MENENTUKAN KARAKTERISTIK
ALIRAN AIR TANAH
Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
FEBRIAN KUSMAJAYA
BWS NT-1
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penyusunan Makalah
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi
Longsoran Tebing PLTMH Santong ini dapat terselesaikan. Makalah ini membahas uraian
: garis besar tentang latar belakang pelaksanaan kegiatan, kondisi lokasi kegiatan,
metodologi kerja, pembahasan hasil pengukuran geolistrik serta kesimpulan dan saran.
Kata Pengantar - i
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
DAFTAR ISI
Daftar Isi- ii
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. V-1
5.2 Saran ...................................................................................................... V-1
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Longsoran adalah gerakan massa dari suatu rombakan batuan type gerakan yang
meluncur atau menggeser, berputar yang disebabkan oleh gaya gravitasi sehingga
gerakannya lebih cepat dan kandungan airnya sedikit.
Tanah longsor adalah proses perpindahan atau pergerakan massa tanah dengan
arah miring atau vertikal dari kedudukan semula, hal tersebut merupakan akibat dari
adanya gaya dorong. Intensitas kejadian longsor dan tingkat bahaya longsor sangat
dipengaruhi oleh intensitas curah hujan yang tinggi dan terjadi terus menerus,
kondisi lereng yang miring hingga terjal serta batuan dan struktur geologi yang
bervariasi.
Proses terjadinya longsoran diawali oleh filtrasi air kedalam tanah, yang akan
menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai kelapisan tanah kedap
air yang berfungsi sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah yang
lapuk diatasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar dari lereng.
PLTMH Santong merupakan salah satu dari sekian banyak PLTMH yang telah
terbangun di Pulau Lombok. Lokasinya berada di Desa Sambik Bangkol, Kecamatan
Gangga Kabupaten Lombok Utara. Kapasitas dari PLTMH Santong adalah 1 MW
yang menyuplai listrik untuk Kabupaten Lombok Utara.
Lokasi PLTMH Santong yang berada pada daerah perbukitan dimana memanfaatkan
tinggi jatuh air dari elevasi yang tinggi menuju elevasi yang lebih rendah. Kondisi
topografi yang curam disertai dengan struktur geologi yang lapuk dan memiliki
intensitas hujan yang tinggi karena berada pada daerah perbukitan sehingga
menyebabkan lokasi PLTMH Santong rentan terhadap bahaya longsor.
I-1
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
Pada saat terjadinya gempa 7,00 SR yang mengguncang Pulau Lombok pada Bulan
Agustus Tahun 2018, memberikan dampak kerusakan terhadap beberapa fasilitas
PLTMH Santong, salah satunya terjadinya longsor di daerah waterway intake
PLTMH tersebut yang menyebabkan terputusnya suplai air untuk menggerakkan
turbin,
Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengidentifikasikan lapisan tanah
bawah permukaan penyebab longsoran adalah menggunakan metode geolistrik
tahanan jenis. Untuk mengetahui sebaran / distribusi nilai resistivitas didalam tanah,
namun pengambilan datanya dilakukan dipermukaan tanah.
Prinsip dasar metode geolistrik tahanan jenis adalah menginjeksikan arus listrik
searah DC kedalam bumi melalui elektroda arus dan mengukur respon potensial
yang dihasilkan melalui elektroda potensial.
Dari identifikasi masalah diatas, maka pemecahaan masalah yang dapat dilakukan
adalah dengan melakukan beberapa tahapan, antara lain dengan melakukan desk
study berupa analisis berbasis spasial melalui overlay peta hidrogeologi dan peta
geologi serta analisis dari kajian-kajian terdahulu. Kemudian melakukan identifikasi
lapangan melalui survey geologi permukaan selanjutnya dengan melakukan
pengukuran geolistrik.
I-2
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
= Lokasi Kegiatan
I-3
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
- Peta topografi, peta geologi dan peta hidrogeologi rencana lokasi kegiatan;
- Studi terdahulu
b. Studi Pendahuluan / Desk study
Setelah diperoleh data sekunder seperti yang telah dijelaskan diatas, kemudian
data-data tersebut akan dilakukan analisa secara spasial melalui overlay
beberapa peta dan data pendukung lainnya.
c. Penyiapan peralatan geolistrik;
I-4
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
BAB II
DESKRIPSI LOKASI KEGIATAN
Lokasi kegiatan terletak pada lereng perbukitan yang mengalami longsoran (sliding)
yang memutuskan saluran eksisting PLTMH Santong, sehingga menyebabkan
terhentinya operasional dari Pembangkit Listrik tersebut.
Penanggulangan dan rekontruksi yang sudah dikerjakan antara lain, pada dinding
longsoran telah dilakukan penanggulangan perbaikan yaitu dengan membentuk
slope dengan kemiringan 1 : 2 dengan berm 2-3 meter, pemasangan wipe hole dan
telah dipasang pula counter weight dengan kontruksi pasangan batu kali pada kaki
tebing. Penanganan aliran permukaan/run off juga telah dibuat saluran-saluran
penangkap dan pengarah yang menjauhkan aliran permukaan menjauh dari daerah
longsoran.
Gambar 2.1. Penanganan bidang logsoran dengan slope 1 : 2 dan counter weight
II - 1
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
Lokasi kegiatan terletak disebalah utara lereng G. Rinjani dengan elevasi ± 600 m.
Merupakan morfologi curam dengan perbukitan bergelombang kuat yang didominasi
oleh endapan vulkanik muda, litologi breksi batuapung, breksi lepas yang berselang
seling, pada bidang kontak membentuk lapisan semi kedap dan menjadi bidang
longsor. Breksi batuapung berwarna krem terang, bersifat lepas, berukuran pasir
halus hingga boulder, didominasi pumice, porositas besar.
II - 2
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
Gambar 3. Breksi batuapung membentuk perlapisan selang seling, dan hasil erosi
run off
II - 3
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
BAB III
METODOLOGI
Oleh karenanya upaya dalam melakukan konservasi dan pemanfaatan sumber air
akan memperhatikan dan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut.
III - 1
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
daerah tersebut, tanah yang tebal, serta batuan dan strukur geologi yang
bervariasi.
Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi
yang terjadi karena pergerakan massa batuan atau tanah dengan berbagai tipe
dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum
kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor
pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi
material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan
bergeraknya material tersebut.
2. Pergerakan Blok
Pergerakan blok adalah bergeraknya batuan pada bidang gelincir berbentuk
rata. Longsoran ini disebut longsoran translasi blok batu
3. Longsoran (slides)
Gerakan material pembentuk lereng yang diakibatkan oleh terjadinya
kegagalan geser, disepanjang satu atau lebih bidang longsor. Material
longsoran bergerak lamban dengan bekas longsoran berbentuk tapal kuda.
Massa tanah yang bergerak bisa menyatu atau terpecah- pecah.
III - 2
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
4. Sebaran (spreads)
Termasuk longsoran translasional dan disebut sebaran lateral (lateral
speading), adalah kombinasi dari meluasnya massa tanah dan turunnya
massa batuan terpecah – pecah ke dalam material lunak dibawahnya.
Permukaan bidang longsor tidak berada dilokasi terjadinya geseran terkuat.
Sebaran dapat terjadi akibat liquefaction tanah granuler atau keruntuhan
tanah kohesif lunak di dalam lereng.
III - 3
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
5. Aliran (flows)
Gerakan hancuran material kebawah lereng dan mengalir seperti cairan
kental dengan kecepaatan tinggi serta bergerak cepat dan mendadak.
Aliran sering terjadi dalam bidang relatif sempit. Material yang terbawa
oleh aliran dapat terdiri dari berbagai macam tanah (termasuk batu-batu
besar), kayu-kayuan, ranting, dan lain-lain.
Menurut Dwikorita (2002, dalam Priyanto 2005), kawasan yang rawan akan
longsor adalah sebagai berikut :
Ø Kondisi alamiah :
1. Kondisi lereng yang biasanya mempunyai kemiringan lereng dari 20o.
2. Kondisi tanah atau batuan penyusun lereng, umumnya lereng yang
tersusun oleh :
a. Tumpukan massa tanah gembur/lepas-lepas yang menumpang diatas
permukaan tanah atau batuan yang lebih kedap dan kompak.
b. Lapisan tanah atau batuan yang miring searah dengan kemiringan
lereng.
III - 4
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
Sirkulasi air dari gambar 2.1 membuktikan bahwa air tanah merupakan bahan cair
yang dapat diperbaharui dan bukan mineral atau bahan tambang yang terpakai
habis (non renewable resources). Bahan cair ini secara terus menerus
diperbaharui selama tidak terjadi perubahan iklim; dan air tanah yang tersedia
akan tetap ada karena selalu terjadi pengisian kembali pada waktu musim hujan.
Air tanah dapat bergerak secara lateral maupun vertikal yang dipengaruhi oleh
keadaan morfologi, hidrologi dan keadaan geologi setempat. Pengaruh faktor
geologi antara lain adalah bentuk dan penyebaran besar butiran, perbedaan dan
penyebaran lapisan batuan dan struktur geologi. Sedangkan pengaruh hidrologi
terhadap air tanah adalah kuantitas presipitasi, daya infiltrasi serta banyaknya
penguapan dan pengaruh iklim, seperti pada gambar 3.7.
Sehingga dapat disimpulkan banyaknya kandungan air tanah disuatu daerah
tergantung pada (Suharyadi, 1984) :
1. Iklim / musim atau banyaknya curah hujan;
2. Banyak sedikitnya tumbuh-tumbuhan, misalnya hutan, padang, dsb.;
3. Topografi, misalnya lereng, datar;
4. Derajat kesarangan / derajat celah batuan.
III - 5
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
Aliran air tanah secara alami dapat berlangsung dalam zona jenuh (saturated
zone) maupun zona tidak jenuh (unsaturates zone). Proses pengaliran pada zona
tidak jenuh dapat berlangsung akibat perbedaan tekanan, perbedaan kadar lengas
tanah, tekanan kapiler maupun akibat pengisapan oleh akar tumbuhan (root water
uptake). Persamaan dasar aliran air tanah diturunkan dari hukum kekekalan
massa dan hubungan konstitutif gerakan air tanah yang dikenal sebagai hukum
Darcy (Rolia, 2011). Untuk sistem tersebut, hukum kekekalan massa menyatakan
bahwa jumlah aliran masuk dikurangi dengan jumlah aliran keluar sama dengan
laju bersih perubahan massa di dalam control volume tersebut (Rolia, 2011).
3.3.3. Geolistrik
Geolistrik adalah salah satu metode dalam geofisika yang mempelajari sifat aliran
listrik di kerak bumi. Pendeteksian di atas permukaan meliputi pengukuran medan
potensial, arus, dan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah maupun
akibat penginjeksian arus listrik ke bawah permukaan. Metode geolistrik yang
terkenal antara lain: metode potensial diri (SP), arus telluric, magnetotelluric, IP
(induced polarization), dan resistivitas (hambatan jenis).
III - 6
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
Dalam bidang non geologi metode geolistrik resistivitas sering digunakan untuk
penyelidikan arkeologi dan lingkungan.
Berdasarkan konfigurasi elektroda arus dan tegangan dapat dibedakan atas tiga
macam, yakni Vertikal Electrical Sounding (VES), Constant Separation Travering
(CST), dan kombinasi keduanya. Dengan tersedianya peralatan computer yang
semakin canggih, saat ini di beberapa tempat telah dikembangkan metode
geolistrik tomografi. Metode ini dapat menggambarkan kondisi bawah permukaan
secara tiga dimensi (Hadi. 2009)
Metode resistivitas didasarkan pada kenyataan, bahwa sebagian dari arus listrik
yang diberikan pada lapisan batuan, menjalar ke dalam batuan pada kedalaman
tertentu dan bertambah besar dengan bertambahnya jarak antar elektroda,
sehingga jika sepasang elektroda diperbesar, distribusi potensial pada permukaan
bumi akan semakin membesar dengan nilai resistivitas yang bervariasi.
Menurut Robinson (1988), terdapat beberapa asumsi dasar yang digunakan dalam
metode geolistrik resistivitas, yaitu (Halik, 2008) :
a. Bawah permukaan tanah terdiri dari beberapa lapisan yang dipisahkan oleh
bidang batas horizontal dan terdapat kontras resistivitas antara bidang batas
tersebut.
b. Tiap lapisan mempunyai ketebalan tertentu, kecuali untuk lapisan terbawah
ketebalannya tak terhingga.
c. Tiap lapisan dianggap bersifat homogen isotropik
d. Tidak ada sumber arus selain arus yang diinjeksikan
e. Arus listrik yang diinjeksikan adalah arus listrik searah.
Tiap lapisan penyusun bumi merupakan suatu material batuan yang mempunyai
hambatan jenis berbeda. Resistivitas tanah tergantung pada beberapa parameter
geologis, seperti jenis mineral dan cairan yang terkandung, porositas dan derajat
saturasi air dalam batuan, rekahan dan lain-lain.
Prinsip dasar yang digunakan dalam metode geolistrik resistivitas adalah Hukum
Ohm. Untuk mengeluarkan energi yang tersimpan dalam baterai diperlukan
penghubung (konduktor) diantara kedua terminalnya. Apabila ditambahkan sebuah
resistor maka akan terjadi perubahan potensial pada ujung–ujung hambatan
tersebut. Hubungan antara resistor, arus dan beda potensial mengikuti Hukum
Ohm yang dinyatakan dalam persamaan3.1. (Laporan Akhir Geolistrik Tersebar di
P. Lombok, 2012):
V
I = ....................................................................(3.1)
R
Besar arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar, berbanding lurus dengan
beda potensial antara kedua ujung penghantar, dan dipengaruhi oleh jenis
penghantarnya.
III - 7
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
Hasil pengukuran di lapangan berupa nilai hambatan jenis dan jarak antar
elektroda, sehingga diperlukan suatu proses agar diperoleh nilai hambatan jenis
terhadap kedalaman. Jika nilai hambatan jenis diplot terhadap jarak antar
elektroda dengan menggunakan grafik semilog akan diperoleh kurva hambatan
jenis. Dengan menggunakan kurva standar yang diturunkan berdasarkan berbagai
variasi perubahan nilai hambatan jenis antar lapisan secara ideal dapat ditafsirkan
variasi nilai hambatan jenis terhadap kedalaman. Dengan cara ini ketebalan
lapisan berdasarkan nilai hambatan jenisnya dapat diduga, dan keadaan lapisan-
lapisan batuan di bawah permukaan dapat ditafsirkan.
Diantara batuan pembawa air adalah batuan sedimen yang merupakan lapisan
batuan pembawa air yang terbaik, yang mempunyai banyak pori antar ruang
butirnya. Semakin halus ukuran butiran batuan, maka menjadi kelompok lapisan
batuan pembawa air yang buruk (kedap air), seperti lempung, napal, gamping dan
kristalin. Kedua adalah batuan beku, yang merupakan lapisan batuan pembawa air
yang kurang baik, seperti basalt dan andesit. Batuan yang merupakan akuifer
terbaik adalah pasir, kerikil dan kerakal.
III - 8
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
III - 9
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
tipe material dan struktur geologi daerah penelitian. Keberadaan cairan atau air
dalam sistem rekahan atau ruang antar butir batuan dapat menurunkan nilai
resistivitas batuan. Beberapa ahli memberikan nilai resistivitas beberapa jenis
batuan, salah satunya disajikan dalam Tabel 3.1.
dimana :
ra = Resistivitas semu (Wm),
K = faktor geometris (m),
DV = beda potensial (V),
I = Kuat arus (A)
r1
ρa
r2
III - 10
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
medium berlapis, harga resistivitas semu ini merupakan fungsi jarak bentangan
(jarak antar elektroda arus). Untuk jarak antar elektroda arus yang kecil akan
memberikan ρa yang harganya mendekati ρ batuan di dekat permukaan. Sedang
untuk jarak bentangan yang besar, ρa yang diperoleh akan mewakili harga
ρbatuan yang lebih dalam.
III - 11
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
Elektroda potensial (M dan N) diam pada titik tengah antara elektroda arus (A
dan B), dan kedua elektroda arus digerakkan secara simetris keluar (menjauhi
alaktroda pengukur) dengan spasi pengukuran tertentu. Sebagai contoh : pada
awal pengukuran diambil jarak MN adalah 1 m, pembacaan dilakukan untuk
setiap perpindahan AB dengan spasi pengukuran 10, 20, 30, 40, 70, 100, … m.
apabila tegangan yang tercatat pada elektroda pengukur terlalu kecil, maka jarak
elektroda MN diperbesar menjadi 3 m dan pengukuran dilakukan kembali.
æ a2 bö
Untuk Schlumberger, K S = p çç - ÷÷ ; rS = KS × R
è b 4ø
3.3.7. Geostatistika
Dalam dunia ilmu pengetahuan, antara satu ilmu dengan ilmu yang lainnya
memiliki sebuah hubungan, misalnya ilmu alam yang berkaitan erat dengan
matematika karena keduanya berasal dari rumpun yang sama, yakni sains. Salah
satu ilmu alam adalah ilmu kebumian, yakni sebuah ilmu yang mempelajari
struktur bumi beserta keragamannya. Ilmu kebumian berkaitan erat dengan
matematika, khususnya pada cabang statistika yang digunakan untuk mengolah
data ilmu kebumian, seperti geologi dan geofisika yang sering disebut dengan
geostatistika. (Puspita, 2002).
Proses pengolahan suatu data yang berukuran besar, yaitu populasi tentu tidak
sesederhana mengolah data sample yang ukurannya relatif lebih kecil
dibandingkan dengan populasi dan seringkali menimbulkan kerumitan dalam
pengerjaannya. Oleh karena itu, diperlukan suatu proses untuk menyederhanakan
bentuk pengolahan yang rumit tersebut, yaitu dengan menaksir (mengestimasi)
parameter baik penaksir titik maupun interval.
III - 12
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
(a)
(b)
Gambar 3.11.
Inversi 1 Dimensi (a) Penampang pengukuran 1 dimensi (b) Grafik analisa inversi
1 dimensi
III - 13
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
Analisis korelasi dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara dua
variabel, yaitu antara variabel terikat dengan variabel bebasserta antar variabel
bebas (interkorelasi). Selain itu juga dilihat besarnya hubungan tersebut, yang
dinyatakan dengan koefisien korelasi r. Kekuatan hubungan dicerminkan oleh
nilai absolut r dengan kisaran antara -1< r < 1. Nilai r mendekati +1 atau -1 maka
menunjukkan korelasi yang kuat, sedangkan nilai r = 0 menunjukkan tidak
adanya korelasi.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi momen produk
(product moment correlation) Pearson, yaitu: jika sepasang variabel kontinu,
X dan Y, mempunyai korelasi, maka derajat korelasi dapat dicari dengan
menggunakan koefisien korelasi Pearson yang rumusnya sebagai berikut :
III - 14
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
r=
nå xy -( å x )( å y )
{n å x 2 -( å x ) 2 }{n å y 2 -( å y ) 2
1 T s a 2
RMSE = å (y - y t )
T t =1 t
III - 15
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
b. Pelaksanaan Pengukuran
Pengukuran geolistrik di lapangan menggunakan rangkaian Sclumberger dengan
ketentuan sebagai berikut :
l Titik elektroda “Potensial” dengan kode M & N dan titik elektroda “Arus”
l Nilai tegangan arus potensial agar selalu diusahakan minimal 1 volt, dengan
sejajar dengan jurus (strike) lapisan batuan dan posisi titik elektroda (A.B.M.N)
berada dalam satu garis lurus.
l Titik duga / pengukuran diupayakan jauh dari bangunan/ jembatan
berkerangka baja, jalur listrik bertegangan tinggi, genangan-genangan air,
saluran, sungai dan lain-lain.
l Metode pengukuran dan jarak, pada setiap titik pengukuran harus selalu
konsisten.
l Sebelum dilakukan pengukuran hubungan kabel-kabel instalasi instrumen
harus selalu dicek lewat ground (tanah) dengan menunjukkan hasil baik.
l Apabila terjadi gangguan teknik dalam pengukuran, pengukuran tidak boleh
dilanjutkan dan harus diulang kembali setelah unit peralatan berfungsi normal
kembali.
Data yang dicatat dalam setiap titik pengukuran geolistrik adalah:
l Nomor titik pengukuran, wilayah administrasi (desa)
III - 16
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
a. Tahap Analisis
Pengolahan data hasil survey atau pengukuran geolistrik dilakukan secara
bertahap, mulai dari perhitungan untuk setiap titik pengukuran (sounding),
korelasi nilai reistivitas semu antar titik pengkuran (pseodosection), interpretasi
jenis batuan dari data resistivitas dari data survey geolistrik (1 dimensi dan 3
dimensi).
Pekerjaan tahap analisis meliputi :
l Membuat peta lokasi daerah penyelidikan yang dilengkapi dengan titik
pengukuran geolistrik;
l Melakukan penghitungan data hasil pengukuran dan penafsiran jenis batuan
III - 17
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
MULAI
Pengumpulan Data
Studi Pendahuluan/desk
study
Persiapan
Penyiapan Peralatan
III - 18
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
Set Lintasan
Memasang Elektroda
(Sesuai Konfigurasi)
Dihubungkan pada
Resistivitimeter
Akuisisi
Data
Injeksi Arus
Pencatatan data
AB/2, MN, R
Prosesing Data
Software: IPI2Win
Pengolahan
Data
Hasil berupa:
, h, d
III - 19
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
SELESAI
Gambar 3.13.
Bagan Alir (flow chart) Kegiatan
III - 20
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
IV - 1
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
Titik Pengukuran 1
Data Tahanan
Pengukuran Jenis
Hasil
Perhitungan
Keterangan :
ρ = Tahanan Jenis (Ωm)
h = Tebal Lapisan (m)
d = Kedalaman Lapisan (m)
Alt = Elevasi (m)
Gambar 4.3. Hasil inversi IP2WIN titik 1
IV - 2
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
Berdasarkan hasil inversi diatas, diperoleh Error = 5,83 % dari data hasil pengukuran
lapangan kurang dari 10,00 %, dapat disimpulkan struktur lapisan dibawah permukaan
tanah berdasarkan nilai tahanan jenisnya sebagai berikut :
Dari hasil interpretasi seperti pada tabel 4.2 diatas, zona jenuh air / memiliki porositas
yang tinggi berada pada kedalaman 2,00 m s/d. 3,50 m dan kedalaman 10,00 s/d.
17,00 m dengan jenis batuan yaitu tuff pasiran.
Titik Pengukuran 2
Tahanan
Jenis
Data
Pengukuran
Hasil
Perhitungan
Keterangan :
ρ = Tahanan Jenis (Ωm)
h = Tebal Lapisan (m)
d = Kedalaman Lapisan (m)
Gambar 4.4. Hasil inversi IP2WIN titik 2 Alt = Elevasi (m)
Berdasarkan hasil inversi diatas, diperoleh Error = 7,28 % dari data hasil pengukuran
lapangan kurang dari 10,00 %, dapat disimpulkan struktur lapisan dibawah permukaan
tanah berdasarkan nilai tahanan jenisnya sebagai berikut :
IV - 3
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
Dari hasil interpretasi seperti pada tabel 4.3 diatas, zona jenuh air / memiliki porositas
yang tinggi berada pada kedalaman 2,00 m s/d. 3,50 m dan kedalaman 15,00 s/d.
35,00 m kebawah dengan jenis batuan yaitu tuff pasiran.
Titik Pengukuran 3
Tahanan
JenisTahanT
ahanan Jenis
Data
Pengukuran
Keterangan :
ρ = Tahanan Jenis (Ωm)
Hasil h = Tebal Lapisan (m)
Perhitungan d = Kedalaman Lapisan (m)
Alt = Elevasi (m)
Gambar 4.5. Hasil inversi IP2WIN titik 3
Berdasarkan hasil inversi diatas, diperoleh Error = 7,01 % dari data hasil pengukuran
lapangan kurang dari 10,00 %, dapat disimpulkan struktur lapisan dibawah permukaan
tanah berdasarkan nilai tahanan jenisnya sebagai berikut :
IV - 4
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
Dari hasil interpretasi seperti pada tabel 4.4 diatas, zona jenuh air / memiliki porositas
yang tinggi berada pada kedalaman 1,50 m s/d. 2,50 m, kedalaman 9,00 s/d. 15,00 m
dan pada kedalaman dibawah 40,00 m dengan jenis batuan yaitu tuff pasiran.
IV - 5
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
Gambar 4.8. Nilai Resistivity untuk Batuan dengn Porositas Tinggi / Jenuh Air
IV - 6
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
IV - 7
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil interpretasi dan analisis data pengukuran lapangan dapat disimpulkan :
1. Lokasi pengukuran di titik 1 memiliki struktur geologi arah vertikalnya berupa tanah
vulkanik, breksi batu apung dan tuff pasiran. Batuan dengan porositas tinggi /
jenuh air yaitu tuff pasiran pada kedalaman 2,00 m s/d. 3,50 m dan pada
kedalaman 10,00 m s/d. 17,00 m.
2. Lokasi pengukuran di titik 2 memiliki struktur geologi arah vertikalnya berupa tanah
vulkanik, breksi batu apung dan tuff pasiran. Batuan dengan porositas tinggi /
jenuh air yaitu tuff pasiran pada kedalaman 2,00 m s/d. 3,50 m dan pada
kedalaman 15,00 m s/d. 35,00 m kebawah.
3. Lokasi pengukuran di titik 2 memiliki struktur geologi arah vertikalnya berupa tanah
vulkanik, breksi batu apung dan tuff pasiran. Batuan dengan porositas tinggi /
jenuh air yaitu tuff pasiran pada kedalaman 1,50 m s/d. 2,50 m, kedalaman 9,00
s/d. 15,00 m dan pada kedalaman dibawah 40,00 m.
4. Batuan dengan porositas tinggi / jenuh air rentan terhadap longsor, terutama di titik
2 dimana ketebalan lapisan batuan tuff pasiran cukup tebal.
5. Untuk menghindari terjadinya longsoran, sudah tepat dilakukan dengan membuat
counter weight ditambah lagi dengan mangarahkan aliran aliran permukaan melalui
saluran pengarah.
5.1. Saran
V-1
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
3. Bidang longsoran ditimbun kembali dengan material yang lebih kedap seperti
lempung lanauan kemudian dipadatkan.
4. Pemasangan wipe hole / perforated pipe dianjurkan untuk me release/mengalirkan
air tanah yang terkandung dalam batuan, sehingga batuan tidak jenuh air.
5. Antisipasi terjadinya longsoran juga dengan penanaman vegetasi pada puncak dan
pada tiap-tiap berm.
V-2
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
DAFTAR PUSTAKA
Azmy, Zul dan Masberry, 2005, Pemanfaatan Teknologi Penginderaan Jauh Dan GIS
Untuk Studi Air Bawah Tanah (Studi Kasus Probolinggo, Jawa Timur).
Jurnal Sains dan Teknologi 4(2) September Hal. 38-46.
Birlina, Serli, Darsono dan Legowo, B., 2013. Interpretasi Data Geolistrik Untuk
Memetakan Potensi Air Tanah dalam Menunjang Pengembangan Data
Hidrogeologi DI Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Jurnal Fisika dan
Aplikasinya, Volume 9 Nomor 2 Juni.
Bisri, Mohammad. 2008. Studi Tentang Pendugaan Air Tanah, Sumur Air Tanah dan
Upaya Dalam Konservasi Air Tanah. UB Press. Malang.
Halik, Gusfan,. Dan S, Jojok Widodo, 2008. Pendugaan Potensi Air tanah Dengan
Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger di kampus
Tegal Boto Universitas Jember. Media Teknik Sipil, Juli 2008;109.
Indriatmoko, Haryoto, 2006. Pendugaan Potensi Air Tanah Wilayah Pesisir Kabupaten
Pasir Kalimantan Timur. JAI, Volume 2 No.1.
Jones,G., Sentenac, P., Zielinski, M., 2014. Desiccation cracking detection using 2-D and
3-D Electrical Resistivity Tomography: Validation on a flood
embankment. Journal of Applied Geophysic 106 (2014) 196-211.
Loke,M., 2000. Electrical imaging surveys for environmental and engineering studies.
Loke,M., Chambers, J., Rucker, D., Kuras, O., Wilkinson, P., 2012. Recent developments
in the direct-current geoelectrical imaging method. Journal of Applied
Geophysic 95 (2013) 135-156.
Prayogo, Teguh, 2008, Eksplorasi Sumberdaya Air Tanah Di Daerah Handil Babirik
Kabupaten Tanah Laut. JAI, Volume 4 No. 2.
Daftar Pustaka
Penyelidikan Geolistrik Untuk Menentukan Karakteristik Aliran Air Tanah Pada Lokasi Longsoran Tebing PLTMH Santong
Prayogo, Teguh, 2009, Aplikasi Teknologi Eksplorasi Untuk Memahami Kondisi Air
Tanah Di Daerah Padang Luas Kabupaten Tanah Laut. JAI, Volume 5 No.
2.
Putranto, Triadi, Thomas, (2011), Aplikasi Pemodelan Aliran Airtanah Dalam Konsep
Pengelolaan Berbasis Cekungan. Proceeding Olimpiade Karya Tulis
Inovatif (OKTI).
Rolia, Eva. 2011, Penggunaan Metode Geolistrik Untuk Mendeteksi Keberadaan Air
Tanah. Tapak, Volume 1 No. 1 Nopember.
Rucker,D., Schindler, A., Levitt, M., Glaser, D., 2009. Three-dimensional electrical
resistivity imaging of a gold heap. Journal of Applied Geophysic 98
(2009) 267-275.
Laporan Akhir Survey Potensi Air Tanah Tersebar di Pulau Lombok. 2012. Mataram;
Perencanaan BWS Nusa Tenggara I.
Laporan Pendahuluan Survey Potensi Air Tanah Tersebar di Pulau Sumbawa. 2013.
Mataram; Wahana Adya Cabang Denpasar Consultant.
Lombok Island Water Resources Development Phase I, Volume 4. 1974. Mataram;
Crippen International, LTD.
Suharyadi. 1984. Diktat Kuliah Geohidrologi (Ilmu Air Tanah). Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.ndari tertutupnya lapisan akuifer.
Daftar Pustaka