Anda di halaman 1dari 82

 Home




MAKALAH KU

Berbagi Tugas Makalah Dan Referensi

 Home
 Pendidikan

Search...

Home » Makalah » MAKALAH HUKUM HARDY -- WEINBERG

MAKALAH HUKUM HARDY --


WEINBERG
Add Comment
Kamis, 15 Juni 2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada tahun 1908, ahli Matematika Inggris G.H. Hardy dan seorang ahli Fisika Jerman W.
Weinberg secara terpisah mengembangkan model matematika yang dapat menerangkan proses
pewarisan tanpa mengubah struktur genetika di dalam populasi. Hukum Hardy-Weinberg
menyatakan bahwa jumlah frekuensi alel di dalam populasi akan tetap seperti frekuensi awal,
dengan beberapa persyaratan yaitu: populasi sangat besar, kawin acak, tidak ada perubahan di
dalam unggun gen akibat mutasi, tidak terjadi migrasi individu ke dalam dan ke luar populasi,
dan tidak ada seleksi alam (semua genotip mempunyai kesempatan yang sama dalam
keberhasilan reproduksi).
Hukum Hardy-Weinberg memberikan standar ideal untuk para ahli genetika untuk
membandingkan populasi yang sebenarnya dan mendeteksi perubahan evolusi. Dua hal utama
dalam hukum Hardy-Weinberg, yaitu (1) Jika tidak ada gangguan maka frekuensi alel yang
berbeda dalam populasi akan cenderung tetap/tidak berubah sepanjang waktu. (2) Dengan tidak
adanya faktor pengganggu, maka frekuensi genotipe juga tidak akan berubah setelah generasi I.
.
1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :


1. Apa manfaat hukum Hardy-Weinberg dalam evolusi.
2. Apa pengaruh hukum Hardy-Weinberg dalam suatu populasi
1.3 TUJUAN

Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :


1. Mempelajari kesetimbangan Hardy-Weinberg.
2. Dapat mengetahui apa itu hukum Hardy – Weinberg.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah
Godfrey Harold Hardy seorang matematikawan Inggris dan Wilhelm Weinberg seorang
dokter dari Jerman. Tahun 1908 secara terpisah menemukan dasar-dasar frekuensi alel dan
genetik dalam suatu populasi terpisah menemukan suatu hubungan matematik dari frekuensi gen
dalam populasi, yang kemudian dikenal dengan hukum Hardy-Weinberg (prinsip
kesetimbangan). Pernyataan itu menegaskan bahwa frekuensi alel dan genotip suatu populasi
(gene pool) selalu konstan dari generasi ke generasi dengan kondisi tertentu. Hukum ini
digunakan sebagai parameter untuk mengetahui apakah dalam suatu populasi sedang
berlangsung evolusi atau kah tidak.
2.2 Teori Hardy–Weinberg
Hukum Hardy-Weinberg menyatakan, “Di bawah suatu kondisi yang stabil, baik frekuensi
gen maupun perbandingan genotip akan tetap (konstan) dari generasi ke generasi pada populasi
yang berbiak secara seksual”.

Syarat berlakunya asas Hardy-Weinberg:

 Setiap gen mempunyai viabilitas dan fertilitas yang sama


 Perkawinan terjadi secara acak
 Tidak terjadi mutasi gen atau frekuensi terjadinya mutasi, sama besar.
 Tidak terjadi migrasi
 Jumlah individu dari suatu populasi selalu besar

Jika lima syarat yang diajukan dalam kesetimbangan Hardy Weinberg tadi banyak
dilanggar, jelas akan terjadi evolusi pada populasi tersebut, yang akan menyebabkan perubahan
perbandingan alel dalam populasi tersebut. Definisi evolusi sekarang dapat dikatakan sebagai:
”Perubahan dari generasi ke generasi dalam hal frekuensi alel atau genotipe populasi”. Dalam
perubahan dalam kumpulan gen ini (yang merupakan skala terkecil), spesifik dikenal sebagai
mikroevolusi. Akan dibahas 5 penyebab mikroevolusi:

1. Genetic Drift (Hanyutan Genetik)


Bayangkan anda melempar uang 10x dan mendapatkan hasil 3 angka,7 gambar. Anda masih
bisa menerimanya. Jika anda melempar 100.000x dan mendapatkan 30.000x gambar, anda akan
curiga dengan mata uang tersebut. Semakin kecil ukuran sampel, semakin besar peluangnya
untuk terjadi penyimpangan dari hasil ideal yang diharapkan. Misalkan, ada populasi bunga liar
yang anggaplah konstan terdiri dari 10 tumbuhan dengan AA=5, Aa=3, aa=1. Pada generasi
pertama, hanya 5 yang bereproduksi (1AA, 3Aa, dan 1aa). Selanjutnya, akan terjadi 10
tumbuhan dengan AA=3, Aa=4, aa=3. Jika selenjutnya hanya 3 tumbuhan yang menghasilkan
keturunan (2AA dan 1Aa), pastilah alel a semakin tereduksi dalam populasi tersebut. Inilah satu
contoh mikroevolusi. Lainnya adalah Efek Leher Botol (Bottleneck Effect), yakni faktor non
seleksi alam (misalkan bencana alam) yang memilih korban benar-korban secara acak). Contoh
klasik dari efek leher botol adalah habisnya variasi genetik anjing laut gajah utara yang nyaris
punah pada 1890 ketika jumlahnya hanya 20 ekor. Ketika diuji pada 1970-an, 30.000 anjing laut
gajah utara tidak memiliki variasi genetik sama sekali yang dimungkinkan akibat pergeseran
genetik. Perbandingan, variasi genetik melimpah pada anjing laut gajah selatan yang hidup
tentram.
Hal ini mirip sekali dengan apa yang dinamakan dengan Efek Pendiri (Founder Effect),
misalkan hanya ada beberapa biji-bijian yang terbawa oleh burung ke pulau kecil, jelas potensi
untuk menghasilkan populasi yang berbeda dengan populasi tetuanya amat besar.

2. Gene Flow (Aliran Genetik)


Gene Flow (Aliran Genetik adalah pelanggaran syarat Kesetimbangan Hardy-Weinberg yang
mengatakan bahwa populasi harus terisolasi dari populasi lain. Misalkan ada dua populasi bunga
liar. Jika serbuk sari aa dari populasi pertama tertiup ke populasi kedua, frekuensi alel aa akan
meningkat terus pada populasi kedua.

3. Mutasi
Meskipun mutasi dalam lokus gen tertentu jarang terjadi, dampak kumulatifnya dapat
berakibat nyata. Hal ini disebabkan karena tiap individu punya ribuan gen dan banyak populasi
memiliki jutaan individu. Tentunya dalam jangka panjang, mutasi sangat penting bagi evolusi
karena posisinya sebagai sumber asli variasi genetik yang merupakan seleksi alam.
4. Perkawinan Tak Acak
Perkawinan tak acak adalah pelanggaran syarat kesetimbangan Hardy-Weinberg yang
mengharapkan perkawinan acak. Nyatanya, individu akan lebih sering kawin dengan
tetangganya (bahkan kawin dengan dirinya sendiri/selfing yang amat umum pada tumbuhan).
Hal ini akan mengurangi jumlah heterozygote dan meningkatkan jumlah homozygote dominan
dan resesif. Pun ada jenis perkawinan berdasar pilihan (assortative mating), yakni individu
(biasanya betina) cenderung memilih jantan dengan ciri-ciri khusus. Bisa ditebak, ini
menyebabkan pergeseran dalam perbandingan alel tertentu.

5. Seleksi Alam
Intinya adalah keberhasilan yang berbeda dalam reproduksi. Seleksi alam menyebabkan
perbandingan alel yang diturunkan ke generasi berikutnya menjadi berubah dibandingkan
perbandingan alel di populasi awal. Di antara semua faktor mikroevolusi yang kita bahas, hanya
seleksi alam yang mampu menyesuaikan populasi dengan lingkungannya. Seleksi alam
mengakumulasi dan mempertahankan genotipe yang menguntungkan dalam populasi. Jika
lingkungan berubah, seleksi alam akan “merespons” dengan mempertahankan genotipe yang
cocok dengan lingkungan yang baru. Akan tetapi, derajat adaptasi hanya dapat diperluas dalam
ruang lingkup keanekaragaman genetik populasi tersebut.

Hukum Hardy-Weinberg ini berfungsi sebagai parameter evolusi dalam suatu populasi. Bila
frekuensi gen dalam suatu populasi selalu konstan dari generasi ke generasi, maka populasi
tersebut tidak mengalami evolusi. Bila salah satu saja syarat tidak dipenuhi maka frekuensi gen
berubah, artinya populasi tersebut telah dan sedang mengalami evolusi.
2.3 Rumus hukum Hardy-Weinberg

Persamaan hukum Hardy-Weinberg dapat dijelaskan berikut ini :

Pada suatu lokus, gen hanya mempunyai dua alel dalam satu populasi. Para ahli genetika
populasi menggunakan huruf p untuk mewakili frekuensi dari satu alel dan huruf q untuk
mewakili frekuensi alel lainnya.
Bila frekuensi gen yang satu dinyatakan dengan simbol p dan alelnya dengan simbol q, maka
secara matematis hukum tersebut dapat ditulis sebagai berikut:

P + q = 1
( + q) = 1
P + 2pq + q2 = 1
Pp + 2pq + qq = 1
Dimana :
pp = alel yang homozigot dominan
2pq = alel yang heterozigot
qq = alel yang homozigot resesif
Contoh penggunaan hukum ini adalah sebagai berikut:
1. Bila dalam suatu populasi masyarakat terdapat perasa kertas PTC 64% sedangkan bukan
perasa PTC (tt) 36%,
a. Berapa frekuensi gen perasa (T) dan gen bukan perasa (t) dalam populasi tersebut?
b. Berapakah rasio genotifnya?
Jawab :
a. Gen bukan perasa = tt = 36 %
tt = 36 %, maka t = = 0.6
T + t = 1
T = 1 – 0.6 = 0.4
Frekuensi gen T = 0.4 = 40 %
Frekuensi gen t = 0.6 = 60 %
b. TT = (0.4) 2 = o.16 = 16 %
Tt = 2Tt = 2 x 0.4 x 0.6 = 0.48 = 48 %
Tt = (0.6) x 2 = 0.36 = 36 %
Jadi perbandingan genotif TT : Tt : tt = 16: 48: 36

1. Dalam masyarakat A yang berpenduduk 10.000 orang terdapat 4 orang albino. Berapa orang
pembawa sifat albino pada masyarakat tersebut?
Jawab :
a. Orang albino = aa = = 0.0004
a = = 0.02
A + a = 1
A = 1- 0.02
= 0.98
Jadi frekuensi gen A = 0.98 dan a = 0.02
b. Orang pembawa sifat albino (Aa)
Aa = 2Aa = 2 x 0.98 x 0.02 = 0.0392 = 3.92 %
Berarti dalam populasi 10000 orang terdapat carrier albino sebanyak 10000 x 0.0392 = 392
orang.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa :
1. Hukum Hardy-Weinberg menyatakan bahwa jumlah frekuensi alel di dalam populasi akan
tetap seperti frekuensi awal, dengan beberapa persyaratan yaitu: populasi sangat besar, kawin
acak, tidak ada perubahan di dalam unggun gen akibat mutasi, tidak terjadi migrasi individu ke
dalam dan ke luar populasi, dan tidak ada seleksi alam.
2. Apabila lima syarat dalam kesetimbangan Hardy Weinberg dilanggar, maka akan terjadi
evolusi pada populasi tersebut, yang akan menyebabkan perubahan perbandingan alel dalam
populasi tersebut.
3. Perubahan dari generasi ke generasi dalam hal frekuensi alel atau genotipe populasi lebih
spesifik dikenal sebagai mikroevolusi.

3.2 SARAN
Setelah mempelajari hukum Hardy-Weinberg diharapkan penulis dan pembaca dapat
mengerti dan memahaminya.

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2009. Variasi Genetik. http:// I:\blog-evolusi-dan-seleksi-alam.php.htm.
Campbell, N. A. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Corebima, tanpa tahun. Evolusi Makhluk Hidup. Ikip. Malang.
Tag : Makalah
SHARE THIS ARTICLE :
Tweet
+
Next
This is the current newest page
Previous
Next Post »

Related Post

 MAKALAH TENTANG : PENDIDIKAN AGAMA DISEKOLAH UMUM A.


Pendahuluan Salah satu ruang yang menjadi sarana untuk mencetak generasi bangsa
yang beriman dan berilmu ada…
 MAKALAH TENTANG : PUISI INDONESIA KONTEMPORER BAB
IPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Indonesia Kontemporer itu diartikan
sebagai sastra yang hidup di…
 MAKALAH HUKUM HARDY --
WEINBERG BAB
I …
 MAKALAH TENTANG : PEMIKIRAN KALAM ULAMA
MODERN KATA PENGANTAR Puji syukur kita
ucapkan kehadirat Allah S…
 MAKALAH TENTANG : HUBUNGAN ILMU KALAM DENGAN FILSAFAT A.
Pendahuluan Salah satu dari subyek penting pembahasan dalam ranah teologi dan
filsafat agama adalah anali…

0 Komentar untuk "MAKALAH HUKUM HARDY -- WEINBERG"

Cari Blog Ini

Popular Posts
 MAKALAH HUKUM HARDY -- WEINBERG

BAB
I ...

 MAKALAH TENTANG : PERBANDINGAN ANTARA ALIRAN IMAN DAN


KUFUR

A. Pendahuluan Ilmu kalam sebagaimana diketahui membahas ajaran-ajaran


dasar dari suatu agama. Di dalam ilmu kalan itu terda...

 MAKALAH TENTANG : PENDEKATAN FILOLOGIS DAN SEJARAH DALAM


STUDI ISLAM

A. Pendahuluan Islam telah menjadi kajian yang menarik banyak minat belakangan
ini, Studi Islam pun makin berkembang Islam tidak...

Label
Cerpen (2) Kisah Inspiratif (6) Makalah (9)

POS TERBARU
MAKALAH HUKUM HARDY -- WEINBERG

BAB I ...

Copyright © 2014 MAKALAH KU - All Rights Reserved - DMCA


Template By Kunci Dunia

BIOLOGI
BIOLOGI - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

Rabu, 07 Oktober 2015


MAKALAH TEORI HARDY WEINBERG

Makalah Evolusi

TEORI HARDY WEINBERG


Disusun Oleh :

Nira Wati 4123220017


Roma Duma 4121220010
Yuli Hardiyanti 4122220013

BIOLOGI NONDIK A 2012

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014
Kata Pengantar

Puji dan syukur dipanjatkan ke pada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kesehatan yang
telah diberikan oleh-Nya, serta atas izin-Nya dan karunia-Nya makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah ini ditulis sebagai pembelajaran bagi mahasiswa FMIPA Unimed di dalam
mempelajari tentang, Teori Hardy Weinberg sehingga dapat memperoleh ilmu pengetahuan
dasar evolusi. Makalah ini terdiri dari 3 bab., yaitu pada Bab 1 berupa bagian pendahuluan dari
makalah ini, Bab 2 berupa pembahasan tentang teori yang berkenaan dengan Hardy Weiberg.
Pada Bab 3 berupa ringkasan tentang pembahasan dari bab 2. Sehingga, mahasiswa dapat
merangkum lebih cermat dan lebih baik.
Makalah ini diharapkan dapat membantu dan menambah ilmu pengetahuan bagi
mahasiswa, matakuliah Kewarganegaraan, bapak Sahat Sibarani, dalam memperlancar hal
pembelajarannya di FMIPA Unimed. Saran dan kritik yang dapat membangun dari pembaca
sangat diharapkan sehingga makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi.

Medan, 09 November 2014

Penulis

Daftar Isi
Halaman
i
ii
Bab 1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 1

2
2
7

13
14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu hambatan dalam memahami evolusi adalah miokonsepsi umum bahwa
setiap organisme berevolusi. Dalam pengertian darwinian, selama masa hidup organisme
tersebut akan terus mengalami perubahan. Nyatanya seleksi alam memang bekerja pada
Tingkat Individual sifat-sifat organisme mempengaruhi peluang organisme itu untuk bertahan
hidup dan keberhasilan reproduksinya. Akan tetapi dampak evolusioner seleksi alam hanya
tampak dalam melacak bagaimana suatu populasi organisme berubah seiring dengan
berjalannya waktu. Suatu hewan akan memiliki variasi tertentu yang lebih sering di mangsa
predator sehingga populasinya menurun serta akan menghasilkan keturunan yang sedikit
sehingga presentasi struktur populasi akan berubah. Dengan demikian, populasi dan bukanlah
individunya yang mengalami evolusi. Beberapa sifat yang mendukung daya tahan hidup
populasi akan bertambah sedangkan yang tidak baik akan berkurang.
Darwin juga lebih menekankan pada sifat kuantitatif seperti panjang bulu mamalia
serta kemampuan menghindar dari suatu hewan. Sekarang, telah diketahui bahwa sifat
kuantitatif tersebut disebabkan oleh lokus gen ganda. Akan tetapi Mendel dan para ahli
genetika mengeali sifat yang terlihat sebagai “either or” seperti warna bunga kacang ercis
yang dikawinkan dalam penelitiannya. Dengan demikian, telah terjadi perubahan frekuensi
gen dalam populasi sehingga berlaku hukum Hardy-Weinberg.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Bunyi Hukum Hardy-Weinberg?
2. Bagaimana hukum Hardy-Weinberg dapat menjelaskan terjadinya evolusi?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui bunyi hukum Hardy-Weinberg.
2. Mengetahui adanya hubungan hukum Hardy-Weiberg dengan evolusi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Genetika Populasi


Genetika Populasi adalah cabang genetika yang membahas transmisi bahan genetik
pada ranah populasi. Dari objek bahasannya, genetika populasi dapat dikelompokkan sebagai
cabang genetika yang berfokus pada pewarisan genetik.
Ilmu ini membicarakan implikasi hukum pewarisan Mendel apabila diterapkan pada
sekumpulan individu sejenis di suatu tempat. Berbeda dengan genetika Mendel, yang
mengkaji pewarisan sifat untuk perkawinan antara dua individu (atau dua kelompok individu
yang memiliki genotipeyang sama), genetika populasi berusaha menjelaskan implikasi yang
terjadi terhadap bahan genetik akibat saling kawin yang terjadi di dalam satu atau lebih
populasi. Genetika Populasi didasarkan pada Hukum Hardy-Weinberg, yang diperkenalkan
pertama kali oleh Wilhelm Weinberg (1908) dan, hampir bersamaan tetapi secara
independen.

2.2 Defenisi Hukum Hardy-Weinberg


Hukum Hardy-Weinberg ditemukan oleh ahli Fisika W. Weinberg dan ahli
Matematika G.H. Hardy pada tahun 1908. Kedua ahli tersebut berasal dari Inggris. Hukum
ini menyatakan bahwa dalam suatu kondisi tertentu yang stabil, frekuensi gen dan frekuensi
genotif akan tetap konstan dari satu generasi ke generasi dalam suatu populasi yang berbiak
seksual.
Hukum Hardy-Weinberg ini berfungsi sebagai parameter evolusi dalam suatu
populasi. Bila frekuensi gen dalam suatu populasi selalu konstan dari generasi ke generasi,
maka populasi tersebut tidak mengalami evolusi. Bila salah satu saja syarat tidak dipenuhi
maka frekuensi gen berubah, artinya populasi tersebut telah dan sedang mengalami evolusi
Untuk menjelaskan hukum ini digunakan contoh perkawinan sapi Shorthon warna
merah, putih, dan roan. Seperti diketahui, sifat ini dikontrol oleh dua alel yang kodominan
yaitu alel merah (R) dan alel putih (r). Jika kita asumsikan bahwa frekuensi gen merah adalah
p dan frekuensi gen putih adalah q, dengan p = 0,7 dan q = 0,3 maka proporsi gen sapo merah
RR adalah p2 = 0,49 , proporsi gen sapi putih adalah q2 = 0,09 dan proporsi sapi roan = 2pq =
2 (0,7)(0,3) = 0,42. Akan dua didepan pq disebabkan oleh adanya dua kemungkinan
terbentuknya sapi roan yaitu dari pertemuan sperma yang mengandung gen R dengan sel
besar dengan sel telur yang mengandung gen r dan dari sperma yang mengandung gen r
sperma dengan sel telur yang mengandung gen R.
Hukum Hardy-Weinberg ini berfungsi sebagai parameter evolusi dalam suatu
populasi. Bila frekuensi gen dalam suatu populasi selalu konstan dari generasi ke generasi,
maka populasi tersebuttidak mengalami evolusi. Bila salah satu saja syarat tidak dipenuhi
maka frekuensi gen berubah, artinya populasi tersebut telah dan sedang mengalami evolusi.
Ada dua hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan hukum Hardy Weinberg
yaitu :
o Jumlah frekuensi gen dominan dan resesif ( p + q ) adalah 1.
o Jumlah proporsi dari ketiga macam genotif ( p2 + 2pq + q2 ) adalah 1.
Jadi pada dasarnya hukum ini menyatakan bahwa frekuensi gen dominan dan resesif. Pada
sutau populasi yang cukup besar tidak akan berubah dari satu generasi ke generasi lainnya.
Keadaan populasi yang demikian disebut dlaam keadaan equilibrium (dalam keadaan
seimbang).
Susunan genetik ini akan tetap dan tidak berubah jika beberapa keadaan terpenuhi
antara lain :
 Tiidak ada mutasi atau mutasi berjalan seimbang (jika gen A bermutasi menjadi gen a, maka
harus ada gen a yang menjadi gen A dalam jumlah yang sama).
 Tidak terjadi seleksi alam.
 Tidak ada migrasi.
 Perkawinan acak.
 Populasi besar.

