Anda di halaman 1dari 149

KAJIAN ANALISIS HIDROLIKA PIPA

UNTUK JARINGAN AIR BAKU


MATA AIR SORI KALELI

FEBRIAN KUSMAJAYA
BWS NT-1
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penyusunan Kajian
Analisis Hidrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kaleli, Desa Rora, Kecamatan
DOnggo, Kabupaten Bima ini dapat terselesaikan. Kajianini membahas uraian garis besar
tentang latar belakang, metodologi kerja serta hasil analisis.

Semoga kajian ini dapat bermanfaat bagi Kita semua, Amin.

Mataram, 18 April 2020


Penyusun,

Febrian Kusmajaya, ST., MT.

KATA PENGANTAR - i
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... I-1
1.2. Maksud dan Tujuan.............................................................................. I-2
1.3. Lokasi Kegiatan ................................................................................... I-2

BAB II KONDISI DAERAH STUDI


2.1. Umum .................................................................................................. II-1
2.2. Topografi....................................................................................................... II-4
2.3. Geologi ......................................................................................................... II-4
2.4. Geohidrologi ................................................................................................. II-6
2.5. Kawasan Hutan............................................................................................. II-7

BAB III METODOLOLOGI


3.1 Standar Teknis ................................................................................................. III-1
3.2 Data Dasar ....................................................................................................... III-1
3.3 Metodologi ....................................................................................................... III-2

BAB IV HASIL DAN ANALISIS


4.1. Bangunan Penangkap Air ............................................................................. IV-1
4.2. Jaringan Pipa Transmisi................................................................................ IV-4
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... V-1
5.2 Saran ................................................................................................................ V-1
Daftar Pustaka

DAFTAR ISI - ii
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air adalah unsur yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup, termasuk manusia.
Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Didalam tubuh
manusia sebagian besar terdiri dari air, tubuh orang dewasa terdiri dari 55-60 % dari
berat badan, untuk anak-anak sekitar 65 % dan bayi sekitar 80 %. (Purnama, J., &
Arief, Z. (2018)). Salah satu penggunaan air yaitu untuk memenuhi keperluan rumah
tangga, misalnya untuk minum, masak, mandi, cuci dan pekerjaan lainnya. Selain
sebagai kebutuhan utama untuk kelangsungan hidup manusia, air juga berperan
sebagai penentu kesehatan masyarakat. Keberadaan air dialam sangat tergantung
kepada lingkungan alam sekitarnya dan daerah yang dilaluinya secara terus menerus
mengikuti siklus hidrologi, dimana bergerak dari laut ke daratan dan kembali lagi ke
alutan dan seterusnya.

Untuk keperluan air minum, sumber air baku yang dapat digunakan adalah dari mata
air, air permukaan (sungai, waduk, danau, dll.), air tanah (sumur gali, sumur bor)
maupun air hujan. Dari segi kualitas, sumber air dari air tanah dalam dan mata air relatif
lebih baik dibandingkan dengan kualitas sumber air dari air permukaan pada
umumnya. Khususnya untuk mata air, keberadaan mata air saat ini terus berkurang
keberadaannya, salah satu dipengaruhi perubahan tata guna lahan yang
menyebabkan berkurangnya daerah resapan.

Khususnya terkait dengan sarana dan prasarana penyediaan air baku yang sudah ada,
masih dirasakan dibeberapa daerah yang belum optimal. Sehingga dalam
pemanfaatan sumber air baku, banyak terjadi inefisiensi terkait dengan eksploitasi
seperti kondisi bangunan pengambilan / intake yang dibangun seadanya, diameter pipa
distribusi yang tidak sesaui dengan ketersediaan air, jalur pipa distribusi yang tidak
memperhatikan kondisi topografi. Yang semuanya tersebut menyebabkan air yang
didistribusikan tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Berdasarkan uraian diatas, maka diperlukan suatu upaya guna pemenuhan kebutuhan
air baku dengan memanfaatkan sistem distribusi pipa dari sumber air menuju ke
daerah layanan.

BAB I - 1
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari kajian ini adalah melakukan perhitungan hidrolika pipa dari sumber air
menuju daerah layanan. Sementara tujuan dari kajian ini adalah untuk memperoleh
desain sistem jaringan perpipaan yang ideal dengan kondisi topografi yang ada.

1.3. Lokasi Kegiatan

Lokasi kajian adalah pada sistem distribusi air baku Sori Kaleli di Desa Rora,
Kecamatan Donggo Kabupaten Bima

= Lokasi Kegiatan

Gambar 1.1. Peta Lokasi Kegiatan

BAB I - 2
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

BAB II
KONDISI
DAERAH STUDI

2.1. Umum

1. Desa Rora, Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Desa Rora terletak di Kecamatan Donggo Kabupaten Bima, dengan luas wilayah
5,02 km2 dan tanah tegalan/kebun merupakan tata guna lahan yang paling besar
yaitu 3,59 km2. Jarak dari ibu Kota Kecamatan yang ditempuh untuk menuju Desa
Rora adalah 40 km.
Desa Rora merupaka Desa yang terletak di ujung barat Kabupaten Bima, dengan
ketinggain permukaan 300 m dari permukaan laut. Karena berada di ketinggian
diatas 100 m dpl, curah hujan di Desa Rora cukup tinggi yaitu 240 mm/tahun dengan
jumlah hari hujan 146 hari hujan/tahun.

Gambar 2.1. Peta Kecamatan Donggo


(Sumber : BPS “Kecamatan Donggo Dalam Angka 2016”)

BAB II - 1
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Dari segi pemerintahan, Desa Rora terbagi menjadi 3 (tiga) Dusun yaitu :
1. Dusun Rora
2. Dusun Soriwau
3. Dusun Paraulama
Jumlah penduduk di Desa Rora adalah sebesar 1.616 Jiwa dengan jumlah
penduduk laki – laki 796 Jiwa dan perempuan 820 Jiwa dan Jumlah Kepala
Keluarga (KK) sebesar 347 KK.

Mata pencaharian masyarakat di Desa Rora sebagian besar bertani dan beternak.
Dengan jumlah KK bertani adalah sebesar 336 KK, sementara sisanya beternak.

Dalam sistem Daerah Aliran Sungai (DAS), Desa Rora masuk dalam DAS Dadi
dengan luas DAS Dadi adalah 345,85 Km2 , dimana jumlah penduduk yang berada
di DAS Dadi adalah 77.933 Jiwa.

Gambar 2.2. Peta DAS WS Sumbawa

2. Desa Madawau, Kecamatan Madapangga, Kabupaten Bima


Desa Madawau terletak diKecamatan Madapangga Kabupaten Bima, dengan luas
wilayah 5,57 km2 dan tanah sawah merupakan tata guna lahan yang paling besar
yaitu 3,4 km2. ibu Kota Kecamatan yang ditempuh untuk menuju Desa Madawau
adalah 7,0 km.
Desa Madawau merupakan Desa yang terletak di ujung barat Kabupaten Bima,
dengan ketinggain permukaan 282 m dari permukaan laut. Karena berada di

BAB II - 2
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

ketinggian diatas 100 dpl, curah hujan 162 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 80
hari/tahun.

Gambar 2.3. Peta Kecamatan Madapangga


(Sumber : BPS “Kecamatan Donggo Dalam Angka 2016”)

Dari segi pemerintahan, Desa Madawau terbagi menjadi 3 (tiga) Dusun yaitu :
1. Dusun Nggaropanto
2. Dusun Tolorara
3. Dusun Doroluwu
Jumlah penduduk di Desa Madawau adalah sebesar 698 Jiwa dengan jumlah
penduduk laki – laki 345 Jiwa dan perempuan 353 Jiwa dan Jumlah Kepala
Keluarga (KK) sebesar 163 KK.
Mata pencaharian masyarakat di Desa Madawau sebagian besar bertani dan
beternak. Dengan jumlah KK bertani adalah sebesar 185 KK, sementara sisanya
beternak.
Sama seperti Desa Rora, Desa Madawau berada dalam sistem DAS Dadi.

BAB II - 3
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

2.2. Topografi
Secara umum, topografi di dua Desa (Rora dan Madawau) berada tiketinggian diatas
100 dpl, dengan kemiringan 1 – 20%. Sementara lokasi Intake air baku Sori Kaleli
merupakan daerah pegunungan dengan kemiringan lereng gunung sangat curam
dengan kemiringan mendekati 75°.

Gambar 2.4. Kondisi Topografi dan Tata Guna Lahan DAS Dadi dan daerah layanan air
baku Sori Kaleli
(Sumber : Modifikasi Peta Bakosurtanal, 1998 dan hasil survei)

2.3. Geologi
Berdasarkan data Peta Geologi Lembar Sumbawa, Nusa Tenggara, terdiri dari batuan
gunung api, batuan sedimen dan batuan terobosan dan batuan endapan yang berumur
Tersier hingga Kuarter.
Satuan batuan pada daerah studi adalah batuan gunung api tua (Tlmv) yang berumur
Oligosen Akhir - Miosen Awal tersusun oleh lava (l) dan breksi (b) andesit dan basaltis,
tufa piroklastik (t), lapili andesit, sisipan tufa andesit dan batu gamping hablur,
berwarna abu-abu kehijauan, hijau dan pada isipan tufa ungu.
Batuan gunung api yang terdiri dari lava dan breksi dari porfis (dicirikan oleh fenokris
kuarsa 0,5 - 2 cm) berwarna abu-abu tua, pejal, bersisipan tufa dasitan dan tufa
gampingan setempat tersayat oleh urat kuarsa, terkersikkan dan termineralisasi.
Secara stratigrafi, satuan ini posisinya setara dengan batu gamping berlapis (Tml).
Batuan gunung api hasil gunung api muda (gunung api yang masih aktif seperti G.
Tambora dan G. Sangeang api), secara umum terdiri dari breksi, lahar, lava, bom, dan
lapili, diperkirakan berumur Holosen terdapat di daerah G. Tambora dan G. Sangeang
api. Batuan gunung api berumur Pliosen - Plistosen terdiri dari breksi vulkanik yang
bersusunan andesitis yang secara kronologis lebih tua dari QTv (hasil gunung api tua),

BAB II - 4
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

tersebar di G. Tarowa. Batuan gunung api berupa tufa dasitan : tufa dasitan berwarna
kelabu, dicirikan oleh fenokris kuarsa (0,5 - 1 cm), berlapis dan sebagian pejal,
bersisipan tufa hijau, tufa gampingan, batu gamping dan batu pasir tufaan, setempat-
setempat dengan sisipan breksi dan lava (dasit dan sebagian andesit). Sisipan batu
gampingnya mengandung fosil Lepidocyclina, sumatrensis (Brady), Cycloclypeus
(Kata) annulatias (Tan), Cycloclypeus (Kata) transiens (Tan), Operculina sp dan
Amphisegina sp yang menunjukkan umur Miosen Tengah. Satuan ini setempat
terpotong oleh urat-urat kuarsa, sebagian terkerisikkan dan termineralisasi. Kerak-
kerak besi terdapat pada bagian yang terkersikkan, terdapat di daerah Doro o'o. Batu
gamping berlapis batu gamping kelabu berlapis, pejal, mengandung sisipan batu
gamping tufaan, batu pasir kuarsa, tufa berpasir, batu pasir gampingan. Pada bagian
bawah terdapat konglomerat yang berkomponen andesit terprofilitkan dan rijang
merah. Batuan ini mengandung fosil foraminifera, moluska dan koral. Setempat disertai
urat kuarsa yang mengandung galena. Fosil-fosil Lepidocyleina ephippoides (Jone &
Chapman), Lepidocyclina sp., Amphistegina sp., dan Flosculinella sp. menunjukkan
umur Miosen Tengah. Satuan ini ditutupi selaras oleh Tmpl dan menumpang tidak
selaras diatas batuan gunung api Tlmv, ke arah mendatar beralih berangsur ke
piroklastika kasar (Tmv) dan piroklastika halus (Tmdt). Tersebar di daerah Simpasai
dan Pela. Di beberapa daerah pantai terdapat batuan endapan permukaan dan batuan
sedimen berupa batu gamping koral. Batuan endapan permukaan diperkirakan
berumur Holosen. Batuan endapan permukaan ini berupa aluvium dan endapan pantai
yang terdiri dari kerikil, kerakal, pasir, lempung, lumpur, gambut dan pecahan koral
setempat mengandung pasir magnetik. Tersebar di sepanjang daerah pantai utara
Tente, Talabiu, Rasabou, dan Tolotangga. Peta geologi wilayah sungai Sumbawa
dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

MA. Sori Kaleli

Gambar 2.5. Peta Geologi Lokasi Studi


(Sumber : RPSDA WS Sumbawa, 2014)

BAB II - 5
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

2.4. Geohidrologi
Berdasarkan peta hidrogeologi yang diterbitkan Dinas Energi Sumber Daya Energi
Provinsi Nusa Tenggara Barat, diidentifikasi potensi air tanah di Pulau Sumbawa
tersebar dalam 7 (tujuah) cekungan air tanah (CAT). Untuk lokasi studi, masuk dalam
salah satu dari tujuh CAT tersebut yaitu CAT Bima.
Jenis tampungan cekungan air tanah terdiri dari tampungan air tanah statis dan
tampungan air tanah dinamis. Tampungan air tanah statis adalah tampungan air tanah
yang terjebak dalam reservoir air tanah yang keberadaannya terlah bertahun-tahun.
Sedangkan tampungan air tanah dinamis adalah tampungan air tanah yang bersifat
sementara dipengaruhi oleh fluktuasi musiman.
Potensi cekungan air tanah yang dianalisis adalah potensi air tanah dinamis, dimana
potensi tampungan air tanah tersebut merupakan bagian dari siklus hidrologi dan
bersifat terbaharui. Luas cekungan Air Tanah (CAT) di Pulau Sumbawa adalah 5985
km2 atau 63,17% dari luas seluruh CAT di Propinsi NTB (9475 km2). Potensi
cekungan air tanah rerata tahunan untuk masing-masing cekungan di Pulau Sumbawa
ditunjukkan seperti pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Potensi Air Tanah Rerata Tahunan di CAT Pulau Sumbawa
Jumlah Air Tanah[juta
Cekungan Air Tanah (CAT)
m3/tahun]

No. Nama Luas [Km2] Bebas (Q1) Tertekan (Q2)

1 Sumbawa Besar 1,404.00 183.00 25.00

2 Empang 345.00 35.00 3.00

3 Pekat 977.00 220.00 10.00

4 Sanggar -Kilo 1,419.00 320.00 14.00

5 Dompu 375.00 63.00 6.00

6 Bima 1,102.00 165.00 16.00

7 Tawali-Sape 363.00 36.00 3.00

Sumber : RPSDA WS Sumbawa, 2014

BAB II - 6
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

MA. Sori Kaleli

Gambar 2.6. Peta Geohidrologi Lokasi Studi


(Sumber : RPSDA WS Sumbawa, 2014)

2.5. Kawasan Hutan


Luasan sebaran kawasan hutan dalam WS. Sumbawa adalah 58%, dan sisanya 42%
adalah penggunaan lain di luar kawasan hutan. Kawasan hutan yang 58% terdiri dari
hutan produksi 9%, hutan produksi terbatas 18%, hutan lindung 23% dan kawasan
suaka alam dan pelestarian alam 8%. Tabel 2.2 dan Gambar 2.35 berikut ini
menunjukkan komposisi kawasan hutan dalam WS Sumbawa. Gambar 2.7
memperlihatkan peta sebaran hutan dalam WS. Sumbawa.
Tabel 2.2 Kawasan Hutan WS Sumbawa
Cakupan dalam
No. Kawasan Luas (Km2) WS Sumbawa
(%)
Area Penggunaan Lain diluar Kawasan
1. 6.349,25 41,18
Hutan (APL)
2. Hutan Produksi 1.344,60 8,72
3. Hutan Produksi Terbatas 2.691,10 17,46
4. Hutan Lindung 3.511,84 22,78
5. Kawasan Suaka Alam Pelestarian Alam 1.228,55 7,97
6. Pulau 2 Kecil (dibulatkan) 289 1,89
TOTAL 15.414 100
Sumber: Laporan Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS Sumbawa (2013)

BAB II - 7
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Gambar 2.7 Peta Kawasan Hutan Pulau Sumbawa


(Sumber : RPSDA WS Sumbawa, 2014)

BAB II - 8
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

BAB II
KONDISI
DAERAH STUDI

2.1. Umum

1. Desa Rora, Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Desa Rora terletak di Kecamatan Donggo Kabupaten Bima, dengan luas wilayah
5,02 km2 dan tanah tegalan/kebun merupakan tata guna lahan yang paling besar
yaitu 3,59 km2. Jarak dari ibu Kota Kecamatan yang ditempuh untuk menuju Desa
Rora adalah 40 km.
Desa Rora merupaka Desa yang terletak di ujung barat Kabupaten Bima, dengan
ketinggain permukaan 300 m dari permukaan laut. Karena berada di ketinggian
diatas 100 m dpl, curah hujan di Desa Rora cukup tinggi yaitu 240 mm/tahun dengan
jumlah hari hujan 146 hari hujan/tahun.

Gambar 2.1. Peta Kecamatan Donggo


(Sumber : BPS “Kecamatan Donggo Dalam Angka 2016”)

BAB II - 1
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Dari segi pemerintahan, Desa Rora terbagi menjadi 3 (tiga) Dusun yaitu :
1. Dusun Rora
2. Dusun Soriwau
3. Dusun Paraulama
Jumlah penduduk di Desa Rora adalah sebesar 1.616 Jiwa dengan jumlah
penduduk laki – laki 796 Jiwa dan perempuan 820 Jiwa dan Jumlah Kepala
Keluarga (KK) sebesar 347 KK.

Mata pencaharian masyarakat di Desa Rora sebagian besar bertani dan beternak.
Dengan jumlah KK bertani adalah sebesar 336 KK, sementara sisanya beternak.

Dalam sistem Daerah Aliran Sungai (DAS), Desa Rora masuk dalam DAS Dadi
dengan luas DAS Dadi adalah 345,85 Km2 , dimana jumlah penduduk yang berada
di DAS Dadi adalah 77.933 Jiwa.

Gambar 2.2. Peta DAS WS Sumbawa

2. Desa Madawau, Kecamatan Madapangga, Kabupaten Bima


Desa Madawau terletak diKecamatan Madapangga Kabupaten Bima, dengan luas
wilayah 5,57 km2 dan tanah sawah merupakan tata guna lahan yang paling besar
yaitu 3,4 km2. ibu Kota Kecamatan yang ditempuh untuk menuju Desa Madawau
adalah 7,0 km.
Desa Madawau merupakan Desa yang terletak di ujung barat Kabupaten Bima,
dengan ketinggain permukaan 282 m dari permukaan laut. Karena berada di

BAB II - 2
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

ketinggian diatas 100 dpl, curah hujan 162 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 80
hari/tahun.

Gambar 2.3. Peta Kecamatan Madapangga


(Sumber : BPS “Kecamatan Donggo Dalam Angka 2016”)

Dari segi pemerintahan, Desa Madawau terbagi menjadi 3 (tiga) Dusun yaitu :
1. Dusun Nggaropanto
2. Dusun Tolorara
3. Dusun Doroluwu
Jumlah penduduk di Desa Madawau adalah sebesar 698 Jiwa dengan jumlah
penduduk laki – laki 345 Jiwa dan perempuan 353 Jiwa dan Jumlah Kepala
Keluarga (KK) sebesar 163 KK.
Mata pencaharian masyarakat di Desa Madawau sebagian besar bertani dan
beternak. Dengan jumlah KK bertani adalah sebesar 185 KK, sementara sisanya
beternak.
Sama seperti Desa Rora, Desa Madawau berada dalam sistem DAS Dadi.

BAB II - 3
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

2.2. Topografi
Secara umum, topografi di dua Desa (Rora dan Madawau) berada tiketinggian diatas
100 dpl, dengan kemiringan 1 – 20%. Sementara lokasi Intake air baku Sori Kaleli
merupakan daerah pegunungan dengan kemiringan lereng gunung sangat curam
dengan kemiringan mendekati 75°.

Gambar 2.4. Kondisi Topografi dan Tata Guna Lahan DAS Dadi dan daerah layanan air
baku Sori Kaleli
(Sumber : Modifikasi Peta Bakosurtanal, 1998 dan hasil survei)

2.3. Geologi
Berdasarkan data Peta Geologi Lembar Sumbawa, Nusa Tenggara, terdiri dari batuan
gunung api, batuan sedimen dan batuan terobosan dan batuan endapan yang berumur
Tersier hingga Kuarter.
Satuan batuan pada daerah studi adalah batuan gunung api tua (Tlmv) yang berumur
Oligosen Akhir - Miosen Awal tersusun oleh lava (l) dan breksi (b) andesit dan basaltis,
tufa piroklastik (t), lapili andesit, sisipan tufa andesit dan batu gamping hablur,
berwarna abu-abu kehijauan, hijau dan pada isipan tufa ungu.
Batuan gunung api yang terdiri dari lava dan breksi dari porfis (dicirikan oleh fenokris
kuarsa 0,5 - 2 cm) berwarna abu-abu tua, pejal, bersisipan tufa dasitan dan tufa
gampingan setempat tersayat oleh urat kuarsa, terkersikkan dan termineralisasi.
Secara stratigrafi, satuan ini posisinya setara dengan batu gamping berlapis (Tml).
Batuan gunung api hasil gunung api muda (gunung api yang masih aktif seperti G.
Tambora dan G. Sangeang api), secara umum terdiri dari breksi, lahar, lava, bom, dan
lapili, diperkirakan berumur Holosen terdapat di daerah G. Tambora dan G. Sangeang
api. Batuan gunung api berumur Pliosen - Plistosen terdiri dari breksi vulkanik yang
bersusunan andesitis yang secara kronologis lebih tua dari QTv (hasil gunung api tua),

BAB II - 4
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

tersebar di G. Tarowa. Batuan gunung api berupa tufa dasitan : tufa dasitan berwarna
kelabu, dicirikan oleh fenokris kuarsa (0,5 - 1 cm), berlapis dan sebagian pejal,
bersisipan tufa hijau, tufa gampingan, batu gamping dan batu pasir tufaan, setempat-
setempat dengan sisipan breksi dan lava (dasit dan sebagian andesit). Sisipan batu
gampingnya mengandung fosil Lepidocyclina, sumatrensis (Brady), Cycloclypeus
(Kata) annulatias (Tan), Cycloclypeus (Kata) transiens (Tan), Operculina sp dan
Amphisegina sp yang menunjukkan umur Miosen Tengah. Satuan ini setempat
terpotong oleh urat-urat kuarsa, sebagian terkerisikkan dan termineralisasi. Kerak-
kerak besi terdapat pada bagian yang terkersikkan, terdapat di daerah Doro o'o. Batu
gamping berlapis batu gamping kelabu berlapis, pejal, mengandung sisipan batu
gamping tufaan, batu pasir kuarsa, tufa berpasir, batu pasir gampingan. Pada bagian
bawah terdapat konglomerat yang berkomponen andesit terprofilitkan dan rijang
merah. Batuan ini mengandung fosil foraminifera, moluska dan koral. Setempat disertai
urat kuarsa yang mengandung galena. Fosil-fosil Lepidocyleina ephippoides (Jone &
Chapman), Lepidocyclina sp., Amphistegina sp., dan Flosculinella sp. menunjukkan
umur Miosen Tengah. Satuan ini ditutupi selaras oleh Tmpl dan menumpang tidak
selaras diatas batuan gunung api Tlmv, ke arah mendatar beralih berangsur ke
piroklastika kasar (Tmv) dan piroklastika halus (Tmdt). Tersebar di daerah Simpasai
dan Pela. Di beberapa daerah pantai terdapat batuan endapan permukaan dan batuan
sedimen berupa batu gamping koral. Batuan endapan permukaan diperkirakan
berumur Holosen. Batuan endapan permukaan ini berupa aluvium dan endapan pantai
yang terdiri dari kerikil, kerakal, pasir, lempung, lumpur, gambut dan pecahan koral
setempat mengandung pasir magnetik. Tersebar di sepanjang daerah pantai utara
Tente, Talabiu, Rasabou, dan Tolotangga. Peta geologi wilayah sungai Sumbawa
dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

MA. Sori Kaleli

Gambar 2.5. Peta Geologi Lokasi Studi


(Sumber : RPSDA WS Sumbawa, 2014)

BAB II - 5
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

2.4. Geohidrologi
Berdasarkan peta hidrogeologi yang diterbitkan Dinas Energi Sumber Daya Energi
Provinsi Nusa Tenggara Barat, diidentifikasi potensi air tanah di Pulau Sumbawa
tersebar dalam 7 (tujuah) cekungan air tanah (CAT). Untuk lokasi studi, masuk dalam
salah satu dari tujuh CAT tersebut yaitu CAT Bima.
Jenis tampungan cekungan air tanah terdiri dari tampungan air tanah statis dan
tampungan air tanah dinamis. Tampungan air tanah statis adalah tampungan air tanah
yang terjebak dalam reservoir air tanah yang keberadaannya terlah bertahun-tahun.
Sedangkan tampungan air tanah dinamis adalah tampungan air tanah yang bersifat
sementara dipengaruhi oleh fluktuasi musiman.
Potensi cekungan air tanah yang dianalisis adalah potensi air tanah dinamis, dimana
potensi tampungan air tanah tersebut merupakan bagian dari siklus hidrologi dan
bersifat terbaharui. Luas cekungan Air Tanah (CAT) di Pulau Sumbawa adalah 5985
km2 atau 63,17% dari luas seluruh CAT di Propinsi NTB (9475 km2). Potensi
cekungan air tanah rerata tahunan untuk masing-masing cekungan di Pulau Sumbawa
ditunjukkan seperti pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Potensi Air Tanah Rerata Tahunan di CAT Pulau Sumbawa
Jumlah Air Tanah[juta
Cekungan Air Tanah (CAT)
m3/tahun]

No. Nama Luas [Km2] Bebas (Q1) Tertekan (Q2)

1 Sumbawa Besar 1,404.00 183.00 25.00

2 Empang 345.00 35.00 3.00

3 Pekat 977.00 220.00 10.00

4 Sanggar -Kilo 1,419.00 320.00 14.00

5 Dompu 375.00 63.00 6.00

6 Bima 1,102.00 165.00 16.00

7 Tawali-Sape 363.00 36.00 3.00

Sumber : RPSDA WS Sumbawa, 2014

BAB II - 6
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

MA. Sori Kaleli

Gambar 2.6. Peta Geohidrologi Lokasi Studi


(Sumber : RPSDA WS Sumbawa, 2014)

2.5. Kawasan Hutan


Luasan sebaran kawasan hutan dalam WS. Sumbawa adalah 58%, dan sisanya 42%
adalah penggunaan lain di luar kawasan hutan. Kawasan hutan yang 58% terdiri dari
hutan produksi 9%, hutan produksi terbatas 18%, hutan lindung 23% dan kawasan
suaka alam dan pelestarian alam 8%. Tabel 2.2 dan Gambar 2.35 berikut ini
menunjukkan komposisi kawasan hutan dalam WS Sumbawa. Gambar 2.7
memperlihatkan peta sebaran hutan dalam WS. Sumbawa.
Tabel 2.2 Kawasan Hutan WS Sumbawa
Cakupan dalam
No. Kawasan Luas (Km2) WS Sumbawa
(%)
Area Penggunaan Lain diluar Kawasan
1. 6.349,25 41,18
Hutan (APL)
2. Hutan Produksi 1.344,60 8,72
3. Hutan Produksi Terbatas 2.691,10 17,46
4. Hutan Lindung 3.511,84 22,78
5. Kawasan Suaka Alam Pelestarian Alam 1.228,55 7,97
6. Pulau 2 Kecil (dibulatkan) 289 1,89
TOTAL 15.414 100
Sumber: Laporan Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS Sumbawa (2013)

BAB II - 7
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Gambar 2.7 Peta Kawasan Hutan Pulau Sumbawa


(Sumber : RPSDA WS Sumbawa, 2014)

BAB II - 8
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

BAB III
METODOLOGI

3.1 Standar Teknis


Perencanaan akan dibuat sesuai dengan Standard Perencanaan yang ditetapkan
oleh:
Ø Standar Nasional Indonesia yang berhubungan dengan sistem penyediaan air
baku.
Ø Jurnal teknik sipil/pengairan yang dipublikasikan oleh Perguruan Tinggi di tanah
air (antara lain : ITB, UGM, UI, ITS, Undip dan Unibraw) dan penerbit luar negeri
(antara lain : ASCE dan IHE Delft).
Ø Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI.

3.2 Data Dasar


Data sekunder sebagai pelengkap untuk studi bersumber yaitu :
Ø Data hujan 20 Tahun (1996-2016) sepuluh harian (dasarian) dari stasiun hujan
Dompu, stasiun hujan Pringgabaya, stasiun hujan Sepit, stasiun hujan Sambelia.
Ø Data Klimatologi Stasiun Kopang san Stasiun Dompu dari tahun 2000 s/d. 2016.
Ø Peta Rupa Bumi skala 1 : 25.000 (Bakosurtanal, 1998).
Ø Data Statistik (Kecamatan Donggo, Kecamatan Madapangga dan Kecamatan
Aikmel Dalam Angka Tahun 2013 s/d. Tahun 2016).
Ø Selain mengacuan pada pedoman yang telah diberikan oleh Direksi Pekerjaan
tersebut, digunakan juga beberapa sumber acuan lainnya seperti :
Ø Referensi-referensi lainnya yang terkait dengan pekerjaan Desain Peningkatan
dan Rehabilitasi Intake dan Jaringan Air Baku di Provinsi NTB.

BAB III - 1
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

3.3 Metodologi
Persiapan untuk pekerjaan ini sebagai berikut :
a. Penyiapan Referensi dan Standar Teknis
b. Pengumpulan data Sekunder berupa:
- Peta Rupa Bumi skala 1 : 25.000 (Bakosurtanal, 1998)
- Peta Topografi

Analisis Data
Jaringan transmisi adalah suatu jaringan yang berfungsi untuk menyalurkan air
bersih dari sumber air ke resevoir. Cara penyaluran air bersih tergantung pada
lokasi sumber air berada.

1. Cara penyaluran air bersih


a. Sistem Gravitasi
Yaitu sistem pengaliran air dari sumber ke tempat reservoir dengan cara
memanfaatkan energi potensial yang dimiliki air akibat perbedaaan
ketinggian lokasi sumber dengan lokasi reservoir.
b. Sistem Pompa
Yaitu sistem pengaliran air dari sumber ke tempat reservoir dengan cara
memberikan energi kinetik pada aliran air sehingga air dari sumber dapat
mencapai lokasi reservoir yang lebih tinggi.
c. Sistem Gabungan
Yaitu sistem pengaliran air dari sumber ke tempat reservoir dengan cara
menggabungkan dua sistem transmisi yaitu penggunaan sistem gravitasi
dan sistem pompa.

Gambar 3.1. Sistem Pengaliran Distribusi Air Minum


(a) gravitasi, (b) pemompaan, (c)gabungan

BAB III - 2
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Dalam penyediaan air bersih yang menjadi kendala utama adalah


kurangnya tekanan yang cukup pada konsumen sehingga kekontinuitas
tersedianya air menjadi terganggu. Praga, Belinda, and Rachmawati S. DJ (2020).
Sehingga untuk menjaga tekanan akhir pipa di seluruh daerah layanan, pada
titik awal distribusi diperlukan tekanan yang lebih tinggi untuk mengatasi
kehilangan tekanan yang dipengaruhi. (Kamala, 1988) :
1. Ketinggian bangunan tertinggi yang harus dicapai oleh air.
2. Jarak titik awal distribusi dari reservoir.
3. Tekanan untuk hidran kebakaran yang dibutuhkan.

Pertimbangan-pertimbangan penting dalam merencanakan sistem transmisi


dalam sistem penyediaan air bersih dengan sumber mata air antara lain:

a. Menentukan Bak Pelepas Tekan (BPT)


Sistem gravitasi diterapkan bila beda tinggi yang tersedia antara sumber air
dan lokasi bangunan pengolahan mencukupi. Namun bila beda tinggi (tekanan)
yang tersedia berlebihan maka memerlukan bangunan yang disebut bak
pelepas tekan (BPT) (Kristia, Merida (2016)). Gambar 3.2 menggambarkan
jaringan distribusi dengan BPT.

Gambar 3.2. Jaringan Transmisi Dengan BPT


(Sumber : Peavy, 1985)

Bak pelepas tekan dibuat untuk menghindari tekanan yang tinggi, sehingga
tidak akan merusak sistem perpipaan yang ada. Idealnya bak ini dibuat bila
maksimal mempunyai beda tinggi 60-70 m, namun kadang sampai beda
tinggi 100 m tergantung dari kualitas pipa transmisinya. Bak ini dibuat di
tempat dimana tekanan tertinggi mungkin terjadi atau pada stasiun penguat
(boaster pump) sepanjang jalur pipa transmisi.

b. Menghitung panjang dan diameter pipa


Panjang pipa dihitung berdasarkan jarak dari bangunan pengolahan air ke
reservoir induk, sedangkan diameter pipa ditentukan sesuai dengan debit hari
maksimum. Diameter pipa minimal 10 cm untuk pipa transmisi. Ukuran
diameter pipa disesuaikan dengan ukuran standar dan alasan secara ekonomi.

c. Jalur pipa
Jalur pipa sebaiknya mengikuti jalan raya dan dipilih jalur yang tidak
memerlukan banyak perlengkapan untuk mengurangi biaya konstruksi dan

BAB III - 3
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

pemeliharaan. Pemilihan jalur transmisi semestinya ditinjau dari segi teknis


maupun ekonomis. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan jalur transmisi, yaitu :
1). Kondisi topografi sepanjang jalur yang akan dilalui saluran transmisi,
sedapat mungkin yang tidak banyak memerlukan bangunan perlindungan.
2). Panjang jalur antara lokasi sumber air dan lokasi yang dituju diusahakan
sependek mungkin.

3). Kualitas tanah sepanjang jalur sehubungan dengan perlindungan saluran,


misalnya perlindungan terhadap bahaya korosi.
4). Struktur tanah sehubungan dengan pemasangan saluran.
5). Pelaksanaan dan pemeliharaan dipilih yang semudah mungkin baik
dalam konstruksi pelaksanaan maupun pemeliharaannya.
Sedangkan untuk penempatan dan pemasanagan pipa perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
1). Kedalaman galian
2). Kedalaman timbunan
3). Bentuk parit
4). Material timbunan
5). Material pendukung yang diperlukan baik untuk pemasangan pipa
dibawah tanah maupun pipa yang terekspos diatas tanah
6). Kemiringan pipa yang dipasang.

2. Perlengkapan sistem transmisi


Perlengkapan yang ada pada sistem transmisi perpipaan air bersih antara lain
wash out, berfungsi untuk penggelontor sedimen atau endapan yang ada pada
pipa, air valve, berfungsi untuk mengurangi tekanan pada pipa sehingga pipa
tidak pecah, blow off, gate valve, berfungsi untuk mengatur debit aliran, dan
pompa.
Untuk memperpanjang umur pipa, dalam pemasangan pipa harus diperhatikan
peralatan pipa yang diperlukan serta faktor keamanaan antara lain:

1) Katup udara (air valve)


Katup udara berfungsi untuk melepaskan udara yang terperangkap dalam
pipa, hal ini dapat mengganggu jalannya air dalam pipa. Katup udara ini
biasanya diletakkan pada tempat-tempat di titik-titik yang tertinggi seperti
jembatan pipa dan pada jalur utama yang berada pada topografi
tertinggi.
Gambar katup udara dapat dilihat pada gambar 3.13.

BAB III - 4
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Gambar 3.3. Katup Udara

2) Penguras
Perlengkapan penguras diperlukan untuk mengeluarkan kotoran/endapan
yang terdapat di dalam pipa. Biasa dipasang di tempat yang paling rendah
pada sistem perpipaan dan pada jembatan pipa.

3) Stop/Gate Valve
Dalam suatu daerah perencanaan yang terbagi atas blok-blok pelayanan,
tergantung dari kondisi topografi dan prasarana yang ada, perlu
dipasang gate valve. Perlengkapan ini diperlukan untuk melakukan
pemisahan /melokalisasi suatu blok pelayanan/jalur tertentu yang sangat
berguna pada saat perawatan. Biasanya gate valve dipasang pada setiap
percabangan pipa selain itu perlengkapan ini biasa dipasang sebelum dan
sesudah jembatan pipa, siphon, dan persimpangan jalan raya.
4) Perkakas (fitting)
Perkakas (tee, bend, reducer, dan lain-lain) perlu disediakan dan dipasang
pada perpipaan distribusi sesuai dengan keperluan di lapangan.
Apabila pada suatu jalur pipa terdapat lengkungan yang memiliki radius
yang sangat besar, penggunaan perkakas belokan (bend) boleh tidak
dilakukan selama defleksi pada sambungan pipa tersebut masih sesuai
dengan yang disyaratkan untuk jenis pipa tersebut.

5) Trust Block
Dalam perencanaan jaringa distribusi, thrust block diperlukan pada pipa
yang mengalami beban hidolik yang tidak seimbang, misalnya pada
pergantian diameter, akhir pipa dan belokan. Gaya–gaya ini akan
mengeser jaringan pipa dan kedudukan semula, jika hal ini dibairkan, lama-
lama dapat merusak jaringan pipa dan sambungan-sambungannya.
Oleh karena itu gaya gaya tersebut harus ditahan dengan cara memasang
thrust block pada sambungan pipanya, menjaga agar fitting tidak bergerak,
umunya lebih praktis memasang thrust block setelah saluran ditimbun
dengan tanah dan dipadatkan sehingga menjamin mampu menahan gaya
hidrolik atau beban lainnya. Thrust block hendaknya dipasang pada sisi
parit untuk menahan gaya geser atau menggali sebuah lubang masuk
kedalam dinding parit. Gaya-gaya yang dibebankan pada thrust block antara

BAB III - 5
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

lain:
a. Tumpukan belokan
Selain harus dapat menahan gaya berat pipa dan isinya, juga harus
dapat menahan gaya yang berasal dari perubahan momentum fluida
yang membelok.
b. Tumpuan sebelum dan sesudah katup
Karena aliran zat cair menimbulkan gaya pada katup maka dapat
diletakkan pipa dekat katup. Pipa didekat katup harus dapat menahan
berat pipa, berat katup, berat fluida dalam pipa dan katup serta gaya F
yang ditimbulkan tekanan zat cair.

Tempat tempat kritis pada jaringan pipa yang memerlukan


pemasangan thrust block adalaah :
- Tempat dimana pipa berubah arah.
- Tempat dimana pipa berubah diameter.
- Tempat diamana pipa berakhir.
- Tempat dimana diperkirakan timbul gaya dorong, misalnya pada
sambungan-sambungan, katup-katup.

6) Bangunan Perlintasan Pipa


Bangunan ini diperlukan bila jalur pipa harus memotong pipa untuk
keamanan dan kelancaran pipa yang dikarenakan adanya lintasan kereta
api, sungai, maupun kondisi tanah yang tidak rata. Bila melintasi rel kereta
api, maka perencanaan dan pelaksanaan harus dikoordinasikan
dengan Perusahaan Kereta Api. Bila melintasi sungai, konstruksi yang
biasa digunakan ialah :
a. Pipa diletakkan pada jembatan ( Pipe Supported on Bridge )
Konstruksi ini digunakan bila jembatan yang tersedia mendukung untuk
jalur pipa. Bila jembatan eksisting tidak tersedia, maka harus dibangun
jembatan pipa sendiri. Dalam hal ini air valve thrust block, flexible joint
penting untuk dipasang.
b. Jembatan Pipa ( Pipe Beam Bridge)
Bila rentangan jembatan kecil dan panjang pipa dapat merintangi
sungai, maka pipa itu sendiri dapat digunakan sebagai jembatan. Hal ini
harus mendapat persetujuan dari kantor pemerintah yang bersangkutan.
Hal penting yang harus diperhatikan :
- Pipa harus didukung pada struktur bagian atas pinggir sungai.
- Semua belokan pipa disarankan sudutnya lebih kecil dari 45o dan
belokan harus dipasang thrust block.
- Tembok penahan diperlukan pada upstream dan down stream dari
jembatan pipa. Serta dipasang pelindung pipa pagar agar pipa
aman.
- Tempat pejalan kaki harus dibangun sepanjang jembatan pipa untuk
pemeriksaan dan perbaikan.

BAB III - 6
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

7) Sambungan
Sambungan dan kelengkapan pipa yang sering digunakan untuk
penyambungan pipa antara lain :
a. Bell and spigot
Spigot dari suatu pipa dimasukkan kedalam suatu bell (socket) pipa
lainnya. Untuk menghindari kebocoran, menahan pipa serta kemungkinan
defleksi (sudut sambungan berubah), maka sambungan dilengkapi
dengan gasket.
b. Flange joint.
Biasanya dipakai untuk pipa bertekanan tinggi, untuk sambungan yang
dekat dengan instalasi pipa. sebelum kedua flange disatukan dengan mur
baut maka antar flange disisipkan packing untk mencegah kebocoran.
c. Ball joint
Digunakan untuk sambungan dan pipa dalam air.

d. Increaser dan reducer


Increaser digunakan untuk menyambung pipa dari diameter kecil ke
diameter besar (arah aliran dari diameter kecil ke besar). Reducer untuk
menyambung dari diameter besar ke diameter kecil.
e. Bend dan Tee
Bend merupakan belokan dengan sudut belokan pipa sebesar 90º, 45º,
22,5º dan 11,5º, sedangkan tee untuk menyambung pipa pada
percabangan.
f. Tapping Bend
Dipasang pada pipa yang perlu disadap untuk dialihkan ke tempat lain.
Dalam hal ini pipa distribusi dibor dan tapping dipasang dengan baut
disekeliling dengan memeriksa agar cincin melingkar penuh pada
sekeliling lubang dan tidak menutup lubang tapping. Apabila dimensi
penyadapan terlalu besar, maka pipa distribusi dapat dipotong
selanjutnya dipasang tee atau perlengkapan yang sesuai.

8) Tekanan dan kecepatan dalam pipa


Menurut Al-Layla (1978) tekanan dalam pipa distribusi sebaiknya berada
diantara 1,8 x 105 – 2,8 x 105 N/m2 (1,8 - 2,8 kg/cm2). Sedangkan
kecepatan dalam pipa distribusi sebaiknya berada dalam range 0,6 – 1,2
m/det (Al- Layla, 1978). Tekanan yang kurang mengakibatkan aliran air
sampai ke konsumen tidak mengalir, sedangkan tekanan air yang berlebih
dapat menimbulkan terjadinya pukulan air yang dapat menyebabkan
terjadinya kerusakan pada alat-alat perpipaan (Morimura, 1984). Morimura
(1984) juga menjelaskan kecepatan aliran air yang rendah dapat
menyebabkan terjadinya pengendapan sedimen dalam pipa, menimbulkan
efek korosi dalam pipa, sedangkan bila kecepatan aliran air yang terlalu
tinggi menyebabkan terjadinya penggerusan pipa sehingga mempercepat
usia pipa.

BAB III - 7
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

3. Cara Penyediaan Air Baku


Cara penyediaan air baku dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Sistem Individu
Penyediaan air bersih sistem individu adalah sistem penyediaan air yang
dilaksanakan oleh masyarakat secara individu dengan menggunakan cara –
cara sederhana dan tingkat pelayanan kebutuhan airnya tergantung pada
kualitas air yang dimiliki. Contohnya adalah penggunaan sumur dengan air
yang digunakan untuk keperluan hidup rumah tangga. Sistem individu ini
termasuk ke dalam sistem non perpipaan.
2. Sistem Komunitas
Penyediaan air bersih sistem komunitas adalah sistem penyediaan air
bersih yang dilaksanakan untuk suatu komunitas di suatu wilayah dengan
tingkat pelayanan secara menyeluruh untuk penduduk yang berdomisili tetap
(domestik) dan tidak tetap (non domestik). Sistem komunitas memiliki sarana
yang lebih lengkap ditinjau dari segi teknis dan segi pelayanan. Sistem ini
termasuk ke dalam sistem perpipaan.

4. Pemilihan Material
Dalam pemilihan material dilakukan sesuai dengan kondisi jalur pipa
transmisi dan distribusi serta topografi yang dilalui oleh jalur pipa tersebut. Dalam
pemilihan material juga perlu dilakukan beberapa tinjauan diantaranya terhadap :
1. Topografi dan kondisi lapangan jalur pipa yang dilalui
2. Kualitas pipa
3. Struktur tanah
4. Diameter pipa
5. Tinjauan sambungan pipa dan perlengkapannya
6. Kemudahan dalam handling dan pemasangan
7. Biaya yang meliputi biaya material, handling dan pemasangan.
Karena sangat penting untuk memilih dan memasang pipa dengan tepat, sesuai
dengan penggunaannya guna mengurangi pemborosan karena kerusakan-
kerusakan jaringan pipa karena tekanan yang bekerja pada pipa (baik dari dalam
maupun luar), tidak sesuai dengan kekuatannya dan pemasangan perlengkapan
pipa yang tidak tepat/tidak sesuai dengan pipanya.
Demikian pula dalam pelaksanaan di lapangan masing-masing pipa harus dapat
dikenal jenis dan kelas kekuatannya untuk menghindari kesalahan
pemasangannya. Untuk memudahkan pengenalan pipa, maka pipa tersebut oleh
pabrik pembuatnya membuat tiap-tiap pipa diberi tanda pengenal yang
menjelaskan bahan pipa, diameter nominal pipa, kelas kekuatan pipa, dan
lambang pabrik pembuatnya.
Pemilihan pipa didasarkan kepada hal-hal sebagai berikut :
- Keamanan terhadap tekanan dari dalam dan luar. Tekanan dari dalam berasal
dari tekanan hidrostatis dan pukulan air. Tekanan dari luar berasal dari
tekanan roda (bila pipa tertanam atau beban lain misal pada jembatan
pipa).
- Pipa harus tahan terhadap kondisi tanah jika berada dalam tanah.
- Jenis pipa harus sesuai dengan keadaan lapangan, misalnya di tempat ramai,

BAB III - 8
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

di kota. Jika pemasangan pipa harus dapat dilaksanakan dengan cepat.


Pemasangan yang cepat tergantung kepada jenis pipa
- Air yang dialirkan harus aman dari bahan karat, sehingga pipa yang dipakai
harus dari jenis yang tidak berkarat.

1) Jenis Pipa
Menurut Hammer (1975), Steel (1960), dan Birdi (1976) jenis-jenis pipa yang
digunakan pada sistem transmisi dan distribusi adalah cast iron, baja (steel),
beton (concrete), asbestos cement dan plastic.

1. Cast Iron Pipe (CIP)


Tersedia untuk panjang 3,7 dan 5,5 m dengan diameter 50-900 mm serta
dapat menahan tekanan air hingga 240 m tergantung besar diameter
pipa. Kelebihan dari pipa jenis ini adalah harga tidak terlalau mahal,
eonomis karena berumur panjang (mencapai 100 th), kuat dan tahan
lama, tahan korosi bila dilapisi, mudah disambung, dapat menahan
tekanan taanpa mengalami kerusakan. Dan kekurangannya yaitu bagian
dalam pipa lama-lama menjadi kasar sehingga kapasitas pengangkutan
berkurang, pipa berdiameter besar tidak ekonomis, cenderung patah
selama pengangkutan.

2. Concrete Pipe
Bisa digunakan jika tidak berada dalam tekanan dan kebocoran pada pipa
tidak terlalu dipersoalkan diameter mencapai 610 mm, digunakan untuk
diameter lebih besar dari 2,5 m dan bisa didesain untuk tekanan 30 m.
Kelebihan yaitu bagian dalam pipa halus dan kehilangan akibat friksi
paling sedikit, tahan lama sekurangnya 75 tahun, tidak berkarat dan tidak
terbentuk lapisan di dalamnya, biaya pemeliharaan murah. Dan
kekurangannya adalah pipa berat dan sulit digunakan, cenderung patah
selama pengangkutan, sulit diperbaiki.

3. Steel Pipe
Digunakan untuk memenuhi kebutuhan pipa yang berdiameter besar dan
bertekanan tinggi. Pipa dibuat dengan ukuran dan diameter standar. Pipa
ini kadang-kadang dilindungi dengan lapisan semen mortar.
Kelebihan dari pipa ini yaitu kuat, lebih ringan daripada CIP, mudah
dipasang dan disambung, dapat menahan tekanan hingga 70 mka (meter
kolom air). Sedangkan kekurangannya yaitu mudah rusak karena air
yang asam atau basa, daya tahan hanya 25-50 tahun kecuali dilapis
dengan bahan tertentu.

4. Asbestos Cement Pipe


Dibuat dengan mencampur serat asbes dengan semen pada tekanan
tinggi, diameter besar antara 50-900 mm dan dapat menahan tekanan
antara 50-250 mka tergantung kelas dan tipe pembuatan.
Kelebihannya adalah ringan dan mudah digunakan, tahan terhadap air

BAB III - 9
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

yang asam dan basa, bagian dalamnya halus dan tahan terhadap
korosi, tersedia untuk ukuran yang panjang sehingga sambungan lebih
sedikit, dapat dipotong menjadi berbagai ukuran panjang dan disambung
seperti CIP. Kekurangannya adalah rapuh dan mudah patah, tidak
dapat digunakan untuk tekanan tinggi.

5. Plastic Pipe
Memlilki banyak kelebihan yaitu tahan terhadap korosi, ringan dan murah,
tersedia dalam warna hitam, lebih tahan terhadap bahan kimia kecuali
asam nitrat dan asam kuat, lemak dan minyak, ada 2 tipe :
a. low density polythene pipe (LDP): lebih fleksibel, diameter mencapai 63
mm, untuk jalur pipa panjang dan tidak cocok untuk penyediaan air
minum dalam gedung
b. high density polythene pipe (HDP): lebih kuat daripada Low Density
Polytene Pipe, diameter 16-400 mm, diameter besar banyak digunakan
jika terdapat kesulitan menyambung pipa berdiameter kecil, untuk jalur
yang panjang
Pipa ini tidak memenuhi standar lingkungan yaitu jika terjadi kontak
dengan bahan-bahan seperti organik, keton ester, alkohol dan
sebagainya. Dalam permasalahan ini HDP lebih buruk daripada LDP.

6. Polyvinyl Chloride Pipe (PVC /Unplasticed)


Kekakuan 3X kekakuan pipa polythene biasa, lebih kuat dan dapat
menahan tekanan tinggi. Sambungan lebih mudah dibuat dengan cara
las. Tahan terhadapa asam organik, alkali dan garam, senyawa organik
serta korosi, banyak digunakan pada penyediaan air dingin di dalam/di
luar gedung, sistem pembuangan dan drainase bawah tanah,
tersediadalam ukuran yang bermacam-macam.

2) Penanaman Pipa
Perpipaan transmisi sedapat mungkin dipasang di dalam tanah. Hal ini untuk
mengurang kemungkinan rusaknya pipa secara fisik baik oleh tumbuhnya
pohon atau kerusakan fisik lainnya. Kedalaman penanaman pipa dihitung dari
permukaan tanah terhadap bagian atas pipa tergantung pada kondisi
lapangan. Untuk kondisi lapangan biasa ditentukan 50 cm, sedang pipa yang
dipasang di bawah jalan ditentukan 150 cm.

Tabel 3.1. Kedalaman Penanaman Pipa di Indonesia Tahun 2000

Perpipaan induk distribusi sedapat mungkin dipasang di dalam tanah.


Kedalamn pipa minimum ditentukan 80 cm pada kondisi biasa dan 100 cm

BAB III - 10
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

untuk di bawah jalan. Untuk kemudahan pemasangan dan pemeriksaan,


perpipaan ini dipasang di sepanjang jalan yang diperlukan. Ketebalan
penutup pipa sesuai kondisi lapangan dapat dilihat pada table 3.10 dibawah ini
:
Tabel 3.2. Tebal Penutup Pipa di Indonesia tahun 2000

Bentuk galian/ penanaman pipa ada 3 menurut lokasi penanaman :

1. Galian normal, galian yang terletak di bawah tanah pinggir jalan,


jalan setapak atau jalan berbatu-batu dan trotoar
2. Galian di bawah jalan , galian yang terletak di bawah jalan aspal
3. Galian memotong jalan, galian yang memotong badan jalan.

5. Analisis Hidrolika
Dalam perencanaan sistem penyediaan air baku dengan perpipaan, analisis
hidraulika terutama dimaksudkan untuk menentukan dimensi bangunan dan
fasilitas yang direncanakan.

1. Prinsip Dasar Aliran Dalam pipa


Menurut Triatmojo (2008) aliran dalam pipa merupakan aliran tertutup dimana
air kontak dengan seluruh penampang saluran. Jumlah aliran yang
mengalir melalui lintang aliran tiap satuan waktu disebut debit aliran, secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut :
2 3
Q = A x V ( m x m/det = m /det)

a. Persamaan kontinuitas
Pada setiap aliran dimana tidak ada kebocoran maka untuk
setiap penampang berlaku bahwa debit setiap potongan selalu sama.
V1 x A1 = V2 x A2 atau,
Q= A x V = Konstan

Gambar 3.4. Saluran Pipa Dengan Diameter Berbeda

Menurut Triatmojo (2008) untuk pipa bercabang berdasarkan


persamaan kontinuitas, debit aliran yang menuju titik cabang harus sama
dengan debit yang meninggalkan titik tersebut, yang secara matematis

BAB III - 11
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

dapat ditulis sebagai berikut :


Q1 = Q2 + Q3 atau
A1 x V1 = A2 x V2 + A3 x V3

Gambar 3.5. Persamaan Kontinuitas Pada Pipa Bercabang

b. Persamaan Bernoulli
Menurut Bernoulli Jumlah tinggi tempat, tinggi tekan dan tinggi kecepatan
pada setiap titik dari aliran air selalu konstan. Persaman Bernoulli dapat
dipandang sebagai persamaan kekekalan energi mengingat, z = energi
potensial cair tiap satuan berat.

Dengan neraca massa energi yang masuk sama dengan yang keluar energi
di A = energi di B sehingga,

Gambar 3.6. Garis energi dan garis tekanan


Sumber : Triatmojo, (1995)

BAB III - 12
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

c. Persamaan Hanzen William

Q = 0,2785 x C x D2,63 x S0,54

Dimana :
Q = debit aliran (m/det)
C = Koefisien kekasaran
D = Diameter pipa (m)
S = Slope pipa = headloss/panjang pipa (m/m)
Tabel 3.3. Nilai Keofisien C Hanzen Williams

2. Tekanan Air Dan Kecepatan Aliran


Jika tekanan air kurang, akan menyebabkan kesulitan dalam pemakaian air.
Sedangkan tekanan air yang berlebih dapat menimbulkan rasa sakit karena
terkena pancaran air, merusak peralatan plambing, dan menambah
kemungkinan timbulnya pukulan air. Besarnya tekanan air yang baik pada
suatu daerah bergantung pada persyaratan pemakai atau alat yang harus
dilayani. Secara umum dapat dikatakan besarnya tekanan standard adalah 1,0
kg/cm2, sedangkan tekanan statik sebaiknya diusahakan antara 4,0 – 5,0
kg/cm2 untuk perkantoran dan antara 2,5 – 3,5 kg/cm2 untuk hotel dan
perumahan. Disamping itu beberapa macam peralatan plambing tidak dapat
berfungsi dengan baik kalau tekanan airnya kurang dari batas minimum.
Kecepatan aliran air yang terlampau tinggi akan dapat menambah
kemungkinan timbulnya pukulan air, menimbulkan suara berisik dan
kadang menyebabkan ausnya permukaan dalam pipa. Biasanya digunakan
standard kecepatan antara 0,6-1,2 m/dt, dan batas maksimumnya antara 1,5 –
2,0 m/dt. Di lain pihak, kecepatan yang terlalu rendah ternyata dapat
menimbulkan efek korosi, pengendapan kotoran yang mempengaruhi kualitas
air (Morimura et al., 1999).

3. Kehilangan Tekanan (Headloss)


Macam kehilangan tekanan adalah:
1. Major losses, terjadi akibat gesekan air dengan dinding pipa. Menurut
Atang, (1983), besarnya kehilangan tekanan karena gesekan dapat
ditentukan dengan formula umum dari Darcy, yaitu:

Dimana koefisien tahanan aliran λ merupakan fungsi dari bilangan Reynolds


dan kekasaran relatif dari pipa. Bilangan Reynolds dapat dihitung

BAB III - 13
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

dengan formula :

2. Minor losses, terjadi akibat perubahan penampang pipa, sambungan,


belokan, dan katup. Kehilangan tenaga akibat gesekan pada pipa panjang
biasanya jauh lebih besar daripada kehilangan tenaga sekunder,
sehingga pada keadaan tersebut biasanya kehilangan tenaga sekunder
diabaikan. Pada pipa pendek kehilangan tenaga sekunder harus
diperhitungkan. Apabila kehilangan tenaga sekunder kurang dari 5 % dari
kehilangan tenaga akibat gesekan maka kehilangan tenaga tersebut dapat
diabaikan. Untuk memperkecil kehilangan tenaga sekunder, perubahan
penampang atau belokan jangan dibuat mendadak tapi berangsur-angsur.

Tabel 3.4 Panjang Ekuivalen Untuk Katup dan Perlengkapan lainnya

Persamaan-persamaan untuk minor losses dapat dirunutkan sebagai


berikut :
1. Kehilangan tekanan akibat masukan (entrance)

dengan: he = kehilangan masukan turbulen (m)


v2 = kecepatan dalam pipa (m/dt)
v1 = kecepatan sebelumnya ( didekatnya, m/dt )
g = percepatan gravitasi (m/dt2)
Ce = koefisien kehilangan tenaga masukan.

