Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA

PERCOBAAN IX

ALEL GANDA

NAMA : DONI

NIM : H041201041

HARI/TANGGAL : JUM’AT/23 APRIL 2021

KELOMPOK            : III (TIGA)

ASISTEN : FERDINANDO

LABORATORIUM GENETIKA
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kenyataan yang sebenarnya lebih umum dijumpai adalah bahwa pada

suatu lokus tertentu dimungkinkan munculnya lebih dari hanya dua macam alel,

sehingga lokus tersebut dikatakan memiliki sederetan alel. Fenomena semacam

inilah yang disebut sebagai alel ganda. Meskipun demikian, pada individu diploid,

yaitu individu yang tiap kromosomnya terdiri atas sepasang kromosom homolog,

betapa pun banyaknya alel yang ada pada suatu lokus, yang muncul hanyalah

sepasang (dua buah) (Murniati, 2019).

Sebuah gen dapat memiliki lebih dari sebuah alel. Alel-alelnya

disebut alel ganda (multiple allele). Sedangkan peristiwa dimana sebuah gen

dapat menyebabkan inkompatibilitas, yaitu kegagalan tanaman untuk fertilisasi

setelah menyerbuk sendiri atau persilangan. Peristiwa inkompatibilitas ini sendiri

disebabkan oleh adanya alel pada tepung sari sama dengan alel pada sel telur,

sehingga tepung sari yang terdapat pada kepala putik tidak dapat membentuk

buluh tepung sari (Murniati, 2019).

Melalui percobaan alel ganda dapat dilihat pengaruh dari alel ganda salah

satu contohnya adalah sistem penggolongan darah ABO. Orang yang mampu

membentuk antigen A memiliki alel IA dala kromosom, yang mampu membentuk

antigen B memiliki alel IB dan yang dapat membentuk antigen A dan B maka

orang tersebut memiliki alel IA dan IB. Berdasarkan teori tersebut maka dilakukan

percobaan alel ganda.


I.2 Tujuan Praktikum

Tujuan percobaan alel ganda antara lain:

1. Menetapkan golongan darah masing-masing individu dalam populasi kelas.

2. Memahami pola pewarisan alel ganda, khususnya golongan darah manusia.

3. Menghitung frekuensi alel IA, IB dan i dalam populasi kelas.

I.3 Waktu dan Tempat Praktikum

Percobaan ini dilaksanakan hari Jumat, 23 April 2021 pukul 14.00-16.00

WITA. Percobaan ini bertempat di Laboratorium Genetika, Departemen Biologi,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin,

Makassar dengan pengamatan yang dilakukan secara daring di rumah masing-

masing praktikan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Alel Ganda

Alel ganda (multiple alleles) adalah adanya lebih dari satu alel pada lokus

yang sama. Pada manusia, hewan dan tumbuhan dikenal beberapa sifat keturunan

yang ditentukan oleh suatu seri alel ganda. Golongan darah ABO yang ditemukan

oleh Lendsteiner pada tahun 1900 dan faktor Rh yang ditemukan Lendsteiner

bersama Weiner pada tahun 1942 juga ditentukan oleh alel ganda. Untuk

golongan darah tipe ABO misalnya, dikenal oleh alel ganda IA, IB dan i.

Sebagaimana kita ketahui bahwa pengertian alel ganda ialah bahwa dalam suatu

populasi individu jumlah jenis alel pada suatu lokus terdapat lebih dari

dua (Aditia, 2014).

Alel ganda dapat juga diartikan bahwa dalam suatu populasi individu

jumlah jenis alel pada suatu lokus terdapat lebih dari dua. Contoh yang sudah

cukup luas dikenal ialah golongan darah pada manusia. Di kenal ada empat jenis

golongan darah, yaitu A, B, AB dan O yang dikendalikan oleh tiga alel, yaitu I A,

IB dan i. Alel tersebut bertanggung jawab dalam mengendalikan antigen sel

darah (Aditia, 2014).

