Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

ACARA 14
“MENYUSUN SILSILAH GENETIS MANUSIA”

Disusun oleh:

Nama : Rino Hermawan


NPM : E1J021096
Dosen pembimbing : Prof.Dr.Ir.Alnopri,MS
Coast : Yuli Anggraeni(E1J020004)
Shift : B2,Kamis 08.00-10.00 WIB
Kelompok : 3

LABORATORIUM AGRONOMI
JUSUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia begitu mulianya sehingga tidak mungkin bagi kita mengadakan percobaan genetika
berupa menyilangkan manusia sama seperti Gregor Mendel menyilangkan kacang kapri. Karena
berdasarkan perlakuan kita pada hewan dan tumbuhan, adalah mustahil bagi kita untuk
mengawin-ngawinkan manusia yang genotifnya diketahui atau ingin diketahui. Akan tetapi kita
ketahui adanya beberapa sifat herediter pada manusia yang diwariskan secara Mendelian.
Pengetahuan itu diperoleh bukan dari silangan manusia, melainkan dari silsilah atau bagan
keturunan yang dibuat manusia.
Gen merupakan pembawa sifat yang menentukan dan mengatur perkembangan, metabolisme
tubuh, dan menyampaikan informasi genetik dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Untuk
menentukan kadar resiko anggota keluarga yang terlibat dalam silsilah keluarga, dapat
menggunakan ilmu pewarisan sifat genetika. Faktor genetik dari ayah atau ibu adalah pengaruh
utama yang menjadi faktor penentu resiko terjangkitnya penyakit oleh keturunan atau generasi
setelahnya. Untuk mengetahui suatu penyakit yang diderita oleh seseorang termasuk dalam
penyakit menurun atau tidak, perlu adanya data tiap keluarga yang bersangkutan dan menurut
melalui pohon silsilah keluarga (Ervan, et al. 2015)
Silsilah yang lengkap umumnya dimiliki oleh suatu keluarga besar kerajaan, bangsawan, untuk
tujuan-tujuan tertentu saja yang non-genetis. Namun, apabila didalam silsilah itu didapati pola-
pola pewarisan yang Mendelian, maka kita lebih dapat merunutkannya lebih mudah. Suatu
kebetulan penyakit genetic yang diwariskan secara Mendelian pertama kali ditemukan pada
keluarga kerajaan Inggris, ialah keluarga keturunan Ratu Victoria. Penyakit menurun ini adalah
penyakit Hemofilia yaitu kelainan genetis disebabkan karena kegagalan system darah untuk
membekukan daarh pada waktu luka. Jika demikian maka akan terjadi pendarahan terus-
menerus dan menyebabkan kematian karena penderita kehabisan darah. Asal usul penyakit ini
diduga dari Ratu Victoria (Ratu Inggris abad 18) atau dari salah seorang ibu bapaknya. Kelainan
mutasi ini kemudian diwariskan secara turun-menurun menurut garis ibu. Pada dewasa ini para
penderita penyakit ini dapat dirawat secara medis, sehingga tidak harus menderita sampai ajal.
Penderita dilarang untuk melakukan kegiatan yang menyebabkan luka, termasuk
khitan. (Penuntun, 2007)

1.2 Tujuan
Adapun tujuan kegiatan praktikum ini dilakukan yaitu:
 Mengetahui bagaimana silsilah gen yang diturunkan dari pewaris gen
 Mengetahui gen siapa yang diturunkan ke generasiny
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Gen merupakan pembawa sifat yang menentukan dan mengatur perkembangan, metabolisme
tubuh, dan menyampaikan informasi genetik dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Untuk
menentukan kadar resiko anggota keluarga yang terlibat dalam silsilah keluarga, dapat
menggunakan ilmu pewarisan sifat genetika. Faktor genetik dari ayah atau ibu adalah pengaruh
utama yang menjadi faktor penentu resiko terjangkitnya penyakit oleh keturunan atau generasi
setelahnya. Untuk mengetahui suatu penyakit yang diderita oleh seseorang termasuk dalam
penyakit menurun atau tidak, perlu adanya data tiap keluarga yang bersangkutan dan menurut
melalui pohon silsilah keluarga (Ervan, et al. 2015).

Pewarisan sifat yang terdapat dalam suatu keluarga dapat diikuti untuk beberapa generasi
dengan menggunakan peta silsilah/diagram silsilah (pedigree chart). Peta silsilah merupakan
gambaran pewarisan sifat-sifat manusia yang ditulis dengan simbol-simbol tertentu yang telah
disepakati oleh para ahli genetika. Peta silsilah termasuk alat penelitian genetika, dan uuntuk
menyusun suatu pola peta silsilah diperlukan keturunan dalam jumlah yang banyak sedikitnya 3
generasi. Peta silsilah menggambarkan pewarisan sifat tertentu dalam suatu keluarga dapat
dianalisiskan untuk mengetahui pola pewarisan gen penentu sifat tersebut. Suatu gen termask
autosomal jika (1) terdapat kemungkinan jumlah yang sama antara waitan dan laki-laki yang
mengekspresikan gen (terkena) tersebut, (2) terdapat laki-laki yang menurunkan sifat tersebut
pada anak laki-lakinya dan (3) terdapat anak-anak perempuan yang terkena walaupun bapak dan
ibunya normal. Gen yang bersifat dominan akan selalu diekspresikan bilamana gen tersebut ada
sehingga biasanya tidak ada generasi yang alpha dalam ekspresi sifat. Sifat dari gen dominan
akan hilang atau tidak akan muncul juka satu generasi tidak mengekspresikan sifat itu. Gen
yang bersifat resesif mempunyai karakteristik yang berkebalikan dengan gen dominan. Gen
resesif menunjukkan adanya “peloncatan generasi” dalam ekspresinya. Gen penentu suatu sifat
dapat terpaut sex kromosom. Gen resesif terpaut-X tidak akan diekspresikan pada anak
perempuan manapun jika bapak dan ibunya nornal (Suratsih, et al. 2009)

Seperti diketahui bahwa DNA berisi instruksi untuk pertumbuhan dan perkembangan pada
manusia dan semua makhluk hidup. DNA kita terkemas ke dalam kromosom yang mengandung
semua gen kita. DNA merupakan singkatan dari (Deoksiribo Nucleic acid) ataudisebut ADN =
asam deoksiribo nukleat , yang terdiri dari rantai 'huruf' kimia yang sangat panjang, yaitu
Adenin (A), Guanin (G), Timin (T) dan Sitosin (C). Di dalam untaian rantai DNA tersebut
terdapat gen yang diinstruksikan salah satunya untuk menghasilkan protein. Kemudian, protein
melakukan pekerjaan di dalam sel dan tubuh kita. Pada manusia, sebagian besar gen tersusun
pada kromosom yang terdapat dalam inti sel. Dua proses penting pada organisme yang menjadi
penciri hidup yaitu “mampu bereplikasi” dan “menciptakan urutan”. Organisme mampu
melakukan salinan yang tepat atas jenisnya masing-masing. Kelinci menghasilkan keturunan
kelinci, mangga menumbuhkan tanaman mangga, manusia melahirkan dan mewariskan sifat ke
anaknya (manusia). Organisme makan, bermetabolisme, lalu membentuk nutrisi tadi menjadi
daging atau bagian tubuh (tumbuh dan berkembang) dan kemudian melakukan fungsi tubuh
yang teratur dan homeostasis. Dan kemudian yang terpenting, informasi yang kemudian
dibutuhkan untuk meneruskan proses hidup tadi, dan informasi tersebut dikemas dalam DNA
(Mustami, et al. 2021)

Kromosom manusia dibedakan menjadi dua tipe yaitu autosom dan seks kromosom. Autosom
adalah kromosom yang tidak berhubungan dengan penentuan jenis kelamin, dari 46 kromosom
manusia maka 44 buah merupakan autosom. Seks kromosom adalah sepasang kromosom yang
menentukan jenis kelamin yang dibedakan atas dua macam yaitu kromosom-X dan kromosom-
Y. Gen autosomal terdiri dari gen autosomal dominan dan autosomal resesif. Kemampuan
melipat dan menggulung lidah adalah sifat yang dapat diturunkan, kemampuan ini dikendalikan
oleh gen autosomal dominan. Gen autosomal dominan merupakan gen yang dapat
mengekspresikan sifat tertentu atau sifatnya dominan terhadap alelnya. Gen yang menentukan
kemampuan melipat dan menggulung lidah adalah G dan pasangan alelnya adalah g. Sehingga,
kemampuan melipat dan menggulung lidah dapat terekspreksikan jika genotipe suatu individu
adalah GG atau Gg, sedangkan individu yang tidak dapat melipat dan menggulung lidah
memilikigenotipe gg (Aulia, et al. 2022).

Salah satu variasi genetik dan juga merupakan penanda genetik pada manusia adalah
kemampuan dalam mengecap rasa pahit terhadap Phenyltbiocarbamide (PTC). Penggunaan
PTC dilakukan untuk mengamati variasi genetik atau keragaman genetik suatu populasi karena
resesif yang dapat diwariskan. Setiap manusia akan merespon PTC dengan rasa yang berbeda,
beberapa orang akan merasakan pahit. Golongan manusia yang dapat merespon PTC disebut
sebagai taster (pengecap) dan yang tidak dapat merasakannya disebut non-taster (buta kecap).
Peningkatan homosigositas dampak dari perkawinan endogami dapat meningkatkan ekpresi
suatu kelainan genetik (Oktarina, et al. 2021).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum genetika acara 11 ini antara lain
yaitu sebagai berikut:
1. Data genetis dari mahasiswa dan keluarganya.
2. Golongan darah
3. Batas rambut jidat
4. Ujung lidah membulat atau tidak
5. Cuping teling.

3.2 Cara Kerja

Adapun cara kerja pada acara 11 ini adalah sebagai berikut:


 Membuat silsilah keluarga berdasarkan data keluarga, yaitu ayah, ibu dan saudara
sekandung.
 Kemudian dari data tersebut diestimasikan dengan genotip keluarga.
 Dengan menggunakan data genetis sebagai berikut
1. Golongan darah : A, B, AB dan O
2. Batasan rambut jidat (W) : Resesif (ww) dan Dominan (WW)
3. Ujung lidah membulat atau tidak (R) : Resesif (rr) dan Dominan (RR)
4. Cuping telinga (E) : Resesif (ee) dan Dominan (EE)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Setelah dilakukan pengamatan atau membuat susunan silsilah genetika
keluarga, diketahui bahwa data genetis golongan darah, batas rambut jidat, lidah membulat atau
tidak dan cuping telinga sebagai berikut:

a) Data Genetis 1 (Golongan Darah)

Ayah Ibu
(O) (B)

(B) (B)

Aku
Adik
(Rino)
(Rifki)
O : IO IO

B : IB IB

Selfing : IO IO x IB IB

IB IO

IO IB IO IO IO

IO IB IO IO IO
Kesimpulan: Kemungkinan golongan darah anak atau keturunan adalah B dan O.
b) Data Genetis 2 (Batas Rambut Jidat)

Ayah Ibu
(ww) (WW)

(WW) (WW)

Aku Adik
(Rino) (Rifki )

Selfing : Resesif (ww) x Dominan (WW)

w
W Ww
Kesimpulan : Kemungkinan batas rambut jidat anak atau keturunan adalah W dan w.
c) Data Genetis 3 (Lidah Membulat atau Tidak)

Ayah Ibu
(RR) (RR)

(RR) (RR)
Adik
Aku
(Rifki)
(Rino)

Selfing : Dominan (RR)

R
R RR
Kesimpulan : Kemungkinan lidah membulat atau tidak pada anak atau keturunan ditujukkan oleh

simbol RR.

d) Data Genetis 4 (Cuping Telinga)

Ayah Ibu
(EE) (EE)

(EE) (EE)

Aku Adik
(Rino) (Rifki)
Selfing : Dominan (EE)

E
E EE
Kesimpulan : Kemungkinan cuping telinga pada anak atau keturunan
ditunjukkan oleh simbol EE.

4.2 Pembahasan :

Dalam praktikum yang sudah dilakukan diketahui bahwa silsilah genetis


keluarga dapat menentukan apa saja sifat yang diturunkan dari pewaris sifat ke
generasinya. Pada hasil praktikum ini data genetis yang diperoleh adalah pada
golongan darah ayah (O) dan ibu (B), sedangkan anak atau keturunannya semua
bergolongan darah (B). Maka, sifat genetis dari ibu yang diturunkan ke anak atau
keturunannya. Pada susunan silsilah genetis batas rambut jidat ayah (ww) dan ibu
(WW), sedangkan anak atau keturunannya batas rambut jidatnya (WW). Maka,
sifat genetis ibu adalah dominan karena sifatnya diturunkan kepada keturunanya
dan sifat genetis ayah adalah resesif. Namun, dari kedua sifat genetis tersebut
berkemungkinan batas rambut jidat yang diturunkan adalah (ww) ataupun (WW).
Pada data genetis lidah membulat atau tidak sifat pada ayah (RR) dan Ibu (RR).
Dari sifat genetis ayah dan ibu tersebut menunjukkan bahwa keduanya dominan
sehingga sifat yang diturunkan kepada anak atau keturunannya adalah (RR). Hal
ini sesuai dengan (Aulia, et al 2022) yang menyatakan bahwa Kemampuan
melipat dan menggulung lidah adalah sifat yang dapat diturunkan, kemampuan ini
dikendalikan oleh gen autosomal dominan. Gen autosomal dominan merupakan
gen yang dapat mengekspresikan sifat tertentu atau sifatnya dominan terhadap
alelnya. Gen yang menentukan kemampuan melipat dan menggulung lidah adalah
G dan pasangan alelnya adalah g. Sehingga, kemampuan melipat dan menggulung
lidah dapat terekspreksikan jika genotipe suatu individu adalah GG atau Gg,
sedangkan individu yang tidak dapat melipat dan menggulung lidah
memilikigenotipe gg Sedangkan pada data genetis cuping telinga ayah (EE) dan
ibu (EE) sama halnya dengan sifat yang ditunjukkan pada data genetis lidah
membulat atau tidak, maka dari data ini sifat yang diturunkan kepada keturunanya
adalah (EE). Karena sifat dari ayah dan ibu memiliki kesamaan atau dominan.
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa:
Dalam praktikum yang sudah dilakukan diketahui bahwa silsilah genetis
keluarga dapat menentukan apa saja sifat yang diturunkan dari pewaris sifat ke
generasinya. Pada hasil praktikum ini data genetis yang diperoleh adalah pada
golongan darah ayah (O) dan ibu (B), sedangkan anak atau keturunannya
semua bergolongan darah (B). Maka, sifat genetis dari ibu yang diturunkan ke
anak atau keturunannya. Pada susunan silsilah genetis batas rambut jidat ayah
(ww) dan ibu (WW), sedangkan anak atau keturunannya batas rambut jidatnya
(WW). Maka, sifat genetis ibu adalah dominan karena sifatnya diturunkan
kepada keturunanya dan sifat genetis ayah adalah resesif. Namun, dari kedua
sifat genetis tersebut berkemungkinan batas rambut jidat yang diturunkan
adalah (ww) ataupun (WW).
Pada data genetis lidah membulat atau tidak sifat pada ayah (RR) dan Ibu
(RR). Dari sifat genetis ayah dan ibu tersebut menunjukkan bahwa keduanya
dominan sehingga sifat yang diturunkan kepada anak atau keturunannya adalah
(RR). Hal ini sesuai dengan (Aulia, et al 2022) yang menyatakan bahwa
Kemampuan melipat dan menggulung lidah adalah sifat yang dapat diturunkan,
kemampuan ini dikendalikan oleh gen autosomal dominan. Gen autosomal
dominan merupakan gen yang dapat mengekspresikan sifat tertentu atau
sifatnya dominan terhadap alelnya. Gen yang menentukan kemampuan melipat
dan menggulung lidah adalah G dan pasangan alelnya adalah g. Sehingga,
kemampuan melipat dan menggulung lidah dapat terekspreksikan jika genotipe
suatu individu adalah GG atau Gg, sedangkan individu yang tidak dapat
melipat dan menggulung lidah memilikigenotipe gg Sedangkan pada data
genetis cuping telinga ayah (EE) dan ibu (EE) sama halnya dengan sifat yang
ditunjukkan pada data genetis lidah membulat atau tidak, maka dari data ini
sifat yang diturunkan kepada keturunanya adalah (EE). Karena sifat dari ayah
dan ibu memiliki kesamaan atau dominan
5.2 Saran
Kepada seluruh Praktikan diharapkan selalu menyimak apa yang di
intruksikan coass agar pada saat praktikum tidak bingung maupun salah
DAFTAR PUSTAKA

Aulia, P. R., Putri, I. A., Faradila, N., & Putri, R. H. (2022, May). Analisis
Variasi Fenotip Rolled Tongue pada Siswa Kelas 12 MAN 1 Tanah
Datar. In Prosiding Seminar Nasional Biologi (Vol. 1, No. 2, pp. 1088-
1093).

Ervan, D. S., & Mulyanto, E. (2015). DETEKSI RISIKO PENDERITA BUTA


WARNA MENURUN BERBASIS POHON KELUARGA DENGAN
ALGORITMA GENETIKA. Techno. Com, 14(2), 145-150.

Mustami, M., & Muthiadin, C. (2021). Konsep Dasar Pewarisan Gen pada
Manusia DisertaiHasil Riset dan Analisis Resiko Mendel.
Oktarianti, R., Putra, I. W., Arofa, R. M., & Lelono, A. (2021). Prevalence of
Phenylthiocarbamide (PTC) Taste Sensitivity and Colour Blindness in
Tengger Tribe Population, Ranupani Village, Senduro, Lumajang.
BERKALA SAINSTEK, 9(4), 174-178.

Suratsih, V. H., Rahayu, T., & Hidayat, M. L. (2009). Pengembangan modul


pembelajaran genetika berbasis fenomena lokal. Jurnal Cakrawala
Pendidikan, 2(2).

Anda mungkin juga menyukai