Anda di halaman 1dari 13

Laporan Praktikum Genetika

GENETIKA POPULASI
Sindy Sintiasari*, A.A. Nurhani, A.E.P. Syachari, M.Z. Nahdi, N.N.H. Wijaya, N.Z.R.
Mart, S. Nawawi, S.A. Irdianto
Universitas Indonesia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Departemen Biologi
Oktober 2022

Abstrak
Genetika Populasi adalah salah satu cabang ilmu genetika yang mempelajari komposisi
dari suatu populasi. Salah satu bahasan dalam genetika populasi adalah hukum Hardy-
Weinberg. Hukum Hardy-Weinberg terbukti jika memenuhi syarat, yaitu: terjadi perkawinan
acak, jumlah populasi besar, tidak terjadi seleksi alam, dan tidak terjadi mutasi. Tujuan
dilakukan praktikum genetika populasi, yaitu untuk memahami prinsip hukum Hardy-Weinberg
dan aplikasinya dalam genetika populasi, memahami perhitungan frekuensi alel dengan
menggunakan prinsip hukum Hardy-Weinberg, serta memahami pengujian hipotesis
menggunakan uji Chi-Square. Praktikum genetika populasi dilakukan dengan cara mengamati
bagian tubuh peserta praktikum yang berkaitan dengan sifat fenotipe crown hair whorl, ear
lobe, tongue rolling, dan, widow’s peak baik dominan maupun resesif. Hasil praktikum genetika
populasi paralel siang memperlihatkan bahwa alel dominan dari sifat hair whorl dan ear lobe
merupakan sifat dominan dalam populasi praktikan paralel siang, sedangkan alel resesif dari
sifat widow’s peak dan tongue rolling merupakan sifat yang dominan dalam populasi praktikan
paralel siang.

Kata kunci : Alel; dominan; fenotipe; genetika populasi; Hardy-Weinberg

1. Pendahuluan
Praktikum tentang topik yang didasarkan oleh hukum Hardy-Weinberg yang sangat terkait
oleh perbedaan pada suatu populasi yang besar. Populasi tersebut memiliki frekuensi alel yang

1
*)Kelompok D-2 ( Paralel siang )
terkait didalamnya dan dibuktikan menggunakan hukum Hardy- Weinberg. Maka dari itu, latar
belakang praktikum genetika populasi adalah untuk memahami serta mengetahui fenomena
genetika populasi dalam kehidupan sehari-hari (Passarge 2007:164).
Genetika populasi adalah salah satu cabang ilmu genetika yang mempelajari komposisi dari
suatu populasi. Genetika populasi juga membuat suatu model matematika untuk menjelaskan
interaksi antara faktor-faktor yang mempengaruhi populasi. Faktor-faktor tersebut tidak
berhubungan dengan gen seperti seleksi, migrasi, dan ukuran populasi maupun yang
berhubungan dengan gen. Fungsi genetika populasi yaitu untuk mempelajari dan
memperkirakan frekuensi alel suatu populasi dan dapat diterapkan pada populasi yang ada di
alam (King dkk. 2006: 349).
Pada tahun 1908, terdapat matematikawan bernama G.H. Hardy dari Inggris serta
fisikawan bernama W. Weinberg dari Jerman yang mengembangkan teori untuk menentukan
struktur genetika pada suatu populasi, teori ini disebut sebagai hukum Hardy-Weinberg. Hukum
Hardy-Weinberg mengemukakan bahwa frekuensi gen pada suatu populasi memiliki jumlah
tetap dari generasi ke generasi apabila perkawinan pada suatu populasi terjadi secara acak serta
tidak adanya proses evolusi seperti migrasi, mutasi, seleksi, dan genetic drift. Apabila terdapat
perkawinan secara acak dan tidak ada faktor yang mengganggu kapabilitas, maka
kesetimbangan frekuensi genotipenya berupa kuadrat frekuensi alel. Jika terdapat dua alel yaitu
A dan a dengan masing-masing mempunyai frekuensi alel dominan p dan frekuensi alel resesif
q maka perhitungan frekuensi genotipe menjadi
(p + q)2 = p2+ 2pq + q2
dengan p2 merupakan frekuensi genotipe homozigot dominan, 2pq frekuensi genotipe
heterozigot, serta q2 frekuensi genotipe homozigot resesif. Jika terdapat tiga alel yaitu A1, A2,
dan A3 dengan frekuensi p dan q maka perhitungan frekuensi genotipenya menjadi
(p + q+ r)2= p2+ q2 + r2+ 2pq + 2pr + 2rq
Total dari frekuensi alel dan frekuensi genotipe akan selalu bernilai 1, misalnya jika terdapat
dua alel maka p+q=1 dan apabila terdapat tiga alel maka p+q+r=1. Hukum Hardy-Weinberg
dapat diterapkan pada keadaan complete dominance, frequencies of harmful recessive alleles,
multiple allels, sex-linked loci, dan linkage disequilibrium (Ahluwalia 2009: 418--420). Hukum
Hardy-Weinberg hanya berlaku pada suatu kondisi tertentu, yaitu jumlah populasi besar, terjadi
perkawinan secara acak, tidak terjadi mutasi, dan tidak terjadi seleksi alam (King, dkk
2006:195; Passarge 2007:164; Willet 2006;150).
Pewarisan sifat dalam populasi terbagi menjadi 2 yaitu single genetic inheritance dan
polygenic inheritance. Single genetic inheritance atau monogenic inheritance merupakan
pewarisan sifat yang dikontrol oleh satu gen tunggal yang terdiri dari dua alel . Single genetic

