Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN HASIL PENELITIAN

TERJADINYA TANAH LONGSOR DI


KECAMATAN TANAH JAWA

Disusun Oleh:
Nama : Siti Rohani Purba
Katlin Aprilia Siallagan
Kori Hasana
Oktavia Simarmata
Judika Siagian

SMAN 1 TANAH JAWA


TAHUN PELAJARAN 2021/2022

LEMBAR PENGESAHAN
Penyusun laporan hasil penelitian dengan tema “Terjadinya Tanah Longsor di kecamatan Tanah
Jawa”
Disusun oleh :
1. Siti Rohani Purba
2. Katlin Aprilia Siallagan
3. Kori Hasana
4. Oktavia Simarmata
5. Judika Siagian
Kelas: X-IPS

Mengetahui,
Guru Pembimbing

........................................
NIP. ....................................

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
restu-Nya kami dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian yang berjudul
“Terjadinya Tanah Longsor di Kecamatan Tanah Jawa” dengan tepat waktu.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga selesainya laporan ini.
Pada laporan hasil penelitian ini, kami diharuskan untuk mengetahui dan
memahami penyebab tanah longsor yang kerap terjadi di Kecamatan Tanah Jawa.
Laporan ini kami kerjakan untuk memenuhi nilai mata pelajaran geografi
yang diberikan beberapa waktu yang lalu. Selain itu, dengan adanya tugas ini kami
dapat mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan penelitian geografi.
Kami berharap laporan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan
mengenai penyebab, akibat, dan solusi dari terjadinya tanah longsor dan untuk
kedepannya dapat memperbaiki bentuk dari isi yang salah agar menjadi lebih baik
lagi.

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan...........................................................................
2
Kata Pengantar ...................................................................................
Daftar Isi .............................................................................................
Bab I Pendahuluan
A.Latar Belakang......................................................................
B. Identifikasi Masalah ............................................................
C.Tujuan Penelitian...................................................................
Bab II Pembahasan
A. Lokasi sebaran area kejadian longsor..................................
B. Karakter dan pola tanah atau area yang terjadi....................
C. Penyebab-penyebab terjadinya longsor...............................
D. Fakfor-faktor penyebab utama terjadinya longsor...............
E. Dampak Negatif dari Tanah Longsor..................................
F. Upaya Mitigasi Bencana Tanah Longsor............................................
Bab III Penutup
A. Kesimpulan...........................................................................
B. Saran ...................................................................................
Daftar Pustaka.....................................................................................
Lampiran.............................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

3
Jenis tanah pelapukan yang sering dijumpai di Indonesia adalah hasil letusan gunung api.
Tanah ini memiliki komposisi sebagian besar lempung dengan sedikit pasir dan bersifat subur.
Tanah pelapukan yang berada di atas batuan kedap air pada perbukitan/punggungan dengan
kemiringan sedang hingga terjal berpotensi mengakibatkan tanah longsor pada musim hujan
dengan curah hujan berkuantitas tinggi. Jika perbukitan tersebut tidak ada tanaman keras berakar
kuat dan dalam, maka kawasan tersebut rawan bencana tanah longsor.

Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses
terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut. Air yang meresap ke dalam tanah
akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan
sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak
mengikuti lereng dan keluar lereng.

Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok,
runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran translasi dan rotasi
paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran yang paling banyak memakan korban
jiwa manusia adalah aliran bahan rombakan.

Daerah Kecamatan Tanah Jawa kabupaten Simalungun merupakan contoh dari banyak
daerah di Indonesia yang rawan terhadap proses longsor. Desakan akan kebutuhan lahan baik
untuk penggunaan pertanian dan non pertanian telah memaksa penduduk yang tinggal di wilayah
tersebut untuk memanfaatkan lahan perbukitan dan pegunungan yang rawan terhadap tanah
longsor. Kurangnya pemahaman atas perilaku proses longsor telah mengakibatkan kegiatan
konservasi yang dilakukan tidak sesuai dengan proses ataupun tingkat bahaya longsor yang
terjadi. Maka untuk itulah diperlukan identifikasi penyebab longsor agar dapat diketahui
penyebab utama longsor dan mengetahui berapa besar faktor keamanan pada lereng tersebut.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Bagaimana lokasi sebaran area kejadian longsor di daerah penelitian?


2. Bagaimana karakter dan pola tanah atau area yang mengalami longsor di daerah
penelitian?
3. Apa penyebab-penyebabterjadinya longsor di daerah penelitian?
4. Apa fakfor-faktor penyebabutamaterjadinya longsor di daerah penelitian?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui lokasi sebaran area kejadian longsor di daerah penelitian.


2. Mengetahui karakter dan pola tanah atau area yang mengalami longsor yang terjadi di
daerah penelitian.
3. Mengidentifikasi dan mengevaluasi penyebab-penyebab terjadinya longsor di daerah
penelitian.
4. Menentukan fakfor-faktor penyebabutamaterjadinya longsor di daerah penelitian.

BAB II

PEMBAHASAN
A. LOKASI SEBARAN AREA KEJADIAN LONGSOR
Beberapa kecamatan di Kabupaten Simalungun terjadi longsor yang disebabkan curah
hujan diatas batas normal. Kecamatan itu antara lain, Tapian Dolok, Tanah Jawa, Tiga
Binanga. Banjir bandang dan tanah longsor di Kabupaten Simalungun terjadi karena di

4
daerah tersebut banyak daerah perkebunan sawit baik milik perseroan maupun milik
perseorangan, sehingga secara otomatis bila diguyur hujan deras, maka terjadi tanah longsor.
Daerah-daerah tersebut kondisi tanahnya sangat rentan, sehingga terjadi gerakan tanah, dan
juga kemiringan lerengnya akan semakin membuat daerah tersebut menjadi labil, terutama
jika dipicu oleh hujan lebat.

B. KARAKTER DAN POLA AREA YANG MENGALAMI LONGSOR

Hasil penelitian menunjukkan daerah penelitian mempunyai karakteristik lahan


kemiringan lereng terjal, terdapat 1 pusat mata air, tingkat pelapukan batuan lapuk sedang,
kerapatan kekar rapat, kedalaman pelapukan agak dangkal, struktur perlapisan batuan
sedang, permeabilitas tanah tinggi, indeks plastisitas tanah sedang, terkstur tanah lempung
berpasir, penggalian tebing dangkal di kaki lereng serta penutup lahan berupa kebun. Tingkat
kerentanan bahaya longsor tanah tanah terbagi menjadi 3 kriteria yaitu rendah, sedang, dan
tinggi. Hasil pengolahan serta analisis data menunjukkan bahwa pada daerah penelitian
didominasi krtiteria tingkat kerentanan bahaya longsor sedang dengan luas 24,99 km² pada
satuan medan V6.III.Sh, V3.II.P, V3.III.P, V3.III.Kb, A2.II.Ps, A2.II.Pk, A2.II. Ptks, tinggi
dengan luas 6,569 km² pada satuan medan V3.III.Tl, V3.III.BS , V3.III.Ptks, serta rendah
dengan luas 1,928 km² pada satuan medan V6.II.Sh dan V3.II.Tl. Tipe longsor yang
berkembang pada daerah penelitian adalah Jatuhan, robohan, longsoran, dan rayapan tanah.
Sedang kriteria longsor terbagi menjadi amblesan jalan dan longsoran tebing.

C. PENYEBAB - PENYEBAB TERJADINYA TANAH LONGSOR


1. Curah Hujan Tinggi
Data curah hujan bulanan pada daerah penelitian berdasarkan data pencatatan hujan
tahun 2013-2016 seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.

2. Penggunaan Lahan Yang Berlebihan

Sebagian besar didominasi oleh semak belukar, pertanian lahan kering, pertanian
lahan kering campur semak, perkebunan sawit dan pemukiman. Daerah hutan sebagai
penahan air sangat kurang pada daerah yang mengalami longsor.

3. Menumpuknya Material

Banyak warga yang ingin melakukan perluasan pemukiman dengan cara


menimbun lembah atau memotong tebing. Tanah yang digunakan untuk menimbun

5
lembah, belum benar-benar padat, jadi tatkala proses terjadinya hujan tiba-tiba
mengguyur dapat menimbulkan retakan dan permukaan tanah yang turun.

4. Longsoran Lama

Dalam memilih daerah tempat tinggal, hindari daerah yang pernah mengalami
tanah longsor karena daerah tersebut rawan longsor kembali. Tanahnya rentan gugur
apalagi bila ada tekanan dari angin, air, dan lainnya.

5. Kelebihan Beban

Adanya beban yang terlampau berat akan memberi tekanan pada tanah, sehingga
tanah mudah longsor. Contohnya adalah adanya rumah, pemukiman di lereng, kendaraan
yang lalu lalang di tikungan lembah.

6. Tanah Tak Padat

Tanah yang tidak padat contohnya adalah tanah liat. Sifat tanah yang pecah ketika
pada pembagian musim seperti musim kemarau atau kering melanda dan lembek saat
terkena curah hujan tinggi menyebabkan rawan mengalami longsor. Tanah yang kurang
lebih ketebalannya 2,5 meter akan longsor jika terdapat pada kemiringan atau sudut
lereng 220°.

D. FAKTOR - FAKTOR UTAMA PENYEBAB LONGSOR

1. Curah Hujan

Faktor curah hujan memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap longsor. Hal ini berdasarkan
data curah hujan terendah 1108,5 mm/tahun danyang tertinggi yaitu 2855,5 mm/tahun.

2. Geologi

Berdasarkan peta geologi formasi geologi Desa Pucanganak dikelompokkan


menjadi dua formasi yaitu: (Tmb) tersusun dari diorit, diorit kuarsa, granodiorit, dan
adamelit serta (Qpl) tersusun dari batu lempung kelabu, batu pasir berbutir halus hingga
kasar serta kerikil.

3. Jenis Tanah

Desa Pucanganak memiliki dua jenis tanah, dimana jenis tanah brown forest soil,
aluvial, aluvial hidromorf mendominasi daerah penelitian dengan luas 131,796 ha
(86,42%) sedangkan jenis tanah mediteran merah kuning, dan latosol memiliki luas
20,715 ha (13,58%).

4. Penggunaan Lahan

Sebagian besar didominasi oleh semak belukar dengan luas 69,81 ha (45,77%),
pertanian lahan kering dengan luas 51,82 ha (33,98%), pertanian lahan kering campur
semak dengan luas 23,55 ha (15,44%), dan pemukiman 7,33 ha (4,8%).

6
E. Dampak Negatif dari Tanah Longsor

1. Korban Jiwa

Masyarakat akan merasa kesulitan ketika bencana Tanah longsor, karena terjadi secara
mendadak dan kadang kala tidak ada gejala akan terjadinya bencana tersebut. Kebanyakan
bencana alam terjadi di dunia ini memakan korban jiwa, salah satunya bencana tanah longsor ini.
Bencana pada umumnya terjadi ketika hujan lebat dan masyarakat pasti berteduh dirumah
masing-masing. Sementara itu, tanah longsor merupakan bencana alam yang datang secara tiba-
tiba seperti halnya bencana tsunami. Kemungkinannya sangat kecil ketika terjadi bencana
tersebut dan masyarakat mau menyelamatkan diri. Semakin meningkatnya korban jiwa akibat
bencana alam tanah longsor ini, juga berdampak mengurangi sumber daya manusia yang
mempunyai potensi. Ketika bencana longsor terjadi sebenarnya kita dapat meminta bantuan
terhadap relawan SAR yang mempunyai potensi sumber daya manusia dalam bidang tersebut.
Para relawan pun juga kesulitan dalam mengevakuasi korban dari bencana tersebut, karena tidak
semudah yang dibayangkan. Dalam mengevakuasi harus berhati-hati karena posisi korban
tertimbun tanah. Selain mereka kesulitan dalam mengevakuasi, mereka juga harus waspada jika
ada longsor susulan. Hal tersebut menyebabkan menghambat proses evakuasi yang kadang kala
korban berhasil dievakuasi hingga berhari-hari.

2. Terputus Jalur Transportasi

Disamping merugikan masyarakat sekitarnya, juga merugikan masyarakat luar daerah yang
sedang melakukan perjalanan dan melintas di area tersebut. Hal itu terjadi ketika kejadian
bencana itu disekitar jalur transportasi, terutama yang sering digunakan para pengemudi
kendaraan. Jalur transportasi yang berada disekitar perbukitan, lembah, hutan dan pegunungan
itu sering terjadi pengalihan jalur karena terjadi bencana lonsor.

3. Perekonomian Tersendat

Yang dimaksud dengan perekonomian tersendat, saat tanah longsor terjadi tentunya akan
merusak sumber mata pencaharian para warga. Ketika hal itu terjadi, alur perekonomian mulai
terputus, seorang produsen tidak dapat memproduksi barang dagangannya lagi. Sedangkan
konsumen mempunyai kebutuhan yang aktif selalu, neraca perekonomian masyarakat mulai
terputus karena dampak bencana ini. Sumber daya alam yang biasanya dimanfaatkan masyarakat
untuk kebutuhan sehari-hari juga semakin berkurang, karena punah terkena dampak bencana ini.

4. Rusaknya Infrastruktur

Bencana ini juga berakibat fatal pada infrastruktur terutama pada pemukiman penduduk disekitar
tanah longsor itu. Pemukiman masyarakat tentu akan mengalami kerusakan sesuai
berdasarkan separah apa kejadian longsor tersebut. Selain itu, berdampak pula pada kerusakan
sarana kesehatan, pendidikan serta tempat peribadatan. Jika dihitung materi, selain memakan
korban jiwa yang banyak juga sangat merugikan dalam hal materi. Terutama bagi masyarakat
sekitar daerah tanah longsor tersebut.

5. Keselamatan Masyarakat Sekitar Terancam

Masyarakat yang awalnya nyaman dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari akan berubah
drastis menjadi tidak tenang, karena keselamatannya terancam oleh bencana longsor ini. Mereka
menjadi ragu ketika akan melakukan aktivitas seperti biasanya, apalagi ketika cuaca yang sudah
berawan hitam dan ada tanda-tanda akan hujan lebat. Masyarakat yang lahan sekitarnya rawan
bencana tentunya juga harus paham tentang jenis-jenis hujan yang mengamcam keselamatan
7
mereka. Disisi lain hujan juga bisa dimanfaatkan, dan masyarakat juga harus paham tentang
pemanfaatan air hujan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

6. Rusaknya Sanitasi Lingkungan

Sanitasi atau pembudayaan hidup bersih ini menjadi perihal utama masyarakat untuk menjaga
keutuhan planet bumi ini dari bencana alam. Salah satu bentuk sanitasi ini adalah menjaga
saluran air dan pengedalikan pencemaran air untuk mengurangi kerusakan sanitasi lingkungan.
Masyarakat sekitar juga perlu belajar tentang sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan
tidak dapat diperbaharui agar teringat akan pentingnya air untuk melangsungkan kehidupan.

F. Upaya Mitigasi Bencana Tanah Longsor

1. Menghindari pembangunan pemukiman di daerah dibawah lereng yang rawan terjadi


tanah longsor.

2. Mengurangi tingkat keterjangan lereng dengan pengolahan lahan terasering di kawasan


lereng

3. Menjaga drainese lereng yang baik untuk menghindarkan air mengalir dari dalam lereng
keluar lereng

4. Pembuatan bangunan penahan supaya tidak terjadi pergerakan tanah penyebab longsor

5. Penanaman pohon yang mempunyai perakaran yang dalam dan jarak tanam yang tidak
terlalu rapat diantaranya di seling-selingi tanaman pendek yang bisa menjaga drainase air.

6. Relokasi daerah rawan longsor, meskipun butuh dana besar ini adalah upaya penting
yang harus dilakukan pemerintah ketika ancaman bencana bisa merenggut nyawa dan
kerugian yang besar.

7. Warning system atau teknologi peringatan bencana longsor dengan menciptkan alat-alat
pendeteksi pergerakan tanah yang berisiko akan longsor di daerah-dareh longsor.
Peringatan sebelum longsor bisa dilakukan kepada warga untuk melakukan tindakan
mitigasi bencana.

Upaya penanggulangan tanah longsor seperti halnya banjir, harus terintegrasi antara tindakan
masyarakat yang bermukim di area rawan longsor dengan pemerintah setempat.

BAB IV

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari laporan yang kami buat dapat menarik kesimpulan, diantaranya: tanah longsor
adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah,
atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng.
Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi batuan
dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup dan
penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara garis besar dapat dibedakan
sebagai factor alami dan manusia.

8
Terjadinya bencana alam tanah longsor ini dapat diminimalkan dengan
memberdayakan masyarakat untuk mengenali tipologi lereng yang rawan longsor, gejala
awal longsor, serta upaya antisipasi dini yang harus dilakukan, sehingga pengembangan
dan penyempurnaan manajemen mitigasi gerakan tanah baik dalam skala nasional,
regional maupun lokal secara berkelanjutan dengan memanfaatkan perkembangan
teknologi informasi dan menggalang kebersamaan segenap lapisan masyarakat.

B. SARAN
Bencana bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, namun kita harus mengetahui jenis-
jenis bencana, sebab-sebab yang menimbulkan bencana dan akibat-akibat yang
ditimbulkannya.
Kami sampaikan kepada semua pihak untuk mengantisipasi dan penanggulangan
bencana agar tidak menimbulkan kerusakan lingkungan hidup, korban meninggal dan
kerugian harta benda yang besar.

1. Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam penyelamatan dan pelestarian


lingkungan, karena sebagian bencana yang terjadi diakibatkan oleh kerusakan
lingkungan.
2. Sedapat mungkin tidak tinggal di tempat atau daerah rawan bencana, agar tidak
terjadi korban dan kerugian yang besar.
3. Masyarakat pada umumnya harus mengetahui baik melalui Media Elektronik (radio,
TV dan internet) maupun Media Cetak (buku literature, surat kabar, majalah) tentang
bencana-bencana yang terjadi dan bagaimana cara mengatasi atau menyelamatkan
diri.

DAFTAR PUSTAKA

http://karyacombirayang.blogspot.co.id/2015/10/makalah-tanah-longsor.html
http://kominfo.jatimprov.go.id/read/umum/19264
http://sendiculun.blogspot.co.id/2011/07/abstrak-tanah-longsor-adalah.html
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11607/E08ade.pdf;jsessionid=73358E585
97C9CB7FF0305D3CB9FC8B6?sequence=2
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/Geografi/article/view/23151
http://tatangismail.blogspot.co.id/2013/05/makalah-tanah-longsor.html
Departemen Pekerjaan Umum, 2007, Pedoman Penataan Ruang Kawasan Bencana Longsor, Jakarta.

9
https://ilmugeografi.com/bencana-alam/dampak-tanah-longsor

https://bpbd.wonogirikab.go.id/2019/02/22/upaya-penanggulangan-bencana-longsor/

LAMPIRAN

10
11

Anda mungkin juga menyukai