Pada keadaan normal, area katup mitral mempunyai ukuran 4-6 cm 2. Bila area orifisium
katup ini berkurang sampai 2 cm 2 maka di perlukan upaya aktif atrium kiri berupa
peningkatan tekanan atrium kiri agar aliran transmitral yang normal tetap terjadi. Stenosis
mitral terjadi bila pembukaan katup berkurang hingga menjadi 1 cm 2. Pada tahap ini di
butuhkan suatu tekanan atrium kiri sebesar 25 mmHg untuk mempertahankan cardiac
output yang normal (Swain, 2005). (penerbit buku kedokteran.2006. Buku ajar ilmu penyakit
dengan patofisiologi yang komplek. Pada awalnya kenaikan tekanan atau hipertensi
pulmonal terjadi secara pasif akibat kenaikan tekanan atrium kiri. Demikian pula terjadi
perubahan pada vaskular paru berupa vasokonstriksi akibat bahan neurohumoral seperti
endotelin, atau perubahan anatomik yaitu remodel akibat hipertrofi tunika media dan
penebalan intima (reactive hipertension). Kenakan resistensi anteriolar paru ini sebebnarnya
merupakan mekanisme adaptif untuk melindungi paru dari kongesti. Dengan meningkatnya
hipertensi pulmonal ini akan menyebabkan kenaikan tekanan dan volume akhir diastol,
regurgutasi trikuspid dan pulmonal sekunder, dan seterusnya sebagai gagal jantung kanan
dan kongesti sistemik. (penerbit buku kedokteran.2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid
III. Edisi IV.Jakarta: EGC)
Stenosis mitral merupakan suatu proses progresif kontinyu dan penyakit seumur hidup.
Merupakan penyakit a disease of plateaus yang pada mulanya hanya di temui tanda dari
stenosis mitral yang kemudian dengan kurun waktu (10-20 th) akan di ikuti dengan keluhan,
fibrilasi atrium, dan akhirnya keluhan disabilitas. (penerbit buku kedokteran.2006. Buku ajar
B. Manifestasi klinis
Kebanyakan pasien dengan stenosis mitral bebas keluhan, dan biasanya keluhan utama
berupa sesak napas, dapat juga fatigue. Pada stenosis mitral yang bermakna dapat
mengalami sesak pada aktivitas sehari-hari, paroksismal nokturnal dispnea, ortopnea, atau
edema paru yang tegas. Hal ini akan di cetuskan oleh berbagai keadaan meningkatnya aliran
darah melalui mitral atau menurunnya waktu pengisian diastol, termasuk latihan, emosi,
infeksi respirasi, demam, aktivitas seksual, kehamilan serta fibrilasi atrium dengan respons
ventrikel cepat. (penerbit buku kedokteran.2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid III. Edisi
IV.Jakarta: EGC).
Fatig juga merupakan keluhan umum pada stenosis mitral. Wood menyatakan bahwa
kenaikan resistensi vaskular paru lebih jarang mengalami paroksismal nokturnal dispnea atau
ortopnea, oleh karena vaskuler tersebut akan menghalangi (sumbatan) sirkulasi pada daerah
3. Sputum seperti karat (pink frothy) oleh karena edema paru yang jelas
4. Infark paru
EGC).
C. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan Fisis
Temuan klasik pada stenosis mitral adalah “opening snap” dan bising diastol kasar
(diastolic rumble). Beberapa usaha harus di lakukan untuk mendengar bising diastol
antara lain posisi lateral dekubitus, gerakan-gerakan atau latihan ringan, menahan napas
dan menggunakan bell dengan meletakkan pada dinding dada tanpa tekanan keras.
(penerbit buku kedokteran.2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid III. Edisi IV.Jakarta:
EGC).
arteri pulmonalis (terdapat hubungan yang bermakna antara besarnya ukuran pembuluh
darah dan resistensi vaskular pulmonal). (penerbit buku kedokteran.2006. Buku ajar ilmu
Merupakan modalitas yang paling sensitif dan spesifik untuk diagnosis stenosis
mitral. Sebelum era ekokardiografi, kateterisasi jantung merupakan suatu keharusan
dalam diagnosis. Dengan ekokardiografik dapat di lakukan evaluasi struktur dari katup,
pliabilitas dari daun katup, ukuran dari area katup dengan planimetri (mitral valve area),
struktur dari aparatus subvalvular, juga dapat di tentukan fungsi ventrikel. (penerbit
buku kedokteran.2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid III. Edisi IV.Jakarta: EGC).
4. Ekokardiografi Transesofageal
Merupakan pemeriksaan ekokardiografi dengan menggunakan tranduser
endoskop, sehingga jendela ekokardiografi akan lebih luas, terutama untuk struktur
katup atrium kiri atau apendiks atrium. (penerbit buku kedokteran.2006. Buku ajar ilmu
Merupakan standar baku untuk diagnosis dan menentukan berat ringan stenosis
mitral. Walaupun demikian pada keadaan tertentu masih di kerjakan setelah suatu
prosedur eko yang lengkap. Saat ini katerisai di pergunakan secara primer untuk suatu
prosedur pengobatan intervensi non bedah yaitu valvulotomi dengan balon. (penerbit
buku kedokteran.2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid III. Edisi IV.Jakarta: EGC).
Atrium kiri dan ventrikel kiri yang sebelumnya normal-normal saja, tba-tiba mendapat
beban yang berlebihan. Pada saat sistol atrium kiri akan mengalami pengisian yang
berlebihan, di samping aliran darah yang biasa dari vena-vena pulmonalis, juga mendapat
aliran darah tambahan dari ventrikel kiri akibat regurgitasi tadi. Sebaliknya pada saat diastol,
volume darah yang masuk ke ventrikel kiri akan mengalami peningkatan yang berasal dari
atrium kiri yang mengalami volume overload tadi. (penerbit buku kedokteran.2006. Buku ajar
tidak sempurnanya koaptasi dari kedua daun katup mitral pada fase sistol, menimbulkan
ada pintu atau celah terbuka untuk aliran darah balik ke atrium kiri. Pada MR kronis, terjadi
dilatasi ventrikel kiri, walau lebih ringan ketimbang pada regurgitasi aorta (AR), pada tingkat
regurgitasi yang sama. Tekanan volume akhri diastol dan regangan dinding ventrikel akan
ventrikel kiri pada MR akan meningkat sejajar dengan besarnya dilatasi ventrikel kiri.
(penerbit buku kedokteran.2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid III. Edisi IV.Jakarta: EGC).
Manifestasi klinis
Pasien MR berat akut hampir semuanya simtomatik. Pada beberapa kasus dapat di
perberat oleh adanya rupture chordae, umumnya di tandai oleh sesak napas dan rasa lemas
yang berlebihan, yang timbul secara tiba-tiba. Kadang ruptur korda di tandai oleh adanya
nyeri dada, ortopnea, paroksismal nokturnal dispnea, dan rasa capai kadang di temukan
pada MR akut. Pasien dengan MR ringan biasanya asimtomatik. MR berat dapat asimtomatik
atau gejala minimal untuk bertahun-tahun. Rasa cepat capai karena cardiac output yang
rendah dan sesak napas ringan pada saat beraktivitas, biasanya segera hilang apabila
aktivitas segera di hentikan. Sesak napas berat saat beraktivitas, paroksismal nokturnal
dispnea atau edema paru bahkan hemoptisis dapat juga terjadi. Gejal berat tersebut dapat di
picu oleh fibrilasi atrial yang baru timbul atau karena peningkatan derajat regurgitasi, atau
ruptur korda atau menurunnya performance ventrikel kiri. (penerbit buku kedokteran.2006.
Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid III. Edisi IV.Jakarta: EGC).
Pemeriksaan Diagnostik
Elektrokardiografi
Gambaran EKG pada MR tidak ada yang spesifik, namun fibrilasi atrial sering di teukan pada
MR karena kelainan organik. (penerbit buku kedokteran.2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid
III. Edisi IV.Jakarta: EGC).
Foto Toraks
Bisa memperlihatkan tanda-tanda pembesaran atrium kiri dan ventrikel kiri. Juga tanda-
tanda hipertensi pulmonal atau edema paru bisa di temukan pada MR kronik. Sedangkan pada
MR akut, biasanya pembesaran jantung belum jelas walaupun sudah ada tanda-tanda gagal
jantung kiri. (penerbit buku kedokteran.2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid III. Edisi
IV.Jakarta: EGC).
Ekokardiografi
Ekokardiografi doppler saat ini merupakan alat diagnostik yang utama pada pemeriksaan
pasien dengan MR. Dengan Eko doppler dapat di ketahui morfologi lesi katup mital derajad, atau
beratnya MR, juga mengetahui beratnya MR. (penerbit buku kedokteran.2006. Buku ajar ilmu