Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR GENETIKA IKAN

SIMULASI HUKUM HARDY-WEINBERG

NAMA : ATIRA REWA


NIM : L031191046
KELOMPOK : II (DUA)
HARI/ TANGGAL PRAKTIKUM : KAMIS/ 03 OKTOBER 2019
ASISTEN : WAHYUNI
ARWINNI MAHARANI
EKO PURNOMO ARUNG P.
GABRIELLA AUGUSTINE

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Genetika adalah ilmu dasar dalam membangun ilmu-ilmu cabang biologi.


keberhasilan pemahaman konsep-konsep genetika akan sangat membantu
pemahaman dan pengembangan cabang-cabang ilmu lain dalam payung biologi.
Dasar pemikirannya merujuk pada fakta bahwa semua fenotipe makhluk hidup
merupakan wujud interaksi dari perilaku gen dan lingkungan. Dalam kata lain
bahwa perjalanan hidup dari semua makhluk secara evolutif tidak lepas dari
peran gen yang berubah dan membentuk variasi atau spesies baru.
Keanekaragaman makhluk yang terbentuk sebagai ekspresi dari dinamika gen
yang terjadi akibat faktor internal maupun eksternal individu (Hariyadi, 2015).
Genetika populasi adalah ilmu yang mempelajari tentang perubahan populasi
secara genetik dari waktu ke waktu. Genetika populasi menjadi salah satu dasar
dalam mempelajari evolusi. Mikroevolusi dapat terjadi karena adanya perubahan
materi genetika dalam sebuah populasi dalam seri waktu tertentu. Genetika
populasi merupakan pewarisan sifat pada tingkat populasi, yang diwariskan
adalah gen yang mengontrol suatu sifat, karena pada tingkat populasi maka yang
diwariskan adalah frekuensi gen dari suatu sifat (Priyambodo, 2017).
Hukum Hardy-Weinberg ditemukan oleh W. Weinberg seorang fisikawan dan
G.H Hardy seorang matematikawan pada tahun 1908. Hukum Hardey Weinberg
menyatakan bahwa frekuensi alel pada sebuah populasi yang cukup besar akan
tetap konstan jika gaya dorong yang terdapat pada populasi tersebut hanyalah
penataan ulang alel secara acak selama pembentukan sperma atau sel telur dan
kombinasi acak alel sel kelamin ini selama pembuahan (Cintamulya, 2013).
Gen pada level populasi dimulai dengan memperhatikan frekuensi, dengan
kata lain seberapa sering varian gen tertentu terjadi pada sebuah populasi
tertentu. Frekuensi tersebut dapat dihitung untuk alel-alel fenotip atau genotip.
Frekuensi genotip merupakan proporsi dari heterozigot dan dua tipe dari
homozigot didalam populasi. Frekuensi fenotip dengan mengobservasi
bagaimana kondisi dari sifat didalam populasi. Hal-hal ini memiliki nilai dalam
genetika dalam mengestimasi resiko yang ditimbulkan oleh kelainan warisan
tertentu pada suatu individu ketika tidak ada riwayat penyakit yang terjadi pada
suatu generasi berikutnya (Tanne, 2017).
Alel merupakan bentuk alternatif dari gen dalam kaitan dengan ekspresi suatu
sifat (fenotipe). Sebagai ilustrasi, suatu lokus dapat ditempati gen yang mengatur
warna kelopak bunga merah (alel untuk bunga merah) dan juga alel untuk warna
kelopak bunga putih (alel untuk bunga putih). Pada individu, pasangan alel
menentukan genotipe dari individu yang bersangkutan. Sejalan dengan
perkembangan genetika pengertian alel menjadi lebih luas dan umum. Dalam arti
modern, alel adalah berbagai ekspresi alternatif dari gen atau seberkas DNA,
tergantung tingkat ekspresi genetik yang diamati (Aristya dkk., 2015)
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diketahui bahwa struktur genetik suatu
populasi ditentukan oleh frekuensi alel dan genotipenya. Seperti yang telah dii
jelaskan sebelumnya bahwa frekuensi alel pada sebuah populasi yang cukup
besar akan tetap konstan jika tidak dipengaruhi oleh faktor faktor tertentu maka
genetika populasi berhubungan dengan frekuensi dan interaksi alel dalam suatu
populasi mendel.

