Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KELOMPOK

MAKALAH INI DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS


MATA KULIAH : MANAJEMEN KEPERAWATAN

SISTEM PENGORGANISASIAN ASUHAN KEPERAWATAN

Disusun Oleh:
Kelompok 2
1. Adinda Hasna Nisfi Fauziyah 11. Neng Irma
2. Dila Nurul Arsyi 12. Neng Teja
3. Doni Dermawan 13. Putri Nuraeni
4. Endang Rendi 14. Riva Nur Fauziah
5. Fauziah Arafah 15. Rizki Nurhimawan
6. Ilham Maulan 16. Siti Rofifah Nuraeni
7. Irfan Maulana Ramdan 17. Thahira Nasagi Rosa
8. Kiki Fauzi Muflihan 18. Wildan Suheri
9. Mohamad Abdulah 19. Yesa Dimas Putri
10. Nabila Budiarti

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
Jl. Karamat No.36 Telp. (0266) 210215 Sukabumi 43122

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang
“Sistem Pengorganisasian Asuhan Keperawatan”. Adapun maksud dan tujuan dari
penyusunan Makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para mahasiswa
khususnya bagi penulis.

Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun Makalah ini dengan baik,
namun penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan
sebagai manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan
baik dari segi teknik penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon maaf dari
berbagai pihak seperti dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan
untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita
bersama.

Sukabumi, April 2021

Penulis
Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Manajemen Keperawatan....................................................... 4
B. Model Asuhan Keperawatan Profesional.............................................. 4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 12
B. Saran..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rencana yang telah kita susun sedemikian rupa tidak akan ada artinya
jika tidak segera dilaksanakan. Pelaksanaan rencana tadi dilakukan oleh oleh
satuan-satuan kerja yang merupakan bagian dari organisasi. Mau tidak mau
setelah dibuat suatu rencana, langkah selanjutnya adalah pengorganisasian.
Efektivitas dan efesiensi pelaksanaan kegiatan yang akan dikerjakan
dipengaruhi oleh bagaimana individu-individu yang ada di dalam satuan kerja
tadi bekerja secara maksimal sesuai tanggung jawab dan wewenangnya.
Untuk itu, pengorganisasian menjadi langkah penting setelah kegiatan
perencanaan.
Sistem didefinisikan sebagai sebuah kelompok individu yang
berinteraksi secara berkesenambungan, memiliki hubungan yang saling
tergantung (interdependensi) satu sama lainnya di bawah kumpulan peraturan,
ide, prinsip, dan dokrin yang umumnya dimaksudkan untuk menjelaskan
susunan dari keseluruhan organisasi (Webster, 1977). Sistem adalah
kumpulan dari bagian-bagian yang berhubungan dan membentuk satu
kesatuan yang majemuk, yang masing-masing bagian bekerja sama secara
bebas dan terkait untuk mencapai sasaran kesatuan dalam suatu situasi yang
majemuk pula. System juga diartikan sebagai suatu kesatuan yang utuh dan
terpadu dari berbagai elemen yang berhubungan serta saling mempengaruhi
yang dengan sadar dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Sumijatun, dkk, 2005).
Dalam keperawatan sistem lebih terfokus pada pengorganisasian,
interaksi, interdependensi dan integrasi dari bagian-bagian dan elemen yang
ada. Organisasi pelayanan kesehatan biasa dipandang sebagai sebuah sistem
dengan sub-sistem individu dan grup atau kelompok profesi yang secara
bersama-sama bekerja untuk mencapoai tujuan yang disepakati. Pemahaman
dan komitmen tentang kekompakan kelompok menjadi penting dan sangat