2
inheritance ini dikenal sebagai genetika mendel. Single Genetic Inheritance terjadi ketika suatu
sifat atau fenotipe ditentukan oleh adanya mutasi pada alel gen tunggal (Wilcox 2001: 1835).
Sedangkan polygenic inheritance adalah setiap gen yang berinteraksi dengan satu atau lebih gen
lain untuk mempengaruhi beberapa aspek ekspresi fenotipe. Polygenic inheritance mengacu
pada pewarisan kuantitatif, dimana dua atau lebih gen independen secara aditif mempengaruhi
sifat fenotipe tunggal. Polygenic inheritance dicirikan oleh variasi fenotipe suatu sifat yang
terus menerus (Vonk & Shackelford 2021: 1).
Single Genetic Inheritance dibagi menjadi biallelic dan multiallelic. Contoh Single Gene
Inheritance variasi dua alel (biallelic) yang paling dapat diamati oleh manusia antara lain, ear
lobe, tongue roiling, widow’s peak, eye color, freckles or dimples, hair whorl dan gangguan
tertentu seperti penyakit huntington dan anemia sel sabit (Wilcox 2001: 1835). Ear lobe
merupakan bentuk cuping telinga pada individu yang memiliki ciri-ciri menempel atau tidak
menempel pada telinga. Alel yang mengekspresikan cuping yang tidak menempel dilambangkan
dengan (F) dan bersifat dominan, sedangkan alel yang mengekspresikan cuping yang menempel
dilambangkan dengan (f) dan bersifat resesif (Campbell dkk 2014: 278; Gorp 2008:26).
Sebagian manusia bisa menggulungkan lidahnya yang disebut dengan tongue rolling. Individu
yang bisa menggulungkan lidahnya memiliki gen dominan yang disimbolkan dengan (T),
sedangkan individu yang tidak bisa menggulungkan lidahnya memiliki gen resesif yang
disimbolkan dengan (t) (Roberts 2000: 310). Widow’s peak merupakan bentuk garis rambut
pada dahi yang meruncing. Individu yang memiliki widow’s peak memiliki gen (W) yang
bersifat dominan, sedangkan individu yang tidak memiliki widow’s peak memiliki gen (w) yang
bersifat resesif (Campbell dkk 2014: 276-278). Hair whorl merupakan arah putaran rambut
pada individu yang memiliki ciri-ciri searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam. Alel
yang mengekspresikan putaran arah rambut searah jarum jam dilambangkan dengan (C) dan
bersifat dominan, sedangkan alel yang mengekspresikan putaran arah rambut berlawanan arah
jarum jam dilambangkan dengan (c) dan bersifat resesif (Jones & Rickards 1991:173).
Single Gene Inheritance lebih dari dua alel disebut dengan monoallelic, contoh monoallelic
yaitu golongan darah. Golongan darah ABO pada manusia ditentukan oleh dua alel gen
golongan darah, terdapat 3 kemungkinan alel yaitu I A, IB dan IO. Golongan darah seseorang dapat
terdiri dari salah satu jenis: A, B, AB atau O. Huruf-huruf ini mengacu pada dua karbohidrat-A
dan karbohidrat-B yang dapat ditemukan melekat pada permukaan sel tertentu pada sel darah
merah. Sel darah sesorang mungkin memiliki karbohidrat-A untuk golongan darah A,
karbohidrat-B untuk golongan darah B, karbohidrat A dan B untuk golongan darah AB, dan
tidak memiliki karbohidrat A dan B untuk golongan darah O. Terdapat enam kemungkinan
genotipe golongan darah yaitu I AIA atau IA I, IBIB atau IBi, IAIB, dan ii. Dari keenam genotipe

