Oleh
Innes Putri Monika
2017021002
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGATAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
A.Hasil dan Pembahsan
1.1 Hasil Pengamatan
Dari tabel diatas menjelaskan bahwa proses imbibisi pada biji kacang hijau lebih
cepat pada suhu dingin yaitu 4C dibandingkan pada suhu ruang.Bisa dilihat pada
sisa air yang tersisa ,terlihat sisa air yang tersisa pada suhu dingin (4C) lebih sedikit
dibandingakan pada sisa air pada suhu ruang.Pada suhu ruang terlihat permukaan
biji mengalami kenaikkan dibandingkan pada suhu ruang biji jagung.Biji jagung
tidak mengalami begitu cepet proses imbibisi dilihat dari sisa air yang tersisa dan
selisih permukaan biji. Permukaan biji jagung pada suhu ruang memiliki selisih
yang tidak begitu jauh pada tinggi awalnya,Jika pada suhu dingin biji jagung
mengalami perubahan yang cukup jauh tetapi tidak terlalu signifikan.Sehingga
dapat dikatakan suhu dapat mempengaruhi proses imbibisi pada biji.
Pada proses imbibisi air ini dapat menyebabkan embrio dibawah kulit biji tersebut
juga akan ikut memproduksi hormon walaupun dalam jumlah yang
kecil.penyerapan air yang terjadi pada benih ini akan terhidrasi membentuk enzim
(termasuk didalamnya terdapat hormon sitokinin dan auksin.Proses imbibisi ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti konsentrasi air, tekanan hidrostatik, luas
permukaan biji, suhu dan ukuran dari biji. Syarat terjadinya peristiwa imbibisi yaitu
dengan adanya perbedaan potensial antara air dan benih, kemudian adanya tarik
menarik sehingga masuknya air ke biji, kemudian juga terdapat beberapa pengaruh
lainnya yang dapat mempengaruhi proses imbibisi.Selain itu tekanan osmosis jika
tekanan difusi air pada suatu medium luar tersebut lebih tinggi dari tekanan difusi
air maka di dalam imbibisinya juga terjadi.
Dalam proses penyerapan air pada biji tersebut menyebabkan air yang masuk ke
dalam kotiledon menyebabkan volumenya menjadi bertambah,sehingga kotiledon
membengkak. Pembengkakan yang terjadi pada biji tersebut pada aktrimya
menyebabkan pecahnya testa. Selain itu enzim juga turut berpengaruh dalam proses
imbibisi. Pada saat perkecambahan, enzim mulai berfungsi dalam sitoplasma yang
mana telah terhidrasi.Imbibisi terjadi jika beberapa enzim yang mengubah protein
menjadi asam amino, lemak dan minyak menjadi larutan sederhana atau campuran
dan enzim enzim lain yang merombak pati menjadi gula.
Suhu sangat mempengaruhi penyerapan air oleh biji.Maka jika biji diletakkan pada
suhu yang berbeda maka akan mempengaruhi sisa air.Bila biji diletakkan pada suhu
ruang memiliki sisa air yang lebih karena pada suhu ruang biji mengalami
perkecambahan yang sehingga banyaknya air yang masuk kedalam biji akan
mmepengaruhi sisa air.Sedangkan pada biji yang diletakkan pada suhu 4c lebih
sedikit air yang terisa dibandingkan pada suhu ruang ini dikarenakan pada suhu
tersebut biji Ini disebabkan oleh meningkatnya kadar sitokinin dan gibberelin
selama penyimpana pada temperatur dingin yang berpengaruh positif terhadap
perkecambahan.. Kulit biji yang disipan dalam temperatur dingin mungkin lebih
tipis dari pada yang disimpan diluar. Hal ini menunjukkan bahwa temperatur dingin
mempercepat perkecambahan dengan lama perkecambahan yang singkat. Sifat-
sifat ini sangat baik apabila biji ditanam dilapangan, karena biji cepat berkecambah
dan tidak berkecambah dalam waktu lama. Ini memungkinkan tanaman menjadi
lebih kompetitif terhadap pertumbuhan tanaman lain seperti gulma.
Suhu merupakan syarat penting bagi perkecambahan biji tetapi suhu tidak bersifat
muklak sama seperti kebutuhan air.Dengan suhu yang dingin maka akan
mempengaruhi kecepatan proses imbibisi dibandingkan dengan suhu ruang.Jika
diliat dari data pengamatan maka pada suhu dingin biji lebih cepat mengalami
proses imbibisi dibandingkan dengan suhu ruang dikarenakan pada suhu dingin
meningkatnya hormon sitosin dan giberelin pada suhu dingin. Salah satu zat
pengatur tumbuh yang dapat memacu perkecambahan dan pertumbuhan adalah
hormon giberelin yang berperan dalam pengembangan dinding sel, pembesaran sel
dan pembelahan sel. Giberelin akan berperan dalam fase berkecambah melalui
pembentukan enzim α-amilase pada lapisan aleuron, berpengaruh terhadap
perpanjangan ruas tanaman dengan bertambahnya jumlah dan besar sel-sel pada
ruas-ruas tersebut.
Pada perkecambahan dikenal ada tiga suhu kritis yang berbeda yang dialami oleh
biji. Yang pertama adalah suhu minimum dimana perkecambahan pada umumnya
terjadi pada suhu minimum yaitu antara 0 – 5ᴼ C, kedua adalah suhu optimum
dimana kecepatan dan persentase biji yang berkecambah berada pada posisi
tertinggi selama proses perkecambahan berlangsung. Suhu optimum berlangsung
pada temperature 26,5ᴼ C - 35ᴼ C. Ketiga adalah suhu maksimum berkisar antara
30ᴼC - 40ᴼC . Suhu diatas suhu maksimun biasanya mematikan biji karena keadaan
tersebut menyebabkan mesin metabolisme biji menjadi tidak aktif sehingga biji
menjadi rusak dan mati. Penyimpanan biji pada temperatur dingin sering membantu
mempercepat perkecambahan atau sebaliknya dapat memperlambat
perkecambahan. Di daerah beriklim dingin, praktek ini sering dilakukan dengan
penyimpanan di pot-pot yang berisi biji diluar ruangan selama musim dingin.
KESIMPULAN