Anda di halaman 1dari 7

MEKANISME EVOLUSI

A. MUTASI GEN DALAM MEKANISME PROSES EVOLUSI

Mutasi gen dapat menimbulkan terjadinya perubahan- perubahan sifat pada tingkat sel
hingga tingkat individu. Perubahan ini menyebabkan terjadinya variasi-variasi sifat yang
menimbulkan keanekaragaman suatu organisme.

Jika mutasi di alam terjadi terus-menerus dari waktu ke waktu, tingkat keanekaragaman
organisme akan terus meningkat dan dapat menginisiasi terbentuknya spesies-spesies baru
dengan sifat-sifat yang jauh berbeda dari sifat-sifat organisme asal mulanya. Dengan kata
lain, telah terjadi proses evolusi.

Organisme tingkat rendah akan memiliki tingkatan kecepatan evolusi yang lebih tinggi
daripada organisme tingkat tinggi karena organisme tingkat rendah memiliki tingkat
keanekaragaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan organisme tingkat tinggi.

Mutasi gen dapat berakibat menguntungkan atau merugikan bagi kelestarian suatu
spesies. Mutasi dikatakan menguntungkan apabila menghasilkan spesies yang bersifat adaptif
dan merugikan apabila menghasilkan alel yang bersifat letal (mematikan).

Peran mutasi gen dalam proses evolusi dapat dijelaskan dengan mengetahui angka laju
mutasi yang terjadi dalam suatu spesies. Angka laju mutasi adalah angka jumlah gen yang
bermutasi dari seluruh gamet yang dihasilkan oleh individu dalam suatu spesies. Angka laju
mutasi pada umumnya sangat kecil karena gen bersifat tetap dan tidak mudah berubah.
Berdasarkan penelitian, angka laju mutasi rata-rata berkisar 1: 100.000.

Meskipun angka laju mutasi sangat kecil, tetapi dapat memengaruhi mekanisme
terjadinya evolusi, karena dipengaruhi oleh hal-hal berikut.
 Terdapat ribuan gen dalam setiap gamet yang dihasilkan
 Setiap individu menghasilkan ribuan hingga jutaan gamet dalam satu generasi
 Jumlah individu dalam setiap generasi sangat banyak
 Jumlah generasi selama spesies itu ada sangat banyak

Secara alamiah, angka laju mutasi yang menguntungkan lebih kecil daripada yang
merugikan, yaitu rata-rata 1: 1.000.

Contoh soal:
Suatu spesies memiliki data-data berikut.
 Angka laju mutasi gen dalam gamet adalah 1: 100.000.
 Jumlah gen yang mampu bermutasi dalam individu adalah 1000
 Perbandingan antara mutasi yang menguntungkan dengan mutasi yang terjadi adalah
1: 1.000.
 Jumlah individu dalam populasi adalah 10.000.
 Jumlah populasi dalam spesies adalah 1.000.000.
 Jumlah generasi selama spesies itu ada adalah 7.000.
Berapakah jumlah gen bermutasi yang bersifat menguntungkan selama spesies itu ada?

Jawaban di halaman 317

Angka perhitungan kemungkinan terjadinya mutasi selama spesies itu ada ternyata cukup
besar. Jadi, meskipun angka laju mutasi sangat kecil tetapi secara keseluruhan kemungkinan
terjadinya mutasi cukup besar selama spesies tersebut masih ada. Mutasi yang cukup besar
tersebut kemudian akan mengarah pada proses evolusi.

B. HUKUM HARDY-WEINBERG

Setiap induk akan menurunkan gen-gen yang membawa sifat-sifat yang akan diwariskan
kepada keturunannya. Gen ini bersifat stabil sehingga frekuensinya dalam suatu populasi dari
generasi ke generasi akan cenderung tetap. Sehingga, frekuensi genotipe dalam suatu
populasi juga cenderung tetap.

Pada tahun 1908, Godfrey Harold Hardy (ahli matematika dari Inggris) dan Wilhelm
Weinberg (dokter dari Jerman) mengemukakan prinsip kesetimbangan yang dikenal dengan
hukum Hardy-Weinberg. Hukum Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel dan
frekuensi genotipe dalam suatu populasi dari generasi ke generasi berikutnya akan selalu
tetap (konstan) pada kondisi tertentu, yaitu sebagai berikut.

 Populasinya besar tidak terbatas


 Populasi tertutup.
 Tidak terjadi mutasi.
 Tidak terjadi seleksi.
 Perkawinan antar individu terjadi secara acak.
 Meiosis dalam gametogenesis normal.
 Setiap individu (AA, Aa, aa) dalam populasi mempunyai kemampuan hidup
(viabilitas) dan kemampuan bereproduksi (fertilitas) yang sama.

Frekuensi alel adalah perbandingan antara jumlah suatu alel dengan alel lainnya dalam
suatu populasi. Alel biasanya disimbolkan dengan satu huruf, misalnya A atau a. Sementara
itu, frekuensi genotipe adalah perbandingan jumlah suatu genotipe dengan genotipe lainnya
dalam suatu populasi. Genotipe disimbolkan dengan satu pasang huruf, misalnya AA, Aa,
atau aa.

Hukum Hardy-Weinberg ini tidak berlaku untuk proses evolusi karena selalu
menghasilkan angka perbandingan yang tetap dari generasi ke generasi berikutnya.
Rumus aljabar hukum Hardy-Weinberg adalah sebagai berikut.

P² + 2pq + q² = 1
P+q=1

P² = frekuensi genotipe dominan homozigot


2pq = frekuensi genotipe heterozigot
Q²= frekuensi genotipe resesif homozigot
P= frekuensi alel dominan
Q= frekuensi alel resesif

Simbol p dan q digunakan untuk frekuensi gen sealel, p untuk frekuensi alel dominan dan
q untuk frekuensi alel resesif. Frekuensi gen dalam populasi adalah p + q = 1 = 100%,
sedangkan frekuensi genotipenya merupakan perkalian frekuensi gen, yaitu (p+q)² yang
hasilnya adalah p² + 2pq +q² = 1

Contoh : halaman 320

C. PERUBAHAN KESETIMBANGAN FREKUENSI ALEL DAN GENOTIPE


DALAM POPULASI

Perubahan frekuensi alel atau genotipe dari generasi ke generasi dalam suatu
populasi disebut mikroevolusi. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
mikroevolusi yaitu sebagai berikut.

1. Hanyutan Genetik (Genetic Drift)


Genetic drift merupakan perubahan dalam kumpulan gen dari suatu populasi kecil
akibat kejadian acak. Kejadian acak bisa berupa bencana alam yang dapat membunuh
seluruh anggota populasi dan mengurangi ukuran suatu populasi secara drastis. Hal ini
dapat Menyebabkan alel-alel tertentu akan berjumlah banyak, sedikit, atau
menghilang dari Populasi. Peristiwa hanyutan genetik ada dua macam, yaitu efek
penemu dan efek leher Botol.

a. Efek Penemu (Founder effect)

Founder effect merupakan Peristiwa populasi kecil yang Memisah dari populasi
kemudian Menempati tempat baru dan Membentuk koloni tersendiri. Koloni baru
dapat memiliki Frekuensi alel yang berbeda Dengan populasi asalnya karena
Melakukan perkawinan dengan Sesama anggota koloninya.
b. Efek Leher Botol (Bottleneck effect)

Bottleneck effect merupakan peristiwa penurunan drastis jumlah populasi karena


adanya bencana alam atau aktivitas manusia sehingga dapat menyebabkan Penurunan
variasi genetik.

2. Aliran Gen (Gene Flow)


Gene flow Aliran gen adalah peristiwa pertukaran gen antar populasi yang disebabkan
oleh proses Imigrasi dan emigrasi pada populasi. Contohnya karena sesuatu hal
kumbang coklat melakukan Imigrasi ke populasi kumbang hijau kemudian jika
melakukan perkawinan akan Menghasilkan alel baru pada populasi kumbang hijau.
3. Mutasi
Mutasi yang diturunkan dalam gamet dapat segera mengubah gene pool dengan cara
menggantikan satu alel dengan alel lainnya. Gene pool adalah kumpulan gen dalam
suatu populasi pada suatu waktu tertentu. Contohnya dalam suatu populasi bunga liar
putih (aa) mengalami mutasi sehingga menghasilkan gamet yang mengandung alel A
(warna merah). Hal tersebut mengakibatkan frekuensi alel a menurun, sedangkan
frekuensi alel A meningkat.

4. Perkawinan yang Tidak Acak


Suatu individu lebih sering kawin dengan tetangga dekatnya dibandingkan dengan
anggota populasi yang berjauhan, terutama terjadi pada spesies yang tidak mampu
menyebar jauh sehingga bisa dikatakan terjadi perkawinan yang kurang acak. Pada
tumbuhan, bahkan sering terjadi fertilisasi sendiri (selfing) yang cenderung akan
meningkatkan frekuensi genotipe yang homozigot. Perkawinan tidak acak lainnya
adalah perkawinan berdasarkan pilihan (assortative mating). Perkawinan tersebut
terjadi ketika individu memilih pasangan yang memiliki fenotipe tertentu yang sama
dengan dirinya. Contohnya kodok (Bufo bufo) lebih sering kawin dengan kodok yang
memiliki ukuran tubuh yang sama.

5. Seleksi Alam
Seleksi alam menyangkut keberhasilan yang berbeda dalam bereproduksi. Contohnya
dalam suatu populasi, bunga liar berwarna merah (AA dan Aa) dapat menghasilkan
keturunan lebih banyak dibandingkan bunga liar berwarna putih (aa). Hal tersebut
disebabkan bunga liar berwarna putih lebih mudah terlihat oleh pemangsanya.

D. TERBENTUKNYA SPESIES BARU (SPESIASI)


Spesiasi dalam suatu populasi diawali oleh perubahan faktor genetik yang umumnya
Disebabkan pengaruh faktor lingkungan. Perubahan faktor genetik dapat menyebabkan
Terjadinya perubahan bentuk, kebiasaan, dan sifat lain yang berbeda sehingga akan
Memunculkan spesies baru.
Ketika beberapa individu terpisah atau berada jauh dalam waktu lama dari populasinya
Lalu menempati lingkungan yang baru sehingga dapat mengalami perubahan pada struktur
Tubuh, sifat, hingga proses reproduksinya. Jika suatu saat keturunan dari individu-individu
Tersebut bertemu dengan populasi asalnya, maka proses perkawinan atau reproduksi tidak
dapat berlangsung karena adanya perbedaan

Individu-individu dalam suatu populasi pada awalnya dapat mengadakan perkawinan


sehingga dapat berkembang biak. Namun, individu-individu tersebut terpisah pada tempat
yang berlainan dan letaknya berjauhan sehingga masing-masing individu tersebut akan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang baru. Di tempat yang baru, organisme yang
terpisah akan mengalami perubahan struktur tubuh, sifat, hingga proses reproduksinya. Jika
suatu saat hasil keturunan individu- individu yang telah lama terpisah tersebut disatukan
kembali, tidak akan dapat bereproduksi seperti semula karena adanya perbedaan.
Individu-individu satu spesies yang terpisah Disebut spesies alopatrik. Individu-
individu yang telah terpisah dalam waktu lama dan Sudah mengalami perubahan kemudian
berada dalam satu lingkungan yang sama disebut Spesies simpatrik. Faktor yang memisahkan
suatu populasi sehingga tidak dapat melakukan perkawinan Dinamakan sawar, isolasi, atau
penghalang (barrier). Berikut ini adalah beberapa jenis isolasi, yaitu:

a. Isolasi ekogeografi terjadi pada dua spesies simpatrik yang tidak dapat melakukan
perkawinan karena sudah lama berada pada lingkungan yang berbeda dan masing-masing
hanya dapat berkembang biak di lingkungannya sendiri. Contohnya tanaman Plantanus
occidentalis yang hidup di wilayah sebelah timur Indonesia dengan Plantanus orientalis
yang hidup di wilayah sebelah barat Indonesia. Jika kedua jenis tanaman tersebut ditanam
di lokasi yang sama, tidak pernah terjadi penyerbukan. Namun, jika dilakukan
penyerbukan buatan akan menghasilkan keturunan yang fertil.

b. Isolasi Ekologi (habitat) terjadi pada dua spesies simpatrik tidak dapat melakukan
perkawinan karena Memiliki habitat yang berbeda dan hanya dapat berkembangbiak pada
habitatnya Masing-masing. Contohnya katak Bufo woodhousei habitatnya di air tenang
tidak dapat Melakukan perkawinan secara alami dengan katak Bufo americanus
habitatnya di Kubangan air hujan. Jika dilakukan perkawinan buatan akan menghasilkan
keturunan yang fertil.

c. Isolasi musim (temporal) terjadi pada dua spesies simpatrik yang tidak dapat melakukan
perkawinan karena mempunyai musim kawin yang berbeda. Contohnya Pinus radiata
yang berbunga pada bulan Februari dengan Pinus muricata yang berbunga pada bulan
April.

d. Isolasi perilaku terjadi pada dua spesies simpatrik yang tidak dapat melakukan
perkawinan karena mempunyai perbedaan tingkah laku saat akan melakukan perkawinan.
Contohnya pada Beberapa spesies burung jantan yang berkicau untuk memikat betina,
suara kicauan Tersebut hanya bisa dimengerti oleh spesies dari populasi yang sama.
e. Isolasi mekanik terjadi pada dua spesies simpatrik yang tidak dapat melakukan
perkawinan karena bentuk dan ukuran alat kelaminnya tidak sesuai atau tidak cocok,
Contohnya anjing jantan ras pudel yang bertubuh kecil dan berkaki pendek tidak dapat
mengawini anjing betina ras chow-chow yang bertubuh besar.

f. Isolasi Gamet terjadi pada dua spesies simpatrik tidak dapat saling membuahi sel gamet
karena Memiliki susunan kimiawi berbeda. Contoh telur ikan tidak dapat dibuahi oleh
ikan dari Spesies lain

Anda mungkin juga menyukai