Abstract
Inheritance that occur in humans because parents equip their children
with the information encoded in genes. Genes are the units of instruction to
generate or influence a particular hereditary trait. Albino is a disease in
which the body's decline can not form melanin. Melanin is a dye or pigment
of the body, the patient has a disorder that is losing pigment coloring hair
color, skin color, and eye color. This disorder is a gene from parent to
offspring her genes. Derivatives are not always mean that the mother
contracted the disorder, but it may be that one parent is a carrier of the
albino gene affected parent before the albinism disorder. Then the children
affected by the disorder would lose the dye on his body, or be like the
Caucasians. Inheritance that occur in humans because parents equip their
children with the information encoded in genes. Genes are the units of
instruction to generate or influence a particular hereditary trait.
Keyword: genes, albino, an autosomal recessive trait.
Pendahuluan
Salah satu fakta yang jelas terjadi pada manusia adalah terjadinya
penurunan sifat dari satu generasi ke generasi berikutnya dan begitu
seterusnya. Misalnya saja seorang ayah yang menurunkan karakter rambut
keriting kepada anaknya, atau seorang ibu yang mewariskan mata birunya
kepada anaknya. Pewarisan sifat yang terjadi pada manusia dikarenakan
orangtua melengkapi anaknya dengan informasi yang terkode dalam gen. 1
Akan tetapi perlu disadari bahwa dalam pewarisan sifat, akan muncul variasivariasi tertentu yang menciptakan keanekaragaman. Tokoh yang berjasa
dalam mengembangkan teori pewarisan sifat adalah Gregor Mendel, lewat
dua hukum yang telah disusunnya (Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II).
Pewarisan sifat yang terkait dengan warna rambut, bentuk hidung, dsb,
tidaklah berbahaya. Pewarisan sifat yang berbahaya dan dapat menjadi
masalah serius ketika gen-gen yang diwariskan menyebabkan kelainan
tertentu yang menimbulkan cacat bahkan kematian. Albino merupakan salah
satu kelainan pewarisan sifat atau kelainan gen. Albino membuat seseorang
memiliki kelainan pewarnaan pada tubuh. Karena sifatnya yang autosomal
resesif, maka dapat terjadi pada semua lapisan generasi dengan prosetase
berkisar antara 25%.Melalui makalah ini, diharapkan mahasiswa Fakultas
Kedokteran Ukrida dapat memahami segala hal yang berhubungan dengan
gen serta pewarisan sifat, dengan tetap terkait dengan hukum Mendel.
Selain itu, diharapkan mahasiswa dapat mengerti serta memahami kelainankelainan dalam pewarisan sifat yang salah satunya dapat menyebabkan
kehilangan zat pewarnaan tubuh atau melanin (albinisme/albino).
Mutasi Gen
Kromosom tersusun dari DNA dan protein. DNA sendiri merupakan
molekul panjang yang menyimpan informasi genetik. Total informasi genetik
yang disimpan dalam DNA suatu sel disebut dengan genom. Genom DNA
tersusun atas gen-gen. Dalam tiap gen tiulah terdapat informasi mengenai
suatu karakter. Pengertian gen sendiri adalah unit instruksi untuk
menghasikan atau mempengaruhi suatu sifat herediter tertentu. 2 Pewarisan
sifat yang terjadi pada manusia dikarenakan orangtua melengkapi anaknya
dengan informasi yang terkode dalam gen. 1 Gen terletak pada suatu ruang
yang secara fisik ada pada kromosom, yang disebut dengan lokus. 3 Lokus
pada kromosom dianalogikan seperti manik-manik yang berjejer lurus pada
seuntai benang.
Simbol gen yang menunjukkan karakter resesif biasanya ditulis dengan
huruf kecil. Sementara itu, simbol gen yang menunjukkan karakter dominan
ditulis dengan huruf besar. Sebagai contohnya, karakter dwarf (cebol) yang
resesif disimbolkan dengan huruf d, sedangkan yang normal dominan
disimbolkan dengan huruf D. 2 Konsep mengenai gen sendiri selalu
berikatan dengan alel. Alel disebut juga sebagai versi alternatif gen yang
menjelaskan adanya variasi pada pewarisan suatu sifat. Misalnya, gen A
berperan dalam menimbulkan karakter pigmentasi kulit secara normal.
