Anda di halaman 1dari 12

IMITASI RASIO FENOTIPE

Vellin Septia Nanda


210210103118
Genetika Kelas A
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember
Jl. Kalimantan Nomor 37 Krajan Timur Tegalboto Jember 68121
vellinseptia0@gmail.com

ABSTRAK
Genetika berhubungan dengan pewarisan sifat-sifat pada organisme hidup. Persilangan dilakukan para peneliti
sebagai usaha untuk mengungkap berbagai pola pewarisan sifat, dari kejadian tersebut dapat diketahui bahwa
persilangan merupakan ciri kegiatan inkuri dari berbapai ilinuwan yang ikut serta mengembangkan konsep
genetika. Dalam persilangan tidak luput dengan peran kromosom yang termasuk faktor pembawa sifat
dikarenakan pada kromosom terdiri atas satuan-satuan kecil yang disebut gen. Pada persilangan mendel, hasil
persilangan yang diperoleh terkenal dengan istilah genotipe dan fenotipe. Praktikum kali ini bertujuan untuk
mempelajari pola persilangan monohibrid dominan penuh, monohibrid dominan tidak penuh, dihibrid dominan
penuh, dan dihibrid dominan tidak penuh. Persilangan monohibrid dominan mengasilkan rasio fenotipnya
mendekati 3:1 sedangkan persilangan monohibrid dominan tidak lengkap Rasio fenotipnya mendekati 1 : 2 : 1.
Persilangan dihibrida dominan penuh, rasio fenotipnya mendekati 9 : 3 : 3 : 1, sedangkan persilangan dihibrid
dominan tidak lengkap rasio fenotip mendekati 1: 2: 1: 2: 4: 2: 1: 2: 1. Maka sebagai pembuktian terhadap teori,
dilakukanlah praktikum mandiri dengan mnggunakan kancing sebagai penggambaran kromosom haploid maupun
diploid dan kantong plastik sebagai tempat spermatogenesis dan oogenesis. Kemudian data yang dihasilkan
dianalisis serta dihitung dengan rumus menghitung nilai X2(Chi-square Test).

Kata kunci: Genetika, Fenotipe, Persilangan

PENDAHULUAN ras ternuk dan Cultivar tanaman ( Arumingtyas,


2016). Mendel menemukan prinsip pewarisan sifat
Genetika merupakan ilmu yang
dengan menyilangkan berbagai jenis tanaman ercis
mempelajari tentang keturunan dari generasi ke
dan menganalisis pola pewarisan sifat ke generasi
generasi berikutnya di berbagai organisme hidup.
berikutnya. Dengan demikian, pendekatan Mendel
Genetika berhubungan dengan pewarisan sifat-sifat
dalam studinya efektif dan terfokus pada tanaman
pada organisme hidup. Genetika berkembang
ercis(Pisum sativum) dan dapat memberikan
mengikuti zaman melalui penelitian yang dilakukan
manfaat nyata bagi penelitiannya. (Al-Tahan dan
oleh para ilmuwan. Persilangan tersebut dilakukan
Davvaz, 2019:710). Jika dua alel suatu gen berbeda,
para peneliti sebagai usaha untuk mengungkap
salah satu alel akan menentukan ekspresi fisik yang
berbagai pola pewarisan sifat, dari kejadian tersebut
diekspresikan oleh gen tersebut, yang disebut alel
dapat diketahui bahwa persilangan merupakan ciri
dominan, sedangkan alel lainnya tidak berpengaruh
kegiatan inkuri dari berbapai ilinuwan yang ikut
signifikan dan disebut alel resesif. Bertentangan
serta mengembangkan konsep genetika yang
dengan hukum Mendel II: pemilihan bebas
dibahas saat ini. Warisan genetika menjelaskan
menyatakan bahwa setiap pasangan alel untuk gen
bagaimana karakteristik dapat diwarisi dari orang
tertentu akan independen dari alel untuk gen yang
tua kepada anak-anak dan dari generasi ke generasi
berbeda (Gooding, 2012:230).
dengan menggunakan hukum genetika klasik atau
Kelainan genetik diturunkan sebagai sifat
genetika Mendelian yani fundamental (Kanak el dominan atau resesif. Sebagian besar orang yang
a/.,2016). Hereditas adalah pewarisan watak/sifat menderita gangguan resesif homozigot adalah
dari induk ke kemrunannya baik secara biolopis keturunan dari orang tua dengan fenotipe normal
melalui den (DNA) atau secara sosial melalui tetapi genotipe heterozigot. Tidak hanya sebagai
pewarisan gelar atau status sosia1 (Akbar el sifat resesif, ada juga kondisi herediter yang
al.,2016). Ilmu genetika atau ilmu pewarisan alau dominan. Dimana alel dominan mematikan ini akan
hereditas sudah dikenal sejak jaman prasejarah dihilangkan dari populasi jika penderita penyakit
seperti jura domestikasi danpenpembangan berbagai tersebut meninggal sebelum bereproduksi. Jadi alel
letal dan non-lethal dominan yang menyerang pada mengurangi nilai X2 yang diperoleh dan
usia yang relatif tua akan diwariskan secara Mendel. menyebabkan peningkatan nilai p. Oleh karena itu
(Setyadi, 2020:32). dapat dikatakan bahwa, menurut Yates, koreksi ini
Dalam persilangan tidak luput dengan sering dianggap berlebihan untuk meningkatkannya.
peran kromosom yang termasuk faktor pembawa (Serra, et al. 2019:2). Signifikansi nilai Chisquare
sifat dikarenakan pada kromosom terdiri atas satuan- ditentukan dengan menggunakan derajat kebebasan
satuan kecil yang disebut gen. Gen tersebut nantinya dan derajat signifikansi yang sesuai dengan
akan diwariskan kepada keturunannya. Pada mengamati tabel Chisquare. Dimana derajat
persilangan mendel, hasil persilangan yang kebebasan yang digunakan adalah derajat kebebasan
diperoleh terkenal dengan istilah genotipe dan 1 (jumlah kelas dikurangi 1). Tujuan khusus dari uji
Chi-square adalah untuk menguji hipotesis bahwa
fenotipe. Genotipe merupakan sifatsifat yang
tidak ada korelasi antara dua atau lebih kelompok,
ditemukan oleh gen dalam suatu individu,
populasi atau kriteria dan untuk memverifikasi
sedangkan fenotipe merupakan sifat-sifat yang dapat
sejauh mana distribusi data yang diamati cocok atau
dirasakan oleh indra sebab sifatnya tampak tidak sesuai dengan distribusi yang diharapkan.
(Naibaho, 2020: 3). (Turhan, 2020:576).
Praktikum kali ini bertujuan untuk METODE
mempelajari pola persilangan monohibrid dominan
penuh, monohibrid dominan tidak penuh, dihibrid Praktikum kali ini dilaksanakan pada hari
dominan penuh, dan dihibrid dominan tidak penuh. Rabu tanggal 12 Oktober 2022 di Universitas
Perkawinan monohibrid adalah suatu perkawinan Jember. Metode penelitian dilakukan dengan
yang hanya memperhatikan satu beda sifat saja, praktikum perkawinan monohibrid dengan dominasi
misalnya hanya memperhatikan wama kulit saja penuh dan tidak penuh secara mandiri menggunakan
(Irawan,2011). Perkawinıın atau persilangan kancing. Sedangkan praktikum perkawinan dihibrid
dihıbrid adalah suatu perkawinan yang dilakukan secara kelompok.
memperhatikan dua sifat beda. Pada praktikum ini memerlukan beberapa
Sifat-sifat yang sering kita ketahui di dalam alat dan bahan. Alat dan bahan yang digunakan
penetika adalah sifat doıninan dan silut t resesif. adalah kancing genetika berwarna-warni, terdiri dari
Sifat dominan adalah sifat yang mampu menutupi kancing warna gelap yang menandakan sifat
sifat resesif dan tampak dari luar. Sedangkan sifat dominan dan kancing warna terang menandakan
resesif ıadalah sifat yang cenderung tidak muncul sifat resesif. Kancing berpasangan menggambarkan
karena ditutupi oleh sifat dominan. Apabila satu diploid, gamet yang dibentuk memiliki kromosom
salinan alel tertentu menghasilkan ekspresi fenotipe haploid yang diwakili oleh kancing yang tidak
dari suatu sifat tertentu,sifat itu dominan (Coleman berpasangan sedangkan pada percobaan dihibrid
dan Tsongalis, 2011) . Pada persilangan monohibrid belahan kancing dengan penonjolan mewakili gen
dominan tidak lengkap, rasio fenotipnya mendekati dominan dan dua kantong hitam menggambarkan
1 : 2 : 1. Sedangkan pada persilangan dihibrida
tempat terjadinya spermatogenesis dan oogenesis.
dominan penuh, rasio fenotipnya mendekati 9 : 3 : 3
Langkah kerja dalam penelitian ini yaitu
: 1. Berbeda dengan persilangan dihibrid dominan
melakukan percobaan untuk perkawinan
tidak lengkap, di mana rasio fenotipiknya mendekati
monohybrid dan dihybrid dengan menggunakan
1: 2: 1: 2: 4: 2: 1: 2: 1. (Ukwu, et al. 2020:37).
kancing sebagai alat ujinya. Hal pertama yang
Eksperimen perkawinan sering kali
dilakukan yaitu menyiapkan dua buah kantong
menghasilkan hasil yang tidak sesuai dengan teori
kresek hitam sebagai alat reproduksi jantan dan
Mendel. Oleh karena itu, para ahli biologi sering
betina. Kemudian mengisi masing-masing kantong
menggunakan uji X2 (uji Chisquare) untuk
dengan 10 buah kancing dari dua warna yang
mengetahui kelainan yang terjadi pada percobaan
berbeda, warna terang menunjukkan sifat dominan
yang dilakukan secara kebetulan (acak) atau karena
dan gelap menunjukkan sifat resesif. Setelah itu
ada faktor lain. Yates memberikan koreksi
kantong diacak dan diambil satu biji setiap
kontinuitas yang dapat disesuaikan dengan uji X2
kantongnya dan dilihat warna yang muncul serta
(uji chi-kuadrat) dengan mengurangkan nilai 0,5
mencatatnya. Hal tersebut dilakukan sebanyak 12
dari selisih antara setiap nilai yang diamati dan nilai
kali ambil.
yang diharapkan. Namun, koreksi ini dapat
HASIL PENGAMATAN
Dominan Penuh Dominan Tidak Penuh
Kelompok
Warna Warna Warna Warna Warna
Dominan Resesif Dominan Heterozigot Resesif

