Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Luka didefinisikan sebagai gangguan pada kontinuitas lapisan epitel pada kulit atau
mukosa akibat kerusakan fisik atau termal (Dhivya, Vijaya, & Santhini, 2015; Health
Service Executive (HSE), 2009; Schultz et al., 2003). Luka dikategorikan akut dan kronis
berdasarkan durasi dan proses penyembuhannya (Robson, Steed, & Michael G, 2001).
Proporsi luka cedera di Indonesia didominasi luka lecet/memar (70.9%), luka robek
(23.2%) (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI,
2013). Prevalensi luka di Australia diantaranya luka akut-bedah/crush/trauma (54%), foot
ulcer (13%), pressure ulcer (10%), skin tears (9%) dan lainnya (14%) termasuk
keganasan, iradiasi dan drain tubes (Walker et al., 2013), di barcelona city (0.28%)
dimana prevalensi tertinggi didominasi venous ulcer (Lanau Roig, Fabrellas, Saez Rubio,
& Kate, 2013).
Wound healing terdiri dari fase inflamasi, proliferasi dan maturasi/remodelling
matriks ekstraselular (Extra Celuller Matriks) (Behm, Babilas, Landthaler, & Schreml,
2012; Flanagan, 2000; Orsted, Keast, Lalande, & Francoise, 2004; Qing, 2017; Takeo,
Lee, & Ito, 2015). Trombosit, neutrofil, monosit/makrofag, jaringan granulasi, fibroblas,
kolagen (Robson et al., 2001), diikuti oleh mediator yang larut seperti kemokin, sitokin
(termasuk growth factor) merupakan faktor penyembuhan luka (Baltzis, Eleftheriadou, &
Veves, 2014; Behm et al., 2012; Kondo & Ishida, 2010; Qing, 2017).
Luka merupakan masalah kesehatan yang cukup besar dewasa ini, Banyaknya
komplikasi yang mungkin muncul pada pasien dengan luka dapat menyebabkan
mortalitas dan morbiditas tinggi. Dalam upaya untuk mengurangi beban luka, telah
banyak upaya yang dilakukan untuk memahami fisiologi penyembuhan luka dan
perawatan luka.
Perawatan luka semakin berkembang seiring dengan perkembangan dunia
keperawatan. Penelitian tentang bahan dressing yang ideal sudah banyak bermunculan.
Terdapat banyak jenis perawatan luka yang tersedia baik untuk luka akut maupun luka
kronik. Kedalaman kerusakan pada bagian kulit baik dangkal maupun parsial dapat
mempengaruhi lama dan banyaknya penggunaan bahan wound dressing sehingga
Penyembuhan luka membutuhkan lingkungan yang sesuai dan kemampuan skill dalam
pemilihan dressing topikall untuk meningkatkan proses penyembuhan yang sesuai untuk

1
setiap jenis luka dan tahap penyembuhan yang tepat dan inovatif (Held, Medved,
Petersen, & Tolzmann, 2017).
Disamping itu terdapat juga metode refleksi/totok wajah yang dapat digunakan untuk
mengurangi kecemasan dan meningkatkan kenyamanan pada pasien-pasien ini selama
perawatan. Totok wajah jauh lebih efektif penggunaan dan manfaatnya, karena dengan
metode totok seseorang yang merawat mempunyai kontak langsung dengan yang dirawat
yaitu melalui jari-jari si perawat, sehingga manfaat terapi bisa dirasakan secara langsung
dan dalam waktu yang lama.
Setiap metode memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, sehingga
sangatlah penting bagi seorang perawat untuk mempelajari tentang perawatan-perawatan
tersebut.

B. Tujuan Penulisan
1. Mampu dan dapat memahami konsep luka tusuk yang meliputi pengertian,
manifestasi klinisi, penatalaksanaan dan karakteristik luka tusuk.
2. Mampu memahami konsep teori perawatan luka
3. Mampu memahami konsep teori perawatan totok wajah

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa Keperawatan
a. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu
pengetahuan dan konsep perawatan luka dan totok wajah, khususnya untuk
memfasilitasi masyarakat dalam memecahkan bebagai masalah kesehatan
b. Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa dan teman sejawat dalam upaya
pengembangan asuhan keperawatan
c. Dapat mengaplikasikan konsep teori secara nyata kepada masyarakat
2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
a. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan model praktek
perawatan luka selanjutnya
b. Sebagai masukan untuk membina hubungan yang baik antara institusi
pendidikan keperawatan
3. Bagi Instansi Layanan Kesehatan
a. Upaya menyiapkan tenaga perawat yang profesional, berpotensi secara
mandiri sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan

2
b. Sebagai masukan untuk membina hubungan yang baik antar instansi pelayanan
kesehatan sebagai penerima pelayanan kesehatan
4. Bagi Masyarakat
a. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam melaksakan fungsi kesehatan
anggota keluarga
b. Pengembangan kemandirian masyarakat dalam mengatsi berbagai masalah
kesehatan yang ditandai dengan terciptanya sikap untuk berhati-hati serta
memamfaatkan sarana kesehatan yang tersedia

3
BAB II
TEORI KASUS

A. Definisi Luka Tusuk


Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera atau
pembedahan (Agustina, 2009). Berdasarkan sifat kejadian, luka dibagi menjadi dua yaitu
luka disengaja dan luka tidak disengaja. Luka disengaja misalnya luka terkena radiasi
atau bedah, sedangkan luka tidak disengaja contohnya adalah luka terkena trauma. Luka
yang tidak disengaja (trauma) juga dapat dibagi menjadi luka tertutup dan luka terbuka.
Disebut luka tertutup jika tidak ada robekan, sedangkan luka terbuka jika terjadi robekan
dan keliatan seperti luka abrasio (luka akibat gesekan), luka puncture (luka akibat
tusukan), dan hautration (luka akibat alat perawatan luka) (Hidayat, 2006).
Luka tusuk merupakan trauma yang diakibatkan benda tajam (trauma tajam). Luka
tusuk ini terjadi akibat tusukan benda tajam dengan arah kurang lebih tagak lurus
terhadap kulit. Lebar luka yang ditimbulkan pada kulit jarang sekali memberikan
gambaran dari kedalaman luka tusuk. Luka tusuk diakibatkan oleh suatu gerakan aktif
maju yang cepat atau suatu dorongan pada tubuh dengan sebuah alat yang ujungnya
tajam.
Luka tusuk merupakan bagian dari trauma tajam yang mana luka tusuk masuk ke
dalam jaringan tubuh dengan luka sayatan pada kulit, misalnya luka tusuk pisau, paku.
Biasanya pada luka tusuk, darah tidak keluar (keluar sedikit) kecuali benda penusuknya
dicabut. Luka tusuk sangat berbahaya bila mengenai organ vital seperti paru, jantung,
ginjal maupu abdomen.

B. Etiologi
Luka tusuk dapat disebabkan oleh:
1. Benda tajam dengan arah lurus pada kulit
2. Suatu gerakan aktif maju yang cepat atau dorongan pada tubuh dengan suatu alat
yang ujungnya panjang
Berat ringannya luka tusuk tergantung dari dua faktor yaitu:
a. Lokasi anatomi injury
b. Kekuatan tusukan, perlu dipertimbangkan panjangnya benda yang digunakan untuk
menusuk dan arah tusukan

4
C. Jenis Luka
Berdasarkan lama waktu penyembuhannya, luka dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Luka Akut
Luka akut adalah luka trauma yang biasanya segera mendapat penanganan dan
biasanya dapat sembuh dengan baik bila tidak terjadi komplikasi. Kriteria luka akut
adalah luka baru, mendadak dan penyembuhannya sesuai dengan waktu yang
diperkirakan. Contohnya adalah luka sayat, luka bakar, luka tusuk.
2. Luka Kronik
Luka akut adalah luka yang berlangsung lama atau sering timbul kembali (rekuren)
atau terjadi gangguan pada proses penyembuhan yang biasanya disebabkan oleh
masalah multi faktor dari penderita. Pada luka kronik luka gagal sembuh pada waktu
yang diperkirakan, tidak berespon baik terhadap terapi dan punya tendensi untuk
timbul kembali. Contohnya adalah ulkus tungkai, ulkus vena, ulkus arteri (iskemi),
penyakit vaskular perifer ulkus dekubitus, neuropati perifer ulkus dekubitus (Briant,
2007).