3
tersebut menghasilkan empat fenotipe yang berbeda yaitu A, B, C dan O (Campbell dkk 2014:
280).
Quantitative Trait Locus (QTL) adalah karakter yang bersifat kontinu yang distribusi
frekuensinya dapat dibuat. QTL termasuk gen yang berkontribusi pada sifat kuantitatif. Sebuah
lokus yang yang memiliki sifat kuantitatif tunggal ditunjuk sebagai QTL. Dalam genetika,
Quantitative Trait Locus (QTL) mengacu pada suatu anggota kromosom atau peta genetik yang
terkait secara statistik dengan suatu variasi yang ditunjukkan oleh suatu sifat kuantitatif (Klug
dkk 2006: 678). Terdapat dua jenis sifat kuantitatif yaitu sifat kontinu dan sifat diskrit. Pada
sifat kontinu dapat terbentuk gradasi fenotipe yang dapat diamati. Contoh sifat kontinu meliputi,
tinggi badan, berat badan, warna kulit, dan tingkat pertumbuhan. Sedangkan pada sifat diskrit,
karakteristik fenotipenya tidak dapat diamati. Berbagai faktor genetik dan lingkungan
bergabung untuk menentukan risiko dalam mengekspresikan sifat tersebut. Contoh sifat diskrit
adalah diabetes dan schizophrenia pada manusia (Neal 2003: 186). Serta contoh dari fenotipe
yang dikontrol secara polygenic antara lain, tinggi badan, warna kulit, dan warna mata pada
manusia (Vonk & Shackelford 2021: 1).
Kesesuaian frekuensi alel dapat dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square. Uji Chi-
square digunakan untuk melihat apakah ada perbedaan antara jumlah yang teramati dengan
jumlah yang diharapkan dari setiap genotipe. Nilai uji Chi-square dirumuskan sebagai
𝑥2 = ∑ (observed-expected)2
expected
Dengan derajat kebebasan n-1 untuk jumlah genotipe yang diharapkan. Setelah menghitung
uji Chi-square, probabilitas terkait dengan nilai ini dapat dibandingkan dengan tabel Chi-square
(Pierce 2014: 65).
Praktikum genetika populasi dilakukan dengan tujuan, yaitu pertama, memahami prinsip
Hukum Hardy-Weinberg dan aplikasinya dalam genetika populasi. Kedua, memahami
perhitungan frekuensi alel dengan menggunakan prinsip Hukum Hardy-Weinberg. Ketiga,
memahami pengujian hipotesis menggunakan uji Chi-Square.

2. Metodologi
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum genetika populasi yakni pulpen, kertas,
meteran, kalkulator dan populasi praktikan mata kuliah praktikum genetika. Cara kerja pada
praktikum genetika populasi yaitu dengan mengamati fenotipe peserta praktikum. Hal yang
diamati yaitu sifat crown hair whorl, attached ear lobe, tongue rolling dan widow’s peak.
Setelah semua data dari praktikan didapatkan, data dihitung dan dimuat dalam tabel.