1. Hijau Kuning Hijau Hijau Muda Kuning

9 3 3 7 2

2. Hitam Putih Hitam Abu - abu Putih

10 2 4 5 3

3. Hitam Putih Hitam Abu - abu Putih

9 3 3 6 3

4. Merah Putih Merah Merah Muda Putih

9 3 3 6 3

5. Hijau Kuning Hijau Hijau Muda Kuning

10 2 4 6 2

6. Hitam Putih Hitam Abu-abu Putih

11 1 5 6 1
Tabel 1. Data Kelas Persilangan Monohibrid

Dominan Penuh Dominan Tidak Penuh


Kel
.
WD W WD WRT WD WH W WD WHP WRT W WH WRT
P R P P P P R P P DP P P
TP TP

1. HJB HJ KB KK HJB HJS HJ HJM HJM HJMK KB KS KK


K K B S

9 1 4 2 2 2 1 1 4 2 2 2 0

2. HB HK PB PK HB HS HK AB AS AK PB PS PK

12 0 3 1 3 2 0 1 4 3 1 1 1

3. HB HK PB PK HB HS HK AB AS AK PB PS PK

8 2 5 1 2 1 1 2 2 1 1 4 2

4. MB MK PB PK MB MS MK MMB MMS MMK PB PS PK

11 2 0 3 1 3 1 2 2 3 1 2 1

5. HJB HJ KB KK HJB HJS HJ HJM HJM HJMK KB KS KK


K K B S

11 2 2 1 2 1 2 4 4 1 1 0 1
6. HB HK PB PK HB HS HK AB AS AK PB PS PK

8 4 3 1 0 2 2 2 3 3 2 2 0
Tabel 2. Data Kelas Persilangan Dihibrid

Pola Persilangan

Kelompok
Monohibrid Monohibrid Dominan Dihibrid Dihibrid Dominan
Dominan Penuh Tidak Penuh Dominan Penuh Tidak Penuh

1. 90% < X2 < 70% 90% < X2 < 70% 50% < X2 < 30% 90% < X2 < 70%

2. 90% < X2 < 70% 90% < X2 < 70% 30% < X2 < 10% 90% < X2 < 70%

3. 90% < X2 < 70% 90% < X2 < 70% 70% < X2 < 50% 90% < X2 < 70%

4. 90% < X2 < 70% 99% < X2 10% < X2 < 5% 99% < X2 < 90%

5. 90% < X2 < 70% 90% < X2 < 70% 90% < X2 < 70% 70% < X2 < 50%

6. 50% < X2 < 30% 30% < X2 < 10% 99% < X2 < 90% 90% < X2 < 70%
Tabel 3. Data Uji Chi-Square Test dan Probabilitas

KETERANGAN :
H = HITAM
HJ = HIJAU
HJM = HIJAU MUDA
P = PUTIH
A = ABU - ABU
M = MERAH
MM = MERAH MUDA
K (khusus kata pertama) = KUNING
B = BESAR
K (kata ke2 atau kata ke3) = KECIL
S = SEDANG
WDP = WARNA DOMINAN DENGAN PENONJOLAN
WRTP = WARNA RESESIF TANPA PENONJOLAN
WHP = WARNA HETEROZIGOT DENGAN PENONJOLAN