II.2 Sistem Penggolongan Darah

II.2.1 Sistem Pengolongan Darah ABO

Sebagian besar gen yang ada dalam populasi sebenarnya hadir dalam lebih

dari dua bentukan alel. Golongan darah ABO pada manusia, misalnya, ditentukan
oleh tiga alel pada satu gen tunggal: IA, IB, dan i. Golongan darah mengacu pada

dua karbohidrat A dan B yang bisa ditemukan di permukaan sel darah merah. Sel

darah seseorang mungkin memiliki karbohidrat A (golongan darah A),

karbohidrat B (golongan darah B), keduanya (golongan darah AB), dan tidak

keduanya (golongan darah O) (Campbell, 2016).

Persamaan p + q = 1 hanya berlaku apabila terdapat dua alel pada suatu

lokus tertentu pada autosom di dalam suatu populasi. Apabila lebih banyak alel

ikut mengambil peranan, maka dala persamaan harus ditambahkan lebih banyak

simbol. Misalnya pada golongan darah ABO dikenal 3 alel, yaitu I A, IB dan i.

apabila p enyatakan frekuensi alel IA, q untuk frekuensi alel IB dan r untuk

frekuensi alel i, maka persamaannya enjadi p + q + r = 1. Alel ganda mengadakan

ekuilibrium dengan cara yang sama seperti yang berlaku untuk sepasang alel.

Berhubung dengan itu hokum ekuilibriu Hardy-Weinberg untuk golongan darah

sistem ABO berbentuk sebagai berikut (Suryo, 2001):

p2IAIA + 2prIAi + q2IBIB + 2qrIB + 2pqIAIB + 2rii

Jenis darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi

yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut (Shofiansah, 2013):

a. Individu dengan jenis darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di

permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B

dalam serum darahnya.


b. Individu dengan jenis darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah

merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum

darahnya.

c. Individu dengan jenis darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A

dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B.

d. Individu dengan jenis darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi

memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B.

Golongan darah menurut sistem ABO dapat diwariskan dari orang tua

kepada anaknya, Land-Steiner dalam Suryo (1996) membedakan darah manusia

kedalam empat golongan yaitu A, B, AB dan O Penggolongan darah ini

disebabkan oleh macam antigen yang dikandung oleh eritrosit (sel darah merah),

Adanya antigen di dalam eritrosit ditentukan oleh suatu seri alel ganda yaitu l A, lB,

dan IO. Populasi penduduk hampir seluruh dunia memiliki ketiga buah alel

tersebut, meskipun penyebaran alehiya berbeda-beda (Darmawati, 2015).

II.2.2 Sistem Penggolongan Darah MN

Pada tahun 1927, Landsteiner dan P. Levine menemukan antigen baru

yang mereka sebut antigen-M dan antigen-N. dikatakan bahwa sel darah erh

seseorang dapat mengandung salah satu atau kedua antigen tersebut. Jika misalnya

eriotrosit seseorang yang mengandung antigen-M disuntikkan ke dalam tubuh

kelinci, maka darah kelinci akan membentuk anti-M dalam serum darah kelinci.

Apabila antiserum (disebut anti serum karena mengandung zat anti) dari kelinci

ini dipisahkan dan digunakan untuk menguji darah orang yang mengandung

antigen- M, maka eritrosit orang ini akan menggumpal. Cara yang sama, eritrosit
seseorang yang mengandung antigen-N akan mendorong kelinci untuk

membentuk zat anti-N, dengan menggunakan dua macam antiserum ini, tipe darah

seseorang dapat ditetapkan, yaitu apakah eritrosit sesorang bereaksi dengan (1)

anti-M serum saja, (2) anti-N serum saja atau (3) kedua-duanya anti-M dan anti-N

serum. Atas dasar inilah orang dibedakan atas yang mempunyai golongan darah

M, N atau MN. Reaksi dari sel darah merah dengan antiserum pada golongan

darah tipe MN sebagai berikut (Suryo, 2013):

Tabel 2.1 Reaksi dengan antiserum


Jika eritrosit mengandung Reaksi dengan antiserum Golongan darah

antigen Anti-M Anti-N

Hanya M + - M

M dan N + + MN

Hanya N - + N

II.2.3 Sistem Penggolongan Darah Rhesus

Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan

memanfaatan faktor Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis

Rhesus yang diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner.

Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah merahnya

memiliki golongan darah Rh- mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan

sel darah merahnya disebut memiliki jenis darah Rh+ (Shofiansah, 2013).

II.3 Genetika Populasi

Genetika populasi ialah cabang dari genetika yang mempelajari gen-gen


dalam populasi, yang merugikan secara matematik akibat dari keturunan pada

tingkat populasi. Adapun populasi ialah suatu kelompok dari satu macam

organisme dan dari situ dapat diambil cuplikan (sampel). Semua makhluk hidup

merupakan suatu masyarakat sebagai hasil perkawinan antar spesies dan

mempunyai lengkang gen yang sama. Lengkang gen (gene pool) ialah jumlah dari

semua alel yang berlainan atau keterangan genetik dalam anggota dari suatu

populasi yang membiak secara kawin. Gen-gen dalam lengkang mempunyai

hubungan dinamis dengan alel lainnya dan lingkungan di mana makhluk-makhluk

itu berada. Faktor-faktor lingkungan, seperti seleksi, mempunyai kecenderungan

untuk merubah frekuensi gen dan dengan demikian akan menyebabkan perubahan

evolusi dalam populasi (Suryo, 2013).

Cabang ilmu genetika ini banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang,

khususnya kesehatan, pemuliaan, dan konservasi. Genetika populasi mengenali

arti penting dari sifat kuantitatif, karena cara menentukan penyebaran alel tersebut

dilakukan secara matematis. Salah satu saja frekuensi dari suatu gen diketahui

dapat digunakan untuk memprediksi frekuensi gen yang lain. Hal tersebut dapat

diaplikasikan dalam mendiagnosa penyakit genetik (Khoiriyah, 2014).

Perubahan frekuensi alel dan genotip suatu populasi merupakan indikasi

adanya mikroevolusi, yaitu evolusi yang terjadi pada tingkat kecil (gen). Apabila

frekuensi alel atau genotip menyimpang dari nilai yang diharapkan dari

kesetimbangan Hardy-Weinberg, maka populasi itu dikatakan sedang berevolusi.

Uji Chi-Square (X2) merupakan uji yang dapat menunjukkan adanya

penyimpangan struktur genetik terhadap Hukum Hardy-W (Khoiriyah, 2014).


Golongan darah ABO adalah yang paling diselidiki sistem antigen eritrosit

dan karena kemudahan mengidentifikasi fenotip mereka, mereka telah digunakan

sebagai penanda genetik dalam studi asosiasi mereka dengan berbagai penyakit.

Studi dari tahun 1950-an menunjukkan bahwa golongan darah O berhubungan

dengan penyakit ulkus duodenum. Sedangkan tukak lambung dan karsinoma

lambung berhubungan dengan golongan darah A (Eid, 2011).

Struktur genetik karena keturunan telah didokumentasikan dengan baik di

antara banyak populasi manusia yang berbeda. Kemampuan untuk

mengasosiasikan leluhur dengan substruktur genetik tanpa menggunakan

pengelompokan yang diawasi belum dieksplorasi dalam populasi yang mungkin

lebih homogen dan dicampur. Untuk menentukan apakah struktur genetik dapat

dideteksi dalam populasi (Chantel, 2019).

II.4 Hukum Hardy-Weinberg

Pada tahun 1908 G. H. Hardy (seorang ahli matematika bangsa inggris)

dan W. Weinberg (seorang dokter bangsa jerman) secara terpisah menemukan

dasar-dasar yang ada hubungannya dengan frekuensi gen di dalam populasi.

Prinsip yang berbentuk pernyataan teoritis itu dikenal sebagai prinsip ekuilibrium

Hardy-Weinberg. Pernyataan itu menegaskan bahwa di dalam populasi yang

ekuilibrium, maka baik frekuensi gen maupun frekuensi genotip akan tetap dari

satu generasi ke generasi seterusnya. Hal ini dijumpai dalam populasi yang besar,

di mana perkawinan berlangsung secara acak dan tidak ada pilihan/pengaturan

atau faktor lain yang dapat erubah frekuensi gen. Persamaan hukum Hardy-

Wienberg dapat dinyatakan sebagai berikut (Suryo, 2013):


p2 + 2pq + q2 = 1 dan p + q = 1

P = Frekuensi alel dominan dalam populasi

q = Frekuensi alel resesif dalam populasi

p2 = Persentase individu dominan homozigot

q2 = Persentase individu resesif homozigot

2pq = Persentase individu heterezigot

II.4.1 Faktor yang Mempengaruhi Hukum Hardy Weinberg

Hukum Hardy-Weinberg memberikan informasi terkait dengan sebaran

alel dalam suatu populasi. Godfrey Harold Handy adalah seorang matematikawan

asal Inggris dan Wilhelm Weinberg adalah seorang dokter berkebangsaan Jerman.