D. Karakteristik Luka Tusuk


1. Kedalaman luka
Pemakaian istilah “luka penetrasi” ditunjukkan untuk menjelaskan dimana
dalaman luka yang diakibatkan oleh benda itu melebihi lebar luka yang tampak pada
permukaan kulit. Dalamnya luka sulit ditentukan pada daerah tanpa tulang seperti di
daerah abdomen oleh karena elastisitas dinding perut tersebut. Panjang saluran luka
atau kedalaman luka dapat mengindikasikan panjang minimun dari senjata yang
digunakan. Umumnya dalam luka lebih pendek dari panjang senjata, karena jarang
ditusukan sampai kepangkal senjata.
2. Lebar luka
Kebanyakan luka tusuk akan menganga bukan karena sifat benda yang masuk
tetapi sebagai akibat elastisitas dari kulit. Pada bagian tertentu pada tubuh, dimana
terdapat dasar berupa tulang atau serat otot, luka itu mungkin nampak berbentuk
seperti kurva. Lebar luka penting diukur dengan cara merapatkan kedua tepi luka
sebab itu akan mewakili lebar alat. Lebar luka di permukaan kulit tampak lebih kecil
dari lebar alat, apalagi bila luka melintang terhadap otot. Bila luka masuk dan keluar
melalui alur yang sama maka lebar luka sama dengan lebar alat. Tetapi sering yang
terjadi lebar luka melebihi lebar alat kerena tarikan ke samping waktu menusuk dan

5
waktu menarik. Demikian juga bila alat/pisau yang masuk kejaringan dengan posisi
yang miring.
3. Bentuk luka
Bentuk luka merupakan gambaran yang penting dari luka tusuk karena karena
hal itu akan sangat membantu dalam membedakan berbagai jenis senjata yang
mungkin telah dikumpulkan oleh polisi dan dibawa untuk diperiksa. Pinggir luka
dapat menunjukan bagian yang tajam (sudut lancip) dan tumpul (sudut tumpul) dari
pisau berpinggir tajam satu sisi. Pisau dengan kedua sisi tajam akan menghasilkan
luka dengan dua pinggir tajam

Gambar 2.1. Pisau bermata satu yang ditusukan dengan kedalaman yang berbeda-beda)

Perlu diingat bahwa benda lain yang dapat menembus tubuh, seperti pahat,
obeng atau gunting, akan menyebabkan perbedaan bentuk luka yang kadang-kadang
berbentuk segi empat atau, yang lebih jarang, berbentuk satelit.

Gambar 2.2. Menunjukan gambaran tusukan berbagai jenis obeng

6
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk, salah satunya
adalah reaksi korban saat ditusuk atau saat pisau keluar, hal tersebut dapat
menyebabkan lukanya menjadi tidak begitu khas. Atau manipulasi yang dilakukan
pada saat penusukan juga akan mempengaruhi. Beberapa pola luka yang dapat
ditemukan:
a. Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian, dan kemudian ditusukkan
kembali melalui saluran yang berbeda. Pada keadaan tersebut luka tidak sesuai
dengan gambaran biasanya dan lebih dari satu saluran dapat ditemui pada
jaringan yang lebih dalam maupun pada organ.
b. Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarahkan ke salah satu sudut,
sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan luka pada permukaan
kulit seperti ekor.
c. Tusukan masuk kemuadian saat masih di dalam ditusukkan ke arah lain,
sehingga saluran luka menjadi lebih luas. Luka luar yang terlihat juga lebih luas
dibandingkan dengan lebar senjata yang digunakan.
d. Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan mengggunakan titik
terdalam sebagai landasan, sehingga saluran luka sempit pada titik terdalam dan
terlebar pada bagian superfisial. Sehingga luka luar lebih besar dibandingkan
lebar senjata yang digunakan.
e. Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka berbentuk
ireguler dan besar.

E. Patofisiologi
Luka tusuk terjadi akibat penusukan benda tajam, sehingga menyebabkan kontinuitas
jaringan terputus. Pada umumnya, respon tubuh terhadap trauma akan terjadi proses
peradangan atau inflamasi. Dalam hal ini ada peluang besar terjadinya infeksi
hebat.proses yang terjadi secara alamiah bila terjadi luka dibagi menjadi 3 fase:
1. Fase inflamasi berlangsung sampai 5 hari. Akibat luka terjadi perdarahan, ikut keluar
sel-sel trombosit radang. Terjadi vasokontriksi dan proses penghentian perdarahan.
Sel radang keluar dari pembuluh darah dan menuju daerah luka secara hemotaksis.
Dengan demikian timbul tanda-tanda radang lalu leukosit, limfosit dan monosit
menghancurkan dan menahan kotoran serta kuman.
2. Fase proliferasi berlangssung sampai 3 minggu. Serat-serat baru dibentuk, diatur,
mengkerut,yang tidak perlu dihancurkan dengan demikian luka mengkerut/mengecil.

7
Pada fase ini luka diisi oleh sel radang, fibroblas, sera-serat kolagen, kapiler-kapiler
baru yang membentuk jaringan kemerahan dengan permukaan tidak rata, disebut
jaringan granulasi.
3. Fase remodeling berlangsung hingga bertahun-tahun. Dikatakan berakhir bila tanda-
tanda radang sudah menghilang. Parut dan sekitarnya berwarna pucat, tipis, lemas,
tidak ada rasa sakit maupun gatal.

F. Pemeriksaan Luka Tusuk


Pada pemeriksaan luka ada dua tipe luka oleh karena instrumen yang tajam yang
perlu diperhatikan dengan baik dan memiliki ciri yang dapat dikenali dari aksi korban
yaitu tanda percobaan dan luka perlawanan. Keduanaya mempunyai bentuk, letak dan
medikolegal. ”tanda percobaan” adalah insisi dangkal, luka tusuk dibuat sebelum luka
yang fatal oleh individu yang berencana bunuh diri. Luka percobaan tersebut seringkali
terletak paralel dan terletak dekat dengan luka dalam di daerah pergelangan tangan atau
leher. Bentuk lainnya antara lain luka tusuk dangkal didekat luka tusuk dalam dan
mematikan. Meskipun jarang sekali dilaporkan.
Bentuk lain dari luka oleh karena instrumen yang tajam adalah ”luka perlawanan”.
Luka jenis ini dapat ditemukan di jari-jari, tangan, dan lengan bawah (jarang ditempat
lain) dari korban sebagaimana ia berusaha melindungi dirinya dari ayunan senjata,
contohnya dengan menggenggam bilah dari instrumen tajam.
Dalam pemeriksaan, interpretasi luka harus berdasarkan penemuan dan tidak boleh
dipengaruhi oleh keterangan pasien atau keluarga. Pemeriksaan ditujukan untuk
menentukan:
1. Jumlah luka
2. Lokasi luka
3. Arah luka
4. Ukuran luka (panjang, lebar dan dalam)
5. Memperkirakan luka sebagai penyebab kematian korban atau bukan.
6. Memperkirakan cara terjadinya luka apakah kasus pembunuhan, bunuh diri, atau
kecelakaan.
Lokasi luka dijelaskan dengan menghubungkan daerah – daerah yang berdekatan
dengan garis anatomi tubuh dan posisi jaringan tertentu, misalnya garis tengah tubuh,
ketiak, puting susu, pusat, persendian dan lain-lain.

8
Bentuk luka sebaiknya dibuat dalam bentuk sketsa atau difoto untuk menggambarkan
kerusakan permukaan kulit, jaringan dibawahnya, dan bila perlu organ dalam (viseral).
Diukur secara tepat (dalam ukuran millimeter atau centimeter) tidak boleh dalam ukuran
kira-kira saja.

G. Manifestasi Klinis
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
6. Kerusakan integritas kulit
7. Syok dan perdarahan
8. Kerusakan pertukaran gas
9. Risiko tinggi terhadap infeksi
10. Nyeri akut

H. Komplikasi
1. Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma. Gejala dari infeksi sering
muncul dalam 2-7 hari setelah pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk
adanya purulen, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan, bengkak disekeliling luka,
peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.
2. Hemoragi
Akibat luka tusuk akan terjadi perdarahan dimana rusakny dan terputusnya
bagian-bagian dari pembuluh darah sehingga mengakibatkan perdarahan dan jika
tidak segera ditangani dapat merngakibatkan keparahan bahkan kematian.
3. Cedera.
Luka tusuk akan mengakibatkan cedera baik itu ringan maupun parah karena
tusukan tersebut akan mengakibatkan kerusakan atau cedera pada jaringan maupun
organ.
Harus diingat bahwa posisi tubuh korban saat ditusuk berbeda dengan pada saat
autopsi. Posisi membungkuk, berputar, dan mengangkat tangan dapat disebabkan
oleh senjata yang lebih pendek dibandingkan apa yang didapatkan pada saat autopsi.