B. Tujuan dan Kegunaan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari kesetimbangan


Hardy-Weinberg dengan menggunakan frekuensi alel dominan dan alel resesif,.
mempelajari sifat dari pasangan alel yang memungkinkan untuk bersifat dominan
dan resesif dalam populasi yang diturunkan oleh parental, mengetahuii
pewarisan sifat yang terlihat dari parental ke keturunannya dengan merujuk pada
hukum mendelian, serta mengetahui proporsi pewarisan sifat fenotip keturunan
dari parental dengan fenotip yang berbeda khususnya pada kasus fenotip ikan
guppy.
Adapun kegunaan dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa mampu
memahami hukum Hardy-Weinberg dan kaitannya dengan populasi, genetika,
serta mampu melakukan cara mengaplikasikan hukum dan teori- teori yang ada
pada hukum Hardy-Weinberg dan yang berkaitan tentang populasi dan
sebagainya.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hukum Hardy-Weinberg

Kesetimbangan Hardy-Weinberg menegaskan adanya seleksi alam mutasi,,


migrasi, perkawinan yang tidak acak, aliran gen, frekuensi genotip, dan frekuensi
alel dari sebuah populasi tetap konstan dari generasi kegenerasi.
Kesetimbangan Hardy-Weinberg jarang terjadi pada gen yang mengafeksi
genotipe karena penampilan dan kesehatan organisme yang mempengaruhi
kemampuan reproduksi organisme tersebut (Tanne, 2017).
Gen yang memberi pengaruh pada fenotip dikeluarkan dari populasi dalam
seleksi alam. Kesetimbangan Hardy-Weinberg terjadi pada kondisi yang tidak
memberi pengaruh pada fenotip, maka kesetimbangan Hardy-Weinberg hanya
memperhatikan frekuensi genotip didalam suatu populasi, dengan kata lain jika
ketujuh poin tersebut tidak terpenuhi maka akan terjadi evolusi.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hukum Hardy-Weinberg

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hukum Hardy-Weinberg yaitu


mutasi, ukuran populasi yang kecil, perkawinan yang tidak acak, aliran gen, dan
seleksi alam. Mutasi merupakan perubahan pada materi genetika, mutasi terjadi
selama duplikasi DNA pada saat pembelahan sel. Mitosis dan meiosis proses
mekanikal yang dalam prosesnya terjadi banyak operasi kompleks yang harus
tepat selesai agar duplikasi DNA dapat terjadi, sehingga mutasi berpotensi terjadi
pada saat mitosis dan meiosis sedang berlangsung (Tanne, 2017).
Ukuran populasi yang kecil juga dapat menyebabkan peningkatan
homozigositas didalam populasi. Pada populasi yang kecil, frekuensi alel dapat
dari satu generasi kegenerasi lainnya, proses ini disebut hanyutan genetik.
Dalam keadaan ini, prinsip Hardy-Weinberg dapat dilanggar jika terjadi
perubahan acak pada frekuensi genotip sebagai hasil dari hanyutan genetik.
Pada populasi yang terisolasi secara reproduktif, keadaan-keadaan khusus dapat
mengakibatkan perubahan pada frekuensi gen yang independen sebagai akibat
dari mutasi dan seleksi alam (Tanne, 2017).
Perkawinan yang tidak acak yang paling umum pada manusia adalah
terjadinya pernikahan antar individu yang memiliki fenotip dengan sifat yang
sama. Asortif merujuk pada mengklasifikasikan dan memilih karakteristik.
Perkawinan asortif positif dihasilkan didalam tiga kemungkinan pola perkawinan
sehubungan dengan sifat genotip yang dikontrol pada dua alel autosomal,
homozigot dominan dengan homozigot dominan resisf dengan resesif. Efek dari
perkawinan asortif adalah meningkatnya jumlah genotip homozigot dan
menurunnya genotip heterozigot (Tanne, 2017).
Evolusi dapat terjadi pula sebagai hasil dari gen yang ditransfer dari satu
generasi ke generasi selanjutnya. Migrasi yang menyebabkan terjadinya aliran
gen, pengurangan atau penjumlahan individu dapat dengan mudah mengubah
frekuensi kolam gen walaupun tidak ada mekanisme operasi evolusi. Dampak
dari aliran gen adalah adanya perubahan frekuensi alel dan genotip pada
populasi yang asli (Tanne, 2017).
Perubahan pada linkungan dapat mengubah frekuensi alel ketika individu-
individu dengan fenotip tertentu dapat bertahan hidup dan bereproduksi daripada
yang lain disebabkan oleh perubahan lingkungan ini disebut dengan seleksi
alam. Pada seleksi alam, keberhasilan reproduksi merupakan hal yang penting.
Dalam hal ini, meneruskan alel yang menguntungkan dan membuang alel yang
tidak menguntungkan akan berimbas pada struktur populasi dan dapat
menyebabkan evolusi mikro (Tanne, 2017).