4
3. Hasil dan Pembahasan
Praktikum genetika populasi mengamati empat fenotipe pada praktikan genetika angkatan
2022, yakni sifat crown hair whorl, attached ear lobe, tongue rolling dan widow’s peak.
Berdasarkan rekapitulasi data satu angkatan dengan jumlah 138 orang, didapatkan 67 orang
yang memiliki kemampuan bisa menggulung lidah (roller) dan sebanyak 69 orang yang tidak
memiliki kemampuan menggulung lidah (non-roller). Data yang didapat menunjukkan bahwa
jumlah peserta praktikum genetika satu angkatan lebih banyak memiliki sifat non-roller. Untuk
individu yang memiliki bentuk cuping telinga yang tidak menempel pada telinga (Detached)
sebanyak 109 orang dan individu yang memiliki bentuk cuping telinga yang menempel pada
telinga (attached) sebanyak 29 orang. Data yang didapat menunjukkan bahwa jumlah peserta
praktikum genetika satu angkatan lebih banyak memiliki sifat detached.
Sementara itu, individu yang memiliki bentuk garis rambut pada dahi yang meruncing
(present) sebanyak 30 orang dan individu yang tidak memiliki bentuk garis rambut pada dahi
yang meruncing (absent) sebanyak 108 orang. Data yang didapat menunjukkan bahwa jumlah
peserta praktikum genetika satu angkatan lebih banyak memiliki sifat absent. Untuk individu
yang memiliki hair whorl searah jarum jam (clockwise) sebanyak 103 orang dan individu yang
tidak memiliki hair whorl searah jarum jam sebanyak 35 orang. Data yang didapat
menunjukkan bahwa jumlah peserta praktikum genetika satu angkatan lebih banyak memiliki
sifat clockwise. Dapat disimpulkan bahwa alel dominan dari sifat hair whorl dan attached ear
lobe merupakan sifat dominan dalam populasi praktikan genetika satu angkatan, sedangkan alel
resesif dari sifat widow’s peak dan tongue rolling merupakan sifat yang dominan dalam
populasi praktikan genetika satu angkatan.
Berdasarkaan kurva tinggi badan praktikan genetika (lampiran 3) dapat disimpulkan
bahwa tinggi badan praktikan genetika paling banyak terletak pada rata-rata 156 dengan
frekuensi sebanyak 40 orang. Sedangkan untuk tinggi badan praktikan genetika yang paling
sedikit terletak pada nila rata-rata 181 dan frekuensi hanya 2 orang.
Data pengamatan populasi praktikan gabungan paralel siang dianalisis menggunakan
prinsip keseimbangan Hardy-Weinberg (lampiran 1). Berdasarkan akumulasi data, didapatkan
genotipe Roller (RR/Rr) sebanyak 27 orang serta genotipe Non-roller (rr) sebanyak 43 orang.
Didapatkan frekuensi alel RR/Rr (p) sejumlah 0,217 dan alel rr (q) sejumlah 0,783. Sedangkan
untuk Frekuensi genotipe RR (p2 ) sebesar 0,047; genotipe Rr (2pq) sebesar 0,339; genotipe rr
(q2 ) sebesar 0,613. Untuk genotipe detached (FF/Ff) didapatkan sebanyak 61 orang serta
attached (ff) sebanyak 9 orang. Frekuensi alel RR/Rr (p) sebesar 0,984 dan rr (q) sebesar 0,016