9
Manipulasi tubuh untuk memperlihatkan posisi saat ditusuk sulit atau bahkan tidak
mungkin mengingat berat dan adanya kaku mayat. Poin lain yang perlu
dipertimbangkan adalah adanya kompresi dari beberapa anggota tubuh pada saat
penusukan. Pemeriksa yang sudah berpengalaman biasanya ragu-ragu untuk
menentukan jenis senjata yang digunakan.
4. Penyebab kematian
Penyebab kematian dapat terjadi segera atau langsung, tetapi perlukaan dapat
juga menyebabkan kematian secara tidak langsung. Penyebab kematian langsung
dapat berupa:
a. Perdarahan luas (syok hipovolemik) dan banyak dapat terjadi di dalam rongga
tubuh atau di luar rongga tubuh. Volume darah ada kira-kira 7-10% atau 1/13
berat badan. Kehilangan 1/3 bagian dari volume darah tubuh secara tiba- tiba
dapat menyebabkan kematian. Kehilangan darah yang demikian ini
mengakibatkan syok dan meninggal bila tidak dilakukan penanganan yang tepat
dan cepat, sedangkan kehilangan darah secara perlahan-lahan tidak begitu
membahayakan oleh karena tubuh dapat mengkompensasinya. Perdarahan di
dalam rongga tubuh dapat kita jumpai pada luka tusuk yang mengenai organ-
organ dalam seperti jantung, paru-paru, hati dan limpa. Jika dijumpai lebih dari
satu luka, maka harus ditentukan yang mana yang menyebabkan kematian
korban.
b. Luka pada organ vital. Bila yang terluka adalah organ vital, seperti jantung,
paru, limpa, hati, ginkal, pembuluh darah besar akan menyebabkan kematian
lebih cepat. Perdarahan pada kantung pericardium sebanyak 300-400 cc telah
dapat menyebabkan kematian karena terjadi tamponade jantung. Demikian juga
darah sejumlah 200-300 cc yang menyumbat saluran pernafasan dapat
menyebabkan kematian karena asfiksia.
Kematian yang timbul dalam jangka waktu yang lama, yang bukan primer oleh
karena lukanya, disebut penyebab kematian secara tidak langsung. Yang termasuk
hal-hal ini adalah:
a. Inflamasi dari organ-organ dalam tubuh, seperti meningitis, encephalotos,
pleuritis dan peritonitis.
b. Infeksi sepsis dari luka yang dapat mengakibatkan septicemia dari luka lama
yang tidak sembuh dan luka ini bisa primer ataupun sekunder.

10
c. Gangren atau nekrosis sebagai akibat kerusakan jaringan-jaringan dan pembuluh
darah.
d. Trombosis pada pembuluh darah vena dan emboli yang terjadi akibat
immobilisasi.

I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan pada luka
a. Hemostasis: Mengontrol pendarahan akibat laserasi dengan cara menekan luka
dengan menggunakan balutan steril. Setelah pendarahan reda, tempelkan
sepotong perban perekat atau kasa diatas luka laserasi sehingga memungkinkan
tepi luka menutup dan bekuan darah terbebtuk.
b. Pembersihan luka.
c. Faktor pertumbuhan (penggunaan obat).
d. Perlindungan: Memberikan balutan steril atau bersih dan memobilisasi bagian
tubuh.
e. Berikan profilaksis tetanus sesuai ketentuan, berdasarkan kondisi luka dan status
imunisasi pasien.
2. Penatalaksanaan pada pasien
a. Perhatikan kepatenan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi.
b. Melengkapi pengkajian survey primer dengan cara mengevaluasi tingkat
kesadaran pasien, ukuran, dan reaksi pupil.
c. Mengidentifikasi adanya luka lain yang mungki memerlukan perawatan.
d. Mengontrol pendarahan dengan cara penekanan langsung pada area luka,
elevasi.
e. Mengidentifikasi adanya syok hemoragik.
f. Mengkaji status imunisasi tetanus pada pasien.
g. Menilai kondisi hipotermia, terutama pada saat kulit kehilangan bagian yang
luas (Kartika, 2011).

J. Pencegahan
a. Tindakan antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan kulit. Untuk melakukan
pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptic,
misalnya alcohol, halogen, yodium, oksidansia, logam berat dan asam berat.

11
b. Pembersihan luka, tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan,
memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka, menghindari terjadinya
infeksi, membuang jaringan nekrosis.
c. Pembalutan luka, luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur
kurang dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat
dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh per sekundam atau per
tertiam.
d. Penutupan luka, adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka
sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal.
e. Pemberian antibiotic, prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan
pada luka terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.

K. Perawatan dan Penanganan Luka Tusuk


1. Bila tusukan mengenai organ vital, seperti; paru, jantung, pembuluh darah besar,
usus, ginjal:
a. Benda tajam jangan dicabut.
b. Beda antiseptik di sekitar luka lalu tutup dengan kasa, selanjutnya fiksasi dengan
plester supaya tidak bergerak/tetap pada posisinya.
c. Bawa ke UGD rumah sakit yang baik dan terdekat untuk perawatan/pengobatan
lebih lanjut.
d. Bawa dengan hati-hati dan tidak menambah beban penderitaan korban.
e. Pastikan denyut jantung korban baik. Pertahankan jangan sampai pingsan.
2. Bila tusukan benda tajam pada tungkai oleh paku atau benda tajam lainnya.
a. Paku/benda tajam bisa dicabut.
1) Usahakan darah dari luka dikeluarkan dengan cara memijat.
2) Bersihkan luka dengan air dan antiseptik.
b. Biarkan luka terbuka (tidak ditutup plester), tetapi hindari luka dari terkena
kotoran yang dapat menyebabkan infeksi.
Perhatikan:
1. Apakah: paku/benda penusuk (benda baru, benda lama, berkarat)
2. Kedalaman tusukan (dalam mm/cm).
3. Bila benda penusuk dicurigai kotor/berkarat, bawa ke UGD rumah sakit yang baik
dan terdekat untuk perawatan luka lebih lanjut.
Persiapan alat

12
1. Persiapan alat steril
a. Pinset anatomi
b. Pinset chirurge
c. Gunting
d. Bengkok
e. Kom kecil
f. Kassa
g. Kapas
h. Hand scoen
i. Spuit
j. NaCl
k. Mess
2. Baki/Poley berisi alat non steril
a. Gunting balutan
b. Plester
c. Verban
d. Obat desinfektan dalam tempatnya (bethadine)
e. Tempat sampah
f. Lidokain injeksi sebagai anasthesi
Prosedur Kerja
1. Jelaskan prosedur kepada klien dengan menggambarkan langkah-langkah perawatan
luka (menghilangkan ansietas klien dan meningkatkan pemahamannya mengenai
proses penyembuhan).
2. Susun semua peralatan yang diperlukan di meja dekat tempat tidur klien.
3. Tutup ruangan atau tirai di sekitar tempat tidur (memberi kenyamanan pada pasien
dan menjaga privasi serta mengurangi udara yang dapat mentransmisikan
mikroorganisme).
4. Bantu klien pada posisi nyaman, instruksikan pasien untuk tidak menyentuh area
luka atau peralatan steril (gerakan tiba-tiba dari klien selama dilakukannya perawatan
dapat menyebabkan kontaminasi luka atau peralatan).
5. Cuci tangan secara seksama (menghilangkan mikroorganisme yang tinggal di
permukaan kulit dan mengurangi transmisi pathogen pada jaringan yang terpajan).
6. Pasang perlak
7. Gunakan sarung tangan (sarung tangan mencegah transmisi mikroorganisme).

13
8. Bersihkan luka hingga benar-benar bersih, pembersihan luka dimulai dengan
memberikan anastesi local dengan menggunakan lidocain, injeksikan mengelilingi
sekitar luka tusukkan.
9. Setelah itu siramlah dengan larutan H²0², gosoklah dengan kuat sampai benar-benar
bersih tanpa tertinggalnya kotoran dalam luka. Setelah benar-benar bersih, bilas luka
dengan menggunakan larutan NaCl 0,9% tekan-tekan sekitar luka hingga kotoran-
kotoran yang tersisa keluar dari luka. Langkah terakhir adalah sterilkan luka dengan
cara menyiram dengan cairan iodine (betadhine) dan tutup luka dengan kasa steril.
10. Lepaskan sarung tangan dan buang pada tempat yangb telah disediakan.
11. Bantu klien kembali pada posisi yang nyaman.
12. Rapikan alat
13. Cuci tangan
14. Dokumentasikan: respon klien, observasi luka (dokumentasi yang akurat dan tepat
waktu dapat memberitahukan personel adanya perubahan pada kondisi luka dan
status klien).