PEMBAHASAN merah dengan kacang ercis berbunga putih. Sifat


dominasi tidak penuh terjadi apabila sifat dari kedua
Praktikum kali ini mempelajari mengenai gen sama-sama kuat. Jadi, tidak ada gen yang
persilangan monohibrid dominan penuh, bersifat dominan ataupun resesif. Sehingga pada
monohibrid dominan tidak penuh, dihibrid dominan penyilangan monohybrid dominansi tidak penuh,
penuh, dihibrid dominan tidak penuh. Persilangan ratio fenotipnya mendekati 1:2:1. Contoh
monohibrid penuh merupakan persilangan persilangan monohybrid dominan tidak penuh yaitu
monohibrid yang menghasilkan individu (F1) yang persilangan pada tanaman bunga pukul empat
seragam apabila salah satu induk mempunyai sifat berbunga merah dengan tanaman bunga pukul empat
dominan penuh dan induk lainnya bersifat resesif berbunga putih. Persilangan didhibrid merupakan
dan apabila dilanjutkan dengan menyilangkan persilangan dengan dua sifat beda. Persilangan
individu sesamanya (F1), akan menghasilkan dihybrid sama halnya dengan monohybrid terdapat
keturunan (F2) dengan tiga macam genotipe dan dua dua sifat dominasi yaitu dominasi penuh dan tidak
macam fenotipe. Penyilangan monohybrid dominan penuh. Namun pada ratio yang dihasilkan berbeda,
penuh menghasilkan ratio fenotip mendekati 3:1. pada dominasi penuh menghasilkan ratio fenotipe
Contoh dari persilangan monohibrid dominan penuh mendekati 9:3:3:1 sedangkan dominasi tidak
adalah persilangan pada kacang ercis berbunga penuhnya menghasilkan ratio fenotipe mendekati
1:2:1:2:4:2:1:2:1. Persilangan dihibrid dominan memperoleh perbandingan 10:2 dengan nilai
penuh adalah persilangan antara dua individu sejenis probabilitas 90% < X2 < 70%, kelompok 3
dengan dua sifat beda dan memiliki sifat dominan meperoleh perbandingan 9:3 dengan nilai
dapat menutupi sifat lainya (resesif). Contoh dari probabilitas 90% < X2 < 70%, kelompok 4
persilangan dihibrid dominan penuh adalah apabila memperoleh perbandingan 9:3 dengan nilai
terdapat individu dengan sifat memiliki tubuh tinggi probabilitas 90% < X2 < 70%, kelompok 5
berwarna merah disilangkan dengan individu lain memperoleh perbandingan 10:2 dengan nilai
dengan sifat memiliki tubuh pendek berwarna putih probabilitas 90% < X2 < 70% dan kelompok 5
maka keturunan yang didapatkan dapat berupa memperoleh perbandingan 11:1 dengan nilai
individu dengan tubuh tinggi berwarna putih. Hal probabilitas 50% < X2 < 30%. Pengamatan
tersebut disebabkan karena gen tubuh tinggi persilangan monohybrid dominan tidak penuh pada
berwarna merah merupakan gen dominan penuh kelompok 1 memperoleh perbandingan 3:7:2
sehingga gen tersebut akan menutupi. Persilangan dengan nilai probabilitas 90% < X2 < 70%,
dihibrid dominan tidak penuh merupakan kelompok 2 memperoleh nilai perbandingan 4:5:3
persilangan antara dua individu dimana gen dengan nilai probabilitas 90% < X2 < 70%,
dominan pada salah satu Dominan Tidak Penuh kelompok 3 memperoleh perbandingan 3:6:3
Penuh individu memiliki sifat lemah sehingga dengan nilai probabilitas 90% < X2 < 70%,
terjadi pencampuran sifat antara kedua individu . kelompok 4 memperoleh perbandingan 3:6:3
Contoh dari persilangan ini adalah individu dengan dengan nilai probabilitas 99% < X2, kelompok 5
tubuh besar berwara merah dan individu dengan memperoleh perbandingan 4:6:2 dengan nilai
tubuh kecil berwarna putih maka akan menghasilkan probabilitas 90% < X2 < 70%, dan kelompok 6
individu baru dengan sifat tubuh sedang berwarna memperoleh perbandingan 5:6:1 dengan nilai
merah muda hal ini disebabkan adanya percampuran probabilitas 30% < X2 < 10%. Pengamatan
gen dari kedua individu tersebut. persilangan dihybrid dominan penuh pada
Adanya penyimpangan pada suatu percobaan kelompok 1 memperoleh perbandingan 9:1:4:2
adalah hal yang mutlak. Penyimpangan dapat terjadi dengan nilai probabilitas 50% < X2 < 30%,
apabila suatu percobaan menunjukkan hasil yang kelompok 2 memperoleh nilai perbandingan
tidak tepat atau tidak sesuai dengan yang 12:0:3:1 dengan nilai probabilitas 30% < X2 < 10%,
diharapkan. Untuk mengetahui penyebab kelompok 3 memperoleh perbandingan 8:2:5:1
penyimpangan yang mungkin bisa terjadi karena dengan nilai probabilitas 70% < X2 < 50%,
kebetulan (acak) atau terdapat factor lain, maka kelompok 4 memperoleh perbandingan 11:2:0:3
dilakukan uji X2 (Chi-square Test) yang bertujuan dengan nilai probabilitas 10% < X2 < 5%, kelompok
untuk mengevaluasi hasil uji persilangan dan 5 memperoleh perbandingan 11:2:2:1 dengan nilai
mencocokannya dengan Hukum Mendel. Selain itu, probabilitas 90% < X2 < 70%, dan kelompok 6
penggunaan ini juga dimaksudkan untuk memperoleh perbandingan 8:4:3:1 dengan nilai
membuktikan hokum yang dikemukakan oleh probabilitas 99% < X2 < 90%. Pengamatan
Mendel apakah benar atau tidak. persilangan dihybrid dominan tidak penuh pada
Alat dan bahan yang digunakan dalam kelompok 1 memperoleh perbandingan
praktikum Imitasi Ratio Fenotipe yaitu kancing 2:2:1:1:4:2:2:2:0 dengan nilai probabilitas 90% <
genetika berwarna-warni dan kantong kresek hitam. X2 < 70%, kelompok 2 memperoleh nilai
Kancing yang digunakan sebanyak 20 buah dengan perbandingan 3:2:0:1:4:3:1:1:1 dengan nilai
dua warna bebeda (setiap warna 10 buah). probabilitas 90% < X2 < 70%, kelompok 3
Penggunaan kancing ini diibaratkan sebagai memperoleh perbandingan 2:1:1:2:2:1:1:4:2 dengan
penggambaran kromosom dari sebuah individu. nilai probabilitas 90% < X2 < 70%, kelompok 4
Kancing tidak berpasangan menggambarkan memperoleh perbandingan 1:3:1:2:2:3:1:2:1 dengan
kromosom hapoid dan kancing yang berpasangan nilai probabilitas 99% < X2 < 90%, kelompok 5
menggambarkan kromosom diploid. Kancing- memperoleh perbandingan 2:1:2:4:4:1:1:0:1 dengan
kancing ini nantinya juga sebagai penggambaran nilai probabilitas 70% < X2 < 50%, dan kelompok 6
pemunculan sifat pada setiap ujinya. Kemudian memperoleh perbandingan 0:2:2:2:3:3:2:2:0 dengan
fungsi kantong kresek yang berjumlah dua ini nilai probabilitas 90% < X2 < 70%.
berfungsi sebagai penggambaran dari
spermatogenesis dan oogenesis. KESIMPULAN
Pengamatan monohybrid dominan penuh
memperoleh hasil data untuk kelompok 1 Persilangan terdapat dua jenis yaitu
memperoleh hasil perbandingan 9:3 dengan nilai dihybrid dan monohybrid. Persilangan dihybrid
probabilitas 90% < X2 < 70%, untuk kelompok 2 merupakan persilangan dengan dua sifat beda,
sedangan monohybrid persilangan dengan satu sifat Ukwu, U. N., S.O. Muojiama, and B. Olasanmi.
beda. Diantara keduanya terdapat sifat 2020. Fruit setting in cassava (Manihot
dominasi,baik dominasi penuh maupun dominasi esculenta Crantz) varieties as influenced by
tidak penuh. Dominasi penuh terjadi apabila sifat genotype and maternal inheritance. Asian
gen yang satu lebih kuat dibandingkan dengan sifat Journal of Advances in Agricultural
gen yang lainnya. Untuk dominasi tidak penuh Research. 13(4): 36-43.
terjadi terjadi apabila sifat dari kedua gen sama-
sama kuat. Ratio fenotipe pada monohybrid Gooding, M. 2012. Master the Nusing School &
dominasi penuh sebesar 3:1 dan persilangan Allied Health Entrance Exams. New York:
monohybrid dominansi tidak penuh yang akan Peterson's Publishing.
menghasilkan perbandingan 1:2:1. Ratio dihibrid
dominasi penuh akan mengahsilkan perbandingan Setyadi, W. 2020. Peningkatkan motivasi belajar
9:3:3:1 dan pola dominan tidak penuh akan dan penguasaan konsep peserta didik melalui
menghasilkan perbandingan 1:2:1:2:4:2:1:2:1. pendekatan konstruktivisme dengan metode
DAFTAR PUSTAKA simulasi berbantuan media carta dan tiruan
kancing genetika pada pembelajaran IPA.
Akbar, T.R.,S.Hardhienata., dan A. Maesya. 2016. Jurnal JARLITBANG Pendidikan. 6(1):29-
Implemenentasi sistem hereditas 40.
menggunakan metode persilangan Hukum
Mendel untuk identifikasi pewarisan wairia
kulit manusia. Jurnal Biolgi. I(1).I - 10.
Arumingtyas,E. L. 2016. Genetika Mendel.
Malang: UB Press.
Coleman, B. W. 2011. Molecular Pathology . The
Molecular Basic of Huınan Disease. Ingrris
: Academic Press.

Irawan, B. 201. 1. Genetika Penjelasan Mekanisme


Pewarisan Sifat. Surabaya : Airlangga Uni
versity Press.

Kanak, F. A., M. Masnoddin., A. Matawali., M. A.


Daud.,dan N. R. Jumat. 2016. Difficulties
experience by science foundation students on
basic mendelian genetics topic : apreliminary
study.Transactions on Science and
Technologi. 3( 1- 2):283 -290.

Naibaho, M. 2020. Peningkatan Prestasi Belajar


Siswa Pada Materi Persilangan Melalui
Penilaian Berbasis Kelas. Jurnal Penelitian
Tindakan Kelas. 20(2): 1-11.

Serra, N., T. Rea, P. D. Carlo, and C. Sergi. 2019.


Continuity correction of Pearson’s chi-
square test in 2x2 contingency tables: a mini-
review on recent development. Epidemiology
Biostatistics and Public Health. 16(2):1-4.

Turhan, N. S. 2020. Karl Pearson’s chi-square tests.


Academics Journal. 15(9): 575-580.
LAMPIRAN
Pengamatan

Buku Nasional 1
Buku Nasional 2

Buku Internasional 1
Buku Internasional 2

Jurnal Nasional

Jurnal Internasional
Jurnal Nasional
Jurnal Internasional

Anda mungkin juga menyukai