C. Penyimpangan Hukum Hardy-Weinberg

Penyimpangan dari proporsi Hardy-Weinberg merupakan hasil dari kekuatan


evolusi seperti perkawinan sedarah, perkawinan yang asortif dan ukuran sampel
yang kecil. Perkawinan sedarah merupakan perkawinan dengan kerabat dekat,
perkawinan sedarah dapat menyebabkan penurunan heterosigositas pada
genom didalam populasi, hal ini serupa dengan jumlah genotip homogeny pada
individu. Perkawinan asortif merupakan perkawinan dengan pasangan yang
memiliki fenotip yang sama atau fenotip ysng berbeda (Tanne, 2017).
Perkawinan asortif juga dapat meningkatkan homosigositas dari gen yang
terkait dengan fenotip. Ukuran sampel yang kecil juga dapat meningkatkan
homosigositas didalam populasi. Pada populasi yang kecil, frekuensi alel dapat
bergeser dari generasi kegenerasi, proses ini dikenal dengan pergeseran
genetic. Penyimpangan dari proporsi Hardy-Weinberg yang berpengaruh pada
individu juga dapat memberikan bukti adanya hubungan antara variasi genetika
dan juga penyakit (Tanne, 2017).

D. Aplikasi Hukum Hardy-Weinberg dalam Perikanan

Keberhasilan pengembangan budidaya perikanan sangat ditentukan oleh


pasok benih yang meliputi faktor kualitas dan kuantitas benih. Kualitas benih
dipengaruhi oleh kualitas induk (faktor genetis) dan factor lingkungan (kualitas
air, makanan dan penyakit). Kualitas induk sebagai factor kualitas genetik
mempunyai pengaruh terhadap kualitas benih dalam pengertian meningkatkan
jumlah benih, pertumbuhan yang cepat, dan ketahanan terhadap perubahan
lingkungan (penyakit dan kualitas air). Peningkatan kualitas induk melalui
peningkatan sifat-sifat genetis baik kualitatif maupun kuantitatif yang dapat
dilakukan melelui seleksi sifat atau karakter dari calon-calon induk. Pengelolaan
induk untuk menghindari terjadinya silang dalam yang menyebabkan
menurunnya daya waris (heritabiltas) induk tersebut (Laimeheriwa, 2017).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum simulasi hukum Hardy-Weinberg dilaksanakan pada hari Kamis, 03


Oktober 2019 pukul 09.00 sampai 12.00 WITA di Aula Gedung baru, Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

B. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja dari praktikum ini yaitu mempersiapkan alat dan
bahan, kemudian langkah pengerjaannya yaitu pertama, mengocok kancing yang
ada dalam kotak. Tanpa melihat isi kotak, mengambil secara acak dua buah
kancing, keduanya menggambarkan data individu yang diploid didalam generasi
berikutnya dan jangan lupa untuk mencatat genotif individu yang didapatkan.
Kedua, mengembalikan kedua kancing yang telah diambil dan kocok isi kotak
tersebut untuk mengembalikan unggul gen. Ketiga, mengulangi langkah kedua
sampai mendapatkan 50 individu yang membentuk generasi baru didalam
populasi. Keempat, mencatat jumlah individu yang diploid untuk setiap genotif
dan hitung frekuensi untuk ketiga macam genotip dan frekuensi alel untuk alel
dominan dan resisif. Kelima, untuk menentukan frekuensi harapan gunakan
frekuensi alel yang telah ditentukan diawal praktikum. Keenam, untuk
membandingkan hasil pengamatan dengan harapan, maka menggunakan uji
statistic, chi-square.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Ulangan Pertama

Tabel 1. Data Pasangan Gen (Alel) Populasi Baru

1. AA 11. AA 21. AA 31. aa 41. aa


2. Aa 12. aa 22. Aa 32. aa 42. aa
3. Aa 13. AA 23. aa 33. Aa 43. Aa
4. AA 14. Aa 24. Aa 34. AA 44. AA
5. aa 15. Aa 25. Aa 35. Aa 45. aa
6. Aa 16. Aa 26. Aa 36. aa 46. AA
7. aa 17. Aa 27. aa 37. Aa 47. Aa
8. AA 18. AA 28. Aa 38. Aa 48. aa
9. Aa 19. Aa 29. aa 39. AA 49. Aa
10. Aa 20. Aa 30. Aa 40. Aa 50. AA

Tabel 2. Frekuensi Genotip dan Alel Hasil Pengamatan dalam Populasi Baru

Genotip
AA Aa aa Jumlah Presentase
Individu 12 25 13 50 100%
Gen A 24 25 - 49 49%
Gen a - 25 26 51 51%
Total 24 50 26 100 100%
Presentase 24% 50% 26% 100% 100%

Tabel 3. Frekuensi Harapan Genotip dan Alel pada Populasi Baru

Nilai Pengamatan
(Jumlah Genotip/Individu)
Genotip Frekuensi Alel
Harapan
Observed
(Expected)
AA 0,2401 12,005 12
Aa 0,4998 24,99 25
Aa 0,2601 13,005 13
Jumlah 1 50 50
Tabel 4. Uji Chi-Square untuk Membandingkan Hasil Pengamatan dan Harapan
Genotip dan Alel pada Populasi Baru

Genotip Nilai o – e Nilai (o – e)² Nilai e Hasil (3 : 4)


AA -0,005 0,000025 12,005 0,0000020
Aa 0,01 0,0001 24,99 0,0000040
Aa -0,005 0,000025 13,005 0,0000019
Jumlah (X² Hitung) 0,0000079

2. Ulangan Kedua

Tabel 5. Data Pasangan Gen (Alel) Populasi Baru

1. Aa 11. Aa 21. aa 31. Aa 41. AA


2. aa 12. Aa 22. Aa 32. Aa 42. Aa
3. Aa 13. Aa 23. Aa 33. Aa 43. Aa
4. Aa 14. aa 24. AA 34. AA 44. Aa
5. aa 15. aa 25. aa 35. Aa 45. Aa
6. AA 16. aa 26. Aa 36. aa 46. AA
7. AA 17. Aa 27. Aa 37. Aa 47. Aa
8. AA 18. Aa 28. Aa 38. Aa 48. Aa
9. Aa 19. Aa 29. aa 39. Aa 49. AA
10.Aa 20. Aa 30. AA 40. Aa 50. aa

Tabel 6. Frekuensi Genotip dan Alel Hasil Pengamatan dalam Populasi Baru

Genotip
AA Aa Aa Jumlah Presentase
Individu 9 31 10 50 100%
Gen A 18 31 - 49 49%
Gen a - 31 20 51 51%
Total 18 62 20 100 100%
Presentase 18 62% 20% 100% 100%
Tabel 7. . Frekuensi Harapan Genotip dan Alel pada Populasi Baru

Nilai Pengamatan
(Jumlah Genotip/Individu)
Genotip Frekuensi Alel
Harapan
Observed
(Expected)
AA 0,2401 12,005 12
Aa 0,4998 24,99 25
Aa 0,2601 13,005 13
Jumlah 1 50 50

Tabel 8. Uji Chi-Square untuk Membandingkan Hasil Pengamatan dan Harapan


Genotip dan Alel pada Populasi Baru

Genotip Nilai o – e Nilai (o - e)² Nilai e Hasil (3 : 4)


AA -0,005 0,0000025 12,005 0,0000020
Aa 0,01 0,0001 24,99 0,0000040
Aa -0,005 0,000025 13,005 0,0000019
Jumlah (X² Hitung) 0,0000079
B. Pembahasan

Anda mungkin juga menyukai