14
BAB III
KONSEP TEORI

A. Definisi Perawatan Luka


Perawatan luka adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk merawat luka agar
dapat mencegah terjadinya trauma (injuri) pada kulit membran mukosa atau jaringan lain,
fraktur, luka operasi yang dapat merusak permukaan kulit. Serangkaian kegiatan itu
meliputi pembersihan luka, memasang balutan, mengganti balutan, pengisian (packing)
luka, memfiksasi balutan, tindakan pemberian rasa nyaman yang meliputi membersihkan
kulit dan daerah drainase, irigasi, pembuangan drainase, pemasangan perban (Briant,
2007).

B. Tujuan Perawatan Luka


1. Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka
2. Absorbsi drainase
3. Menekan dan imobilisasi luka
4. Mencegah luka dan jaringan epitel baru dari cedera mekanis
5. Mencegah luka dari kontaminasi bakteri
6. Meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing
7. Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien

C. Pengkajian Luka
Sebagai penanganan awal, dilakukan evaluasi terhadap luka dan perjalanan penyakit
untuk menentukan jenis luka dan penyebab serta memikirkan tatalaksana perawatan luka
yang tepat.
Beberapa hal berikut ini dapat dipahami untuk mendiagnosis luka:
1. Riwayat Luka
Onset Kapan luka tinbul? Apakah berulang? Bagaimana
cerita pasien mengenai penyebab luka?
Tatalaksana diagnosis kerja awal Sudah dilakukan dressings? Sudah menggunakan
anibiotik? Strategi pencegahan untuk mencegah
mekanisme injuri? Pemeriksaan penunjang? Sudah
konsultasi ke tempat lain sebelumnya?
Nyeri sebelumnya Riwayat nyeri sebelumnya dan vas nyeri pada luka?
Sudah melakukan intervensi untuk menghilangkan
nyeri? Bagaimana efek yang ditimbulkan setelah

15
itervensi?

2. Penegakan luka
Lokasi Berdasarkan anatomi
Ukuran/volume L x W x D(L x W untuk luka tanpa depth)
Selalu tuliskan dalam bentuk cm untuk aksis:
Panjang (cm)
Lebar (cm)
Kedalaman (cm)
Jika tidak dalam maka tuliskan tidak dalam
Jika luka disertai dengan jaringan nekrotik yang basah,
digolongkan pada intermediet
Note any turnrling or undermaining
Wound Bed Estimati mengenai warna (hitam, coklat, kuning, hijau,
merah, abu-abu)
Kulit yang mengelilingi Intak atau tidak intak, warna? Adakah perubahan suhu?
Palpasi: Supple (normal), lembut, atau keras? Apakah
memutih?
Nyeri yang sekarang Lokasi, skala, kualitas, onset, durasi, eksaserbasi
Batasan untuk penyembuhan Intrinsik
Kemampuan memahami dan mematuhi instruksi
Keadaan yang membatasi yang mungkin
mempengaruhi penyembuhan
Kemauan untuk aktif berpartisipasi dalam melaukan
perawatan

3. Pemeriksaan Dasar Vaskular untuk Luka pada Ekstremitas Bawah


Penampakan kulit Warna/perubahan warna
Edema
Distribusi rambut
Diagnosis Vaskular Suhu Kulit
Capillary refill test
Palpasi dari pulsasi a. Dorsalis pedis dan tibialis posterior
Rubor
Tes palor elevasi

Setelah menegakkan diagnosis luka serta penanganan awal pada pasien dengan luka.
Dengan melakukan pencatatan dan penegakan diagnosis yang baik, maka akan
memepermudah kita melakukan evaluasi dalam perawatan luka yang bertujuan untuk
mengetahui perkembangan dari perawatan luka yang dilakukakan serta kaitannya dengan
proses penyembuhan luka.

16
D. Dasar Perawatan Luka
Ada beberapa dasar perawatan pada sebagian besar luka, yaitu sebagai berikut:
1. Mengoptimalkan parameter sistemik
2. Debride nonviable tissue
3. Mengurangi kontaminasi mikroorganisme pada luka
4. Mengoptimalkan aliran darah
5. Kehangatan
6. Hidrasi
7. Bedah revaskularisasi
8. Mengurangi edema
9. Elevasi
10. Kompresi
11. Menggunakan dressings yang sesuai, dan selektif dalam menggunakan biologic
dressings, dengan memperhatikan cost-effectiveness dari semua perawatan,
termasuk:
a. Penyembuhan luka yang basah
b. Mengangkat eksudat
c. Menghindari trauma pada luka atau nyeri pada pasien dengan perubahan
dressing
12. Gunakan terapi farmakologi yang tepat
13. Menutup luka secara pembedahan dengan grafts atau indikasi untuk menutup.

E. Teknik Perawatan Luka


Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam melakukan perawatan luka.
Beberapa hal tersebut adalah Debridement.
Debridement yaitu tindakkan mempersiapkan penyembuhan luka dengan mengurangi
bioburden. Tanpa debridement yang baik, luka akan terus terpapar dengan stressor
sitotoksik dan akan bersaing dengan bakteri untuk mendapatkan oksigen serta nutrisi.
Oksigen dan nutrisi sangat penting dalam penyembuhan luka. Akan tetapi, masih banyak
yang menganggap remeh pentingnya debridement dan membiarkan luka sembuh dengan
dressing biologis atau eskar. Skar dimulai sebagai pseudoeskar atau slough, yang
merupakan matriks yang dibentuk dari eksudat. Jika dibiarkan kering, susunan gelatin
pada pseudoeskar akan mengering untuk membentuk skar yang sebenarnya, atau
keropeng (scab). Komponen protein pseudoeskar merupakan makanan bagi bakteri;

17
sehingga pseudoeskar sebaiknya dibuang begitu terkumpul. Lapisan ini sulit untuk
dilepaskan karena protein akan menjadi lengket dan biofilm yang dihasilkan oleh bakteri
juga tidak didegradasi oleh protease.
Debridement biasanya dianggap sebagai tindakan pembedahan, namun dapat juga
berupa enzimatik, mekanik, atau autolitik. Menurut Suriadi (2004) ada beberapa cara
debridemen diantaranya:
1. Debridemen mekanik, yaitu dengan kompres basah kering (wet to dry), hidroterapi,
dan irigasi luka. Metode debridemen mekanik ini diindikasikan untuk luka dengan
jumlah jaringan nekrotik yang banyak dan luka infeksi. Dengan demikian
pemantauaan untuk daerah yang terkena mudah untuk dilakukan.
2. Debridemen pembedahan (surgical), yaitu dengan bedah insisi. Metode ini
merupakan cara yang paling cepat untuk membuang jaringan nekrotik dalam jumlah
banyak. Dampak negatif dari debridemen ini adalah peningkatan resiko pasien
terhadap perdarahan, anestesi, dan sepsis. Fakta yang sering terjadi adalah banyak
infeksi yang terjadi setelah operasi terutama pada orang-orang yang memiliki status
kesehatan yang tidak optimal.
3. Debridemen autolisis, yaitu lisisnya jaringan nekrotik dengan sendirinya oleh enzim
badan sel darah putih, yang memasuki daerah luka selama proses inflamasi.
Debridemen autolisis hanya digunakan pada klien yang tidak terinfeksi dengan
jumlah jaringan nekrotik yang terbatas. Debridemen autolisis ini dapat dilakukan
dengan menggunakan balutan yang dapat mempertahankan kelembaban seperti
hidrokoloid, hidrogel, alginat.
4. Debridemen enzim, penggunaan agen enzimatik diberikan karena enzim akan
mencerna nekrotik secara selektif.
5. Debridemen biologi, biasanya dengan belatung yang berfungsi untuk membuang
jaringan mati.

F. Bahan-bahan pada Perawatan Luka


Perawatan luka menggunakan berbagai bahan perawatan antara lain balutan, larutan
pembersih, larutan antiseptik, balutan sekunder dan semprotan perekat.
1. Pembalut luka
Pembalutan luka bertujuan untuk mengabsorsi eksudat dan melindungi luka dari
kontaminasi eksogen. Penggunaan balutan juga harus disesuaikan dengan
karakteristik luka.

18
Jenis-jenis balutan antara lain:
a. Balutan kering
Luka-luka dengan kulit yang masih utuh atau tepi kulit yang dipertautkan
mempunyai permukaan yang kering sehingga balutan tidak akan melekat, maka
pada keadaan seperti ini paling sering digunakan kasa dengan jala-jala yang
lebar, kasa ini akan melindungi luka dan memungkinkan sirkulasi udara yang
baik melalui balutan. Dengan demikian uap lembab dari kulit dapat menguap
dan balutan tetap kering (Schrock, 1995).
b. Balutan basah kering
Balutan kasa terbuat dari tenunan dan serat non tenunan, rayon, poliester,
atau kombinasi dari serat lainnya. Kasa dari kapas digunakan sebagai pembalut
pertama dan kedua, kasa tersedia sebagai pembalut luka, spons, pembalut
melingkar dan kaus kaki. Berbagai produk tenunan ada yang kasar dan
berlubang, tergantung pada benangnya. Kasa berlubang yang baik sering
digunakan untuk membungkus, seperti balutan basah lembab normal salin. Kasa
katun kasar, seperti balutan basah lembab normal salin, digunakan untuk
debridemen non selektif (mengangkat debris atau jaringan yang mati).
c. Balutan modern
Kemajuan ilmu pengetahuan dalam perawatan luka telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Hal ini tidak terlepas dari dukungan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu tersebut
dapat dilihat dari banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan produk bahan
pembalut luka modern. Bahan pembalut luka modern adalah produk pembalut
hasil teknologi tinggi yang mampu mengontrol kelembapan disekitar luka.
Bahan balutan luka modern ini di disesuaikan dengan jenis luka dan eksudat
yang menyertainya.
2. Larutan pembersih
Proses pembersihan luka terdiri dari memilih cairan yang tepat untuk
membersihkan luka dan menggunakan cara-cara mekanik yang tepat untuk
memasukkan cairan tersebut tanpa menimbulkan cedera pada jaringan luka (AHPCR,
1994). Tujuan pembersih luka adalah untuk menegeluarkan debris organik maupun
anorganik sebelum menggunakan balutan untuk mempertahankan lingkungan yang
optimum pada tempat luka untuk proses penyembuhan. Adanya debris yang terus
menerus, termasuk benda asing, jaringan lunak yang mengalami devitalisasi, krusta,

19
dan jaringan nekrotik dapat memperlambat penyembuhan dan menjadi fokus infeksi.
Membersihkan luka dengan lembut tetapi mantap akan membuang kontaminan yang
mungkin akan menjadi sumber infeksi.
Menurut pedoman AHCPR 1994, cairan pembersih yang dianjurkan adalah
Sodium klorida. Normal salin aman digunakan pada kondisi apapun (Lilley&Aucker,
1999). Sodium klorida atau natrium klorida tersusun atas Na dan Cl yang sama
seperti plasma. Larutan ini tidak mempengaruhi sel darah merah (Henderson, 1992).
Sodium klorida tersedia dalam beberapa konsentrasi, yang paling sering adalah
sodium klorida 0,90 %. Ini adalah konsentrasi normal dari sodium klorida dan untuk
alasan ini Sodium Klorida disebut juga salin normal (Lilley& Aucker, 1999). Normal
salin merupakan larutan isotonis yang aman untuk tubuh, tidak iritan, melindungi
granulasi jaringan dari kondisi kering, menjaga kelembapan disekitar luka,
membantu luka menjalani proses penyembuhan serta mudah didapat dan harga relatif
lebih murah (Bryant, 2007).
3. Agen topikal
Agen topikal terdiri dari antiseptik dan antibakteri. Antiseptik adalah bahan-
kimia yang dioleskan pada kulit atau jaringan yang hidup untuk menghambat dan
membunuh mikroorganisme (baik yang bersifat sementara maupun yang tinggal
menetap pada luka) dengan demikian akan mengurangi jumlah total bakteri yang ada
pada luka.
Pada perawatan luka modern, pemakaian antiseptik yang diperkenalkan oleh
Lister, seperti povidone-iodine, hypoclorite, asam asetat tidak digunakan lagi pada
luka-luka terbuka dan luka bersih seperti luka bedah (akut) dan luka-luka kronik.
Pemakaian povidone iodine hanya digunakan pada luka-luka akut maupun kronik
yang dapat menunjukkan kesembuhan (healable wound), luka yang mengalami
infeksi. Povidone iodine juga digunakan untuk mensterilkan alat dan permukaan kulit
yang utuh yang akan dioperasi. Sehingga, untuk mencegah kerusakan jaringan baru
pada luka, WHO menyarankan agar tidak lagi menggunakan antiseptik pada luka
bersih, tetapi menggunakan normal salin sebagai agen pembersih (WHO, 2010).
Agen topikal golongan antibiotik yang sering digunakan adalah bacitracin, silver
sulfadiazine, neomysin, polymyxin. Pemberian antibakteri diindikasikan pada luka
yang memiliki tanda-tanda infeksi (Moon, 2003).

20
4. Balutan Primer
Jenis-jenis balutan luka yang mampu mempertahankan kelembaban antara lain
(Briant, 2007):
a. Alginat
Alginat banyak terkandung dalam rumput laut cokelat dan kualitasnya
bervariasi. Polisakarida ini digunakan untuk bahan regenerasi pembuluh darah,
kulit, tulang rawan, ikatan sendi dan sebagainya. Apabila pembalut luka dari
alginat kontak dengan luka, maka akan terjadi infeksi dengan eksudat,
menghasilkan suatu jel natrium alginat. Jel ini bersifat hidrofilik, dapat ditembus
oleh oksigen tapi tidak oleh bakteri dan dapat mempercepat pertumbuhan
jaringan baru. Selain itu bahan yang berasal dari alginat memiliki daya absorpsi
tinggi, dapat menutup luka, menjaga keseimbangan lembab disekitar luka,
mudah digunakan, bersifat elastis. antibakteri, dan nontoksik.
Alginat adalah balutan primer dan membutuhkan balutan sekunder seperti
film semi-permiabel, foam sebagai penutup. Hal ini disebabkan karena balutan
ini menyerap eksudat, memberi kelembaban, dan melindungi kulit di sekitarnya
agar tidak mudah rusak. Untuk memperoleh hasil yang optimal balutan ini harus
diganti sekali sehari. Balutan ini dindikasi untuk luka superfisial dengan eksudat
sedang sampai banyak dan untuk luka dalam dengan eksudat sedang sampai
banyak sedangkan kontraindikasinya adalah tidak dinjurkan untuk membalut
luka pada luka bakar derajat III.
b. Hidrogel
Hidrogel tersedia dalam bentuk lembaran (seperti serat kasa, atau jel) yang
tidak berperekat yang mengandung polimer hidrofil berikatan silang yang dapat
menyerap air dalam volume yang cukup besar tanpa merusak kekompakkan atau
struktur bahan. Jel akan memberi rasa sejuk dan dingin pada luka, yang akan
meningkatkan rasa nyaman pasien. Jel diletakkan langsung diatas permukaan
luka, dan biasanya dibalut dengan balutan sekunder (foam atau kasa) untuk
mempertahankan kelembaban sesuai level yang dibutuhkan untuk mendukung
penyembuhan luka. Indikasi balutan ini adalah digunakan pada jenis luka dengan
cairan yang sedikit sedangkan kontraindikasinya adalah luka yang banyak
mengeluarkan cairan .
c. Foam Silikon Lunak