5
dengan frekuensi genotipe RR (p2 ) sebesar 0,968; Rr (2pq) sebesar 0,031; rr (q 2) sebesar
0,0002.
Berikutnya untuk genotipe present (WW/Ww) sebanyak 21 orang serta alel absent (ww)
sebanyak 49 orang. Frekuensi alel WW/Ww (p) sebesar 0,164 dan alel ww (q) sebesar 0,836.
Frekuensi genotipe WW (p2 ) sebesar 0,026; Ww (2pq) sebesar 0,274; dan rr (q 2 ) sebesar 0,698.
Sementara untuk genotipe clockwise (CW/Cw) sebanyak 49 orang serta genotipe
counterclockwise (CCW) sebanyak 21 orang. Frekuensi alel CW/Cw (p) sebesar 0,453 dan alel
CCW (q) sebesar 0,547. Frekuensi genotipe CW (p 2) sebesar 0,205; Cw (2pq) sebesar 0,495;
dan CCW (q2) sebesar 0,299.
Kesesuaian frekuensi alel pada genetika populasi diuji dengan menggunakan uji Chi-
square (lampiran 2). Berdasarkan uji Chi-square untuk sifat tongue rolling (Roller dan Non-
roller) didapatkan x2 sebesar 6,876190476. Setelah dibandingkan dengan tabel Chi-square,
diketahui bahwa x2 tabel sebesar 3,84. Sehingga, x2 perhitungan lebih besar daripada x 2 tabel
dan hipotesis nol ditolak. Penolakan hipotesis nol yang didasarkan pada pengamatan Mendel.
Hasil uji Chi-square sifat attached ear-lobe (detached dan attached) menunjukkan x2 sebesar
5,504761905 sementara x2 tabel sebesar 3,84. Sehingga, x2 perhitungan lebih besar daripada x 2
tabel dan hipotesis nol ditolak. Sementara untuk hasil uji chi-square untuk sifat widow’s peak
(present dan absent) menunjukkan x2 sebesar 0,933333333 dan x2 sebesar 3,84. Sehingga, x2
perhitungan lebih kecil daripada x2 tabel dan hipotesis diterima. Dan untuk sifat hair whorl
(clockwise dan counterclockwise) menunjukkan menunjukkan x2 sebesar 0,933333333 dan x2
sebesar 3,84. Sehingga, x2 perhitungan kecil daripada x2 tabel dan hipotesis diterima.
Hipotesis nol akan ditolak jika p< 0,01 atau 0,05 dan diterima jika p > 0,01 atau 0,05.
Penolakan hipotesis ini disebabkan oleh beberapa opsi alasan. Pertama, individu dengan
genotipe tertentu lebih tidak dapat bertahan hidup dibandingkan genotipe lainnya, sehingga
menimbulkan perbedaan yang signifikan dari tingkat kematian. Kedua, bisa saja terdapat lebih
dari satu gen yang bertanggung jawab dalam mengkode suatu karakteristik tertentu (Hartwell
dkk. 2010: 125).
Perhitungan uji chi-square mengalami penyimpangan hukum mendel terjadi pada sifat
tongue rolling dan attached ear lobe dikarenakan hipotesis nol dari kedua sifat tersebut ditolak.
Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan antara nilai observasi dan ekspektasi. Selain itu,
penyimpangan hukum mendel terjadi karena adanya dua gen atau lebih saling mempengaruhi
dalam memberi fenotipe (Campbell 2014: 278).
Hukum Hardy-Weinberg menyebutkan bahwa sifat alel dominan memiliki frekuensi lebih
tinggi dibandingkan dengan alel resesif (Ahluwalia 2009: 419). Cuping yang tidak menempel
pada telinga (Detached) bersifat dominan dan dilambangkan dengan (FF/Ff) sedangkan cuping

