Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL PENELITIAN

“KARAKTERISTIK TANAH LONGSOR LAHAN YANG TERJADI


DI DESA NIUKBAUN KECAMATAN AMARASI BARAT
KABUPATEN KUPANG”

DISUSUN OLEH:
YOHANES PIUS SUBAN DIAZ
1906100044
KELAS : A

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2022
Daftar Isi

Daftar Isi ................................................................................................................. 1

BAB 1...................................................................................................................... 3

PENDAHALUAN .................................................................................................. 3

1.1. Latar Belakang .............................................................................................. 3

1.2. Perumusan Masalah ...................................................................................... 3

1.3. Tujuan penelitian ........................................................................................... 4

1.4. Manfaat penelitian ........................................................................................ 4

BAB II ..................................................................................................................... 4

TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 4

2.1.Tanah Longsor .............................................................................................. 4

2.2 Tipe Longsoran ............................................................................................. 5

3.3 Karakteristik Daerah Rawan Tanah Longsor ................................................ 6

2.4 Faktor Penyebab Tanah Longsor .................................................................. 7

2.4.1. Faktor Alam ........................................................................................ 7

2.4.2 Faktor Manusia.................................................................................. 7

2.4.3. Kelerengan ............................................................................................. 8

2.4.4. Faktor Tanah .......................................................................................... 9

2.4.5. Curah Hujan .......................................................................................... 9

2.4.6. Faktor Geologi .................................................................................... 10

2.5. Landasan Teori ........................................................................................... 10

BAB III.................................................................................................................. 11
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 11

3.1 Waktu penelitian dan Tempat Penelitian .................................................... 11

1
3.1.1 Waktu Penelitian .................................................................................. 11

3.1.2 Tempat Penelitian................................................................................. 11

3.2 Populasi Penelitian ...................................................................................... 11

3.3 Sampel Penelitian ....................................................................................... 11

3.4. Jenis Data ................................................................................................... 11

3.4.1 Data Primer .......................................................................................... 11

3.4.2. Data Sekunder ..................................................................................... 11

3.5 Variabel ....................................................................................................... 12

3.6 Tahapan Penelitian ...................................................................................... 12

3.6.1 Tahapan Persiapan .............................................................................. 12

3.6.2 Tahap Pengumpulan Data .................................................................... 12

3.6.3 Tahap Analisa Data .............................................................................. 12

3.7 Cara Pengumpulan Data ............................................................................. 12

3.7.1 Data Primer .......................................................................................... 12

3.7.2 Data Sekunder ...................................................................................... 12

3.8 Analisa Data ................................................................................................ 12

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 14

2
BAB 1.
PENDAHALUAN
1.1. Latar Belakang
Peristiwa tanah longsor atau dikenal dengan gerakan massa tanah ,batuan atau
material lainnya,sering terjadi pada lereng alami atau lereng non alami.Tanah
longsor sering melanda hampir semua daerah di Indonesia,beberapa faktor alami
yang menyebabkan tanah longsor adalah curah hujan yang tinggi dan juga struktur
tanah yang kurang baik.
Tanah longsor adalah proses gangguan keseimbangan yang menyebabakan
bergeraknya massa tanah dan batuan dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang
lebih rendah.pergerakan tersebut terjadi karena adanya faktor gaya terletak pada
bidang tanah yang tidak rata atau disebut lereng.selanjutnya,gaya yang menahan
massa tanah disepanjang lereng tersebut dipengaruhi oleh kedudukan muka air
tanah ,sifat fisik tanah,dan sudut dalam tahanan geser tanah yang bekerja
disepanjang bidang luncuran (Sutikno,1997)
Kabupaten Kupang merupakan daerah yang mempunyai tingkat kerawanan
cukup tinggi terhadap kejadian bencana tanah longsor,walaupun selama ini korban
jiwa akibat bencana alam tersebut tidak begitu banyak.Kecamatan Amarasi Barat
merupakan salah satu kecamatan dikabupaten kupang yang mempunyai tingkat
kerawanan yang tinggi terhadap kejadian bencana tanah longsor.

1.2. Perumusan Masalah


Gerakan tanah merupakan peristiwa alam yang seringkali membawa bencana
dan kerugian yang tidak sedikit,baik berupa harta benda, sarana dan prasarana
maupun korban jiwa.
Kecamatan Amarasi barat merupakan salah satu daerah yang memiliki struktur
lereng yang terjal,sehingga pada musim penghujan tiba maka daerah tersebut
berpotensi untuk terjadi longsor yang dapat mengancam keselamatan jiwa
penduduk setempat.
Dari uraian diatas dapat dirumuskan masalahmya yaitu “Bagaimana
karakteristik longsor Di Kecamatan Amarasi Barat Kabupaten Kupang”.