Keduanya secara terpisah menemukan suatu hubungan matematik yang menjadi

dasar dalam hukum Hardy-Weinberg. Hukum tersebut menyatakan bahwa

frekuensi alel dalam suatu populasi akan tetap konstan jika memenuhi persyaratan

diantaranya (Allendorf, 2013).

1) Perkawinan acak

Populasi yang berbeda pada titik equilibrium adalah populasi yang pola

kawinnya acak. Hal ini dimaksudkan dengan kawin acak ini adalah proses kawin

yang dilakukan berdasarkan atas kesempatan. Hal ini menjadi masalah apabila

jumlah populasi sedikit. Jumlah populasi yang sedikit akan menyebabkan

terjadinya inbreeding.

2) Tidak ada mutasi

Hal ini dapat diasumsikan dengan informasi genetik yang dibawa oleh

orang tua akan diwariskan ke generasi selanjutnya tanpa adanya perubahan pada
informasi genetik tersebut. Dengan kejadian mutasi akan menyebabkan terjadinya

tentunya akan menjadi masalah jika mutasi dan banyak faktor lainnya akan

perlahan merubah lungkang gen. Hal semacam ini disebut sebagai genetic drift

yang dapat merubah secara keseluruhan tampilan dan proporsi alel populasi.

3) Jumlah populasi banyak

Populasi yang besar memberikan konsekuensi pada banyaknya pilihan

yang dapat dilakukan, baik dalam proses kawin atau kejadian lainnya.

4) Tidak ada seleksi alam

Seleksi alam memainkan peranan penting dalam populasi. Pada populasi

yang bersifat homozigot, kemampuan individu untuk bertahan pada kejadian-

kejadian yang bersifat acak (stokastik) dan epigenetik akan sangat rendah. Hal ini

akhirnya juga akan menyebabkan perubahan pada tampilan lungkang gen. Selain

hal-hal tersebut, populasi yang homozigot rentan memunculkan gen yang bersifat

letal (Frankham, 2014).

5) Tidak ada migrasi

Migrasi antar populasi sangat mempengaruhi aliran gene flow antar

populasi. Tidak ada migrasi secara sederhana diasumsikan dengan tidak adanya

keluar masuk individu dalam populasi yang terisolasi (Allendorf, 2013).


BAB III

METODE PERCOBAAN

III.1Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan alel ganda yaitu jarum, pipet, objek

gelas, deglas, autoclick, lencet dan kapas.

III.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan alel ganda adalah darah

masing-masing praktikan sebanyak 2 tetes dan serum anti-A, anti-B, anti-AB dan

tissue.

III.2 Cara Kerja

Adapun cara kerja percobaan alel ganda antara lain:

1. Dimasukkan lancet ke dalam autoclick kemudian atur pada kedalaman nomor

tiga.

2. Dioleskan alkohol pada pada permukaan tangan yang akan diambil darahnya.

3. Diletakkan autoclick berisi lanset diatas tangan yang sudah dioleskan alkohol
pada lalu tekan autoclikc-nya.

4. Ditekan-tekan tangan yang sudah ditusuk agar darahnya keluar lalu darah

tersebut diletakkan di atas objek gelas.

5. Kemudiam menguji darah tersebut dengan cara meneteskan serum anti-A, anti-

B dan anti-AB.

