ARTIKEL
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Evolusi
Dosen Pengampu : Didi Nur Jamaludin, M.Pd.
Oleh Kelompok 5:
A. PENDAHULUAN
1
rekombinasi alel yang bekerja. Prinsip Hardy Weinberg menjabarkan sebuah
populasi hipotesis yang tidak berevolusi. Namun pada populasi sebenarnya,
frekuensi alel dan genotipe seringkali memang berubah seiring waktu.
Perubahan-perubahan semacam itu terjadi ketika setidaknya satu dari kelima
kondisi ekuilibrium Hardy Weinberg tidak terpenuhi. Lima kondisitersebut
adalah tidak ada mutase, perkawinan acak, tidak ada seleksi alam, ukuran
populasi sangat besar, dan tidak ada aliran gen.
2
7. Tidak adanya migrasi didalam atau diluar populasi.
Suatu kondisi diatas tersebut jika terpenuhi maka disebut dengan
kesetimbangan Hardy-Weindberg. Kesetimbangan Hardy-Weinberg jarang
terjadi pada gen yang mengafeksi fenotip karena kesehatan dan penampilan
yang akan mempengaruhi kemampuan reproduksi suatu organisme.
Kesetimbangan Hardy-Weinberg terjadi kepada kondisi yang tidak memberi
pengaruh pada fenotip, tetapi hanya memperhatikan frekuensi genotip dalam
suatu populasi. Dengan kata lain, jika ketujuh kondisi diatas tidak dipenuhi
makan dapat terjadinya evolusi.1
Pada gen hanya mempunnyai dua alel dalam satu populasi. Para ahli
genetika populasi disimbolkan dengan huruf “p” untuk mewakili frekuensi
dari satu alel dan huruf “q” untuk mewakili frekuensi alel lainnya. Maka
secara matematis dijelaskan sebagai berikut:
1. Frekuensi alel
P+q+r=1
2. Frekuensi genotip
p2 + 2pq + q2 + 2pr + 2qr + r2 = 1
Keterangan : p = frekuensi alel A
q = frekuensi alel B
r = frekuensi alel O
p2 = frekuensi genotipe tipe golongan
2pr = darah A homozigot
2pq = frekuensi genotip tipe golongan
q2 = darah A heterozigot
2qr = frekuensi genotip tipe golongan
r2 = darah AB
Sedangkan, rumus chi-square digunakan dalam penyebaran frekuensi alel.2
1
Amanda Alexandra Tanne, Pengujian Kesetimbangan Genetika Hardy-Weinberg
dengan Uji Chi-Square Pearson dan Uji Eksak F., (Yogyakarta: Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma, 2017), hlm. 14-15.
2
Arisuryanti dan Daryono, Genetika Populasi, (Yogyakarta: Fakultas Biologi Universitas
Gadjah Mada, 2007), hlm. 133.
3
C. HANYUTAN GENETIK (GENETIC DRIFT)
4
alelterjadi pada kasus semacam itu karena badai tidak membeda-bedakan
saat memindahkan beberapa individu (beserta alel-alel mereka), bukan
yang lain, dari populasi sumber.
Efek pendiri merupakan suatu penyebab tingginya frekuensi
kelainan turunan tertentu pada populasi manusia yang terisolasi.Misalnya,
pada tahun 1814 15 koloni inggris mendirikan pemukiman di Tristan da
Cunha, gugusan pulau-pulau kecil di Samudera Atlatik, antara Afrika dan
Amerika Selatan . Tampaknya, salah salah satu koloni tersebut membawa
alel resesif bagi retinitis pigmentosa, bentuk kebutaan progresif yang
memengaruhi individu homozigot. Dari 240 keturunan pendiri koloni di
pulau tersebut pada akhir 1960 empat orang menderita retinitas
pigmentosa. Frekuensi alel yang menyebabkan penyakit ini menjadi
sepuluh kali lebih tinggi di Tristan da Cunha daripada di dalam populasi
tempat asal para peniri koloni.3
2. Efek Leher Botol
5
melewati “leher botol” pembatas ukuran. Hanya karena kebetulan, alel-alel
tertentu mungkin banyak terdapat pada individu-individu yang sintas,
sementara alel yang lain mungkin terdapat dalam jumlah yang sangat
sedikit, dan beberapa di antaranya justru tidak ada sama sekali . Hanyutan
genetik yang terus berlangsung dapat memiliki efek-efek yang penting
pada lungkang gen hingga populasi menjadi cukup besar sehingga
peristiwa kebetulan memberi efek yang lebih kecil. Meskipun suatu
populasi telah melewati leher botol pada akhirnya kembali pada ukuran
semula, variasi genetiknya tetep rendah dalam waktu yang lama, warisan
dari hanyutan genetik yang terjadi ketika populasi tersebut masih
berukuran kecil. Satu hal yang penting dalam memahami efek leher botol
adalah bahwa tindakan manusi terkadang menciptakan leher botol yang
yang sangat empit bagi spesies, contohnya menjabarkan dampak hanyutan
genetik pada populasi yang terancam punah.4 Efek-efek hanyutan genetik
antara lain sebagai berikut:
1. Hanyutan Genetik Signifikan pada Populasi Kecil
Peristiwa kebetulan dapat menyebabkan alel meningkat secara
tidak proporsional atau terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit pada
generasi berikutnya. Walaupun peristiwa kebetulan terjadi pada
populasi dengan berbagai ukuran, hal itu mengubah frekuensi alel
secara substansial hanya pada populasi kecil.
2. Hanyutan Genetik dapat Menyebabkan Frekuensi Alel Berubah Secara
Acak
Akibat hanyutan genetik suatu alel mungkin meningkatkan
frekuensinya pada satu tahun kemudian menurun pada tahun
berikutnya, perubahn dari satu tahun ke tahun berikutnya tidak dapat
diprediksi. Dengan demikian, tidak seperti seleksi alam yang dalm
lingkungan tertentu menguntungkan sejumlah alel secara konstan
dibandingkan dengan alel-alel yang lain, hanyutan genetik
menyebabkan frekuensi alel berubah secara acak seiring waktu.
4
Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan,……………………………..., hlm 31.
6
3. Hanyutan Genetik dapat Menyebabkan Hilangnya Variasi Genetik
dalam Populasi.
Dengan menyebabkan frekuensi alel berfluktusi secara acak
seiring waktu, hanyutan genetik dapat melenyapkan alel dari populasi,
karena evolusi bergantung pada variasi genetik, kehilangan semacam
itu dapat memengaruhi seberapa efektif populasi dapat beradaptasi
terhadap perubahan lingkungan.
4. Hanyutan Genetik dapat Menyebabkan Alel-Alel Berbahaya Menjadi
Tetap.
Alel-alel yang tidak berbahaya dapat lenyap, sedangkan alel-alel
yang tidak menguntungkan menjadi tetap seluruhnya akibat faktor
kebetulan melalui hanyutan genetik. Pada populasi yang kecil, hanyutan
genetik juga dapat menyebabkan alel-alel yang tidak sedikit berbahaya
manjadi tetap. jika ini terjadi, kesintasan populasi bisa terancam (seperti
yang terjadi pada ayam padang rumput besar Illinois).5
D. SELEKSI ALAM
Hukum seleksi alam dilatar belakangi oleh teori tentang seleksi alam
yang dikemukakan oleh Charles Robert Darwin. Charles Robert Darwin
merupakan seorang tokoh evolusi yang pendapatnya tentang evolusi diterima
oleh dunia ilmu pengetahuan. Pada tanggal 27 Desember 1831 darwin
berangkat melakukan ekspedisi menuju ke kepulauan Galapagos dengan
menggunakan kapal layer HSS heagle, Darwin mengamati venomena-
venomena alam seperti adanya variasi kura-kura raksasa di pulau Galapagos
dan 14 spesies burung finch. Menurut Darwin burung finch yang terdapat di
kepulauan Galapagos berasal dari daratan amerika selatan yang bermigrasi
kekepulauan Galapagos variasi terjadi akibat kondisi geografis dan
lingkungan, terutama makanan sehingga mengakibatkan keturunan burung
finch mengalami perubahan bentuk dan fungsi. Perubahan yang terjadi
misalnya pada bentuk paruh. Paruh burung finc yang semula tebal dan kuat
5
Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan,……………………………..., hlm 32.