3
1.3. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik longsor yang terjadi
di Kecamatan Amarasi Barat Kabupaten Kupang.

1.4. Manfaat penelitian


Manfaat penelitian adalah untuk memberikan informasi tentang karakteristik
longsor di wilayah penelitian ,sehingga dapat menjadi rujukan dalam pencegahan
dan mitigasi bencana tanah longsor.

BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Tanah Longsor
Suripin (2002) tanah longsor merupakan bentuk erosi dimana pengangkutan
atau gerakan masa tanah terjadi pada suatu saat dalam volume yang relatif besar.
Peristiwa tanah longsor dikenal sebagai gerakan massa tanah, batuan atau material
lainnya ,sering terjadi pada lereng-lereng alam atau buatan dan sebenarnya
merupakan fenomena alam yaitu alam mencari keseimbangan baru akibat adanya
gangguan atau adanya faktor yang mempengaruhinya dan menyebabkan
terjadinya pengurangan kuat geser serta peningkatan tegangan geser tanah.
Menurut Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (2005)
menyatakan bahwa tanah longsor boleh disebut juga dengan gerakan tanah.
Didefinisikan sebagai massa tanah atau material campuran lempung, kerikil, pasir,
dan kerakal serta bongkah dan lumpur, yang bergerak sepanjang lereng atau
keluar lereng karena faktor gravitasi bumi.
Tanah longsor merupakan contoh dari proses geologi yang disebut dengan mass
wasting yang juga sering disebut gerakkan masa ( mass movement ), merupakan
perpindahan masa batuan, regolith, dan tanah dari tempat yang tinggi ke tempat

4
yang rendah karena gaya gravitasi. Setelah batuan lapuk, gaya gravitasi akan
menarik material hasil pelapukan ke tempat yang lebih rendah.
Meskipun gravitasi merupakan faktor utama terjadinya gerakkan masa, ada
beberapa faktor lain yang jugs berpengaruh terhadap terjadinya proses tersebut
antara lain kemiringan lereng dan air. Apabila pori – pori sedimen terisi oleh air,
gaya kohesi antar mineral akan sewmakin lemah, sehingga memungkinkan
partikel – partikel terebut dengan mudah untuk bergeser. Selain itu air juga akan
menambah berat beban masa material, sehingga memungkinkan cukup untuk
menyebabakan material untuk meluncur ke bawah.

2.2 Tipe Longsoran


Naryanto (2002), jenis tanah longsor berdasarkan kecepatan gerakannya dapat
dibagi menjadi 5 (lima) jenis yaitu :
a. Aliran ; longsoran bergerak serentak/mendadak dengan kecepatan tinggi.
b. Longsoran ; material longsoran bergerak lamban dengan bekas longsoran
berbentuk tapal kuda.
c. Runtuhan; umumnya material longsoran baik berupa batu maupun tanah
bergerak cepat sampai sangat cepat pada satu tebing.
d. Majemuk; longsoran yang berkembang dari runtuhan atau longsoran dan
berkembang lebih lanjut menjadi aliran.
e. Amblesan (penurunan tanah); terjadi pada penambangan bawah tanah,
penyedotan air tanah yang berlebihan, proses pengikisan tanah serta pada
daerah yang dilakukan proses pemadatan tanah.
Penurunan tanah (subsidence) dapat terjadi akibat adanya konsolidasi, yaitu
penurunan permukaan tanah sehubungan dengan proses pemadatan atau
perubahan volume suatu lapisan tanah. Proses ini dapat berlangsung lebih cepat
bila terjad pembebanan yang melebihi faktor daya dukung tanahnya, ataupun
pengambilan air tanah yang berlebihan dan berlangsung relatif cepat.
Pengambilan air tanah yang berlebihan dapat mengakibatkan penurunan muka air
tanah (pada sisitem akifer air tanah dalam) dan turunnya tekanan hidrolik,
sedangkan tekanan antar batu bertambah. Akibat beban di atasnya menurun,

5
penurunan tanah pada umumnya terjadi pada daerah dataran yang dibangun oleh
batuan/tanah yang bersifat lunak (Sangadji, 2003).