Karena suatu hal, gen A mengalami mutasi sehingga tidak mampu
menimbulkan pigmentasi (gen A termutasi menjadi a).2
Apabila dua gen (A dan a) berada pada lokus yang sama dari suatu
kromosom dan kromosom homolognya, maka letak pasangan alel tersebut
dikatakan bersesuaian. Gen sealel tersebut harus diberi simbol dengan huruf
yang sama tetapi dibedakan (satu huruf besar, satu huruf kecil). Bila
pengaruh kedua alel untuk menimbulkan suatu karakter sama dominannya,
maka ditulis dengan huruf yang sama besar (misal: AA) dan disebut dengan
alel identik yang berada dalam keadaan homozigot. Sebaliknya, bila resesif,
maka ditulis dengan huruf yang sama kecil (misal: aa). Kemungkinan lain
adalah munculnya heterozigot (misal: Aa).2
Salah satu cara untuk memprediksi kemungkinan pewarisan suatu gen
dapat dilakukan dengan melihat diagram silsilah yang memperlihatkan
hubungan genetik antargenerasi. Dengan diagram silsilah, kita dapat
mengindentifikasi apakah gen tersebut dibawa dalam kromosom seks
(genosom: X atau Y) atau kromosom non-seks (autosom). Dengan diagram
ini juga dapat dilihat apakah gen tersebut bersifat dominan atau resesif dan
apakah seseorang dapat menjadi pembawa gen (karier) resesif yang dapat
diwariskan ke generasi berikutnya.2
Hukum Mendel
Dalam sejarah perkembangan ilmu genetika, Gregor Mendel dikenal
sebagai orang pertama yang memperkenalkan sistem sederhana untuk
menganalisis sifat genetik suatu jasad hidup. 5 Gregor Mendel sendiri lahir di
Australia tahun 1822, dan kemudian menjadi seorang biarawan. Mendel
diberi sebuah kebun kecil dimana dia mengadakan percobaan kacang ercis
(Pisum sativum).6 Melalui eksperimen tersebut, Mendel kemudian
mengajukan konsep mengenai segregasi (hukum segregasi) yang juga
dikenal dengan hukum Mendel I (the law of segregation) dan Hukum Mendel
II (hukum pengelompokan bebas Mendel).
a. Hukum Mendel I (Hukum Segregasi)
Hukum segregasi Mendel menyatakan bahwa anggota pasangan alel akan
bersegregasi (terpisah) selama proses pembentukan gamet dan akan
menyatu lagi secara acak (distribusi acak) pada saat fertilisasi, sehingga
sebagian gamet akan berisi gen ibu asli lainnya berisi gen ayah asli. 3,6
Hukum Mendel I ini sebenarnya merupakan refleksi dari perilaku kromosom
saat pembelahan meiosis pada tahap anafase I. 3 Hubungan antara hukum
tersebut dan perilaku kromosom tersebut baru dapat dipahami 35 tahun
setelah Mendel mempresentasikan hasil-hasil yang diperolehnya.6
Hukum Mendel I ini dibuktikan dengan percobaan persilangan monohibrid
(persilangan dengan satu tanda beda). Melalui percobaan ini, dihasilkan
beberapa kesimpulan, kesimpulan yang pertama: galur murni akan
menampilkan sifat-sifat dominan (alel AA) maupun sifat resesif (alel aa). Bila
disilangkan, F1 akan mempunyai kedua macam alel (Aa) tetapi
menampakkan sifat dominan (apabila dominan lengkap). Kesimpulan yang
kedua mengatakan bahwa individu heterozigot (F1) menghasilkan gametgamet setengahnya mempunyai alel dominan A dan setengahnya lagi
mempunyai alel resesif a.7
Kesimpulan yang terakhir dari percobaan ini bahwa: dengan rekombinasi
antara gamet-gamet secara rambang, populasi F2 menampilkan sifat-sifat
dominan dan resesif dengan perbandingan (nisbah) fenotip 3 dominan (AA
atau Aa): 1 resesif (aa). Sementara perbenadingan genotip yaitu 1 dominan
lengkap (AA): 2 hibrida (Aa): 1 resesif lengkap (aa).7
kematiannya,
sehingga
ia
tidak
pernah
membayangkan
bahwa
8
pengamatannya akhirnya terbukti memiliki peran yang sangat besar.
Gangguan pewarisan ini dapat dijelaskan dengan pola pewarisan
menurut Mendel (misal, autosomal dominan, autosomal resesif, terkait seks,
atau terbatas seks). Dalam pembahasan kali ini akan lebih menitik beratkan
pada pewarisan kelainan autosomal dominan dan resesif. Pada pewarisan
autosomal dominan, mutasi satu gen dari satu pasang alel menghasilkan
gambaran fenotip atau ciri yang berbeda. Sementara itu, pada pewarisan
autosomal resesif, suatu gen yang terkena dari satu pasang alel tidak cukup
untuk menimbulkan gambaran fenotip ciri tertentu (yakni berbeda dari
normal), namun pada heterozigot ciri-ciri ini dapat muncul. 9 Lebih lanjut
materi terkait penurunan autosom dominan dan resesif akan dibahas
dibawah ini.
DD
(Homozigo penderita)
dd
Dd
F1:
Dd=penderita (100%)
normal (50%)
(Heterozigot)
(Heterozigot)
P:
F1:
dd
(Normal)
Dd = penderita (50%); dd =
(Heterozigot)
Albino
Albinisme (dari Bahasa
Latin albus,
"putih";
atau
dalam Bahasa
Indonesia: Bulai),
merupakan
salah
satu
bentuk kelainan bawaan hipopigmentasi
yang
dikarakterisasikan
oleh
kurangnya
ataupun
tidak
adanya
pigmen melanin pada mata, kulit,
dan rambut. Albinisme diakibatkan oleh pewarisan alelgen resesif. Kelainan
ini dapat ditemukan pada semua hewan vertebrata, termasuk pula manusia.
Gen albino menyebabkan tubuh tidak dapat membuat pigmen melanin.
Sebagian besar bentuk albino adalah hasil dari kelainan biologi dari gen-gen
resesif yang diturunkan dari orang tua, walaupun dalam kasus-kasus yang
jarang dapat diturunkan dari ayah/ibu saja. Ada mutasi genetik lain yang
dikaitkan dengan albino, tetapi semuanya menuju pada perubahan dari
produksi melanin dalam tubuh. Albino dikategorikan dengan tirosinase positif
atau negatif. Dalam kasus dari albino tirosinase positif, enzim tirosinase ada,
namun melanosit (sel pigmen) tidak mampu untuk memproduksi melanin
karena alasan tertentu yang secara tidak langsung melibatkan enzim
tirosinase. Dalam kasus tirosinase negatif, enzim tirosinase tidak diproduksi
atau versi nonfungsional diproduksi.
Seseorang dapat menjadi karier dari gen albino tanpa
menunjukkan fenotif tertentu, sehingga seorang anak albino dapat muncul
dari orang tua yang tidak albino. Albino tidak terpengaruh gender, kecuali
ocular albino (terkait dengan kromosom X), sehingga pria lebih sering
terkena ocular albino. Karena penderita albino tidak mempunyai pigmen
melanin (berfungsi melindungi kulit dari radiasi ultraviolet yang datang dari
matahari), mereka menderita karena sengatan sinar matahari, yang bukan
merupakan masalah bagi orang biasa. Pada beberapa kasus, manusia yg
mengalami albinisme juga memiliki keterbatasan fisik sebagai berikut:
1. Sensitif terhadap sumber cahaya yang kuat, seperti lampu sorot, sinar
matahari.
2. Memiliki keterbatasan pada jarak penglihatan.
3. Kulit sangat sensitif terhadap sinar matahari, dan dapat menimbulkan
luka mirip dengan luka bakar atau tersiram air panas.
Pada pbl kali ini kasus yang akan dibahas yaitu: seorang murid yang
mencatat ciri-ciri keluarga teman sebaya, dan mendapatkan bahwa
temannya memiliki ciri-ciri yang lain, dimana kulit dan rambutnya abnormal,
yaitu berwarna putij susu atau putih pucat (pigmen tubuh atau melanin yang
hilang pada kulit, mata, dan rambut). Kelainan yang menyebabkan tidak
adanya pigmen melanin untuk pewarnaan tubuh seperti pada kasus diatas
disebut dengan albino. Bedasarkan pada materi yang telah dibahas diatas,
albino merupakan kelainan pewarisan sifat (kelainan gen) yang disebabkan
oleh gen resesif pada autosom (autosomal resesif).
Penurunan autosom dominan memiliki beberapa kriteria. Mari kita
melihat satu persatu kriteria yang ada untuk membuktikan bahwa albino
yang diderita si murid merupakan kelainan yang diturunkan dari generasi
sebelumnya (dalam hal ini ayah homozigot resesif). Kriteria yang pertama
mengatakan bahwa seperempat dari keluarga menderita albino. Kriteria
berikutnya dapat dibuktikan melalui persilangan berikut ini: Jika gen resesif
albino dilambangkan p maka individu dengan gen homozigot resesif (pp)
akan menderita albino. Sementara itu, individu dengan gen atau heterozigot
(Pp) maupun homozigot dominan (PP) atau akan bersifat normal.
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Benson RC, Pernoll ML. Buku saku obstetri & ginekologi. Edisi 9. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.64-5.
10. Firmansyah R, Hendrawan AM, Riandi MU. Mudah dan aktif belajar biologi.
Bandung: PT Setia Purna Inves; 2007. h.108.