6. Amati perubahan yang terjadi lalu catat.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

IV.1.1 Tabel Golongan Darah Kelompok

Tabel IV.1 Data Golongan Darah Kelompok

Antigen Golongan Darah


NO. Nama
A B A B AB O

1 Doni - - - - - √

2 Sarwan - - - - - √

3 Ahmad Nurfakhry Salim - - - - - √

4 Fathirah Nurul Wahidah - - - - - √

5 Muhammad Rizal Udin - - - - - √

6 Andina Putri Prahara - √ - √ - -

7 Saeful Musawwir √ - √ - - -
8 Miftahul Jannah - - - - - √

9 Khaerun Niza - - - - - √

10 Nurul Fatimah - - - - - √

11 Sri Bella Astari √ √ - - √ -

12 Yosheline G.D. Appa - √ - √ - -

13 Andi Fakhirah - - - - - √

IV.1.2 Pengolahan Data

Diketahui:

a. Golongan darah A = 1 Orang

b. Golongan darah B = 2 Orang

c. Golongan darah AB =1

d. Golongan darah O = 9 Orang

Total keseluruhan = 13 Orang

Ditanyakan:

1. Frekuensi Alel IA,IB, dan IO

2. Persentase gol. Darah

 Persentase gol. Darah A Homozigot

 Persentase gol. Darah A Heterozigot

 Persentase gol. Darah B Homozigot

 Persentase gol. Darah B Heterozigot

 Persentase gol. Darah AB

 Persentase gol. Darah O

Penyelesaian:
a. Frekuensi alel

 r2 : Frekuensi alel IO

9
r2 = 13

r2 = 0,69

r = 0,69

r = 0,83

 (p + r)2 : Frekuensi alel IA

9 1
(p + r)2 = 13

(p + r)2 = 0, 76

p+q = 0,76

p+q = 0,87

p = 0,87 - r

p = 0,84 – 0,83

p = 0,01

 p+q+r = 1 : Frekuensi alel IB

0,01 + q + 0,83 =1

q + 0,84 =1

q = 1 – 0,84

= 0,16

b. Frekuensi genotip darah

 Frekuensi genotipe golongan darah A

IAIA = p2 = (0,01)2
= 0,0001

IAIO = 2pr = 2 . (0,01) . (0,83) = 0,0166

 Frekuensi genotipe golongan darah AB

IAIB = 2pq = 2 (0,01).(0,16) = 0.0032

 Frekuensi genotipe golongan darah B

IBIB = q2 = (0,16)2

= 0,0256

IBIO= 2qr = 2 . (0,16) . (0,83) = 0,2656

 Frekuensi genotipe golongan darah O

IOIO = r2 = (0,83)2

= 0,6889

c. Persentasi Golongan Darah

 Persentase gol. Darah A Homozigot

IAIA = 0,0001 x 100% = 0,01%

 Persentase gol. Darah A Heterozigot

IAIO =0,0166 x 100% = 1,66%

 Persentase gol. Darah B Homozigot

IBIB = 0,0256 x 100% = 2,56%

 Persentase gol. Darah B Heterozigot

IB IO = 0,2656 x 100% = 26,56%

 Persentase gol. Darah AB

IAIB = 0.0032 x 100% = 0.32%

 Persentase gol. Darah O

IOIO = 0,6889 x 100% = 68,89%


IV.2 Pembahasan

Berdasarakna data hasil percobaan diketahui bahwa terdapat 1 orang yang

memiliki golongan darah A yaitu Saeful Musawwir. Kemudian Terdapat 2 orang

yang bergolongan darah B yaitu Andina Putri Prahara dan Yosheline G.D Appa.

Selanjutnya, ada 1 praktikan di kelompok tiga yang memiliki golongan darah AB

yaitu Sri Bella Astari. Jenis golongan darah terbanyak untuk kelompok tiga yaitu

golongan darah O terdapat 9 orang yaitu Doni, Sarwan, Ahmad Nurfakhry Salim,

Fathirah Nurul Wahida, Muhammad Rizal Udin, Miftahul Jannah, Khaerun Niza,

Nurul Fatimah dan Andi Fakhirah.

Dari hasil pengolohan data diketahui frekuensi alel IO (r) adalah 0,83 dan

untuk Frekuensi alel IA (p) adalah 0,01 sedangkan untuk frekuensi alel IB (q)

adalah 0,16. Selain itu diketahui pula frekuensi genotipe golongan darah A yaitu

IAIA = p2 Sebesar 0,0001 dan IAIO = 2pr yaitu sebesar 0,0166 dan untuk frekuensi

genotipe golongan darah B yaitu IBIB = q2 diperoleh hasil sebesar 0,0256 dan

IBIO= 2qr sebesar 0,2656 kemudian untuk frekuensi genotipe golongan darah AB

IAIB = 2pq sebesar 0,0032 dan untuk frekuensi genotipe golongan darah O IOIO =

r2 adalah 0,6889. Dari nilai frekuensi genotipe tersebut dapat diketahui bahwa

persentase gol. Darah A Homozigot (IAIA) adalah 0,0001%, persentase gol. Darah

A Heterozigot (IAIO) adalah 1,66%, persentase gol. Darah B Homozigot (IBIB)

adalah 2,56%, persentase gol. Darah B Heterozigot (IBIO) adalah 26,56%,

persentase gol. Darah AB (IAIB) adalah 0,32% dan persentase gol. Darah O (IOIO)

adalah 68,89%.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari percobaan alel ganda adalah sebagai berikut:

1. Golongan darah dalam populasi kelompok yaitu golongan darah A ada 1

orang, golongan darah B ada 1 orang, golongan darah AB 1 orang dan

golongan darah O ada 9 orang.

2. Golongan darah dalam populasi kelompok 3 memiliki frekuensi IA adalah

0,01, alel IB adalah 0,16 dan frekuensi alel Io adalah 0,83.

3. Persentase golongan darah populasi kelompok 3 yaitu gol. Darah A

Homozigot (IAIA) adalah 0,01%, persentase gol. Darah A Heterozigot (IAIO)

adalah 1,66%, persentase gol. Darah B Homozigot (IBIB) adalah 2,56%,

persentase gol. Darah B Heterozigot (IBIO) adalah 26,56% , persentase gol.

Darah AB (IAIB) adalah 0,32% dan persentase gol. Darah O (IOIO) adalah

68,89%.
V.2 Saran

V.2 Saran untuk Laboratorium

Praktikum dilaksanakan secara daring sehingga saya tidak mengetahui

bagaimana kondisi laboratorium.

V.2 Saran Asisten

Penjelasan yang diberikan oleh asisten sudah sangat baik namun ketika

asisten melemparkan pertanyaan banyak praktikan yang ingin menjawab tapi tak

dihiraukan begitupun ketika praktikan ingin bertanya asisten sangat

membatasinya, hal ini berbeda dengan praktikum sebelumnya yang semua

praktikan diberikan kesempatan untuk memberikan pertanyaan sehingga

praktikum online terasa sangat seru.

V.2 Saran untuk Praktikum

Praktikum sudah berjalan sangat lancar dan sesuai dengan yang

diharapkan semoga kedepannya lebih baik lagi.


DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A, J. B. Reece, L. A. Urry, M. L. Cain, S. A. Wasserman, P. V.


Minorsky, dan R. B. Jackson., 2016. Biologi Edisi Keduabelas Jilid 1.
Erlangga: Jakarta.

Chantel, D. S., 2019. Genetic Population Structure Analysis in New Hamshire


Reveals Eastern European Ancestry. Genetic Strusture in NH. 4(9):1-7.

Darmawati, Suryawati, E., dan Suhendri, E., 2015. Frekuensi dan Penyebaran Alel
Golongan Darah ABO Siswa SMUN 1 Suku Bangsa Melayu di Kecamatan
Rupat. Jurnal Biogenesis. 1(2):66-69.

Eid, H.A., 2011. Effect of Rhesus Factor (Rh) and Blood Group Type on Gingival
Health Status. Egyptian Dental Journal. 57(4):1-6.

Khoiriyah, Y.N., 2014. Karakter Genetik Populasi Bedeng 61B Desa Wonokarto
Kabupaten Lampung Pasca Progra Kolonisasi Pemerintah Belanda. Jurnal
Ilmiah Biologi. 2(2):132-137.

Suryo, 2013, Genetika Strata 1. Universitas Gadja Mada: Yogyakarta.


Shofiansah, T., 2013. Sistem Informasi Donor Darah di Unit Palang Merah
Indonesia Kota Bandung Berbasis Web. Universitas Koputer Indonesia:
Bandung. 2(1):32-37.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai