Anda di halaman 1dari 16

KESETIMBANGAN HARDY-WEINBERG DAN SELEKSI ALAM

( Laporan Praktikum Genetika )

Oleh

Innes Putri Monika

2017021002

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNG

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Mengenal Keberagaman Ciri Suatu Sifat

Tanggal Percobaan : 17 September 2021

Tempat Percobaan : Laboratorium Botani Satu

Nama : Innes Putri Monika

NPM : 2017021002

Jurusan : Biologi A

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Kelompok : 1 ( Satu )

Tanggamus,17 September 2021


Mengetahui,
Asisiten

Rizka Dwi Damayanti


NPM.1817021026
I.PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kesetimbangan Hardy-Weinberg merupakan salah satu prinsip yang sangat


penting dalam genetika populasi. Castle, Hardy dan Weinberg secara independen
menemukan prinsip ini. Kesetimbangan Hardy-Weinberg menegaskan adanya seleksi
alam, mutasi, migrasi, perkawinan yang tidak acak, penyimpangan genetik yang acak,
aliran gen, frekuensi genotip, dan frekuensi alel dari sebuah populasi tetap konstan
dari generasi ke generasi. Frekuensi genotip dapat dinyatakan sebagai fungsi yang
sederhana dari frekuensi alel. Prinsip Hardy-Weinberg secara luas mempelajari
penyakit-penyakit manusia untuk mendeteksi perkawinan sedarah, stratifikasi
populasi dan kesalahan pada genetika. Dugaan frekuensi genotip disebut proporsi
Hardy-Weinberg. Penyimpangan dari proporsi Hardy-Weinberg diuji dengan
membandingkan perbedaan antara frekuensi genotip yang diobservasi dengan yang
diduga.
Penyimpangan dari proporsi Hardy-Weinberg merupakan hasil dari kekuatan
evolusi seperti perkawinan sedarah, perkawinan yang asortatif dan ukuran sampel
yang kecil. Perkawinan sedarah merupakan perkawinan dengan kerabat dekat,
perkawinan sedarah dapat mengakibatkan penurunan heterosigositas pada genom di
dalam populasi, hal ini serupa dengan meningkatnya jumlah genotip homogen pada
individu. Perkawinan asortatif merupakan perkawinan dengan pasangan yang
memiliki fenotip yang sama (perkawinan asortatif positif) atau fenotip yang
berbeda (perkawinan asortatif negatif). Perkawinan asortatif juga dapat
meningkatkan homosigositas dari gen yang terkait dengan fenotip. Ukuran sampel
yang kecil juga dapat meningkatkan homosigositas di dalam populasi. Pada populasi
yang kecil, frekuensi alel dapat bergeser dari generasi ke generasi, proses ini dikenal
dengan pergeseran genetik. Pergeseran genetik dapat mengakibatkan perubahan acak
pada frekuensi genotip, hal ini bisa melanggar prinsip Hardy-Weinberg.
Penyimpangan dari proporsi Hardy-Weinberg yang berpengaruh pada individu juga
dapat memberikan bukti adanya hubungan antara variasi genetika dan penyakit

B.Tujuan Praktikum

1. Mempelajari dan mengetahui hukum kesetimbangan Hardy-Weinberg


2. Menguji prinsip-pinsip kesetimbangan (Equilibrium) genetik dan seleksi alam
sebagai suatu prosses yang berhubungan dengan evolusi populasi
II.TINJAUAN PUSTAKA

Gen pada level populasi dimulai dengan memperhatikan frekuensi, dengan kata
lain seberapa sering varian gen tertentu terjadi pada sebuah populasi tertentu.
Frekuensi tersebut dapat dihitung untuk alel-alel, fenotip atau genotip. Frekuensi
genotip merupakan proporsi dari heterozigot dan dua tipe dari homozigot di dalam
populasi. Frekuensi fenotip dihitung dengan mengobservasi bagaimana kondisi dari
sifat (ciri-ciri) di dalam populasi. Hal- hal ini memiliki nilai di dalam genetika dalam
mengestimasi resiko yang ditimbulkan oleh kelainan warisan tertentu pada suatu
individu ketika tidakada riwayat penyakit pada keturunannya.
Frekuensi genotip dapat mengalami perubahan jika kondisi-kondisi berikut
terpenuhi, di antaranya :
1. Individu dari satu genotip memiliki kemungkinan untuk menghasilkan
keturunan dengan genotip yang sama, dibandingkan dengan yang berbeda
genotip.
2. Migrasi individu yang terjadi di antara populasi.

3. Terisolasi untuk bereproduksi dalam grup-grup kecil atau terpisah dari


populasi yang lebih besar (hanyutan genetik).
4. Mutasi yang mengakibatkan terbentuknya alel baru dalam suatu populasi.
5. Individu dengan genotip tertentu lebih berpotensi untuk menghasilkan
keturunan yang layak dan subur pada kondisi lingkungan yang spesifik
daripada individu-individu dengan genotip yang lain (seleksi alam).

Ilmu biologi mendefinisikan evolusi sebagai jumlahan total perubahan genetika


di dalam individu yang merupakan anggota dari kolam gen. Kolam gen merupakan
jumlah keseluruhan alel dalam sebuah populasi tunggal. Hal ini menunjukkan bahwa
efek dari evolusi akan dirasakan oleh individu, tetapi yang berevolusi di sini adalah
populasi secara keseluruhan. Evolusi secara sederhana merupakan perubahan di
dalam frekuensi alel di dalam kolam gen dari sebuah populasi.Definisi evolusi ini
secara independen dikembangkan oleh Godfrey Hardy, seorang matematikawan
Inggris dan Wilhelm Weinberg, seorang fisikawan Prancis pada tahun 1908. Mereka
menggunakan aljabar untuk menjelaskan bagaimana frekuensi alel dapat digunakan
untuk memprediksi frekuensi genotip dan fenotip di dalam suatu populasi.
Menurut Hardy dan Weinberg, evolusi tidak akan terjadi jika dalam suatu populasi
memenuhi 7 kondisi, di antaranya :
1. Tidak terjadi mutasi

2. Tidak terjadi seleksi alam

3. Ukuran populasi yang besar

4. Tidak adanya perkawinan sedarah

5. Perkawinan acak

6. Frekuensi alel yang sama antara laki-laki dan perempuan (setiap orang
memproduksi jumlah keturunan yang sama)

7. Tidak adanya migrasi di dalam atau di luar populasi.

Suatu kondisi di mana ketujuh kondisi di atas dipenuhi disebut kesetimbangan


Hardy-Weinberg.Kesetimbangan Hardy-Weinberg jarang terjadi pada gen yang
mengafeksi fenotip karena penampilan dan kesehatan organisme yang mempengaruhi
kemampuan reproduksi organisme tersebut. Gen yang memberi pengaruh pada fenotip
dikeluarkan dari populasi pada seleksi alam. Kesetimbangan Hardy-Weinberg terjadi
pada kondisi yang tidak memberi pengaruh pada fenotip, maka kesetimbangan Hardy-
Weinberg hanya memperhatikan frekuensi genotip di dalam suatu populasi. Dengan kata
lain, jika ketujuh kondisi di atas tidak dipenuhi maka dapat menyebabkan terjadinya
evolusi.
III.METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum”at, 17 September 2021 pukul 19:00
WIB dan dilakukan secara daring dirumah masing-masing.

B. Alat Dan Bahan


Adapun alat-alat dan bahan-bahan dalam praktikum ini yaitu
Kancing plastikdua warna dan mangkuk/ cangkir plastik

C. Cara Kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan dalam praktikum kali ini yaitu :
1. Tutuplah mangkuk dengan tangan dan kocok untuk mencampur kancing-
kancing dengan acak.
2. Ambil satu pasang (2 kancing) tanpa melihatnya. Pasangan kancing ini
merupakan gambaran kombinasi diploid suatu alel dari individu generasi
berikutnya.
3. Catat pasangan gen tersebut (genotip) pada table 1. Kembalikan kancing-
kancing tersebut ke dalam mangkuk untuk dikocok lagi. Langkah ini diulangi
untuk mendapatkan jumlah 100 genotip.
4. Dari hasil pencatatan genotip pada table 1, masukkan hasilnya pada table 2.
Hitunglah frekwensi gen dan frekwensi genotip dengan mengikuti persamaan
persamaaan
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Hukum Hardy Weinberg merupakan sebuah formula yang mampu menjelaskan


mengenai mekanisme proses evolusi yang terjadi dalam sebuah populasi.Hukum ini
dapat menggambarkan mengenai perimbangan gen gen maupun genotipe yang
berbeda.Yang mana dalam sepanjang waktu gen atau genotipe itu akan tetap sama apabila
memenuhi beberapa syarat. Apabila dijelaskan secara spesifik, hukum Hardy Weinberg
menjelaskan mengenai bagaimana proses alel dan genotipe tertentu akan muncul dalam
setiap populasi.

Melalui pemahaman mengenai perubahan frekuensi alel dan genotipe, para ilmuwan
dapat melakukan identifikasi terhadap berbagai populasi yang secara genetika telah
mengalami perubahan atau evolusi.Sehingga, Para ilmuwan mampu untuk
memperkirakan kemungkinan kemungkinan munculnya kelainan genetika pada suatu
populasi.Dalam hukum Hardy Weinberg juga menyatakan bahwa perbandingan frekuensi
gen atau genotipe dalam sebuah populasi tidak akan berubah.

Sebelum itu, ahli biologi lain bernama Udny Yule telah mengatasi masalah ini pada
tahun 1902. Yule mulai dengan seperangkat gen di mana frekuensi kedua alel adalah 0,5
dan 0,5. Ahli biologi menunjukkan bahwa frekuensi dipertahankan selama generasi
berikutnya. Meskipun Yule menyimpulkan bahwa frekuensi alel dapat tetap stabil,
interpretasi mereka terlalu harfiah. Dia percaya bahwa satu-satunya keadaan
keseimbangan ditemukan ketika frekuensi sesuai dengan nilai 0,5.Yule dengan panas
mendiskusikan temuan-temuan barunya dengan R.C. Punnett - dikenal luas di cabang
genetika untuk penemuan "kotak Punnett" yang terkenal. Meskipun Punnett tahu bahwa
Yule salah, dia tidak menemukan cara matematika untuk membuktikannya. Oleh karena
Punnett menghubungi teman matematika nya Hardy, yang berhasil memecahkan segera,
mengulangi perhitungan dengan menggunakan variabel umum, daripada nilai tetap dari
0,5 sebagai Yule memiliki.

Prinsip prinsip kesetimbangan hukum Hardhy Weinberg

1. Prinsip kestimbangan Memiliki Jumlah Anggota Populasi yang Besar


Penyimpangan genetika tidak aan terlalu berpengaruh, apabila sebuah populasi
berada dalam jumlah yang besar. Dampak dari penyimpangan genetika tersebut akan
lebih dirasakan oleh populasi yang berukuran kecil.
2. Tidak terjadi Mutasi
Secara alami, mutasi dapat mengakibatkan adanya perubahan gen. Perubahan gen
tersebut terjadi dari gen yang bersifat resesif menuju gen yang lebih dominan.
Ataupun terjadi dalam kasus sebaliknya.
3. Tidak terjadi Aliran atau Migrasi Gen
Keseimbangan genetika pada sebuah populasi akan terwujud apabila tidak terjadi
sebuah migrasi gen. Yang mana dalam proses migrasi gen terdapat beberapa gen dari
populasi yang baru masuk ataupun populasi yang lama keluar.
4. Perkawinan terjadi Secara Acak
Dalam hal ini berarti setiap individu yang berasal dari genotipe yang ada dapat
melakukan perkawinan dengan individu yang bergenotipe sejenis maupun berbeda
jenis. Sebagai contoh, individu dengan genotipe aa dapat melakukan perkawinan
dengan individu bergenotipe aa, Aa, maupun AA. Apabila yang terjadi adalah
perkawinan tidak acak. Hal itu akan menimbulkan individu yang bergenotipe tertentu
saja yang mampu berkembang dan bertahan hidup.
5. Tidak terjadi Seleksi Alam
Seleksi alam mampu mengakibatkan individu dengan alel tertentu menjadi bersifat
lebih adaptif. Sehingga alel dapat berhasil dalam bereproduksi guna meningkatkan
frekuensi alel tersebut pada generasi selanjutnya. Evolusi dapat terjadi apabila salah
satu dari kelima persyaratan tersebut mengalami berbagai gangguan yang
menyebabkan perbandingan frekuensi alel mengalami perubahan. Hukum Hardy
Weinberg dapat diterapkan dalam bentuk perhitungan.
Seleksi alam adalah proses di mana mutasi genetika yang meningkatkan
keberlangsungan dan reproduksi suatu organisme menjadi (dan tetap) lebih umum dari
generasi yang satu ke genarasi yang lain pada sebuah populasi. Ia sering disebut sebagai
mekanisme yang "terbukti sendiri" karena:Variasi terwariskan terdapat dalam populasi
organisme.Organisme menghasilkan keturunan lebih dari yang dapat bertahan
hidupKeturunan-keturunan ini bervariasi dalam kemampuannya bertahan hidup dan
bereproduksi.Kondisi-kondisi ini menghasilkan kompetisi antar organisme untuk
bertahan hidup dan bereproduksi. Oleh sebab itu, organisme dengan sifat-sifat yang lebih
menguntungkan akan lebih berkemungkinan mewariskan sifatnya, sedangkan yang tidak
menguntungkan cenderung tidak akan diwariskan ke generasi selanjutnya.Konsep pusat
seleksi alam adalah kebugaran evolusi organisme. Kebugaran evolusi mengukur
kontribusi genetika organisme pada generasi selanjutnya. Namun, ini tidaklah sama
dengan jumlah total keturunan, melainkan kebugaran mengukur proporsi generasi
tersebut untuk membawa gen sebuah organisme. Karena itu, jika sebuah alel
meningkatkan kebugaran lebih daripada alel-alel lainnya, maka pada tiap generasi, alel
tersebut menjadi lebih umum dalam populasi.

Seleksi alam dalam sebuah populasi untuk sebuah sifat yang nilainya bervariasi,
misalnya tinggi badan, dapat dikategorikan menjadi tiga jenis. Yang pertama
adalah seleksi berarah (directional selection), yang merupakan geseran nilai rata-rata sifat
dalam selang waktu tertentu, misalnya organisme cenderung menjadi lebih tinggi.
Kedua, seleksi pemutus (disruptive selection), merupakan seleksi nilai ekstrem, dan
sering mengakibatkan dua nilai yang berbeda menjadi lebih umum (dengan menyeleksi
keluar nilai rata-rata). Hal ini terjadi apabila baik organisme yang pendek ataupun panjang
menguntungkan, sedangkan organisme dengan tinggi menengah tidak.

Ketiga, seleksi pemantap (stabilizing selection), yaitu seleksi terhadap nilai-nilai


ektrem, menyebabkan penurunan variasi di sekitar nilai rata-rata. Hal ini dapat
menyebabkan organisme secara pelahan memiliki tinggi badan yang sama.Kasus khusus
seleksi alam adalah seleksi seksual, yang merupakan seleksi untuk sifat-sifat yang
meningkatkan keberhasilan perkawinan dengan meningkatkan daya tarik suatu
organisme. Sifat-sifat yang berevolusi melalui seleksi seksual utamanya terdapat pada
pejantan beberapa spesies hewan. Walaupun sifat ini dapat menurunkan keberlangsungan
hidup individu jantan tersebut (misalnya pada tanduk rusa yang besar dan warna yang
cerah dapat menarik predator), Ketidakuntungan keberlangsungan hidup ini
diseimbangkan oleh keberhasilan reproduksi yang lebih tinggi pada penjantan.

Faktor Menyebabkan Seleksi Alam

Berikut merupakan faktor-faktor yang berasal dari lingkungan dan dapat menyebabkan
seleksi alam pada organisme:

1. Makanan

Faktor pertama ini adalah hal yang penting. Misalnya pada suatu pulau hidup 100
ekor burung dara pemakan biji-bijian, jika jumlah burung terus bertambah akibat
berkembang biak maka sumber makanan mulai terbatas. Hal ini menyebabkan
burung bersaing untuk mendapat makanan, yang terkuat akan tetap hidup karena
mendapatkan makanan, namun yang lemah akan terseleksi dan mati karena tidak
makan.

2. Suhu/Temperatur

Faktor kedua ini berhubungan dengan arti suhu penyebab seleksi alam yang
terjadi pada lingkungan. Seperti ketika siswa yang terbiasa hidup di daerah panas,
ketika ada darma wisata ke daerah pegunungan yang dingin maka tidak semua
siswa dapat bertahan pada lingkungan baru. Beberapa akan sakit, namun yang
dapat beradaptasi dapat menyesuaikan diri.

3. Cahaya Matahari

Faktor ini penting terutama bagi tumbuhan yang melakukan fotosintesis. Proses
fotosintesis memerlukan sinar matahari, jika intensitasnya tidak cukup maka akan
menyebabkan beberapa jenis tumbuhan tidak dapat bertahan hidup.

4. Habitat
Habitat adalah tempat tinggal makhluk hidup dengan segala komponen
abiotik yang ada didalamnya juga memengaruhi proses seleksi alam. Kerusakan
habitat karena faktor alami atau buatan dapat menyebabkan terganggunya
keberlangsungan hidup organisme didalamnya.
V.KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum kali ini yaitu sebagai berikut:

1. Penyimpangan dari proporsi Hardy-Weinberg merupakan hasil dari kekuatan


evolusi seperti perkawinan sedarah, perkawinan yang asortatif dan ukuran sampel
yang kecil.
2. Penyimpangan dari proporsi Hardy-Weinberg diuji dengan membandingkan
perbedaan antara frekuensi genotip yang diobservasi dengan yang diduga.
3. Seleksi alam adalah proses di mana mutasi genetika yang meningkatkan
keberlangsungan dan reproduksi suatu organisme menjadi (dan tetap) lebih umum
dari generasi yang satu ke genarasi yang lain pada sebuah populasi. Ia sering
disebut sebagai mekanisme yang "terbukti sendiri" karena:Variasi terwariskan
terdapat dalam populasi organisme.
4. Syarat berlakunya asas Hardy-Weinberg yaitu setiap gen mempunyai viabilitas
dan fertilitas yang sama,Perkawinan terjadi secara acak,tidak terjadi mutasi gen
atau frekuensi terjadinya mutasi yang sama besar,tidak terjadi migrasi,tidak
terjadi seleksi alam,jumlah individu dari suatu populasi selalu besar.
DAFTAR PUSTAKA

Cempaka.S. 2008. Biologi Edisi ke 5 Jilid II. Erlangga. Jakarta.

Budi satia .P.2005.Kesetimbangan Hukum Werdhy Weinberg. Erlangga.Jakarta.

Laina.M.2009. Seleksi alam.Mekarsari.Jakarta

Surya Putra.U, W. 2005. Hukum Werdhy Weinberg Penerbit Mekarjaya. Bandung

Elvianasti, M., (2014). Analisis Pedagogical Contetnt Knowledge (PCK) Calon


Guru Biologi Pada Materi Genetika dan Ekologi. Bandung. UPI

Griffin, V., McMiller, T., Jones, E., and Johnson, C. M. , (2002). Identifying
Novel Helix– Loop–Helix Genes in Caenorhabditis elegans through a Classroom
Demonstration of Functional Genomics. [online]. CBE—Life Sciences Education
Vol. 2, 51–62.
.

Anda mungkin juga menyukai