Anda di halaman 1dari 4

Dasar teori Alel merupakan bentuk alternatif sebuah gen yang terdapat pada lokus (tempat tertentu).

Individu dengan genotipe AA dikatakan mempunyai alel A, sedang individu aa mempunyai alel a. Demikian pula individu Aa memiliki dua macam alel, yaitu A dan a. Jadi, lokus A dapat ditempatioleh sepasang (dua buah) alel, yaitu AA, Aa, atau aa, bergantung kepada genotipe individu yang bersangkutan (Susanto, Agus Hery, 2011). Namun, kenyataannya yang sebenarnya lebih umum dijumpai adalah bahwa pada suatu lokus tertentu dimungkinkan munculnya lebih dari hanya dua dua macam alel, sehingga lokus tersebut dikatakan memiliki sederetan alel. Fenomena semacam ini disebut sebagai alel ganda (multiple alleles) (Susanto, Agus Hery, 2011). Sehingga, pengertian alel ganda adalah faktor yang memiliki lebih dari dua macam alel, sekalipun tidak ada satu pun makhluk diploid yang mempunyai lebih dari dua macam alel untuk tiap faktor. Sebab timbulnya alel ganda adalah peristiwa mutasi gen. Stanfield (1983) mengatakan Karena suatu gen dapat berubah menjadi bentuk-bentuk alternatif oleh proses mutasi, secara teoritis di dalam suatu populasi mungkin dijumpai sejumlah besar alela (Corebima, 1997) Pengaruh alel ganda dapat dilihat salah satu contohnya pada sistem golongan darah ABO. Darah terdiri dari dua komponen, yaitu : sel-sel (antara lain eritrosit dan leukosit) dan cairan (plasma). Karl Landsteener dalam penelitiannya menemukan adanya dua antibodi alamiah di dalam darah dan dua antigen pada permukaan eritrosit. Inilah penyebab terjadinya penggumpalan (beraglutinasi) sel-sel darah merah (eritrosit) dari beberapa individu apabila bercampur dengan serum dari beberapa orang (Agus, Rosana dan Sjafaraenan, 2013). Golongan darah seseorang ditetapkan berdasarkan macam antigen dalam eritrosit yang dimilikinya. Bermstein tahun 1925 menegaskan bahwa antigen-antigen itu diwariskan oleh suatu seri alel ganda. Alel itu diberi simbol I (berasal dari kata isoaglutinin, suatu protein yang terdapat pada permukaan sel eritrosit). Orang yang mampu membentuk antigen A memiliki alel IA dalam kromosom, yang mampu membentuk antigen B memiliki alel IB, yang memiliki alel IA dan IB dapat membentuk antigen A dan antigen B, sedangkan yang tidak mempu membentuk antigen sama sekali memiliki alel resesif (Suryo, 2005). Pada manusia, hewan dan tumbuhan dikenal beberapa sifat keturunan yang ditentukan oleh suatu seri alel ganda. Golongan darah ABO yang ditemukan oleh Landsteiner pada tahun 1900 dan faktor Rh yang ditemukan oleh Landsteiner bersama Weiner pada tahun 1942 juga ditentukan oleh alel ganda. Untuk golongan darah tipe ABO misalnya, dikenal oleh alel ganda IA, IB, dan i (Hartati, 2009). Banyak para ilmuan mengikuti penemuan Landsteiner tentang penggumpalan sel-sel darah merah dan pengertian tentang reaksi antigen-antibodi, maka penyelidikan selanjutnya