1
2

berpengaruh pada proses pencapaian tujuan tersebut, oleh karena itu pola
interaksi yang efektif harus diciptakan diantara individu atau grup baik
internal maupun ekternal maupun eksternaldari sistem yang telah ada.
Pengorganisasian adalah pengelompokkan aktivitas-aktivitas untuk
mencapai tujuan objektif, penugasan suatu kelompok manajer dengan otoritas
pengawasan setiap kelompok, dan menentukan cara pengoordinasian aktivitas
yang tepat dengan unit lainnya, baik cara vertical maupun horizontal yang
bertanggung jawab mencapai tujuan organisasi (Swansburg, 1993).
Pengorganisasian adalah proses pengelompokkan kegiatan terhadap
tugas, wewenang, tanggung jawab dan koordinasi kegiatan, baik vertical
maupun horizontal yang dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencapai
tujuan ditetapkan. Fungsi ini mencakup penetapan tugas-tugas yang harus
dilakukan, siapa yang harus melakukan, seperti apa tugas-tugas
dikelompokkan, siapa yang melaporkan ke siapa, dan di mana dan kapan
keputusan harus diambil oleh seorang perawat.
Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang,
alat-alat, tugas-tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa
sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu
kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan (Siagian,1983 dalam Juniati 2011).
Keperawatan sebagai ilmu terus berkembang, beberapa upaya perbaikan
pelayanan disetiap tatanan kesehatan telah dilaksanakan termasuk pada
tindakan di lapangan, serta menggunakan model-model dalam system
manajemen pelayanan dan pembuatan keputusan yang terkait dengan pasien,
walaupun demikian para manajer keperawatan masih menganggap bahwa
hasil kurang optimal, sehingga upaya-upaya lainnya terus dilakukan untuk
peningkatan kualitas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sistem pengorganisasian keperawatan?
2. Bagaimana metode kasus pada pengorganisasian keperawatan?
3. Bagimana metode primer pada pengorganisasian keperawatan?
3

4. Bagaimana metode primer modifikasi pada pengorganisasian


keperawatan?
5. Bagaimana metode penugasan asuhan keperawatan?

C. Tujuan
1. Dapat menjelaskan pengertian sistem pengorganisasian keperawatan.
2. Dapat mendeskripsikan bagaimana metode kasus pada pengorganisasian
keperawatan.
3. Dapat menjelaskan bagimana metode primer pada pengorganisasian
keperawatan.
4. Dapat menjelaskan bagaimana metode primer modifikasi pada
pengorganisasian keperawatan.
5. Dapat menjelaskan bagaimana metode penugasan asuhan keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Manajemen Keperawatan


Manajemen biasanya diidentikkan dengan cara untuk mengatur
beberapa hal secara baik dan sesuai dengan tujuan. Pengaturan dilakukan agar
hal hal yang diatur berjalan seimbang, lancar, dan mencapai tujuan yang
diharapkan. Berikut ini akan diuraikan beberapa pengertian manajemen
secara umum dari beberapa ahli [ CITATION Sri16 \l 1033 ].
Gillies tahun 1989, menyebutkan manajemen keperawatan adalah suatu
proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan,
pengobatan dan bantuan terhadap para pasien [ CITATION Sri16 \l 1033 ].

B. Model Asuhan Keperawatan Profesional


Model Asuhan Keperawatan Profesional menurut Hoffart & Woods,
1996 yaitu sebagai suatu sistem (struktur, proses dan nilai- nilai) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut [ CITATION
Hid14 \l 1033 ].
1. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional ( MAKP)
Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 5
metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang dikembangkan
dalam pelayanan keperawatan, yaitu (Harahap & Sembiring, 2012) :
a. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional
Menurut Nursalam tahun 2002, model fungsional dilaksanakan
oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan
utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih
terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya
melakukan 1 – 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di
bangsal. Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi

4
5

keperawatan, perawat melaksanakan tugas (tindakan) tertentu


berdasarkan jadwal kegiatan yang ada.
Metode fungsional penugasan asuhan keperawatan terdiri dari
pemisahan tugas keperawatan yang terlibat dalam setiap perawatan
pasien dan penugasan masing-masing anggota, staf keperawatan untuk
melakukan satu atau dua fungsi bagi semua pasien dalam sebuah unit.
Keuntungan metode penugasan fungsional adalah :
1) Masing-masing anggota staf memiliki kesempatan untuk melakukan
satu atau dua tugas yang merupakan spesialisasinya. Oleh karena itu,
dengan penugasan fungsional dimungkinkan dengan jumlah pegawai
perawat yang kecil akan merawat sejumlah pasien di dalam periode
waktu yang singkat dan perawatan mudah memperoleh kepuasan
kerja setelah menyelesaikan tugasnya.
2) Menerapkan manajemen klasik yang menekankan efisiensi,
pembagian tugas yang jelas, dan pengawasan yang baik
3) Sangat cocok untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
Kelemahan metode fungsional adalah :
1) Perawatan fokus pada unit tertentu (membagi-bagi asuhan
keperawatan)
2) Menurunkan tanggunggugat dan tanggungjawab perawat
3) Membuat hubungan perawat-klien sulit terbentuk
4) Memberi status hukum keperawatan dalam bentuk tanggungjawab
untuk perawatan pasien
5) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja.
Misalnya seorang perawat khusus menangani vital pasien,
perawat yang lain khusus memandikan pasien, perawat lain mengurus
obat-obatannnya, sehingga tidak ada perawat yang menangani
kebutuhan total pasien, setelah selesai melaksanakan tugasnya perawat
banyak yang melakukan tugas yang non keperawatan. Perawat hanya
melihat askep sebagai keterampilan saja. Selain itu ketika tanggung
6