3.3 Karakteristik Daerah Rawan Tanah Longsor

Menurut Darsoatmodjo dan Soedrajat (2002), menyebutkan bahwa terdapat


beberapa ciri/karakteristik daerah rawan akan gerakan tanah, yaitu :
A. Adanya gunung api yang menghasilkan endapan batu vulkanik yang
umumnya belum padu dan dengan proses fisik dan kimiawi maka batuan
akan melapuk, berupa lempung pasiran atau pasir lempungan yang bersifat
sarang, gembur, dan mudah meresapkan air.
B. Adanya bidang luncur (diskontinuitas) antara batuan dasar dengan tanah
pelapukan, bidang luncuran tersebut merupakan bidang lemah yang licin dapat
berupa batuan lempung yang kedap air atau batuan breksi yang kompak dan
bidang luncuran tersebut miring kea rah lereng yang terjal.
C. Pada daerah pegunungan dan perbukitan terdapat lereng yang terjal, pada
daerah jalur patahan/sesar juga dapat membuat lereng menjadi terjal dan
dengan adanya pengaruh struktur geologi dapat menimbulkan zona retakan
sehingga dapat memperlemah kekuatan batuan setempat.
D. Pada daerah aliran sungai tua yang bermeander dapat mengakibatkan lereng
menjadi terjal akibat pengikisan air sungai ke arah lateral, bila daerah tersebut
disusun oleh batuan yang kurang kuat dan tanah pelapukan yang bersifat
lembek dan tebal maka mudah untuk longsor.
E . Faktor air juga berpengaruh terhadap terjadinya tanah longsor, yaitu bila di
lereng bagian atas terdapat adanya saluran air tanpa bertembok, persawahan,
kolam ikan (genangan air), bila saluran tersebut jebol atau bila turun hujan air
permukaan tersebut meresap ke dalam tanah akan mengakibatkan kandungan
air dalam massa tanah akan lewat jenuh, berat massa tanah bertambah dan
tahanan geser tanah menurun serta daya ikat tanah menurun sehingga gaya
pendorong pada lereng bertambah yang dapat mengakibatkan lereng tersebut
goyah dan bergerak menjadi longsor.

6
2.4 Faktor Penyebab Tanah Longsor
Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi
batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup
dan penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara garis besar dapat
dibedakan sebagai faktor alami dan manusia.
Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (2005), tanah longsor dapat
terjadi karena faktor alam dan faktor manusia sebagai pemicu terjadinya tanah
longsor, yaitu :

2.4.1. Faktor Alam


Kondisi alam yang menjadi faktor utama terjadinya longsor antara
lain:
a. Kondisi geologi: batuan lapuk, kemiringan lapisan, sisipan lapisan batu
lempung, lereng yang terjal yang diakibatkan oleh struktur sesar dan kekar
(patahan dan lipatan), gempa bumi, stratigrafi dan gunung api, lapisan batuan
yang kedap air miring ke lereng yang berfungsi sebagai bidang longsoran,
adanya retakan karena proses alam (gempa bumi, tektonik).
b. Keadaan tanah : erosi dan pengikisan, adanya daerah longsoran lama,
ketebalan tanah pelapukan bersifat lembek, butiran halus, tanah jenuh karena
air hujan.
c. Iklim: curah hujan yang tinggi, air (hujan. di atas normal)
d. Keadaan topografi: lereng yang curam.
e. Keadaan tata air: kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air,
erosi dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika, susut air cepat, banjir, aliran
bawah tanah pada sungai lama).
f. Tutupan lahan yang mengurangi tahan geser, misal lahan kosong, semak
belukar di tanah kritis.
2.4.2 Faktor Manusia
Ulah manusia yang tidak bersahabat dengan alam antara lain :
a. Pemotongan tebing pada penambangan batu di lereng yang terjal.
b. Penimbunan tanah urugan di daerah lereng.

7
c. Kegagalan struktur dinding penahan tanah.
d. Perubahan tata lahan seperti penggundulan hutan menjadi lahan basah yang
menyebabkan terjadinya pengikisan oleh air permukaan dan menyebabkan
tanah menjadi lembek
e. Adanya budidaya kolam ikan dan genangan air di atas lereng.
f. Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman.
g. Pengembangan wilayah yang tidak diimbangi dengan kesadaran masyarakat,
sehingga RUTR tidak ditaati yang akhirnya merugikan sendiri.
h. Sistem drainase daerah lereng yang tidak baik yang menyebabkan lereng
semakin terjal akibat penggerusan oleh air saluran di tebing
i. Adanya retakan akibat getaran mesin, ledakan, beban massa yang bertambah
dipicu beban kendaraan, bangunan dekat tebing, tanah kurang padat karena
material urugan atau material longsoran lama pada tebing
j. Terjadinya bocoran air saluran dan luapan air saluran