21
Balutan jenis ini menggunakan bahan silikon yang direkatkan, pada
permukaan yang kontak dengan luka. Silikon membantu mencegah balutan foam
melekat pada permukaan luka atau sekitar kulit pada pinggir luka. Hasilnya
menghindarkan luka dari trauma akibat balutan saat mengganti balutan, dan
membantu proses penyembuhan. Balutan luka silikon lunak ini dirancang untuk
luka dengan drainase dan luas.
d. Hidrokoloid
Balutan hidrokoloid bersifat ”water-loving” dirancang elastis dan merekat
yang mengandung jell seperti pektin atau gelatin dan bahan-bahan absorben atau
penyerap lainnya. Balutan hidrokoloid bersifat semipermiabel, semipoliuretan
padat mengandung partikel hidroaktif yang akan mengembang atau membentuk
jel karena menyerap cairan luka. Bila dikenakan pada luka, drainase dari luka
berinteraksi dengan komponen-komponen dari balutan untuk membentuk seperti
jel yang menciptakan lingkungan yang lembab yang dapat merangsang
pertumbuhan jaringan sel untuk penyembuhan luka. Balutan hidrokoloid ada
dalam bermacam bentuk, ukuran, dan ketebalan. Balutan hidrokoloid digunakan
pada luka dengan jumlah drainase sedikit atau sedang. Balutan jenis ini biasanya
diganti satu kali selama 5-7 hari, tergantung pada metode aplikasinya, lokasi
luka, derajat paparan kerutan-kerutan dan potongan-potongan, dan
inkontinensia. Balutan ini diindikasi kan pada luka pada kaki, luka bernanah,
sedangkan kontraindikasi balutan ini adalah tidak digunakan pada luka yang
terinfeksi.
e. Hidrofiber
Hidrofiber merupakan balutan yang sangat lunak dan bukan tenunan atau
balutan pita yang terbuat dari serat sodium carboxymethylcellusole, beberapa
bahan penyerap sama dengan yang digunakan pada balutan hidrokoloid.
Komponen-komponen balutan akan berinteraksi dengan drainase dari luka untuk
membentuk jel yang lunak yang sangat mudah dieliminasi dari permukaan luka.
Hidrofiber digunakan pada luka dengan drainase yang sedang atau banyak, dan
luka yang dalam dan membutuhkan balutan sekunder. Hidrofiber dapat juga
digunakan pada luka yang kering sepanjang kelembaban balutan tetap
dipertahankan (dengan menambahkan larutan normal salin). Balutan hidrofiber
dapat dipakai selama 7 hari, tergantung pada jumlah drainase pada luka (Briant,
2007).

22
f. Antimikroba
Dressing antimikroba adalah istilah yang digunanakan untuk menyebut
dressing yang mengandung zat antimikroba. Bahan yang digunakan adalah
perak. Perak akan terionisasi pada lingkungan lembab luka, ion perak inilah
yang memiliki efek biologik. Zat ini memiliki efek antimikroba spektru luas
dengan toksisitas rendah pada sel manusia. Dengan tiga efeknya (mampu
melewati membran sel, inhibitor respirasi, dan pendenaturasi asam nukleat) itu
berarti bahwa zat ini aktif melawan mikroorganisme spektrum luas, dan juga
dapat melawan vancomysin-resistant Enterococcus (VRE) dan methicillin-
resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Contohnya adalah silver sulfadiazine,
mupirocin, dan antibiotik topikal seperti neomycin, gentamicin, metronidazole,
dan salep dan krim bacitracin.
5. Balutan sekunder (Secondary dressing)
Balutan sekunder adalah bahan perawatan luka yang memberikan efek terapi
atau berfungsi melindungi, megamankan dan menutupi balutan primer.
Jenis-jenis balutan sekunder antara lain:
a. Pita perekat (adhesive tape)
Beberapa pita perekat yang sering digunakan dalam perawatan luka antara
lain (Knottenbelt, 2003):
1) Plester cokelat terdiri dari bahan tenunan katun sewarna kulit dengan
perekat Zinc oksida berpori dengan daya lekat kuat namun tidak sakit saat
dilepas. Plester ini diindikasikan untuk plester serbaguna, retensi bantalan
penutup luka, fiksasi infus.
2) Plester luka Non Woven, terbuat dari bahan akrilik yang hipoalergenik.
Kertas pelindung terbuat dari silikon bergaris dan memiliki crack back,
yang memudahkan pemakaian (teknik asepsis), mengikuti lekuk tubuh,
perlindungan menyeluruh untuk mencegah kontaminasi. Plester ini memiliki
daya lekat optimal (tidak terlalu lengkat dikulit namun tidak mudah lepas).
Plester ini diindikasikan untuk retensi bantalan penutup luka, fiksasi infus.
Contoh : Biopore, Hipavix.
b. Balutan Perekat (Adhesive Dressing)
Contohnya: Perekat Alginat, perekat hidrokoloid, transparent film.
c. Perban
Contohnya: Balutan tubular, balutan kompresi tinggi.

23
6. Semprotan perekat
Semprotan perekat merupakaan cara lain untuk mempertahankan balutan agar
tetap pada tempatnya. Beberapa lapis kasa diletakkan langsung pada luka, kemudian
balutan dipenuhi dengan semprotan perekat, dan setelah mengering, kelebihan kasa
digunting. Jenis ini disemprotkan langsung pada luka yang akan segera mengering
dan memberikan perlindungan yang baik (Morrison, 2004).

G. Penggunaan Bahan pada Berbagai Luka


1. Perawatan luka berdasarkan karakteristik luka
a. Perawatan luka yang memiliki jaringan nekrotik
Jaringan nekrotik sering dijumpai pada luka kronis seperti ulkus iskemi,
ulkus neuropatik, ulkus vena, dan ulkus dekubitus. Debridemen adalah
pengangkatan jaringan yang sudah mengalami nekrosis yang bertujuan untuk
menyokong pemulihan luka. Indikasi debridemen adalah luka akut atau kronik
dengan jaringan nekrosis, luka terinfeksi dengan jaringan nekrotik. Pemilihan
metode debridemen harus berdasarkan karakteristik jaringan nekrotik yang ada
pada luka klien.
b. Penatalaksanaan luka yang terinfeksi
Kebanyakan luka kronis dikontaminasi oleh mikroorganisme yang sangat
banyak yang tampaknya tidak memperlambat proses penyembuhan.Pada luka
infeksi yang menghasilkan bau dapat menggunakan balutan arang aktif
(Activated charcoal dressing) sebagai penghilang rasa bau (deodoriser) yang
efektif. Jika terdapat eksudat dalam jumlah yang tidak terlalu banyak, maka
balutan busa yang menyerap dan dilapisi arang (Morrison, 2004).
c. Penatalaksanaan luka dengan banyak eksudat
Sekalipun jaringan nekrotik dan jaringan tampak jelas terinfeksi telah
diangkat dari bidang luka, luka dapat terus menghasilkan eksudat dalam jumlah
banyak yang dapat menembus balutan non-oklusif dan meningkatkan risiko
infeksi luka. Eksudat dapat juga mengikis tepi luka jika jaringan sekitarnya
menjadi terendam air. Volume eksudat berkurang pada waktunya, tetapi sampai
stadium tersebut diperlukan balutan yang bisa menyerap dan tidak melekat.
(Morrison, 2004).
Luka-luka yang bereksudat dibagi ke dalam tiga kategori, tergantung
kedalaman dan tingkat eksudat yang dihasilkan (Morrison, 2004), antara lain:

24
1) Untuk luka-luka superfisial dengan eksudat sedikit sampai sedang,
pemilihan balutan meliputi: Lembaran hidrokoloid. Lembar balutan ini tidak
memerlukan balutan sekunder dan cukup mudah untuk melihat kapan
balutan tersebut perlu diganti.
2) Untuk luka superfisial dengan eksudat sedang sampai banyak, pilihan
balutan seperti balutan alginat.
3) Untuk luka dalam dengan eksudat sedang sampai banyak, pilihan balutan
meliputi: granula atau pasta hidrokoloid, hidrogel yang bergranulasi balutan
alginat, balutan alginat dalam bentuk pita atau tali sangat berguna untuk
membungkus luka yang sempit, balutan busa.
d. Perawatan luka dalam yang bersih dengan sedikit eksudat
Bila jumlah eksudat sudah berkurang, maka silastic foam merupakan suatu
cara pembalutan yang sangat bermanfaat khususnya pada luka dalam yang
bersih berbentuk cawan, seperti sinus pilonidal yang sudah dieksisi, atau
dekubitus luas didaerah sakrum. Untuk luka yang lebih kecil, pasien atau yang
memberi perawatan, dapat melakukan desinfeksi dua kali sehari dengan foam
stent atau menutup luka tersebut.

H. Faktor yang Mempengaruhi Luka


Dalam melakukan perawatan luka, ada beberapa hal yang harus difikirkan. Yaitu
mengenai kondisi-kondisi yang dapat meningkatkan kemungkinan kerusakan dalam
proses penyembuhan luka. Beberapa hal tersebut adalah:
1. Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih
sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari
faktor pembekuan darah.
2. Nutrisi
Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien memerlukan
diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn.
Klien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka
setelah pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi
luka dan penyembuhan lama karena supply darah jaringan adipose tidak adekuat.
3. Infeksi
Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.

25
4. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi
Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya sejumlah
besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh darah).
Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak
lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat
terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh
darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada
orang yang menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok.
Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya
ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
5. Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap
diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang
besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga
menghambat proses penyembuhan luka.
6. Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya
suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin,
jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang
kental yang disebut dengan nanah (pus).
7. Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada
bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari
balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya
obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
8. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah,
nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi
penurunan protein-kalori tubuh.
9. Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan
luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.

26
10. Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik
mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat
seseorang rentan terhadap infeksi luka.
a. Steroid: akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera
b. Antikoagulan: mengakibatkan perdarahan
c. Antibiotik: efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri
penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan
tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.

27
BAB IV
KONSEP TEORI

A. Definisi Totok Wajah


Totok wajah adalah teknik pemijatan di bagian wajah dengan penekanan kepada titik
aura wajah sehingga akan memperlancar peredaran darah di sekitar wajah. Totok wajah
yang dilakukan secara rutin akan membuat kulit wajah akan semakin terlihat lebih segar,
halus dan kencang, akan membuat wajah nampak terlihat awet muda.

B. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Melakukan Totok Wajah


Sebelum melakukan perawatan wajah de- ngan menggunakan totok, hal-hal yang
harus diperhatikan antara lain:
1. Diagnosis Wajah
Analisis kulit bertujuan untuk menentukan jenis kulit guna menetapkan cara
perawatan yang sesuai untuk mempertahankan kesehatan kulit dan kecantikan
sesuai dengan batas wewenang penata kecantikan. Untuk menentukan diagnosis kulit
muka, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:
a. Jenis Kulit (Nely Hakim; 68)
1) Kulit Berminyak
Pada kulit demikian kelenjar-kelenjar lemak bekerja berlebihan sehingga
kulit kelihatan mengkilat, tebal, tonus kuat, pori-pori besar serta mudah
sekali mendapat gangguan berupa jerawat (komedo, akne, dll).
2) Kulit Normal
Kulit tidak berminyak dan tidak kering, sehingga kelihatan segar dan bagus,
lubang pori-pori hampir tidak kelihatan. Pengeluaran kotoran dan
penyerapan zat-zat yang berguna melalui kulit serta peredaran darah
berjalan dengan baik, maka jarang sekali mendapat gangguan jerawat
maupun adanya cacat-cacat pada kulit muka, tonusnya baik.
3) Kulit Kering
Pada kulit demikian kelenjar lemak bekerja kurang aktif. Kulit kelihatan
kusam, tipis, bersisik, halus, lebih cepat timbul keriput.
4) Kulit Campuran
Kulit ini bagian tengah muka (sekitar hidung/dagu), kadang-kadang
berminyak atau normal. Sedangkan bagian lainnya normal atau kering.

28
Dapat terjadi pada semua umur tetapi lebih sering terdapat pada usia 35
tahun ke atas.
b. Tonus dan Turgor
Dapat ditentukan kendor atau kuat dengan:
1) Turgor : Mencubit kulit pipi
2) Tonus : Menekan kulit pipi dibawah tulang pipi
c. Pori-pori
Kelihatan atau tidak tergantung pada jenis kulit. Adanya sumbatan dalam
kandung rambut melebarkan pori-pori.
d. Lipatan dan Garis-garis Kulit
Pada muka/leher hampir senantiasa terjadi pembentukan lipatan dan garis
kulit, yaitu:
1) Kerutan kebiasaan: antara alis sekitar mata, lipatan hidung, bibir (smile line)
2) Kerutan karena usia: pada kening, leher, sekitar bibir.
e. Kelainan kulit, meliputi: (Nelly Hakim; 286)
1) Gangguan pigmentasi, antara lain:
a) Hiperpigmentasi: ephilides/freekles, tahi lalat, cloasma gravidarum,
cloasma uterium, dsb.
b) Hypopigmentasi: vitiligo, panu, leukoderma
c) Bercak merah: erythema solare, dsb
d) Bercak biru: livido, cyanosis, dsb
2) Gangguan fungsi kelenjar minyak/palit/sebaccus.
Pengeluaran sebum/palit yang berlebihan disebut seborrhoe. Bila terdapat
penyumbatan saluran kelenjar palit dapat terjadi millium/akne yang tidak
maupun dapat meradang.
3) Gangguan pertandukan kulit/keratinisasi
Pada muka terdapat berbagai macam keratosis kulit, antara lain
hiperkeratinisasi/kekolotan. Pada badan, tangan dan kaki terjadi penyisikan
kulit, ikhtiosis (kulit bersisik seperti sisik ikan), psoriasis (kulit merah dan
bersisik diatasnya), kapalan, katimunul/mata ikan.
4) Gangguan peredaran darah ialah varices, antara lain: pelebaran pembuluh
darah rambut (couperoses, teleangi ectasis), erythema.

29
2. Kerasnya Gerakan dan Ketepatan Gerakan Pengurutan
Ketenangan akan dapat dirasakan oleh klien bila cara kerja si perawat tepat.
Oleh karena itu, kecepatan gerakan dalam pengurutan juga harus selalu diperhatikan.
Hendaknya pengurutan dilakukan secara perlahan dan berirama. Jaringan badan
dirangsang dengan gerakan-gerakan tekanan, kecepatan dan waktu selang.
3. Frekuensi
Seringnya pengurutan muka yang harus diberikan tergantung pada keadaan kulit,
umur klien dan tujuan perawatan. Secara umum perawatan ini dapat dilakukan satu
kali dalam satu minggu, hal ini tergantung pada keadaan kulit klien itu sendiri.

C. Titik Akupresur pada Totok Wajah


Titik-titik akupresur terletak pada kedua telapak tangan, begitu juga pada kedua
telapak kaki. Di telapak tersebut terdapat titik akupresur untuk: jantung, paru, ginjal,
mata, hati, kelenjar tiroid, pancreas, sinus, dan otak.
Jika anda tidak mengetahui secara tepat di mana titik-titik itu secara tepat di tangan
anda, maka tepukkanlah tangan anda selama dua menit, dan tangan anda akan
memperoleh tekanan balik yang diperlukan. Beberapa Shadus (Saint dari India)
mengatakan bahwa saat menyanyikan lagu-lagu kebaktian, terdapat ritual menepukkan
tangan. Di India perlakuan ini diperkenalkan oleh orang-orang suci untuk menstimulasi
titik-titik akupresur.
Pemijatan terhadap titik akupresur wajah sangat penting untuk merevitalisasi otot-
otot wajah, serta melancarkan peredaran darah di wajah anda. Melakukan pemijatan
terhadap wajah, adalah sesuatu yang menyenangkan, mudah, dan dapat dilakukan di
mana dan kapan saja. Perlakuan tidak butuh jarum, minyak, atau alat-alat lain, yang
dibutuhkan hanya wajah dan jari anda. Akupresur wajah memfokuskan cara melakukan
pijatan-pijatan lembut, serta menekan titik akupresur dengan gerakan memutar lembut.
Pijatan dan tekanan pada titik akupresur wajah akan merangsang peredaran darah dan
oksigen di wajah menjadi lancar. Akupresur akan membuat wajah rileks dan nampak
lebih segar, dan yang paling penting, membuat wajah terlihat lebih muda. Daerah yang
dipijat, tidak hanya ditingkatkan sirkulasi darahnya, tetapi juga membantu membersihkan
“facial lymp system”. Rangsangan ini merangsang regenerasi kolagen yang membuat
wajah terlihat awet muda.

30
Gambar 4.1. Area pijatan diwajah

D. Fungsi Totok Wajah


1. Mengeluarkan aura negatif. Pada dasarnya, manusia memiliki aura positif. Namun
karena sterss, letih, lelah maupun masalah terpendam dalam tubuh yang
terakumulasi, mampu menyebabkan kulit wajah menjadi kurang bercahaya. Aura
positifnya meredup, yin dan yang tidak seimbang. Untuk mengeluarkan energi
negatif, penetralnya adalah melalui pijatan totok wajah. Ada ribuan titik akupressur
yang ada di seputar wajah dan bisa bermanfaat bagi pemiliknya.
2. Menjaga metabolisme hormon-hormon dalam tubuh
3. Meredakan stress
4. Megurangi kerutan dan mengencangkan wajah. Sebab salah satu sebab penuaan dini
adalah adanya ketegangan pada otot wajah. Terapi totok ini tak hanya dilakukan oleh
kaum hawa, bahkan kaum pria pun melakukannya.

E. Manfaat Totok Wajah


Totok wajah ini di lakukan karena mempunyai beberapa manfaat, antara lain:
1. Kecantikan
a. Memperlancar peredaran darah di wajah
b. Mencegah pembentukan garis-garis ketegangan
c. Mengencangkan otot-otot wajah
d. Merelaksasi otot wajah sehingga bisa menghilangkan garis kerutan dan keriput
di wajah
31
e. Mencerahkan mata
f. Menghilangkan jerawat
g. Menghilangkan noda-noda di wajah akibat hiperpigmentasi dan menghilangkan
kantung mata
h. Merangsang sirkulasi, meningkatkan konsentrasi oksigen di wajah, merangsang
produksi kolagen dan mengencangkan jaringan kulit
i. Secara keselurhan terapi ini memberikan efek penampilan inner beauty.
2. Kesehatan
a. Membantu memecah racun dan meningkatkan sirkulasi darah dan mungkin
membantu dari sakit kepala karena tegang, kelelahan, sinusitis dan migrain.
b. Jika pasien ditotok di bagian tulang pipi, dan pasien merasa sakit, terapis dapat
menduga bahwa sang pasien sedang flu atau mengalami gejala flu. Sedikit
pijatan yang membuat rileks dapat mengurangi flu tersebut. Memang inti dari
penotokan adalah memperlancar sistem peredaran darah dan metabolism tubuh,
sehingga secara otomatis dapat membantu tubuh terasa lebih segar, sehingga
menghilangkan stress dan ketegangan tubuh.
c. Totok wajah bermanfaat membantu mengendalikan nafsu makan.
d. Meredakan pegal pada daerah mata. Juga untuk mengurangi minus pada mata
jika dilakukan secara rutin totok yang dilakukan pada bagian tulang tengkorak
seputar mata, diyakini mampu mengurangi besaran minus yang sedang dialami.

F. Hasil Dari Totok Wajah


1. Kelancaran fungsi kulit dan semua jaringan dimuka dan kepala
2. Kulit jadi halus dan lembut
3. Setelah dirawat klien santai dan nyaman
4. Peredaran darah menjadi lancar
5. Merangsang aktifitas kelenjar-kelenjar kulit
6. Rasa sakit akan berkurang

G. Metode Totok Wajah


1. Metode Pertama
Dilakukan penotokan dengan stik perak (acupressure therapy) pada simpul-simpul
syaraf di wajah yang berguna untuk melancarkan aliran darah di wajah.

32
2. Metode Kedua
Dilakukan pijatan (massage therapy) dengan teknik yang khusus untuk relaksasi dan
penyegaran wajah.
3. Metode Ketiga
Dilakukan terapi telur (egg therapy) dimana cara ini bermanfaat untuk
menghilangkan flek-flek hitam di wajah, mengurangi jerawat dan menghaluskan
kulit wajah.
4. Metode Keempat
Dilakukan transfer energi (metapysic energy therapy) yang diistilahkan dengan
membuka aura wajah, agar wajah senantiasa berseri dan tampil awet muda.
5. Metode Kelima
Untuk kesempurnaan seri wajah dilakukan masker wajah (herbal therapy) dimana
digunakan masker dari bahan alami non kimia yang benar-benar aman tanpa efek
samping.

H. Langkah-langkah Totok Wajah


Berikut langkah-langkah melakukan totok wajah:
1. Bersihkan wajah dengan cleansing atau foam
2. Untuk mempermudah pemijatan, gunakan massage oil atau baby oil
3. Mulai pijatan dari daerah dagu, kemudian naik ke bibir, hidung, mata hingga dahi.
Pijatan dilakukan hingga otot-otot wajah terasa rileks. Untuk menambahkan kesan
santai dapat dipadukan dengan aromaterapi
4. Selesai melakukan pemijatan diteruskan dengan menotok wajah, bagian yang
biasanya ditotok adalah garis senyum, pangkal hidung, pelipis dan alis
5. Tahap terakhir adalah pemakain masker wajah

I. Indikasi Dan Kontraindikasi Totok Wajah


1. Indikasi
Totok wajah sudah dapat dilakukan sejak usia 17 tahun. Dan sebaiknya rutin
dilakukan seminggu sekali.
2. Kontraindikasi
a. Jangan lakukan jika wajah berjerawat. Karena dapat berakibat merah – merah
dan iritasi atau mungkin tambah parah meradang jerawatnya.

33
b. Terapi totok wajah juga tidak boleh dilakukan pada orang-orang yang menderita
radang akut, hipertensi, jantung, TBC paru, penyakit kulit dan diabetes. Karena,
terapi totok wajah itu nantinya bisa berisiko memperparah penyakit yang sudah
ada.

J. Efek Samping Totok Wajah


Efek samping hampir tidak ada/tidak diketahui. Totok, seperti juga pijat dan
olahraga, berfungsi melancarkan peredaran darah dan oksigen. Dalam hal totok wajah,
melancarkan peredaran darah sekitar wajah, yang tentu saja dapat mengurangi sinus, sakit
kepala, jerawat, flek, dan gangguan lain di sekitar wajah dan kepala. totok tidak
memasukkan sesuatu ke dalam tubuh sebagaimana obat-obatan, jadi tentu saja tanpa efek
samping, asal dilakukan dengan frekuensi yang wajar dan cara yang benar.

34
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera atau
pembedahan (Agustina, 2009). Luka tusuk merupakan trauma yang diakibatkan benda
tajam (trauma tajam). Luka tusuk ini terjadi akibat tusukan benda tajam dengan arah
kurang lebih tagak lurus terhadap kulit. Luka tusuk dapat disebabkan oleh: benda tajam
dengan arah lurus pada kulit dan suatu gerakan aktif maju yang cepat atau dorongan pada
tubuh dengan suatu alat yang ujungnya panjang.
Tandanya adalah hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, perdarahan dan
pembekuan darah, kontaminasi bakteri, kematian sel, kerusakan integritas kulit, syok dan
perdarahan, risiko tinggi terhadap infeksi dan nyeri.
Tindakan antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan kulit. Untuk melakukan
pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptic.
Pembersihan luka, tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan,
memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka, menghindari terjadinya
infeksi, membuang jaringan nekrosis. Pembalutan luka, luka bersih dan diyakini tidak
mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka
yang terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh per
sekundam atau per tertiam.
Penutupan luka, adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka
sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal. Pemberian antibiotic, prinsipnya
pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka terkontaminasi atau kotor
maka perlu diberikan antibiotik.
Perawatan luka adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk merawat luka agar
dapat mencegah terjadinya trauma (injuri) pada kulit membran mukosa atau jaringan lain,
fraktur, luka operasi yang dapat merusak permukaan kulit. Totok wajah adalah teknik
pemijatan di bagian wajah dengan penekanan kepada titik aura wajah sehingga akan
memperlancar peredaran darah di sekitar wajah. Totok wajah yang dilakukan secara rutin
akan membuat kulit wajah akan semakin terlihat lebih segar, halus dan kencang, akan
membuat wajah nampak terlihat awet muda.

35
B. Saran
Diharapkan mahasiswa keperawatan maupun pembaca sebaiknya mengetahui konsep
teori pada pasien luka tusuk. Mahasiswa keperawatan juga diharapkan mampu
mengimplementasikan bagaimana cara melakukan perawatan terkait masalah tersebut
berdasarkan keahlian yang ditekuni.

36
DAFTAR PUSTAKA

Ismail. 2012. Luka dan Perawatannya. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah


Yogyakarta
Suryadi I.A., dkk. Proses Penyembuhan dan Penanganan Luka. Denpasar: Universitas
Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar
Febrianingsih, dkk. 2018. Keperawatan Komplementer Terapi Totok Wajah. Mataram:
Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram [Makalah]
Agus D. Laporan Pendahuluan Vulnus Ictum.
https://www.academia.edu/29163831/VULNUS_LUKA.pdf (diakses pada tanggal
Senin, 25 Maret 2019, pukul 14.00)
Putra D. Perawatan Luka Tusuk.
https://www.academia.edu/29225427/PERAWATAN_LUKA_TUSUK.pdf (diakses
pada tanggal Senin, 25 Maret 2019, pukul 14.10)
Adibia J. Perawatan Luka. https://www.academia.edu/13238997/Perawatan_luka.pdf
(diakses pada tanggal Senin, 25 Maret 2019, pukul 14.25)

37

Anda mungkin juga menyukai