jawab untuk seorang pasien dilakukan oleh beberapa perawat maka


seringkali perawat menganggap enteng kesalahan/ kelalaian selama
perawatan.
Skema 1: Sistem pemberian asuhan keperawat Fungsional

b. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus


Nursalam tahun 2002 menyebutkan bahwa setiap perawat
ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat dinas. Pasien
akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu
perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau
untuk keperawatan khusus seperti isolasi, intensive care. Metode ini
berdasarkan pendekatan holistic dari filosofi keperawatan. Perawat
bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu.
c. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer
Menurut Gillies tahun 1986, perawat yang menggunakan metode
keperawatan primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut
perawat primer (primary nurse). Pada metode keperawatan primer
terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat
dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4
– 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat
dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan
komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan
dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika
perawat primer sedang tidak bertugas, kelanjutan asuhan akan
didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse). Metode penugasan
7

dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam


terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai
keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada
kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode
primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus
antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan dan koordinasi keperawatan selama pasien dirawat.
Kelebihan keperawatan primer :
1) Bersifat kontinu dan komprehensif
2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil
dan
3) memungkinkan pengembangan diri
4) Pasien merasa dihargai karena terpenuhi kebutuhannya secara
individu
5) Asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan akan tercapai pelayanan
yang efektif terhadap pengobatan dukungan proteksi informasi dan
advokasi
Kelemahan keperawatan primer adalah :
1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat,
menguasai keperawatan klinik, akuntabel serta mampu berkolaborasi
dengan berbagai disiplin.
Skema 2 : Sistem pemberian keperawatan ”Primary Nursing”
8

d. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim


Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif
(Douglas, 1984). Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap
anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan
memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa
tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan
keperawatan meningkat. Menurut Kron & Gray (1987 dalam)
pelaksanaan model tim harus berdasarkan konsep berikut:
1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
tehnik kepemimpinan.
2) Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin.
3) Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
4) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan
berhasil baik bila didukung oleh kepala ruang.
5) Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda- beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group
yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan pembantu dalam
satu grup kecil yang saling membantu. Dalam penerapannya ada
kelebihan dan kelemahannya yaitu (Nursalam, 2002) :
Kelebihan:
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2) Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.
3) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah
diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
9

Kelemahan : Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam


bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit
untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
Skema 3 : Sistem pemberian asuhan keperawatan Tim

e. Sistem manejemen kasus


Metode ini merupakan sistem pelayanan keperawatan, dimana
para manajer kasus (case manager) bertanggung jawab terhadap muatan
kasus pasien selama dirawat. Para manejer dapat terkait dengan muatan
kasus dalam beberapa cara seperti:
1) Dengan dokter dan pasien tertentu
2) Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit-unit
3) Dengan mengadakan diagnosa
4) Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer dan
membutuhkan seorang sarjana keperawatan atau perawat dengan
pendidikan tingkat master untuk mengimplementasikan praktek
keperawatan dengan budget yang tinggi.
Skema 4 : Sistem pemberian keperawatan Manajemen Kasus
10

f. Metode Modular
Metode keperawatan modul merupakan metode modifikasi
keperawatan tim-primer, yang dicoba untuk meningkatkan efektifitas
konsep keperawatan tim melalui penugasan modular. Sistem nin
dipimpin oleh perawat register (Ners). Dan anggota memberikan asuhan
keperawatan di bawah pengarahan dan pimpinan modulnya. Idealnya 2-
3 perawat memberikan asuhan keperawatan terhadap 8-12 pasien.
Aktifitas tim sebagai suatu kesatuan mempunyai pandangan yang
holistik terhadap setiap kebutuhan pasien, asuhan diberikan semenjak
pasien masuk rumah sakit sampai pasien pulang. Keuntungan pada
metode modular mutu pelayanan keperawatan meningkat karena pasien
mendapat pelayanan keperawatan secara komprehensif sesuai dengan
kebutuhan perawatan pasien. Tidak banyak tenaga perawat register
(Ners) yang dimanfaatkan sehingga biaya menjadi lebih efektif.
1) Tugas dan tanggungjawab kepala perawat :
a) Memfasilitasi pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan pasien.
b) Memberikan motivasi pada staf perawat.
c) Melatih perawat untuk bekerjasama dalam pemberian asuhan.
2) Tugas dan tanggung jawab ketua tim moduler :
a) Memimpin, mendukung, dan menginstruksikan perawat non
profesional untuk
b) melaksanakan tindakan perawatan.
c) Memberikan asuhan keperawatan pasien meliputi: mengkaji,
merencanakan,
d) melaksanakan dan menilai hasil asuhan keperawatan.
e) Memberi bimbingan dan instruksi kepada perawat patner
kerjanya.
3) Tugas dan tanggung jawab anggota tim :
a) Memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan yang ditugaskan
ketua tim.
11

Keuntungan :
1) Tim mendukung pengembangan dan produktifitas kelompok.
2) Asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif.
3) Membaiknya kontinuitas dan koordinasi asuhan.
4) Meningkatnya kepuasan pasien.
5) Biaya efektif.
Kerugian :
1) Sedikit perawat register yang digunakan untuk mengatasi kondisi
pasien yang tidak diharapkan.
2) Diperlukan pengalaman dan keterampilan ketua tim.
3) Diperlukan campuran keterampilan yang tepat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen biasanya diidentikkan dengan cara untuk mengatur beberapa
hal secara baik dan sesuai dengan tujuan. Manajemen keperawatan adalah
suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan
asuhan, pengobatan dan bantuan terhadap para pasien. Pengaturan dilakukan
agar hal hal yang diatur berjalan seimbang, lancar, dan mencapai tujuan yang
diharapkan. Pada dasarnya seluruh jenis metode penugasan pemberi asuhan
keperawatan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Prinsip
dalam pemilihan metode penugasan asuhan keperawatan professional yaitu
pertimbangan jumlah tenaga, kualifikasi staf dan klasifikasi pasien. Dengan
demikian seorang manajer dapat menentukan jenis metode penugasan yang
tepat untuk diterapkan pada suatu unit keperawatan melalui kajian situasi
yang memperhatikan prinsip pemilihan metode penugasan asuhan
keperawatan.
Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 5
metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang dikembangkan
dalam pelayanan keperawatan, yaitu (Harahap & Sembiring, 2012) : model
asuhan keperawatan profesional (makp) fungsional, model asuhan
keperawatan profesional (makp) kasus, model asuhan keperawatan
profesional (makp) primer, model asuhan keperawatan profesional (makp)
tim, sistem manejemen kasus dan metode modular.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini kelompok telah berusaha semaksimal
mungkin untuk melakukan yang terbaik, namun apabila ada saran yang
bersifat membangun kelompok dengan senang hati menerima untuk
perbaikan makalah ini.

12
13
DAFTAR PUSTKA

Handoko TH. (2000). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi
ke-2. Yogyakarta : BPFE

Harahap, N., & Sembiring, E. (2012). Pengelolaan Pelayanan Keperawatan


Melalui Upaya Staff Keperawatan Untuk Memberikan Asuhan di RSUP
Dr. Pirngadi Medan . Medan: Universitas Sumatra Utara.
Hidayah, N. (2014). Manajemen Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP) Tim Dalam Peningkatan Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit.
Jurnal Kesehatan, 7(2), 410-426.
Medita, Alfan. 2016. “Penerapa Model Metode Asuhan Keperawatan Profesional
Di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Kabupaten Blitar”. Tesis, Ilmu
Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

Mugianti, S. (2016). Modul Manajemen Kepemimpinan Dalam Praktek


Keperawatan. Kemenkes RI.

14

Anda mungkin juga menyukai