Hukum Hardy-Weinberg dirumuskan sebagai berikut :


P2 + 2PQ + Q2
Sebagai contoh alel gen A dan a, maka menurut persamaan diatas adalah :
P2 = Frekuensi Individu Homozigot AA
2PQ = Frekuensi Individu Heterzigot Aa
Q2 = Frekuensi Individu Homozigote aa.

Rumus ini berlaku dengan syarat sebagai berikut :

1. Mutasi tidak terjadi atau mutasi menguntungkan sama jumlahnya dengan mutasi yang
merugikan
2. Semua anggota [populasi tersebut mempunyai kesempatan yang sama untuk
mengawini anggota populasi (perkawinan acak atau panmiksi)
3. Tidak terjadi imigrasi atau jumlah individu yang berimigrasi adalah sama dengan
yang berimigrasi
4. Semua alela mempunyai kemungkinan yang sama untuk berada dalam populasi, tidak
ada yang lebih unggul dari yang lain. Dengan perkataan lain, seleksi alam tidak
terjadi.
5. Jumlah populasi tetap, atau jumlah individu yang mati sama dengan jumlah individu
yang lahir
6. Populasi berjumlah besar sehingga factor kebetulan tidak terjadi atau dapat diabaikan.

1. MUTASI
Kita sekarng mengetahui bahwa mutasi selalu terjadi. Mutasi yang terjadi tidak selalu
mengakibatkan perubahan dalam struktur fungsi.kejadian mutasi walaupun tidak terlihat
mungkin ikut berperan misalnya protein yang bermutasi meskipun tidak berubah dalam
fungsi,mungkin memupnyai kelemahan tertentu yang baru terlihat apabila keadan
lingkungan berubah.yang sudah dapat di pastikan,frekuensi gen dalam populasi akan
berubah,karena ada suatu gen yang berubah. Kemungkinan ada mutasi yang menguntungkan
sama banyaknya dengan mutasi merugikan tidak mungkin tercapai,karena pada umumnya
mutasi yang terjadi bersifat merugikan.

2. PANMIKSI
Perkawinan acak hanya mungkin terjadi didaerah yang secara ekologi adalah tepat
sama.biasanya perkawinan terjadi tidak secara acak.adanya suatu kelainan,pada umunya
menyebabkan kemunkinan melakukan perkawinan menjadi lebih kecil,meskipun hal yang
sebaliknya bisa terjadi.perkawianan pada umunya terjadi dengan indiviu setetepat,karena
kesempatan untuk bertemu lebih besar.mesikipun perkawinanterjadi dalam populasi
lokal,umunya ditemukan suatu mekanisme yang mencegah perkawinan antar
saudara.mekanisme yang berperan dalam hal ini pada umumnya berupa naluri dan tingkah
laku (etologis)

3. EMIGRASI DAN IMIGRASI


Emigrasi atau imigrasi akan mengubah frekuensi suatu gen dalam populasi.pengaruh
emigrasi atau imrigasi berbanding terbalik dengan ukuran populasi asal atau ukuran populasi
yang di bentuk. Lebih kecil ukuran populasi asal maka perubahan frekuensi akan lebih besar
bagi populasi tersebut. Pengaruh imi atau emigrasi atau ukuran populasi dapat dilihat di
bawah ini.
Ukuran populasi Emigrasi (%) Imigrasi (%)
10 10 10
100 1 1
1000 0.1 0.1
10000 0.01 0.01

Bagi suatu daerah terisolasi, misalnya suatu pulau, imigrasi suatu spesies ditentukan
oleh alel-alel yang ikut dibawa ke daerah tersebut. Karena jumlah individu yang berhasil
mencapai dan mengkolonisasi pulau itu dari tidak ad menjadi suatu populasi yang stabil,
maka biasanya suatu alel yang tidak berarti frekuensinya dalam populasi asal yang cukup
besar dapat menjadi penting sekali bagi populasi kecil yang baru dibentuk. Hal ini disebut
dengan genetika drift (arus genetik) atau founder effect (efek pembentuk populasi) atau
sering juga di sebut dengan bottle neck effect (efek leher botol). Hal ini selalu dapat kita
temukan, terutama di Indonesia yang terjadi dari pulau-pulau yang keci. Spesiasi atau sub
spesiasi (terbentuknya seb spesies) dapat kita terangkan dengan mekanisme diatas, meskipun
biasanya banyak aspek lain yang ikut menunjang.
Imigrasi atau emigrasi dapat tidak terjadi di populasi yang terisolasi misalnya bagi organisme
yang hanya bisa hidup di danau, atau puncak gunung atau di suatu pulau kecil yang terisolasi
dari daratan.

4. KEMAMPUAN ALEL-ALEL TIDAK SAMA


Alel-alel berlainan mempunyai tingkat lurus hidup yang berlainan. Nilai lulus hidup
biasanya dinyatakan dalam perbandingan dengan alel normalnya. Nilai kelulushidupanini
dapat berubah-ubah bergantung pada lingkungan hidupnya. Misalnya mutan vestigeal di alam
tidak mungkin dapat bertahan dan kita dapat memberi nilai 0. Tetapi di laboratorium, mereka
cukup tahan, meskipun lebih lemah daripada bentuk normalnya, yang pasti tidak sama
dengan 0.

5. POPULASI TETAP
Populasi tetap secar teoritis tidak mungkin terjadi meskipun disuatu populasi yang
terisolasi. Selain faktor lingkungan yang senatiasa berubah sepanjang tahun, juga selalu
terjadi kelahiran dan kematian, tetapi hasil penelitian menyatakan pada umumnya suatu
populasi selalu berubah-ubah mengikuti suatu siklus tertentu.
6. POPULASI BESAR
Populasi besar mungkin hanya terjadi pada serangga atau mikroba, tetapi hampir tidak
mungkin terjadi pada hewan mamalia. Hal ini erat hubungannya dengan makanan yang
tersedia sebab lebih besar populasi suatu organisme, jumlah makanan yang tersedia harus
jauh lebih besar dari penjelasan diatas, ternyata persyaratan untuk rumus atau hukum Hardy-
Weinberg hampir tidak pernah dipenuhi oleh karena itu evolusi terjadi. Rumus ini hanya
dapat di penuhi pada setahun waktu yang singkat saja setiap saat rumus ini dipenuhi namun
dalam jangka waktu tertentu rumus ini tidak berlaku ke 6 persyaratan tersebut diatas tidak
pernah dapat di penuhi sekaligus. Hanya persyaratan ke 3, e,igrasi dan imigrasi saja yang
dapat di penuhi pada populasi terpencil atau organisme yang hanya dapat hidup pada puncak
gunung yang tinggi.

2.3 Contoh Aplikasi Hukum Hardy-Weinberg

Menghitung prosentase populasi manusia yang membawa alel untuk penyakit


keturunan.
Frekuensi individu yang lahir dengan PKU disimbolkan dengan q2 pada persamaan
Hardy-Weinberg ( q2= frekuensi genotip homozigot resesif ). Kejadian satu individu PKU
tiap 10 ribu kelahiran menunjukkan q2 = 0,0001. Oleh karenanya frekuensi alel resesif untuk
PKU dalam populasi adalah sebagai berikut.
q2 = 0,0001 q = √ 0,0001 = 0,01
Data frekuensi alel dominant ditentukan sebagai berikut.
p = 1 – q ; p = 1 – 0,01 ; p = 0,99
Frekuensi heterozigot karier, pada individu yang tidak mengalami PKU namun mewariskan
alel PKU pada keturunannya, yaitu sebagai berikut.
2pq = 2 x 0,99 x 0,01
2pq = 0,0198 ( sekitar 2% )
Hal ini berarti sekitar 2 % suatu populasi manusia yang membawa alel PKU.

Menghitung frekuensi alel ganda.


Persamaan ( p + q ) = 1 seperti yang digunakan pada contoh-contoh sebelumnya hanya
berlaku apabila terdapat dua alel pada suatu lokus dalam autosom. Apabila lebih banyak alel
ikut mengambil peranan, maka dalam persamaan harus ditambah lebih banyak symbol.
Misalnya pada golongan darah system ABO dikenal tiga alel yaitu IA , IB dan i . Andaikan p
menyatakan frekuensi alel IA , q untuk frekuensi alel IB dan r untuk frekuensi alel i , maka
persamaan menjadi ( p + q + r ) = 1. Hukum Ekuilibrium Hardy-Weinberg untuk golongan
ABO berbentuk sebagai berikut.

1. Berapakah frekuensi alel IA , IB , dan i pada masing-masing populasi tersebut ?


2. Dari 320 orang yang bergolongan darah A itu, berapakah diperkirakan homozigotik
IA IA ?
3. Dari 150 orang bergolongan darah B itu, berapakah diperkirakan heterozigotik IB i ?
Penyelesaian untuk persoalan diatas sebagai berikut. Andaikan p = frekuensi untuk alel IA , q
= frekuensi untuk alel IB , r = frekuensi untuk alel i, maka menurut hukum Hardy-Weinberg
1. p2IAIA + 2prIA + q2IBIB + 2qrIBi + 2pqIAIB + r2ii
r 2 = frekuensi golongan O = 490
/1000 = 0,49 ; r = √ 0,49 = 0,7
(p+r)2 = frekuensi golongan A + golongan O
(p+r)2 = 320+490
/1000 = 0,81
(p+r) = √ 0,81 = 0,9
p = 0,9 – 0,7 = 0,2
Oleh karena ( p + q + r ) = 1, maka q = 1 – (p + q) = 1 – (0,2 + 0,7) = 0,1
Dengan demikian, frekuensi alel I A = p adalah 0,2; frekuensi alel IB = q = 0,1 ; dan
frekuensi alel 1 = r = 0,7
2. Frekuensi genotip IAIA = p2 = (0,2)2= 0,04. Jadi dari 320 orang bergolongan A yang
diperkirakan homozigotik IAIA = 0,04 x 1000 orang = 40 orang.
3. Frekuensi genotip IB i = 2qr = 2 (0,1 x 0,7) = 0,14 . Jadi dari 150 orang
bergolongan B yang diperkirakan heterozigotik I B i = 0,14 x 1000 orang = 140 orang.

Menghitung frekuensi gen tertaut kromosom X.


Dalam genetika populasi Suryo, 1984 menyatakan persoalan-persoalan yang
dibicarakan sebelumnya merupakan cara menghitung frekuensi gen yang mempunyai lokus
pada autosom. Namun, disamping autosom terdapat pula kromosom X. Oleh karena laki-laki
hanya mempunyai sebuah kromosom X saja, maka cara menghitung frekuensi gennya
berbeda dengan cara menghitung frekuensi gen pada kromosom X perempuan. Distribusi
kesetimbangan dari genotip-genotip p untuk sifat yang tertaut kelamin, dengan p + q = 1
adalah
sebagai berikut.
Untuk laki-laki = p + q , karena genotipnya A- dan a-
Untuk perempuan = p2 + 2pq + q2 , karena genotipnya AA, Aa, aa.

Contoh Soal Lain dari Hukum Hardy Weinberg adalah :


1. Diketahui dalam suatu populasi gen A = 50%, gen a = 50% atau frekuensi gen A : frekuensi
gen B = 50% : 50%.
Berapakah frekuensi pada F1, F2, F3?
Jawab :
(Jantan) AA x (Betina) aa
Generasi Pertama (F1) = Aa
Generasi Kedua (F2) = F1 x F1 = Aa x Aa
Generasi Ketiga (F3) = F2 x F2 = ¼ AA + ½ Aa + ¼ aa

Ada 9 tipe perkawinan yang terjadi :


1. AA dan AA
2. AA dan Aa
3. AA dan aa
4. Aa dan AA
5. Aa dan Aa
6. Aa dan aa
7. aa dan AA
8. aa dan Aa
9. aa dan aa

Misalkan dalam seluruh populasi terjadi 64 perkawinan dan masing-masing perkawinan


menghasilkan 10 individu, maka :
A. Perkawinan
o AA dan AA = ¼ x ¼ x 64 = 4 perkawinan
o AA dan Aa = ¼ x ½ x 64 = 8 perkawinan
o AA dan aa = ¼ x ¼ x 64 = 4 perkawinan
o Aa dan AA = ¼ x ¼ x 64 = 4 perkawinan
o Aa dan Aa = ¼ x ½ x 64 = 8 perkawinan
o Aa dan aa = ¼ x ¼ x 64 = 4 perkawinan
o aa dan AA = ¼ x ¼ x 64 = 4 perkawinan
o aa dan Aa = ¼ x ½ x 64 = 8 perkawinan
o aa dan aa = ¼ x ¼ x 64 = 4 perkawinan

B. Jumlah Individu
o AA dan AA = 40
o AA dan Aa = 80
o AA dan aa = 40
o Aa dan AA = 40
o Aa dan Aa = 80
o Aa dan aa = 40
o aa dan AA = 40
o aa dan Aa = 80
o aa dan aa = 40

Tipe Jumlah Tipe Jumlah Individu dalam Genotipe


No
Perkawinan Perkawinan AA Aa aa
1 AA x AA 4 40
2 AA x Aa 8 40 40
3 AA x aa 4 40
4 Aa x AA 4 40
5 Aa x Aa 8 40 40
6 Aa x aa 4 40
7 aa x AA 4 40
8 aa x Aa 8 40 40
9 aa x aa 4 40
64 160 420 160
Jumlah
25% 50% 25%

Frekuensi genotipe pada F3


= AA : Aa : aa
= 160 : 320 : 160
=¼:½:¼
= 25 % : 50 % : 25 %
Frekuensi gen pada F3
25 % AA = Mengandung gamet A = 25 %
50 % Aa = Mengandung gamet A = 25%
Mengandung gamet a = 25 %
25 % aa = Mengandung gamet a = 25%

2. Bila dalam suatu populasi masyarakat terdapat perasa kertas PTC (TT) 64% sedangkan bukan
perasa PTC (tt) 36%,
a. Berapa frekuensi gen perasa (T) dan gen bukan perasa (t) dalam populasi tersebut?
b. Berapakah rasio genotifnya?
3. Dalam masyarakat A yang berpenduduk 10.000 orang terdapat 4 orang albino. Berapa orang
pembawa sifat albino pada masyarakat tersebut?
4. Terdapat perbedaan jumlah kromosom X antara pria dan wanita: wanita = 2 kromosom X;
pria = 1 kromosom X sehingga terdapat perbedaan formula persamaan untuk hukum
HW. Wanita: p2 + 2pq + q2 = 1. Pria : p + q = 1.Dalam perhitungan frekuensi gen harus
dibedakan antara populasi wanita dan populasi pria. Misalkan 8% dari laki-laki di suatu
daerah menderita buta warna merah-hijau. Berapakah frekuensi perempuan yang menderita
buta warna di daerah tersebut ? Frekuensi perempuan yang diduga normal di daerah tersebut
?

Jawab :
Menurut Hukum Hardy – Weinberg :
Frekuensi gen c = q = 0,08
Frekuensi gen C = p = 1 – 0,08 = 0,92
Frekuensi wanita buta warna = cc = q2 = ( 0,08 )2 = 0,0064
Frekuensi wanita normal = CC dan Cc = p2 + 2pq
= ( 0,92 )2 + 2 ( 0,92 ) ( 0,08 ) = 0,9936
BAB III
PENUTUP
3.1 Ringkasan
Hukum Hardy-Weinberg ditemukan oleh ahli Fisika W. Weinberg dan ahli
Matematika G.H. Hardy pada tahun 1908. Kedua ahli tersebut berasal dari Inggris. Hukum
ini menyatakan bahwa dalam suatu kondisi tertentu yang stabil, frekuensi gen dan frekuensi
genotif akan tetap konstan dari satu generasi ke generasi dalam suatu populasi yang berbiak
seksual. Dirumuskan dengan :
P2 + 2PQ + Q2
Keterangan : P2 = Frekuensi individu homozigote AA
2PQ = Frekuensi individu heterozigote Aa
Q2 = Frekuensi individu homozigote aa

DAFTAR PUSTAKA

Harsono, Tri. 2014. Evolusi. Medan : FMIPA Universitas Negeri Medan


Suryo. 1984. Genetika . Jogjakarta: Gadjah Mada University Press.
Widodo, Lestari Umi, Amin Muhammad. 2003. Bahan Ajar Evolusi. Malang: Universitar Malang
Press.

Diposting oleh Yuli Hardiyanti di 01.15


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Yuli Hardiyanti
YULI HARDIYANTI
MAHASISWA BIOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2012
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

PROFIL

Yuli Hardiyanti
YULI HARDIYANTI
MAHASISWA BIOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2012
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
 ▼ 2015 (41)
o ► November (4)
o ▼ Oktober (37)
 MAKALAH PERANAN SERANGGA BAGI KEHIDUPAN
MANUSIA
 MAKALAH PERKEMBANGAN EMBRIO PADA MANUSIA
 MAKALAH PEWARNAAN DAN PEMBAGIAN ZAT
 MAKALAH MEMBRAN SEL
 MAKALAH KULTUR JARINGAN
 MAKALAH SISTEM SARAF MANUSIA
 Makalah Negara dan Konstitusi
 LAPORAN MONOHIBRID DAN DIHIBRID
 LAPORAN PENGAMATAN KROMOSOM MANUSIA DAN
KROMOSOM K...
 LAPORAN GENETIKA KEANEKARAGAMAN MAKHLUK
HIDUP
 LAPORAN GENETIKA ALEL DAN GEN GANDA
 MAKALAH TEORI HARDY WEINBERG
 LAPORAN OKULASI
 USAHA MANISAN KULIT SEMANGKA UNIVERSITAS NEGERI
ME...
 LAPORAN PLASMA NUFTAH MANGGA DI KEBUN
PERCOBAAN CU...
 BENTOS JENIS “FORAMINIFERA”
 MAKALAH METODE DAN TEKNIK ANALISIS BIOTA
PERAIRAN...
 MAKALAH PENULISAN KARYA ILMIAH
 SOAL UAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
 MAKALAH KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DAN
KELUARGA...
 CRITICAL JURNAL MIKROBIOLOGI PANGAN
 UJI MIKROBIOLOGI PADA SAYURAN
 KAPANG PADA MAKANAN FERMENTASI
 PERANAN MIKROORGANISME Leuconostoc mesenteroides S...
 PEMANFAATAN MIKROORGANISME UNTUK PRODUKSI
SAUERKRA...
 Teknik Pengolahan Susu
 BAKTERI YANG DAPAT MEMECAH KARBOHIDRAT,
PROTEIN DA...
 BAKTERI PEMBENTUK ASAM TANPA GAS - MIKROBIOLOGI
UN...
 PENGARUH EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifoli...
 PENGELOLAAN DAN PERILAKU BURUNG BELIBIS DI
TAMAN N...
 GLOBAL WARMING
 LAPORAN IMUNOLOGI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
 PROPOSAL PENGARUH PEMBERIAN AMPAS KOPI
TERHADAP PE...
 PENGARUH PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH (AUKSIN
2-4...
 MAKALAH HORMON PADA HEWAN, TUMBUHAN DAN
MANUSIA
 PERBEDAAN SEL HEWAN DAN SEL TUMBUHAN
 AKTIVITAS ANTI KANKER EKSTRAK ETANOL DAUN BUAS-
BUA...

YULI HARDIYANTI. Tema Kelembutan. Gambar tema oleh konradlew. Diberdayakan oleh
Blogger.

aimarusciencemania
Life is learning.Semua yang kita lalui pasti mengikuti alur
skenario dari Sang Kholiq. Seiring berjalannya waktu
aktor, artis dan karakter yang bervariasi datang silih
berganti untuk melengkapi naskah skenario yang telah
dirancang- Nya.Semoga dengan datangnya tokoh dan
karakter baru dapat menjadikan kita lebih dewasa, maka
yakinlah dalam memperjuangkan hidup karena hidup
adalah pembelajaran” (Aini Maskuro)

Menu utama
Skip to content

 Beranda
 About
 Aini Rupi Rias Manten
 Artikel
 Book’s and Tutorial Jilbab Aimaru
 DESAIN FOTO EDIT NARSIS
 DOKUMENTASI AIMARU PENTING
 FASHION HIJAB
 Galeri
 Materi Kuliah FKIP BIO UM JEMBER
 MY BARAKALLAH WEDDING
 ONLINE SHOP AIMARU
 PELAPORAN TUGAS
 SCIENCE AND STORIES
 Stories
 Tugas Kependidikan
 VISIT ME AT MY ACCOUNT
Jun 8 2012

Makalah evolusi(Mutasi gen, frekuensi gen


dalam populasi dan hukum Hardy-
Weinberg)
MUTASI GEN , FREKUENSI GEN DALAM POPULASI, DAN TEORI HARDY-
WEINBERG

Disusun untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Evolusi

Dosen Pembina:Agus Prasetyo Utomo,S.Si

Oleh:

KELOMPOK 2

Aini Maskuro (0910211107)

Kholifatun Nur Jannah (091021110)

Hendri Kurniawan (0910211108)

Dimaz Perkasa Prahatnala (081211061)

Djoni Eko (0910211094)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah S.W.T yang telah memberikan karunia-Nya sehingga,penulis
dapat menyusun makalah yang berjudul”Mutasi gen , Frekuensi gen populasi dan Hukum
Hardy Weinberg”dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Evolusi telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan makalah ini.Sehingga, makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik.Makalah ini disusun sebagai tugas awal yang menjadi
kesepakatan dalam kontrak perkuliahan dengan strategi students center.Dengan demikian
penulis berharap agar makalah ini dapat menambah khasanah pengetahuan baik bagi
kelompok kami maupun bagi para pembaca dalam memahami konsep evolusi secara umum.

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun,untuk kesempurnaan makalah di masa yang akan
datang.Semoga makalah ini dapat menambah khasanah pengetahuan bagi para pembaca.

Jember, Juni 2012

DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..
ii

DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………. 1

1.3 Tujuan …………………………………………………………………………… 1


BAB II PEMBAHASAN

2.1 Mutasi Gen Dan Akibat dari mutasi gen………………………………………….7

2.1.1 Mutasi
Gen………………………………………………………………………………….7

2.1.2 Akibat terjadinya Mutasi gen………………………………………………………9

2.2. Frekuensi Gen


Populasi…………………………………………………………………10

2.3 Hukum Hardy-Weinberg Sebagai Pendukung Terjadinya Evolusi….12

2.3.1 Definisi Hukum Hardy-Weinberg……………………………………………….12

2.3.2 Penerapan dan Teori Evolusi Hukum Hardy–Weinberg……………..15

BAB III PENUTUP

3.1
Kesimpulan………………………………………………………………………………….22

3.2
Saran………………………………………………………………………………………….2
3

DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………………………24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Berbicara tentang salah satu kajian biologi yang paling mengundang rasa penasaran para
sainstist adalah bidang evolusi. Karena evolusi merupakan salah satu kajian biologi yang
menimbulkan teka-teki yang perlu diunggap, selain itu ada juga yang menyebutkan
evolusi merupakan teori dan adapula yang menyebutkan evolusi adalah fakta. Hal ini tentu
sangat menarik untuk dikaji. Berbagai alasan oleh para ahli baik yang pro akan terjadinya
evolusi maupun kontra akan terjadinya evolusi telah diungkapkan dalam bukunya masing-
masing.Salah satu ahli yang sangat dikenal sebagai bapak evolusi adalah Carles Darwin
dengan bukunya the origin species.Banyak ahli pula yang mendukung pendapat Darwin
tentunya dengan penemuannya sendiri.

Evolusi terjadi dilevel populasi.Populasi merupakan sekumpulan individu yang menempati


habitat tertentu.Pada individu dalam populasi yang mengalami evolusi tentu disebabkan oleh
beberapa faktor.Faktor tersebut diantaranya terjadi mutasi gen dalam populasi, sehingga
menyebabkanfrekuensi gen dalam populasi mengalami perubahan. Hal ini sesuai dengan
aturan atau asas dari Hardy Weinberg.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka rumusam masalah dar makalah ini adalah:

1) Apa yang dimaksud dengan mutasi gen dan jelaskan akibatnya!

2) Jelaskan apa yang dimaksud dengan frekuensi gen populasi?

3) Bagaimana hukum Hardy-Weinberg dapat menjelaskan terjadinya evolusi?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1) Mendeskripsikan definisi mutasi gen dan jelaskan akibatnya,

2) Mendeskripsikan frekuensi gen populasi,

3) Mendeskripsikan hukum Hardy-Weinberg sebagai pendukung terjadinya evolusi.


BAB II

PEMBAHASAN

Dalam setiap spesies terdapat anggota kelompok populasi dengan cirri-ciri yang
berbeda satu sama lain. Bahkan antara dua individu, meskipun merupakan anggota spesies
yang sama. Keduanya dapat berbeda-beda karena variasi berbagai factor antara lain genetic,
umur, jenis kelamin, makanan, stadium daur hidup, bentuk tubuh, habitat dan lain-lain.
Secara genetic tidak ada dua individu dalam spesies yang persis sama. Apalagi factor-faktor
lingkungan juga ikut berpengaruh dalam timbulnya ciri-ciri yang muncul sebagai fenotip.
Perbedaan cirri yang tampak pada anggota tiap spesies ini menyebabkan adanya
keanekaragaman dalam spesies.

Keanekaragaman dalam spesies menyebabkan pada tiap anggota spesies dapat di lihat adanya
kedekatan kekerabatan satu sama lain. Semakin banyak persamaan cirri-ciri yang dimiliki
semakin dekat kekerabatannya. Sebaliknya, semakin sedikit persamaan dalam ciri-ciri yang
di miliki semakin jauh kekerabatannya. Dengan demikian dalam suatu spesies dapat dijumpai
kelompok-kelompok populasi yang satu sama lain di bedakan berdasarkan persamaan dan
perbedaan cirri-ciri morfologis atau fenotipnya.

Terlepas dari penggunaan keanekaragaman genetis guna mempelajari kekerabatan antara dua
individu atau dua populasi dalam satu spesies. Keanekaragaman genetis dalam spesies perlu
didokumen dengan baik. Khususnya dalam dunia hewan dan tumbuhan, dokumentasi
semacam ini merupakan suatu hal yang vital untuk konservasi genotip-genotip untuk yang
kelak berguna untuk program penangkaran. Karakterisasi galur resisten dan pembawa
penyakit serta genotip yang terkait dengan trait yang diperlukan secara ekonomis sangat
berharga bagi bidang kedokteran dan pertanian. Yang menjadi persoalan adalah perlu disadari
adanya banyak keanekaragaman genetis dalam populasi maupun spesies, dan metode untuk
mengenali genotip-genotip khusus belum di kembangkan. Tampaknya kesulitan ini dapat
terjawab dengan pendekatan biologi molekuler. Dengan teknik-teknik biologi molekuler
maka sekarang dapat dilakukan pemeriksaaan terhadap keanekaragaman genetis pada
individu-individu anggota suatu spesies bukan saja sampai aras protein tetapi bahkan ke aras
DNA. Kita sudah mengetahui bahwa pada suatu organism terdapat variasi yang diakibatkan
oleh mutasi. Mutasi selalu terjadi. Apabila hal ini terus terjadi, maka semua organism akan
bertambah beranekaragam.

Contoh penelitian mengenai cheetah dan penyu hijau meberikan gambaran bahwa semua
individu cheetah dan penyu hijau di muka bumi yang jumlahnya mencapai ribuan adalah
identik atau hampir identik (Iskandar, 1994). Walaupun demikian, secara ekologis tidaklah
logis apabila cheetah dari Kenya dianggap satu populasi dengan cheetah dari Ethiopia yang
terpisah sejauh 6000 km. Dalam ekologi, tempat atau lokasi dipakai sebagai tolak ukur untuk
membedakan suatu populasi dengan populasi lainnya yang berada di lokasi lain. Dalam
istilah genetika populasi, maka semua individu kedua jenis di atas diartikan sebagai satu
populasi. Adapun alasannya ialah bahwa suatu populasi dicirikan oleh suatu perbedaan
dibandingkan dengan populasi yang lain. Apa saja dapat dijadikan tolak ukur untuk
membedakan suatu populasi dapat dipakai. Misalnya frekuensi suatu alel jarang dalam suatu
populasi akan berbeda bila dibandingkan dengan populasi yang lain. Perbedaan ini timbul
karena individu suatu populasi akan cenderung untuk kawin dengan anggota populasinya.
Batasan ini berbeda dengan batasan yang didefinisikan oleh para ekologiawan namun untuk
menerangkan proses evolusi kita akan memakai tolok ukur genetika populasi.
Telah disepakati oleh sebagian besar para ahli bahwa evolusi biologis adalah perubahan
susunan genetic pada generasi yang berurutan. Genetika populasi merupakan dasar
pemahaman yang baik untuk mempelajari evolusi. Genetika individu selalu berkaitan dengan
konsep genotip yaitu susunan genetis individu.

Gene pool merupakan total gen yang dimiliki oleh semua individu. Genotip individu diploid
maksimal hanya memiliki 2 alel suatu gen. hal ini tidak terjadi pada gene pool dari suatu
populasi, bahwa setiap jumlah dari berbagai macam alel suatu gen di perhitungkan. Contoh
gen A hanya memiliki bentuk alel A dan a pada populasi yang dapat berbiak secara seksual.
Jika alel A merupakan 80% dari jumlah kedua alel dan a adalah 20%, maka akan kita
katakana bahwa frekuensi A dan a pada gen pool populasi ini adalah 0,8 dan 0,2. Jika
frekuensi ini berubah dengan berubahnya waktu maka perubahan ini merupakan petunjuk
adanya evolusi.

Coba kita ulas lagi tentang populasi hipotesis seperti kita sebutkan di atas dimana alela A
memiliki frekuensi 0,8 dan alela a adalah 0,2. Bagaimana kita dapat menghitung
perbandingan genotip yang akan berada dalam populasi ini? Berangkat dari asumsi bahwa
semua genotip memiliki kemungkinan hidup yang sama, maka perhitungannya adalah seperti
“Punnet Squere” di bawah. Jika perbandingan A dan a di dalam total populasi adalah 8:2,
maka perbandingan sperma yang membawa alela A dan a adalah 8:2 demikian juga untuk
ovum.

Sperma 0,8 0,2

Ovum
0,8 0,64 0,16
0,2 0,16 0,04

Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa sperma dan telur di hasilkan oleh semua
hewan jantan dan betina dalam populasi, maka frekuensi dari setiap macam sperma dan ovum
seperti di tunjukkan pada diagram diatas. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa frekuensi
homozigot dominan (AA) dalam populasi adalah 0,64 sedangkan heterozigot adalah 0,32 dan
frekuensi dari genotip homozigot resesif adalah 0,04. Maka frekuensi gene pool dari generasi
pada waktu dilakukan perhitungan (populasi hipotesis) adalah 0,8 dan 0,2 dan perbandingan
genotipnya adalah 0,64:0,32 dan 0,04.

Secara terpisah Hardy dan Weinberg menemukan suatu rumusan yang menyatakan bahwa
frekuensi suatu alel dalam populasi akan tetap berada dalam keseimbangan dan hal ini
dijabarkan dengan rumus:

P2+2pq+q2=1

P adalah frekuensi alel (A) dan q adalah frekuensi alel (a). Rumus ini berlaku apabila:

1. Mutasi tidak terjadi atau mutasi menguntungkan sama jumlahnya dengan mutasi yang
merugikan
2. Semua anggota [populasi tersebut mempunyai kesempatan yang sama untuk
mengawini anggota populasi (perkawinan acak atau panmiksi)
3. Tidak terjadi imigrasi atau jumlah individu yang berimigrasi adalah sama dengan
yang berimigrasi
4. Semua alela mempunyai kemungkinan yang sama untuk berada dalam populasi, tidak
ada yang lebih unggul dari yang lain. Dengan perkataan lain, seleksi alam tidak
terjadi.
5. Jumlah populasi tetap, atau jumlah individu yang mati sama dengan jumlah individu
yang lahir
6. Populasi berjumlah besar sehingga factor kebetulan tidak terjadi atau dapat diabaikan.

1. MUTASI

Kita sekarng mengetahui bahwa mutasi selalu terjadi. Mutasi yang terjadi tidak selalu
mengakibatkan perubahan dalam struktur fungsi.kejadian mutasi walaupun tidak terlihat
mungkin ikut berperan misalnya protein yang bermutasi meskipun tidak berubah dalam
fungsi,mungkin memupnyai kelemahan tertentu yang baru terlihat apabila keadan lingkungan
berubah.yang sudah dapat di pastikan,frekuensi gen dalam populasi akan berubah,karena ada
suatu gen yang berubah. Kemungkinan ada mutasi yang menguntungkan sama
banyaknya dengan mutasi merugikan tidak mungkin tercapai,karena pada umumnya mutasi
yang terjadi bersifat merugikan.

2. PANMIKSI

Perkawinan acak hanya mungkin terjadi didaerah yang secara ekologi adalah tepat
sama.biasanya perkawinan terjadi tidak secara acak.adanya suatu kelainan,pada umunya
menyebabkan kemunkinan melakukan perkawinan menjadi lebih kecil,meskipun hal yang
sebaliknya bisa terjadi.perkawianan pada umunya terjadi dengan indiviu setetepat,karena
kesempatan untuk bertemu lebih besar.mesikipun perkawinanterjadi dalam populasi
lokal,umunya ditemukan suatu mekanisme yang mencegah perkawinan antar
saudara.mekanisme yang berperan dalam hal ini pada umumnya berupa naluri dan tingkah
laku (etologis)

3. EMIGRASI DAN IMIGRASI

Emigrasi atau imigrasi akan mengubah frekuensi suatu gen dalam populasi.pengaruh
emigrasi atau imrigasi berbanding terbalik dengan ukuran populasi asal atau ukuran populasi
yang di bentuk. Lebih kecil ukuran populasi asal maka perubahan frekuensi akan lebih besar
bagi populasi tersebut. Pengaruh imi atau emigrasi atau ukuran populasi dapat dilihat di
bawah ini.

Ukuran populasi Emigrasi (%) Imigrasi (%)


10 10 10
100 1 1
1000 0.1 0.1
10000 0.01 0.01

Bagi suatu daerah terisolasi, misalnya suatu pulau, imigrasi suatu spesies ditentukan oleh
alel-alel yang ikut dibawa ke daerah tersebut. Karena jumlah individu yang berhasil mencapai
dan mengkolonisasi pulau itu dari tidak ad menjadi suatu populasi yang stabil, maka biasanya
suatu alel yang tidak berarti frekuensinya dalam populasi asal yang cukup besar dapat
menjadi penting sekali bagi populasi kecil yang baru dibentuk. Hal ini disebut dengan
genetika drift (arus genetik) atau founder effect (efek pembentuk populasi) atau sering juga
di sebut dengan bottle neck effect (efek leher botol). Hal ini selalu dapat kita temukan,
terutama di Indonesia yang terjadi dari pulau-pulau yang keci. Spesiasi atau sub spesiasi
(terbentuknya seb spesies) dapat kita terangkan dengan mekanisme diatas, meskipun biasanya
banyak aspek lain yang ikut menunjang.

Imigrasi atau emigrasi dapat tidak terjadi di populasi yang terisolasi misalnya bagi organisme
yang hanya bisa hidup di danau, atau puncak gunung atau di suatu pulau kecil yang terisolasi
dari daratan.

4. KEMAMPUAN ALEL-ALEL TIDAK SAMA

Alel-alel berlainan mempunyai tingkat lurus hidup yang berlainan. Nilai lulus hidup biasanya
dinyatakan dalam perbandingan dengan alel normalnya. Nilai kelulushidupanini dapat
berubah-ubah bergantung pada lingkungan hidupnya. Misalnya mutan vestigeal di alam tidak
mungkin dapat bertahan dan kita dapat memberi nilai 0. Tetapi di laboratorium, mereka
cukup tahan, meskipun lebih lemah daripada bentuk normalnya, yang pasti tidak sama
dengan 0.

5. POPULASI TETAP

Populasi tetap secar teoritis tidak mungkin terjadi meskipun disuatu populasi yang terisolasi.
Selain faktor lingkungan yang senatiasa berubah sepanjang tahun, juga selalu terjadi
kelahiran dan kematian, tetapi hasil penelitian menyatakan pada umumnya suatu populasi
selalu berubah-ubah mengikuti suatu siklus tertentu.

6. POPULASI BESAR

Populasi besar mungkin hanya terjadi pada serangga atau mikroba, tetapi hampir tidak
mungkin terjadi pada hewan mamalia. Hal ini erat hubungannya dengan makanan yang
tersedia sebab lebih besar populasi suatu organisme, jumlah makanan yang tersedia harus
jauh lebih besar dari penjelasan diatas, ternyata persyaratan untuk rumus atau hukum Hardy-
Weinberg hampir tidak pernah dipenuhi oleh karena itu evolusi terjadi. Rumus ini hanya
dapat di penuhi pada setahun waktu yang singkat saja setiap saat rumus ini dipenuhi namun
dalam jangka waktu tertentu rumus ini tidak berlaku ke 6 persyaratan tersebut diatas tidak
pernah dapat di penuhi sekaligus. Hanya persyaratan ke 3, e,igrasi dan imigrasi saja yang
dapat di penuhi pada populasi terpencil atau organisme yang hanya dapat hidup pada puncak
gunung yang tinggi.(Widodo,dkk ,2003:41-45)

2.1 Mutasi Gen Dan Akibat dari mutasi gen

2.1.1 Mutasi Gen

suatu kesempatan dapat menyebabkan perubahan evolusi di dalam populasi kecil, tetapi
perubahan ini kadang – kadang disebut juga genetic drift atau pergeseran genetis tidak
dipengaruhi secara besar oleh adaptivitas relative dari berbagai gen. Hal ini disebut sebagai
evolusi pertengahan (intermediate evolution). Syarat kedua bagi keseimbangan mutasi
mungkin tidak dijumpai pada suatu populasi.

A. mutasi maju

Mutasi selalu terjadi, tidak ada suatu cara apapun untuk mencegahnya. Hampir semua gen
mungkin mengalami mutasi sekali pada 50.000 sampai 10.000 pembelahan, kecepatan mutasi
pada berbagai macam gen berbeda. Sangat jarang mutasi alel dengan sifat sama dapat sampai
mencapai keseimbangan. Jadi jumlah mutasi maju jarang sekali sama dengan mutasi balik di
dalam suatu kesatuan waktu. Contoh mutasi alel A ke alel a adalah mutasi maju, sedangkan
mutasi dari a ke A adalah mutasi mundur.

B. mutasi mundur

Kecepatan dari kedua mutasi ini jarang sekali akan terjadi dalam keadaan yang sama – sama
betul sama, salah satu mutasi yang akan terjadi lebih sering. Tekanan mutasi ini akan
cenderung untuk menyebabkan pergeseran perlahan – lahan pada frekuensi genetis di dalam
populasi. Alel yang lebih stabil akan cenderung untuk bertambah frekuensinya, sedangkan
alel yang mudah bermutasi akan cenderung untuk berkurang frekuensinya, kecuali kalau ada
faktor lain yang mengubah tekanan mutasi ini. Meskipun tekanan mutasi selalu ada, tetapi
mungkin sekali bahwa ini merupakan faktor utama yang dapat menghasilkan perubahan pada
frekuensi genetis di dalam suatu populasi. Mutasi berjalan begitu lambat sehingga kalau
bereaksi secara tunggal akan membutuhkan waktu yang lama sekali untuk menimbulkan
suatu perubahan yang nyata (kecuali dalam hal poliploid). Mutasi terjadi secara sembarang
(random) dan seringkali cenderung untuk mengarah pada jurusan yang berbeda dari faktor –
faktor lain yang menyebabkan organism sesungguhnya harus berevolusi.

Mutasi mempertinggi variabilitas sehingga dengan demikian merupakan bahan (raw


material) yang segera ada untuk evolusi, tetapi jarang menentukan arah atau sifat dari
perubahan evolusi.
Kondisi untuk keseimbangan genetis di dalam populasi adalah perkembangbiakan atau
reproduksi yang random. Reproduksi atau perkembangbiakan tidak hanya bertanggung jawab
atas kelangsungan reproduksi dari suatu populasi. Seleksi pasangan, efisiensi dan frekuensi
proses perkawinan, fertilitas, jumlah zigot yang terjadi pada setiap perkawinan, prosentase
zigot yang menuju kearah pertumbuhan embrio dan kelahiran berhasil, kemampuan hidup
keturunan sampai mencapai umur berbiak. Hal tersebut mempunyai pengaruh langsung pada
keturunannya dalam arti keselamatan atau efisiensi dari reproduksi. Bila reproduksi
merupakan sesuatu yang sama sekali random, maka semua faktor yang mempengaruhi harus
random, yakni tidak terganggu dari genotip.

Keadaan tersebut di atas mungkin tidak dijumpai pada suatu populasi. Faktor – faktor
tersebut mungkin selalu berhubungan dengan genotip, yakni genotip dari organisme yang
mempengaruhi pasangannya dan semua hal yang disebutkan di atas. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa tidak ada aspek reproduksi yang sama sekali tidak mempunyai hubungan
dengan genotip.

Reproduksi tidak sembarang (nonrandom) adalah hukum umum. Reproduksi di dalam arti
luas adalah seleksi alam. Jadi seleksi selalu bekerja pada semua populasi.

2.1.2 Akibat terjadinya Mutasi gen

1. Mutasi mengubah struktur an DNA tetapi tidak mengubah produk yang dihasilkan

Seperti yang sidah diketahui DNA merupakan sumber informasi genetik

DNA akan ditranlasikan menjadi asam amino,asam amino membentuk protein. Ada asam
amino yang dikode oleh salah satu kode genetik atau kodon tetapi ada juga yang dikode oleh
kode genetik.Apabila mutasi terjdadi pada satu tempat pada dna, tetapi tidak mengubah
produk asam amino yang dihasil atau dalam hal ini asam amino yang dihasilkan tetap
sama.Maka mutasi tersebut tidak berakibat apa-apa.

1. Mutasi mengubah struktur DNA dan mengubah komposisi produk tetapi tidak
mengubah fungsi produk yang dihasilkan

Dalam hal ini terjadi perubahan produk, sehingga misalnya asam amino yang dihasilkan
adalah lisin.Pada hal kode genetik sebelum mutasi terjadi adalah asam amino treonin.
Akibatnya terjadi perubahan dalam rantai protein yang dihasilkan. Walaupun demikian
protein itu tidak mengalami perubahan lagi .

1. Mutasi mengubah fungsi produk yang dihasilkan, tetapi tidak berakibat apa-apa
mutasi dapat berakibat lebih besar, sehingga fungsi suatu protein berubah.Misalnya
kita mengenal golongan darah ada beberapa macam.Golongan darah yang lebih
langka diduga sebagai hasil mutasi dari golongan darah yang paling umum.Semuanya
berfungsi normal, namun kalau dilakukan transfusi darah dengan golongan darah
yang lain baru akibatnya dapat dilihat.
1. Mutasi mengakibatkan perubahan fungsi yang besar namun kejadiannya pada sel
somatik, jadi tidak diturunkan.

Mutasi sel somatik jarang kita lihat sebagai contoh tahi lalat dapat dianggap sebagai suatu
mutasi somatik yang diturunkan .

1. Mutasi bisa bersifat fatal sehingga organisme tersebut mati, jadi tidak terlihat.Mutasi
yang bersifat fatal ini dikenal sebagai gen letal.Banyak gen letal yang diketahui
misalnya hemofilia.

Mutasi yang menguntungkan contoh mutasi menguntungkan sangat banyak

1. Mutasi yang menguntungkan dapat dilihat dari banyak segi bagi manusia mungkin
menguntungkan tetapi bagi organisme lain mungkin merugikan misalnya ayam
mutan ayam broiler, sapi pedaging, menguntungkan bagi manusia, tetapi bagi hewan
tersebut tidak demikian dikarenakan hewan-hewan tersebut menjadi lemah san
lamban sehingga lebih muda dimakan predatornya.

Dari keenam kemungkinan diatas kasus kelima yang berakibat fatal sebenarnya paling umum
terjadi.Sedangkan kasus terakhir merupakan sering terlihat.Sehingga kita mengangap mutasi
yang terjadi sedikit sekali.(Anonim,2011)

2.2. Frekuensi Gen Populasi

Peristiwa mutasi akan mengakibatkan terjadinya perubahan frekuensi gen, sehingga akan
mempengaruhi fenotipe dan genotipe. Mutasi dapat bersifat menguntungkan dan merugikan.
Sifat menguntungkan maupun merugikan tersebut terjadi jika:

a. Dapat menghasilkan sifat baru yang lebih menguntungkan,

b. Dapat menghasilkan spesies yang adaptif,

c. Memiliki peningkatan daya fertilitas dan viabilitas. Selain menguntungkan, ada


kemungkinan mutasi bersifat merugikan yaitu menghasilkan sifat-sifat yang berkebalikan
dengan sifat-sifat di atas. Untuk mengetahui angka laju mutasi.

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FREKUENSI GEN

1. Seleksi

Seleksi merupakan suatau proses yang melibatkan kekuatan – kekuatan untuk menentukan
ternaka mana yang boleh berkembang biak pada generasi selanjutnya. Kekuaktan – kekuatan
itu bisa di kontrol sepenuhnya oleh alam yang disebut seleksi alam. Jika kekuatan itu di
kontrol oleh manusia maka prosesnya disebut seleksi buatan kedua macam seleksi itu akan
merubah frekuensi gen yang sat relatif terhadap alelnya. Laju perubahan frekuensi pada
seleksi buatan jika dibandingkan dengan seleksi alam.
Untuk mendemonstrasikan peran seleksi dalam mengubah frekuesni gen, diambil suatu
contoh populasi yang terdiri dari beberapa ribu sap yang bertanduk dan yang tidak bertanduk.
Jika diasunsikan bahwa frekuensi gen yang bertanduk dan yang tidak bertandu pada populasi
tersebut masing – masing 0,5 ( bila terjadi kawin acak) maka sekitar 75% dari total sapi yang
ada tidak bertanduk dan 25% bertanduk. Dari 75% sapi yang tidak bertanduk sebanyak 1/3
bergenotip hemozigot dan 2/3 bergenotip heterozigot.

2. Mutasi

Mutasi adalah suatu perubahan kimia gen yang berakibat berubahnya fungsi gen. Jika gen
mengalami mutasi dengan kecepatan tetap maka frekuensi gen akan sedikit menurun,
sedangkan frekuensi alel akan meningkat. Laju mutasi bervariasi dari suatu kejadian mutasi
ke kejadian mutasi lain. Namun, laju relatif rendah ( kira – kira satu dalam satu juta
pengandaan ge) sebagai gambaran, diambil contoh frekuensi gen merah pada sapi angus,
yaitu antara 0.05-0.08. jika terjadi kawin acak maka akan dijumpai 25-64 ekor sapi merh dari
setiap 10.000 kelahiran. Anak sapi yang berwarna merah dan juga tetua yang heterozigot
akan dikeluarkan dari peternakan. Secara teoritis frekuensi gen merah akan menurun
mendekati angkan nol, namun kenyataan frekuensi gen merah tetap anata 0.05-0.08 dari suatu
generasi ke generasi berikutnya hal itu bisa dijalaskan dengan mengunakkan teori mutasi.
Diduga bahwa laju mutasi gen hitam menjadi gen merah sama dengan laju seleksi terhadaap
gen merah sehingga tercapai suatu keseimbangan.

3. Pencampuran populasi

Percampuran dua populasi yang frekuensi gennya berbeda dapat mengubah frekuensi gen
tertentu. Frekuenssi gen ini merupakan rataan dari frekuensi gen dari dua populasi yang
bercampur.

Jika seorang peternak memiliki 150 ekor sapi dengan frekuensi bertanduk dengan = 0.95 (
bila terjadi kawin acak) maka sekitar 90% dari sapi – sapinya akan bertanduk. Selanjutnya,
jika diasumsikan bahwa ada enam pejatan baru yang diamsukkan ke peternakan utnuk
memperbaiki mutu geneteik terna – ternak yang ada. Dari enam pejantan dimasukkan
terdapat satu ekor yang bertanduk, dua ekor yang tidak bertanduk heterozigot dan tiga ekor
yang tidak bertanduk homozigot. Frekuensi gen bertanduk pada kelompok pejantan = 1/6 =
0.033. dengan asumsi bahwa tidak ada sapi lain yang masuk kedalam peternakan maka
frekuensi gen bertanduk pada populasi itu setelah terjadi kawin acak, selama satu generasi (
0.950 + 0.333) / 2 = 0.064

4. Silang dalam (inbreeding ) dan sialng luar (outbreeding)

Silang dalam merupakan salah satu bentuk isolasi secara genetik. Jika suatu populais
terisolasi, silang dalam cenderung terjadi karena adanya keterbatasan pilihan dalam proses
perkawinan. Jika silang dalam terjadi anatara grup ternak yang tidak terisolasi secara
geografis maka pengaruhnya juga yang sama. Oleh sebab itu, silang dalam merupakan suatu
isolasi buatan. Sebenarnya silang dalam tidak merubah frekuensi gen awal pada saat proses
silang dalam dimulai. Jika terjadi perubahan frekuensi gen maka perubahan itu disebabkan
oleh adanya seleksi, mutasi dan pengaruh sampel acak. Jika silang luar dilakukan pada suatu
populasi yang memilik rasio jenis kelamin yang sama dengan frekuensi gen pada suatu lokus
yang sama pada kedua jenis kelamin maka frekuensi gen tidak akan berubah akibat pengaruh
langsung silang luar.

5. Genetic drift

Genetic drift merupakan perubahan frekuensi gen yang mendadak. Perubahan frekuensi gen
yang mendadak biasanya terjadi pada kelompok kecil ternak yang di pindahkan untuk tujuan
pemulian ternak atau dibiakan. Jika kelompok ternak diisolasi dari kelompok ternak asalnya
maka frekuensi gen yang terbentuk pada populasi baru dapat berubah. Perubahan frekuensi
gen yang mendadak dapat pula disebabkan oleh bencana alam, misal matinya sebagian besar
ternak yang memiliki gen tertentu.(Rispandahlan, 2012)

2.3 Hukum Hardy-Weinberg Sebagai Pendukung Terjadinya Evolusi

2.3.1 Definisi Hukum Hardy-Weinberg

Asas Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuensi genotipe dalam suatu
populasi akan tetap konstan, yakni berada dalam kesetimbangan dari satu generasi ke
generasi lainnya kecuali apabila terdapat pengaruh-pengaruh tertentu yang mengganggu
kesetimbangan tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut meliputi perkawinan tak acak, mutasi,
seleksi, ukuran populasi terbatas, hanyutan genetik, dan aliran gen. Adalah penting untuk
dimengerti bahwa di luar laboratorium, satu atau lebih pengaruh ini akan selalu ada. Oleh
karena itu, kesetimbangan Hardy-Weinberg sangatlah tidak mungkin terjadi di alam.
Kesetimbangan genetik adalah suatu keadaan ideal yang dapat dijadikan sebagai garis dasar
untuk mengukur perubahan genetik.

Frekuensi alel yang statis dalam suatu populasi dari generasi ke generasi mengasumsikan
adanya perkawinan acak, tidak adanya mutasi, tidak adanya migrasi ataupun emigrasi,
populasi yang besarnya tak terhingga, dan ketiadaan tekanan seleksi terhadap sifat-sifat
tertentu.

Contoh paling sederhana dapat terlihat pada suatu lokus tunggal beralel ganda: alel yang
dominan ditandai A dan yang resesif ditandai a. Kedua frekuensi alel tersebut ditandai p dan
q secara berurutan; freq(A) = p; freq(a) = q; p + q = 1. Apabila populasi berada dalam
kesetimbangan, maka freq(AA) = p2 untuk homozigot AA dalam populasi, freq(aa) = q2
untuk homozigot aa, dan freq(Aa) = 2pq untuk heterozigot.

Konsep ini juga dikenal dalam berbagai nama: Kesetimbangan Hardy-Weinberg, Teorema
Hardy-Weinberg, ataupun Hukum Hardy-Weinberg. Asas ini dinamakan dari G. H. Hardy
dan Wilhelm Weinberg.

Syarat berlakunya asas Hardy-Weinberg

 Setiap gen mempunyai viabilitas dan fertilitas yang sama


 Perkawinan terjadi secara acak
 Tidak terjadi mutasi gen atau frekuensi terjadinya mutasi, sama besar.
 Tidak terjadi migrasi
 Jumlah individu dari suatu populasi selalu besar
Jika syarat-syarat tersebut terpenuhi, maka frekuensi alel dan frekuensi genotipe dalam suatu
populasi akan konstan dan evolusi pun tidak akan terjadi. Tetapi dalam kehidupan, syarat-
syarat tersebut tidak mungkin terpenuhi sehingga evolusi dapat terjadi. Suatu keseimbangan
yang lengkap di dalam gene pool tidak pernah dijumpai, perubahan secara evolusi adalah
sifat – sifat fundamental dari kehidupan suatu populasi.( Sweety Hamster Rescue, 2012)

Godfrey Harold Hardy dan Wilhelm Weinberg tahun 1908 secara terpisah menemukan
dasar-dasar frekuensi alel dan genetik dalam suatu populasi. Prinsip yang berupa pernyataan
teoritis tersebut dikenal sebagai hukum (prinsip kesetimbangan) Hardy-Weinberg.
Pernyataan itu menegaskan bahwa frekuensi alel dan genotip suatu populasi (gene pool)
selalu konstan dari generasi ke generasi dengan kondisi tertentu.
Kondisi-kondisi yang menunjang Hukum Hardy-Weinberg sebagai berikut:

1. Ukuran populasi harus besar


2. Ada isolasi dari polulasi lain
3. Tidak terjadi mutasi
4. Perkawinan acak
5. Tidak terjadi seleksi alam

Formulasi hukum Hardy-Weinberg dapat dijelaskan berikut ini.

Pada suatu lokus, gen hanya mempunyai dua alel dalam satu populasi. Para ahli genetika
populasi menggunakan huruf p untuk mewakili frekuensi dari satu alel dan huruf q untuk
mewakili frekuensi alel lainnya. (Anonim, 2012)

Perubahan Perbandingan Frekuensi Gen (Genotip) pada Populasi

Hukum Hardy-Weinberg tidak berlaku untuk proses evolusi karena hukum Hardy-Weinberg
tidak selalu menghasilkan angka perbandingan yang tetap dari generasi ke generasi.
Kenyataannya, frekuensi gen dalam suatu populasi selalu mengalami perubahan atau
menyimpang dari hukum Hardy-Weinberg.

Beberapa faktor yang menyebabkan perubahan keseimbangan hukum Hardy-weinberg dalam


populasi yaitu adanya:

1. Hanyutan genetik (genetic drift),


2. Arus gen (gene flow),
3. Mutasi,
4. Perkawinan tidak acak, dan
5. Seleksi alam. Masing-masing penyebab perubahan kesetimbangan hukum Hardy-
Weinberg atau perubahan frekuensi genetik populasi merupakan kondisi kebalikan
yang dibutuhkan untuk mencapai kesetimbangan Hardy-weinberg.

Hukum ini menyatakan bahwa dalam suatu kondisi tertentu yang stabil, frekuensi gen dan
frekuensi genotif akan tetap konstan dari satu generasi ke generasi dalam suatu populasi yang
berbiak seksual, bila syarat berikut dipenuhi:
1. Genotif yang ada memiliki viabilitas (kemampuan hidup) dan fertilitas (kesuburan)
yang sama
2. Perkawinan yang terjadi berlangsung secara acak
3. Tidak ada mutasi gen
4. Tidak terjadi migrasi
5. Tidak terjadi seleksi

Hukum Hardy-Weinberg ini berfungsi sebagai parameter evolusi dalam suatu populasi. Bila
frekuensi gen dalam suatu populasi selalu konstan dari generasi ke generasi, maka populasi
tersebut tidak mengalami evolusi. Bila salah satu saja syarat tidak dipenuhi maka frekuensi
gen berubah, artinya populasi tersebut telah dan sedang mengalami evolusi.(Anonim,2012)

2.3.2 Penerapan dan Teori Evolusi Hukum Hardy–Weinberg

Bila frekuensi gen yang satu dinyatakan dengan simbol p dan alelnya dengan simbol q, maka
secara matematis hukum tersebut dapat ditulis sebagai berikut:

Contoh penggunaan hukum ini adalah sebagai berikut:

1. Bila dalam suatu populasi masyarakat terdapat perasa kertas PTC 64% sedangkan bukan
perasa PTC (tt) 36%,

a. Berapa frekuensi gen perasa (T) dan gen bukan perasa (t) dalam populasi tersebut?

b. Berapakah rasio genotifnya?

Populasi mendelian yang berukuran besar sangat memungkinkan terjadinya kawin acak
(panmiksia) di antara individu-individu anggotanya. Artinya, tiap individu memiliki peluang
yang sama untuk bertemu dengan individu lain, baik dengan genotipe yang sama maupun
berbeda dengannya. Dengan adanya sistem kawin acak ini, frekuensi alel akan senantiasa
konstan dari generasi ke generasi. Prinsip ini dirumuskan oleh G.H. Hardy, ahli matematika
dari Inggris, dan W.Weinberg, dokter dari Jerman,. sehingga selanjutnya dikenal sebagai
hukum keseimbangan Hardy-Weinberg.

Di samping kawin acak, ada persyaratan lain yang harus dipenuhi bagi berlakunya hukum
keseimbangan Hardy-Weinberg, yaitu tidak terjadi migrasi, mutasi, dan seleksi. Dengan
perkatan lain, terjadinya peristiwa-peristiwa ini serta sistem kawin yang tidak acak akan
mengakibatkan perubahan frekuensi alel.

Deduksi terhadap hukum keseimbangan Hardy-Weinberg meliputi tiga langkah, yaitu :

(1) Dari tetua kepada gamet-gamet yang dihasilkannya

(2) Dari penggabungan gamet-gamet kepada genotipe zigot yang dibentuk


(3) Dari genotipe zigot kepada frekuensi alel pada generasi keturunan.

Secara lebih rinci ketiga langkah ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Kembali kita misalkan
bahwa pada generasi tetua terdapat genotipe AA, Aa, dan aa, masing-masing dengan
frekuensi P, H, dan Q. Sementara itu, frekuensi alel A adalah p, sedang frekuensi alel a
adalah q. Dari populasi generasi tetua ini akan dihasilkan dua macam gamet, yaitu A dan a.
Frekuensi gamet A sama dengan frekuensi alel A (p). Begitu juga, frekuensi gamet a sama
dengan frekuensi alel a (q).

Dengan berlangsungnya kawin acak, maka terjadi penggabungan gamet A dan a secara acak
pula. Oleh karena itu, zigot-zigot yang terbentuk akan memilki frekuensi genotipe sebagai
hasil kali frekuensi gamet yang bergabung.

Kita ketahui bahwa frekuensi gene pool dari generasi ke generasi pada waktu ini (populasi
hipotesis) adalah 0,9 dan 0,1; dan perbandingan genotip adalah 0,81; 0,81; dan 0,01. Dengan
angka – angka ini kita akan mendapatkan harga yang sama pada generasi berikutnya. Hasil
yang sama ini akan kita jumpai pada generasi seterusnya, frekuensi genetis dan perbandingan
genotip tidak berubah. Dapat kita simpulkan bahwa perubahan evolusi tidak terjadi. Hal ini
dapat diketahui oleh Hardy (1908) dari Cambrige University dan Weinberg dari jerman
yang bekerja secara terpisah. Secara singkat dikatakan di dalam rumus Hardy-Weinberg

“Di bawah suatu kondisi yang stabil, baik frekuensi gen maupun perbandingan genotip akan
tetap (konstan) dari generasi ke generasi pada populasi yang berbiak secara seksual”

Kondisi yang Diperlukan untuk Keseimbangan Genetis

Perlu diteliti apakah yang dimaksud dengan kondisi pada hokum Hardy – Weinberg,
sehingga menyebabkan gene pool dari suatu populasi berada di dalam keseimbangan genetis.
Kondisi tersebut digambarkan sebagai berikut:

 Populasi harus cukup besar, sehingga suatu faktor kebetulan saja tidak mungkin
mengubah frekuensi genetis secara berarti.
 Mutasi tidak boleh terjadi, atau harus terjadi keseimbangan secara mutasi.
 Harus tidak terjadi emigrasi dan imigrasi.
 Reproduksi harus sama sekali sembarang (random).

Secara teoritis, suatu populasi harus begitu besar sehingga dapat dianggap bukan merupakan
faktor penyebab dari perubahan frekuensi genetis. Dalam kenyataan, tidaklah ada populasi
yang besarnya tidak terbatas, tetapi beberapa populasi alami dapat cukup besar sehingga
perubahan sedikit saja tidak cukup menjadi penyebab dari perubahan yang berarti pada
frekuensi genetis gene pool mereka.

Suatu populasi produktif yang terdiri lebih dari 10.000 anggota yang dapat berbiak,
mempunyai kemungkinan besar tidak dipengaruhi secara berarti oleh perubahan sembarang,
yang dapat menuju kepada lenyapnya suatu alel dari gene pool, meskipun alel itu merupakan
alel superior. Di dalam populasi yang demikian, ternyata hanya terdapat sangat kecil alel
yang mempunyai frekuensi antara, rupanya semua alel itu mempunyai kecenderungan untuk
hilang dengan segera atau tertahan sebagai satu – satunya alel yang ada. Dengan perkataan
lain, populasi kecil mempunyai kecenderungan besar untuk menjadi homozigot, sedangkan
populasi besar cenderung untuk lebih bermacam – macam.

Contohnya aplikasi Hukum Hardy-Weinberg antara lain sebagai berikut:

Menghitung prosentase populasi manusia yang membawa alel untuk penyakit


keturunan.
Frekuensi individu yang lahir dengan PKU disimbolkan dengan q2 pada persamaan Hardy-
Weinberg ( q2 = frekuensi genotip homozigot resesif ). Kejadian satu individu PKU tiap 10
ribu kelahiran menunjukkan q2 = 0,0001. Oleh karenanya frekuensi alel resesif untuk PKU
dalam populasi adalah sebagai berikut.

q2 = 0,0001 q = √ 0,0001 = 0,01

Data frekuensi alel dominant ditentukan sebagai berikut.

p = 1 – q ; p = 1 – 0,01 ; p = 0,99

Frekuensi heterozigot karier, pada individu yang tidak mengalami PKU namun mewariskan
alel PKU pada keturunannya, yaitu sebagai berikut.

2pq = 2 x 0,99 x 0,01

2pq = 0,0198 ( sekitar 2% )

Hal ini berarti sekitar 2 % suatu populasi manusia yang membawa alel PKU.

Menghitung frekuensi alel ganda.


Persamaan ( p + q ) = 1 seperti yang digunakan pada contoh-contoh sebelumnya hanya
berlaku apabila terdapat dua alel pada suatu lokus dalam autosom. Apabila lebih banyak alel
ikut mengambil peranan, maka dalam persamaan harus ditambah lebih banyak symbol.
Misalnya pada golongan darah system ABO dikenal tiga alel yaitu IA , IB dan i . Andaikan p
menyatakan frekuensi alel IA , q untuk frekuensi alel IB dan r untuk frekuensi alel i , maka
persamaan menjadi ( p + q + r ) = 1. Hukum Ekuilibrium Hardy-Weinberg untuk golongan
ABO berbentuk sebagai berikut.

1. Berapakah frekuensi alel IA , IB , dan i pada masing-masing populasi tersebut ?


2. Dari 320 orang yang bergolongan darah A itu, berapakah diperkirakan homozigotik IA
IA ?
3. Dari 150 orang bergolongan darah B itu, berapakah diperkirakan heterozigotik IB i ?

Penyelesaian untuk persoalan diatas sebagai berikut. Andaikan p = frekuensi untuk alel IA , q
= frekuensi untuk alel IB , r = frekuensi untuk alel i, maka menurut hukum Hardy-Weinberg

1. p2IAIA + 2prIA + q2IBIB + 2qrIBi + 2pqIAIB + r2ii


r 2 = frekuensi golongan O = 490
/1000 = 0,49 ; r = √ 0,49 = 0,7

(p+r)2 = frekuensi golongan A + golongan O

(p+r)2 = 320+490
/1000 = 0,81

(p+r) = √ 0,81 = 0,9

p = 0,9 – 0,7 = 0,2

Oleh karena ( p + q + r ) = 1, maka q = 1 – (p + q) = 1 – (0,2 + 0,7) = 0,1

Dengan demikian, frekuensi alel I A = p adalah 0,2; frekuensi alel IB = q = 0,1 ;


dan

frekuensi alel 1 = r = 0,7

2. Frekuensi genotip IAIA = p2 = (0,2)2= 0,04. Jadi dari 320 orang bergolongan A
yang diperkirakan homozigotik IAIA = 0,04 x 1000 orang = 40 orang.
3. Frekuensi genotip IB i = 2qr = 2 (0,1 x 0,7) = 0,14 . Jadi dari 150 orang

bergolongan B yang diperkirakan heterozigotik I B i = 0,14 x 1000 orang =


140 orang.

Menghitung frekuensi gen tertaut kromosom X.


Dalam genetika populasi Suryo, 1984 menyatakan persoalan-persoalan yang dibicarakan
sebelumnya merupakan cara menghitung frekuensi gen yang mempunyai lokus pada
autosom. Namun, disamping autosom terdapat pula kromosom X. Oleh karena laki-laki
hanya mempunyai sebuah kromosom X saja, maka cara menghitung frekuensi gennya
berbeda dengan cara menghitung frekuensi gen pada kromosom X perempuan. Distribusi
kesetimbangan dari genotip-genotip p untuk sifat yang tertaut kelamin, dengan p + q = 1
adalah
sebagai berikut.

Untuk laki-laki = p + q , karena genotipnya A– dan a–


Untuk perempuan = p2 + 2pq + q2 , karena genotipnya AA, Aa, aa.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Mutasi yang terjadi tidak selalu mengakibatkan perubahan dalam struktur


fungsi.kejadian mutasi walaupun tidak terlihat mungkin ikut berperan misalnya protein yang
bermutasi meskipun tidak berubah dalam fungsi,mungkin memupnyai kelemahan tertentu
yang baru terlihat apabila keadan lingkungan berubah.yang sudah dapat di pastikan,frekuensi
gen dalam populasi akan berubah,karena ada suatu gen yang berubah

2) Peristiwa mutasi akan mengakibatkan terjadinya perubahan frekuensi gen, sehingga


akan mempengaruhi fenotipe dan genotipe. Mutasi dapat bersifat menguntungkan dan
merugikan. Sifat menguntungkan maupun merugikan tersebut terjadi jika:

a. Dapat menghasilkan sifat baru yang lebih menguntungkan,

b. Dapat menghasilkan spesies yang adaptif,

c. Memiliki peningkatan daya fertilitas dan viabilitas. Selain menguntungkan, ada


kemungkinan mutasi bersifat merugikan yaitu menghasilkan sifat-sifat yang berkebalikan
dengan sifat-sifat di atas. Untuk mengetahui angka laju mutasi.

3) Asas Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuensi genotipe dalam
suatu populasi akan tetap konstan, yakni berada dalam kesetimbangan dari satu generasi ke
generasi lainnya kecuali apabila terdapat pengaruh-pengaruh tertentu yang mengganggu
kesetimbangan tersebut.

3.2 Saran

Saran yang dapat kami tujukan adalah untuk pembaca

Diharapkan bagi para pembaca agar tidak tejadi salah konsep mengenai evolusi sehingga
tidak memunculkan asas atau paham baru.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012. HUKUM HARDY-WEINBERG DAN GENETIKA


POPULASI (on line)

http://rispandahlan.blogspot.com/2012/03/hukum-hardy-weinberg-dan-genetika.html diacces
tanggal 2 Juni 2012

Sweety Hamster Love “Hamster Rescue” . 2012. Variasi genetik sebagai dasar evolusi,
mutasi gen, frekuensi gen dalam populasi dan hukum hardy- weinberg. (bag 2) (online)

Anonim-.Asas Hardy-Weinberg.(online)

http://id.wikipedia.org/wiki/Asas_Hardy-Weinberg

Anonim.-.Penerapan Hukum Hardy – Weingberg.

http://e-
dukasi.net/index.php?mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Materi%20Pokok/view&id=330
&uniq=3661

ANONIM.-. Hukum Hardy – Weingberg (0nline)

http://e-
dukasi.net/index.php?mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Materi%20Pokok/view&id=330
&uniq=3660 diacces tanggal 2 Juni 2012

Anonim, 2012. Petunjuk Adanya Evolusi.(0nline)

Http//:Itswrong.webs.com/evolusi.pdf/diacces tanggal 16 Maret 2012

Suryo, 1984.Genetika Untuk Strata 1.Jogjakarta: Gadjah Mada University Press.

Widodo, Lestari Umi, Amin Muhammad. 2003.Bahan Ajar Evolusi.Malang: Universitar


Malang Press.

Iklan
Report this ad
Report this ad

Share this:

 Twitter
 Facebook

Terkait

makalah evolusi perbedaan ras pada manusia


silabus antropobio unmuhjjember

makalah ekologi hewan pertumbuhan populasi

By aimarusciencemania

Navigasi pos
PETUNJUK PRAKTIKUM Pertumbuhan Populasi (predasi dan kompetisi)
LAPORAN PKL Unmuh Jember FKIP BIOLOGI 2009

Tinggalkan Balasan

Cari

Kalender
Juni 2012
S S R K J S M
« Mei Jul »
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30

Jam ku
Tulisan Terakhir
 Make up wedding muslim aini rupi
 Tutorial hijab paris
 Make up aini rupi
 Pesona Ranu Agung Tiris Probolinggo
 SOAL IPA KELAS 9 SMP SEMESTER GANJIL

Arsip
 Januari 2018
 Desember 2017
 November 2017
 Oktober 2017
 September 2017
 Agustus 2017
 Juli 2017
 Juni 2017
 Mei 2017
 April 2017
 Maret 2017
 Februari 2017
 Januari 2017
 Desember 2016
 November 2016
 Oktober 2016
 September 2016
 Agustus 2016
 Juli 2016
 Juni 2016
 Mei 2016
 April 2016
 Maret 2016
 Februari 2016
 Januari 2016
 Desember 2015
 November 2015
 Oktober 2015
 September 2015
 Agustus 2015
 Juli 2015
 Juni 2015
 Mei 2015
 April 2015
 Maret 2015
 Februari 2015
 Januari 2015
 Desember 2014
 November 2014
 Oktober 2014
 September 2014
 Agustus 2014
 Juli 2014
 Juni 2014
 Mei 2014
 April 2014
 Maret 2014
 Februari 2014
 Januari 2014
 Desember 2013
 November 2013
 Oktober 2013
 September 2013
 Agustus 2013
 Juli 2013
 Juni 2013
 Mei 2013
 April 2013
 Maret 2013
 Februari 2013
 Januari 2013
 Desember 2012
 November 2012
 Oktober 2012
 September 2012
 Agustus 2012
 Juli 2012
 Juni 2012
 Mei 2012
 April 2012
 Maret 2012
 Februari 2012
 Januari 2012
 Desember 2011
 November 2011

Kategori
 Uncategorized

Meta
 Daftar
 Masuk
 RSS Entri
 RSS Komentar
 WordPress.com

Blog di WordPress.com.
DIAN MEUTIA PUTRY

 (Laman Tak Berjudul)


 Beranda iyan_yas

jam weaker_yas
About
 Blogger templates

Blogroll
Amayhean Sigadhis Arrachman

Buat Lencana Anda

Archives
o Maret (3)
o September (7)
o Oktober (2)
o November (1)
o Januari (2)
o Februari (16)
o April (9)
o Mei (3)
o Juni (14)
o November (2)
o Desember (5)

iyan_yassir 4ever
visit-visit

Diberdayakan oleh Blogger.

MAKALAH variasi genetik sebagai dasar


evolusi.
22.44 |

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Evolusi berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme dari
satu generasi ke generasi berikutnya.Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi
tiga proses utama: variasi, reproduksi, dan seleksi.

Suatu individu tidak dapat mengalami evolusi , hanyalah suatu populasi yang dapat
mengalami hal tersebut . komposisi genetik dari suatu individu sudah ditentukan semenjak
terjadinya fertilisasi, yakni persatuan antara spermatozoid dengan sel sel telur. Kebanyakan
dari perubahan sepanjang hidupnya ialah suatu perubahan dialam eksperesi dari potensi
pertumbuahan yang terkandung didalam gen. Didalam populasi , baik komposisi
genetik maupun dari potensi pertumbuhan dapat berubah. Perubahan komposisis genetik
populasi adalah evolusi.

Keanekaragaman merupakan faktor utama dari evolusi. Meskipun prosesnya


diketahui pada masa dikemukan oleh lamarck dan darwin, tanpa ada variasi
(kenanekaragaman), evolusi tiadak akan terjadi , dialam ada faktor yang bekerja untuk
memepertahankan keutuhan suatu jenis . bila ada secara sendiri maka kedu faktor tersebut
seakan-akan bertentangan dengan kedua faktor tersebut bekerja secara harmonis.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui variasi genetik sebagai
dasar evolusi.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Evolusi

Evolusi adalah proses perubahan pada seluruh bentuk kehidupan dari satu generasi ke
generasi selanjutnya, dan biologi evolusioner mempelajari bagaimana evolusi ini terjadi. Pada
setiap generasi, organisme mewarisi sifat-sifat yang dimiliki oleh orang tuanya melalui gen.
Perubahan (yang disebut mutasi) pada gen ini akan menghasilkan sifat baru pada keturunan
suatu organisme. Pada populasi suatu organisme, beberapa sifat akan menjadi lebih umum,
manakala yang lainnya akan menghilang. Sifat-sifat yang membantu keberlangsungan hidup
dan reproduksi organisme akan lebih berkemungkinan berakumulasi dalam suatu populasi
daripada sifat-sifat yang tidak menguntungkan. Proses ini disebut sebagai seleksi alam.
Penghasilkan jumlah keturunan yang lebih banyak daripada jumlah orang tua beserta
keterwarisan sifat-sifat ini merupakan fakta tambahan mengenai kehidupan yang mendukung
dasar-dasar ilmiah seleksi alam. Gaya dorong seleksi alam dapat terlihat dengan jelas pada
populasi yang terisolasi, baik oleh karena perbedaan geografi maupun mekanisme lain yang
mencegah pertukaran genetika. Dalam waktu yang cukup lama, populasi yang terisolasi ini
akan menjadi spesies baru.

2.2 Variasi genetik sebagi dasar evolusi

Variasi genetik dalam populasi yang merupakan gambar dari adanya perbedaan
respon individu-individu terhadap lingkungan adalah bahan dasar dari perubahan adaptif.
Suatu populasi terdiri dari suatu sejumlah individu. Dengan suatu kekecualian , maka, tidak
ada dua individu yang serupa, pada populasi manusia dapat kita lihat dengan muda adanya
perbedaan- perbedaan individu : misalnya dipunyainya ciri-ciri anatomi, fisiologi dan
kelakuan yang khusus. Hal ini dapat kita lihat pada kucing dan anjing dan kuda., variasi
individu pada cacing, burung jalak, bajing atau bayam sukar sekali kita dapatkan meskipun
hal itu ada. Meskipun variasi individu ini terdapat dan hali ini mungkin tidak dapat kita lihat
oleh mata kita, hal ini terjadi pada binatang bersel satu sampai dengan ikan paus. Dengan
demikian, populasi terdiri dari sejumlah individu yang memiliki sifat penting tetapi berbeda
satu sama lain didalam berbagai hal

Variasi berasal dari mutasi bahan genetika, migrasi antar populasi (aliran gen), dan
perubahan susunan gen melalui reproduksi seksual. Variasi juga datang dari tukar ganti gen
antara spesies yang berbeda: contohnya melalui transfer gen horizontal pada bakteria dan
hibridisasi pada tanaman.Walaupun terdapat variasi yang terjadi secara terus menerus melalui
proses-proses ini, kebanyakan genom spesies adalah identik pada seluruh individu spesies
tersebut. Namun, bahkan perubahan kecil pada genotipe dapat mengakibatkan perubahan
yang dramatis pada fenotipenya. Misalnya simpanse dan manusia hanya berbeda pada 5%
genomnya.

Perbedaan- perbedaan diatas dapat kita lihat dengan nyata dan dapat pula sangat
samar- samar. Dengan demikian, jika terjadi suatu seleksi yang menentang beberapa varian
dan seleksi menguntungkan untuk varian lain didalam suatu populasi, maka komposisi
kesehatan dari populasi itu dapat berubah dengan berjalannya waktu , sebab sifat dari
populasi itu ditentukan oleh induvidu didalamnya. Secara umum variasi genetik dapat
dibedakan menjadi 5 penyebab (agensia evolutif), yakni mutasi rekombinasi gen, genetic
drift, gen flow dan seleksi alam

2.2.1 mutasi

1) pengertian, macam, dan sebab mutasi

a). Pengertian mutasi

Mutasi diartikan sebagai perubahan faktor keturunan atau sifat keturunan (gen) dan
perubahan itu bersifat fisikokimia.

Mutasi terjadi secara acak, yang beradaptasi hanya sebagian kecil. Bila suatu mutasi
mempunyai nilai ketahanan dan bentuk baru yang diturunkan telah nampak, maka ketahanan,
kedewasaan dan reproduksi dari bentuk baru itu tidak bersifat acak lagi. Mereka, cenderung
untuk bertambah dalam populasi dibandingkan dengan anggota populasi lain yang
mempunyai nilai seleksif rendah. Walaupun mutasi adalah dasar variasi, tetapi peranannya
hanya kecil. Yang lebih penting: kombinasi dan poliploid
b). Macam mutasi

Ada beberapa macam mutasi atas dasar sudut pandang tertentu . hal-hal berikut ini
menunjukkan beberapa macam mutasi berdasarkan atas berbagai sudut pandang.

1). Berdasarkan tempat terjadinya

 Mutasi kecil( point mutation)

Mutasi kecil adalah perubahan yang terjadi pada susunan molekul (ADN)gen. Lokus
gen sendiri tetap. Mutasi jenis ini yang menimbulkan perubahan alel. Mutasi gen diartikan
sebagai suatu perubahan fisiokimiawi gen. Perubahan fisiokimiawi gen yang terjadi antara
lain dapat berupa perubahan atau pergantian pasangan basa. Misalnya pasangan A-T diganti
menjadi G-C: peristiwa semacam ini antara lain disebabkan karena terjadi satu basa purin
ataupun pirimidin oleh senyawa lain yang analog semacam zaguanin atau bromouracil C-G.
Sebagai akibat peristiwa lain.

 Mutasi besar (gross mutation)

Mutasi besar adalah perubahan yang terjadi pada stuktur dari kromosom . Istilah
khusus mutasi kromosom yakni aberasi. Sehingga untuk selanjutnya istilah aberasi dipakai
untuk mutasi kromosom , sedangkan istilah mutasi khusus untuk mutasi gen saja.

2). Berdasarkan macam sel yang mengalami mutasi

 Mutasi somatis (mutasi vegetatif)

Mutasi somatis adalah mutasi yang terjadi pada sel soma . bila perubahan sel somatis
demikian besar , sel-sel dapat mati . dan kalau dapat bertahan hidup memiliki kelainan atau
tak berfungsi secara normal. Bila sel somatis tidak tidak meliputi daerah yang luas, yang
kurang penting, tidak membahayakan . tetapi bila meliputi daerah yang luas atau alat yang
amat penting dapat membahayakan bahkan dapat mematikan.

Bila perubahan sel itu terjadi ketiak sel somatis sedang giat membelah seperti dalam
embrio dapat mengakibatkan karakter abnormal waktu lahir , tetapi tidak diturunkan kepada
generasi berikutnya . makin muda jaringan yang mengalami perubahan genetis makin luas
akibat abnormalan yang ditimbulkannya sebliknya makin dewasa jaringan itu ketika
mengalami keabnormalan dan dapt ditolerir.

 Mutasi germinal (mutasi gametis/ generatif)

Mutasi germinal adalah mutasi yang terjadi sel germinal (terdapat didalam gonad).
Hal ini terjadi terdapat pada mahkluk hidup bersel banyak dan bukan yang bersel satu. Atau
strukturnya yang lebih sederhana. Bila perubahan berlangsung pada gamet. maka akibat yang
ditimbulkan begitu hebat dan gametpun segera mati. Kadang menyebabkan gamet tidak
mampu melakukan pembuahan dengan wajar. Oleh karena itu tak diteruskan pada
keturunananya. Tetapi bila perubahan tidak begitu hebat dan gamet dapat melakukan
pembuahan, terjadi generasi baru yang menerima peruahan bahan genetik tersebut.

Bila gonad terkena langsung radiasi atau diberi bahan kimia seperti gas murtad, maka
kemungkinan besar mengalami perubahan genetis pada gamet . namun kalau radiasi terjadi
pad bagian tubuh yang lain, bukan langsung ke gonad, suatu saat gonad menerima akibat
radiasi secara tidak langsung itu. Bila radiasi menimbulkan ionisasi berantai pada jaringan
dan akhirnya mencapai inti sel gamet.

Makin dekat bagian tubuh yang kena radiasi ke gonad, makin besar kemungkinan
gamet menerima perubahan genetis . sebaliknya semakin jauh bagian tubuh yang kena
radiasi dari gonad ,makin kecil kemungkinan gamet menerima perubahan genetik itu.
3). Berdasarkan faktor penyebab mutasi

 Mutasi alami (spontan)

Mutasi alam adalah mutasi yang terjadi secara alami (tanpa dibuat dan disengaja
manusia). Penyebab dari mutasi alamiah antara lain:

 Sinar kosmos
 Batuan radioaktif
 Sinar ultraviolet matahari
 Sesuatu yang tidak jelas dalam metabolisme sehingga terjdi kekeliruan dalam sintesis
bahan genetik. Dan
 Radiasi ionisasi internal dari bahan radioaktif yang mungkin terkandung dalam
jaringan (lewat makanan atau minuman yang terkena pencemaran zat radioaktif
 Mutasi buatan

Mutasi spontan merupakan mutasi yang sengaja dibuat oleh manusia, yang biasa
diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu. Misalnya dibidang budidaya, perakitan bibit dan
lain-lain. Usaha- usaha manusia dalam perubahan genetik dalam bentuk bahan makanan
antara lain:

 Pemakaian bahan radioaktif untuk diagnosis, terapi, deteksi, sterelisasi dan


pengawetan bahan makanan.
 Penggunaan senjata nuklir
 Roket, televisi, reaktor yang menggunakan bahan bakar radioaktif.

Mutasi buatan tidak selalu berakibat buruk. Banyak sekali jasa bahan radioaktif
terhadap kesejahteraan hidup manusia. Terutama mengembangkan keturunan baru tanaman.
Perubahan mutasi buatan yang dilakukan pada gandum, buncis, tomat, ternyata dapat
meningkatkan mutunya. banyak tanaman panen (padi jagung gandum) yang dikembangkan
sehingga tahan terhadap suatu jenis hama.

4). Berdasarkan jumlah faktor keturunan

 Mutasi bertahap (mutasi mikro)

Mutasi mikro adalah mutasi yang terjadi atas satu atau sekelompok kecil faktor keturunan.

 Mutasi lompatan (mutasi makro)

Mutasi makro merupakan mutasi yang terjadi atas sejumlah besar atau mungkin seluruh
faktor keturunan.

Dalam ruang lingkup mekanisme evolusi, terdapat dua macam pendapat tentang
dampak perubahan yang efektif supaya evolusi mahkluk hidup dapat berlangsung, pendapat
pertama, mengatakan bahwa penyebab variasi ( penyebab perubahan) yang lebih efektif
adalah perubahan bertahap. Dalam kurun waktu yang cukup lama sedikit demi sedikit akan
terjadi akumulasi demikian banyak variasi yang mengarah pada timbulnya kelompok-
kelompok baru( yang ditinjau dari sudut tinjauan tingkat takson tertentu mungkin sudah
berbeda dengan sebelumnya). Dalam hubungan dengan ini dikataka bahwa mutasi lompatan,
skala perubahan adalah demikian besar sehingga turunan yang mewarisi banyak ciri yang
sekaligus berubah, relatif tidak beradaptasi. Pendapat kedua mengatakan bahwa penyebab
variasi yang efektif adalah mutasi lompatan : dikatan bahwa yang terjadi karena mutasi
bertahap tidak dapat mengarah kepada terbentuknya spesies baru (spesiasi). Namun
demikian, dari pendapat tersebut yang paling banyak dianut adalah pendapat yang pertama.

C. Penyebab mutasi

Faktor- faktor yang menjadi penyebab terjadinya mutasi adalah demikian banyak
aspek variabel faktor lingkungan. Faktor- faktor tersebut dikenal sebagai mutagen. Pada
umumnya faktor- faktor lingkungan penyebab mutasi (mutasi) dibagi menjadi:

a). Faktor fisika (radiasi)

Agen mutagenik dari faktor fisika brupa radiasi. Radiasi yang bersifat mutagenik
antara lain berasal dari sinar kosmis, sinar ultraviolet, sinar gamma, sinar –X, partikel beta,
pancaran netron ion- ion berat, dan sina- sinar lain yang mempunyai daya ionisasi.

Radiasi dipancarkan oleh bahan yang bersifat radioaktif. Suatu zat radioaktif dapat
berubah secara spontan menjadi zat lain yang mengeluarkan radiasi. Ada radiasi yang
menimbulkan ionisasi ada yang tidak. Radiasi yang menimbulkan ionisasi dapat menembus
bahan, termasuk jaringan hidup, lewat sel-sel dan membuat ionisasi molekul zat dalam sel,
sehingga zat- zat itu tidak berfungsi normal atau bahkan menjadi rusak. Sinar tampak
gelombang radio dan panas dari matahari atau api, juga mem,bentuk radiasi, tetapi tidak
merusak.

2.2.2 Rekombinasi gen

Rekombinasi genetika merupakan proses pemutusan seunting bahan genetika


(biasanya DNA, namun juga bisa RNA) yang kemudian diikuti oleh penggabungan dengan
molekul DNA lainnya. Pada eukariota rekombinasi biasanya terjadi selama meiosis sebagai
pindah silang kromosom antara kromosom yang berpasangan. Proses ini menyebabkan
keturunan suatu makhluk hidup memiliki kombinasi gen yang berbeda dari orang tuanya, dan
dapat menghasilkan alel kimerik yang baru. Pada biologi evolusioner, perombakan gen ini
diperkirakan memiliki banyak keuntungan, yakni mengijinkan organisme yang bereproduksi
secara seksual menghindari Ratchet Muller.

Secara alami, rekombinasi gen terjadi saat pembelahan meiosis terjadi, (jd bukan saat
fertilisasi), yaitu ketika fase yang disebut sebagai “pindah silang” atau crossing over, pada
profase I (silahkan lihat tahapan pembelahan meiosis untuk lebih jelasnya). Pada fase itu,
gen-gen dari pasangan kromosom homolog saling bertukaran. Seperti kita ketahui, manusia
memiliki 2 set kromosom yang saling berpasangan, satu set kromosom yang membawa sifat-
sifat ayah, dan satu set kromosom yang membawa sifat-sifat ibu. Pada pembelahan mitosis
(perbanyakan sel), kedua set kromosom tersebut akan diperbanyak apa adanya, jadi tidak ada
perubahan susunan gen. Namun, pada saat pembelahan meiosis, yaitu pada pembentukan sel
gamet (yang nota bene hanya punya satu set kromosom),mterjadi pndah silang, sehingga satu
set kromosom hasil dari pembelahan meiosis akan membawa kombinasi sifat ayah da sifat
ibu.

Berikut ini adalah informasi – informasi tentang rekombinasi gen seksual seperti disebutkan
dibawah ini:

Hukum mandel 1 dan hukum mandel 11, tentang hukum pemisahan dan
rekombinasi faktor- faktor keturunan yang terjadi selama meiosis. Pada mahkluk hidup
yang bereproduksi secara sseksual, peristiwa fertilisasi didahului oleh proses pembentukan
gamet (meiosis). Proses meiosis menghasilkan gamet-gamet yang mempunyai jumlah
kromosom sebanyak separuh dari jumlah kromosom sel induknya. Pada proses meiosis
inilah terjasi pemisahan faktor- faktor keturunan dari masing- masing alelnya secara bebas.
Peristiwa pemisahan yang berlangsung secara bebas itulah yang lebih terkenal dengan
hukum mandel 1: sebaliknya peristiwa kombinasi secara bebas lebih dikenal dengan
hukum mandel II. Dengan peristiwa pemisahan dan rekombinasi secara bebas inilah
menyebabkan kandungan faktor keturunan pada tiap gamet, secara keseluruhan tidak sama
satu sama lain. Dengan kata lain secara keseluruhan tiap-tiap gamet berbeda satu dengan
yang lainnya.

2.2.5 Seleksi alam

a. Pengertian seleksi alam

Seleksi alam yang dimaksud dalam teori evolusi adalah teori bahwa makhluk hidup
yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya lama kelamaan akan punah. Yang
tertinggal hanyalah mereka yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Dan sesama
makhluk hidup akan saling bersaing untuk mempertahankan hidupnya.

Masih jelas teringat di benak kita tentang teori evolusinya yang menceritakan bahwa
awalnya jerapah ada yang berleher pendek dan ada yang berleher panjang. Lalu jerapah yang
berleher panjang lebih mudah menjangkau daun-daun muda yang tempatnya memang lebih
tinggi dibandingkan dengan jerapah berleher pendek. Akhirnya, jerapah berleher panjang
dapat bertahan hidup dan jerapah berleher pendek perlahan-lahan akan punah. Ini yang
disebut Charles Darwin sebagai “Seleksi Alam”.

Seleksi alam adalah proses dimana mutasi genetika yang meningkatkan reproduksi
menjadi (dan tetap) lebih umum dari generasi yang satu ke generasi yang lain pada sebuah
populasi. Ia sering disebut sebagai mekanisme yang “terbukti sendiri” karena:

Variasi terwariskan terdapat dalam populasi organisme. Organisme menghasilkan


keturunan lebih dari yang dapat bertahan hidup. Keturunan-keturunan ini bervariasi dalam
kemampuannya bertahan hidup dan bereproduksi.

Kondisi-kondisi ini menghasilkan kompetisi antar organisme untuk bertahan hidup


dan bereproduksi. Oleh sebab itu, organisme dengan sifat-sifat yang lebih menguntungkan
akan lebih berkemungkinan mewariskan sifatnya, sedangkan yang tidak menguntungkan
cenderung tidak akan diwariskan ke generasi selanjutnya.

Seleksi alam dalam sebuah populasi untuk sebuah sifat yang nilainya bervariasi,
misalnya tinggi badan, dapat dikategorikan menjadi tiga jenis. Yang pertama adalah seleksi
berarah (directional selection), yang merupakan geseran nilai rata-rata sifat dalam selang
waktu tertentu, misalnya organisme cenderung menjadi lebih tinggi. Kedua, seleksi pemutus
(disruptive selection), merupakan seleksi nilai ekstrem, dan sering mengakibatkan dua nilai
yang berbeda menjadi lebih umum (dengan menyeleksi keluar nilai rata-rata). Hal ini terjadi
apabila baik organisme yang pendek ataupun panjang menguntungkan, sedangkan organisme
dengan tinggi sedang tidak. Ketiga, seleksi pemantap (stabilizing selection), yaitu seleksi
terhadap nilai-nilai ektrem, menyebabkan penurunan variasi di sekitar nilai rata-rata. Hal ini
dapat menyebabkan organisme secara pelahan memiliki tinggi badan yang sama.

Contoh seleksi alam misalnya yang terjadi pada ngengat biston betularia. Ngengat
biston betularia putih sebelum terjadinya revolusi industri jumlahnya lebih banyak daripada
ngengat biston betularia hitam. Namun setelah terjadinya revolusi industri, jumlah ngengat
biston betularia putih lebih sedikit daripada ngengat biston betularia hitam. Ini terjadi karena
ketidakmampuan ngengat biston betularia putih untuk beradaptasi dengan lingkungan yang
baru. Pada saat sebelum terjadinya revolusi di Inggris, udara di Inggris masih bebas dari asap
industri, sehingga populasi ngengat biston betularia hitam menurun karena tidak dapat
beradaptsi dengan lingkungannya. namun setelah revolusi industri, udara di Inggris menjadi
gelap oleh asap dan debu industri, sehingga populasi ngengat biston betularia putih menurun
karena tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan, akibatnya mudah ditangkap oleh
pemangsanya.

Hereditas mendel

Perubahan dalam gen dapat disebabkan:

1. Mutasi : apabila gen A berubah menjadi a dan sebaliknya, maka frekuensi yang dinyatakan
oleh p dan q dalam (p + q)2 akan berubah.
2. Perbedaan pembagian ke gen pool.

Pembawa (carrier) dari sebuah genotipe dapat berbeda dalam membagi ke gen pool dari
generasi berikutnya, perbedaan dalam nilai adaptif dapat menyebabkan perubahan dalam
frekuensi gen.

3. Migrasi: perbedaan migrasi dari pembawa gen A dan gen a kedalam atau keluar populasi
akan mengakibatkan perubahan.

4. Penghanyutan genetik (genetic – drift)

Pada populasi kecil variasi yang terjadi secara kebetulan dapat menjadi penting.
Perkawinan sendiri atau antara saudara dapat mengubah frekuensi gen.

Mutasi merupakan sumber dari perubahan genetik, bila suatu mutasi meningkatkan
kemauan untuk hidupnya hanya 1% maka untuk terbentuknya ½ populasi perlu waktu 100
generasi. Jadi peranan reproduksi seksual sangat penting. Melalui reproduksi seksual dan
seleksi alam, evolusi dapat menjadi terarah.

2.2.3 Gene flow

Aliran gen atau gene flow merupakan pertukaran gen antar populasi, yang biasanya
merupakan spesies yang sama. Contoh aliran gen dalam sebuah spesies meliputi migrasi dan
perkembangbiakan organisme atau pertukaran serbuk sari. Transfer gen antar spesies meliputi
pembentukan organisme hibrid dan transfer gen horizontal.

Migrasi ke dalam atau ke luar populasi dapat mengubah frekuensi alel, serta
menambah variasi genetika ke dalam suatu populasi. Imigrasi dapat menambah bahan
genetika baru ke lungkang gen yang telah ada pada suatu populasi. Sebaliknya, emigrasi
dapat menghilangkan bahan genetika. Karena pemisahan reproduksi antara dua populasi yang
berdivergen diperlukan agar terjadi spesiasi, aliran gen dapat memperlambat proses ini
dengan menyebarkan genetika yang berbeda antar populasi. Aliran gen dihalangi oleh barisan
gunung, samudera, dan padang pasir. Bahkan bangunan manusia seperti Tembok Raksasa
Cina dapat menghalangi aliran gen tanaman.

Gene flow (alur gen), akibat adanya imigran yang dapat menambah alela baru
kedalam unggun gen suatu “deme”, sehingga dapat merubah frekunsi alela. Alur gen berarti
kisaran imigran mulai dari yang sangat rendah kesangat tinggi tergantung dari jumlah
individu yang datang dan seberapa banyak perbedaan genetik yang ada pada individu-
individu dalam “” deme” yang dapat bergabung. Bila tidak ada perbedaan yang banyak
antara “ deme- deme” dalam populasi yang besar, maka pergerakan individu dalam jumlah
yang sangat kecil diantara “ deme- deme” di pandang cukup kuat dapat menjaga frekuensi
alela tetap sama.

Bagaimanapun juga bila informasi genetik sangat berbeda, imigrasi kecil dapat
menghasilkan perubahan frekuensi alela yang sangat besar. Misalnya hibridisasi,
perkawinan dalam ( interbreeding) diantara individu- individu yang termasuk dalam
spesies yang dianggap berbeda mungkin saja terjadi. Hibridisasi semacam itu mugkin
membawa banyak alela baru kedalam populasi dan memungkinkan menjadi penyebab
dimulainya kecenderungan baru dalam evolusi penerima.

Banyak spesies yang terdiri dari penduduk lokal yang anggotanya cenderung untuk
berkembang biak di dalam kelompok. Setiap penduduk lokal dapat mengembangkan gen
yang berbeda dari yang lain penduduk lokal. Namun, anggota dari satu populasi dapat
berkembang biak dengan sesekali imigran dari populasi yang berdekatan dari spesies yang
sama. Hal ini dapat memperkenalkan gen baru atau mengubah frekuensi gen yang ada di
warga.
Menurut pandagan darwin Charles Darwin mengajukan teori evolusi
melalui seleksi alam
Darwin menyimpulkan oleh karena organisme menghasilkan keturunan yang lebih
banyak daripada yang lingkungan dapat dukung, pastilah terdapat persaingan untuk bertahan
hidup, dan hanya beberapa individu yang dapat bertahan hidup pada tiap generasi. Darwin
menyadari bahwa keberlangsungan hidup tidaklah didasarkan pada kebetulan belaka. Namun,
keberlangsungan hidup bergantung pada sifat-sifat tiap individu, dan sifat-sifat ini dapat
membantu ataupun menghalangi keberlangsungan hidup dan reproduksi individu. Individu
yang beradaptasi dengan baik memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menghasilkan
keturunan yang lebih banyak. Kemampuan beradaptasi yang tidak setara ini dapat
menyebabkan perubahan perlahan dalam suatu populasi. Sifat-sifat yang membantu suatu
organisme bertahan hidup dan bereproduksi akan berakumulasi dari generasi yang satu ke
generasi selanjutnya. Sebaliknya, sifat-sifat yang menghalangi keberlangsungan hidup dan
reproduksi akan menghilang. Darwin menggunakan istilah seleksi alam untuk menjelaskan
proses ini.
Seleksi alam sering disamakan dengan sintasan yang terbugar (survival of the fittest),
namun ekspresi ini sebenarnya dicetuskan oleh Herbert Spencer pada buku Principles of
Biology tahun 1864, setelah Charles Darwin menerbitkan hasil kerjanya. Sintasan yang
terbugar menjelaskan proses seleksi alam dengan tidak benar, karena seleksi alam bukanlah
hanya mengenai keberlangsungan hidup, dan tidaklah selalu yang paling bugar (fittest) yang
bertahan hidup.

Pengamatan terhadap variasi pada hewan dan tumbuhan merupakan dasar-dasar teori
seleksi alam. Sebagai contoh, Darwin memantau bahwa bunga anggrek dan serangga
mempunyai hubungan dekat yang mengijinkan penyerbukan pada tumbuhan. Ia mencatat
bahwa bunga anggrek mempunyai variasi pada strukturnya yang menarik serangga,
sedemikian rupanya serbuk sari yang berasal dari bunga akan menempel pada tubuh
serangga. Dengan begitu, serangga akan memindahkan serbuk sari dari anggrek jantan ke
anggrek betina. Walaupun struktur bunga anggrek tampaknya rumit, namun bagian
terspesialisasi ini terbuat dari struktur dasar yang dapat ditemukan pada bunga lain. Pada
buku Fertilisation of Orchids karya Darwin, ia mengajukan bahwa bunga anggrek tidak
mewakili hasil karya seorang insinyur yang ideal, namun diadaptasi dari bagian-bagian yang
telah ada melalui seleksi alam.





Diposting oleh dian meutia putry


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

0 komentar:

Posting Komentar

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit "
About "

 Beranda

Hot on this blog


 REPRODUKSI PADA BUNGA

Proses dan tahapan reproduksi sexual pada tumbuhan bunga secara Reproduksi
seksual (Generatif) Reproduksi merupakan proses (pe...

 PARASITOLOGY (TRYPANOSOMA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggota dari genus


Trypanosoma dengan satu perkecualian heteroksenosa dan ditularkan ...
 Jelaskan bagaimana peranan ilmu alamiah bagi pengembangan sains dan teknologi
dalam kehidupan kita sehari- hari.

TUGAS SOAL IAD (ILMU ALAMIAH DASAR) 1. PERTANYAAN …


Jelaskan bagaimana peranan ilmu alamiah bagi pengembangan sains dan tek...

HUKUM HARDY - WEINBERG EVOLUSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada tahun 1908, ahli


Matematika Inggris G.H. Hardy dan seorang ahli Fisika Jerman W. We...

 PROPOSAL MANGROVE

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mangrove berasal dari bahasa


Portugis, yang asal katanya mangae yang berarti beluka...

 MAKALAH KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM

B AB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Alam merupakan


unsur yang sangat penting dalam kehidupan ini,karen...

 SISTEM OTOT

Sistem otot adalah sistem tubuh yang memiliki fungsi seperti untuk alat gerak,
menyimpan glikogen dan menentukan...

 NUTRISI DAN PENCERNAAN MAKANAN

FISIOLOGI HEWAN (NUTRISI DAN PENCERNAAN MAKANAN


A. NUTRISI Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organi...

 PENGARUH KEPADATAN POPULASI MANUSIA TERHADAP LINGKUNGAN

PENGARUH KEPADATAN POPULASI MANUSIA TERHADAP


LINGKUNGAN Populasi adalah kumpulan / kelompok individu yang sama (sejeni...

 PERILAKU HEWAN MAMALIA MONYET

PRILAKU HEWANMAMALIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


Masalah Di Indonesia, sebaran populasi monyet ekor panjang ...

Configure your calendar archive widget - Edit archive widget - Flat List - Newest first -
Choose any Month/Year Format
Followers
About Me

dian meutia putry


banda acheh, acheh, Indonesia
ku persembahkan semuanya untuk kasih dan cinta demi menggapai sebuah
kebahagian yang akan kumiliki selamanya...
View my complete profile
Copyright 2011 DIAN MEUTIA PUTRY .All rights reserved. Powered by Blogger
Trunk, Beaches, Mountains, MS SharePoint Hosting.

 About
 Sitemap
 Contact
 Disclaimer




Pulmonaris.biologi
Kami adalah master of sains biologi, dimana blog ini akan membantu anda dalam masalah
biologi.

Animal

 Artikel
 Rangkuman Kecil
 Kumpulan Makalah
 Gambar N Keterangan
 Tutorial Pratikum
 Video

Search...

Pulmonaris.biologi Kumpulan Makalah “VARIASI GENETIK SEBAGAI DASAR


EVOLUSI, MUTASI GEN, FREKUENSI GEN DALAM POPULASI DAN HUKUM
HARDY-WEINBERG”
“VARIASI GENETIK SEBAGAI DASAR
EVOLUSI, MUTASI GEN, FREKUENSI
GEN DALAM POPULASI DAN HUKUM
HARDY-WEINBERG”
Vanto Doll 18.53 Kumpulan Makalah
MAKALAH EVOLUSI ORGANIK
“VARIASI GENETIK SEBAGAI DASAR EVOLUSI, MUTASI GEN, FREKUENSI
GEN DALAM POPULASI DAN HUKUM HARDY-WEINBERG”

Dibimbing oleh :

Drs. Lud Waluyo, M.Kes

Disusun oleh :
Dimas Wahyu Meidi Vanto

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas rahmat – Nya
maka saya dapat menyelesaikan tugas Makalah kelompok evolusi organik. Sholawat serta
Salam senantiasa tercurahkan kepada baginda kita Nabi Besar Muhamad SAW yang telah
membawa umatnya dari zaman jahiliah menuju zaman Islamiah.
Adapun maksud penyusunan makalah dengan materi kajian “variasi genetik sebagai
dasar evolusi, mutasi gen, frekuensi gen dalam populasi dan hukum hardy-weinberg” yakni
sabagai pemenuhan tugas mata kuliah Evolusi Organik.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada Drs. Lud Waluyo,
M.Kes selaku pembimbing kami dalam mengerjakan makalah ini.
Segala kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan penyusunan
makalah ini, agar menjadi terbaik bagi penyusun maupun pembaca.
Kami berharap dengan adanya penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca maupun penyusun sendiri, dan bagi semua yang berkepentingan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang........................................................................................5
1.2 Rumusan masalah...................................................................................6
1.3 Tujuan.....................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Variasi Genetik.......................................................................................7
2.1.1 Mutasi Gen....................................................................................9
2.2.2 Rekombinasi Gen..........................................................................9
2.2.3 Gene Flow...................................................................................12
2.2.4 Genetic Drift................................................................................13
2.2.5 Seleksi Alam...............................................................................13
2.2 Frekuensi Gen Populasi........................................................................14
2.3 Definisi Hukum Hardy-Weinberg........................................................15
2.3.1 Kondisiyang di Perlukan untuk Keseimbangan Genetis.............17
2.3.2 Peran Seleksi...............................................................................20
2.4 Penerapan Teori Evolusi dalam Hukum hardy-Weinberg...................22
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...........................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Evolusi merupakan salah satu kajian biologi yang menimbulkan berbagai macam
pertanyaan, selain itu evolusi biasanya juga disebut sebagai teori tetapi adapula yang
menyebutkan evolusi merupakan fakta. Berbagai alasan oleh para ahli baik yang pro akan
terjadinya evolusi maupun kontra akan terjadinya evolusi telah dituliskan dalam bukunya
masing-masing. Carles darwin merupakan salah satu tokoh evolusi yang telah menerbitkan
buku yang berjudul “The Origin Spesies”. Di dalam teori carles darwin banyak para ahli lain
yang mendukung maupun yang menentang teori tersebut.
Dalam prose evolusi terdapat dua faktor penting yang pertama adalah bahwa gen-gen
orang tua bergabung secara acak untuk menghasilkan keturunan. Variasi ini merupakan
ketentuan mutlak agar evolusi dapat terjadi.faktor kedua adalah bahwa tanpa ada perubahan
maka perjuangan untuk hidup menjadi hal yang mustahil (Roger, 1988).
Evolusi juga bisa dikenal dan terjadi dilevel populasi. Populasi merupakan sekumpulan
individu yang menempati habitat tertentu. Pada individu dalam populasi yang mengalami
evolusi tentu disebabkan oleh beberpa faktor. Faktor tersebut diantaranya terjadinya mutasi
gen dalam populasi, sehingga menyebabkan frekuensi gen dalam populasi mengalami
perubahan yang awalnya hanya satu variasi menjadi banyak variasi. Hal tersebut sesuai
dengan aturan atau asas dari Hardy- Weinberg (Roger, 1988).
Teori Hardy Weinberg merupakan teori yang dianggap benar menurut pandangan evolusi.
Teori ini menjelaskan bahwa adanya variasi didalam kehidupan dalam suatu populasi
dikarenakan adanya variasi gen. Variasi gen diantaranya adalah mutasi gen, frekuensi gen
yang dapat menjadikan makhluk hidup didunia ini berbeda-beda. Mutasi gen dapat muncul
karena adanya faktor-faktor yang mendukung, mutasi merupakan suatu perubahan frekuensi
dan kombinasi alel gen atau kromosom secara spontan (Shidrata, 1955). Mutasi juga diartikan
sebagai perubahan faktor keturunan atau sifat keturunan gen yang bersifat
fisikokimiawi.istilah dan teori berasal dari hugo de vries (1848-1934), yang diterbitkan dalam
bukunya : The mutation theory” tahun 1901. Frekuensi gen adalah sebab dari terjadinya
mutasi gen atau bisa juga disebut faktor yang mempengaruhi mutasi gen.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Apa yang dimaksud dengan variasi genetik?
b. Apa yang dimaksud dengan mutasi gen, serta akibat yang di timbulkan?
c. Apa yang dimaksud dengan frekuensi gen populasi
d. Bagaimanakah Penerapan hukum Hady-Weinberg dalam Proses evolusi?

1.3 TUJUAN
a. Mendiskripsikan definisi dari variansi genetik.
b. Mendiskripsikan mutasi gen dan akibat yang di timbulkan
c. Mendiskripsikan frekuensi gen dalam populasi.
d. Mendiskripsikan Penerapan hukum Hady-Weinberg sebagai pendukung terjadinya evolusi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 VARIASI GENETIK


Dalam setiap spesies terdapat anggota kelompok populasi dengan ciri-ciri yang berbeda
satu sama lain. Bahkan antara dua individu, meskipun mereka merupakan anggota spesies
yang sama. Keduanya dapat berbeda-beda karena variasi berbagai faktor antara lain genetik,
umur, jenis kelamin, makanan, stadium daur hidup, bentuk tubuh, habitat dan lain-lain.
Secara genetik tidak ada dua individu dalam spesies yang persis sama. Apalagi faktor-faktor
lingkungan juga ikut berpengaruh dalam timbulnya ciri-ciri yang muncul sebagai fenotip.
Perbedaan ciri yang tampak pada anggota tiap spesies ini menyebabkan adanya
keanekaragaman dalam spesies.
Secara umum variasi genetik dapat dibedakan menjadi lima penyebab yakni: muatasi,
rekombinasi gen, genetic drift, gen flow dan seleksi alam. Fariasi genetiklah merupakan satu-
satunya kemungkinan yang dapat menerangkan proses evaluasi. Variasi genetik timbul
karena perbedaan pasangan alel, bersifat konstan dan diwariskan kepada keturunannya
(Waluyo, 2010).
Variasi genetik dalam populasi merupakan gambar dari adanya perbedaan respon
individu-individu terhadap lingkungan yang merupakan bahan dasar dari perubahan adaptif.
Suatu populasi terdiri dari sejumlah individu. Dengan suatu kekecualian, maka tidak ada dua
individu yang serupa, pada populasi manusia dapat kita lihat dengan mudah adanya
perbedaan- perbedaan individu: misalnya ciri-ciri anatomi, fisiologi dan kelakuan yang
khusus. Hal ini dapat kita lihat pada kucing dan anjing dan kuda. Variasi individu pada
cacing, burung jalak, bajing atau bayam sukar sekali kita dapatkan meskipun hal itu ada.
Dengan demikian, populasi terdiri dari sejumlah individu yang memiliki sifat penting tetapi
berbeda satu sama lain didalam berbagai hal.

Variasi hanya dapat diterangkan secara adaptasi dan secara genetik. Variasi dapat kita
lihat pada olahragawan yang otot-ototnya lebih terlatih sehingga berukuran lebih besar dari
kebanyakan orang. Namun variasi adaptasi tidak dapat diturunkan secara langsung pada
keturunannya. Ada variasi tertentu yang dapat diwariskan. Organisme tidaklah
memrepresentasikan varian-varian yang pernah ada saja. Variasi dapat dilihat misalnya pada
seleksi artifisial. Jika suatu populasi sapi secara artifisial dipilih untuk meningkatkan hasil
susu, hasil susu akan meningkat sepanjang generasi. Peningkatan ini dimungkinkan oleh
variasi yang dapat diwariskan bagi hasil susu. Eksistensi adaptasi juga membuktikan
eksistensi variasi genetika. Adaptasi dihasilakn oleh seleksi alam dan selelsi alam tidak bisa
bekerja tanpa variasi genetika.
Variasi genetik berasal dari mutasi bahan genetika, migrasi antar populasi (aliran gen),
dan perubahan susunan gen melalui reproduksi seksual. Variasi juga datang dari tukar ganti
gen antara spesies yang berbeda: contohnya melalui transfer gen horizontal pada bakteria dan
hibridisasi pada tanaman.Walaupun terdapat variasi yang terjadi secara terus menerus melalui
proses-proses ini, kebanyakan genom spesies adalah identik pada seluruh individu spesies
tersebut. Namun, bahkan perubahan kecil pada genotipe dapat mengakibatkan perubahan
yang dramatis pada fenotipenya. Misalnya simpanse dan manusia hanya berbeda pada 5%
genomnya.
Perbedaan- perbedaan diatas dapat kita lihat dengan nyata dan dapat pula sangat samar-
samar. Dengan demikian, jika terjadi suatu seleksi yang menentang beberapa varian dan
seleksi menguntungkan untuk varian lain didalam suatu populasi, maka komposisi kesehatan
dari populasi itu dapat berubah dengan berjalannya waktu, sebab sifat dari populasi itu
ditentukan oleh induvidu didalamnya. Secara umum variasi genetik dapat dibedakan menjadi
5 penyebab (agensia evolutif), yakni mutasi rekombinasi gen, genetic drift, gen flow dan
seleksi alam.

2.2.1 MUTASI GEN


Mutasi gen adalah mutasi yang terjadi dari proses penggantian pasangan basa atau
penyisipan basa pada molekul DNA. Dikenal dengan istilah mutasi. Karena apabila terjadi
penggantian ataupun pengurangan basa jika asam amino yang dikode oleh kode triplet
mRNA tidak menyebabkan pergantian jenis asam amino maka tidak terjadi perubahan fenotip
yang signifikan dan hanya merubah struktur genotip saja (Susanto, 2011).
Mutasi dibedakan berdasarkan tempat terjadinya, macam sel yang mengalami mutasi,
faktor penyebabnya, faktor keturunan, dan manfaat bagi individu atau populasi yang
mengalaminya. Adapun dijelaskan macam-macam mutasi sebagai berikut :
a. Mutasi berdasarkan tempat terjadinya
 Mutasi kecil adalah perubahan yang terjadi pada susunan molekul DNA gen. Lokus gen
sendiri tetap. Mutasi jenis ini menimbulkan perubahan alel.
 Mutasi besar adalah perubahan yang terjadi pada struktur pada kromosom. Aberasi adalah
istilah khusus untuk mutasi kromosom.

b. Mutasi berdasarkan macam sel yang mengalami mutasi


 Mutasi somatis adalah mutasi yang terjadi pada sel soma (tubuh). Bila perubahan sel somatis
semakin besar, sel-sel dapat mati dan kalau dapat bertahan hidup memiliki kelainan atau tak
berfungsi secara normal.
 Mutasi nutfah bisa juga disebut sebagai mutasi germinal. Mutasi germinal adalah mutasi
yang terjadi pada sel germinal (terdapat didalam gonad) hal ini terjadi pada makhluk hidup
bersel banyak bila perubahan berlangsung pada gamet, maka akibat yang diakibatkan begitu
hebat dan gametpun segera mati.

c. Mutasi berdasarkan faktor penyebab


 Mutasi alami (spontan) adalah mutasi yang terjadi secara alami tanpa dibuat dan disengaja
oleh manusia. Penyebab mutasi alami antara lain sinarkosmos, bantuan radio aktif, sinar
ultraviolet matahari, suatu yang tidak jelas dalam metabolisme sehingga terjadi kekeliruan
dalam sintesis bahan genetik, dan radiasi ionisasi internal dari bahan radio aktif yang
mungkin terkandung dalam jaringan.
 Mutasi buatan merupakan mutasi yang sengaja dibuat oleh manusia, biasanya diarahkan
pada tujuan-tujuan tertentu misalnya bidang budidaya perakitan bibit dan lain-lain. Mutasi
buatan tidak selalu berakibat buruk. Banyak sekali jasa bahan radioaktif terhadap
kesejahteraan hidup manusia, terutama mengembangkan keturunan baru tanaman.
d. Berdasarkan jumlah faktor keturunan
 Mutasi bertahap (mutasi mikro) yaitu mutasi yang terjadi atas satu atau sekelompok kecil
faktor keturunan. Penyebb fariasi yang efektif adalah mutasi bertahap.
 Mutasi lompatan (Mutasi makro) merupakan mutasi yang terjadi atas jumlah besar atau
mungkin seluruh faktor keturunan. Ada pendapat yang mengatakan bhwa penyebab fariasi
yang efektif adalah mutasi lompatan. Dikatakan bhwa fariasi yang terjadi karena mutasi
bertahap tidak dapat mengarah kepada terbentuknya spesies baru. Sekalipun demikian dari
pendapat tersebut yang paling banyak dianut adalah pendapat adanya mutasi bertahap.
e. Berdasarkan manfaat bagi individu atau populasi yang mengalaminya
 Muatasi yang merugikan adalah mutasi yang berakibat timbulnya ciri dan kemampuan yang
kurang atau tidak adaptif pada individu atau populasi.
 Mutasi menguntungkan adalah mujtasi yang berakibat timbulnya ciri dan kemampuan yang
semakin adaptif pada individu atau populasi. Diantara kedua macam mutasi itu, yang paling
banyak terjadi adalh mutasi yang merugikan. Akan tetap dalam ruang lingkup mekanisme
evolusi, dampak perubahan karena mutasi yang efektif adalah mutasi yang menguntungkan.
Ada beberapa kutipan yang dapat membantu kita dalam usaha
menyimak pengertian mutasi.
 “although genes can reproduce them selves exaetty for many generations they do
occasinally undergo abrupt changes called mutations. Mutations involves a change in the
chemical arrangement ag a gene so that there is a diffrence in the structure and action of a
gene “(hickman, 1970 dalam mubadi, 1985)”.
 It is also know taht gene may undrego slight alterations, with a resultant change in some
character ……” any modificationof achromosome and the accompaying altertions of a the
plant in questions is a mutations “( robbins, 1957dalam mubadi, 1985):”
 lthough gene are remarkably stable and are…………they do from a time to time undergo
changes called mutations “ (ville, et al dalam mubadi, 1985.
 Mutations is the given to all these proceses “ with result in change the heredity
material(simpsom, 1957).
 Mutasi adalah suatu perubahan frekuensi dan kombiasi alel, gen, atau kromoson secara
seketika (spontan)(sidharta, 1995).

Dari kutipan- kutipan tersebut diatas bahwa mutasi diartikan sebagai perubahan faktor
keturunan atau sifat keturunan (gen) dan perubahan itu bersifat fisikokimia. Hugo de Vries
meneliti mutasi pada masa itu dengan melihat fenotipe yang menyimpang yang jarang terjadi
di alam. Tetapi jika mutasi terjadi, sifat berubah dan diwariskan terus ke generasi-generasi
berikutnya. Hugo de Vries membuat batasan tentang variasi yaitu variasi lingkungan dan
variasi genetik.

2.2.2 REKOMBINASI GEN


Rekombinasi gen merupakan salah satu peristiwa yang menyebabakan timbulnya variasi
pada generasi keturunan pada saat terjadinya reproduksi seksual. Pada makhluk hidup yang
berbiak secara aseksual, tidak ada kombinasi materi genetik dan individu yang berbeda
sehingga akan selalu menghasilkan individu baru yang identik dengan induknya bila tidak
terjadi mutasi gen.
Penjelasan tentang rekombinasi seksual dapat dilihat uraianya pada hukum mendel 1 dan
hukum mendel 2, fertilisasi yang terjadi secara kebetulan dan acak dan rekombinasi gen
seksual yang salah satu sebabnya terjadi karena fariasi pada generasi keturunan (Waluyo,
2011).

2.2.3 GENE FLOW


Aliran gen atau gene flow merupakan pertukaran gen antar populasi, yang biasanya
merupakan spesies yang sama. Terdapat sejumlah faktor-faktor yang mempengaruhi aliran
gen antara populasi-populasi yang berbeda. Salah satu faktor yang paling signifikan pada
aliran gen ini adalah mobilitas. Semakin besar mobilitas suatu individu, semakin besar
potensi migrasi individu tersebut. Hewan cenderung lebih mudah berpindah daripada
tumbuhan, walaupun serbuk sari dan biji dapat diangkut oleh hewan atau angin ke lokasi
yang sangat jauh.
Gene flow (alur gen), akibat adanya imigran yang dapat menambah alela baru kedalam
unggun gen suatu “deme”, sehingga dapat merubah frekunsi alela. Alur gen berarti kisaran
imigran mulai dari yang sangat rendah kesangat tinggi tergantung dari jumlah individu yang
datang dan seberapa banyak perbedaan genetik yang ada pada individu- individu dalam ”
deme” yang dapat bergabung. Bila tidak ada perbedaan yang banyak antara “ deme- deme”
dalam populasi yang besar, maka pergerakan individu dalam jumlah yang sangat kecil
diantara “ deme- deme” di pandang cukup kuat dapat menjaga frekuensi alela tetap sama.
Bagaimanapun juga bila informasi genetik sangat berbeda, imigrasi kecil dapat
menghasilkan perubahan frekuensi alela yang sangat besar. Misalnya hibridisasi, perkawinan
dalam ( interbreeding) diantara individu- individu yang termasuk dalam spesies yang
dianggap berbeda mungkin saja terjadi. Hibridisasi semacam itu mugkin membawa banyak
alela baru kedalam populasi dan memungkinkan menjadi penyebab dimulainya
kecenderungan baru dalam evolusi penerima.

2.2.4 GENETIC DRIFT


Genetic drift (hanyutan genetic) merupakan perubahan dalam kumpulan gen suatu
populasi kecil akibat kejadian acak. Hanya factor keberuntungan saja yang mengakibatkan
hanyutan acak dapat memperbaiki daya adaptasi populasi itu ke lingkunganya.
Genetic drift adalah lepasnya frekuensi alela secara kebetulan. Peristiwa ini sangat
berarti pada populasi yang sangat kecil. Kenyataannya 1 dari 2 alela mempunyai peluang
untuk lepas adalah kira-kira 0, 8%. Hilangnya gen selalu mempengaruhi frekuensi alela pada
beberapa tingkat tetapi pengaruh tersebut menurun pada populasi yang berukuran besar.
Karena itu dalam populasi kecil, kurang dari 100 individu hilangnya gen masih cukup kuat
pengaruhnya terhadap frekuensi alela, meskipun ada agenesia evolutif lain yang berperanan
pada saat itu juga terhadap perubahan frekuensi alela dalam arah yang berbeda.

2.2.5 GENE POOL


Evolusi adalah perubahan susunan genetik pada generasi yang berurutan. Untuk
mengetahui evolusi, sangat baik jika mengetahui tentang genetika dari populasi (population
genetik). Genetika individu selalu menyangkut konsep genotif yakni konstitusi genetika pada
individu. Studi mengenai genetika dari populasi juga tergantung pada konsep gene pool,
yakni konstitusi genetis suatu populasi.

Gene pool adalah jumlah dari seluruh gen (termasuk plasma gen) yang dimiliki oleh
semua individu. Genotip dari individu diploid hanya dapat mempunyai suatu maksimal
jumlah dari dua alel dari suatu gen. Pembatasan ini tidak dijumpai pada gene pool dari suatu
populasi. Disini dapat terdapat setiap jumlah dari gen. kita melihat gen pool dari sudut setiap
macam gen dengan frekuensi atau perbandingan alel gen A dan a pada suatu populasi yang
berbiak secara seksual. Dan misalnya juga bahwa alel A merupakan 90 % dari jumlah kedua
alel, sedangkan alel a merupakan 10 % dari jumlah itu. Akan kita katakan kemudian bahwa
frekuensi A dan a pada gen pool populasi ini adalah 0,9 dan 0,1. Bila frekuensi ini berubah
dengan berubahnya waktu, maka perubahan ini merupakan perubahan evolusi.
Kalau kita katakan bahwa evolusi adalah perubahan di dalam komposisi genetis dari
populasi, yang kita artikan adalah suatu perubahan dari frekuensi genetis di dalam suatu gen
pool. Itulah sebabnya faktor penyebab evolusi dapat kita tentukan dengan menentukan faktor
apa yang dapat menghasilkan suatu pergeseran dari frekuensi genetis.

2.2.6 SELEKSI ALAM


Seleksi alam yang dimaksud dalam teori evolusi adalah makhluk hidup yang tidak
mampu beradaptasi dengan lingkungannya yang lama kelamaan akan punah. Makhluk hidup
yang tertinggal hanya makhluk hidup yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya dan
sesama makhluk hidup akan saling bersaing untuk mempertahankan hidupnya.
Seleksi alam hanya bisa mengubah frekuensi sesuatu yang diwariskan dari satu generasi
ke generasi berikutnya. Seleksi alam pada dasarnya menyesuaikan frekuensi gen dan
memantapkan gen yang menghasilkan adaptasi sehingga memberikan kemampuan untuk
memproduksi gen lain. Agar suatu unsur lulus oleh seleksi alam, ia harus merupakan variasi
yang dapat diwariskan. Kemudian frekuensinya dapat meningkat dari generasi ke generasi.
Seleksi alam dapat bekerja pada variasi genetik hanya kalau dinyatakan sebagai variasi
fenotipik. Suatu alel yang sama sekali resesif akan tertutup oleh aksi seleksi alam.Tetapi
sebenarnya hanya terdapat sedikit alel yang sama biasa kita katakan resesif, mungkin
mempunyai pengaruh fenotipik meskipun sangat sedikit.
Seleksi alam dalam sebuah populasi untuk sebuah sifat yang nilainya bervariasi,
misalnya tinggi badan, dapat dikategorikan menjadi tiga jenis. Yang pertama adalah seleksi
berarah (directional selection), yang merupakan geseran nilai rata-rata sifat dalam selang
waktu tertentu, misalnya organisme cenderung menjadi lebih tinggi. Kedua, seleksi pemutus
(disruptive selection), merupakan seleksi nilai ekstrem, dan sering mengakibatkan dua nilai
yang berbeda menjadi lebih umum (dengan menyeleksi keluar nilai rata-rata). Hal ini terjadi
apabila baik organisme yang pendek ataupun panjang menguntungkan, sedangkan organisme
dengan tinggi sedang tidak. Ketiga, seleksi pemantap (stabilizing selection), yaitu seleksi
terhadap nilai-nilai ektrem, menyebabkan penurunan variasi di sekitar nilai rata-rata. Hal ini
dapat menyebabkan organisme secara pelahan memiliki tinggi badan yang sama.
Kombinasi gen baru yang dihasilkan dari seleksi sering menghasilkan suatu perubahan
alel yang awalnya resesif menjadi dominan. Suatu alel tidak bertindak secara otomatis
sebagai resesif atau dominan. Latar belakang genetik menentukan aktivitas suatu alel. Bila
latar genesis berubah lewat pergeseran dari suatu gen, maka aktivitas dari gen – gen lain
sampai pada batas tertentu.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pada populasi biparental, seleksi alam atau buatan
menentukan arah perubahan. Sebagian besar dengan perubahan frekuensi dari gen yang
muncul karena mutasi sembarang (random mutation) dari beberapa generasi sebelumnya. Hal
ini akan mewujudkan adanya kombinasi gen yang berudan aktivitas gen yang menghasilkan
fenotip baru. Mutasi yang umumnya bukanlah suatu kekuatan pengaruh pada evolusi, peran
evolusi yang terutama bagi mutasi baru (dan kombinasi baru dari gen) adalah pengganti
persediaan variabilitas di dalam gen pool, yang pada akhirnya melengkapi potensi mana
seleksi yang akan datang dapat bertindak.
Kasus khusus seleksi alam adalah seleksi seksual, yang merupakan seleksi untuk sifat-
sifat yang meningkatkan keberhasilan perkawinan dengan meningkatkan daya tarik suatu
organisme. Sifat-sifat yang berevolusi melalui seleksi seksual utamanya terdapat pada
pejantan beberapa spesies hewan. Walaupun sifat ini dapat menurunkan keberlangsungan
hidup individu jantan tersebut (misalnya pada tanduk rusa yang besar dan warna yang cerah
dapat menarik predator). Ketidakuntungan keberlangsungan hidup ini diseimbangkan oleh
keberhasilan reproduksi yang lebih tinggi pada penjantan.
Contoh seleksi alam misalnya yang terjadi pada ngengat Biston betularia. Ngengat
Biston betularia putih sebelum terjadinya revolusi industri jumlahnya lebih banyak daripada
ngengat Biston betularia hitam. Namun setelah terjadinya revolusi industri, jumlah ngengat
Biston betularia putih lebih sedikit daripada ngengat Biston betularia hitam. Ini terjadi
karena ketidakmampuan ngengat Biston betularia putih untuk beradaptasi dengan lingkungan
yang baru. Pada saat sebelum terjadinya revolusi di Inggris, udara di Inggris masih bebas dari
asap industri, sehingga populasi ngengat Biston betularia hitam menurun karena tidak dapat
beradaptsi dengan lingkungannya. namun setelah revolusi industri, udara di Inggris menjadi
gelap oleh asap dan debu industri, sehingga populasi ngengat Biston betularia putih menurun
karena tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan, akibatnya mudah ditangkap oleh
pemangsanya.

2.2. FREKUENSI GEN POPULASI


Frekuensi gen adalah perbandingan antara gen kesatu dan gen lainnya didalm suatu
populasi. Frekuensi ini dijelaskan dalam asas hardy-weinberg yang menyatakan bahwa
frekuensi alel dan frekuensi genotip dalam suatu populasi akan tetap konstan, yakni berada
dalam kesetimbangan dari satu generasi ke generasi lainnya kecuali apabila terdapat
pengaruh- pengaruh tersebut meliputi perkawinan tak acak, mutasi seleksi, ukuran populasi
terbatas, hanyutan genetik, dan aliran gen. Adalah penting untuk dimengerti bahwa diluar
laboratorium, satu atau lebih pengaruh ini akan selalu ada. Oleh karena itu, kesetimbangan
hardy-weinberg sangatlah tidak mungkin terjadi dialam. Kesetimbangan genetik adalah suatu
keadaan ideal yang dapat dijadikan sebagai garis dasar untuk mengukur perubahan genetik.
Frekuensi alel yang statis dalam suatu populasi dari generasi ke generasi mengasumsikan
adanya perkawinan acak, tidak adanya mutasi, tidak adanya migrasi, ataupun meingrasi,
populasi yang besarnya tak terhingga dan ketiadaan tekanan seleksi tehadap sifat-sifat
tertentu. Peristiwa mutasi akan mengakibatkan terjadinya perubahan ferkuensi gen, sehingga
akan mempengaruhi fenotipe dan genotipe. Faktor yang mempengaruhi frekuensi gen adalah
seleksi, mutasi, pencampuran populasi, silang dalam dan silang luar, dan genetic dirft

2.3 DEFINISI HUKUM HARDY-WEINBERG


Populasi mendelian yang berukuran besar sangat memungkinkan terjadinya kawin acak
(panmiksia) di antara individu-individu anggotanya. Artinya, tiap individu memiliki peluang
yang sama untuk bertemu dengan individu lain, baik dengan genotipe yang sama maupun
berbeda dengannya. Dengan adanya sistem kawin acak ini, frekuensi alel akan senantiasa
konstan dari generasi ke generasi. Prinsip ini dirumuskan oleh G.H. Hardy, ahli matematika
dari Inggris, dan W.Weinberg, dokter dari Jerman, sehingga selanjutnya dikenal sebagai
hukum keseimbangan Hardy-Weinberg.
Di samping kawin acak, ada persyaratan lain yang harus dipenuhi bagi berlakunya
hukum keseimbangan Hardy-Weinberg, yaitu tidak terjadi migrasi, mutasi, dan seleksi.
Dengan perkatan lain, terjadinya peristiwa-peristiwa ini serta sistem kawin yang tidak acak
akan mengakibatkan perubahan frekuensi alel.
Deduksi terhadap hukum keseimbangan Hardy-Weinberg meliputi tiga langkah, yaitu :
(1) Dari tetua kepada gamet-gamet yang dihasilkannya
(2) Dari penggabungan gamet-gamet kepada genotipe zigot yang dibentuk
(3) Dari genotipe zigot kepada frekuensi alel pada generasi keturunan.

Sehingga dapat kita simpulkan bahwa perubahan evolusi tidak terjadi. Hal ini dapat
diketahui oleh Hardy (1908) dari Cambrige University dan Weinberg dari jerman yang
bekerja secara terpisah. Secara singkat dikatakan di dalam rumus Hardy-Weinberg yaitu “Di
bawah suatu kondisi yang stabil, baik frekuensi gen maupun perbandingan genotip akan
tetap (konstan) dari generasi ke generasi pada populasi yang berbiak secara seksual”.

2.3.1 Kondisi yang Diperlukan untuk Keseimbangan Genetis


Perlu diteliti apakah yang dimaksud dengan kondisi pada hokum Hardy – Weinberg,
sehingga menyebabkan gene pool dari suatu populasi berada di dalam keseimbangan genetis.
Kondisi tersebut digambarkan sebagai berikut:
 Populasi harus cukup besar, sehingga suatu faktor kebetulan saja tidak mungkin mengubah
frekuensi genetis secara berarti.
 Mutasi tidak boleh terjadi, atau harus terjadi keseimbangan secara mutasi.
 Harus tidak terjadi emigrasi dan imigrasi.
 Reproduksi harus sama sekali sembarang (random).

Secara teoritis, suatu populasi harus begitu besar sehingga dapat dianggap bukan
merupakan faktor penyebab dari perubahan frekuensi genetis. Dalam kenyataan, tidaklah ada
populasi yang besarnya tidak terbatas, tetapi beberapa populasi alami dapat cukup besar
sehingga perubahan sedikit saja tidak cukup menjadi penyebab dari perubahan yang berarti
pada frekuensi genetis gene pool mereka.
Suatu populasi produktif yang terdiri lebih dari 10.000 anggota yang dapat berbiak,
mempunyai kemungkinan besar tidak dipengaruhi secara berarti oleh perubahan sembarang,
yang dapat menuju kepada lenyapnya suatu alel dari gene pool, meskipun alel itu merupakan
alel superior. Di dalam populasi yang demikian, ternyata hanya terdapat sangat kecil alel
yang mempunyai frekuensi antara, rupanya semua alel itu mempunyai kecenderungan untuk
hilang dengan segera atau tertahan sebagai satu – satunya alel yang ada. Dengan perkataan
lain, populasi kecil mempunyai kecenderungan besar untuk menjadi homozigot, sedangkan
populasi besar cenderung untuk lebih bermacam – macam.
Jadi suatu kesempatan dapat menyebabkan perubahan evolusi di dalam populasi kecil,
tetapi perubahan ini kadang – kadang disebut juga genetic drift atau pergeseran genetis tidak
dipengaruhi secara besar oleh adaptivitas relative dari berbagai gen. Hal ini disebut sebagai
evolusi pertengahan (intermediate evolution). Syarat kedua bagi keseimbangan mutasi
mungkin tidak dijumpai pada suatu populasi.

2.3.2 Peranan Seleksi Alam


Setelah ditemukan daya antibiotik dari penisilin, kemudian diketahui pula bahwa
suatu bakteri yang disebut Staphylococcus aureus dapat dengan cepat tumbuh resistan
terhadap antibiotic tersebut. Akan dibutuhkan dosis yang lebih tinggi lagi untuk membunuh
bakteri tersebut, jadi nyatalah bahwa di bawah pengaruh seleksi penisilin yang kuat, maka
populasi bakteri mengalami perubahan secara evolusi. Fenomena ini telah diselidiki secara
mendalam di laboratorium secara eksperimental. Pada eksperimen tersebut menujukkan,
kultur dari berjuta – juta bakteri mati, dan hanya beberapa yang dapat hidup terus. Kalau sisa
bakteri yang hidup ini dikenai penisilin dari dosis yang sama, maka hampir semua bakteri
dapat hidup.
Gen untuk kekebalan mungkin telah ada pada populasi sebelum percobaan di atas
dimulai, dan antibiotic hanyalah membunuh bakteri yang tidak mempunyai gen ini, yang
ditinggalkan hanyalah bakteri yang mempunyai gen kekebalan. Dengan perkataan lain,
penisilin mungkin hanya melakukan suatu tekanan seleksi yang kuat terhadap gen yang tidak
kebal, sehingga menyebabkan adanya pergeseran besar pada frekuensi tersebut.
Dari beberapa percobaan diketahui bahwa keterangan pertama rupanya benar. Obat ini
tidak menyebabkan adanya mutasi untuk kekebalan, hanya mengadakan seleksi terhadap
bakteri yang tidak kebal. Beberapa gen yang menentukan jalan metabolism yang
menyebabkan resistensi terhadap penisilin sudah ada di dalam kebanyakan populasi pada
frekuensi rendah yang muncul mula – mula sekali sebagai hasil mutasi sembarang.
Seandainya gen semacam itu belum ada pada populasi yang terkena penisilin, tidak akan ada
sel dari populasi yang dapat hidup dan populasi tersebut akan tersapu bersih.
Hal tersebut di atas, tidak berarti bahwa mutasi baru tidak dapat memperbaiki
kekebalan, malahan seleksi terus menerus oleh penisilin biasanya menuju ke arah
penambahan resistensi secara gradual. Hal ini sudah hampir dipastikan sebagai hasil dari
mutasi. Tetapi mutasi tidak dihasilkan oleh kondisi sama yang menyeleksi gen mutan yang
telah timbul.
Keuntungan mutasi pada suatu keadaan keliling yang mengandung penisilin dapat
timbul sewaktu obat itu dimasukkan sebagai hal yang terjadi secara kebetulan. Sebab mutasi
yang serupa dapat juga timbul meskipun penisilin tidak ada. Evolusi resistensi obat pada
bakteri tidak dapat disamakan seluruhnya pada evolusi organisme biparental, sebab seleksi
yang hebat dapat mengubah frekuensi genetis lebih cepat pada organism haploid aseksual
daripada organisme biparental.
Rekombinasi yang terjadi pada setiap generasi pada spesies biparental sering
menimbulkan kembali genotip yang hilang pada generasi sebelumnya. Hal ini tidak akan
terjadi pada organisme aseksual. Tetapi bagaimanapun juga, suatu tekanan seleksi yang
sangat kecil dapat menimbulkan suatu pergeseran besar pada frekuensi gen suatu populasi
biparental kalau jangka waktunya mencapai 50.000 tahun (meskipun waktu ini relative sangat
pendek). Hal tersebut pernah diperhitungkan Haldane bahwa jika suatu alel dominan yang
memperkuat suatu individu dibawa oleh satu bagian dari 1000 (misalnya 1000 individu dari
AA yang dapat hidup dan berbiak untuk alel dominan dapat bertambah dari alel resesif).

2.4 PENERAPAN DAN TEORI EVOLUSI HUKUM HARDY-WEINBERG


Populasi mendelian yang berukuran besar sangat memungkinkan terjadinya kawin
acak (panmiksia) diantara individu- individu anggotanya. Aratinya, tiap individu memiliki
peluang yang sama untuk bertemu dengan individu yang lain baik dengan genotip yang sama
maupun berbeda dengannya. Dengan adanya sistem kawin acak ini, frekuensi alel akan
senantiasa konstan dari generasi ke generasi. Disamping kawin acak, ada persyaratan lain
yang harus dipenuhi bagi berlakunya hukum keseimbangan hardy-weinberg, yaitu tidak
terjadi kigrasi, mutasi, dan seleksi. Dengan perkataan lain, terjadinya peristiwa – peristiwa ini
serta sistem kawin yang tidak acak akan mengakibatkan perubahan frekuensi alel. Deuksi
terhadpa hukum keseimbangan hardy-weinberg meliputi 3 langkah yaitu :
a. Dari tetua kepada gamet – gamet yang dihasilkan
b. Dari penggabungan gamet-gamet kepada genotip yang dibentuk
c. Dari genotip zigot pada frekuensi alel pada generasi keturunan

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Evolusi merupakan suatu perubahan, perkembangan atau pertumbuhan secara berangsur-
angsur. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga proses utama: variasi,
reproduksi, dan seleksi.

2. Variasi genetik dalam populasi merupakan gambar dari adanya perbedaan respon
individu-individu terhadap lingkungan yang merupakan bahan dasar dari perubahan
adaptif. Jadi, tidak ada dua individu yang serupa, pada populasi manusia dapat kita
lihat dengan muda adanya perbedaan- perbedaan individu.
3. Mutasi terjadi secara acak, yang beradaptasi hanya sebagian kecil. Bila suatu mutasi
mempunyai nilai ketahanan dan bentuk baru yang diturunkan telah nampak, maka
ketahanan, kedewasaan dan reproduksi dari bentuk baru itu tidak bersifat acak lagi.
4. Ada beberapa macam mutasi atas dasar sudut pandang tertentu :
o Berdasarkan tempat terjadinya
o Berdasarkan macam sel yang mengalami mutasi
o Berdasarkan faktor penyebab mutasi
o Berdasarkan jumlah faktor keturunan
o Berdasarkan manfaat bagi individu atau populasi yang mengalami
5. Rekombinasi gen adalah salah satu peristiwa yang menyebabkan timbulnya variasi
pada generasi keturunan pada saat terjadinya reproduksi seksual.
6. Aliran gen atau gene flow merupakan pertukaran gen antar populasi, yang biasanya
merupakan spesies yang sama. Salah satu faktor yang paling signifikan pada aliran
gen ini adalah mobilitas.
7. Genetic drift (hanyutan genetic) merupakan perubahan dalam kumpulan gen suatu populasi
kecil akibat kejadian acak. Hanya factor keberuntungan saja yang mengakibatkan hanyutan
acak dapat memperbaiki daya adaptasi populasi itu ke lingkunganya.
8. Seleksi alam adalah makhluk hidup yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya
yang lama kelamaan akan punah. Makhluk hidup yang tertinggal hanya makhluk hidup yang
mampu beradaptasi dengan lingkungannya dan sesama makhluk hidup akan saling bersaing
untuk mempertahankan hidupnya.

9. Gene pool adalah jumlah dari seluruh gen (termasuk plasma gen) yang dimiliki oleh
semua individu. Genotip dari individu diploid hanya dapat mempunyai suatu
maksimal jumlah dari dua alel dari suatu gen.
10. Populasi mendelian yang berukuran besar sangat memungkinkan terjadinya kawin
acak (panmiksia) di antara individu-individu anggotanya. Artinya, tiap individu
memiliki peluang yang sama untuk bertemu dengan individu lain, baik dengan
genotipe yang sama maupun berbeda dengannya. Dengan adanya sistem kawin acak
ini, frekuensi alel akan senantiasa konstan dari generasi ke generasi. Prinsip ini
dirumuskan oleh G.H. Hardy, ahli matematika dari Inggris, dan W.Weinberg, dokter
dari Jerman,. sehingga selanjutnya dikenal sebagai hukum keseimbangan Hardy-
Weinberg.
DAFTAR PUSTAKA

Batten L, Roger.1988.Evolution of the Earth.United States of America


Ridley, Mark.1991.Masalah-masalah Evolusi. Universitas Indonesia. Jakarta
Waluyo, Lud.2006. Evolusi Organik. UMM Press. Malang
Waluyo, Lud.2010. Miskonsepsi dan Kontroversi Evolusi Serta Implikasinya pada Pembelajaran.UMM
Press. Malang

Author : Vanto Doll

Share this
Google Facebook Twitter More

Related Posts

REPRODUKSI HEWAN


PPT Whole Mounth Tumbuhan

ASAL USUL KEHIDUPAN

Flu Burung

Next
SEL SEBAGAI PENYUSUN MAKHLUK HIDUP”
Previous
Anatomi Fisiologi Manusia Cor (Jantung)

About
Paling Dilihat
 “VARIASI GENETIK SEBAGAI DASAR EVOLUSI, MUTASI GEN, FREKUENSI
GEN DALAM POPULASI DAN HUKUM HARDY-WEINBERG”

Whole Mount Hewan Nyamuk


MAKALAH FOTOPERIODISME TUMBUHAN

 Contoh Analisis Artikel

Anatomi Fisiologi Manusia Cor (Jantung)

 Contoh Analisis Jurnal

SEL SEBAGAI PENYUSUN MAKHLUK HIDUP”

 PPT Whole Mounth Tumbuhan


 BIOTEKNOLOGI
 Makalah Kapita Selekta

Komentar
Label Pilihan

 Analisis Artikel
 Contoh Rpp Kurikulum 2013
 Gambar Dan Keterangannya
 Kumpulan Jurnal
 Kumpulan Makalah
 Proposal PPL
 RAKIL (RAKUMAN KECIL)

Copyright © 2018 Pulmonaris.biologi All Right Reserved |


Created by Arlina Design
| Distributed By Gooyaabi Templates

Anda mungkin juga menyukai