas : 1 + 3,3 log (140) = 8


180−144
Panjang kelas : 8
=5

Rata-rata : 160,3429

Tabel Distribusi Frekuensi Tinggi Badan Praktikan Genetika 2019


No. Tinggi Badan Titik Tengah (Xi) Frekuensi
1 144-148 146 4
2 149-153 151 20
3 154-158 156 40

7
4 159-163 161 32
5 164-168 166 24
6 169-173 171 14
7 174-178 176 5
8 178-183 181 2

Histogram Tinggi Badan Praktikan


Genetika 2019
50

40
Frekuensi

30

20

10

0
144-148 149-153 154-158 159-163 164-168 169-173 174-178 179-183
Tinggi Badan

8
Tabel Hasil Pengamatan Populasi Praktikan Genetika 2019 Paralel Siang

PTC Rolling Tongue Attached Ear Lobe

Kelompok TT/Tt (pahit) tt (tidak pahit) RR/Rr rr FF/Ff ff

1 2 5 3 4 4 3

2 2 5 5 2 7 0

3 1 6 5 2 4 3

4 5 2 6 1 2 5

5 2 5 5 2 5 2

6 3 4 4 3 4 3

7 5 2 7 0 5 2

8 5 2 6 1 6 1

9 5 2 4 3 7 0

10 4 4 1 7 8 0

Frekuensi Alel Frekuensi Genotip


Sifat Alel2 Jumlah Total p q p^2 2pq q^2
TT/Tt (pahit) 34
PTC tt (tidak pahit) 37 71 0.2781 0.7219 0.0773 0.4015 0.5211
RR/Rr 46
Rolling Tongue rr 25 71 0.4066 0.5934 0.1653 0.4826 0.3521
FF/Ff 52
Attached Ear Lobe ff 19 71 0.4827 0.5173 0.2330 0.4994 0.2676

Perhitungan frekuensi alel dan genotip single gene inheritance variasi dua alel : p2 + 2pq + q2 = 1
a. Perhitungan sifat PTC
Individu dengan fenotipe taster = 34
Individu dengan fenotipe non-taster = 37
q2 = 37/71 = 0,5211
q = √0,5211 = 0.7219
p = 1 - q = 1 - 0.7219 = 0.2781
Frekuensi alel taster = p = 0.2781
Frekuensi alel non-taster = q = 0.7219

9
Frekuensi genotipe taster homozigot = p2= 0.0773
Frekuensi genotipe taster heterozigot = 2pq = 0.4015
Frekuensi genotipe non-taster homozigot = q2 = 0.5211
b. Perhitungan sifat tongue rolling
Individu dengan fenotipe roller = 46
Individu dengan fenotipe non-roller = 25
q2 = 25/71 = 0,3521
q = √0,3521 = 0,5934
p = 1 - q = 1 - 0,5934 = 0,4066
Frekuensi alel roller = p = 0,4066
Frekuensi alel non-roller = q = 0,5934
Frekuensi genotipe roller homozigot = p2= 0,1653
Frekuensi genotipe roller heterozigot = 2pq = 0,4826
Frekuensi genotipe non-roller homozigot = q2 = 0,3521
c. Perhitungan sifat attached-earlobe
Individu dengan fenotipe free = 52
Individu dengan fenotipe attached = 19
q2 = 19/71 = 0,2676
q = √0,2676 = 0,5173
p = 1 - q = 1 - 0,5173 = 0,4827
Frekuensi alel free = p = 0,4827
Frekuensi alel attached = q = 0,5173
Frekuensi genotipe free homozigot = p2 = 0,2330
Frekuensi genotipe free heterozigot = 2pq = 0,4994
Frekuensi genotipe attached homozigot = q2 = 0, 2676

10
Tabel Golongan Darah Praktikan Genetika 2019

SIFAT ALEL Paralel Paralel Total


Pagi Siang
(Jumlah) (Jumlah)
𝐈𝐀 − 15 14 29

Golongan Darah 𝐈𝐁 − 17 17 34

𝐈 𝐀𝐈𝐁 8 8 16

𝐈𝐎𝐈𝐎 30 32 62

Golongan Darah Angkatan


Sifat Fenoti Total (f) alel (f) genotipe
p Praktik
-an p q R 𝐩𝟐 𝐪𝟐 𝐫𝟐 2pq 2pr 2qr
Pagi
dan
Siang
Golonga 𝐈𝐀 − 29 0,14 0,19 0,66 0,0196 0,03880 0,43956 0,05516 0,18 0,261
n Darah 𝐈𝐁 − 34 7 3 9 9 564 222

𝐈 𝐀𝐈𝐁 16
𝐈𝐎𝐈𝐎 62

11
Golongan Darah Kelompok 5 Siang
Sifat Fen Total (f) alel (f) genotipe
otip Prakti
e kan
p q r 𝐩𝟐 𝐪𝟐 𝐫𝟐 2pq 2pr 2qr

Golongan 𝐈𝐀 − 1 0,139 0,106 0,775 0,019 0,011 0,601 0,029 0,215 0,164
Darah
𝐈𝐁 − 1

𝐈 𝐀𝐈𝐁 0

𝐈𝐎𝐈𝐎 5

Perhitungan frekuensi alel dan genotipe single gene inheritance variasi lebih dari dua alel :

a. Golongan darah angkatan


- Golongan darah O (r2)
r2 = 62/141 = 0,439
r = √0,439 = 0,663
- Frekuensi golongan darah A (AA & AO) sehingga frekuensi golongan darah A & O = p2 + 2pr + r2 = 1
p2 + 2pr + r2 = (p+r)2
29+62
(p + r)2 = 141

p + r = √0,645 = 0,803
p = 0,803 – 0,663 = 0,14
p + q + r =1
q = 1 - (p + r) = 1 - 0,803 = 0,197
Frekuensi alel IA = p = 0,14
Frekuensi alel IB = q = 0,197
Frekuensi alel IO = r = 0,663
Frekuensi genotipe golongan darah A homozigot = p2 = 0,0196
Frekuensi genotipe golongan darah B homozigot = q2 = 0,038809
Frekuensi genotipe golongan darah O = r2 = 0,439569
Frekuensi genotupe golongan darah AB = 2pq = 0,05516
Frekuensi genotipe golongan darah A heterozigot = 2pr = 0,18564
Frekuensi genotipe golongan darah B heterozigot = 2qr = 0,261222

12
b. Golongan darah kelompok 5 paralel Siang
- Golongan darah O (r2)
r2 = 5/7 = 0,71
r = √0,71= 0,845
- Frekuensi golongan darah A (AA & AO) sehingga frekuensi golongan darah A & O = p2 + 2pr + r2 = 1
p2 + 2pr + r2 = (p + r)2
5+1
(p + r)2 = 7

p + r = √0,85 = 0,925
p =0,925 – 0,845 = 0,08082
p + q + r =1
q = 1- (p + r) = 1- 0,925= 0,075
Frekuensi alel IA = p = 0,08082
Frekuensi alel IB = q = 0,075
Frekuensi alel IO = r = 0,845
Frekuensi genotipe golongan darah A homozigot = p2 = 0,00653
Frekuensi genotipe golongan darah B homozigot = q2 = 0,00562
Frekuensi genotipe golongan darah O = r2 = 0,7140
Frekuensi genotipe golongan darah AB = 2pq = 0,01212
Frekuensi genotipe golongan darah A heterozigot = 2pr = 0,13658
Frekuensi genotipe golongan darah B heterozigot = 2qr = 0,1267

13
14

Anda mungkin juga menyukai