Kelas B
Kelompok VII
Tisa Armalina Syarif (1310421070), Cici Arianti (1310421018), Endah
Murwandari (1310422026), Ahmad Effendi (1310422033), Selfela Restu Adina
(1310422038).
ABSTRAK
2. Interaksi Gen
2.1. Hukum Mendel II (Botol A)
Tabel 2. Analisa chi square H0 9:3:3:1
Fenotip O E O-E X2hitung
Biru 519 523.125 -4.125 0.0325
Kuning 182 174.375 7.625 0.3334
Putih 174 174.375 -0.37 0.000864
Hitam 55 58.125 -3.12 0.168
Jumlah 930 930 0 0.5347
O = Nilai Observed, E = Nilai Expected, X2tabel (5%) = 7.815
Pada tabel 3 dapat dilihat percobaan mendel karena rasionya sama dengan
terdiri dari fenotip biru, kuning, putih, rasio pada hukum mendel yaitu
dan hitam, dengan nilai observed 9:3:3:1. Hal ini juga merupakan
yang didapatkan 519, 182, 174, dan bentuk atavisme dimana rasio sama
55 secara berurutan. Dari fenotip dengan rasio galur murni Hukum
tersebut didapatkan nilai X2 tabel mendel.
7.815 sedangkan nilai X2 didapatkan Perbandingan 9:3:3:1 merupakan
0.5347, ini membuktikan bahwa perbandingan yang relatif konstan dan
Hipotesa awal yaitu nilai nisbah diterima secara matematis. Akan
fenotip 9:3:3:1 diterima karena X2 tetapi persilangan dengan
tabel besar daripada X2 hitung. perbandingan berlaku dengan syarat
Berdasarkan data yang diperoleh yaitu pemisahan masing-masing gen
dapat dinyatakan bahwa pada botol A harus secara acak. (Strickberger,
tidak terjadi penyimpangan Hukum 1976).
Pada tabel 4, dapat dilihat nilai dari percobaan tidak berbeda nyata
observed dari fenotip biru 410, fenotip dengan data yang diharapkan.
kuning 99, dan fenotip hitam 33. X2 Perbandingan yang didapat pada
hitung didapatkan 0.11, sedangkan X2 botol B ini telah menyimpang dari
tabel diperoleh dari hasil Db yaitu 3- Hukum Mendel dimana terjadi
1=2 senilai 5.99. Hal ini menunjukkan interaksi gen yang menyebabkan
bahwa X2 hitung lebih kecil dari X2 rasio telah berbeda dengan rasio
tabel, sehingga H0 dengan nilai nisbah mendel yaitu menjadi 12:3:1. Contoh
12:3:1 (epistasis dominan) dapat lainnya dapat dilihat pada persilangan
diterima dan data yang didapatkan pada ayam yang sifat salah satu
kemungkinan dari galur murninya yang tertutup disebut hipostasis
tereliminasi sehingga menjadi sama (Yatim, 1986). Suryo (1984) juga
dengan sifat fenotip lainnya. mengatakan bahwa modifikasi nisbah
Perbandingan 12:3:1 merupakan pada percobaan ini adalah 12:3:1
epistasis dominan dimana peristiwa epistasis dominan terjadi penutupan
saat gen dominan menutupi gen ekspresi gen oleh suatugen dominan
dominan lain yang bukan alelnya. yang bukan alelnya, nisbah fenotip F2
Faktor pembawa sifat yang menutupi dengan adanya epistasis dominan.
disebut epistasis sedangkan sifat
Pada tabel 6, dapat dilihat fenotip biru 9:3:4 (epistasis resesif) dapat diterima
401, fenotip putih 122, dan fenotip dan data yang didapatkan dari
kuning 151. X2 hitung didapatkan percobaan tidak berbeda nyata
3.230, sedangkan X2 tabel diperoleh dengan data yang diharapkan.
dari nilai Db yaitu n-1=3-1=2 senilai Pada percobaan interaksi gen
5.99. Kejadian ini menunjukkan menggunakan botol D termasuk ke
bahwa X2 hitung lebih kecil dari X2 dalam epistasif resesif atau lebih
tabel, sehingga H0 dengan nilai nisbah dikenal dengan istilah kriptomeri yaitu
peristiwa persilangan dengan adanya bersama-sama dengan faktor penutup
faktor dominan tersembunyi oleh itu. Hal ini akan menghasilkan
suatu gen dominan lainnya dan sifat perbandingan 9:3:4 (Ardiawan, 2009).
tersebut baru akan tampak bila tidak
Pada tabel 7 diatas dapat dilihat ada karena X2 hitung lebih besar daripada
dua fenotip hitam dan kuning dengan X2 tabel (5.85 > 3.84). Menurut Burns
nilai observed 334 dan 210. X2 hitung (1976), jika X2 hitung lebih besar
didapatkan 5.85, sedangkan X2 tabel daripada X2 tabel, maka hipotesis
didapatkan dari nilai Db yaitu n-1=2- ditolak. Besarnya X2 hitung
1=1 senilai 3.84. Kejadian ini menandakan besarnya penyimpangan
menunjukkan bahwa X2 hitung lebih yang terjadi terhadap H0. Artinya
kecil dari X2 tabel, sehingga H0 asumsi ratio epistasis resesif berbeda
dengan nilai nisbah 9:7 (epistasis nyata dengan yang diharapkan dari
resesif). Nilai Hipotesa awal ditolak ratio tersebut.
Pada tabel 8 diatas dapat dilihat ada resesif) ditolak. Burns (1979)
2
tiga fenotip, yaitu fenotip biru, hitam, mengatakan jika X hitung lebih besar
dan putih dengan nilai observed daripada X2 tabel, maka hipotesis
secara berurutan 385, 131, 30. X2 ditolak. Besarnya X2 hitung
hitung didapatkan 46.7, sedangkan X2 menandakan besarnya penyimpangan
tabel diperoleh dari nilai Db yaitu n- yang terjadi terhadap H0. Artinya
1=3-1=2 senilai 5.99. Kejadian ini asumsi ratio epistasis resesif berbeda
menunjukkan bahwa X2 hitung lebih nyata dengan yang diharapkan dari
besar dari X2 tabel, sehingga H0 ratio tersebut.
dengan nilai nisbah 9:6:1 (epistasis
2.7. Epistasis Dominan Resesif (Botol G)
Tabel 8. Analisa chi square H0 13 : 3
Fenotip O E O-E X2hitung
Biru 462 458.25 3.75 0.03
Putih 102 105.75 -3.75 0.13
Jumlah 564 564 0 0.16
O = Nilai Observed, E = Nilai Expected, X2tabel (5%) = 3.84
1. Genetika Populasi
Tabel 1. Kemunculan Fenotip Genetika Populasi
Fenotip Kemunculan
Kuning-Kuning (KK) 125
Kuning-Hitam (KH) 256
Hitam-Hitam (HH) 119
Jumlah 500
Frekuensi Alel :
Frekuensi genotip :
Expected :
KK = p2 x 500
= 0.256 X 500 = 128
HH = q2 x 500
= 119
KH = 500 – (128 + 119) = 253
2. Interaksi Gen
2.1. Hukum Mendel II (Botol A)
Tabel 2. Kemunculan Fenotip Botol A
Botol A Biru Kuning Putih Hitam
1.1 176 57 62 18
2.1 163 60 62 19
3.1 180 65 50 18
Jumlah 519 182 174 55
Db = n-1
= 4-1 = 3 7.815 X2tabel (5%)
2.2. Botol B
Tabel 3. Kemunculan Fenotip Botol B
Botol B Biru Kuning Hitam
1.1 122 39 9
2.1 134 29 11
3.1 154 31 13
Jumlah 410 99 33
Db = n-1
= 3-1 = 2 5.99 X2tabel (5%)
2.3. Botol C
Tabel 4. Kemunculan Fenotip Botol C
Botol C Biru Kuning
1.1 151 11
2.1 148 10
3.1 150 10
Jumlah 449 31
Db = n-1
= 2-1 = 1 3.84 X2tabel (5%)
2.4. Botol D
Tabel 5. Kemunculan Fenotip Botol D
Botol B Biru Putih Hitam
1.1 136 43 40
2.1 135 46 58
3.1 130 33 53
Jumlah 401 122 151
Db = n-1
= 3-1 = 2 5.99 X2tabel (5%)
2.5. Botol E
Tabel 6. Kemunculan Fenotip Botol E
Botol E Kuning Hitam
1.1 117 84
2.1 89 64
3.1 128 62
Jumlah 334 210
Db = n-1
= 2-1 = 1 3.84 X2tabel (5%)
2.6. Botol F
Tabel 7. Kemunculan Fenotip Botol F
Botol F Biru Putih Hitam
1.1 184 47 12
2.1 201 84 18
Jumlah 385 131 50
Db = n-1
= 3-1 = 2 5.99 X2tabel (5%)
2.7. Botol G
Tabel 8. Kemunculan Fenotip Botol G
Botol G Biru Kuning
1.1 216 52
2.1 246 50
Jumlah 462 102
Db = n-1
= 2-1 = 1 3.84 X2tabel (5%)