6
yang tidak menempel pada telinga (Attached). Data yang didapat saat praktikum menunjukkan
bahwa jumlah peserta praktikum pararel yang memiliki bentuk cuping telinga yang tidak
menempel pada telinga (Detached) lebih banyak dibandingkan dengan yang memiliki bentuk
cuping telinga yang menempel pada telinga (Attached). Hal tersebut sesuai dengan (Campbell
dkk 2014: 278; Gorp 2008:26) yang menyebutkan bahwa bentuk cuping telinga yang tidak
menempel pada telinga memiliki sifat dominan. Lidah yang dapat menggulung (Roller) bersifat
dominan dan dilambangkan dengan (TT/Tt) sedangkan lidah yang tidak bia menggulung(Non-
roller) bersifat resesif dan dilambangkan dengan (tt). Data yang didapat saat praktikum
menunjukkan bahwa jumlah peserta praktikum yang tidak dapat menggulung lidahnya (Non-
roller) lebih banyak dibandingkan dengan peserta praktikum yang dapat menggulung lidahnya
(Roller). Hal tersebut tidak sesuai dengan (Roberts 2000: 310) yang menyebutkan bahwa lidah
yang dapat menggulung (Roller) memiliki sifat dominan.
Bentuk garis rambut pada dahi yang meruncing (present) bersifat dominan dan
dilambangkan dengan (WW/Ww) sedangkan garis rambut pada dahi yang tidak meruncing
(absent) bersifat resesif dan dilambangkan dengan (ww). Data yang didapat saat praktikum
menunjukkan bahwa jumlah peserta praktikum yang memiliki widow’s peak (present) lebih
sedikit dibandingkan dengan yang tidak memiliki widow’s peak (absent). Hal tersebut tidak
sesuai dengan (Ahluwalia 2009: 419; Campbell, dkk 2014: 277-278) yang menyebutkan bahwa
widow’s peak bersifat dominan dan frekuensi alel dominan lebih tinggi dibandingkan dengan
alel resesif. Hair whorl yang searah jarum jam (clockwise) bersifat dominan dan dilambangkan
dengan (CW) sedangkan hair whorl yang tidak searah jarum jam (counterclockwise) bersifat
resesif dan dilambangkan dengan (CCW). Data yang didapat saat praktikum menunjukkan
jumlah peserta yang memiliki arah putaran rambut searah jarum jam (clockwise) lebih banyak
dibandingkan dengan yang berlawanan arah jarum jam (counterclockwise). Hal tersebut sesuai
dengan (Jones & Rickards 1991: 173) yang menyebutkan bahwa hair whorl yang searah jarum
jam memiliki sifat dominan.
Data pengamatan fenotipe peserta praktikum menunjukkan bahwa hampir semua frekuensi
dominan seperti hair whorl dan attached ear lobe jumlahnya lebih banyak dibandingkan
dengan frekuensi resesif, sedangkan jumlah peserta praktikum yang memiliki widow’s peak dan
tongue rolling lebih sedikit jika dibandingkan dengan frekuensi dominan. Hal tersebut tidak
sesuai dengan hukum Hardy-Weinberg. Ketidaksesuaian data dengan hukum Hardy-Weinberg
mungkin disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya yaitu jumlah populasi yang sedikit.
Berdasarkan literatur, hukum Hardy-Weinberg hanya berlaku pada suatu kondisi tertentu yang
memenuhi syarat prinsip Hardy-Weinberg, yaitu jumlah populasi besar, terjadi perkawinan
secara acak, tidak terjadi mutasi, dan tidak terjadi seleksi alam. Agar syarat hukum Hardy-

7
Weinberg terpenuhi, maka ukuran populasi harus besar. Semakin besar ukuran populasi maka
semakin kecil kemungkinan alel yang dapat berfluktasi dari satu generasi kegenerasi lain.
Sebaliknya, jika ukuran populasi semakin kecil maka semakin besar kemungkinan frekuensi alel
akan berfluktuasi dari satu generasi kegenerasi selanjutnya (Campbell dkk 2014: 488).

4. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Hukum Hardy-Weinberg mengemukakan bahwa frekuensi gen pada suatu populasi


mempunyai jumlah tetap dari generasi ke generasi apabila terjadi perkawinan secara acak
serta tidak adanya proses evolusi seperti migrasi, mutasi, seleksi, dan genetic drift. Hukum
Hardy-Weinberg dapat diaplikasikan pada keadaan complete dominance, frequencies of
harmful recessive alleles, multiple allels, sex-linked loci, dan linkage disequilibrium.

2. Jika terdapat dua alel yaitu A dan a yang mempunyai frekuensi alel dominan p dan
frekuensi alel resesif q maka perhitungan frekuensi genotipe menjadi (p+q) 2 = p2 + 2pq +
q2, sedangkan jika terdapat tiga alel yaitu A1, A2, dan A3 dengan frekuensi p dan q maka
perhitungannya menjadi (p+q+r)2 = p2 + q2 + r2 + 2pq + 2pr + 2rq. Total dari frekuensi alel
dan frekuensi genotipe akan selalu bernilai 1, misalnya jika terdapat dua alel maka p+q=1
dan apabila terdapat tiga alel maka p+q+r=1.

3. Pola pewarisan genetik dapat dilakukan dengan uji Chi-square. Hipotesis nol Mendel dapat
diterima apabila p > 0,05 dan tidak diterima apabila p < 0,05. Hipotesis tidak diterima
apabila terjadi perbedaan tingkat kematian serta karakteristik yang dikode oleh lebih dari
satu gen.

Daftar Acuan
Ahluwalia, K.B. 2009. Genetics 2nd ed. New Age International (P) Ltd., Publishers. New
Delhi: xvi + 451 hlm.
Campbell, N. A., J. B. Reece, L. A. Urry, M. L. Cain, S. A. Wasserman, P. V. Minorsky & R. B.
Jacson. 2017. Biology. 11th ed. Pearson Education, Inc, New York: xlvii + A-50 + B-1 +
C-1 + D-1 + E-3 + F-3 + CR-10 + G-35 + I-52 + 1284 hlm.
Gorp. L.V. 2008. Genetics. Compass point book. United States: 40 hlm.
Hartwel, L. H., Hood, L., Goldberg, M. L., Reynolds, A. E., & Silver, L. M. 2010. From Genes
to Genomes. 4th ed. McGraw-Hill Publishing Company, New York: xxii + 794 hlm.
Jones, R.N & G.K.Rickards. 1991. Practical genetics. John Wiky & Sans Ltd, England: xii
+228 hlm.

8
King, R.C., P.K. Mulligan, W.D. Stansfield. 2006. A Dictionary of Genetics. 7th ed. Oxford
University Press, New York: x + 596 hlm.
Klug, W.S., M.R. Cummings., C.A. Spencer., M.A. Palladino. 2006. Concepts of genetics. 9th
ed. Prentice Hall, Inc., Englewood cliffs: xxx + 779 hlm.
Neal, D. 2003. Introduction to Population Biology. Cambridge University Press, Inggris: iv+
393 hlm.
Passarge. E. 2007. Color atlas of genetics. Thieme Stuttgart. New York: 497 hlm.
Pierce, B. A. 2014. Genetics a Conceptual Approach. 5 th ed. W.H. Freeman, New York: xiv +
849 hlm.
Roberts, M.B.V. & J. Mitchelmore. 2000. Biology for CXC. Thomas Nelson and sons, Ltd.
United Kingdom: 416 hlm.
Willcok, D.E. 2001. Encyclopedia of Genetics II Single Gene Inheritance,
https://doi.org/10.1006/rwgn.2001.1198
Willett, E. 2006. Genetics demystified. The McGraw Hill Companies, Inc. United States: xvi +
211hlm.
Vonk, J.T., K. Shackelford. 2021. Encyclopedia of Animal Cognition and Behavior,
https://doi.org/10.1007/978-3-319-47829-6_519-1

9
Lampiran 1
Tabel Perhitungan Hardy-Weinberg
F (Alel) F (Genotipe)
Total q
Sifat Genotipe Jumlah p P2 2pq Q2

Roller
27
(RR/Rr) p=1-q q2= 43/70
Tongue
70 p= 1-0,783 q2= 0,614 0,047 0,339 0,613
rolling Nonroller
43 p= 0,217 q= 0,783
(rr)

Detached
61 p=1-q q2= 9/70
Attached (FF/Ff)
70 p= 1-0,016 q2= 0,128 0,968 0,031 0,0002
Ear lobe
p= 0,984 q= 0,016
Attached (ff) 9

Present
21
(WW/Ww) p=1-q q2= 49/70
Widow’s
70 p= 1-0,836 q2= 0,7 0,026 0,274 0,698
peak
Absent (ww) 49 p= 0,164 q= 0,836

Clock wise
49
(CW) p=1-q q2= 21/70
p= 1-0,547 q2= 0,3
Hair whorl Counter 70 0,205 0,495 0,299
p= 0,453 q= 0,547
clock wise 21
(CCW)

10
Lampiran 2
Perhitungan Uji Chi-Square populasi praktikan pararel siang
1. Tongue rolling
Diketahui:
Jumlah fenotipe = 2
Derajat kebebasan = 2-1 = 1
Ditentukan:
(O-E)2
Fenotipe Observed Expected (O-E) (O-E)2
E
17,5 9,5 90,25 5,157142857
Roller 27

52,5 -9,5 90,25 1,71904719


Non-Roller 43

6,876190476
Total 70 X2

Dihasilkan:x2 perhitungan = 6,876190476


x2 tabel= 3,84
perbandingan nilai x2 hitung dan nilai x2 tabel: 6,876190476 ≥ 3,84
Disimpulkan: x2 perhitungan > x2 tabel → deviasi berbeda antara hasil pengamatan dan yang
diharapkan → p < 0,05 → hipotesis nol ditolak.
2. Ear lobe
Diketahui:
Jumlah fenotipe = 2
Derajat kebebasan = 2-1 = 1
Ditentukan:
(O-E)2
Fenotipe Observed Expected (O-E) (O-E)2
E

Detached 61 52,5 8,5 72,25 1, 376190476

Attached 9 17,5 -8,5 72,25 4,128571429

Total 70 x2 5, 504761905

Dihasilkan: x2 perhitungan = 5, 504761905


x2 tabel= 3,84
perbandingan nilai x2 hitung dan nilai x2 tabel: 5, 504761905≥ 3,84

11
Disimpulkan: hipotesis nol ditolak (nilai x2 hitung ≥ nilai x2 tabel)
3. Widow’s peak
Diketahui:
Jumlah fenotipe = 2
Derajat kebebasan = 2-1 = 1
Ditentukan:
(O-E)2
Fenotipe Observed Expected (O-E) (O-E)2
E

Present 21 17,5 3,5 12,25 0,7

Absent 49 52,5 -3,5 12,25 0,23333333333

Total 70 x2 0,9333333333

Dihasilkan:x2 perhitungan = 0,9333333333


x2 tabel= 3,84
perbandingan nilai x2 hitung dan nilai x2 tabel: 0,9333333333≥ 3,84
Disimpulkan: hipotesis nol ditolak (nilai x2 hitung < nilai x2 tabel)
4. Hair whorl
Diketahui:
Jumlah fenotipe = 2
Derajat kebebasan = 2-1 = 1
Ditentukan:
(O-E)2
Fenotipe Observed Expected (O-E) (O-E) 2

Clockwise 49 52,5 -3,5 12,25 0,2333333333

Counterclockwise 21 17,5 3,5 12,25 0,7

Total 68 x2 0,9333333333

Dihasilkan:x2 perhitungan = 0,9333333333


x2 tabel= 3,84
perbandingan nilai x2 hitung dan nilai x2 tabel: 0,9333333333≥ 3,84
Disimpulkan: hipotesis diterima (nilai x2 hitung < nilai x2 tabel)

12
Lampiran 3
Grafik tinggi badan praktikan genetika 2022
Diketahui :
N= Total frekuensi /total jumlah praktikan= 138
Banyak kelas= 1+3,3 log(n)= 8,05≈ 8
Panjang kelas= (183-144)/8,05= 4,84≈ 5
Xi= rata-rata= 160,3429

Tabel Tinggi Badan Praktikan Genetika


No Kelas Xi Frekuensi
1 144 – 148 146 4
2 149 – 153 151 18
3 154 – 158 156 40
4 159 – 163 161 32
5 164 – 168 166 24
6 169 – 173 171 14
7 174 – 178 176 4
8 179 – 183 181 2

Berdasarkan tabel diatas dibuatlah grafik tinggi badan praktikan genetika:

Distribusi Tinggi Praktikan Genetika


40

35

30

25
Frekuensi

20

15

10

0
146 151 156 161 166 171 176 181

13

Anda mungkin juga menyukai