7
untuk memakan biji-bijian mengalami perubahan paruh yang tebal dan lurus
untuk memakan serangga. Ada beberapa pokok pikiran yang mendasari teori
Evolusi Darwin, sebagai berikut:
1. Tidak ada individu yang benar-benar sama. Hal ini terbukti adanya variasi
dalam satu keturunan (contohnya variasi burung Finch).
2. Setiap populasi cenderung bertambah banyak karena setiap individu
mempunyai kemampuan berkembangbiak.
3. Untuk berkembangbiak diperlukan makanan dan ruang yang cukup
sehingga memerlukan perjuangan dari individu untuk bertahan hidup.
Prinsip-prinsip yang menjadi dasar teori seleksi alam Charles
Darwin adalah sebagai berikut :
1. Kecenderungan makhluk hidup berkembangbiak karena vertilitas atau
tingkat kesuburan makhluk hidup tinggi.
2. Jumlah individu hampir tidak berubah. Ada faktor yang membatasi dan
mengatur pertambahan jumlah idividu suatu spesies disuatu tempat. Salah
satu faktor adalah jumlah makanan yang tersedia.
3. Adanya perjuangan untuk hidup, pada umumnya perjuangan untuk hidup
terjadi adnya persaingan, pemangsaan, dan perjuangan terhadap
lingkungan seperti iklim dn suhu.
4. Adanya keanekaragaman dan hereditas atau adanya varisri dan faktor-
faktor yang menentukannya. Keanekaragaman mulai terlihat mulai tingkat
filum atau divisi, antar kelas sampai antar individu.
5. Lingkungan yang terus berubah. Komponen atau faktor-faktor lingkungan
terus berubah, misalnya perubahan iklim, perubahan geografis, atau
cadangan makanan.
Contoh Terjadinya Seleksi Alam ialah sebagai berikut ini :
1. Dinosaurus punah karena meteor menabrak bumi pada jutaan tahun yang
lalu tabrakan itu menyebabkan ledakan hebat yang menyebabkan
terlepasnya debu ke atsmosfer. Debu tersebut menghalangi sinar matahari
sehingga tumbuhan hijau tidak dapat melakukan fotosintesis akibatnya
banyak tumbuhan mati dan dinosaurus yang herbivore tidak mendapatkan
8
kebutuhan makanannya dan kemudian mati. Dinosaurus pemakan daging
pun tidak mendapatkan mangsanya. Hal inilah yang menimbulkan
kepunahan dinosaurus.
2. Biston betularia
Sebelum revolusi indrusti Biston Betularia putih jumlahnya lebih banyak
daripada biston betularia hitam. Namun, setelah terjadinya revolusi
industry jumlah Biston Betularia putih lebih sedikit daripada Biston
Betularia hitam. Algadri 92014) mengemukakan bahwa hal ini terjadi
karena ketidakmampuan Biston Betularia putih untuk beradaptasi dengan
lingkungan yang baru. Sebelum terjadinya revolusi di inggris udara bebas
dari asap indrusti, namun setelah revolusi indrusti di ingris udara penuh
dengan asap dan debu sehinga populasi Bistos Betularia menurun akibat
tidak dapat beradaptasi dan mudah ditangkap oleh mangsanya.6
KESIMPULAN
6
Neil A. Campbell, dkk., Biologi Edisi Kedelapan,……………………………..., hlm 34-
35
9
oleh seleksi alam, tetapi masih dapat menyebabkan perubahan evolusi. Dalam
populasi besar yang stabil pengaruh hanyutan genetik cenderung dihilangkan
oleh ukuran lungkan genetik.
4. Hukum seleksi alam dilatar belakangi oleh teori tentang seleksi alam yang
dikemukakan oleh Charles Robert Darwin. Charles Robert Darwin merupakan
seorang tokoh evolusi yang pendapatnya tentang evolusi diterima oleh dunia
ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
10
Arisuryanti dan Daryono. 2007. Genetika Populasi. (Yogyakarta: Fakultas Biologi
Universitas Gadjah Mada).
Campbell, Neil A., dkk. 2000. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. (Jakarta:
Erlangga).
11