memberi penegasan mengenai adanya dua antibodi alamiah di dalam serum darah dan dua antigen pada permukaan dari eritrosit. Salah seorang dapat membentuk salah satu atau dua antibodi atau sama sekali tidak membentuknya. Demikian pula dengan antigennya. Dua antigen itu disebut antigen A dan antigen B, sedangkan dua antibodi disebut anti A (atau ) dan anti B (atau ). Melalui tes darah maka setiap orang dapat mengetahui golongan darahnya. Berdasarkan sifat kimianya, antigen A dan B merupakan mukopolisakharida, terdiri dari protein dan gula. Dalam dua antigen itu bagian proteinnya sama, tetapi bagian gulanya merupakan dasar kekhasan antigen-antibodi. Golongan darah seseorang ditentukan oleh macamnya antigen yang dibentuknya (Suryo, 1986). Meskipun demikian, pada individu diploid, yaitu individu yang tiap kromosomnya terdiri atas sepasang kromosom homolog, betapa pun banyaknya alel yang ada pada suatu lokus, yang muncul hanyalah sepasang (dua buah). Katakanlah pada lokus X terdapat alel X1, X2, X3, X4, X5. Maka, genotipe individu diploid yang mungkin akan muncul antara lain X1X1, X1X2, X1X3, X2X2 dan seterusnya. Beberapa Contoh Alel Ganda Alel ganda pada lalat Drosophila sp Lokus w pada Drosophila melanogaster mempunyai sederetan alel dengan perbedaan tingkat aktivitas dalam produksi pigmen mata yang dapat diukur menggunakan spektrofotometer. Tabel 2.3 memperlihatkan konsentrasi relatif pigmen mata yang dihasilkan oleh berbagai macam genotipe homozigot pada lokus w. Konsentrasi relatif pigmen mata pada berbagai genotipe D. melanogaster Genotipe Konsentrasi relatif pigmen mata terhadap pigmen total Genotipe Konsentrasi relatif pigmen mata terhadap pigmen total Ww 0,0044 wsatwsat 0,1404 wawa 0,0197 wcolwcol 0,1636 wewe 0,0324 w+sw+s 0,6859 wchwch 0,0410 w+cw+c 0,9895 wcowco 0,0798 w+Gw+G 1,2548 Alel ganda pada kelinci Pada kelinci terdapat alel ganda yang mengatur warna bulu. Alel ganda ini mempunyai empat anggota, yaitu c+, cch, ch, dan c, masing-masing untuk tipe liar, cincila,

himalayan, dan albino. Tipe liar, atau sering disebut juga agouti, ditandai oleh pigmentasi penuh; cincila ditandai oleh warna bulu kelabu keperak-perakan; himalayan berwarna putih dengan ujung hitam, terutama pada anggota badan. Urutan dominansi keempat alel tersebut adalah c+ > cch > ch > c dengan sifat dominansi penuh. Sebagai contoh, genotipe heterozigot cchc, akan mempunyai bulu tipe cincila. Contoh lain yang merupakan peristiwa dari alel ganda adalah tumbuhnya rambut pada segmen digitalis tengah jari-jari tangan. Penentuan dominasi pada rambut digitalis tengah jari tangan adalah sebagai berikut. H1 > H2 > H3 > H4 > H5 Dimana : H1 = Rambut terdapat pada semua jari H2 = Rambut pada jari kelingking, jari manis, dan jari tengah H3 = Rambut pada jari manis dan jari tengah H4 = Rambut hanya pada jari manis saja H5 = Tidak ada rambut pada keempat

DAFTAR PUSTAKA Campbell, N.A., Reece, J.B., Mitchell, L.G., 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1.Jakarta: Erlangga. Corebima, AD. 1997. Genetika Mendel. Surabaya: Airlangga University Press Hartati. 2009. Penuntun Praktikum Genetika. Makassar: Universitas Negeri Makassar. Jusuf, Muhammad. 2001. Genetika I. Jakarta: CV. INFOMEDIKA. Kimball, J.W., Tjitrosomo, S.S., Sugiri, N., 1983.Biologi Jilid 1 Edisi Kelima.Jakarta: Erlangga Suryo. 1984. Genetika Strata 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Wulangi, Kartolo. S. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta: Departemen Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai