Anda di halaman 1dari 11

BEBERAPA FENOMENA FISIKA PADA TUMBUHAN :IMBIBISI

( Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuha )

Oleh
Innes Putri Monika
2017021002

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGATAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
A.Hasil dan Pembahsan
1.1 Hasil Pengamatan

Tabel.1 Kecepatam Imbibisi Pada Setiap Jenis

No Kacang Hijau Biji Jagung

Permukaan biji Sisa air (cm) Permukaan biji Sisa air


(cm) (cm) (cm)
Suhu 4C Suhu 4C Suhu 4C Suhu 4
kamar kamar kamar kamar C

1. 3.5 cm 1.2 cm 3 cm 4.5 cm 1.5 cm 0.5 cm 5 cm 5.6


cm

2. 6.5 cm 6.5cm 2.5 cm 3 cm 2 cm 1.5 cm 2.7 cm 4.5


cm
3. 5cm 3cm 0 cm 0.5 cm 1.5 cm 1 cm 1 cm 1,5
cm
4. 3.8 cm 2.7 cm 3.8 cm 4.2 cm 1 cm 0 cm 5.6 cm 5.8
cm
5. 8 cm 5.5 cm 4.5 cm 4 cm 4.5 cm 4 cm 5.5 cm 5
cm
6. 4.5 cm 3 cm 3 cm 4.5 cm 2 cm 1 cm 5.2 cm 5.3
cm
B.Pembahasan

Dari tabel diatas menjelaskan bahwa proses imbibisi pada biji kacang hijau lebih
cepat pada suhu dingin yaitu 4C dibandingkan pada suhu ruang.Bisa dilihat pada
sisa air yang tersisa ,terlihat sisa air yang tersisa pada suhu dingin (4C) lebih sedikit
dibandingakan pada sisa air pada suhu ruang.Pada suhu ruang terlihat permukaan
biji mengalami kenaikkan dibandingkan pada suhu ruang biji jagung.Biji jagung
tidak mengalami begitu cepet proses imbibisi dilihat dari sisa air yang tersisa dan
selisih permukaan biji. Permukaan biji jagung pada suhu ruang memiliki selisih
yang tidak begitu jauh pada tinggi awalnya,Jika pada suhu dingin biji jagung
mengalami perubahan yang cukup jauh tetapi tidak terlalu signifikan.Sehingga
dapat dikatakan suhu dapat mempengaruhi proses imbibisi pada biji.

Imbibisi merupakan tahap yang sangat penting yang dapat menyebabkan


peningkatan kandungan air dari benih biji tersebut yang diperlukan untuk
meningkatkan perubahan kimiawi dalam benih biji sehingga benih berkecambah.
Imbibisi atau nama kata latinnya“imbi bore” artinya menyelundup. Air imbibisi
atau disebut air menyelundup ini merupakan suatu zat yang dimaksud dengan
imbibisi dimana merupakan peristiwa perpindahan molekul air didalam suatu zat
melewati pori-pori atau lubang yang cukup besar dan molekul air tersebut menetap
di dalam zat. Air yang masuk dalam biji pada proses imbibisi mengaktifkan enzim-
enzim yang telah ada didalam biji tersebut dan dapat membantu proses
pembentukan enzim yang disalurkan ke bagian embrionik axis untuk membantu
proses terjadinya perkecambahan biji.

Pada proses imbibisi air ini dapat menyebabkan embrio dibawah kulit biji tersebut
juga akan ikut memproduksi hormon walaupun dalam jumlah yang
kecil.penyerapan air yang terjadi pada benih ini akan terhidrasi membentuk enzim
(termasuk didalamnya terdapat hormon sitokinin dan auksin.Proses imbibisi ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti konsentrasi air, tekanan hidrostatik, luas
permukaan biji, suhu dan ukuran dari biji. Syarat terjadinya peristiwa imbibisi yaitu
dengan adanya perbedaan potensial antara air dan benih, kemudian adanya tarik
menarik sehingga masuknya air ke biji, kemudian juga terdapat beberapa pengaruh
lainnya yang dapat mempengaruhi proses imbibisi.Selain itu tekanan osmosis jika
tekanan difusi air pada suatu medium luar tersebut lebih tinggi dari tekanan difusi
air maka di dalam imbibisinya juga terjadi.

Dalam proses penyerapan air pada biji tersebut menyebabkan air yang masuk ke
dalam kotiledon menyebabkan volumenya menjadi bertambah,sehingga kotiledon
membengkak. Pembengkakan yang terjadi pada biji tersebut pada aktrimya
menyebabkan pecahnya testa. Selain itu enzim juga turut berpengaruh dalam proses
imbibisi. Pada saat perkecambahan, enzim mulai berfungsi dalam sitoplasma yang
mana telah terhidrasi.Imbibisi terjadi jika beberapa enzim yang mengubah protein
menjadi asam amino, lemak dan minyak menjadi larutan sederhana atau campuran
dan enzim enzim lain yang merombak pati menjadi gula.

Suhu sangat mempengaruhi penyerapan air oleh biji.Maka jika biji diletakkan pada
suhu yang berbeda maka akan mempengaruhi sisa air.Bila biji diletakkan pada suhu
ruang memiliki sisa air yang lebih karena pada suhu ruang biji mengalami
perkecambahan yang sehingga banyaknya air yang masuk kedalam biji akan
mmepengaruhi sisa air.Sedangkan pada biji yang diletakkan pada suhu 4c lebih
sedikit air yang terisa dibandingkan pada suhu ruang ini dikarenakan pada suhu
tersebut biji Ini disebabkan oleh meningkatnya kadar sitokinin dan gibberelin
selama penyimpana pada temperatur dingin yang berpengaruh positif terhadap
perkecambahan.. Kulit biji yang disipan dalam temperatur dingin mungkin lebih
tipis dari pada yang disimpan diluar. Hal ini menunjukkan bahwa temperatur dingin
mempercepat perkecambahan dengan lama perkecambahan yang singkat. Sifat-
sifat ini sangat baik apabila biji ditanam dilapangan, karena biji cepat berkecambah
dan tidak berkecambah dalam waktu lama. Ini memungkinkan tanaman menjadi
lebih kompetitif terhadap pertumbuhan tanaman lain seperti gulma.

Suhu merupakan syarat penting bagi perkecambahan biji tetapi suhu tidak bersifat
muklak sama seperti kebutuhan air.Dengan suhu yang dingin maka akan
mempengaruhi kecepatan proses imbibisi dibandingkan dengan suhu ruang.Jika
diliat dari data pengamatan maka pada suhu dingin biji lebih cepat mengalami
proses imbibisi dibandingkan dengan suhu ruang dikarenakan pada suhu dingin
meningkatnya hormon sitosin dan giberelin pada suhu dingin. Salah satu zat
pengatur tumbuh yang dapat memacu perkecambahan dan pertumbuhan adalah
hormon giberelin yang berperan dalam pengembangan dinding sel, pembesaran sel
dan pembelahan sel. Giberelin akan berperan dalam fase berkecambah melalui
pembentukan enzim α-amilase pada lapisan aleuron, berpengaruh terhadap
perpanjangan ruas tanaman dengan bertambahnya jumlah dan besar sel-sel pada
ruas-ruas tersebut.

Pada perkecambahan dikenal ada tiga suhu kritis yang berbeda yang dialami oleh
biji. Yang pertama adalah suhu minimum dimana perkecambahan pada umumnya
terjadi pada suhu minimum yaitu antara 0 – 5ᴼ C, kedua adalah suhu optimum
dimana kecepatan dan persentase biji yang berkecambah berada pada posisi
tertinggi selama proses perkecambahan berlangsung. Suhu optimum berlangsung
pada temperature 26,5ᴼ C - 35ᴼ C. Ketiga adalah suhu maksimum berkisar antara
30ᴼC - 40ᴼC . Suhu diatas suhu maksimun biasanya mematikan biji karena keadaan
tersebut menyebabkan mesin metabolisme biji menjadi tidak aktif sehingga biji
menjadi rusak dan mati. Penyimpanan biji pada temperatur dingin sering membantu
mempercepat perkecambahan atau sebaliknya dapat memperlambat
perkecambahan. Di daerah beriklim dingin, praktek ini sering dilakukan dengan
penyimpanan di pot-pot yang berisi biji diluar ruangan selama musim dingin.
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapatkan pada praktikum ini adalah :


1. Perlakuan perendaman dengan suhu yang berbeda memberikan pengaruh
yang nyata terhadap proses imbibisi dan menunjukkan sangat berpengaruh
terhadap daya kecambah.
2. Pada biji yang diletakkan pada suhu 4C lebih sedikit air yang terisa
dibandingkan pada suhu ruang ini dikarenakan pada suhu tersebut biji Ini
disebabkan oleh meningkatnya kadar sitokinin dan gibberelin selama
penyimpana pada temperatur dingin yang berpengaruh positif terhadap
perkecambahan.
3. Suhu merupakan faktor yang dapat mempengaruhi proses imibisi yang
dapat menigkatakan kecepatan proses imbibisi dan proses perkecambahan
pada biji.
4. Imbibisi adalah peristiwa masuknya air pada biji,imbibisi terjadi kerana
perbedaan tekanan antara biji dengan air, dimana tekanan biji < air sehingga
ada gaya tarik menarik yang spesifik antara air dengan biji. Imbibisi terjadi
ketika air diserap oleh padatan-koloid yang menyebabkan peningkatan
volume.
5. Temperatur dingin sangat baik pengaruhnya untuk meningkatkan daya
kecambahan, kecepatan dan keseragaman perkecambahan.
6. Pada perkecambahan dikenal ada tiga suhu kritis yang berbeda yang
dialami oleh biji yaitu suhu minimum sekita 0-5C,suhu optimum 26.5C-
35C dan suhu maksimum yaitu sekitar 30C-40C.
DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, 2004, Pengentar Fisiologi Tanaman, PT Gramedia Pusaka


Utama,Jakarta.

Bulo D ..1992. Introduksi Beberapa Jenis Leguminosa Herba Pada Padang


Penggembalaan Alam. Proc. Pertemuan Pengolahan Dan Komunikasi
Hasil Penelitian Peternakandi Sulawesi Selatan. Sub Balai Penelitian
Ternak,Gowa. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian

Lakitan, Benyamin. 1996. Dasar- Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Persada

Lukiwati,D.R., Sumarseno Dan Didiek Wisnu W. 1991. Produksi Hijauan


Pada Pasture Campuran King Grass Centro Di Upland Dak Lowland
Dalam Prosiding Seminar Pengembangan Peternakan Dalam Menunjang
Pembangunan Ekonomi Nasional. Purwokerto, 4 Mei 1991.Fakultas
Peternakan Universitas Jendral Soedirman Purwokerto.

Suseno, H., 1974. Fisiologi Tumbuhan. Metabolisme Dasar, Departemen


Botani Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Hal. 277.
LAMPIRAN

Proses imbibisi pada suhu ruang

Sebelum proses imbibisi Sesudah proses imbibisi


Proses Imbibi pada suhu 4C

Sebelum proses imbibisi Sesudah proses imbibisi

Anda mungkin juga menyukai