Anda di halaman 1dari 16

BEBERAPA FENOMENA FISIKA DALAM TUMBUHAN : IMBIBISI

(Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan)

Oleh

Arinda Kusuma Dewi


2117021004

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap tumbuhan dalam proses perkembangannya selalu melibatkan proses


fisika dan kimia untuk mempertahankan kehidupannya dengan
memerlukan berbagai suplai nutrisi dan mineral dari lingkungan melalui
proses penyerapan dengan berbagai cara, diantaranya difusi, osmosis,
transpor aktif, dan imbibisi.

Imbibisi termasuk ke dalam salah satu proses difusi yang terjadi saat
masuknya air pada ruang intraseluler dari konsentrasi rendah ke tinggi.
Masuknya air sering disertai dengan membengkaknya bahan koloid dan
peningkatan berat tumbuhan. Proses ini tidak melibatkan membran, karena
terjadi saat permukaan struktur mikropkopis sel tumbuhan dapat menarik
dan memegang molekul-molekul air dengan gaya tarik antarmolekul.
Penambahan volume dalam peristiwa imbibisi lebih kecil dari pada
penjumlahan volume zat mula-mula, dengan zat yang diimbibisikan
apabila dalam keadaan bebas. Oleh karena itu maka dilakukanlah
praktikum fenomena fisika (imbibisi) pada tumbuhan untuk mengetahui
gejala fisika (imbibisi) yang penting pada tumbuhan.

B. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengamati


gejala fisika (imbibisi) yang penting pada tumbuhan.
II. METODE PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat

Adapun kegiatan praktikum ini dilakukan pada hari Sabtu, 25 Februari


2023 pukul 09.00 – 12.00 WIB. Dilaksanakan di Laboratorium Botani I
Biologi FMIPA Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tabung reaksi,
rak tabung reaksi, alumunium foil, lemari es, penggaris, spidol, dan label.

Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah kacang


hijau, kacang kedelai, biji jagung, dan air.

C. Cara Kerja

Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1. Disiapkan 2 set tabung reaksi 25 ml masing masing terdiri dari 3
tabung (6 buah). Masing-masing tabung diberi label dengan nama biji
dan perlakuan suhu.
2. Dimasukkan masing-masing 3 - 4 gram kacang hijau, kedelai, dan
jagung ke dalam set tabung reaksi 25 ml yang telah disediakan. Setiap
tabung untuk jenis biji dan perlakuan suhu yang berbeda.
3. Ditambahkan air sampai kurang lebih 15 rnl. Ditandai permukaan biji
dan dicatat waktu selesainya persiapan ini.
4. Ditutup gelas ukur dengan alumunium foil. Satu set tabung reaksi
disimpan pada suhu ruangan dan satu set lainnya di dalam ruangan
bersuhu dingin (4ºC), dibiarkan selama kurang lebih 10 jam.
5. Diamati kembali tinggi permukaan biji, dan banyaknya air yang
tersisa.
6. Dihitung jumlah air yang terserap/menit. Hasil perhitungan ini
menunjukkan kecepatan imbibisi.
7. Dilakukan percobaan yang sama, tetapi imbibisi dilakukan pada suhu
4ºC.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Adapun data hasil yang diperoleh dari praktikum ini sebagai berikut.

Permukaan Biji
6
5
4
3
2
1
0 kelompok 1 kelompok 3 kelompok 9
kacang hijau kedelai jagung

Grafik 1. Hasil pengukuran permukaan biji suhu kamar sebelum 10 jam

Sisa Air
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
kelompok 1 kelompok 3 kelompok 9

kacang hijau kedelai jagung

Grafik 2. Hasil pengukuran sisa air pada suhu kamar sebelum 10 jam
Permukaan Biji
8

0
kelompok 1 kelompok 3 kelompok 9
kacang hijau kedelai jagung

Grafik 3. Hasil pengukuran permukaan biji suhu 4C sebelum 10 jam

Sisa Air
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
kelompok 1 kelompok 3 kelompok 9

kacang hijau kedelai jagung

Grafik 4. Hasil pengukuran sisa air pada suhu 4C sebelum 10 jam

Permukaan Biji
8

0
kelompok 1 kelompok 3 kelompok 9
kacang hijau kedelai jagung

Grafik 5. Hasil pengukuran permukaan biji suhu kamar setelah 10 jam


Sisa Air
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
kelompok 1 kelompok 3 kelompok 9

kacang hijau kedelai jagung

Grafik 6. Hasil pengukuran sisa air pada suhu kamar setelah 10 jam

Permukaan Biji
8

0
kelompok 1 kelompok 3 kelompok 9
kacang hijau kedelai jagung

Grafik 7. Hasil pengukuran permukaan biji suhu 4C setelah 10 jam

Sisa Air
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
kelompok 1 kelompok 3 kelompok 9

kacang hijau kedelai jagung

Grafik 8. Hasil pengukuran sisa air pada suhu 4C setelah 10 jam
B. Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa imbibisi


atau imbi bore (dalam bahasa latin) artinya menyelundup. Air imbibisi
atau air menyelundup ini terjadi pada peristiwa perpindahan molekul air
didalam suatu zat melewati pori-pori atau lubang yang cukup besar dan
molekul air tersebut menetap di dalam zat tumbuhan. Imbibisi yang terjadi
pada tanaman merupakan masuknya air pada ruang interseluler dari
konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Proses imbibisi memiliki
kecepatan penyerapan air yang berbeda-beda untuk setiap jenis biji
tanaman. Banyaknya air yang diserap selama proses imbibisi pada
umumnya kecil, cepat dan tidak boleh lebih dari 2-3 kali berat kering dari
biji tersebut (Suhendra dan Efendi, 2021).

Proses perkecambahan pada tumbuhan mengalami proses penyerapan air


dengan cara osmosis ataupun imbibisi. Pada proses penyerapan air oleh
biji biasanya terjadi sampai ke jaringan pada tahap pertama. Pada tahap
kedua penyerapan air pada benih tidak sama, dikarenakan kulit pada benih
biji tersebut mengandung suatu lapisan atau substrat yang mudah larut
dalam air sehingga air yang diserap lebih banyak. Jika suatu tekanan pada
benih kecil dari tekanan larutan maka dapat meningkatkan proses imbibisi.
Air yang masuk dalam biji pada proses imbibisi mengaktifkan enzim-
enzim yang telah ada didalam biji tersebut sehingga membantu proses
pembentukan enzim yang disalurkan ke bagian embrionik axis untuk
proses terjadinya perkecambahan biji. Pada proses imbibisi air ini dapat
menyebabkan embrio dibawah kulit biji tersebut akan ikut memproduksi
hormon walaupun dalam jumlah yang kecil, penyerapan air yang terjadi
pada benih ini akan terhidrasi membentuk enzim (termasuk didalamnya
terdapat hormon sitokinin dan auksin) (Idrus dan Fuadiyah, 2021).

Faktor-faktor yang memengaruhi kecepatan imbibisi diantaranya adalah :


a. Keras atau lunaknya biji
Kekerasan biji juga turut berpengaruh dalam proses perkecambahan.
Semakin keras bijinya maka air akan sulit untuk masuk ke dalam biji
sehingga imbibisi terhambat.
b. Tekanan benih terhadap tekanan larutan
Selain itu semakin kecil tekanan benih dari pada tekanan larutan, maka
semakin besar proses imbibisi.
c. Kadar respirasi biji
Dalam kondisi pernapasan yang sangat rendah proses perkecambahan
bisa terhambat
d. Enzim
Pada saat perkecambahan, enzim mulai berfungsi dalam sitoplasma
yang mana telah terhidrasi. Imbibisi terjadi jika beberapa enzim yang
mengubah protein menjadi asam amino, lemak dan minyak menjadi
larutan sederhana atau campuran dan enzim-enzim lain yang
merombak pati menjadi gula.
e. Kondisi fisiologis biji dan lingkungan
Jika Kondisi fisiologis biji dan lingkungan mendukung, semua proses
tersebut di atas dapat berlangsung dengan baik. Jika terdapat zat
penghambat seperti allelopathy, maka proses perkecambahan dapat
terhambat, atau tidak sempurna (Wusono dkk., 2018).

Dari hasil praktikum beberapa fenomena fisika dalam tumbuhan (imbibisi)


yang telah dilakukan maka didapatkan hasil bahwa pada permukaan biji
sebelum 10 jam perendaman, kacang hijau memiliki tinggi permukaan
pada tabung reaksi yaitu 4 cm, kedelai memiliki ketinggian permukaan 4,5
cm, dan jagung memiliki tinggi permukaan biji 5 cm. Ukuran permukaan
biji memiliki ketinggian yang sama untuk suhu kamar maupun suhu 4C.
Sedangkan, sisa air yang dimiliki sebelum dilakukan perlakuan memiliiki
ukuran yang sama yaitu sebanyak 15 ml. Untuk hasil yang diperoleh
setelah perlakuan 10 jam, didapatkkan hasil yang berbeda dari sebelumnya
yaitu pada permukaan biji dan sisa air yang dimiliki, untuk suhu ruang
kacang hijau memiliki ketinggian pada permukaan biji 5 cm dan sisa air
yang tersisa sekitar 14 ml, kedelai memiliki ketinggian pada permukaan
biji 5 cm dan untuk sisa air yang dimiliki sekitar 13 ml, untuk jagung
memiliki ketinggian permukaan biji 7 cm dan sisa air yang dimiliki sekitar
13 ml. Sedangkan, untuk sampel yang diletakkan pada suhu 4C kacang
hijau permukaan bijinya 5 cm dan sisa air yang dimiliki 13,5 ml, untuk
kedelai memiliki ketinggian 6 cm dan sisa airnya 13 ml, dan untuk jagung
permukaan bijinya sekitar 5 cm dan sisa air yang dimiliki 14 ml. Dari hasil
tersebut diketahui bahwa pengaruh suhu pada perendaman biji juga
berpengaruh terhadap serapan air ke biji dan air yang tersisa pada tabung
reaksi. Karena suhu dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan biji
dengan temperatur optimal sekitar 25 – 35˚C (Junaidi dan Ahmad, 2021).
Suhu memiliki pengaruh dalam reaksi kimia pada tumbuhan terutama pada
saat perkecambahan benih. Suhu juga memiliki fungsi mengaktifkan kerja
enzim, proses imbibisi, hidrolisis cadangan makanan, respirasi dan proses-
proses lainnya. Suhu kardinal yang dibutuhkan berbeda pada masing-
masing tanaman, sehingga respon terhadap suhu berbeda selama periode
perkecambahan. Suhu rendah dapat mempengaruhi laju respirasi menjadi
lebih lambat, mengurangi pemakaian gizi dan energi yang dapat
memperlambat kecambah benih. Sedangkan suhu yang lebih tinggi mampu
meningkatkan laju perkecambahan, indeks perkecambahan, indeks vigor
dan panjang kecambah. Suhu perendaman sangat berpengaruh signifikan
terhadap persentase perkecambahan, kecepatan perkecambahan, dan
pertumbuhan panjang akar (Widyastuti dkk., 2022).
IV. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang diperoleh pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Imbibisi termasuk salah satu proses difusi pada tumbuhan dalam proses
untuk memperoleh mineral dan unsur hara dari dalam tanah.
2. Masuknya air pada imbibisi sering disertai dengan membengkaknya bahan
koloid dan peningkatan berat tumbuhan (biji).
3. Faktor-faktor yang memengaruhi kecepatan imbibisi seperti keras dan
lunaknya biji, tekanan benih terhadap tekanan larutan, kadar respirasi biji,
enzim, serta kondisi fisiologis biji dan lingkungan.
4. Suhu dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan biji dengan temperatur
optimal sekitar 25 – 35˚C.
5. Suhu perendaman sangat berpengaruh signifikan terhadap persentase
perkecambahan, kecepatan perkecambahan, dan pertambahan panjang
akar.
DAFTAR PUSTAKA

Idrus, H. A. dan Fuadiyah, S. 2021. Uji Coba Imbibisi Pada Kacang Kedelai
(Glycine max) dan Kacang Hijau (Vigna radiata). Jurnal Biologi
Indonesia. 1(1): 710-716.

Junaidi, J. dan Ahmad, F. 2021. Pengaruh Suhu Perendaman Terhadap


Pertumbuhan Vigorbiji Kopi (Coffeacanephora). Jurnal Inovasi
Penelitian. 2(7): 1911-1916.

Suhendra, D. dan Efendi, S. 2021. Perbedaan Bobot dan Kadar Air Benih Kopi
Terhadap Konsentrasi Hormon Giberellin (GA3) dan Jenis Air. Jurnal
Agroplasma. 8(2): 28-34.

Widyastuti, R., Rahmi, A. F., & Indriani, R. 2022. Pengaruh Suhu dan Cahaya
terhadap Viabilitas Benih Tempuyung (Sonchus arvensis). SEPA: Jurnal
Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis. 6(1): 142-147.

Wusono, S., Matinahoru, J. M. dan Watimena, C. M. A. 2018. Pengaruh Ekstrak


Berbagai Bagian Dari Tanaman Swietenia mahagoni Terhadap
Perkecambahan Benih Kacang Hijau dan Jagung. Jurnal Agrologia. 4(2):
105-113.
LAMPIRAN

Tabel 1. Kecepatan imbibisi pada setiap jenis biji yang disimpan pada suhu
yang berbeda (sebelum 10 jam)
Sampel Kel. Permukaan biji Sisa air
Suhu 1 Km 4C Km 4C

Kacang 3,5 cm 3,5 cm 15 ml 15 ml


Hijau
Kedelai 5 cm 5 cm 15 ml 15 ml
Jagung 4 cm 4 cm 15 ml 15 ml
Kacang 3 4 cm 4 cm 7 cm 7 cm
hijau
Kedelai 4,5 cm 4,5 cm 8,5 cm 8,5 cm
Jagung 5 cm 5 cm 9 cm 9 cm
Kacang 9 4 cm 4 cm 7 cm 7 cm
hijau
Kedelai 4,5 cm 4,5 cm 8,5 cm 8,5 cm
Jagung 5 cm 5 cm 9 cm 9 cm
Tabel 2. Kecepatan imbibisi pada setiap jenis biji yang disimpan pada suhu
yang berbeda (setelah 10 jam).
Sampel Kel. Permukaan biji Sisa air
Suhu Km 4C Km 4C

Kacang 1 5,5 cm 3,5 cm 14 ml 15 ml


Hijau
Kedelai 6 cm 2,5 cm 12 ml 15 ml
Jagung 5 cm 3,5 cm 13 ml 15 ml
Kacang 3 5 cm 5 cm 14 cm 13,5 cm
hijau
Kedelai 5 cm 6 cm 13 cm 13 cm
Jagung 7 cm 5 cm 13 cm 14 cm
Kacang 9 5 cm 5 cm 14 cm 13,5 cm
hijau
Kedelai 5 cm 6 cm 13 cm 13 cm
Jagung 7 cm 5 cm 13 cm 14 cm

Anda mungkin juga menyukai