2.4.3. Kelerengan
Menurut Karnawati ( 2001 ), kelerengan menjadi faktor yang sangat penting
dalam proses terjadinya tanah longsor. Pembagian zona kerentanan sangat
terkait dengan kondisi kemiringan lereng. Kondisi kemiringan lereng lebih
15o perlu mendapat perhatian terhadap kemungkinan bencana tanah longsor dan
tentunya dengan mempertimbangkan faktor – faktor lain yang mendukung.
Pada dasarnya sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah perbukitan
atau pegunungan yang membentuk lahan miring. Namun tidak selalu lereng
atau lahan yang miring bepotensi tanah longsor. Potensi terjadinya gerakkan
pada lereng juga tergantung pada kondisi batuan dan tanah penyusun
lerengnya, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup, dan penggunaan
lahan pada lereng tersebut.
Lebih jauh Karnawati ( 2001 ), menyebutkan terdapat 3 tipologi lereng yang
rentan untuk bergerak/ longsor, yaitu :
a. Lereng yang tersusun oleh tumpukan tanah gembur dialasi oleh batuan
atau tanah yang lebih kompak.
b. Lereng yang tersusun oleh pelapisan batuan miring searah lereng

8
c. Lereng yang tersususn oleh blok – blok batuan
Kemantapan suatu lereng tergantung kepada gaya penggerak dan gaya penahan
yang ada pada lereng tersebut. Gaya penggerak adalah gaya – gaya yang yang
berusaha membuat lereng longsor, sedangkan gaya penahan adalah gaya – gaya
yang mempertahankan kemantapan lereng tersebut. Jika gaya penahan ini lebih
besar dari pada gaya penggerak, maka lereng tersebut tidak akan mengalami
gangguan atau berarti lereng tersebut mantap ( Das, 1993; Notosiswojo dan
Projosumarto, 1984 dalam Mustafril, 2003 ).

2.4.4. Faktor Tanah


Jenis tanah sangat menentukan terhadap potensi erosi dan longsor. Tanah yang
gembur karena mudah melalukan air masuk ke dalam penampang tanah akan
lebih berpotensi longsor dibandingkan dengan tanah yang padat (massive)
seperti tanah bertekstur liat (clay). Hal ini dapat terlihat juga dari kepekaan
erosi tanah. Nilai kepekaan erosi tanah (K) menunjukkan mudah tidaknya
tanah mengalami erosi, ditentukan oleh berbagai sifat fisik dan kimia tanah.
Makin kecil nilai K makin tidak peka suatu tanah terhadap erosi. (Sitorus,
2006).
Kedalaman atau solum, tekstur, dan struktur tanah menentukan besar kecilnya
air limpasan permukaaan dan laju penjenuhan oleh air. Pada tanah bersolum
dalam ( >90 cm ), struktur gembur, dan penutupan lahan rapat, sebagian besar
air hujan terinfiltrasi ke dalam tanah dan hanya sebagian kecil yang menjadi air
limpasan permukaan. Sebaliknya, pada tanah bersolum dangkal, struktur padat,
dan penutupan lahan kurang rapat, hanya sebagian kecil air hujan yang
terinfiltrasi dan sebagian besar menjadi air permukaan. ( Litbang Departemen
Pertanian, 2006 ).

2.4.5. Curah Hujan


salah satu faktor penyebab terjadinya bencana tanah longsor adalah air hujan.
Air hujan yang telah meresap ke dalam tanah lempung pada lereng akan
tertahan oleh batuan yang lebih kompak dan lebih kedap air. Derasnya hujan

9
mengakibatkan air yang tertahan semakin meningkatkan debit dan volumenya
dan akibatnya air
dalam lereng ini semakin menekan butiran-butiran tanah dan mendorong tanah
lempung pasiran untuk bergerak longsor.

2.4.6. Faktor Geologi


Faktor geologi yang mempengaruhi terjadinya gerakkan tanah adalah struktur
geologi, sifat batuan, hilangnya perekat tanah karena proses alami ( pelarutan ),
dan gempa. Struktur geologi yang mempengaruhi terjadinya gerakkan tanah
adalah kontak batuan dasar dengan pelapukan batuan, retakan/rekahan,
perlapisan batuan, dan patahan.

2.5. Landasan Teori


Gerakan tanah (tanah longsor) adalah suatu produk dari proses gangguan
keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa tanah dan batuan
ke tempat yang lebih rendah. Gaya yang menahan massa tanah di sepanjang
lereng tersebut dipengaruhi oleh sifat fisik tanah dan sudut dalam tahanan geser
tanah yang bekerja di sepanjang lereng. Perubahan gaya-gaya tersebut
ditimbulkan oleh pengaruh perubahan alam maupun tindakan manusia.
Peristiwa tanah longsor menjadi salah satu bencana alam yang sering terjadi di
Indonesia. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya tanah longsor, seperti
faktor manusia dan faktor alam. Selain itu ada faktor lain yang mempengaruhi
terjadinya tanah longsor, yakni kelerengan, penutupan vegetasi, faktor tanah,
curah hujan, dan faktor geologi. Karakteristik longsoran meliputi tipe
longsoran, material longsoran, panjang longsoran, lebar longsoran, dan tebal
longsoran.

10
BAB III.
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu penelitian dan Tempat Penelitian


3.1.1 Waktu Penelitian
Waktu Penelitian penelitian ini dilakukan mulai dari Bulan Februari hingga
Mei 2022

3.1.2 Tempat Penelitian


Tempat penelitian Berada Di wilayah Kecamatan Amarasi Barat
,Kabupaten Kupang

3.2 Populasi Penelitian


Populasi Penelitian ini adalah seluruh kejadian tanah longsor yang terjadi
kecamatan Amarasi Barat Kabupatem Kupang

3.3 Sampel Penelitian


Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Area Sampling dengan
tujuan mengambil sampel yang mudah dijangkau.

3.4. Jenis Data


Jenis data dalam penelitian ini ada 2 jenis yaitu data primer dan data sekunder
3.4.1 Data Primer
Data yang diperoleh melalui pengamatan langsung dilapangan, data itu
berupa : karakteristik longsorlahan di daerah penelitian.

3.4.2. Data Sekunder


Data Sekunder pada penelitian ini adalah data curah hujan di Kecamatan
Amarasi Barat, dan perta satuan bentuk lahan Kecamatan Amarasi Barat

11
3.5 Variabel
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif,
sehingga variabelnya yaitu karakteristik longsorlahan yang meliputi tipe
longsoran, material longsoran, panjang, tebal, dan lebar longsoran.

3.6 Tahapan Penelitian


3.6.1 Tahapan Persiapan
Menyiapkan semua peralatan yang diperlukan untuk melakukan penelitian
3.6.2 Tahap Pengumpulan Data
Data tentang karakteristik longorlahan diperoleh dari observasi lapangan
pada lokasi penelitian.
3.6.3 Tahap Analisa Data
Dalam penelitian ini menggunakan analisa deskriptif kualitatif
3.7 Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah semua bentuk penerimaan data yang dilakukan
dengan cara merekam kejadian, menghitungnya, mengukurnya, dan
mencatatnya (Kerlinger dalam S. Arikunto, 1997). Pada penelitian ini
pengumpulan data dilakukan dengan cara:
3.7.1 Data Primer
1. mengamati tanah longsor dilokasi penelitian untuk mengetahui
karakteristik longsor.
2. Mengidentifikasi karakteristik longsorlahan seperti tipe longsoran,
material longsoran, panjang longsoran, lebar longsoran, tebal longsoran.
3.7.2 Data Sekunder
Data Sekunder dalam penelitian adalah Data peta dan Data Curah
Hujan di Kecamatan Amarasi Barat.

3.8 Analisa Data


Dalam penelitian ini menggunakan analisa deskriptif kualitatif yang
menggunakan tabel frekuensi, dengan tujuan untuk pembuktian uji hipotesis

12
yang dibuat oleh peneliti. Kemudian hasil pengukuran karakteristik
longsorlahan dimasukkan kedalam tabel.

13
Daftar Pustaka

Darsoatmojo, A. Dan Soedrajat, G. M. 2002. Bencana Tanah Longsor Tahun


2001.Year Book Mitigasi Bencana Tahun 2001.
[DVMBG] Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi 2005.
Manajemen Bencana Tanah Longsor.

Karnawati, D. 2001. Bencana Alam Gerakkan Tanah Indonesia Tahun 2000


(Evaluasi dan Rekomendasi). Jurusan Teknik Geologi. Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Litbang Departemen Pertanian. 2006. Pedoman Umum Budidaya Pertanian di


Lahan Pegunungan. http://www.litbang.deptan.go.id/regulasi/one/12/file/BAB-
II.pdf [13 Juli 2007]

Suryolelono, K. B. 2005. Bencana Alam Tanah Longsor Perspektif Ilmu


Geoteknik. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Fakultas Teknik UGM. UGM
Press.

[UNDP] United Nation Development Program. 1992. Introduction Hazard.


Pustaka Belajar dan Oxfam B. G. Penerjemah ; Paripurno ET, editor.

Sitorus, Santun R. P. 2006. Pengembangan Lahan Berpenutupan Tetap Sebagai


Kontrol Terhadap Faktor Resiko Erosi dan Bencana Longsor. Direktorat Jenderal
Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai