Anda di halaman 1dari 7

1

Efektifitas Penggunaan Bekisting Konvensional Dengan Bekisting Teknis


Pada Pekerjaan Pembetonan Terowongan Tanju

Febrian Kusmajaya (1)

(1)
iyanjaya34@gmail.com

Abstrak
Terowongan adalah struktur bawah tanah yang mempunyai panjang lebih dari lebar penampang
galiannya, dan mempunyai gradien memanjang kurang dari 15%. Pekerjaan Terowongan Tanju
merupakan salah satu pekerjaan utama dengan tingkat kesulitan yang tinggi pada Proyek Saluran
Interbasin Rababaka Kompleks,
dengan panjang 1.700 m dan diameter terowongan 3,00 m, Terowongan Tanju yang berfungsi
mengalirkan air dari Bendung Pengalih menuju ke Bendungan Tanju.
Pelaksanaan pembetonan terowongan terdiri dari 3 (tiga) item pekerjaan, yaitu pembesian, bekisting dan
penuangan beton. Dari ke-tiga item pekerjaan tersebut, pekerjaan bekisting yang dapat dilakukan upaya
percepatan pelaksanaan yaitu merubah metode pelaksanaan dari awalnya menggunakan bekisting sistem
konvensional dengan material kayu sebagai bahan bekisting dan bekisting system teknis dengan
menggunakan material plat besi yang movable (Sliding Form).
Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhun biaya dan waktu perbandingan penggunaan Bekisting
konvensional dengan bekisting teknis / sliding form, didapatkan bahwa selisih biaya yang diperoleh
dengan menggunakan menggunakan bekisting konvensional dengan bekisting teknis / sliding form adalah
Rp. 100.798.154,95,- dan selisih waktu yang diperlukan dalam penyelesaian pekerjaan bekisting dengan
menggunakan bekisting konvensional dan bekisting teknis / sliding form adalah 5 (lima) bulan, sehingga
tingkat efektifitas penggunaan bekisting teknis pada pekerjaan Terowongan Tanju lebih tinggi daripada
menggunakan bekisting konvensional menggunakan material kayu.

Kata kunci: Terowongan, Bendungan Tanju, Bekisting Teknis/Sliding Form

Abstract

Tunnels are underground structures that have a length greater than the cross-sectional width of the
excavation, and have a longitudinal gradient of less than 15%. The Tanju Tunnel work is one of the main
works with a high level of difficulty on the Rababaka Complex Interbasin Channel Project, with a length
of 1,700 m and a tunnel diameter of 3.00 m, the Tanju Tunnel which functions to drain water from the
Diverting Weir to the Tanju Dam.
The implementation of tunnel concreting consists of 3 (three) work items, ironwork, formwork and
concrete pouring. Of the three work items, formwork that can be carried out are efforts to accelerate the
implementation, namely changing the implementation method from the beginning using conventional
system formwork with wood material as formwork material and technical formwork systems using
movable iron plate material (Sliding Form).
Based on the calculation of the cost and time requirements of the comparison of using conventional
formwork with technical formwork / sliding form, it is found that the difference in costs obtained by using
conventional formwork with technical formwork / sliding form is Rp. 100,798,154.95, - and the time
difference required in completing formwork using conventional formwork and technical formwork /
sliding form is 5 (five) months, so that the effectiveness level of using technical formwork on the Tanju
Tunnel is higher than using conventional formwork using wood material.

Keywords: Tunnel, Tanju Dam, Technical Formwork / Sliding Form


1. PENDAHULUAN Untuk Bendungan Tanju dan Bendungan Mila
(Rababaka Kompleks).
1.1. Latar Belakang
Lokasi Pekerjaan Pembangunan Bendung Pengalih 1.6. Lokasi Kegiatan
Rababaka dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan Lokasi kajian berada di Desa Tanju Kecamatan
Tanju dan Bendungan Mila (Rababaka Kompleks) Manggalewa Kabupaten Dompu, tepatnya pada
terletak di 2 (dua) Kecamatan yaitu Kecamatan pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan Bendung Pengalih
Manggalewa dan Kecamatan Woja Kabupaten Dompu, Rababaka dan Saluran Interbasin Untuk Bendungan
yang di mulai dari tahun 2013 sampai dengan Tahun Tanju dan Bendungan Mila (Rababaka Kompleks)
2020, dengan biaya pembangunan Rp. 118°14’ – 118°27’ BT dan 8°8’ – 8°36’ LS.
732.916.982.100,-.
Dari beberapa item pekerjaan yang dilaksanakan, 2. DASAR TEORI
pekerjaan terowongan merupakan salah satu pekerjaan
utama dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Dengan 2.1. Terowongan
panjang 1.700 m dan diameter terowongan 3,00 m, Terowongan adalah struktur bawah tanah yang
Terowongan Tanju yang berfungsi mengalirkan air dari mempunyai panjang lebih dari lebar penampang
Bendung Pengalih menuju ke Bendungan Tanju galiannya, dan mempunyai gradien memanjang kurang
merupakan salah satu terowongan terpanjang di dari 15%. Terowongan umumnya tertutup di seluruh sisi
Indonesia. kecuali di kedua ujungnya yang terbuka pada
Pelaksanaan pembetonan terowongan terdiri dari 3 lingkungan luar. Beberapa ahli teknik sipil
(tiga) item pekerjaan, yaitu pembesian, bekisting dan mendefinisikan terowongan sebagai sebuah tembusan di
penuangan beton. Dari ke-tiga item pekerjaan tersebut, bawah permukaan yang memiliki panjang minimal 0,1
pekerjaan bekisting yang dapat dilakukan upaya mil (160,9 meter), dan yang lebih pendek dari itu
percepatan pelaksanaan yaitu merubah metode dinamakan underpass. (Rares, H. K., Balamba, S., &
pelaksanaan dari awalnya menggunakan bekisting Ticoh, J. H. ,2018).
sistem konvensional dengan material kayu sebagai Ada beberapa macam bentuk penampang
bahan bekisting dan bekisting system teknis dengan terowongan yang umum dipakai dalam konstruksi
menggunakan material plat besi yang movable (Sliding (Soetrisno Arifin, 2009), yaitu :
Form). 1. Bentuk lingkaran dan persegi
2. Bentuk Tapal Kuda
1.2. Rumusan Masalah 3. Bentuk Oval
Diperlukan upaya percepatan pelaksanaan 4. Bentuk. Bulat
pekerjaan pembetonan terowongan melalui efektifitas Dan bentuk lainnya disesuaikan dengan kebutuhan
penggunaan material bekisting dari pelat besi movable konstruksi.
(sliding form). Menurut Szechy (1967) terowongan berdasarkan
fungsinya dibagi menjadi 4 jenis utama (Komalin, K. M.
1.3. Tujuan F., 2019), yaitu:
Tujuan dari kajian ini adalah untuk memperoleh 1. Terowongan Lalu Lintas (Traffic)
seberapa besar tingkat efektifitas penggunaan bekisting 2. Terowongan Angkutan
konvensional menggunakan material kayu dengan 3. Terowongan Tambang
penggunaan bekisting teknis menggunakan pelat besi 4. Terowongan Air
movable (sliding form).

1.4. Manfaat 2.2. Bekisting


Manfaat dari kajian ini adalah untuk dapat Menurut Stephens (1985) formwork atau bekisting
diterapkan pada pelaksanaan pekerjaan pembetonan adalah cetakan sementara yang digunakan untuk
terowongan khususnya pada pelaksanaan pekerjaan menahan beton selama beton dituang dan dibentuk
pembetonan Terowongan Tanju. sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Dikarenakan
berfungsi sebagai cetakan sementara, bekisting akan
1.5. Batasan Masalah dilepas atau dibongkar apabila beton yang dituang telah
Dikarenakan keterbatasan pada sumber daya, maka mencapai kekuatan yang cukup (Sony Prakoso N.,
penelitian dibatasi pada hal – hal sebagai berikut : 2018).
1. Tinjauan efektifitas berdasarkan biaya dan waktu; Pekerjaan bekisting sebagai penunjang pekerjaan
2. Penelitian di lakukan pada pelaksanaan pekerjaan struktur beton memiliki tiga fungsi (Kadir, Y., 2019) :
bekisting Terowongan Tanju - Proyek Pembangunan 1. Bekisting menentukan bentuk dari konstruksi beton
Bendung Pengalih Rababaka dan Saluran Interbasin yang akan dibuat, bentuk yang sederhana pada
3

sebuah konstruksi beton menghendaki sebuah 3. Bekisting Teknis adalah merupakan perkembangan
bekisting sederhana. lebih lanjut ke sebuah bekisting yang universal, yang
2. Bekisting harus dapat menyerap dengan aman beban dengan segala kemungkinan dapat digunakan pada
yang di timbulkan oleh spesi beton dan berbagai berbagai macam bangunan. Bekisting ini dibuat
beban luar serta getaran. Dalam hal ini perubahan dipabrik dan ditujukan pada bangunan bersangkutan
bentuk yang terjadi dan geseran-geseran tidak dengan elemen-elemen pembantu yang merupakan
melampaui toleransi-toleransi tertentu. bagian dari sistem. Proses pengerjaan lebih ringan
3. Secara sederhana bekisting harus dipasang, dilepas namun memerlukan biaya yang cukup tinggi.
dan dipindahkan.
Pekerjaan bekisting harus memenuhi persyaratan 2.3. Manajemen Proyek
seperti: Manajemen proyek dalam bidang konstruksi dapat
1. Quality, merencanakan dan memasang beisting yang di artikan sebagai sebuah metode terkait pengelolaan
akurat terhadap ukuran, bentuk, posisi, sesuai yang yang dikembangkan secara ilmiah serta intensif dalam
diinginkan dan dapat menghasilkan permukaan rangka kegiatan pembangunan dapat terlaksana secara
finishing yang bagus pada konstruksi beton. efisien dan efektif dengan memanfaatkan sumber daya
2. Safety, yaitu membangun bekisting yang kokoh dan yang tersedia yang dituangkan dalam fungsi – fungsi
mampu mendukung seluruh beban tanpa mengalami manajemen (Hidayat, R., 2019).
perubahan bentuk dan tanpa menimbulkan bahaya 1. Waktu Proyek didefinisikan sebagai suatu masa
bagi para pekerja dan struktur beton itu sendiri. depan suatu proyek atau pekerjaan akan
3. Economy, yaitu membangun bekisting secara efisien, dilaksanakan. Kapan akan dimulai dan kapan
menghemat waktu dan biaya bagi kontraktor atau pekerjaan tersebut akan berakhir.
owner. Untuk mengintrol penyimpangan yang terjadi pada
Faktor ekonomi menjadi perhatian utama, sejak biaya proyek dengan membandingkan kurva S rencana
bekisting mencapai nilai antara 35% sampai dengan dengan kurva S actual (Ningrum, F. G. A., Hartono,
60% dari nilai betonnya, namun demikian kontraktor W., & Sugiyarto, S., 2017).
dalam memaksimalkan faktor ekonomi tetap tidak boleh 2. Biaya Konstruksi adalah suatu penggunaan biaya
mengorbankan faktor quality dan safety. yang akan dikeluarkan pada suatu proyek dimana hal
Jenis – jenis bekisting : itu didasarkan pada gambar kerja dan metode
1. Bekisting Konvensional adalah bekisting yang pelaksanaan. Dalam aplikasinya di lapangan biaya
setiap kali setelah dilepas dan dibongkar menjadi konstruksi merupakan alat untuk mengendalikan
bagian -bagian dasar, dapat disusun kembali jumlah biaya penyelesaian pekerjaan secara
menjadi sebuah bentuk lain. Pada umumnya berurutan sesuai dengan yang telah direncanaka.
bekisting konvensional terdiri dari kayu papan Pada umumnya biaya proyek trerdiri dari biaya
atau material balok, sedangkan konstruksi tenaga kerja, biaya bahan atau biaya peralatan.
penopang disusun dari kayu balok (pada lantai). Dalam penyusunan biaya konstruksi, ada dua faktor
Bekisting konvensional ini memungkinkan utama yang senantiasa dipadukan yakni faktor
pemberian setiap bentuk yang diinginkan pada pengalaman dan faktor analisis biaya konstruksi
kerja beton. (Arumningsih, D., 2012)
Keunggulan bekisting konvensional adalah :
a. Materialnya mudah dicari. 3. METODE PENELITIAN
b. Murah Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif
c. Tidak memerlukan pekerja yang ahli kuantitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
Kekurangan bekisting konvensional adalah : mengumpulkan rincian analisa biaya dan dokumentasi
a. Materialkayu tidak awet untuk dipakai berulang tentang penggunaan bekisting pada pekerjaan
– ulang kali; pembetonan Terowongan Tanju untuk melakukan
b. Waktu untuk pasang dan bongkart bekisting analisa biaya dan efektifitas maupun efisiensi lainnya.
menjadi lebih lama; 1. Data Primer
c. Banyak menghasilkan sampah kayu dan paku; Data primer merupakan data asli dari hasil survey
d. Bentuknya tidak presisi dan pengamatan langsung dilapangan. Data ini
2. Bekisting semi sistem adalah bekisting yang berupa foto, waktu pelaksanaan serta biaya
dirancang untuk satu proyek tertentu, yang ukuran- pelaksanaan.
ukurannya di sesuaikan pada bentuk beton yang 2. Data Sekunder
bersangkutan. Persyaratan digunakannya bekisting Data sekunder berupa daftar harga satuan dan analisa
semi sistem adalah adanya kemungkinan digunakan pekerja, data bahan atau material bangunan, dan data
kembali pada struktur dengan ukuran atau bentuk lainnya yang dapat dijadikan referensi.
yang sama
4

Perhitungan Keliling Lengkungan


Bekisting Dalam
No. Jarak Elevasi = (((Xn1-Xn2)^2)+((Yn1-
Titik (xn) (yn) Yn2)^2))^0.5

1 4,605 124,785 -
2 4,605 126,279 1,494
3 4,612 126,422 0,144
4 4,633 126,566 0,145
5 4,649 126,647 0,083
6 4,669 126,711 0,067
7 4,719 126,853 0,150
8 4,780 126,982 0,143
9 4,809 127,047 0,071
10 4,858 127,112 0,081
11 4,946 127,243 0,157
12 5,044 127,339 0,138
13 5,096 127,392 0,074
14 5,153 127,440 0,075
15 5,272 127,526 0,146
16 5,399 127,606 0,150
17 5,465 127,635 0,072
18 5,531 127,665 0,073
19 5,670 127,714 0,147
20 5,741 127,735 0,074
21 5,812 127,750 0,073
22 5,958 127,773 0,147
23 6,105 127,779 0,147
24 6,105 127,779 -
25 6,240 127,773 0,136
26 6,375 127,754 0,135
27 6,507 127,724 0,135
28 6,635 127,688 0,134
29 6,784 127,620 0,163
30 6,919 127,539 0,157
31 6,986 127,493 0,082
32 7,048 127,446 0,077
33 7,166 127,339 0,159
34 7,259 127,237 0,138
35 7,352 127,112 0,156
36 7,392 127,050 0,074
37 7,428 126,985 0,074
Gambar 1. Bagan Alir Penelitian 38 7,491 126,853 0,147
39 7,544 126,712 0,150
40 7,576 126,571 0,144
41 7,598 126,426 0,147
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 42 7,605 126,279 0,147
43 7,605 124,785 1,494

Jumlah 7,70
4.1. Perhitungan Volume Bekisting Terowongan
Tanju Berdasarkan hsil perhitungan keliling lengkung
bekisting sebesar 7,70 m, kemudian selanjutnya
dilakukan perhitungan luasan bekisting dengan total
panjang Terowongan Tanju 1.701 m, sehingga diperoleh
luasan bekisting :
7,70 x 1.701 = 13.097,70 m2.

4.2. Analisis Biaya

1. Beksiting Konvensional
Perhitungan harga satuan pekerjaan bekisting di
dasarkan pada Analisa harga satuan yang di tawar
oleh penyedia jasa pada saat pemasukan penawaran
Tabel 1. Analisa Harga Satuan Pekerjaan Bekisting
Harga Satuan Jumlah
Gambar 2. Detail Penampang Terowongan Tanju No. Uraian Pekerjaan Koefisien
(Rp.) Harga (Rp.)

I Upah
1 Mandor 0,51 160.830,00 81.219,15
128,00

127,779
2 Tukang Kayu 0,35 143.090,00 50.102,54
3 Pekerja 0,09 105.080,00 9.575,42
127,50

II Bahan
127,00
1 Phynol Film 0,35 414.480,00 143.916,67
2 Balok Kayu Klas III 0,01 5.253.890,00 52.538,90
3 Papan Kayu Klas III 0,02 5.253.890,00 81.435,30
126,50

126,279
4 Paku 0,50 29.190,00 14.682,57
126,00
5 Kawat Bendrat 0,17 23.360,00 3.924,48
6 Oli 0,11 54.410,00 6.121,13
125,50

III Peralatan
125,00
1 Alat Bantu Begisting 1,00 29.190,00 29.190,00
124,785

124,50
4,00 4,50 5,00 5,50 6,00 6,50 7,00 7,50 8,00
472.706,16
1 Biaya Umum 35.452,96
2 Keuntungan 35.452,96
Gambar 3.Koordinat Perhitungan Keliling Lengkung Total Biaya 543.612,08
5

Biaya pemakaian pertama, phynol film tidak Analisis biaya bekisting pada Terowongan Tanju di
mengalami kerusakan. Pada pemakaian berikutnya, butuhkan sebanyak 1.701 m / 6 m = 284 kali.
phynol film mengalami kerusakan sebesar 15% Pemakaian pertama sebanyak 96 kali, pemakaian
akbiat pembongkaran bekisting. Begitu juga untuk kedua sebanyak 94 kali dan pemakaian ketiga
pemakaian ketiga, phynol film mengalami kerusakan sebanyak 94 kali. Untuk perhitungan kebutuhanbiaya
30% dari pemakaian pertama. Hal ini didasarkan seluruhnya di hitung :
pada laporan tugas akhir Nugroho (2018). Berikut Pemakaian pertama
adalah harga satuan phynol film per 1 m2 pemakaian = Luas x Biaya per 1 m2 pemasangan pertama
kedua dan pemakaian ketiga : = 7,70 m2 x Rp. 543.612,08 = Rp. 4.185.813,05
Harga phynol film pemakaian kedua = 96 x Rp. 4.185.813,05 = Rp. 401.838.052,49
= 15 % x Rp. 414.480,- = Rp. 21.587,50,- Pemakaian kedua
Harga phynol film pemakaian ketiga = Luas x Biaya per 1 m2 pemasangan kedua
= 30 % x Rp. 414.480,- = Rp. 43.175,- = 7,70 m2 x Rp. 210.781,56 = Rp. 1.623.017,99
Biaya bahan pada pemakaian kedua dan ketiga, = 94 x Rp. 1.623.017,99 = Rp. 152.563.691,01
selain minyak bekisting, diasumsikan dapat Pemakaian ketiga
digunakan kembali tanpa perbaikan. Sedangkan = Luas x Biaya per 1 m2 pemasangan ketiga
biaya tenaga kerja sama seperti pada pemakaian = 7,70 m2 x Rp.235.607,18 = Rp. 1.814.175,31
pertama. Biaya per 1 m2 bekisting pemasangan = 94 x Rp. 1.814.175,31 = Rp. 170.532.478,80
kedua dan ketiga dapat dilihat pada table berikut : Sehingga total biaya untuk bekisting konvensional
Tabel 2. Biaya Pemakaian Kedua per 1 m2 Bekisting pada Terowongan Tanju sebesar
Kovensional Rp. 401.838.052,49 + Rp. 152.563.691,01 + Rp.
No. Uraian Pekerjaan Koefisien
Harga Satuan Jumlah Harga 170.532.478,80 = Rp. 724.934.222,31,-
(Rp.) (Rp.)
I Upah
1 Mandor 0,51 160.830,00 81.219,15 2. Bekisting Teknis
2 Tukang Kayu 0,35 143.090,00 50.102,54
3 Pekerja 0,09 105.080,00 9.575,42
Indeks bahan dan tenaga kerja serta harga satuan
mengacu pada Analisa Harga Satuan Penawaran
II Bahan
1 Phynol Film 0,35 21.587,50 Kontraktor.
2 Balok Kayu Klas III 0,01 - Harga satu set Sliding Form = Rp. 475.000.000,-,
3 Papan Kayu Klas III 0,02 -
4 Paku 0,50 29.190,00 14.682,57 sehingga dalam penyusunan Analisa Harga Satuan
5 Kawat Bendrat 0,17 Bekisting Sliding Form hanya di butuhkan biaya
6 Oli 0,11 54.410,00 6.121,13
upah tenaga kerja dan bahan berupa oli. Adapun
III Peralatan hasil perhitungannya sebagai berikut :
1 Alat Bantu Begisting 1,00 -
Tabel 4. Analisa Harga Satuan Pekerjaan Bekisting
183.288,31 Sliding Form per Blok
1 Biaya Umum 13.746,62
2 Keuntungan 13.746,62 Harga Satuan Jumlah Harga
No. Uraian Pekerjaan Koefisien
Total Biaya 210.781,56 (Rp.) (Rp.)
I Upah
Pada pemakaian ketiga, harga phynol film adalah 1
30% dari biaya phynol film pertama. 2 Pekerja 4,21 105.080,00 442.384,40

Tabel 3. Biaya Pemakaian Ketiga per 1 m2 Bekisting II Bahan


Kovensional 1 Oli 5,20 54.410,00 282.796,21

Harga Satuan Jumlah Harga III Peralatan


No. Uraian Pekerjaan Koefisien
(Rp.) (Rp.) 1 Alat Bantu Begisting 1,00 29.190,00 29.190,00
I Upah
1 Mandor 0,51 160.830,00 81.219,15 754.370,61
2 Tukang Kayu 0,35 143.090,00 50.102,54 1 Biaya Umum 56.577,80
3 Pekerja 0,09 105.080,00 9.575,42 2 Keuntungan 56.577,80
Total Biaya 867.526,20
II Bahan
1 Phynol Film 0,35 43.175,00
2 Balok Kayu Klas III 0,01 -
Dari tabel 4 diatas, kebutuhan biaya untuk tenaga
3 Papan Kayu Klas III 0,02 - dan peralatan sepanjang Terowongan Pengelak
4 Paku 0,50 29.190,00 14.682,57
5 Kawat Bendrat 0,17
adalah :
6 Oli 0,11 54.410,00 6.121,13 = 284 blok x Rp. 867.526,20 = Rp. 246.377.441,-
III Peralatan
Sehingga biaya yang dibutuhkan untuk Bekisting
1 Alat Bantu Begisting 1,00 - menggunakan Sliding Form pada Pekerjaan
204.875,81
Pembetonan Terowongan Tanju adalah :
1 Biaya Umum 15.365,69 = Rp. 475.000.000 + Rp. 246.377.441
2 Keuntungan 15.365,69
Total Biaya 235.607,18
= Rp. 696.377.441,-
6

Selisih harga penggunaan bekisting konvensional teknis diperoleh per hari dapat mengerjakan 2 blok
dengan bekisting system / Sleding Form : bekisting.
= Rp. 6.423.690.552 - Rp. 6.395.133.770 Sehingga indeks pekerja dapat di tekan menjadi
= Rp. 28.556.781,- setengahnya, yaitu dari semula 4,21 menjadi 2,105.
Tabel 5. Analisa Harga Satuan Pekerjaan Bekisting
4.3. Analisis Waktu Teknis /sliding form
Harga Satuan Jumlah Harga
No. Uraian Pekerjaan Koefisien
Berdasarkan jadwal rencana pelaksanaan yang di (Rp.) (Rp.)
I Upah
buat kontraktor pada saat di lakukan PCM (Pre Award 1
Meeting), waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan 2 Pekerja 2,10 105.080,00 221.192,20
pekerjaan bekisting adalah selama 10 bulan pelaksanaan. II Bahan
Waktu pelaksanaan pekerjaan bekisting di tentukan oleh 1 Oli 5,20 54.410,00 282.796,21
metode pelaksanaan, adapun metode pelaksanaan III Peralatan
masing – masing penggunaan bekisting adalah : 1 Alat Bantu Begisting 1,00 29.190,00 29.190,00
1. Bekisting Konvensional 533.178,41
Urutan pekerjaan untuk bekisting konvensional tiap 1 Biaya Umum 39.988,38
2 Keuntungan 39.988,38
blok (per 6,00 m) adalah sebagai berikut : Total Biaya 613.155,17
a. Memasang schafolding sebagai penyangga dan
alat bantu pemasangan phynol film, dibutuhkan Selisih harga dari semula yaitu :
waktu ± 2 jam; = Rp. 867.526,20 – Rp. 613.155,17
b. Menyiapkan Phynol film sesuai kebutuhan, = Rp. 254.371,03 per blok
dibutuhkan waktu ± 2 jam;
c. Memasang phynol fil, dibutuhkan waktu ± 3 Koreksi biaya yang dibutuhkan untuk Bekisting
jam;; menggunakan Sliding Form pada Pekerjaan Pembetonan
d. Memasang tulangan dari balok kayu, Terowongan Tanju adalah :
dibutuhkan waktu ± 4 jam; = Rp. 475.000.000 + (Rp. 613.155,17 x 284 blok)
e. Memasang papan kayu sebagai stop cor, = Rp. 475.000.000 + Rp. 174.136.068,05
dibutuhkan waktu ± 1 jam; = Rp. 624.136.068,-

Total efektif waktu yang dibutuhkan untuk per blok Selisih harga penggunaan bekisting konvensional
terowongan (per 6,0 m) adalah ±12,00 jam. dengan bekisting teknis / Sleding Form :
Sehingga pelaksanaan pekerjaan bekisting secara = Rp. 6.495.931.924,95 - Rp. 6.395.133.770
konvensional per 1 blok per hari. Untuk total = Rp. 100.798.154,95,-
Volume Terowongan Tanju, diperlukan waktu
efektif 284 hari = 10 bulan. 5. KESIMPULAN DAN SARAN

2. Bekisting Teknis / Sliding Form 5.1. Kesimpulan


Urutan pekerjaan untuk bekisting teknis tiap blok Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhun biaya
(per 6,00 m) adalah sebagai berikut : dan waktu perbandingan penggunaan Bekisting
a. Menggeser sliding form ke posisi blok yang konvensional dengan bekisting teknis / sliding form,
akan di cor, membutuhkan waktu ± 1 jam; dapat di simpulkan bahwa selisih biaya yang diperoleh
b. Mengembangkan sliding form agar sesuai dengan menggunakan menggunakan bekisting
dengan dimensi beton, membutuhkan waktu ± 1 konvensional dengan bekisting teknis / sliding form
jam. adalah Rp. 100.798.154,95,- dan selisih waktu yang
Total efektif waktu yang dibutuhkan untuk per blok diperlukan dalam penyelesaian pekerjaan bekisting
terowongan (per 6,0 m) adalah ± 2,00 jam. dengan menggunakan bekisting konvensional dan
Sehingga pelaksanaan pekerjaan bekisting secara bekisting teknis / sliding form adalah 5 (lima) bulan.
teknis per 1 blok per hari dapat 2 blok. Untuk total
Volume Terowongan Tanju, diperlukan waktu 5.2. Saran
efektif 142 hari = 5 bulan. Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran terkait
biaya aktual dalam pelaksanaan pekerjaan bekisting di
4.4. Analisis Waktu Terowongan, sehingga diharapkan dapat dijadikan
Dari hasil perhitungan biaya dan waktu, referensi dalam pelaksanaan pekerjaan bekisting
penggunaan bekisting teknis / sliding form dapat di terowongan dan sebagai dasar penyusunan Harga
tekan lagi terkait biaya. Hal ini dikarenakan efektifitas Perkiraan Sendiri (HPS) bagi owner.
waktu pelaksanaan pekerjaan bekisting dengan system
7

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, R. (2019). TA: Analisis Stabilias Dan


Deformasi Terowongan Kereta Cepat Indonesia
Dengan Pendekatan Numerik Tiga Ningrum, F. G. A., Hartono, W., & Sugiyarto, S. (2017).
Dimensi (Doctoral dissertation, Institut Penerapan Metode Crashing Dalam Percepatan
Teknologi Nasional). Durasi Proyek Dengan Alternatif Penambahan
Arifin, S. (2009). Trowongan Dalam Pelaksanaan. Jam Lembur Dan Shift Kerja (Studi Kasus:
PT.Mediatama Sapta Karya Proyek Pembangunan Hotel Grand Keisha,
Arumningsih, D. (2012). Perencanaan Dan Estimasi Yogyakarta). Matriks Teknik Sipil, 5(2).
Biaya Pada Proyek Pembangunan Jembatan Nugroho, Sony P., (2018). TA: Analisis Perbandingan
Patihan Kabupaten Sragen. Jurnal Teknik Sipil Biaya Bekisting Anatara Bekisting Multiplek
dan Arsitektur, 12(16). Dan Bekisting Tegofilm Untuk Kolom Gedung
Hidayat, R. (2019). Analisa Efektifitas Penerapan Bertingkat. Universitas Islam Indonesia.
Perencanaan Manajemen Proyek Pada Rares, H. K., Balamba, S., & Ticoh, J. H. (2018).
Pelaksanaan Proyek Pembangunan Gedung Pengaruh Muka Air Tanah Terhadap Bukaan
Pabrik Npk Fusion Ii Kapasitas 2× 100.000 Mtpy Terowongan (Studi Kasus: Terowongan Jalan
Pt. Pupuk Sriwidjaja Palembang (Doctoral Utama Ring Road). Jurnal Sipil Statik, 6(11).
dissertation, Universitas Muhammadiyah
Palembang).
Komalin, K. M. F. (2019). TA: Evaluasi Deformasi
Terowongan Perisai Dengan Metode
Keseimbangan Tekanan Tanah Untuk Daerah
Perkotaan (Studi Kasus: Proyek Mass Rapid
Transit–Mrt, Jakarta) (Doctoral dissertation,
Institut Teknologi Nasional).
Kadir, Y. (2019). Efisiensi Kayu Sebagai Bahan
Pendukung Pekerjaan Pengecoran Beton Dan
Rangka Plafon Pada Bangunan Gedung
Bertingkat. Simteks (Sistem Infrastruktur Teknik
Sipil) Universitas Sangga Buana YPKP, 1(1), 1-
10.

Anda mungkin juga menyukai