Jika v1 = 0 maka V2 2
he = Ce +
2g
2. Kehilangan tekanan akibat keluaran

dengan: ho = kehilangan tenaga akibat keluaran (m)


v1 = kecepatan pipa diatas keluaran (m/dt)
v2 = kecepatan dibawah keluaran (m/dt)

BAB III - 14
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Co = koefisien kehilangan tekanan keluaran

Untuk keluaran air yang tenang v2 = 0, V1 2


ho = Co +
2g
3. Kehilangan tekanan akibat kontraksi

dengan: hc = kehilangan tinggi (m) karena kontraksi mendadak


Ce = koefisien kontraksi
v = kecepatan (m/dt) dalam pipa yang lebih kecil
Untuk rasio diameter 1,5 Cc = 0.3, rasio diameter 2.0 Cc = 0.35, rasio
diameter 2.5 Cc 0.4 dan seterusnya.

4. Kehilangan tekanan akibat perubahan (perbesaran) penampang

dengan: he = kehilangan tinggi akibat perbesaran penampang (m)


Ce = koefisien perubahan penampang
v = kecepatan aliran (m/dt)
Untuk rasio diameter 1.5 Ce = 0.35, rasio diameter 2.0 Ce = 0.6, rasio diameter
2.5 Ce = 0.75

5. Kehilangan tekanan akibat belokan

dengan: hb = kehilangan tinggi, (m)


Cb = koefisien kehilangan tinggi belokan

6. Kehilangan tekanan akibat adanya perkakas (fitting)

dengan: hf = kehilangan tenaga akibat adanya perkakas (m)


Cf = koefisien kehilangan tenaga karena adanya katup
Untuk globe valve, terbuka lebar Cf = 10
angle valve, terbuka lebar Cf = 5
gate valve, terbuka lebar Cf = 0.2

4. Analisis Aliran Pipa


Headloss dalam pipa air dapat dihitung melalui persamaan Darcy – Weisbach
(Triatmodjo,2008):

BAB III - 15
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Dimana :

hf = headloss

f = koefisien kekasaran pipa


l = panjang pipa
d = diameter pipa
v = kecepatan
g = kecepatan gravitasi
Persamaan Darcy dapat ditransformasikan dengan persamaan Chezy adalah
(Triatmodjo,2008) :

Untuk pipa penuh sehingga R = A/P = d/4


A = Luas permukaan pipa
P = Keliling basah

8g
Dimana C2 =
f
Sehingga v = C√RS

dalam persamaan Chezy nilai C harus diketahui. Manning dan Strickler dibangun
dengan persamaan Chezy. Sehingga persamaan secara praktis adalah :

dimana n = koefisien kekasaran


Jika nilai f dalam persamaan tersebut, nilai C konstan. Persamaan Prant.V.
Karman- Colebrook dapat dilihat sebagai berikut :
Hidrolis untuk zona halus:

zona transisi :

Dimana :

BAB III - 16
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

f = faktor gesekan
k = kekasaran absolut (m)
d = diameter (m)
k/d = kekasaran relatif
Re = angka Reynold = Vd/v

Dimana

V = kecepatan dalam pipa ( m/sec )


2 2
Ʋ = viskositas kinetik air = 1.206 x 10- (cm /sec)
(1.206 x 10-6 (m/sec)) pada 13ºC

Tabel 3.5. Nilai Kekasaran Absolut Untuk Pipa Baru

5. Kebocoran
a. Klasifikasi Kebocoran
Kebocoran atau kehilangan air dapat dibagi menjadi kebocoran air tercatat
dan kebocoran air yang tidak tercatat.
1. Kehilangan Air Tercatat
Kehilangan air tercatat merupakan sebagian besar dari salah satu rangkaian
operasi dan pemeliharaan sistem penyediaan air minum seperti :
a. Pengurasan bak pengendap, pencucian filter dan lain-lain dalam
operasi pengolahan air
b. Pengurasan pipa distribusi dan transmisi baik dalam pengetesan
maupun operasional pelayanan
c. Pengetesan fire hydrant secara berkala
d. Keperluan pemadam kebakaran
e. Kepeluan fasilitas keindahan kota
f. Pemakaian air yang berlebihan oleh konsumen
g. Penggunaan sosial lain
Kehilangan air tercatat ini biasanya dapat dicatat dengan memakai meter air
atau membuat perkiraan besarnya pemakaian air. Kehilangan air tercatat
biasanya berkisar 1-2%.
2. Kehilangan Air Tak Tercatat
Kehilangan air tak tercatat adalah kehilangan air yang dapat berupa
kebocoran nyata dan kebocoran tidak nyata. Kebocoran nyata adalah

BAB III - 17
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

kebocoran yang disebabkan oleh kebocoran pipa, dan perlengkapan, baik di


pipa distribusi maupun di pipa konsumen yang dapat diteliti melalui Leakage
Abatement Program . Kebocoran tidak nyata dapat berupa kebocoran yang
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
a. Pencurian air
b. Pembacaan meter yang tidak benar
c. Akurasi meter air yang rendah
d. Berputar baliknya meter air yang disebabkan oleh kosongnya pipa sehingga
angin masuk dari pipa konsumen ke pipa distribusi.
3. Jumlah kebocoran air yang diijinkan
Jumlah kebocoran air yang diijinkan menurut batas-batas efisiensi
produksi dan ekonomi perusahaan dapat diperhitungkan seperti Tabel 3.18.

Tabel 3.6. Batasan Kebocoran Yang Diijinkan

b. Faktor Penyebab Kebocoran


Kebocoran dapat disebabkan oleh faktor teknis dan faktor non teknis. Berikut ini
adalah penjelasan dari masing-masing faktor penyebab kebocoran.

Faktor Teknis :
Kerusakan pipa dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai beikut:
1) Kerusakan pipa akibat korosi
2) Kerusakan pipa secara mekanis atau pengaruh luar
3) Sambungan pipa yang kurang baik
4) Akumulasi kebocoran air pada keran-keran langganan
Berdasarkan hasil penelitian di Amerika, tingkat kebocoran di konsumen adalah
empat kali lebih besar dari kebocoran pipa distribusi Faktor Non Teknis
Faktor non teknis yang dapat menyebabkan kebocoran air adalah sebagai
berikut:
a. Kesalahan pembacaan meter air
b. Rendahnya disiplin petugas pembaca meter
c. Kurang tertibnya sistem administrasi perusahaan
d. Pemakaian sosial
e. Penyadapan liar
f. Pemborosan pemakaian air oleh konsumen.

BAB III - 18
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

6. Reservoir
Menurut Fair et al. (1966) reservoir digunakan dalam sistem distribusi untuk
menyeimbangkan debit pengaliran, mempertahankan tekanan, dan mengatasi
keadaan darurat. Untuk optimasi penggunaan, reservoir harus diletakkan sedekat
mungkin dengan pusat daerah pelayanan. Di kota besar, reservoir distribusi
ditempatkan pada beberapa lokasi dalam daerah pelayanan. Reservoir distribusi
juga digunakan untuk mengurangi variasi tekanan dalam sistem distribusi.
Reservoir di tempat yang tinggi dapat dipergunakan dengan baik untuk
pemantapan tekanan. Garis derajat hidraulik pada suatu saat pemakaian yang
tinggi dalam suatu sistem dengan tangki yang tinggi yang terletak di tempat yang
salah diperlihatkan pada Gambar 3.18a. Tekanan akan cukup rendah di ujung
sistem yang jauh. Kondisi tekanan akan membaik bila tangki tinggi itu terletak
dekat daerah konsumen tinggi (pusat beban).(Gambar 3.18b).
Bila kondisi topografi tidak memungkinkan adanya tinggi tekanan yang cukup dari
suatu reservoir permukaan, maka suatu tabung tegak atau tangki tinggi dapat
dipergunakan untuk mendapatkan tinggi yang diperlukan.

Tipe Reservoir
Tipe reservoir distribusi yang sering digunakan adalah (Japan International
Coorperation Agency,1974) :
1. Reservoir tanggul yang dilapisi atau tidak dilapisi, umumnya terbuka
2. Reservoir di bawah dan di permukaan tanah, tertutup dan tidak tertutup,
konstruksi dari beton
3. Reservoir baja di permukaan tanah, tipe gravitasi dan pemompaan
4. Tangki baja atau beton di atas permukaan tanah dan pipa tegak
5. Tangki tekan dari baja

Gambar 3.7 Tipe-Tipe Reservoir Distribusi. (a) pipa tegak; (b) dan (c)
tangki di atas permukaan tanah; (d) reservoir di permukaan tank Sumber
: Japan International Coorperation Agency (1974)

BAB III - 19
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Struktur dari reservoir distribusi dapat mengikuti aturan sebagai berikut (Japan
International Coorporation Agency,1974) :
1. Reservoir air bersih dapat dibangun dengan menggunakan beton pra tegang,
atau struktur baja
2. Reservoir dapat dilengkapi dengan penutup permanen untuk menghindari
masuknya air hujan atau jenis polutan lainnya
3. Pada kasus tertentu, untuk menjaga suhu yang sedang pada daerah dingin
atau panas, dapat dilengkapi dengan penutup yang berlapis dari tanah
dengan kedalaman 30-60 cm atau pembatas lain
4. Untuk mempersiapkan tanah penutup, stabilisasi tanah dengan pasir dan
menurunkan muka air tanah dapat ditempuh guna menghindari kegagalan
pembangunan struktur pada daerah dengan muka air tanah yang tinggi
5. Jumlah reservoir distribusi paling sedikit 2 (dua) buah. Reservoir tunggal
dapat dipecah menjadi 2 (dua) bagian.

Tinggi jagaan berjarak 30 cm atau lebih dihitung dari muka air tertinggi sampai
dengan puncak dinding reservoir. Bagian bawah reservoir ditetapkan paling sedikit
berjarak 15 cm lebih rendah dari muka air terendah. Untuk kenyamanan
pembersihan, kemiringan 1/100 sampai dengan 1/500 ditentukan terhadap
permukaan bagian bawah.

Pemasangan pipa inlet dan pipa outlet dapat mengikuti aturan sebagai berikut
(Japan International Coorporation Agency,1974) :
1. Jarak diantara garis tengah dari pipa outlet dan muka air terendah sebaiknya
kurang dari dua kali diameter dari pipa outlet
2. Baik pipa inlet maupun pipa outlet sebaiknya dilengkapi dengan katup (valve),
dan pipa outlet dapat dilengkapi dengan karet penutup untuk mengurangi
kehilangan tekanan
Pemasangan pipa overflow dapat mengikuti aturan sebagai berikut (Japan
International Coorperation Agency,1974) :
1. Pipa tegak dan menara air atas (elevated reservoir) dapat dilengkapi dengan
karet penutup pada pipa overflow pada muka air tertinggi
2. Ukuran dari pipa overflow dapat ditentukan melalui tinggi permukaan air,
freeboard, dan rata-rata aliran masuk pada pipa tegak atau reservoir atas.

Pemasangan pipa penguras dapat mengikuti aturan sebagai berikut (Japan


International Coorperation Agency,1974) :
1. Peralatan pipa penguras beserta katup (valve) dapat dipasang pada titik
terendah pada bagian bawah dari pipa tegak atau reservoir.
2. Ukuran pipa penguras dapat ditentukan melalui volume air dibawah muka air
terendah dengan batasan tertentu.

Kapasitas reservoir distribusi tidak hanya berkaitan dengan perubahan dengan


waktu pengaliran air, tetapi juga kejadian seperti kebakaran dan gangguan
kelistrikan. Cara-cara dalam pemeliharaan resrvoir beserta peralatan
penunjangnya akan diuraikan dalam penjelasan berikut:

BAB III - 20
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam operasional dan pencatatan kerja reservoir
distribusi adalah sebagai berikut (Japan International Coorperation Agency,1974)
1. Catatan perubahan jumlah air yang disimpan perhari sangat penting untuk
mengamati fungsi reservoir distribusi. Pencatatan dapat dilakukan melalui
meter pencatat otomatis ketinggian air atau dengan membaca ketinggian muka
air setiap 1-2 jam.
2. Catatan pengaliran air setiap hari dan perubahannya dalam periode waktu
tertentu juga diperlukan.
3. Air biasanya disimpan pada reservoir distribusi mulai waktu tengah malam
sampai pagi hari. Pada kasus tertentu, pengaliran air tidak mampu memenuhi
jumlah yang diperrlukan karena keterbatasan penyediaan air.
4. Tinggi muka air pada reservoir distribusi sebaiknya tidak dikurangi dibawah
batasan dimana air dan subtansi yang terkandung terserap oleh pipa efluen.

7. Pompa
Jenis – jenis pompa yang biasa digunakan adalah pompa sentrifugal, pompa
bolak-balik, pompa hidro otomatik, pompa putaran dan pompa hisap udara.

1. Pompa Sentrifugal
Pompa ini paling banyak digunakan karena daya kerjanya yang baik dan
ekonomis. Aliran air dalam pompa ini berubah – ubah menurut tinggi
tekannya, karena itu diperlukan suatu kendali tekanan yang dapat diubah-
ubah bila diinginkan aliran yang tetap besarnya pada berbagai tekanan.

2. Pompa Bolak-balik
Berbeda dengan pompa sentrifugal, pompa bolak-balik ini debitnya hanya
tergantung pada kecepatan pompa saja. Oleh karena itu pompa ini cocok
untuk tinggi tekan yang besar. Namun pompa ini tidak ekonomis karena
mahal biayanya dan sulit untuk menjaga efisiensi kondisi operasi.

3. Pompa Hidro Otomatik


Pemakaian pompa ini banyak membutuhkan air, namun mungkin
menguntungkan apabila dipergunakan pada keadaan dimana tidak ada
sumber air yang terbuang dan yang dipompa untuk pompa hidro otomatik
yang direncanakan dengan baik berkisar 6:1 hingga 2:1 tergantung
pada tinggi tekanan, pengisian, tinggi angkatan dan faktor-faktor lainnya.

4. Pompa Putaran
Untuk pemakaian pompa jenis ini harus benar-benar diperhatikan jenis
airnya, karena air yang mengandung pasir halus akan merusak pompa.
Pompa putaran ini paling banyak digunakan untuk tekanan rendah dengan
debit yang kurang dari 30 lt/detik. Pemeliharaannya lebih mudah dari pompa
bolak – balik. Pompa putaran ini sering digunakan untuk pemadam
kebakaran bangunan –bangunan serta untuk instalasi penyedia air bersih
yang kecil.

BAB III - 21
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

5. Pompa Hisap Udara


Pompa ini biasanya digunakan pada sumur-sumur air tanah. Pompa ini
dapat dipakai untuk menaikkan air hingga setinggi 150 meter, tetapi
efisiensinya hanya 25 – 50 persen. Pompa hisap ini akan mencapai operasi
yang terbaik bila angka perbandingan hp/hs bervariasi dari sekitar 2 hingga
0,5. sedangkan untuk mencapai keadaan yang demikian sumur harus
diperdalam yang berarti ada kenaikan biaya

8. Analisis Sistem Jaringan Transmisi Air Baku dengan Software Komputer


Beberapa program komputer di bidang rekayasa dan perencanaan sistem jaringan
transmisi air baku diantaranya adalah program Loops, Wadiso, Kypipe, Epanet dan
WaterCAD. Dalam kajian ini digunakan program WaterCAD v 8 karena program ini
tergolong baru dan belum banyak diketahui dalam fungsinya untuk menganalisis
sistem jaringan transmisi air baku. Berikut ini akan dipaparkan mengenai langkah-
langkah penggunaan program WaterCAD v 8.

Tahapan-Tahapan Dalam Penggunaan Program WaterCAD


1. Welcome Dialog
Pada setiap pembukaan awal program WaterCAD, akan diperlihatkan sebuah
dialog box yang disebut welcome dialog. Kotak tersebut memuat tutorials,
create new project, open existing project serta exit WaterCAD seperti terlihat
pada gambar di bawah. Melalui welcome dialog ini pengguna dapat langsung
mengakses ke bagian lain untuk menjalankan program ini.

Gambar 3.8 Tampilan Welcome Dialog Pada WaterCAD


Sumber : Haestad, 2001

BAB III - 22
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

2. Pembuatan Lembar Kerja


Pembuatan lembar kerja baru atau create new project pada program WaterCAD
ini dapat dilakukan melalui dua cara yaitu melalui welcome dialog box atau
melalui pilihan new pada menu utama File.

Gambar 3.9 Penamaan File Kerja Pada WaterCAD


Sumber : Haestad, 2001

Setelah penamaan file maka tampilan berikutnya adalah pemilihan formula dari
Darcy-Weisbach, Hazen-Williams dan Manning seperti pada gambar di bawah.

Gambar 3.10 Pemilihan Rumus Pada WaterCAD


Sumber : Haestad, 2001

Proses selanjutnya adalah pemilihan metode penggambaran jaringan yang


dapat dibuat skalatis atau skematis sesuai kebutuhan pengguna.

BAB III - 23
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Gambar 3.11 Pemilihan Metode Penggambaran Pada WaterCAD


Sumber : Haestad, 2001

Gambar 3.12 Penentuan Prototipe Dari Komponen-Komponen Sistem Jaringan PadaWaterCAD


Sumber : Haestad, 2001

3. Pemodelan Komponen-Komponen Sistem Jaringan Transmisi Air Baku


Dalam WaterCAD, komponen-komponen sistem jaringan transmisi air baku
seperti titik simpul, pipa, tandon, mata air dan pompa tersebut dimodelkan
sedemikian rupa sehingga mendekati kinerja komponen tersebut di lapangan.
Adapun jenis-jenis pemodelan komponen sistem jaringan transmisi air baku
dalam WaterCAD adalah :
a) Pemodelan titik-titik simpul (junction)

BAB III - 24
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Titik simpul merupakan suatu simbol yang mewakili atau komponen yang
bersinggungan langsung dengan konsumen dalam hal pemberian air baku.
b) Pemodelan kebutuhan air baku
Kebutuhan air baku pada tiap-tiap titik simpul dapat berbeda-beda yang
bergantung dari luas cakupan layanan dan jumlah konsumen pada titik
simpul tersebut. Kebutuhan air menurut WaterCAD dibagi menjadi dua
yaitu kebutuhan tetap (fixed demand) dan kebutuhan berubah (variable
demand).
c) Pemodelan Pipa
Pipa adalah suatu komponen yang menghubungkan katup (valve), titik
simpul, pompa dan tandon. Untuk memodelkan pipa, memerlukan
beberapa data teknis seperti jenis bahan, diameter dan panjang pipa,
kekasaran (roughness) dan status pipa (buka-tutup).
d) Pemodelan katup (valve)
Katup atau valve digunakan untuk memenuhi suatu kondisi tertentu di
lapangan agar aliran dalam jaringan pipa berfungsi dengan baik. Misalnya
kondisi aliran yang terlalu kecil akibat beda tekanan yang terlalu besar atau
karena adanya perbaikan jalan maka pipa pada daerah tersebut ditutup
menggunakan katup.
e) Pemodelan pompa (pump)
Pemodelan pompa pada WaterCAD membutuhkan data masukan seperti
model dan kekuatan pompa, data tinggi head dan debit pompa serta
elevasi pompa.
f) Pemodelan tandon (watertank)
Untuk pemodelan tandon diperlukan beberapa data yaitu ukuran bentuk
dan elevasi tandon. Pada kondisi steady state simulation, permukaan air
dalam tandon akan menjadi konstan (constant water surface elevation) dan
pada kondisi Extended Period Simulation permukaan air di dalam tandon
menjadi berubah-ubah sesuai kebutuhan.
g) Pemodelan mata air (reservoir)
Pada program WaterCAD, reservoir digunakan sebagai model dari suatu
sumber air seperti danau dan sungai. Di sini reservoir dimodelkan sebagai
sumber air yang tidak bisa habis atau elevasi air selalu berada pada
elevasi konstan pada saat berapapun kebutuhan airnya. Data yang
dibutuhkan untuk memodelkan sebuah mata air adalah kapasitas debit dan
elevasi mata air tersebut.
h) Proses Penggambaran Sistem Jaringan Transmisi Air Baku
Setelah pengisian project setup wizard dan pemodelan komponen telah
selesai dilakukan, maka proses pembuatan jaringan pipa dapat dimulai.

BAB III - 25
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Gambar 3.13 Proses Penggambaran Suatu Jaringan Dengan WaterCAD


Sumber : Haestad, 2001

4. Perhitungan Dan Analisis Sistem Jaringan Transmisi Air Baku


Setelah jaringan tergambar dan semua komponen tertata sesuai dengan yang
diinginkan, maka untuk menganalisis sistem jaringan tersebut dilakukanlah
running (GO). Ada dua pilihan analisis yang dapat dilakukan yaitu steady state
dengan fasilitas fire flow analysis dan extended period dengan fasilitas water
quality analysis. Untuk memberi nilai hasil analisis yang dilakukan, ada tiga
buah tanda hasil analisis yaitu warna hijau, kuning dan merah.
Warna hijau berarti bahwa sistem jaringan transmisi air baku benar-benar baik
tanpa ada masalah. Warna kuning berarti sistem jaringan dapat bekerja, namun
ada beberapa bagian komponen yang tidak bekerja normal. Sedangkan warna
merah berarti sistem tersebut tidak dapat bekerja seperti yang diharapkan
karena ada kesalahan dalam perencanaan maupun pada penggambaran.

BAB III - 26
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Gambar 3.14 Tampilan Proses Running Sistem Jaringan Dengan WaterCAD


Sumber : Haestad, 2001

5. Pembuatan Alternatif-Alternatif (Scenario)


Dalam sebuah perencanaan sistem jaringan transmisi air baku harus
memperhatikan segi efisiensi sistem tersebut agar mampu memenuhi
kebutuhan air masyarakat secara optimal. Pemecahan masalah tersebut adalah
metode coba dengan menambah ataupun mengganti beberapa komponen
jaringan pipa untuk optimalisasi perencanaan. Pada WaterCAD alternatif-
alternatif (scenario) tersebut dapat dirancang pada satu model dengan mudah
berdasarkan pada sistem jaringan yang sudah ada, kemudian diperbandingkan
secara bersamaan (Scenario Comparison) sehingga dapat dipilih alternatif yang
terbaik.

Gambar 3.15 Pembuatan Skenario Sistem Jaringan Dengan WaterCAD


Sumber : Haestad, 2001

3.2.4.10. Perhitungan BOQ dan RAB serta Kelayakan Ekonomi


Perhitungan BOQ, RAB dan Kelayakan Ekonomi dilakukan untuk
mengetahui volume dan anggaran yang dibutuhkan dalam pembangunan sistem

BAB III - 27
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

jaringan air baku serta kelayakan ekonomi dengan dibangunnya sistem jaringan
air baku.

Ø Analisa Kelayakan Ekonomi


Analisa ekonomi yang dipergunakan adalah Benefit/Cost Ratio ( B/C Ratio )
dan NPV.
a. Benefit/Cost Ratio (BCR)
BCR adalah perbandingan antara nilai ekivalen dari Benefit (Manfaat)
dengan nilai Ekivalen dari Cost (Biaya) pada suatu titik waktu yang sama,
misalnya Present Worth (Sekarang), Future Worth (yang akan datang)
ataupun Annual Worth.

Secara umum rumus untuk perhitungan nilai ini dapat diuraikan sebagai
berikut:

t=n t=n
Bt Ct
BCR = åt =1
: å
(1 + i ) t t =1 (1 + i ) t
dimana :
Ø Bt = Benefit pada tiap tahun
Ø Ct = Cost pada tiap tahun
Ø 1/(1+i)t = Rumus Pv (Present Value)
Ø t = 1,2,3, ………
Ø n = jumlah tahun
Ø i = tingkat bunga
Apabila :
Ø BCR ³ 1 maka proyek layak untuk dilaksanakan
Ø BCR < 1 maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

b. Net Present Value ( NPV )


NPV adalah jumlah dari keseluruhan manfaat (Benefit) dikurangi dengan
keseluruhan biaya (cost) pada suatu titik waktu yang sama, misalkan
Present Worth, Future Worth, ataupun Annual Worth.

Dari definisi tersebut di atas dapat disimpulkan :

NPV = Pv. Benefit – Pv. Cost, atau :


t =n
(Bt - Ct )
NPV = å
t =1 (1 + i )
t

dimana :

Ø Bt : Benefit pada tiap tahun


Ø Ct : Cost pada tiap tahun
Ø 1/(1+ i)t : Rumus Pv (Present Value)

BAB III - 28
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Ø t : 1, 2, 3, …………
Ø n : jumlah tahun
Ø i : tingkat bunga
apabila :

Ø NPV positif atau > 0 , maka proyek layak untuk dilaksanakan


Ø NPV negatif atau < 0 , maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

BAB III - 29
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

BAB IV
HASIL ANALISA

4.1. Bangunan Penangkap Air (Broncptering)


Kondisi bangunan penangkap air / Broncaptering untuk lokasi Mata Air Sori Kaleli
secara fisik dikategorikan dalam kondisi rusak ringan, karena masih dapat berfungsi
untuk menangkap dan mendistribusikan air ke pipa distribusi. Akan tetapi secara
teknis, kondisi sarana dan prasarana seperti pipa / pintu penguras, saringan
sampah dan lubang pemeliharaan belum tersedia, sehingga akan direncanakan
untuk di review desain / akan dibangun ulang. Berdasarkan pola munculnya mata
air, untuk Mata Air Sori Kaleli yang mengalir secara horizontal, type bangunan
penyadap / intake sesuai dengan Permen PU No 18/PRT/M/2007 tentang
penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah Bangunan Penangkap Mata Air
(Broncaptering). Perlengkapan yang harus di sediakan adalah outlet untuk pipa air
bersih, peluap (overflow), penguras (drain), bangunan pengukur debit, lubang
periksa (manhole) dan pipa ventilasi.

Dari hasil perhitungan optimasi hidrolika (sistem) diperoleh rencana pemanfaatan air
dari Mata Air Sori Kaleli adalah 8,44 lt/dt. Adapun rencana bangunan penangkap air
dari hasil desain yang menyesuaikan dengan kondisi adalah dengan membuat
bangunan penyadap air dari dari bronjong kemudian didistribusikan kedalam bak
penampungan, seperti pada gambar 4.1. dibawah ini.

BAB IV - 1
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Gambar 4.1. Situasi dan denah bak pengumpul air

BAB IV - 2
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Gambar 4.2. Gambar Denah & Potongan bak pengumpul air

BAB IV - 3
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

4.2. Jaringan Pipa Transmisi

Broncaptering
X = 669.451
Y = 9.067.172
Z = ± 659 m

Rencana Bak Bagi


X = 668.603
Y = 9.065.448
Z = ± 564 m

Bak Desa Rora


X = 666.559
Y = 9.062.741
Z = ± 342 m

Bak Desa Madawau


X = 667.403
Y = 9.062.822
Z = ± 341 m

Gambar 4.3. Recana Jalur Pipa Distribusi untuk Tiga Bak


(Desa Rora & Desa Madawau)

BAB IV - 4
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Perhitungan Hidrolika Pipa dalam kegiatan ini menggunakan bantuan Software WaterCad,
dimana tahapa perhitungan ada 2 (dua) tahapan :
1. Tahap perhitungan coba-coba untuk melihat tekanan yang terjadi pada setiap simpul,
sehingga dijadikan acuan untuk penempatan accesoris pipaseperti air valve, check
valve, washout, dll.
2. Tahap perhitungan inti, yaitu perhitungan dengan inputan lengkap.

Adapun inputan data beserta hasil perhitungan dijabarkan dibawah ini.

a. Data Inputan

1. Broncaptering
Hydraulic Net
Elevation Outflow
Label Grade Inflow
(m) (L/s)
(m) (L/s)

Reservoir 660,50 8,47 660,50 -8,47

Catatan : Elevasi = 659 m + 1,5 m


= 660,5 m

2. Pipa
Hazen-
Start Stop Diameter
Label Material Williams Length (m)
Node Node (in)
C
P-1 R-1 J-1 3,0 Galvanized iron 120,0 9,31
P-2 J-1 J-2 3,0 Galvanized iron 120,0 17,61
P-3 J-2 J-3 3,0 Galvanized iron 120,0 19,91
P-4 J-3 J-4 3,0 Galvanized iron 120,0 22,00
P-5 J-4 J-6 3,0 Galvanized iron 120,0 37,32
P-6 J-6 J-7 3,0 Galvanized iron 120,0 9,00
P-7 J-7 J-8 3,0 Galvanized iron 120,0 7,43
P-8 J-8 J-9 3,0 Galvanized iron 120,0 8,00
P-9 J-9 J-10 3,0 Galvanized iron 120,0 30,99
P-10 J-10 J-11 3,0 PVC 150,0 56,25
P-11 J-11 J-12 3,0 PVC 150,0 13,60
P-12 J-12 J-13 3,0 PVC 150,0 7,20
P-13 J-13 J-14 3,0 PVC 150,0 32,81
P-14 J-14 J-15 3,0 PVC 150,0 40,02
P-15 J-15 J-16 3,0 PVC 150,0 61,99
P-16 J-16 J-17 3,0 PVC 150,0 35,60
P-17 J-17 J-18 3,0 PVC 150,0 25,99

BAB IV - 5
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

P-18 J-18 J-19 3,0 PVC 150,0 20,90


P-19 J-19 J-20 3,0 PVC 150,0 27,26
P-20 J-20 J-21 3,0 PVC 150,0 8,60
P-21 J-21 J-22 3,0 PVC 150,0 36,45
P-22 J-22 J-23 3,0 PVC 150,0 73,02
P-23 J-23 J-24 3,0 PVC 150,0 44,00
P-24 J-24 J-25 3,0 PVC 150,0 70,90
P-25 J-25 J-26 3,0 PVC 150,0 23,00
P-26 J-26 J-27 3,0 PVC 150,0 59,74
P-27 J-27 J-28 3,0 PVC 150,0 30,87
P-28 J-28 J-29 3,0 PVC 150,0 60,01
P-29 J-29 J-30 3,0 PVC 150,0 51,99
P-30 J-30 J-31 3,0 PVC 150,0 45,00
P-31 J-31 J-32 3,0 PVC 150,0 50,99
P-32 J-32 J-33 3,0 PVC 150,0 78,00
P-33 J-33 J-34 3,0 PVC 150,0 37,79
P-34 J-34 J-35 3,0 PVC 150,0 98,00
P-35 J-35 J-36 3,0 PVC 150,0 108,99
P-36 J-36 J-37 3,0 PVC 150,0 77,00
P-37 J-37 J-38 3,0 PVC 150,0 31,00
P-38 J-38 J-39 3,0 PVC 150,0 40,00
P-39 J-39 J-40 3,0 PVC 150,0 59,00
P-40 J-40 J-41 3,0 PVC 150,0 37,00
P-41 J-41 J-42 3,0 PVC 150,0 73,97
P-42 J-42 J-43 3,0 PVC 150,0 97,97
P-43 J-43 J-44 3,0 PVC 150,0 51,97
P-44 J-44 J-45 3,0 PVC 150,0 21,98
P-45 J-45 J-46 3,0 PVC 150,0 126,92
P-46 J-46 J-47 3,0 PVC 150,0 49,00
P-47 J-47 J-48 3,0 PVC 150,0 70,89
P-48 J-48 J-49 3,0 PVC 150,0 29,41
P-49 J-49 J-50 3,0 PVC 150,0 15,00
P-50 J-50 J-51 3,0 PVC 150,0 22,02
P-51 J-51 J-52 3,0 PVC 150,0 60,39
P-52 J-52 T-4 3,0 PVC 150,0 47,98
P-53 T-4 J-53 3,0 PVC 150,0 8,65
P-54 J-53 J-54 3,0 PVC 150,0 23,19
P-55 J-54 J-55 3,0 PVC 150,0 25,74
P-56 J-55 J-56 3,0 PVC 150,0 44,70
P-57 J-56 J-57 3,0 PVC 150,0 66,95
P-58 J-57 J-58 3,0 PVC 150,0 47,51

BAB IV - 6
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

P-59 J-58 J-59 3,0 PVC 150,0 24,28


P-60 J-59 J-60 3,0 Galvanized iron 120,0 22,00
P-61 J-60 J-61 3,0 PVC 150,0 56,26
P-62 J-61 J-62 3,0 PVC 150,0 40,39
P-63 J-62 J-63 3,0 PVC 150,0 32,73
P-64 J-63 J-64 3,0 PVC 150,0 40,28
P-65 J-64 J-65 3,0 PVC 150,0 40,04
P-66 J-65 J-66 3,0 PVC 150,0 45,07
P-67 J-66 J-185 3,0 PVC 150,0 28,41
P-68 J-185 J-68 3,0 Galvanized iron 120,0 12,00
P-69 J-68 J-69 3,0 PVC 150,0 18,82
P-70 J-69 J-70 3,0 PVC 150,0 30,22
P-71 J-70 J-71 3,0 PVC 150,0 37,08
P-72 J-71 J-72 3,0 PVC 150,0 61,85
P-73 J-72 J-73 3,0 PVC 150,0 55,16
P-74 J-73 J-74 3,0 PVC 150,0 49,03
P-75 J-74 J-75 3,0 PVC 150,0 42,35
P-76 J-75 J-76 3,0 PVC 150,0 49,68
P-77 J-76 J-77 3,0 PVC 150,0 67,05
P-78 J-77 J-78 3,0 PVC 150,0 69,94
P-79 J-78 J-79 3,0 PVC 150,0 75,57
P-80 J-79 J-80 3,0 PVC 150,0 65,79
P-81 J-80 J-81 3,0 PVC 150,0 70,62
P-82 J-81 J-82 3,0 PVC 150,0 65,54
P-83 J-82 J-83 3,0 PVC 150,0 63,65
P-84 J-83 J-84 3,0 PVC 150,0 56,82
P-85 J-84 J-85 3,0 PVC 150,0 36,50
P-86 J-85 J-86 3,0 PVC 150,0 38,75
P-87 J-86 J-87 3,0 PVC 150,0 57,67
P-88 J-87 J-88 3,0 PVC 150,0 51,56
P-89 J-88 J-89 3,0 PVC 150,0 53,39
P-90 J-89 J-90 3,0 PVC 150,0 44,78
P-91 J-90 J-91 3,0 PVC 150,0 47,41
P-92 J-91 J-92 3,0 PVC 150,0 69,37
P-93 J-92 J-93 3,0 PVC 150,0 68,47
P-94 J-93 J-94 3,0 PVC 150,0 52,53
P-95 J-94 J-95 3,0 PVC 150,0 41,14
P-96 J-95 J-96 3,0 PVC 150,0 53,71
P-97 J-96 J-97 3,0 PVC 150,0 71,05

BAB IV - 7
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

P-98 J-97 J-98 3,0 PVC 150,0 64,78


P-99 J-98 J-99 3,0 PVC 150,0 54,54
P-100 J-99 J-100 3,0 PVC 150,0 55,40
P-101 J-100 J-101 3,0 PVC 150,0 44,69
P-102 J-101 J-102 3,0 PVC 150,0 31,72
P-103 J-102 J-103 3,0 PVC 150,0 22,01
P-104 J-103 J-104 3,0 Galvanized iron 120,0 18,00
P-105 J-104 J-105 3,0 PVC 150,0 53,64
P-106 J-105 J-106 3,0 PVC 150,0 47,57
P-107 J-106 J-107 3,0 PVC 150,0 47,01
P-108 J-107 J-108 3,0 PVC 150,0 33,00
P-109 J-108 J-109 3,0 PVC 150,0 39,44
P-110 J-109 J-110 3,0 PVC 150,0 58,22
P-111 J-110 J-111 3,0 PVC 150,0 45,96
P-112 J-111 J-112 3,0 PVC 150,0 44,34
P-113 J-112 J-113 3,0 PVC 150,0 40,40
P-114 J-113 J-114 3,0 PVC 150,0 41,62
P-115 J-114 J-115 3,0 PVC 150,0 34,32
P-116 J-115 J-116 3,0 PVC 150,0 33,67
P-117 J-116 J-117 3,0 PVC 150,0 41,06
P-118 J-117 J-118 3,0 PVC 150,0 49,02
P-119 J-118 J-119 3,0 PVC 150,0 40,48
P-120 J-119 J-120 3,0 PVC 150,0 50,74
P-121 J-120 J-121 3,0 PVC 150,0 47,02
P-122 J-121 J-122 3,0 PVC 150,0 47,23
P-123 J-122 J-123 3,0 PVC 150,0 51,27
P-124 J-123 J-124 3,0 PVC 150,0 47,81
P-125 J-124 T-3 3,0 PVC 150,0 52,03
P-126 T-4 J-125 3,0 PVC 150,0 26,19
P-127 J-125 J-126 3,0 PVC 150,0 63,76
P-128 J-126 J-127 3,0 PVC 150,0 58,96
P-129 J-127 J-128 3,0 PVC 150,0 51,93
P-130 J-128 J-129 3,0 PVC 150,0 52,16
P-131 J-129 J-130 3,0 PVC 150,0 24,30
P-132 J-130 J-131 3,0 PVC 150,0 49,85
P-133 J-131 J-132 3,0 PVC 150,0 54,93
P-134 J-132 J-133 3,0 PVC 150,0 49,62
P-135 J-133 J-134 3,0 PVC 150,0 62,20
P-136 J-134 J-135 3,0 PVC 150,0 40,50
P-137 J-135 J-136 3,0 PVC 150,0 58,72
P-138 J-136 J-137 3,0 PVC 150,0 51,10
P-139 J-137 J-138 3,0 PVC 150,0 52,84
P-140 J-138 J-139 3,0 PVC 150,0 49,75
P-141 J-139 J-140 3,0 PVC 150,0 52,30

BAB IV - 8
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

P-142 J-140 J-141 3,0 PVC 150,0 55,78


P-143 J-141 J-142 3,0 PVC 150,0 34,19
P-144 J-142 J-143 3,0 PVC 150,0 52,57
P-145 J-143 J-144 3,0 PVC 150,0 54,04
P-146 J-144 J-145 3,0 PVC 150,0 52,15
P-147 J-145 J-146 3,0 PVC 150,0 72,80
P-148 J-146 J-147 3,0 PVC 150,0 51,00
P-149 J-147 J-148 3,0 PVC 150,0 34,75
P-150 J-148 J-149 3,0 PVC 150,0 54,83
P-151 J-149 J-150 3,0 PVC 150,0 66,25
P-152 J-150 J-151 3,0 PVC 150,0 38,49
P-153 J-151 J-152 3,0 PVC 150,0 35,52
P-154 J-152 J-153 3,0 PVC 150,0 81,02
P-155 J-153 J-154 3,0 PVC 150,0 60,99
P-156 J-154 J-155 3,0 PVC 150,0 50,02
P-157 J-155 J-156 3,0 PVC 150,0 65,70
P-158 J-156 J-157 3,0 PVC 150,0 41,13
P-159 J-157 J-158 3,0 PVC 150,0 53,78
P-160 J-158 J-159 3,0 PVC 150,0 42,05
P-161 J-159 J-160 3,0 PVC 150,0 48,81
P-162 J-160 J-161 3,0 PVC 150,0 53,91
P-163 J-161 J-162 3,0 PVC 150,0 57,04
P-164 J-162 J-163 3,0 PVC 150,0 58,44
P-165 J-163 J-164 3,0 PVC 150,0 43,00
P-166 J-164 J-165 3,0 PVC 150,0 48,93
P-167 J-165 J-166 3,0 PVC 150,0 56,89
P-168 J-166 J-167 3,0 PVC 150,0 55,72
P-169 J-167 J-168 3,0 PVC 150,0 39,96
P-170 J-168 J-169 3,0 PVC 150,0 47,01
P-171 J-169 J-170 3,0 PVC 150,0 56,40
P-172 J-170 J-171 3,0 PVC 150,0 31,69
P-173 J-171 J-172 3,0 PVC 150,0 24,29
P-174 J-172 J-173 3,0 PVC 150,0 41,64
P-175 J-173 J-174 3,0 PVC 150,0 50,78
P-176 J-174 J-175 3,0 PVC 150,0 51,10
P-177 J-175 J-176 3,0 PVC 150,0 47,91
P-178 J-176 J-177 3,0 PVC 150,0 54,52
P-179 J-177 J-178 3,0 PVC 150,0 62,99

BAB IV - 9
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

P-180 J-178 J-179 3,0 PVC 150,0 47,45


P-181 J-179 J-180 3,0 PVC 150,0 41,55
P-182 J-180 J-181 3,0 PVC 150,0 19,64
P-183 J-181 J-182 3,0 PVC 150,0 43,15
P-184 J-182 J-183 3,0 PVC 150,0 47,90
P-185 J-183 J-184 3,0 PVC 150,0 43,53
P-186 J-184 T-5 3,0 PVC 150,0 24,75

3. Tank / Bak Penampungan


Base Minimum Initial Maximum Alarm
Label Elevation Elevation Elevation Elevation Elevation
(m) (m) (m) (m) (m)
Bak Madawau 325,87 326,37 327,62 327,87 327,77

Bak Rora 309,29 309,79 311,04 311,29 311,19

Bak Bagi 564,21 564,71 565,96 566,21 566,11

BAB IV - 10
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

4. Titik Simpul

Elevation Elevation Elevation Elevation


Label Label Label Label
(m) (m) (m) (m)

J-1 614,46 J-31 586,36 J-60 516,72 J-90 395,26


J-2 612,75 J-32 585,12 J-61 513,08 J-91 387,98
J-3 609,68 J-33 583,66 J-62 512,48 J-92 385,66
J-4 607,38 J-34 581,89 J-63 510,25 J-93 378,26
J-6 603,01 J-35 581,90 J-64 503,01 J-94 374,31
J-7 600,38 J-36 580,95 J-65 489,41 J-95 374,09
J-8 597,40 J-37 580,46 J-66 469,09 J-96 368,95
J-9 597,91 J-38 580,06 J-68 460,75 J-97 366,42
J-10 597,44 J-39 579,41 J-69 460,01 J-98 363,55
J-11 594,03 J-40 579,04 J-70 459,47 J-99 362,99
J-12 593,92 J-41 577,45 J-71 458,95 J-100 352,66
J-13 593,86 J-42 577,03 J-72 458,43 J-101 340,27
J-14 593,29 J-43 575,28 J-73 457,85 J-102 333,08
J-15 592,57 J-44 574,26 J-74 457,41 J-103 327,71
J-16 592,32 J-45 573,34 J-75 457,01 J-104 327,29
J-17 592,19 J-46 569,70 J-76 456,41 J-105 341,75
J-18 591,75 J-47 568,84 J-77 455,93 J-106 341,09
J-19 591,61 J-48 566,35 J-78 455,06 J-107 340,25
J-20 591,52 J-49 565,39 J-79 453,99 J-108 341,27
J-21 592,18 J-50 565,27 J-80 449,23 J-109 341,41
J-22 589,88 J-51 564,86 J-81 443,43 J-110 341,32
J-23 589,65 J-52 564,69 J-82 435,41 J-111 340,52
J-24 589,20 J-53 562,83 J-83 427,47 J-112 339,58
J-25 589,05 J-54 562,65 J-84 415,23 J-113 338,88
J-26 588,97 J-55 559,90 J-85 407,95 J-114 333,09
J-27 588,26 J-56 554,97 J-86 407,55 J-115 323,73
J-28 588,14 J-57 540,89 J-87 406,71 J-116 322,81
J-29 587,19 J-58 521,70 J-88 405,26 J-117 322,41
J-30 587,10 J-59 514,15 J-89 395,98 J-118 321,67

BAB IV - 11
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Hydraulic
Elevation Elevation Elevation Pressure
Label Label Label Grade
(m) (m) (m) (atm)
(m)
J-119 321,28 J-148 447,78 J-177 347,37 353,95 0,6
J-120 320,76 J-149 444,74 J-178 342,19 348,94 0,7
J-121 319,26 J-150 443,14 J-179 336,70 345,16 0,8
J-122 318,51 J-151 434,35 J-180 333,66 341,86 0,8
J-123 316,64 J-152 428,94 J-181 332,66 340,29 0,7
J-124 312,79 J-153 418,45 J-182 330,44 336,86 0,6
J-125 563,07 J-154 414,17 J-183 329,19 333,05 0,4
J-126 558,03 J-155 410,49 J-184 326,37 329,59 0,3
J-127 552,32 J-156 404,90 J-185 459,26 524,05 6,3
J-128 547,27 J-157 403,27
J-129 542,55 J-158 401,73
J-130 540,44 J-159 398,32
J-131 535,80 J-160 394,82
J-132 530,97 J-161 391,43
J-133 526,67 J-162 386,81
J-134 522,62 J-163 382,14
J-135 519,97 J-164 378,48
J-136 515,90 J-165 376,02
J-137 510,15 J-166 373,19
J-138 507,62 J-167 370,48
J-139 505,30 J-168 368,71
J-140 497,59 J-169 367,79
J-141 492,47 J-170 365,97
J-142 488,82 J-171 364,48
J-143 480,77 J-172 363,25
J-144 472,54 J-173 360,48
J-145 464,15 J-174 357,58
J-146 454,93 J-175 354,74
J-147 450,68 J-176 351,26

BAB IV - 12
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

b. Hasil Perhitungan

1. Broncaptering
Hydraulic Net
Elevation Outflow
Label Grade Inflow
(m) (L/s)
(m) (L/s)

Reservoir 660,50 8,41 660,50 -8,41


Dari hasil running diatas, dapat dilihat debit yang dibutuhkan guna mensuplai
kebutuhan air baku di dua Desa (Desa Rora dan Desa Madawau) sebesar 3,646 lt/dt
sampai dengan Tahun 2037 dengan diameter pipa hasil optimasi dan bentuk topografi
yang dilalui pipa adalah 8,41 lt/dt.

2. Pipa
Hazen- Has Headloss
Start Stop Diameter Minor Flow Velocity
Label Material Williams Check Gradient Length (m)
Node Node (in) Loss (L/s) (m/s)
C Valve? (m/m)
P-1 R-1 J-1 3,0 Galvanized iron 120,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,060 9,31
P-2 J-1 J-2 3,0 Galvanized iron 120,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,060 17,61
P-3 J-2 J-3 3,0 Galvanized iron 120,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,060 19,91
P-4 J-3 J-4 3,0 Galvanized iron 120,0 FALSE 0,200 8,41 1,84 0,062 22,00
P-5 J-4 J-6 3,0 Galvanized iron 120,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,060 37,32
P-6 J-6 J-7 3,0 Galvanized iron 120,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,060 9,00
P-7 J-7 J-8 3,0 Galvanized iron 120,0 FALSE 0,200 8,41 1,84 0,065 7,43
P-8 J-8 J-9 3,0 Galvanized iron 120,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,060 8,00
P-9 J-9 J-10 3,0 Galvanized iron 120,0 FALSE 0,800 8,41 1,84 0,065 30,99
P-10 J-10 J-11 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,200 8,41 1,84 0,040 56,25
P-11 J-11 J-12 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 13,60
P-12 J-12 J-13 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 7,20
P-13 J-13 J-14 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 32,81
P-14 J-14 J-15 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 40,02
P-15 J-15 J-16 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 61,99
P-16 J-16 J-17 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 35,60
P-17 J-17 J-18 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 25,99
P-18 J-18 J-19 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 20,90
P-19 J-19 J-20 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 27,26
P-20 J-20 J-21 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 8,60
P-21 J-21 J-22 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 36,45
P-22 J-22 J-23 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 73,02
P-23 J-23 J-24 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,200 8,41 1,84 0,041 44,00
P-24 J-24 J-25 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 70,90
P-25 J-25 J-26 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 23,00
P-26 J-26 J-27 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,200 8,41 1,84 0,040 59,74
P-27 J-27 J-28 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,800 8,41 1,84 0,044 30,87
P-28 J-28 J-29 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 60,01
P-29 J-29 J-30 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,800 8,41 1,84 0,043 51,99
P-30 J-30 J-31 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 45,00
P-31 J-31 J-32 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 50,99
P-32 J-32 J-33 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 78,00

BAB IV - 13
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

P-33 J-33 J-34 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 37,79
P-34 J-34 J-35 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 98,00
P-35 J-35 J-36 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 108,99
P-36 J-36 J-37 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 77,00
P-37 J-37 J-38 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 31,00
P-38 J-38 J-39 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 40,00
P-39 J-39 J-40 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 59,00
P-40 J-40 J-41 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 37,00
P-41 J-41 J-42 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 73,97
P-42 J-42 J-43 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,200 8,41 1,84 0,040 97,97
P-43 J-43 J-44 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 51,97
P-44 J-44 J-45 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 21,98
P-45 J-45 J-46 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 126,92
P-46 J-46 J-47 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 49,00
P-47 J-47 J-48 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 70,89
P-48 J-48 J-49 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 29,41
P-49 J-49 J-50 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 15,00
P-50 J-50 J-51 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 22,02
P-51 J-51 J-52 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 60,39
P-52 J-52 T-4 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 47,98
P-53 T-4 J-53 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 8,65
P-54 J-53 J-54 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 23,19
P-55 J-54 J-55 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 25,74
P-56 J-55 J-56 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 44,70
P-57 J-56 J-57 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 66,95
P-58 J-57 J-58 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 47,51
P-59 J-58 J-59 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 24,28
P-60 J-59 J-60 3,0 Galvanized iron 120,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,113 22,00
P-61 J-60 J-61 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,200 11,83 2,60 0,076 56,26
P-62 J-61 J-62 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 40,39
P-63 J-62 J-63 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 32,73
P-64 J-63 J-64 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 40,28
P-65 J-64 J-65 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 40,04
P-66 J-65 J-66 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 45,07
P-67 J-66 J-185 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 28,41
P-68 J-185 J-68 3,0 Galvanized iron 120,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,113 12,00
P-69 J-68 J-69 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 18,82
P-70 J-69 J-70 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 30,22
P-71 J-70 J-71 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 37,08
P-72 J-71 J-72 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 61,85
P-73 J-72 J-73 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 55,16
P-74 J-73 J-74 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 49,03
P-75 J-74 J-75 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 42,35
P-76 J-75 J-76 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 49,68
P-77 J-76 J-77 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 67,05
P-78 J-77 J-78 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 69,94
P-79 J-78 J-79 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 75,57
P-80 J-79 J-80 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 65,79
P-81 J-80 J-81 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 70,62
P-82 J-81 J-82 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 65,54
P-83 J-82 J-83 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 63,65

BAB IV - 14
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

P-84 J-83 J-84 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 56,82
P-85 J-84 J-85 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 36,50
P-86 J-85 J-86 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 38,75
P-87 J-86 J-87 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 57,67
P-88 J-87 J-88 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 51,56
P-89 J-88 J-89 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 53,39
P-90 J-89 J-90 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 44,78
P-91 J-90 J-91 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 47,41
P-92 J-91 J-92 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 69,37
P-93 J-92 J-93 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 68,47
P-94 J-93 J-94 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 52,53
P-95 J-94 J-95 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 41,14
P-96 J-95 J-96 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 53,71
P-97 J-96 J-97 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 71,05
P-98 J-97 J-98 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 64,78
P-99 J-98 J-99 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 54,54
P-100 J-99 J-100 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 55,40
P-101 J-100 J-101 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 44,69
P-102 J-101 J-102 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 31,72
P-103 J-102 J-103 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 22,01
P-104 J-103 J-104 3,0 Galvanized iron 120,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,113 18,00
P-105 J-104 J-105 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 53,64
P-106 J-105 J-106 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,800 11,83 2,60 0,081 47,57
P-107 J-106 J-107 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 47,01
P-108 J-107 J-108 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 33,00
P-109 J-108 J-109 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,800 11,83 2,60 0,082 39,44
P-110 J-109 J-110 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 58,22
P-111 J-110 J-111 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,200 11,83 2,60 0,077 45,96
P-112 J-111 J-112 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 44,34
P-113 J-112 J-113 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 40,40
P-114 J-113 J-114 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 41,62
P-115 J-114 J-115 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 34,32
P-116 J-115 J-116 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 33,67
P-117 J-116 J-117 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 41,06
P-118 J-117 J-118 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 49,02
P-119 J-118 J-119 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 40,48
P-120 J-119 J-120 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 50,74
P-121 J-120 J-121 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 47,02
P-122 J-121 J-122 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 47,23
P-123 J-122 J-123 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 51,27
P-124 J-123 J-124 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 47,81
P-125 J-124 T-3 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 52,03
P-126 T-4 J-125 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 26,19
P-127 J-125 J-126 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 63,76
P-128 J-126 J-127 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 58,96
P-129 J-127 J-128 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 51,93
P-130 J-128 J-129 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 52,16
P-131 J-129 J-130 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 24,30
P-132 J-130 J-131 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 49,85
P-133 J-131 J-132 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 54,93
P-134 J-132 J-133 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 49,62
P-135 J-133 J-134 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 62,20

BAB IV - 15
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

P-136 J-134 J-135 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 40,50
P-137 J-135 J-136 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 58,72
P-138 J-136 J-137 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 51,10
P-139 J-137 J-138 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 52,84
P-140 J-138 J-139 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 49,75
P-141 J-139 J-140 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 52,30
P-142 J-140 J-141 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 55,78
P-143 J-141 J-142 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 34,19
P-144 J-142 J-143 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 52,57
P-145 J-143 J-144 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 54,04
P-146 J-144 J-145 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 52,15
P-147 J-145 J-146 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 72,80
P-148 J-146 J-147 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 51,00
P-149 J-147 J-148 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 34,75
P-150 J-148 J-149 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 54,83
P-151 J-149 J-150 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 66,25
P-152 J-150 J-151 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 38,49
P-153 J-151 J-152 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 35,52
P-154 J-152 J-153 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 81,02
P-155 J-153 J-154 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 60,99
P-156 J-154 J-155 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 50,02
P-157 J-155 J-156 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 65,70
P-158 J-156 J-157 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 41,13
P-159 J-157 J-158 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 53,78
P-160 J-158 J-159 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 42,05
P-161 J-159 J-160 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 48,81
P-162 J-160 J-161 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 53,91
P-163 J-161 J-162 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 57,04
P-164 J-162 J-163 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 58,44
P-165 J-163 J-164 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 43,00
P-166 J-164 J-165 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 48,93
P-167 J-165 J-166 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 56,89
P-168 J-166 J-167 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 55,72
P-169 J-167 J-168 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 39,96
P-170 J-168 J-169 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 47,01
P-171 J-169 J-170 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 56,40
P-172 J-170 J-171 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 31,69
P-173 J-171 J-172 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 24,29
P-174 J-172 J-173 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,200 12,21 2,68 0,081 41,64
P-175 J-173 J-174 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 50,78
P-176 J-174 J-175 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 51,10
P-177 J-175 J-176 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 47,91
P-178 J-176 J-177 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 54,52
P-179 J-177 J-178 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 62,99
P-180 J-178 J-179 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 47,45
P-181 J-179 J-180 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 41,55
P-182 J-180 J-181 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 19,64
P-183 J-181 J-182 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 43,15
P-184 J-182 J-183 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 47,90
P-185 J-183 J-184 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 43,53
P-186 J-184 T-5 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 24,75

BAB IV - 16
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Dari hasil running diatas, dapat dilihat pembagian debit terjadi dari Broncaptering
menuju ke Bak Utama, kemudian dari Bak Utama disebar menuju Bak Desa Rora dan
Bak Desa Madawau. Adapun detail masing-masing aliran adalah sebagai berikut :
1. Broncaptering – Bak Bagi
Debit = 8,41 l/dt
Kecepatan rerata = 1,84 m/dt
Material Pipa = PVC
Panjang Pipa Ø 3” = 2.110 m
Material Pipa = GI
Panjang Pipa Ø 3” = 123 m
Jumlah jembatan = 3 buah (L = 22,50 m, L = 9,00 m, L = 8,00 m)
2. Bak Bagi – Bak Desa Rora
Debit = 11,83 l/dt
Kecepatan rerata = 2,60 m/dt
Material Pipa = PVC
Panjang Pipa Ø 3” = 3.309 m
Jumlah jembatan = 3 buah (L = 22,00 m, L = 12,00 m, L = 18,00 m)
3. Bak Utama – Bak Desa Madawau
Debit = 12,21 l/dt
Kecepatan rerata = 2,68 m/dt
Material Pipa = PVC
Panjang Pipa Ø 3” = 2.995 m

Rekapitulasi Kebutuhan Pipa dan Accesoris

No. Uraian Unit Kebutuhan Material Keterangan

1. Pipa
Dia. 3 inchi m 8,414.00 PVC
Dia. 3 inchi m 123.00 GI

2. Accesoris
Air Valve bh 3.00 GI
Wash Out bh 1.00 GI
Flange Spigot bh 1.00 GI GI ke PVC
Bend 45° bh 19.00 PVC
Bend 90° bh 6.00 PVC

BAB IV - 17
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

3. Tank / Bak Penampung


Base Minimum Initial Maximum Alarm Hydraulic Volume
Outflow Demand Percent Full
Label Elevation Elevation Elevation Elevation Elevation Grade (Calculated)
(L/s) (lt/dt) (%)
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m³)
Bak Madawau 325,87 326,37 327,62 327,87 327,77 -10,97 327,62 2.40 9,81 83,30

Bak Rora 309,29 309,79 311,04 311,29 311,19 -9,43 311,04 1.24 9,81 83,30

Bak Bagi 564,21 564,71 565,96 566,21 566,11 19,27 566,96 3.64 14,5 83,30

Dari hasil running diatas, dapat dilihat hasil perhitungan dimensi bak penampung untuk
masing-masing bak penampung adalah :

1. Bak Bagi
Dimensi = 3,00 x 2,50 x 2,00 m (b x l x h)
Debit outflow = 19,27 l/dt (disebar ke Bak Rora dan Bak Madawau)

+ 566,21 Maximum Elevation (m)


+ 565,71 Alarm Elevation (m)

+ 565,21 Initial Elevation (m)

+ 564,71 Minimum Elevation (m)

+ 564,21 Base Elevation (m)

BAB IV - 18
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

2. Bak Rora
Dimensi = 2,50 x 2,00 x 2,00 m (b x l x h)
Debit inflow = 9,43 lt/dt

+ 311,29 Maximum Elevation (m)


+ 311,19 Alarm Elevation (m)

+ 311,04 Initial Elevation (m)

+ 309,79 Minimum Elevation (m)

+ 309,29 Base Elevation (m)

3. Bak Madawau
Dimensi = 2,50 x 2,00 x 2,00 m (b x l x h)
Debit inflow = 10,97 l/dt
+ 327,87 Maximum Elevation (m)
+ 327,77 Alarm Elevation (m)

+ 327,62 Initial Elevation (m)

+ 326,37 Minimum Elevation (m)

+ 325,87 Base Elevation (m)

BAB IV - 19
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

4. Titik Simpul
Hydraulic Hydraulic Hydraulic Hydraulic
Elevation Pressure Elevation Pressure Elevation Pressure Elevation Pressure
Label Grade Label Grade Label Grade Label Grade
(m) (atm) (m) (atm) (m) (atm) (m) (atm)
(m) (m) (m) (m)
J-1 614,46 659,94 4,4 J-31 586,36 617,26 3,0 J-60 516,72 545,37 2,8 J-90 395,26 435,49 3,9
J-2 612,75 658,88 4,5 J-32 585,12 615,22 2,9 J-61 513,08 541,08 2,7 J-91 387,98 431,93 4,2
J-3 609,68 657,68 4,6 J-33 583,66 612,11 2,7 J-62 512,48 538,05 2,5 J-92 385,66 426,72 4,0
J-4 607,38 656,32 4,7 J-34 581,89 610,60 2,8 J-63 510,25 535,59 2,4 J-93 378,26 421,59 4,2
J-6 603,01 654,07 4,9 J-35 581,90 606,70 2,4 J-64 503,01 532,57 2,9 J-94 374,31 417,64 4,2
J-7 600,38 653,52 5,1 J-36 580,95 602,35 2,1 J-65 489,41 529,57 3,9 J-95 374,09 414,55 3,9
J-8 597,40 653,04 5,4 J-37 580,46 599,28 1,8 J-66 469,09 526,18 5,5 J-96 368,95 410,52 4,0
J-9 597,91 652,56 5,3 J-38 580,06 598,04 1,7 J-68 460,75 522,69 6,0 J-97 366,42 405,19 3,7
J-10 597,44 650,55 5,1 J-39 579,41 596,45 1,6 J-69 460,01 521,28 5,9 J-98 363,55 400,33 3,6
J-11 594,03 648,27 5,2 J-40 579,04 594,09 1,5 J-70 459,47 519,01 5,8 J-99 362,99 396,24 3,2
J-12 593,92 647,73 5,2 J-41 577,45 592,62 1,5 J-71 458,95 516,23 5,5 J-100 352,66 392,08 3,8
J-13 593,86 647,44 5,2 J-42 577,03 589,67 1,2 J-72 458,43 511,58 5,1 J-101 340,27 388,72 4,7
J-14 593,29 646,13 5,1 J-43 575,28 585,72 1,0 J-73 457,85 507,44 4,8 J-102 333,08 386,34 5,1
J-15 592,57 644,54 5,0 J-44 574,26 583,65 0,9 J-74 457,41 503,76 4,5 J-103 327,71 384,69 5,5
J-16 592,32 642,07 4,8 J-45 573,34 582,78 0,9 J-75 457,01 500,59 4,2 J-104 327,29 382,65 5,3
J-17 592,19 640,65 4,7 J-46 569,70 577,71 0,8 J-76 456,41 496,86 3,9 J-105 341,75 378,62 3,6
J-18 591,75 639,61 4,6 J-47 568,84 575,76 0,7 J-77 455,93 491,82 3,5 J-106 341,09 374,78 3,3
J-19 591,61 638,78 4,6 J-48 566,35 572,93 0,6 J-78 455,06 486,57 3,0 J-107 340,25 371,25 3,0
J-20 591,52 637,69 4,5 J-49 565,39 571,76 0,6 J-79 453,99 480,90 2,6 J-108 341,27 368,77 2,7
J-21 592,18 637,34 4,4 J-50 565,27 571,16 0,6 J-80 449,23 475,97 2,6 J-109 341,41 365,54 2,3
J-22 589,88 635,89 4,4 J-51 564,86 570,28 0,5 J-81 443,43 470,66 2,6 J-110 341,32 361,17 1,9
J-23 589,65 632,98 4,2 J-52 564,69 567,87 0,3 J-82 435,41 465,75 2,9 J-111 340,52 357,65 1,7
J-24 589,20 631,19 4,1 J-53 562,83 565,31 0,2 J-83 427,47 460,97 3,2 J-112 339,58 354,32 1,4
J-25 589,05 628,36 3,8 J-54 562,65 563,57 0,1 J-84 415,23 456,70 4,0 J-113 338,88 351,29 1,2
J-26 588,97 627,44 3,7 J-55 559,90 561,64 0,2 J-85 407,95 453,96 4,4 J-114 333,09 348,17 1,5
J-27 588,26 625,03 3,6 J-56 554,97 558,28 0,3 J-86 407,55 451,06 4,2 J-115 323,73 345,59 2,1
J-28 588,14 623,66 3,4 J-57 540,89 553,26 1,2 J-87 406,71 446,73 3,9 J-116 322,81 343,06 2,0
J-29 587,19 621,26 3,3 J-58 521,70 549,69 2,7 J-88 405,26 442,86 3,6 J-117 322,41 339,98 1,7
J-30 587,10 619,05 3,1 J-59 514,15 547,87 3,3 J-89 395,98 438,85 4,1 J-118 321,67 336,30 1,4

BAB IV - 20
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Hydraulic Hydraulic Hydraulic


Elevation Pressure Elevation Pressure Elevation Pressure
Label Grade Label Grade Label Grade
(m) (atm) (m) (atm) (m) (atm)
(m) (m) (m)
J-119 321,28 333,26 1,2 J-148 447,78 469,99 2,1 J-177 347,37 353,95 0,6
J-120 320,76 329,46 0,8 J-149 444,74 465,63 2,0 J-178 342,19 348,94 0,7
J-121 319,26 325,93 0,6 J-150 443,14 460,36 1,7 J-179 336,70 345,16 0,8
J-122 318,51 322,38 0,4 J-151 434,35 457,30 2,2 J-180 333,66 341,86 0,8
J-123 316,64 318,53 0,2 J-152 428,94 454,47 2,5 J-181 332,66 340,29 0,7
J-124 312,79 314,95 0,2 J-153 418,45 448,03 2,9 J-182 330,44 336,86 0,6
J-125 563,07 563,88 0,1 J-154 414,17 443,17 2,8 J-183 329,19 333,05 0,4
J-126 558,03 558,80 0,1 J-155 410,49 439,20 2,8 J-184 326,37 329,59 0,3
J-127 552,32 554,11 0,2 J-156 404,90 433,97 2,8 J-185 459,26 524,05 6,3
J-128 547,27 549,98 0,3 J-157 403,27 430,70 2,6
J-129 542,55 545,83 0,3 J-158 401,73 426,42 2,4
J-130 540,44 543,90 0,3 J-159 398,32 423,07 2,4
J-131 535,80 539,94 0,4 J-160 394,82 419,19 2,4
J-132 530,97 535,57 0,4 J-161 391,43 414,90 2,3
J-133 526,67 531,62 0,5 J-162 386,81 410,37 2,3
J-134 522,62 526,67 0,4 J-163 382,14 405,72 2,3
J-135 519,97 523,45 0,3 J-164 378,48 402,30 2,3
J-136 515,90 518,78 0,3 J-165 376,02 398,40 2,2
Keterangan :
J-137 510,15 514,71 0,4 J-166 373,19 393,88 2,0
- J-.... = Titik Simpul
J-138 507,62 510,51 0,3 J-167 370,48 389,44 1,8
- T-.... = Tank/Bak Penampung
J-139 505,30 506,55 0,1 J-168 368,71 386,27 1,7
J-140 497,59 502,39 0,5 J-169 367,79 382,53 1,4
-R = Reservoir/Pengambilan
J-141 492,47 497,95 0,5 J-170 365,97 378,04 1,2
J-142 488,82 495,23 0,6 J-171 364,48 375,52 1,1
J-143 480,77 491,05 1,0 J-172 363,25 373,59 1,0
J-144 472,54 486,75 1,4 J-173 360,48 370,20 0,9
J-145 464,15 482,60 1,8 J-174 357,58 366,16 0,8
J-146 454,93 476,81 2,1 J-175 354,74 362,10 0,7
J-147 450,68 472,76 2,1 J-176 351,26 358,29 0,7

BAB IV - 21
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Dari hasil running diatas dapat dilihat bahwa, ada beberapa titik simpul yang
memiliki tekanan kurang dan tekanan yang besar, sehingga diperlukan
penempatan perlengkapan pipa seperti air valve dan wash out. Adapun
penempatan perlengkapan pipa seperti tersebut diatas pada titik simpul :
- Air Valve : J-7 dan J-185 dan J-103
- Wash out : J-68
Pemilihan Bak Pelepas Tekan tidak diperlukan, karena berdasarkan hasil
simulasi, jika digunakan Bak Pelepas Tekan dapat mengurangi tekanan pada titik-
titik simpul tertentu sehingga dipilih menggunakan air valve.

BAB IV - 22
Bendung Bronjong
Broncaptering
Q = 8,47 lt/dt
X = 669.451
Y = 9.067.172
Z = ± 659 m
L = 123,00 m
Q = 8,41 lt/dt

BAB IV - 23
Pipa GI Ø 3"

J3
Jembatan, L= 22,50 m
J4
J6
Jembatan, L= 9,00 m
J7
J8
Jembatan, L= 8,00 m
J9
Gambar 4.4. Skema Sistem Jaringan Air Baku Sori Kaleli
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Pipa PVC Ø 3"

Q = 8,41 lt/dt
L = 2.110 m

Bak Bagi
Kapasitas = 15,00 m3
X = 668.603
Pipa PVC Ø 3" Y = 9.065.448
L = 238 m Z = ± 564 m
Q = 11,83 lt/dt
J59
Jembatan, L= 22,00 m
J60
Pipa PVC Ø 3"

Q = 11,83 lt/dt
L = 283 m

J185

Pipa PVC Ø 3"

Q = 12,21 lt/dt
Jembatan, L= 12,00 m

L = 2.995 m
J68
Pipa PVC Ø 3"

Q = 11,83 lt/dt
L = 1.839 m

J103
Jembatan, L= 18,00 m
J104
Pipa PVC Ø 3"

Q = 11,83 lt/dt
L = 946 m
Bak Desa Rora Bak Desa Madawau
Kapasitas =10,00 m3 Kapasitas = 10,00 m3
X = 666.559 X = 667.403
Y = 9.062.741 Y = 9.062.822
Z = ± 342 m Z = ± 341 m
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil kajian analisis hidrolika pipa untuk jaringan air baku Mata Air Sori Kaleli, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Debit pengambilan = 8,41 lt/dt
2. Panjang jaringan distribusi yaitu = 8.537 m
3. Diameter pipa = 3 inchi
4. Material pipa = PVC dan GI

5.2. Saran

Perlu dilakukan analisa hidrolika untuk memodelkan periode waktu, pada saat jam puncak
maupun jam normal dan jam kosong.

BAB V - 1
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

DAFTAR PUSTAKA

Akhiruddin & Anrizal. 2008, Perencanaan Pemenuhan Air Baku di Kabupaten Kendal.
F.TEKNIK UNDIP, 2008.

Kristia, Merida. 2016, Perencanaan Sistem Penyediaan Air Baku Di Kecamatan Punduh
Pidada Dan Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran.

Purnama, J., & Arief, Z. 2018. Penyuluhan dan pelatihan penjernih air sebagai langkah
untuk meminimalisir kekurangan air bersih di Desa Tulung Kabupaten
Gresik. Jurnal Abdikarya: Jurnal Karya Pengabdian Dosen dan Mahasiswa,

Praga, Belinda, and Rachmawati S. DJ. 2020, Evaluasi Pelaksanaan dan Manfaat Rencana
Pengamanan Air Minum (RPAM) Operator di PDAM Kota
Payakumbuh. Jurnal Reka Lingkungan 8.2

Triatmodjo, Bambang. 2008, Hidrolika II. BETA OFFSET Yogyakarta

DAFTAR PUSTAKA - 1
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penyusunan Kajian
Analisis Hidrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kaleli, Desa Rora, Kecamatan
DOnggo, Kabupaten Bima ini dapat terselesaikan. Kajianini membahas uraian garis besar
tentang latar belakang, metodologi kerja serta hasil analisis.

Semoga kajian ini dapat bermanfaat bagi Kita semua, Amin.

Mataram, 18 April 2020


Penyusun,

Febrian Kusmajaya, ST., MT.

KATA PENGANTAR - i
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... I-1
1.2. Maksud dan Tujuan.............................................................................. I-2
1.3. Lokasi Kegiatan ................................................................................... I-2

BAB II KONDISI DAERAH STUDI


2.1. Umum .................................................................................................. II-1
2.2. Topografi....................................................................................................... II-4
2.3. Geologi ......................................................................................................... II-4
2.4. Geohidrologi ................................................................................................. II-6
2.5. Kawasan Hutan............................................................................................. II-7

BAB III METODOLOLOGI


3.1 Standar Teknis ................................................................................................. III-1
3.2 Data Dasar ....................................................................................................... III-1
3.3 Metodologi ....................................................................................................... III-2

BAB IV HASIL DAN ANALISIS


4.1. Bangunan Penangkap Air ............................................................................. IV-1
4.2. Jaringan Pipa Transmisi................................................................................ IV-4
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... V-1
5.2 Saran ................................................................................................................ V-1
Daftar Pustaka

DAFTAR ISI - ii
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air adalah unsur yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup, termasuk manusia.
Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Didalam tubuh
manusia sebagian besar terdiri dari air, tubuh orang dewasa terdiri dari 55-60 % dari
berat badan, untuk anak-anak sekitar 65 % dan bayi sekitar 80 %. (Purnama, J., &
Arief, Z. (2018)). Salah satu penggunaan air yaitu untuk memenuhi keperluan rumah
tangga, misalnya untuk minum, masak, mandi, cuci dan pekerjaan lainnya. Selain
sebagai kebutuhan utama untuk kelangsungan hidup manusia, air juga berperan
sebagai penentu kesehatan masyarakat. Keberadaan air dialam sangat tergantung
kepada lingkungan alam sekitarnya dan daerah yang dilaluinya secara terus menerus
mengikuti siklus hidrologi, dimana bergerak dari laut ke daratan dan kembali lagi ke
alutan dan seterusnya.

Untuk keperluan air minum, sumber air baku yang dapat digunakan adalah dari mata
air, air permukaan (sungai, waduk, danau, dll.), air tanah (sumur gali, sumur bor)
maupun air hujan. Dari segi kualitas, sumber air dari air tanah dalam dan mata air relatif
lebih baik dibandingkan dengan kualitas sumber air dari air permukaan pada
umumnya. Khususnya untuk mata air, keberadaan mata air saat ini terus berkurang
keberadaannya, salah satu dipengaruhi perubahan tata guna lahan yang
menyebabkan berkurangnya daerah resapan.

Khususnya terkait dengan sarana dan prasarana penyediaan air baku yang sudah ada,
masih dirasakan dibeberapa daerah yang belum optimal. Sehingga dalam
pemanfaatan sumber air baku, banyak terjadi inefisiensi terkait dengan eksploitasi
seperti kondisi bangunan pengambilan / intake yang dibangun seadanya, diameter pipa
distribusi yang tidak sesaui dengan ketersediaan air, jalur pipa distribusi yang tidak
memperhatikan kondisi topografi. Yang semuanya tersebut menyebabkan air yang
didistribusikan tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Berdasarkan uraian diatas, maka diperlukan suatu upaya guna pemenuhan kebutuhan
air baku dengan memanfaatkan sistem distribusi pipa dari sumber air menuju ke
daerah layanan.

BAB I - 1
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari kajian ini adalah melakukan perhitungan hidrolika pipa dari sumber air
menuju daerah layanan. Sementara tujuan dari kajian ini adalah untuk memperoleh
desain sistem jaringan perpipaan yang ideal dengan kondisi topografi yang ada.

1.3. Lokasi Kegiatan

Lokasi kajian adalah pada sistem distribusi air baku Sori Kaleli di Desa Rora,
Kecamatan Donggo Kabupaten Bima

= Lokasi Kegiatan

Gambar 1.1. Peta Lokasi Kegiatan

BAB I - 2
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

BAB II
KONDISI
DAERAH STUDI

2.1. Umum

1. Desa Rora, Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Desa Rora terletak di Kecamatan Donggo Kabupaten Bima, dengan luas wilayah
5,02 km2 dan tanah tegalan/kebun merupakan tata guna lahan yang paling besar
yaitu 3,59 km2. Jarak dari ibu Kota Kecamatan yang ditempuh untuk menuju Desa
Rora adalah 40 km.
Desa Rora merupaka Desa yang terletak di ujung barat Kabupaten Bima, dengan
ketinggain permukaan 300 m dari permukaan laut. Karena berada di ketinggian
diatas 100 m dpl, curah hujan di Desa Rora cukup tinggi yaitu 240 mm/tahun dengan
jumlah hari hujan 146 hari hujan/tahun.

Gambar 2.1. Peta Kecamatan Donggo


(Sumber : BPS “Kecamatan Donggo Dalam Angka 2016”)

BAB II - 1
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Dari segi pemerintahan, Desa Rora terbagi menjadi 3 (tiga) Dusun yaitu :
1. Dusun Rora
2. Dusun Soriwau
3. Dusun Paraulama
Jumlah penduduk di Desa Rora adalah sebesar 1.616 Jiwa dengan jumlah
penduduk laki – laki 796 Jiwa dan perempuan 820 Jiwa dan Jumlah Kepala
Keluarga (KK) sebesar 347 KK.

Mata pencaharian masyarakat di Desa Rora sebagian besar bertani dan beternak.
Dengan jumlah KK bertani adalah sebesar 336 KK, sementara sisanya beternak.

Dalam sistem Daerah Aliran Sungai (DAS), Desa Rora masuk dalam DAS Dadi
dengan luas DAS Dadi adalah 345,85 Km2 , dimana jumlah penduduk yang berada
di DAS Dadi adalah 77.933 Jiwa.

Gambar 2.2. Peta DAS WS Sumbawa

2. Desa Madawau, Kecamatan Madapangga, Kabupaten Bima


Desa Madawau terletak diKecamatan Madapangga Kabupaten Bima, dengan luas
wilayah 5,57 km2 dan tanah sawah merupakan tata guna lahan yang paling besar
yaitu 3,4 km2. ibu Kota Kecamatan yang ditempuh untuk menuju Desa Madawau
adalah 7,0 km.
Desa Madawau merupakan Desa yang terletak di ujung barat Kabupaten Bima,
dengan ketinggain permukaan 282 m dari permukaan laut. Karena berada di

BAB II - 2
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

ketinggian diatas 100 dpl, curah hujan 162 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 80
hari/tahun.

Gambar 2.3. Peta Kecamatan Madapangga


(Sumber : BPS “Kecamatan Donggo Dalam Angka 2016”)

Dari segi pemerintahan, Desa Madawau terbagi menjadi 3 (tiga) Dusun yaitu :
1. Dusun Nggaropanto
2. Dusun Tolorara
3. Dusun Doroluwu
Jumlah penduduk di Desa Madawau adalah sebesar 698 Jiwa dengan jumlah
penduduk laki – laki 345 Jiwa dan perempuan 353 Jiwa dan Jumlah Kepala
Keluarga (KK) sebesar 163 KK.
Mata pencaharian masyarakat di Desa Madawau sebagian besar bertani dan
beternak. Dengan jumlah KK bertani adalah sebesar 185 KK, sementara sisanya
beternak.
Sama seperti Desa Rora, Desa Madawau berada dalam sistem DAS Dadi.

BAB II - 3
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

2.2. Topografi
Secara umum, topografi di dua Desa (Rora dan Madawau) berada tiketinggian diatas
100 dpl, dengan kemiringan 1 – 20%. Sementara lokasi Intake air baku Sori Kaleli
merupakan daerah pegunungan dengan kemiringan lereng gunung sangat curam
dengan kemiringan mendekati 75°.

Gambar 2.4. Kondisi Topografi dan Tata Guna Lahan DAS Dadi dan daerah layanan air
baku Sori Kaleli
(Sumber : Modifikasi Peta Bakosurtanal, 1998 dan hasil survei)

2.3. Geologi
Berdasarkan data Peta Geologi Lembar Sumbawa, Nusa Tenggara, terdiri dari batuan
gunung api, batuan sedimen dan batuan terobosan dan batuan endapan yang berumur
Tersier hingga Kuarter.
Satuan batuan pada daerah studi adalah batuan gunung api tua (Tlmv) yang berumur
Oligosen Akhir - Miosen Awal tersusun oleh lava (l) dan breksi (b) andesit dan basaltis,
tufa piroklastik (t), lapili andesit, sisipan tufa andesit dan batu gamping hablur,
berwarna abu-abu kehijauan, hijau dan pada isipan tufa ungu.
Batuan gunung api yang terdiri dari lava dan breksi dari porfis (dicirikan oleh fenokris
kuarsa 0,5 - 2 cm) berwarna abu-abu tua, pejal, bersisipan tufa dasitan dan tufa
gampingan setempat tersayat oleh urat kuarsa, terkersikkan dan termineralisasi.
Secara stratigrafi, satuan ini posisinya setara dengan batu gamping berlapis (Tml).
Batuan gunung api hasil gunung api muda (gunung api yang masih aktif seperti G.
Tambora dan G. Sangeang api), secara umum terdiri dari breksi, lahar, lava, bom, dan
lapili, diperkirakan berumur Holosen terdapat di daerah G. Tambora dan G. Sangeang
api. Batuan gunung api berumur Pliosen - Plistosen terdiri dari breksi vulkanik yang
bersusunan andesitis yang secara kronologis lebih tua dari QTv (hasil gunung api tua),

BAB II - 4
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

tersebar di G. Tarowa. Batuan gunung api berupa tufa dasitan : tufa dasitan berwarna
kelabu, dicirikan oleh fenokris kuarsa (0,5 - 1 cm), berlapis dan sebagian pejal,
bersisipan tufa hijau, tufa gampingan, batu gamping dan batu pasir tufaan, setempat-
setempat dengan sisipan breksi dan lava (dasit dan sebagian andesit). Sisipan batu
gampingnya mengandung fosil Lepidocyclina, sumatrensis (Brady), Cycloclypeus
(Kata) annulatias (Tan), Cycloclypeus (Kata) transiens (Tan), Operculina sp dan
Amphisegina sp yang menunjukkan umur Miosen Tengah. Satuan ini setempat
terpotong oleh urat-urat kuarsa, sebagian terkerisikkan dan termineralisasi. Kerak-
kerak besi terdapat pada bagian yang terkersikkan, terdapat di daerah Doro o'o. Batu
gamping berlapis batu gamping kelabu berlapis, pejal, mengandung sisipan batu
gamping tufaan, batu pasir kuarsa, tufa berpasir, batu pasir gampingan. Pada bagian
bawah terdapat konglomerat yang berkomponen andesit terprofilitkan dan rijang
merah. Batuan ini mengandung fosil foraminifera, moluska dan koral. Setempat disertai
urat kuarsa yang mengandung galena. Fosil-fosil Lepidocyleina ephippoides (Jone &
Chapman), Lepidocyclina sp., Amphistegina sp., dan Flosculinella sp. menunjukkan
umur Miosen Tengah. Satuan ini ditutupi selaras oleh Tmpl dan menumpang tidak
selaras diatas batuan gunung api Tlmv, ke arah mendatar beralih berangsur ke
piroklastika kasar (Tmv) dan piroklastika halus (Tmdt). Tersebar di daerah Simpasai
dan Pela. Di beberapa daerah pantai terdapat batuan endapan permukaan dan batuan
sedimen berupa batu gamping koral. Batuan endapan permukaan diperkirakan
berumur Holosen. Batuan endapan permukaan ini berupa aluvium dan endapan pantai
yang terdiri dari kerikil, kerakal, pasir, lempung, lumpur, gambut dan pecahan koral
setempat mengandung pasir magnetik. Tersebar di sepanjang daerah pantai utara
Tente, Talabiu, Rasabou, dan Tolotangga. Peta geologi wilayah sungai Sumbawa
dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

MA. Sori Kaleli

Gambar 2.5. Peta Geologi Lokasi Studi


(Sumber : RPSDA WS Sumbawa, 2014)

BAB II - 5
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

2.4. Geohidrologi
Berdasarkan peta hidrogeologi yang diterbitkan Dinas Energi Sumber Daya Energi
Provinsi Nusa Tenggara Barat, diidentifikasi potensi air tanah di Pulau Sumbawa
tersebar dalam 7 (tujuah) cekungan air tanah (CAT). Untuk lokasi studi, masuk dalam
salah satu dari tujuh CAT tersebut yaitu CAT Bima.
Jenis tampungan cekungan air tanah terdiri dari tampungan air tanah statis dan
tampungan air tanah dinamis. Tampungan air tanah statis adalah tampungan air tanah
yang terjebak dalam reservoir air tanah yang keberadaannya terlah bertahun-tahun.
Sedangkan tampungan air tanah dinamis adalah tampungan air tanah yang bersifat
sementara dipengaruhi oleh fluktuasi musiman.
Potensi cekungan air tanah yang dianalisis adalah potensi air tanah dinamis, dimana
potensi tampungan air tanah tersebut merupakan bagian dari siklus hidrologi dan
bersifat terbaharui. Luas cekungan Air Tanah (CAT) di Pulau Sumbawa adalah 5985
km2 atau 63,17% dari luas seluruh CAT di Propinsi NTB (9475 km2). Potensi
cekungan air tanah rerata tahunan untuk masing-masing cekungan di Pulau Sumbawa
ditunjukkan seperti pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Potensi Air Tanah Rerata Tahunan di CAT Pulau Sumbawa
Jumlah Air Tanah[juta
Cekungan Air Tanah (CAT)
m3/tahun]

No. Nama Luas [Km2] Bebas (Q1) Tertekan (Q2)

1 Sumbawa Besar 1,404.00 183.00 25.00

2 Empang 345.00 35.00 3.00

3 Pekat 977.00 220.00 10.00

4 Sanggar -Kilo 1,419.00 320.00 14.00

5 Dompu 375.00 63.00 6.00

6 Bima 1,102.00 165.00 16.00

7 Tawali-Sape 363.00 36.00 3.00

Sumber : RPSDA WS Sumbawa, 2014

BAB II - 6
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

MA. Sori Kaleli

Gambar 2.6. Peta Geohidrologi Lokasi Studi


(Sumber : RPSDA WS Sumbawa, 2014)

2.5. Kawasan Hutan


Luasan sebaran kawasan hutan dalam WS. Sumbawa adalah 58%, dan sisanya 42%
adalah penggunaan lain di luar kawasan hutan. Kawasan hutan yang 58% terdiri dari
hutan produksi 9%, hutan produksi terbatas 18%, hutan lindung 23% dan kawasan
suaka alam dan pelestarian alam 8%. Tabel 2.2 dan Gambar 2.35 berikut ini
menunjukkan komposisi kawasan hutan dalam WS Sumbawa. Gambar 2.7
memperlihatkan peta sebaran hutan dalam WS. Sumbawa.
Tabel 2.2 Kawasan Hutan WS Sumbawa
Cakupan dalam
No. Kawasan Luas (Km2) WS Sumbawa
(%)
Area Penggunaan Lain diluar Kawasan
1. 6.349,25 41,18
Hutan (APL)
2. Hutan Produksi 1.344,60 8,72
3. Hutan Produksi Terbatas 2.691,10 17,46
4. Hutan Lindung 3.511,84 22,78
5. Kawasan Suaka Alam Pelestarian Alam 1.228,55 7,97
6. Pulau 2 Kecil (dibulatkan) 289 1,89
TOTAL 15.414 100
Sumber: Laporan Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS Sumbawa (2013)

BAB II - 7
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Gambar 2.7 Peta Kawasan Hutan Pulau Sumbawa


(Sumber : RPSDA WS Sumbawa, 2014)

BAB II - 8
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

BAB II
KONDISI
DAERAH STUDI

2.1. Umum

1. Desa Rora, Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Desa Rora terletak di Kecamatan Donggo Kabupaten Bima, dengan luas wilayah
5,02 km2 dan tanah tegalan/kebun merupakan tata guna lahan yang paling besar
yaitu 3,59 km2. Jarak dari ibu Kota Kecamatan yang ditempuh untuk menuju Desa
Rora adalah 40 km.
Desa Rora merupaka Desa yang terletak di ujung barat Kabupaten Bima, dengan
ketinggain permukaan 300 m dari permukaan laut. Karena berada di ketinggian
diatas 100 m dpl, curah hujan di Desa Rora cukup tinggi yaitu 240 mm/tahun dengan
jumlah hari hujan 146 hari hujan/tahun.

Gambar 2.1. Peta Kecamatan Donggo


(Sumber : BPS “Kecamatan Donggo Dalam Angka 2016”)

BAB II - 1
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Dari segi pemerintahan, Desa Rora terbagi menjadi 3 (tiga) Dusun yaitu :
1. Dusun Rora
2. Dusun Soriwau
3. Dusun Paraulama
Jumlah penduduk di Desa Rora adalah sebesar 1.616 Jiwa dengan jumlah
penduduk laki – laki 796 Jiwa dan perempuan 820 Jiwa dan Jumlah Kepala
Keluarga (KK) sebesar 347 KK.

Mata pencaharian masyarakat di Desa Rora sebagian besar bertani dan beternak.
Dengan jumlah KK bertani adalah sebesar 336 KK, sementara sisanya beternak.

Dalam sistem Daerah Aliran Sungai (DAS), Desa Rora masuk dalam DAS Dadi
dengan luas DAS Dadi adalah 345,85 Km2 , dimana jumlah penduduk yang berada
di DAS Dadi adalah 77.933 Jiwa.

Gambar 2.2. Peta DAS WS Sumbawa

2. Desa Madawau, Kecamatan Madapangga, Kabupaten Bima


Desa Madawau terletak diKecamatan Madapangga Kabupaten Bima, dengan luas
wilayah 5,57 km2 dan tanah sawah merupakan tata guna lahan yang paling besar
yaitu 3,4 km2. ibu Kota Kecamatan yang ditempuh untuk menuju Desa Madawau
adalah 7,0 km.
Desa Madawau merupakan Desa yang terletak di ujung barat Kabupaten Bima,
dengan ketinggain permukaan 282 m dari permukaan laut. Karena berada di

BAB II - 2
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

ketinggian diatas 100 dpl, curah hujan 162 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 80
hari/tahun.

Gambar 2.3. Peta Kecamatan Madapangga


(Sumber : BPS “Kecamatan Donggo Dalam Angka 2016”)

Dari segi pemerintahan, Desa Madawau terbagi menjadi 3 (tiga) Dusun yaitu :
1. Dusun Nggaropanto
2. Dusun Tolorara
3. Dusun Doroluwu
Jumlah penduduk di Desa Madawau adalah sebesar 698 Jiwa dengan jumlah
penduduk laki – laki 345 Jiwa dan perempuan 353 Jiwa dan Jumlah Kepala
Keluarga (KK) sebesar 163 KK.
Mata pencaharian masyarakat di Desa Madawau sebagian besar bertani dan
beternak. Dengan jumlah KK bertani adalah sebesar 185 KK, sementara sisanya
beternak.
Sama seperti Desa Rora, Desa Madawau berada dalam sistem DAS Dadi.

BAB II - 3
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

2.2. Topografi
Secara umum, topografi di dua Desa (Rora dan Madawau) berada tiketinggian diatas
100 dpl, dengan kemiringan 1 – 20%. Sementara lokasi Intake air baku Sori Kaleli
merupakan daerah pegunungan dengan kemiringan lereng gunung sangat curam
dengan kemiringan mendekati 75°.

Gambar 2.4. Kondisi Topografi dan Tata Guna Lahan DAS Dadi dan daerah layanan air
baku Sori Kaleli
(Sumber : Modifikasi Peta Bakosurtanal, 1998 dan hasil survei)

2.3. Geologi
Berdasarkan data Peta Geologi Lembar Sumbawa, Nusa Tenggara, terdiri dari batuan
gunung api, batuan sedimen dan batuan terobosan dan batuan endapan yang berumur
Tersier hingga Kuarter.
Satuan batuan pada daerah studi adalah batuan gunung api tua (Tlmv) yang berumur
Oligosen Akhir - Miosen Awal tersusun oleh lava (l) dan breksi (b) andesit dan basaltis,
tufa piroklastik (t), lapili andesit, sisipan tufa andesit dan batu gamping hablur,
berwarna abu-abu kehijauan, hijau dan pada isipan tufa ungu.
Batuan gunung api yang terdiri dari lava dan breksi dari porfis (dicirikan oleh fenokris
kuarsa 0,5 - 2 cm) berwarna abu-abu tua, pejal, bersisipan tufa dasitan dan tufa
gampingan setempat tersayat oleh urat kuarsa, terkersikkan dan termineralisasi.
Secara stratigrafi, satuan ini posisinya setara dengan batu gamping berlapis (Tml).
Batuan gunung api hasil gunung api muda (gunung api yang masih aktif seperti G.
Tambora dan G. Sangeang api), secara umum terdiri dari breksi, lahar, lava, bom, dan
lapili, diperkirakan berumur Holosen terdapat di daerah G. Tambora dan G. Sangeang
api. Batuan gunung api berumur Pliosen - Plistosen terdiri dari breksi vulkanik yang
bersusunan andesitis yang secara kronologis lebih tua dari QTv (hasil gunung api tua),

BAB II - 4
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

tersebar di G. Tarowa. Batuan gunung api berupa tufa dasitan : tufa dasitan berwarna
kelabu, dicirikan oleh fenokris kuarsa (0,5 - 1 cm), berlapis dan sebagian pejal,
bersisipan tufa hijau, tufa gampingan, batu gamping dan batu pasir tufaan, setempat-
setempat dengan sisipan breksi dan lava (dasit dan sebagian andesit). Sisipan batu
gampingnya mengandung fosil Lepidocyclina, sumatrensis (Brady), Cycloclypeus
(Kata) annulatias (Tan), Cycloclypeus (Kata) transiens (Tan), Operculina sp dan
Amphisegina sp yang menunjukkan umur Miosen Tengah. Satuan ini setempat
terpotong oleh urat-urat kuarsa, sebagian terkerisikkan dan termineralisasi. Kerak-
kerak besi terdapat pada bagian yang terkersikkan, terdapat di daerah Doro o'o. Batu
gamping berlapis batu gamping kelabu berlapis, pejal, mengandung sisipan batu
gamping tufaan, batu pasir kuarsa, tufa berpasir, batu pasir gampingan. Pada bagian
bawah terdapat konglomerat yang berkomponen andesit terprofilitkan dan rijang
merah. Batuan ini mengandung fosil foraminifera, moluska dan koral. Setempat disertai
urat kuarsa yang mengandung galena. Fosil-fosil Lepidocyleina ephippoides (Jone &
Chapman), Lepidocyclina sp., Amphistegina sp., dan Flosculinella sp. menunjukkan
umur Miosen Tengah. Satuan ini ditutupi selaras oleh Tmpl dan menumpang tidak
selaras diatas batuan gunung api Tlmv, ke arah mendatar beralih berangsur ke
piroklastika kasar (Tmv) dan piroklastika halus (Tmdt). Tersebar di daerah Simpasai
dan Pela. Di beberapa daerah pantai terdapat batuan endapan permukaan dan batuan
sedimen berupa batu gamping koral. Batuan endapan permukaan diperkirakan
berumur Holosen. Batuan endapan permukaan ini berupa aluvium dan endapan pantai
yang terdiri dari kerikil, kerakal, pasir, lempung, lumpur, gambut dan pecahan koral
setempat mengandung pasir magnetik. Tersebar di sepanjang daerah pantai utara
Tente, Talabiu, Rasabou, dan Tolotangga. Peta geologi wilayah sungai Sumbawa
dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

MA. Sori Kaleli

Gambar 2.5. Peta Geologi Lokasi Studi


(Sumber : RPSDA WS Sumbawa, 2014)

BAB II - 5
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

2.4. Geohidrologi
Berdasarkan peta hidrogeologi yang diterbitkan Dinas Energi Sumber Daya Energi
Provinsi Nusa Tenggara Barat, diidentifikasi potensi air tanah di Pulau Sumbawa
tersebar dalam 7 (tujuah) cekungan air tanah (CAT). Untuk lokasi studi, masuk dalam
salah satu dari tujuh CAT tersebut yaitu CAT Bima.
Jenis tampungan cekungan air tanah terdiri dari tampungan air tanah statis dan
tampungan air tanah dinamis. Tampungan air tanah statis adalah tampungan air tanah
yang terjebak dalam reservoir air tanah yang keberadaannya terlah bertahun-tahun.
Sedangkan tampungan air tanah dinamis adalah tampungan air tanah yang bersifat
sementara dipengaruhi oleh fluktuasi musiman.
Potensi cekungan air tanah yang dianalisis adalah potensi air tanah dinamis, dimana
potensi tampungan air tanah tersebut merupakan bagian dari siklus hidrologi dan
bersifat terbaharui. Luas cekungan Air Tanah (CAT) di Pulau Sumbawa adalah 5985
km2 atau 63,17% dari luas seluruh CAT di Propinsi NTB (9475 km2). Potensi
cekungan air tanah rerata tahunan untuk masing-masing cekungan di Pulau Sumbawa
ditunjukkan seperti pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Potensi Air Tanah Rerata Tahunan di CAT Pulau Sumbawa
Jumlah Air Tanah[juta
Cekungan Air Tanah (CAT)
m3/tahun]

No. Nama Luas [Km2] Bebas (Q1) Tertekan (Q2)

1 Sumbawa Besar 1,404.00 183.00 25.00

2 Empang 345.00 35.00 3.00

3 Pekat 977.00 220.00 10.00

4 Sanggar -Kilo 1,419.00 320.00 14.00

5 Dompu 375.00 63.00 6.00

6 Bima 1,102.00 165.00 16.00

7 Tawali-Sape 363.00 36.00 3.00

Sumber : RPSDA WS Sumbawa, 2014

BAB II - 6
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

MA. Sori Kaleli

Gambar 2.6. Peta Geohidrologi Lokasi Studi


(Sumber : RPSDA WS Sumbawa, 2014)

2.5. Kawasan Hutan


Luasan sebaran kawasan hutan dalam WS. Sumbawa adalah 58%, dan sisanya 42%
adalah penggunaan lain di luar kawasan hutan. Kawasan hutan yang 58% terdiri dari
hutan produksi 9%, hutan produksi terbatas 18%, hutan lindung 23% dan kawasan
suaka alam dan pelestarian alam 8%. Tabel 2.2 dan Gambar 2.35 berikut ini
menunjukkan komposisi kawasan hutan dalam WS Sumbawa. Gambar 2.7
memperlihatkan peta sebaran hutan dalam WS. Sumbawa.
Tabel 2.2 Kawasan Hutan WS Sumbawa
Cakupan dalam
No. Kawasan Luas (Km2) WS Sumbawa
(%)
Area Penggunaan Lain diluar Kawasan
1. 6.349,25 41,18
Hutan (APL)
2. Hutan Produksi 1.344,60 8,72
3. Hutan Produksi Terbatas 2.691,10 17,46
4. Hutan Lindung 3.511,84 22,78
5. Kawasan Suaka Alam Pelestarian Alam 1.228,55 7,97
6. Pulau 2 Kecil (dibulatkan) 289 1,89
TOTAL 15.414 100
Sumber: Laporan Pendukung Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS Sumbawa (2013)

BAB II - 7
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Gambar 2.7 Peta Kawasan Hutan Pulau Sumbawa


(Sumber : RPSDA WS Sumbawa, 2014)

BAB II - 8
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

BAB III
METODOLOGI

3.1 Standar Teknis


Perencanaan akan dibuat sesuai dengan Standard Perencanaan yang ditetapkan
oleh:
Ø Standar Nasional Indonesia yang berhubungan dengan sistem penyediaan air
baku.
Ø Jurnal teknik sipil/pengairan yang dipublikasikan oleh Perguruan Tinggi di tanah
air (antara lain : ITB, UGM, UI, ITS, Undip dan Unibraw) dan penerbit luar negeri
(antara lain : ASCE dan IHE Delft).
Ø Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI.

3.2 Data Dasar


Data sekunder sebagai pelengkap untuk studi bersumber yaitu :
Ø Data hujan 20 Tahun (1996-2016) sepuluh harian (dasarian) dari stasiun hujan
Dompu, stasiun hujan Pringgabaya, stasiun hujan Sepit, stasiun hujan Sambelia.
Ø Data Klimatologi Stasiun Kopang san Stasiun Dompu dari tahun 2000 s/d. 2016.
Ø Peta Rupa Bumi skala 1 : 25.000 (Bakosurtanal, 1998).
Ø Data Statistik (Kecamatan Donggo, Kecamatan Madapangga dan Kecamatan
Aikmel Dalam Angka Tahun 2013 s/d. Tahun 2016).
Ø Selain mengacuan pada pedoman yang telah diberikan oleh Direksi Pekerjaan
tersebut, digunakan juga beberapa sumber acuan lainnya seperti :
Ø Referensi-referensi lainnya yang terkait dengan pekerjaan Desain Peningkatan
dan Rehabilitasi Intake dan Jaringan Air Baku di Provinsi NTB.

BAB III - 1
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

3.3 Metodologi
Persiapan untuk pekerjaan ini sebagai berikut :
a. Penyiapan Referensi dan Standar Teknis
b. Pengumpulan data Sekunder berupa:
- Peta Rupa Bumi skala 1 : 25.000 (Bakosurtanal, 1998)
- Peta Topografi

Analisis Data
Jaringan transmisi adalah suatu jaringan yang berfungsi untuk menyalurkan air
bersih dari sumber air ke resevoir. Cara penyaluran air bersih tergantung pada
lokasi sumber air berada.

1. Cara penyaluran air bersih


a. Sistem Gravitasi
Yaitu sistem pengaliran air dari sumber ke tempat reservoir dengan cara
memanfaatkan energi potensial yang dimiliki air akibat perbedaaan
ketinggian lokasi sumber dengan lokasi reservoir.
b. Sistem Pompa
Yaitu sistem pengaliran air dari sumber ke tempat reservoir dengan cara
memberikan energi kinetik pada aliran air sehingga air dari sumber dapat
mencapai lokasi reservoir yang lebih tinggi.
c. Sistem Gabungan
Yaitu sistem pengaliran air dari sumber ke tempat reservoir dengan cara
menggabungkan dua sistem transmisi yaitu penggunaan sistem gravitasi
dan sistem pompa.

Gambar 3.1. Sistem Pengaliran Distribusi Air Minum


(a) gravitasi, (b) pemompaan, (c)gabungan

BAB III - 2
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Dalam penyediaan air bersih yang menjadi kendala utama adalah


kurangnya tekanan yang cukup pada konsumen sehingga kekontinuitas
tersedianya air menjadi terganggu. Praga, Belinda, and Rachmawati S. DJ (2020).
Sehingga untuk menjaga tekanan akhir pipa di seluruh daerah layanan, pada
titik awal distribusi diperlukan tekanan yang lebih tinggi untuk mengatasi
kehilangan tekanan yang dipengaruhi. (Kamala, 1988) :
1. Ketinggian bangunan tertinggi yang harus dicapai oleh air.
2. Jarak titik awal distribusi dari reservoir.
3. Tekanan untuk hidran kebakaran yang dibutuhkan.

Pertimbangan-pertimbangan penting dalam merencanakan sistem transmisi


dalam sistem penyediaan air bersih dengan sumber mata air antara lain:

a. Menentukan Bak Pelepas Tekan (BPT)


Sistem gravitasi diterapkan bila beda tinggi yang tersedia antara sumber air
dan lokasi bangunan pengolahan mencukupi. Namun bila beda tinggi (tekanan)
yang tersedia berlebihan maka memerlukan bangunan yang disebut bak
pelepas tekan (BPT) (Kristia, Merida (2016)). Gambar 3.2 menggambarkan
jaringan distribusi dengan BPT.

Gambar 3.2. Jaringan Transmisi Dengan BPT


(Sumber : Peavy, 1985)

Bak pelepas tekan dibuat untuk menghindari tekanan yang tinggi, sehingga
tidak akan merusak sistem perpipaan yang ada. Idealnya bak ini dibuat bila
maksimal mempunyai beda tinggi 60-70 m, namun kadang sampai beda
tinggi 100 m tergantung dari kualitas pipa transmisinya. Bak ini dibuat di
tempat dimana tekanan tertinggi mungkin terjadi atau pada stasiun penguat
(boaster pump) sepanjang jalur pipa transmisi.

b. Menghitung panjang dan diameter pipa


Panjang pipa dihitung berdasarkan jarak dari bangunan pengolahan air ke
reservoir induk, sedangkan diameter pipa ditentukan sesuai dengan debit hari
maksimum. Diameter pipa minimal 10 cm untuk pipa transmisi. Ukuran
diameter pipa disesuaikan dengan ukuran standar dan alasan secara ekonomi.

c. Jalur pipa
Jalur pipa sebaiknya mengikuti jalan raya dan dipilih jalur yang tidak
memerlukan banyak perlengkapan untuk mengurangi biaya konstruksi dan

BAB III - 3
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

pemeliharaan. Pemilihan jalur transmisi semestinya ditinjau dari segi teknis


maupun ekonomis. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan jalur transmisi, yaitu :
1). Kondisi topografi sepanjang jalur yang akan dilalui saluran transmisi,
sedapat mungkin yang tidak banyak memerlukan bangunan perlindungan.
2). Panjang jalur antara lokasi sumber air dan lokasi yang dituju diusahakan
sependek mungkin.

3). Kualitas tanah sepanjang jalur sehubungan dengan perlindungan saluran,


misalnya perlindungan terhadap bahaya korosi.
4). Struktur tanah sehubungan dengan pemasangan saluran.
5). Pelaksanaan dan pemeliharaan dipilih yang semudah mungkin baik
dalam konstruksi pelaksanaan maupun pemeliharaannya.
Sedangkan untuk penempatan dan pemasanagan pipa perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
1). Kedalaman galian
2). Kedalaman timbunan
3). Bentuk parit
4). Material timbunan
5). Material pendukung yang diperlukan baik untuk pemasangan pipa
dibawah tanah maupun pipa yang terekspos diatas tanah
6). Kemiringan pipa yang dipasang.

2. Perlengkapan sistem transmisi


Perlengkapan yang ada pada sistem transmisi perpipaan air bersih antara lain
wash out, berfungsi untuk penggelontor sedimen atau endapan yang ada pada
pipa, air valve, berfungsi untuk mengurangi tekanan pada pipa sehingga pipa
tidak pecah, blow off, gate valve, berfungsi untuk mengatur debit aliran, dan
pompa.
Untuk memperpanjang umur pipa, dalam pemasangan pipa harus diperhatikan
peralatan pipa yang diperlukan serta faktor keamanaan antara lain:

1) Katup udara (air valve)


Katup udara berfungsi untuk melepaskan udara yang terperangkap dalam
pipa, hal ini dapat mengganggu jalannya air dalam pipa. Katup udara ini
biasanya diletakkan pada tempat-tempat di titik-titik yang tertinggi seperti
jembatan pipa dan pada jalur utama yang berada pada topografi
tertinggi.
Gambar katup udara dapat dilihat pada gambar 3.13.

BAB III - 4
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Gambar 3.3. Katup Udara

2) Penguras
Perlengkapan penguras diperlukan untuk mengeluarkan kotoran/endapan
yang terdapat di dalam pipa. Biasa dipasang di tempat yang paling rendah
pada sistem perpipaan dan pada jembatan pipa.

3) Stop/Gate Valve
Dalam suatu daerah perencanaan yang terbagi atas blok-blok pelayanan,
tergantung dari kondisi topografi dan prasarana yang ada, perlu
dipasang gate valve. Perlengkapan ini diperlukan untuk melakukan
pemisahan /melokalisasi suatu blok pelayanan/jalur tertentu yang sangat
berguna pada saat perawatan. Biasanya gate valve dipasang pada setiap
percabangan pipa selain itu perlengkapan ini biasa dipasang sebelum dan
sesudah jembatan pipa, siphon, dan persimpangan jalan raya.
4) Perkakas (fitting)
Perkakas (tee, bend, reducer, dan lain-lain) perlu disediakan dan dipasang
pada perpipaan distribusi sesuai dengan keperluan di lapangan.
Apabila pada suatu jalur pipa terdapat lengkungan yang memiliki radius
yang sangat besar, penggunaan perkakas belokan (bend) boleh tidak
dilakukan selama defleksi pada sambungan pipa tersebut masih sesuai
dengan yang disyaratkan untuk jenis pipa tersebut.

5) Trust Block
Dalam perencanaan jaringa distribusi, thrust block diperlukan pada pipa
yang mengalami beban hidolik yang tidak seimbang, misalnya pada
pergantian diameter, akhir pipa dan belokan. Gaya–gaya ini akan
mengeser jaringan pipa dan kedudukan semula, jika hal ini dibairkan, lama-
lama dapat merusak jaringan pipa dan sambungan-sambungannya.
Oleh karena itu gaya gaya tersebut harus ditahan dengan cara memasang
thrust block pada sambungan pipanya, menjaga agar fitting tidak bergerak,
umunya lebih praktis memasang thrust block setelah saluran ditimbun
dengan tanah dan dipadatkan sehingga menjamin mampu menahan gaya
hidrolik atau beban lainnya. Thrust block hendaknya dipasang pada sisi
parit untuk menahan gaya geser atau menggali sebuah lubang masuk
kedalam dinding parit. Gaya-gaya yang dibebankan pada thrust block antara

BAB III - 5
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

lain:
a. Tumpukan belokan
Selain harus dapat menahan gaya berat pipa dan isinya, juga harus
dapat menahan gaya yang berasal dari perubahan momentum fluida
yang membelok.
b. Tumpuan sebelum dan sesudah katup
Karena aliran zat cair menimbulkan gaya pada katup maka dapat
diletakkan pipa dekat katup. Pipa didekat katup harus dapat menahan
berat pipa, berat katup, berat fluida dalam pipa dan katup serta gaya F
yang ditimbulkan tekanan zat cair.

Tempat tempat kritis pada jaringan pipa yang memerlukan


pemasangan thrust block adalaah :
- Tempat dimana pipa berubah arah.
- Tempat dimana pipa berubah diameter.
- Tempat diamana pipa berakhir.
- Tempat dimana diperkirakan timbul gaya dorong, misalnya pada
sambungan-sambungan, katup-katup.

6) Bangunan Perlintasan Pipa


Bangunan ini diperlukan bila jalur pipa harus memotong pipa untuk
keamanan dan kelancaran pipa yang dikarenakan adanya lintasan kereta
api, sungai, maupun kondisi tanah yang tidak rata. Bila melintasi rel kereta
api, maka perencanaan dan pelaksanaan harus dikoordinasikan
dengan Perusahaan Kereta Api. Bila melintasi sungai, konstruksi yang
biasa digunakan ialah :
a. Pipa diletakkan pada jembatan ( Pipe Supported on Bridge )
Konstruksi ini digunakan bila jembatan yang tersedia mendukung untuk
jalur pipa. Bila jembatan eksisting tidak tersedia, maka harus dibangun
jembatan pipa sendiri. Dalam hal ini air valve thrust block, flexible joint
penting untuk dipasang.
b. Jembatan Pipa ( Pipe Beam Bridge)
Bila rentangan jembatan kecil dan panjang pipa dapat merintangi
sungai, maka pipa itu sendiri dapat digunakan sebagai jembatan. Hal ini
harus mendapat persetujuan dari kantor pemerintah yang bersangkutan.
Hal penting yang harus diperhatikan :
- Pipa harus didukung pada struktur bagian atas pinggir sungai.
- Semua belokan pipa disarankan sudutnya lebih kecil dari 45o dan
belokan harus dipasang thrust block.
- Tembok penahan diperlukan pada upstream dan down stream dari
jembatan pipa. Serta dipasang pelindung pipa pagar agar pipa
aman.
- Tempat pejalan kaki harus dibangun sepanjang jembatan pipa untuk
pemeriksaan dan perbaikan.

BAB III - 6
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

7) Sambungan
Sambungan dan kelengkapan pipa yang sering digunakan untuk
penyambungan pipa antara lain :
a. Bell and spigot
Spigot dari suatu pipa dimasukkan kedalam suatu bell (socket) pipa
lainnya. Untuk menghindari kebocoran, menahan pipa serta kemungkinan
defleksi (sudut sambungan berubah), maka sambungan dilengkapi
dengan gasket.
b. Flange joint.
Biasanya dipakai untuk pipa bertekanan tinggi, untuk sambungan yang
dekat dengan instalasi pipa. sebelum kedua flange disatukan dengan mur
baut maka antar flange disisipkan packing untk mencegah kebocoran.
c. Ball joint
Digunakan untuk sambungan dan pipa dalam air.

d. Increaser dan reducer


Increaser digunakan untuk menyambung pipa dari diameter kecil ke
diameter besar (arah aliran dari diameter kecil ke besar). Reducer untuk
menyambung dari diameter besar ke diameter kecil.
e. Bend dan Tee
Bend merupakan belokan dengan sudut belokan pipa sebesar 90º, 45º,
22,5º dan 11,5º, sedangkan tee untuk menyambung pipa pada
percabangan.
f. Tapping Bend
Dipasang pada pipa yang perlu disadap untuk dialihkan ke tempat lain.
Dalam hal ini pipa distribusi dibor dan tapping dipasang dengan baut
disekeliling dengan memeriksa agar cincin melingkar penuh pada
sekeliling lubang dan tidak menutup lubang tapping. Apabila dimensi
penyadapan terlalu besar, maka pipa distribusi dapat dipotong
selanjutnya dipasang tee atau perlengkapan yang sesuai.

8) Tekanan dan kecepatan dalam pipa


Menurut Al-Layla (1978) tekanan dalam pipa distribusi sebaiknya berada
diantara 1,8 x 105 – 2,8 x 105 N/m2 (1,8 - 2,8 kg/cm2). Sedangkan
kecepatan dalam pipa distribusi sebaiknya berada dalam range 0,6 – 1,2
m/det (Al- Layla, 1978). Tekanan yang kurang mengakibatkan aliran air
sampai ke konsumen tidak mengalir, sedangkan tekanan air yang berlebih
dapat menimbulkan terjadinya pukulan air yang dapat menyebabkan
terjadinya kerusakan pada alat-alat perpipaan (Morimura, 1984). Morimura
(1984) juga menjelaskan kecepatan aliran air yang rendah dapat
menyebabkan terjadinya pengendapan sedimen dalam pipa, menimbulkan
efek korosi dalam pipa, sedangkan bila kecepatan aliran air yang terlalu
tinggi menyebabkan terjadinya penggerusan pipa sehingga mempercepat
usia pipa.

BAB III - 7
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

3. Cara Penyediaan Air Baku


Cara penyediaan air baku dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Sistem Individu
Penyediaan air bersih sistem individu adalah sistem penyediaan air yang
dilaksanakan oleh masyarakat secara individu dengan menggunakan cara –
cara sederhana dan tingkat pelayanan kebutuhan airnya tergantung pada
kualitas air yang dimiliki. Contohnya adalah penggunaan sumur dengan air
yang digunakan untuk keperluan hidup rumah tangga. Sistem individu ini
termasuk ke dalam sistem non perpipaan.
2. Sistem Komunitas
Penyediaan air bersih sistem komunitas adalah sistem penyediaan air
bersih yang dilaksanakan untuk suatu komunitas di suatu wilayah dengan
tingkat pelayanan secara menyeluruh untuk penduduk yang berdomisili tetap
(domestik) dan tidak tetap (non domestik). Sistem komunitas memiliki sarana
yang lebih lengkap ditinjau dari segi teknis dan segi pelayanan. Sistem ini
termasuk ke dalam sistem perpipaan.

4. Pemilihan Material
Dalam pemilihan material dilakukan sesuai dengan kondisi jalur pipa
transmisi dan distribusi serta topografi yang dilalui oleh jalur pipa tersebut. Dalam
pemilihan material juga perlu dilakukan beberapa tinjauan diantaranya terhadap :
1. Topografi dan kondisi lapangan jalur pipa yang dilalui
2. Kualitas pipa
3. Struktur tanah
4. Diameter pipa
5. Tinjauan sambungan pipa dan perlengkapannya
6. Kemudahan dalam handling dan pemasangan
7. Biaya yang meliputi biaya material, handling dan pemasangan.
Karena sangat penting untuk memilih dan memasang pipa dengan tepat, sesuai
dengan penggunaannya guna mengurangi pemborosan karena kerusakan-
kerusakan jaringan pipa karena tekanan yang bekerja pada pipa (baik dari dalam
maupun luar), tidak sesuai dengan kekuatannya dan pemasangan perlengkapan
pipa yang tidak tepat/tidak sesuai dengan pipanya.
Demikian pula dalam pelaksanaan di lapangan masing-masing pipa harus dapat
dikenal jenis dan kelas kekuatannya untuk menghindari kesalahan
pemasangannya. Untuk memudahkan pengenalan pipa, maka pipa tersebut oleh
pabrik pembuatnya membuat tiap-tiap pipa diberi tanda pengenal yang
menjelaskan bahan pipa, diameter nominal pipa, kelas kekuatan pipa, dan
lambang pabrik pembuatnya.
Pemilihan pipa didasarkan kepada hal-hal sebagai berikut :
- Keamanan terhadap tekanan dari dalam dan luar. Tekanan dari dalam berasal
dari tekanan hidrostatis dan pukulan air. Tekanan dari luar berasal dari
tekanan roda (bila pipa tertanam atau beban lain misal pada jembatan
pipa).
- Pipa harus tahan terhadap kondisi tanah jika berada dalam tanah.
- Jenis pipa harus sesuai dengan keadaan lapangan, misalnya di tempat ramai,

BAB III - 8
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

di kota. Jika pemasangan pipa harus dapat dilaksanakan dengan cepat.


Pemasangan yang cepat tergantung kepada jenis pipa
- Air yang dialirkan harus aman dari bahan karat, sehingga pipa yang dipakai
harus dari jenis yang tidak berkarat.

1) Jenis Pipa
Menurut Hammer (1975), Steel (1960), dan Birdi (1976) jenis-jenis pipa yang
digunakan pada sistem transmisi dan distribusi adalah cast iron, baja (steel),
beton (concrete), asbestos cement dan plastic.

1. Cast Iron Pipe (CIP)


Tersedia untuk panjang 3,7 dan 5,5 m dengan diameter 50-900 mm serta
dapat menahan tekanan air hingga 240 m tergantung besar diameter
pipa. Kelebihan dari pipa jenis ini adalah harga tidak terlalau mahal,
eonomis karena berumur panjang (mencapai 100 th), kuat dan tahan
lama, tahan korosi bila dilapisi, mudah disambung, dapat menahan
tekanan taanpa mengalami kerusakan. Dan kekurangannya yaitu bagian
dalam pipa lama-lama menjadi kasar sehingga kapasitas pengangkutan
berkurang, pipa berdiameter besar tidak ekonomis, cenderung patah
selama pengangkutan.

2. Concrete Pipe
Bisa digunakan jika tidak berada dalam tekanan dan kebocoran pada pipa
tidak terlalu dipersoalkan diameter mencapai 610 mm, digunakan untuk
diameter lebih besar dari 2,5 m dan bisa didesain untuk tekanan 30 m.
Kelebihan yaitu bagian dalam pipa halus dan kehilangan akibat friksi
paling sedikit, tahan lama sekurangnya 75 tahun, tidak berkarat dan tidak
terbentuk lapisan di dalamnya, biaya pemeliharaan murah. Dan
kekurangannya adalah pipa berat dan sulit digunakan, cenderung patah
selama pengangkutan, sulit diperbaiki.

3. Steel Pipe
Digunakan untuk memenuhi kebutuhan pipa yang berdiameter besar dan
bertekanan tinggi. Pipa dibuat dengan ukuran dan diameter standar. Pipa
ini kadang-kadang dilindungi dengan lapisan semen mortar.
Kelebihan dari pipa ini yaitu kuat, lebih ringan daripada CIP, mudah
dipasang dan disambung, dapat menahan tekanan hingga 70 mka (meter
kolom air). Sedangkan kekurangannya yaitu mudah rusak karena air
yang asam atau basa, daya tahan hanya 25-50 tahun kecuali dilapis
dengan bahan tertentu.

4. Asbestos Cement Pipe


Dibuat dengan mencampur serat asbes dengan semen pada tekanan
tinggi, diameter besar antara 50-900 mm dan dapat menahan tekanan
antara 50-250 mka tergantung kelas dan tipe pembuatan.
Kelebihannya adalah ringan dan mudah digunakan, tahan terhadap air

BAB III - 9
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

yang asam dan basa, bagian dalamnya halus dan tahan terhadap
korosi, tersedia untuk ukuran yang panjang sehingga sambungan lebih
sedikit, dapat dipotong menjadi berbagai ukuran panjang dan disambung
seperti CIP. Kekurangannya adalah rapuh dan mudah patah, tidak
dapat digunakan untuk tekanan tinggi.

5. Plastic Pipe
Memlilki banyak kelebihan yaitu tahan terhadap korosi, ringan dan murah,
tersedia dalam warna hitam, lebih tahan terhadap bahan kimia kecuali
asam nitrat dan asam kuat, lemak dan minyak, ada 2 tipe :
a. low density polythene pipe (LDP): lebih fleksibel, diameter mencapai 63
mm, untuk jalur pipa panjang dan tidak cocok untuk penyediaan air
minum dalam gedung
b. high density polythene pipe (HDP): lebih kuat daripada Low Density
Polytene Pipe, diameter 16-400 mm, diameter besar banyak digunakan
jika terdapat kesulitan menyambung pipa berdiameter kecil, untuk jalur
yang panjang
Pipa ini tidak memenuhi standar lingkungan yaitu jika terjadi kontak
dengan bahan-bahan seperti organik, keton ester, alkohol dan
sebagainya. Dalam permasalahan ini HDP lebih buruk daripada LDP.

6. Polyvinyl Chloride Pipe (PVC /Unplasticed)


Kekakuan 3X kekakuan pipa polythene biasa, lebih kuat dan dapat
menahan tekanan tinggi. Sambungan lebih mudah dibuat dengan cara
las. Tahan terhadapa asam organik, alkali dan garam, senyawa organik
serta korosi, banyak digunakan pada penyediaan air dingin di dalam/di
luar gedung, sistem pembuangan dan drainase bawah tanah,
tersediadalam ukuran yang bermacam-macam.

2) Penanaman Pipa
Perpipaan transmisi sedapat mungkin dipasang di dalam tanah. Hal ini untuk
mengurang kemungkinan rusaknya pipa secara fisik baik oleh tumbuhnya
pohon atau kerusakan fisik lainnya. Kedalaman penanaman pipa dihitung dari
permukaan tanah terhadap bagian atas pipa tergantung pada kondisi
lapangan. Untuk kondisi lapangan biasa ditentukan 50 cm, sedang pipa yang
dipasang di bawah jalan ditentukan 150 cm.

Tabel 3.1. Kedalaman Penanaman Pipa di Indonesia Tahun 2000

Perpipaan induk distribusi sedapat mungkin dipasang di dalam tanah.


Kedalamn pipa minimum ditentukan 80 cm pada kondisi biasa dan 100 cm

BAB III - 10
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

untuk di bawah jalan. Untuk kemudahan pemasangan dan pemeriksaan,


perpipaan ini dipasang di sepanjang jalan yang diperlukan. Ketebalan
penutup pipa sesuai kondisi lapangan dapat dilihat pada table 3.10 dibawah ini
:
Tabel 3.2. Tebal Penutup Pipa di Indonesia tahun 2000

Bentuk galian/ penanaman pipa ada 3 menurut lokasi penanaman :

1. Galian normal, galian yang terletak di bawah tanah pinggir jalan,


jalan setapak atau jalan berbatu-batu dan trotoar
2. Galian di bawah jalan , galian yang terletak di bawah jalan aspal
3. Galian memotong jalan, galian yang memotong badan jalan.

5. Analisis Hidrolika
Dalam perencanaan sistem penyediaan air baku dengan perpipaan, analisis
hidraulika terutama dimaksudkan untuk menentukan dimensi bangunan dan
fasilitas yang direncanakan.

1. Prinsip Dasar Aliran Dalam pipa


Menurut Triatmojo (2008) aliran dalam pipa merupakan aliran tertutup dimana
air kontak dengan seluruh penampang saluran. Jumlah aliran yang
mengalir melalui lintang aliran tiap satuan waktu disebut debit aliran, secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut :
2 3
Q = A x V ( m x m/det = m /det)

a. Persamaan kontinuitas
Pada setiap aliran dimana tidak ada kebocoran maka untuk
setiap penampang berlaku bahwa debit setiap potongan selalu sama.
V1 x A1 = V2 x A2 atau,
Q= A x V = Konstan

Gambar 3.4. Saluran Pipa Dengan Diameter Berbeda

Menurut Triatmojo (2008) untuk pipa bercabang berdasarkan


persamaan kontinuitas, debit aliran yang menuju titik cabang harus sama
dengan debit yang meninggalkan titik tersebut, yang secara matematis

BAB III - 11
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

dapat ditulis sebagai berikut :


Q1 = Q2 + Q3 atau
A1 x V1 = A2 x V2 + A3 x V3

Gambar 3.5. Persamaan Kontinuitas Pada Pipa Bercabang

b. Persamaan Bernoulli
Menurut Bernoulli Jumlah tinggi tempat, tinggi tekan dan tinggi kecepatan
pada setiap titik dari aliran air selalu konstan. Persaman Bernoulli dapat
dipandang sebagai persamaan kekekalan energi mengingat, z = energi
potensial cair tiap satuan berat.

Dengan neraca massa energi yang masuk sama dengan yang keluar energi
di A = energi di B sehingga,

Gambar 3.6. Garis energi dan garis tekanan


Sumber : Triatmojo, (1995)

BAB III - 12
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

c. Persamaan Hanzen William

Q = 0,2785 x C x D2,63 x S0,54

Dimana :
Q = debit aliran (m/det)
C = Koefisien kekasaran
D = Diameter pipa (m)
S = Slope pipa = headloss/panjang pipa (m/m)
Tabel 3.3. Nilai Keofisien C Hanzen Williams

2. Tekanan Air Dan Kecepatan Aliran


Jika tekanan air kurang, akan menyebabkan kesulitan dalam pemakaian air.
Sedangkan tekanan air yang berlebih dapat menimbulkan rasa sakit karena
terkena pancaran air, merusak peralatan plambing, dan menambah
kemungkinan timbulnya pukulan air. Besarnya tekanan air yang baik pada
suatu daerah bergantung pada persyaratan pemakai atau alat yang harus
dilayani. Secara umum dapat dikatakan besarnya tekanan standard adalah 1,0
kg/cm2, sedangkan tekanan statik sebaiknya diusahakan antara 4,0 – 5,0
kg/cm2 untuk perkantoran dan antara 2,5 – 3,5 kg/cm2 untuk hotel dan
perumahan. Disamping itu beberapa macam peralatan plambing tidak dapat
berfungsi dengan baik kalau tekanan airnya kurang dari batas minimum.
Kecepatan aliran air yang terlampau tinggi akan dapat menambah
kemungkinan timbulnya pukulan air, menimbulkan suara berisik dan
kadang menyebabkan ausnya permukaan dalam pipa. Biasanya digunakan
standard kecepatan antara 0,6-1,2 m/dt, dan batas maksimumnya antara 1,5 –
2,0 m/dt. Di lain pihak, kecepatan yang terlalu rendah ternyata dapat
menimbulkan efek korosi, pengendapan kotoran yang mempengaruhi kualitas
air (Morimura et al., 1999).

3. Kehilangan Tekanan (Headloss)


Macam kehilangan tekanan adalah:
1. Major losses, terjadi akibat gesekan air dengan dinding pipa. Menurut
Atang, (1983), besarnya kehilangan tekanan karena gesekan dapat
ditentukan dengan formula umum dari Darcy, yaitu:

Dimana koefisien tahanan aliran λ merupakan fungsi dari bilangan Reynolds


dan kekasaran relatif dari pipa. Bilangan Reynolds dapat dihitung

BAB III - 13
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

dengan formula :

2. Minor losses, terjadi akibat perubahan penampang pipa, sambungan,


belokan, dan katup. Kehilangan tenaga akibat gesekan pada pipa panjang
biasanya jauh lebih besar daripada kehilangan tenaga sekunder,
sehingga pada keadaan tersebut biasanya kehilangan tenaga sekunder
diabaikan. Pada pipa pendek kehilangan tenaga sekunder harus
diperhitungkan. Apabila kehilangan tenaga sekunder kurang dari 5 % dari
kehilangan tenaga akibat gesekan maka kehilangan tenaga tersebut dapat
diabaikan. Untuk memperkecil kehilangan tenaga sekunder, perubahan
penampang atau belokan jangan dibuat mendadak tapi berangsur-angsur.

Tabel 3.4 Panjang Ekuivalen Untuk Katup dan Perlengkapan lainnya

Persamaan-persamaan untuk minor losses dapat dirunutkan sebagai


berikut :
1. Kehilangan tekanan akibat masukan (entrance)

dengan: he = kehilangan masukan turbulen (m)


v2 = kecepatan dalam pipa (m/dt)
v1 = kecepatan sebelumnya ( didekatnya, m/dt )
g = percepatan gravitasi (m/dt2)
Ce = koefisien kehilangan tenaga masukan.

Jika v1 = 0 maka V2 2
he = Ce +
2g
2. Kehilangan tekanan akibat keluaran

dengan: ho = kehilangan tenaga akibat keluaran (m)


v1 = kecepatan pipa diatas keluaran (m/dt)
v2 = kecepatan dibawah keluaran (m/dt)

BAB III - 14
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Co = koefisien kehilangan tekanan keluaran

Untuk keluaran air yang tenang v2 = 0, V1 2


ho = Co +
2g
3. Kehilangan tekanan akibat kontraksi

dengan: hc = kehilangan tinggi (m) karena kontraksi mendadak


Ce = koefisien kontraksi
v = kecepatan (m/dt) dalam pipa yang lebih kecil
Untuk rasio diameter 1,5 Cc = 0.3, rasio diameter 2.0 Cc = 0.35, rasio
diameter 2.5 Cc 0.4 dan seterusnya.

4. Kehilangan tekanan akibat perubahan (perbesaran) penampang

dengan: he = kehilangan tinggi akibat perbesaran penampang (m)


Ce = koefisien perubahan penampang
v = kecepatan aliran (m/dt)
Untuk rasio diameter 1.5 Ce = 0.35, rasio diameter 2.0 Ce = 0.6, rasio diameter
2.5 Ce = 0.75

5. Kehilangan tekanan akibat belokan

dengan: hb = kehilangan tinggi, (m)


Cb = koefisien kehilangan tinggi belokan

6. Kehilangan tekanan akibat adanya perkakas (fitting)

dengan: hf = kehilangan tenaga akibat adanya perkakas (m)


Cf = koefisien kehilangan tenaga karena adanya katup
Untuk globe valve, terbuka lebar Cf = 10
angle valve, terbuka lebar Cf = 5
gate valve, terbuka lebar Cf = 0.2

4. Analisis Aliran Pipa


Headloss dalam pipa air dapat dihitung melalui persamaan Darcy – Weisbach
(Triatmodjo,2008):

BAB III - 15
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Dimana :

hf = headloss

f = koefisien kekasaran pipa


l = panjang pipa
d = diameter pipa
v = kecepatan
g = kecepatan gravitasi
Persamaan Darcy dapat ditransformasikan dengan persamaan Chezy adalah
(Triatmodjo,2008) :

Untuk pipa penuh sehingga R = A/P = d/4


A = Luas permukaan pipa
P = Keliling basah

8g
Dimana C2 =
f
Sehingga v = C√RS

dalam persamaan Chezy nilai C harus diketahui. Manning dan Strickler dibangun
dengan persamaan Chezy. Sehingga persamaan secara praktis adalah :

dimana n = koefisien kekasaran


Jika nilai f dalam persamaan tersebut, nilai C konstan. Persamaan Prant.V.
Karman- Colebrook dapat dilihat sebagai berikut :
Hidrolis untuk zona halus:

zona transisi :

Dimana :

BAB III - 16
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

f = faktor gesekan
k = kekasaran absolut (m)
d = diameter (m)
k/d = kekasaran relatif
Re = angka Reynold = Vd/v

Dimana

V = kecepatan dalam pipa ( m/sec )


2 2
Ʋ = viskositas kinetik air = 1.206 x 10- (cm /sec)
(1.206 x 10-6 (m/sec)) pada 13ºC

Tabel 3.5. Nilai Kekasaran Absolut Untuk Pipa Baru

5. Kebocoran
a. Klasifikasi Kebocoran
Kebocoran atau kehilangan air dapat dibagi menjadi kebocoran air tercatat
dan kebocoran air yang tidak tercatat.
1. Kehilangan Air Tercatat
Kehilangan air tercatat merupakan sebagian besar dari salah satu rangkaian
operasi dan pemeliharaan sistem penyediaan air minum seperti :
a. Pengurasan bak pengendap, pencucian filter dan lain-lain dalam
operasi pengolahan air
b. Pengurasan pipa distribusi dan transmisi baik dalam pengetesan
maupun operasional pelayanan
c. Pengetesan fire hydrant secara berkala
d. Keperluan pemadam kebakaran
e. Kepeluan fasilitas keindahan kota
f. Pemakaian air yang berlebihan oleh konsumen
g. Penggunaan sosial lain
Kehilangan air tercatat ini biasanya dapat dicatat dengan memakai meter air
atau membuat perkiraan besarnya pemakaian air. Kehilangan air tercatat
biasanya berkisar 1-2%.
2. Kehilangan Air Tak Tercatat
Kehilangan air tak tercatat adalah kehilangan air yang dapat berupa
kebocoran nyata dan kebocoran tidak nyata. Kebocoran nyata adalah

BAB III - 17
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

kebocoran yang disebabkan oleh kebocoran pipa, dan perlengkapan, baik di


pipa distribusi maupun di pipa konsumen yang dapat diteliti melalui Leakage
Abatement Program . Kebocoran tidak nyata dapat berupa kebocoran yang
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
a. Pencurian air
b. Pembacaan meter yang tidak benar
c. Akurasi meter air yang rendah
d. Berputar baliknya meter air yang disebabkan oleh kosongnya pipa sehingga
angin masuk dari pipa konsumen ke pipa distribusi.
3. Jumlah kebocoran air yang diijinkan
Jumlah kebocoran air yang diijinkan menurut batas-batas efisiensi
produksi dan ekonomi perusahaan dapat diperhitungkan seperti Tabel 3.18.

Tabel 3.6. Batasan Kebocoran Yang Diijinkan

b. Faktor Penyebab Kebocoran


Kebocoran dapat disebabkan oleh faktor teknis dan faktor non teknis. Berikut ini
adalah penjelasan dari masing-masing faktor penyebab kebocoran.

Faktor Teknis :
Kerusakan pipa dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai beikut:
1) Kerusakan pipa akibat korosi
2) Kerusakan pipa secara mekanis atau pengaruh luar
3) Sambungan pipa yang kurang baik
4) Akumulasi kebocoran air pada keran-keran langganan
Berdasarkan hasil penelitian di Amerika, tingkat kebocoran di konsumen adalah
empat kali lebih besar dari kebocoran pipa distribusi Faktor Non Teknis
Faktor non teknis yang dapat menyebabkan kebocoran air adalah sebagai
berikut:
a. Kesalahan pembacaan meter air
b. Rendahnya disiplin petugas pembaca meter
c. Kurang tertibnya sistem administrasi perusahaan
d. Pemakaian sosial
e. Penyadapan liar
f. Pemborosan pemakaian air oleh konsumen.

BAB III - 18
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

6. Reservoir
Menurut Fair et al. (1966) reservoir digunakan dalam sistem distribusi untuk
menyeimbangkan debit pengaliran, mempertahankan tekanan, dan mengatasi
keadaan darurat. Untuk optimasi penggunaan, reservoir harus diletakkan sedekat
mungkin dengan pusat daerah pelayanan. Di kota besar, reservoir distribusi
ditempatkan pada beberapa lokasi dalam daerah pelayanan. Reservoir distribusi
juga digunakan untuk mengurangi variasi tekanan dalam sistem distribusi.
Reservoir di tempat yang tinggi dapat dipergunakan dengan baik untuk
pemantapan tekanan. Garis derajat hidraulik pada suatu saat pemakaian yang
tinggi dalam suatu sistem dengan tangki yang tinggi yang terletak di tempat yang
salah diperlihatkan pada Gambar 3.18a. Tekanan akan cukup rendah di ujung
sistem yang jauh. Kondisi tekanan akan membaik bila tangki tinggi itu terletak
dekat daerah konsumen tinggi (pusat beban).(Gambar 3.18b).
Bila kondisi topografi tidak memungkinkan adanya tinggi tekanan yang cukup dari
suatu reservoir permukaan, maka suatu tabung tegak atau tangki tinggi dapat
dipergunakan untuk mendapatkan tinggi yang diperlukan.

Tipe Reservoir
Tipe reservoir distribusi yang sering digunakan adalah (Japan International
Coorperation Agency,1974) :
1. Reservoir tanggul yang dilapisi atau tidak dilapisi, umumnya terbuka
2. Reservoir di bawah dan di permukaan tanah, tertutup dan tidak tertutup,
konstruksi dari beton
3. Reservoir baja di permukaan tanah, tipe gravitasi dan pemompaan
4. Tangki baja atau beton di atas permukaan tanah dan pipa tegak
5. Tangki tekan dari baja

Gambar 3.7 Tipe-Tipe Reservoir Distribusi. (a) pipa tegak; (b) dan (c)
tangki di atas permukaan tanah; (d) reservoir di permukaan tank Sumber
: Japan International Coorperation Agency (1974)

BAB III - 19
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Struktur dari reservoir distribusi dapat mengikuti aturan sebagai berikut (Japan
International Coorporation Agency,1974) :
1. Reservoir air bersih dapat dibangun dengan menggunakan beton pra tegang,
atau struktur baja
2. Reservoir dapat dilengkapi dengan penutup permanen untuk menghindari
masuknya air hujan atau jenis polutan lainnya
3. Pada kasus tertentu, untuk menjaga suhu yang sedang pada daerah dingin
atau panas, dapat dilengkapi dengan penutup yang berlapis dari tanah
dengan kedalaman 30-60 cm atau pembatas lain
4. Untuk mempersiapkan tanah penutup, stabilisasi tanah dengan pasir dan
menurunkan muka air tanah dapat ditempuh guna menghindari kegagalan
pembangunan struktur pada daerah dengan muka air tanah yang tinggi
5. Jumlah reservoir distribusi paling sedikit 2 (dua) buah. Reservoir tunggal
dapat dipecah menjadi 2 (dua) bagian.

Tinggi jagaan berjarak 30 cm atau lebih dihitung dari muka air tertinggi sampai
dengan puncak dinding reservoir. Bagian bawah reservoir ditetapkan paling sedikit
berjarak 15 cm lebih rendah dari muka air terendah. Untuk kenyamanan
pembersihan, kemiringan 1/100 sampai dengan 1/500 ditentukan terhadap
permukaan bagian bawah.

Pemasangan pipa inlet dan pipa outlet dapat mengikuti aturan sebagai berikut
(Japan International Coorporation Agency,1974) :
1. Jarak diantara garis tengah dari pipa outlet dan muka air terendah sebaiknya
kurang dari dua kali diameter dari pipa outlet
2. Baik pipa inlet maupun pipa outlet sebaiknya dilengkapi dengan katup (valve),
dan pipa outlet dapat dilengkapi dengan karet penutup untuk mengurangi
kehilangan tekanan
Pemasangan pipa overflow dapat mengikuti aturan sebagai berikut (Japan
International Coorperation Agency,1974) :
1. Pipa tegak dan menara air atas (elevated reservoir) dapat dilengkapi dengan
karet penutup pada pipa overflow pada muka air tertinggi
2. Ukuran dari pipa overflow dapat ditentukan melalui tinggi permukaan air,
freeboard, dan rata-rata aliran masuk pada pipa tegak atau reservoir atas.

Pemasangan pipa penguras dapat mengikuti aturan sebagai berikut (Japan


International Coorperation Agency,1974) :
1. Peralatan pipa penguras beserta katup (valve) dapat dipasang pada titik
terendah pada bagian bawah dari pipa tegak atau reservoir.
2. Ukuran pipa penguras dapat ditentukan melalui volume air dibawah muka air
terendah dengan batasan tertentu.

Kapasitas reservoir distribusi tidak hanya berkaitan dengan perubahan dengan


waktu pengaliran air, tetapi juga kejadian seperti kebakaran dan gangguan
kelistrikan. Cara-cara dalam pemeliharaan resrvoir beserta peralatan
penunjangnya akan diuraikan dalam penjelasan berikut:

BAB III - 20
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam operasional dan pencatatan kerja reservoir
distribusi adalah sebagai berikut (Japan International Coorperation Agency,1974)
1. Catatan perubahan jumlah air yang disimpan perhari sangat penting untuk
mengamati fungsi reservoir distribusi. Pencatatan dapat dilakukan melalui
meter pencatat otomatis ketinggian air atau dengan membaca ketinggian muka
air setiap 1-2 jam.
2. Catatan pengaliran air setiap hari dan perubahannya dalam periode waktu
tertentu juga diperlukan.
3. Air biasanya disimpan pada reservoir distribusi mulai waktu tengah malam
sampai pagi hari. Pada kasus tertentu, pengaliran air tidak mampu memenuhi
jumlah yang diperrlukan karena keterbatasan penyediaan air.
4. Tinggi muka air pada reservoir distribusi sebaiknya tidak dikurangi dibawah
batasan dimana air dan subtansi yang terkandung terserap oleh pipa efluen.

7. Pompa
Jenis – jenis pompa yang biasa digunakan adalah pompa sentrifugal, pompa
bolak-balik, pompa hidro otomatik, pompa putaran dan pompa hisap udara.

1. Pompa Sentrifugal
Pompa ini paling banyak digunakan karena daya kerjanya yang baik dan
ekonomis. Aliran air dalam pompa ini berubah – ubah menurut tinggi
tekannya, karena itu diperlukan suatu kendali tekanan yang dapat diubah-
ubah bila diinginkan aliran yang tetap besarnya pada berbagai tekanan.

2. Pompa Bolak-balik
Berbeda dengan pompa sentrifugal, pompa bolak-balik ini debitnya hanya
tergantung pada kecepatan pompa saja. Oleh karena itu pompa ini cocok
untuk tinggi tekan yang besar. Namun pompa ini tidak ekonomis karena
mahal biayanya dan sulit untuk menjaga efisiensi kondisi operasi.

3. Pompa Hidro Otomatik


Pemakaian pompa ini banyak membutuhkan air, namun mungkin
menguntungkan apabila dipergunakan pada keadaan dimana tidak ada
sumber air yang terbuang dan yang dipompa untuk pompa hidro otomatik
yang direncanakan dengan baik berkisar 6:1 hingga 2:1 tergantung
pada tinggi tekanan, pengisian, tinggi angkatan dan faktor-faktor lainnya.

4. Pompa Putaran
Untuk pemakaian pompa jenis ini harus benar-benar diperhatikan jenis
airnya, karena air yang mengandung pasir halus akan merusak pompa.
Pompa putaran ini paling banyak digunakan untuk tekanan rendah dengan
debit yang kurang dari 30 lt/detik. Pemeliharaannya lebih mudah dari pompa
bolak – balik. Pompa putaran ini sering digunakan untuk pemadam
kebakaran bangunan –bangunan serta untuk instalasi penyedia air bersih
yang kecil.

BAB III - 21
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

5. Pompa Hisap Udara


Pompa ini biasanya digunakan pada sumur-sumur air tanah. Pompa ini
dapat dipakai untuk menaikkan air hingga setinggi 150 meter, tetapi
efisiensinya hanya 25 – 50 persen. Pompa hisap ini akan mencapai operasi
yang terbaik bila angka perbandingan hp/hs bervariasi dari sekitar 2 hingga
0,5. sedangkan untuk mencapai keadaan yang demikian sumur harus
diperdalam yang berarti ada kenaikan biaya

8. Analisis Sistem Jaringan Transmisi Air Baku dengan Software Komputer


Beberapa program komputer di bidang rekayasa dan perencanaan sistem jaringan
transmisi air baku diantaranya adalah program Loops, Wadiso, Kypipe, Epanet dan
WaterCAD. Dalam kajian ini digunakan program WaterCAD v 8 karena program ini
tergolong baru dan belum banyak diketahui dalam fungsinya untuk menganalisis
sistem jaringan transmisi air baku. Berikut ini akan dipaparkan mengenai langkah-
langkah penggunaan program WaterCAD v 8.

Tahapan-Tahapan Dalam Penggunaan Program WaterCAD


1. Welcome Dialog
Pada setiap pembukaan awal program WaterCAD, akan diperlihatkan sebuah
dialog box yang disebut welcome dialog. Kotak tersebut memuat tutorials,
create new project, open existing project serta exit WaterCAD seperti terlihat
pada gambar di bawah. Melalui welcome dialog ini pengguna dapat langsung
mengakses ke bagian lain untuk menjalankan program ini.

Gambar 3.8 Tampilan Welcome Dialog Pada WaterCAD


Sumber : Haestad, 2001

BAB III - 22
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

2. Pembuatan Lembar Kerja


Pembuatan lembar kerja baru atau create new project pada program WaterCAD
ini dapat dilakukan melalui dua cara yaitu melalui welcome dialog box atau
melalui pilihan new pada menu utama File.

Gambar 3.9 Penamaan File Kerja Pada WaterCAD


Sumber : Haestad, 2001

Setelah penamaan file maka tampilan berikutnya adalah pemilihan formula dari
Darcy-Weisbach, Hazen-Williams dan Manning seperti pada gambar di bawah.

Gambar 3.10 Pemilihan Rumus Pada WaterCAD


Sumber : Haestad, 2001

Proses selanjutnya adalah pemilihan metode penggambaran jaringan yang


dapat dibuat skalatis atau skematis sesuai kebutuhan pengguna.

BAB III - 23
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Gambar 3.11 Pemilihan Metode Penggambaran Pada WaterCAD


Sumber : Haestad, 2001

Gambar 3.12 Penentuan Prototipe Dari Komponen-Komponen Sistem Jaringan PadaWaterCAD


Sumber : Haestad, 2001

3. Pemodelan Komponen-Komponen Sistem Jaringan Transmisi Air Baku


Dalam WaterCAD, komponen-komponen sistem jaringan transmisi air baku
seperti titik simpul, pipa, tandon, mata air dan pompa tersebut dimodelkan
sedemikian rupa sehingga mendekati kinerja komponen tersebut di lapangan.
Adapun jenis-jenis pemodelan komponen sistem jaringan transmisi air baku
dalam WaterCAD adalah :
a) Pemodelan titik-titik simpul (junction)

BAB III - 24
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Titik simpul merupakan suatu simbol yang mewakili atau komponen yang
bersinggungan langsung dengan konsumen dalam hal pemberian air baku.
b) Pemodelan kebutuhan air baku
Kebutuhan air baku pada tiap-tiap titik simpul dapat berbeda-beda yang
bergantung dari luas cakupan layanan dan jumlah konsumen pada titik
simpul tersebut. Kebutuhan air menurut WaterCAD dibagi menjadi dua
yaitu kebutuhan tetap (fixed demand) dan kebutuhan berubah (variable
demand).
c) Pemodelan Pipa
Pipa adalah suatu komponen yang menghubungkan katup (valve), titik
simpul, pompa dan tandon. Untuk memodelkan pipa, memerlukan
beberapa data teknis seperti jenis bahan, diameter dan panjang pipa,
kekasaran (roughness) dan status pipa (buka-tutup).
d) Pemodelan katup (valve)
Katup atau valve digunakan untuk memenuhi suatu kondisi tertentu di
lapangan agar aliran dalam jaringan pipa berfungsi dengan baik. Misalnya
kondisi aliran yang terlalu kecil akibat beda tekanan yang terlalu besar atau
karena adanya perbaikan jalan maka pipa pada daerah tersebut ditutup
menggunakan katup.
e) Pemodelan pompa (pump)
Pemodelan pompa pada WaterCAD membutuhkan data masukan seperti
model dan kekuatan pompa, data tinggi head dan debit pompa serta
elevasi pompa.
f) Pemodelan tandon (watertank)
Untuk pemodelan tandon diperlukan beberapa data yaitu ukuran bentuk
dan elevasi tandon. Pada kondisi steady state simulation, permukaan air
dalam tandon akan menjadi konstan (constant water surface elevation) dan
pada kondisi Extended Period Simulation permukaan air di dalam tandon
menjadi berubah-ubah sesuai kebutuhan.
g) Pemodelan mata air (reservoir)
Pada program WaterCAD, reservoir digunakan sebagai model dari suatu
sumber air seperti danau dan sungai. Di sini reservoir dimodelkan sebagai
sumber air yang tidak bisa habis atau elevasi air selalu berada pada
elevasi konstan pada saat berapapun kebutuhan airnya. Data yang
dibutuhkan untuk memodelkan sebuah mata air adalah kapasitas debit dan
elevasi mata air tersebut.
h) Proses Penggambaran Sistem Jaringan Transmisi Air Baku
Setelah pengisian project setup wizard dan pemodelan komponen telah
selesai dilakukan, maka proses pembuatan jaringan pipa dapat dimulai.

BAB III - 25
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Gambar 3.13 Proses Penggambaran Suatu Jaringan Dengan WaterCAD


Sumber : Haestad, 2001

4. Perhitungan Dan Analisis Sistem Jaringan Transmisi Air Baku


Setelah jaringan tergambar dan semua komponen tertata sesuai dengan yang
diinginkan, maka untuk menganalisis sistem jaringan tersebut dilakukanlah
running (GO). Ada dua pilihan analisis yang dapat dilakukan yaitu steady state
dengan fasilitas fire flow analysis dan extended period dengan fasilitas water
quality analysis. Untuk memberi nilai hasil analisis yang dilakukan, ada tiga
buah tanda hasil analisis yaitu warna hijau, kuning dan merah.
Warna hijau berarti bahwa sistem jaringan transmisi air baku benar-benar baik
tanpa ada masalah. Warna kuning berarti sistem jaringan dapat bekerja, namun
ada beberapa bagian komponen yang tidak bekerja normal. Sedangkan warna
merah berarti sistem tersebut tidak dapat bekerja seperti yang diharapkan
karena ada kesalahan dalam perencanaan maupun pada penggambaran.

BAB III - 26
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Gambar 3.14 Tampilan Proses Running Sistem Jaringan Dengan WaterCAD


Sumber : Haestad, 2001

5. Pembuatan Alternatif-Alternatif (Scenario)


Dalam sebuah perencanaan sistem jaringan transmisi air baku harus
memperhatikan segi efisiensi sistem tersebut agar mampu memenuhi
kebutuhan air masyarakat secara optimal. Pemecahan masalah tersebut adalah
metode coba dengan menambah ataupun mengganti beberapa komponen
jaringan pipa untuk optimalisasi perencanaan. Pada WaterCAD alternatif-
alternatif (scenario) tersebut dapat dirancang pada satu model dengan mudah
berdasarkan pada sistem jaringan yang sudah ada, kemudian diperbandingkan
secara bersamaan (Scenario Comparison) sehingga dapat dipilih alternatif yang
terbaik.

Gambar 3.15 Pembuatan Skenario Sistem Jaringan Dengan WaterCAD


Sumber : Haestad, 2001

3.2.4.10. Perhitungan BOQ dan RAB serta Kelayakan Ekonomi


Perhitungan BOQ, RAB dan Kelayakan Ekonomi dilakukan untuk
mengetahui volume dan anggaran yang dibutuhkan dalam pembangunan sistem

BAB III - 27
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

jaringan air baku serta kelayakan ekonomi dengan dibangunnya sistem jaringan
air baku.

Ø Analisa Kelayakan Ekonomi


Analisa ekonomi yang dipergunakan adalah Benefit/Cost Ratio ( B/C Ratio )
dan NPV.
a. Benefit/Cost Ratio (BCR)
BCR adalah perbandingan antara nilai ekivalen dari Benefit (Manfaat)
dengan nilai Ekivalen dari Cost (Biaya) pada suatu titik waktu yang sama,
misalnya Present Worth (Sekarang), Future Worth (yang akan datang)
ataupun Annual Worth.

Secara umum rumus untuk perhitungan nilai ini dapat diuraikan sebagai
berikut:

t=n t=n
Bt Ct
BCR = åt =1
: å
(1 + i ) t t =1 (1 + i ) t
dimana :
Ø Bt = Benefit pada tiap tahun
Ø Ct = Cost pada tiap tahun
Ø 1/(1+i)t = Rumus Pv (Present Value)
Ø t = 1,2,3, ………
Ø n = jumlah tahun
Ø i = tingkat bunga
Apabila :
Ø BCR ³ 1 maka proyek layak untuk dilaksanakan
Ø BCR < 1 maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

b. Net Present Value ( NPV )


NPV adalah jumlah dari keseluruhan manfaat (Benefit) dikurangi dengan
keseluruhan biaya (cost) pada suatu titik waktu yang sama, misalkan
Present Worth, Future Worth, ataupun Annual Worth.

Dari definisi tersebut di atas dapat disimpulkan :

NPV = Pv. Benefit – Pv. Cost, atau :


t =n
(Bt - Ct )
NPV = å
t =1 (1 + i )
t

dimana :

Ø Bt : Benefit pada tiap tahun


Ø Ct : Cost pada tiap tahun
Ø 1/(1+ i)t : Rumus Pv (Present Value)

BAB III - 28
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Ø t : 1, 2, 3, …………
Ø n : jumlah tahun
Ø i : tingkat bunga
apabila :

Ø NPV positif atau > 0 , maka proyek layak untuk dilaksanakan


Ø NPV negatif atau < 0 , maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

BAB III - 29
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

BAB IV
HASIL ANALISA

4.1. Bangunan Penangkap Air (Broncptering)


Kondisi bangunan penangkap air / Broncaptering untuk lokasi Mata Air Sori Kaleli
secara fisik dikategorikan dalam kondisi rusak ringan, karena masih dapat berfungsi
untuk menangkap dan mendistribusikan air ke pipa distribusi. Akan tetapi secara
teknis, kondisi sarana dan prasarana seperti pipa / pintu penguras, saringan
sampah dan lubang pemeliharaan belum tersedia, sehingga akan direncanakan
untuk di review desain / akan dibangun ulang. Berdasarkan pola munculnya mata
air, untuk Mata Air Sori Kaleli yang mengalir secara horizontal, type bangunan
penyadap / intake sesuai dengan Permen PU No 18/PRT/M/2007 tentang
penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah Bangunan Penangkap Mata Air
(Broncaptering). Perlengkapan yang harus di sediakan adalah outlet untuk pipa air
bersih, peluap (overflow), penguras (drain), bangunan pengukur debit, lubang
periksa (manhole) dan pipa ventilasi.

Dari hasil perhitungan optimasi hidrolika (sistem) diperoleh rencana pemanfaatan air
dari Mata Air Sori Kaleli adalah 8,44 lt/dt. Adapun rencana bangunan penangkap air
dari hasil desain yang menyesuaikan dengan kondisi adalah dengan membuat
bangunan penyadap air dari dari bronjong kemudian didistribusikan kedalam bak
penampungan, seperti pada gambar 4.1. dibawah ini.

BAB IV - 1
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Gambar 4.1. Situasi dan denah bak pengumpul air

BAB IV - 2
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Gambar 4.2. Gambar Denah & Potongan bak pengumpul air

BAB IV - 3
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

4.2. Jaringan Pipa Transmisi

Broncaptering
X = 669.451
Y = 9.067.172
Z = ± 659 m

Rencana Bak Bagi


X = 668.603
Y = 9.065.448
Z = ± 564 m

Bak Desa Rora


X = 666.559
Y = 9.062.741
Z = ± 342 m

Bak Desa Madawau


X = 667.403
Y = 9.062.822
Z = ± 341 m

Gambar 4.3. Recana Jalur Pipa Distribusi untuk Tiga Bak


(Desa Rora & Desa Madawau)

BAB IV - 4
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Perhitungan Hidrolika Pipa dalam kegiatan ini menggunakan bantuan Software WaterCad,
dimana tahapa perhitungan ada 2 (dua) tahapan :
1. Tahap perhitungan coba-coba untuk melihat tekanan yang terjadi pada setiap simpul,
sehingga dijadikan acuan untuk penempatan accesoris pipaseperti air valve, check
valve, washout, dll.
2. Tahap perhitungan inti, yaitu perhitungan dengan inputan lengkap.

Adapun inputan data beserta hasil perhitungan dijabarkan dibawah ini.

a. Data Inputan

1. Broncaptering
Hydraulic Net
Elevation Outflow
Label Grade Inflow
(m) (L/s)
(m) (L/s)

Reservoir 660,50 8,47 660,50 -8,47

Catatan : Elevasi = 659 m + 1,5 m


= 660,5 m

2. Pipa
Hazen-
Start Stop Diameter
Label Material Williams Length (m)
Node Node (in)
C
P-1 R-1 J-1 3,0 Galvanized iron 120,0 9,31
P-2 J-1 J-2 3,0 Galvanized iron 120,0 17,61
P-3 J-2 J-3 3,0 Galvanized iron 120,0 19,91
P-4 J-3 J-4 3,0 Galvanized iron 120,0 22,00
P-5 J-4 J-6 3,0 Galvanized iron 120,0 37,32
P-6 J-6 J-7 3,0 Galvanized iron 120,0 9,00
P-7 J-7 J-8 3,0 Galvanized iron 120,0 7,43
P-8 J-8 J-9 3,0 Galvanized iron 120,0 8,00
P-9 J-9 J-10 3,0 Galvanized iron 120,0 30,99
P-10 J-10 J-11 3,0 PVC 150,0 56,25
P-11 J-11 J-12 3,0 PVC 150,0 13,60
P-12 J-12 J-13 3,0 PVC 150,0 7,20
P-13 J-13 J-14 3,0 PVC 150,0 32,81
P-14 J-14 J-15 3,0 PVC 150,0 40,02
P-15 J-15 J-16 3,0 PVC 150,0 61,99
P-16 J-16 J-17 3,0 PVC 150,0 35,60
P-17 J-17 J-18 3,0 PVC 150,0 25,99

BAB IV - 5
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

P-18 J-18 J-19 3,0 PVC 150,0 20,90


P-19 J-19 J-20 3,0 PVC 150,0 27,26
P-20 J-20 J-21 3,0 PVC 150,0 8,60
P-21 J-21 J-22 3,0 PVC 150,0 36,45
P-22 J-22 J-23 3,0 PVC 150,0 73,02
P-23 J-23 J-24 3,0 PVC 150,0 44,00
P-24 J-24 J-25 3,0 PVC 150,0 70,90
P-25 J-25 J-26 3,0 PVC 150,0 23,00
P-26 J-26 J-27 3,0 PVC 150,0 59,74
P-27 J-27 J-28 3,0 PVC 150,0 30,87
P-28 J-28 J-29 3,0 PVC 150,0 60,01
P-29 J-29 J-30 3,0 PVC 150,0 51,99
P-30 J-30 J-31 3,0 PVC 150,0 45,00
P-31 J-31 J-32 3,0 PVC 150,0 50,99
P-32 J-32 J-33 3,0 PVC 150,0 78,00
P-33 J-33 J-34 3,0 PVC 150,0 37,79
P-34 J-34 J-35 3,0 PVC 150,0 98,00
P-35 J-35 J-36 3,0 PVC 150,0 108,99
P-36 J-36 J-37 3,0 PVC 150,0 77,00
P-37 J-37 J-38 3,0 PVC 150,0 31,00
P-38 J-38 J-39 3,0 PVC 150,0 40,00
P-39 J-39 J-40 3,0 PVC 150,0 59,00
P-40 J-40 J-41 3,0 PVC 150,0 37,00
P-41 J-41 J-42 3,0 PVC 150,0 73,97
P-42 J-42 J-43 3,0 PVC 150,0 97,97
P-43 J-43 J-44 3,0 PVC 150,0 51,97
P-44 J-44 J-45 3,0 PVC 150,0 21,98
P-45 J-45 J-46 3,0 PVC 150,0 126,92
P-46 J-46 J-47 3,0 PVC 150,0 49,00
P-47 J-47 J-48 3,0 PVC 150,0 70,89
P-48 J-48 J-49 3,0 PVC 150,0 29,41
P-49 J-49 J-50 3,0 PVC 150,0 15,00
P-50 J-50 J-51 3,0 PVC 150,0 22,02
P-51 J-51 J-52 3,0 PVC 150,0 60,39
P-52 J-52 T-4 3,0 PVC 150,0 47,98
P-53 T-4 J-53 3,0 PVC 150,0 8,65
P-54 J-53 J-54 3,0 PVC 150,0 23,19
P-55 J-54 J-55 3,0 PVC 150,0 25,74
P-56 J-55 J-56 3,0 PVC 150,0 44,70
P-57 J-56 J-57 3,0 PVC 150,0 66,95
P-58 J-57 J-58 3,0 PVC 150,0 47,51

BAB IV - 6
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

P-59 J-58 J-59 3,0 PVC 150,0 24,28


P-60 J-59 J-60 3,0 Galvanized iron 120,0 22,00
P-61 J-60 J-61 3,0 PVC 150,0 56,26
P-62 J-61 J-62 3,0 PVC 150,0 40,39
P-63 J-62 J-63 3,0 PVC 150,0 32,73
P-64 J-63 J-64 3,0 PVC 150,0 40,28
P-65 J-64 J-65 3,0 PVC 150,0 40,04
P-66 J-65 J-66 3,0 PVC 150,0 45,07
P-67 J-66 J-185 3,0 PVC 150,0 28,41
P-68 J-185 J-68 3,0 Galvanized iron 120,0 12,00
P-69 J-68 J-69 3,0 PVC 150,0 18,82
P-70 J-69 J-70 3,0 PVC 150,0 30,22
P-71 J-70 J-71 3,0 PVC 150,0 37,08
P-72 J-71 J-72 3,0 PVC 150,0 61,85
P-73 J-72 J-73 3,0 PVC 150,0 55,16
P-74 J-73 J-74 3,0 PVC 150,0 49,03
P-75 J-74 J-75 3,0 PVC 150,0 42,35
P-76 J-75 J-76 3,0 PVC 150,0 49,68
P-77 J-76 J-77 3,0 PVC 150,0 67,05
P-78 J-77 J-78 3,0 PVC 150,0 69,94
P-79 J-78 J-79 3,0 PVC 150,0 75,57
P-80 J-79 J-80 3,0 PVC 150,0 65,79
P-81 J-80 J-81 3,0 PVC 150,0 70,62
P-82 J-81 J-82 3,0 PVC 150,0 65,54
P-83 J-82 J-83 3,0 PVC 150,0 63,65
P-84 J-83 J-84 3,0 PVC 150,0 56,82
P-85 J-84 J-85 3,0 PVC 150,0 36,50
P-86 J-85 J-86 3,0 PVC 150,0 38,75
P-87 J-86 J-87 3,0 PVC 150,0 57,67
P-88 J-87 J-88 3,0 PVC 150,0 51,56
P-89 J-88 J-89 3,0 PVC 150,0 53,39
P-90 J-89 J-90 3,0 PVC 150,0 44,78
P-91 J-90 J-91 3,0 PVC 150,0 47,41
P-92 J-91 J-92 3,0 PVC 150,0 69,37
P-93 J-92 J-93 3,0 PVC 150,0 68,47
P-94 J-93 J-94 3,0 PVC 150,0 52,53
P-95 J-94 J-95 3,0 PVC 150,0 41,14
P-96 J-95 J-96 3,0 PVC 150,0 53,71
P-97 J-96 J-97 3,0 PVC 150,0 71,05

BAB IV - 7
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

P-98 J-97 J-98 3,0 PVC 150,0 64,78


P-99 J-98 J-99 3,0 PVC 150,0 54,54
P-100 J-99 J-100 3,0 PVC 150,0 55,40
P-101 J-100 J-101 3,0 PVC 150,0 44,69
P-102 J-101 J-102 3,0 PVC 150,0 31,72
P-103 J-102 J-103 3,0 PVC 150,0 22,01
P-104 J-103 J-104 3,0 Galvanized iron 120,0 18,00
P-105 J-104 J-105 3,0 PVC 150,0 53,64
P-106 J-105 J-106 3,0 PVC 150,0 47,57
P-107 J-106 J-107 3,0 PVC 150,0 47,01
P-108 J-107 J-108 3,0 PVC 150,0 33,00
P-109 J-108 J-109 3,0 PVC 150,0 39,44
P-110 J-109 J-110 3,0 PVC 150,0 58,22
P-111 J-110 J-111 3,0 PVC 150,0 45,96
P-112 J-111 J-112 3,0 PVC 150,0 44,34
P-113 J-112 J-113 3,0 PVC 150,0 40,40
P-114 J-113 J-114 3,0 PVC 150,0 41,62
P-115 J-114 J-115 3,0 PVC 150,0 34,32
P-116 J-115 J-116 3,0 PVC 150,0 33,67
P-117 J-116 J-117 3,0 PVC 150,0 41,06
P-118 J-117 J-118 3,0 PVC 150,0 49,02
P-119 J-118 J-119 3,0 PVC 150,0 40,48
P-120 J-119 J-120 3,0 PVC 150,0 50,74
P-121 J-120 J-121 3,0 PVC 150,0 47,02
P-122 J-121 J-122 3,0 PVC 150,0 47,23
P-123 J-122 J-123 3,0 PVC 150,0 51,27
P-124 J-123 J-124 3,0 PVC 150,0 47,81
P-125 J-124 T-3 3,0 PVC 150,0 52,03
P-126 T-4 J-125 3,0 PVC 150,0 26,19
P-127 J-125 J-126 3,0 PVC 150,0 63,76
P-128 J-126 J-127 3,0 PVC 150,0 58,96
P-129 J-127 J-128 3,0 PVC 150,0 51,93
P-130 J-128 J-129 3,0 PVC 150,0 52,16
P-131 J-129 J-130 3,0 PVC 150,0 24,30
P-132 J-130 J-131 3,0 PVC 150,0 49,85
P-133 J-131 J-132 3,0 PVC 150,0 54,93
P-134 J-132 J-133 3,0 PVC 150,0 49,62
P-135 J-133 J-134 3,0 PVC 150,0 62,20
P-136 J-134 J-135 3,0 PVC 150,0 40,50
P-137 J-135 J-136 3,0 PVC 150,0 58,72
P-138 J-136 J-137 3,0 PVC 150,0 51,10
P-139 J-137 J-138 3,0 PVC 150,0 52,84
P-140 J-138 J-139 3,0 PVC 150,0 49,75
P-141 J-139 J-140 3,0 PVC 150,0 52,30

BAB IV - 8
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

P-142 J-140 J-141 3,0 PVC 150,0 55,78


P-143 J-141 J-142 3,0 PVC 150,0 34,19
P-144 J-142 J-143 3,0 PVC 150,0 52,57
P-145 J-143 J-144 3,0 PVC 150,0 54,04
P-146 J-144 J-145 3,0 PVC 150,0 52,15
P-147 J-145 J-146 3,0 PVC 150,0 72,80
P-148 J-146 J-147 3,0 PVC 150,0 51,00
P-149 J-147 J-148 3,0 PVC 150,0 34,75
P-150 J-148 J-149 3,0 PVC 150,0 54,83
P-151 J-149 J-150 3,0 PVC 150,0 66,25
P-152 J-150 J-151 3,0 PVC 150,0 38,49
P-153 J-151 J-152 3,0 PVC 150,0 35,52
P-154 J-152 J-153 3,0 PVC 150,0 81,02
P-155 J-153 J-154 3,0 PVC 150,0 60,99
P-156 J-154 J-155 3,0 PVC 150,0 50,02
P-157 J-155 J-156 3,0 PVC 150,0 65,70
P-158 J-156 J-157 3,0 PVC 150,0 41,13
P-159 J-157 J-158 3,0 PVC 150,0 53,78
P-160 J-158 J-159 3,0 PVC 150,0 42,05
P-161 J-159 J-160 3,0 PVC 150,0 48,81
P-162 J-160 J-161 3,0 PVC 150,0 53,91
P-163 J-161 J-162 3,0 PVC 150,0 57,04
P-164 J-162 J-163 3,0 PVC 150,0 58,44
P-165 J-163 J-164 3,0 PVC 150,0 43,00
P-166 J-164 J-165 3,0 PVC 150,0 48,93
P-167 J-165 J-166 3,0 PVC 150,0 56,89
P-168 J-166 J-167 3,0 PVC 150,0 55,72
P-169 J-167 J-168 3,0 PVC 150,0 39,96
P-170 J-168 J-169 3,0 PVC 150,0 47,01
P-171 J-169 J-170 3,0 PVC 150,0 56,40
P-172 J-170 J-171 3,0 PVC 150,0 31,69
P-173 J-171 J-172 3,0 PVC 150,0 24,29
P-174 J-172 J-173 3,0 PVC 150,0 41,64
P-175 J-173 J-174 3,0 PVC 150,0 50,78
P-176 J-174 J-175 3,0 PVC 150,0 51,10
P-177 J-175 J-176 3,0 PVC 150,0 47,91
P-178 J-176 J-177 3,0 PVC 150,0 54,52
P-179 J-177 J-178 3,0 PVC 150,0 62,99

BAB IV - 9
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

P-180 J-178 J-179 3,0 PVC 150,0 47,45


P-181 J-179 J-180 3,0 PVC 150,0 41,55
P-182 J-180 J-181 3,0 PVC 150,0 19,64
P-183 J-181 J-182 3,0 PVC 150,0 43,15
P-184 J-182 J-183 3,0 PVC 150,0 47,90
P-185 J-183 J-184 3,0 PVC 150,0 43,53
P-186 J-184 T-5 3,0 PVC 150,0 24,75

3. Tank / Bak Penampungan


Base Minimum Initial Maximum Alarm
Label Elevation Elevation Elevation Elevation Elevation
(m) (m) (m) (m) (m)
Bak Madawau 325,87 326,37 327,62 327,87 327,77

Bak Rora 309,29 309,79 311,04 311,29 311,19

Bak Bagi 564,21 564,71 565,96 566,21 566,11

BAB IV - 10
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

4. Titik Simpul

Elevation Elevation Elevation Elevation


Label Label Label Label
(m) (m) (m) (m)

J-1 614,46 J-31 586,36 J-60 516,72 J-90 395,26


J-2 612,75 J-32 585,12 J-61 513,08 J-91 387,98
J-3 609,68 J-33 583,66 J-62 512,48 J-92 385,66
J-4 607,38 J-34 581,89 J-63 510,25 J-93 378,26
J-6 603,01 J-35 581,90 J-64 503,01 J-94 374,31
J-7 600,38 J-36 580,95 J-65 489,41 J-95 374,09
J-8 597,40 J-37 580,46 J-66 469,09 J-96 368,95
J-9 597,91 J-38 580,06 J-68 460,75 J-97 366,42
J-10 597,44 J-39 579,41 J-69 460,01 J-98 363,55
J-11 594,03 J-40 579,04 J-70 459,47 J-99 362,99
J-12 593,92 J-41 577,45 J-71 458,95 J-100 352,66
J-13 593,86 J-42 577,03 J-72 458,43 J-101 340,27
J-14 593,29 J-43 575,28 J-73 457,85 J-102 333,08
J-15 592,57 J-44 574,26 J-74 457,41 J-103 327,71
J-16 592,32 J-45 573,34 J-75 457,01 J-104 327,29
J-17 592,19 J-46 569,70 J-76 456,41 J-105 341,75
J-18 591,75 J-47 568,84 J-77 455,93 J-106 341,09
J-19 591,61 J-48 566,35 J-78 455,06 J-107 340,25
J-20 591,52 J-49 565,39 J-79 453,99 J-108 341,27
J-21 592,18 J-50 565,27 J-80 449,23 J-109 341,41
J-22 589,88 J-51 564,86 J-81 443,43 J-110 341,32
J-23 589,65 J-52 564,69 J-82 435,41 J-111 340,52
J-24 589,20 J-53 562,83 J-83 427,47 J-112 339,58
J-25 589,05 J-54 562,65 J-84 415,23 J-113 338,88
J-26 588,97 J-55 559,90 J-85 407,95 J-114 333,09
J-27 588,26 J-56 554,97 J-86 407,55 J-115 323,73
J-28 588,14 J-57 540,89 J-87 406,71 J-116 322,81
J-29 587,19 J-58 521,70 J-88 405,26 J-117 322,41
J-30 587,10 J-59 514,15 J-89 395,98 J-118 321,67

BAB IV - 11
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Hydraulic
Elevation Elevation Elevation Pressure
Label Label Label Grade
(m) (m) (m) (atm)
(m)
J-119 321,28 J-148 447,78 J-177 347,37 353,95 0,6
J-120 320,76 J-149 444,74 J-178 342,19 348,94 0,7
J-121 319,26 J-150 443,14 J-179 336,70 345,16 0,8
J-122 318,51 J-151 434,35 J-180 333,66 341,86 0,8
J-123 316,64 J-152 428,94 J-181 332,66 340,29 0,7
J-124 312,79 J-153 418,45 J-182 330,44 336,86 0,6
J-125 563,07 J-154 414,17 J-183 329,19 333,05 0,4
J-126 558,03 J-155 410,49 J-184 326,37 329,59 0,3
J-127 552,32 J-156 404,90 J-185 459,26 524,05 6,3
J-128 547,27 J-157 403,27
J-129 542,55 J-158 401,73
J-130 540,44 J-159 398,32
J-131 535,80 J-160 394,82
J-132 530,97 J-161 391,43
J-133 526,67 J-162 386,81
J-134 522,62 J-163 382,14
J-135 519,97 J-164 378,48
J-136 515,90 J-165 376,02
J-137 510,15 J-166 373,19
J-138 507,62 J-167 370,48
J-139 505,30 J-168 368,71
J-140 497,59 J-169 367,79
J-141 492,47 J-170 365,97
J-142 488,82 J-171 364,48
J-143 480,77 J-172 363,25
J-144 472,54 J-173 360,48
J-145 464,15 J-174 357,58
J-146 454,93 J-175 354,74
J-147 450,68 J-176 351,26

BAB IV - 12
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

b. Hasil Perhitungan

1. Broncaptering
Hydraulic Net
Elevation Outflow
Label Grade Inflow
(m) (L/s)
(m) (L/s)

Reservoir 660,50 8,41 660,50 -8,41


Dari hasil running diatas, dapat dilihat debit yang dibutuhkan guna mensuplai
kebutuhan air baku di dua Desa (Desa Rora dan Desa Madawau) sebesar 3,646 lt/dt
sampai dengan Tahun 2037 dengan diameter pipa hasil optimasi dan bentuk topografi
yang dilalui pipa adalah 8,41 lt/dt.

2. Pipa
Hazen- Has Headloss
Start Stop Diameter Minor Flow Velocity
Label Material Williams Check Gradient Length (m)
Node Node (in) Loss (L/s) (m/s)
C Valve? (m/m)
P-1 R-1 J-1 3,0 Galvanized iron 120,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,060 9,31
P-2 J-1 J-2 3,0 Galvanized iron 120,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,060 17,61
P-3 J-2 J-3 3,0 Galvanized iron 120,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,060 19,91
P-4 J-3 J-4 3,0 Galvanized iron 120,0 FALSE 0,200 8,41 1,84 0,062 22,00
P-5 J-4 J-6 3,0 Galvanized iron 120,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,060 37,32
P-6 J-6 J-7 3,0 Galvanized iron 120,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,060 9,00
P-7 J-7 J-8 3,0 Galvanized iron 120,0 FALSE 0,200 8,41 1,84 0,065 7,43
P-8 J-8 J-9 3,0 Galvanized iron 120,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,060 8,00
P-9 J-9 J-10 3,0 Galvanized iron 120,0 FALSE 0,800 8,41 1,84 0,065 30,99
P-10 J-10 J-11 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,200 8,41 1,84 0,040 56,25
P-11 J-11 J-12 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 13,60
P-12 J-12 J-13 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 7,20
P-13 J-13 J-14 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 32,81
P-14 J-14 J-15 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 40,02
P-15 J-15 J-16 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 61,99
P-16 J-16 J-17 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 35,60
P-17 J-17 J-18 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 25,99
P-18 J-18 J-19 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 20,90
P-19 J-19 J-20 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 27,26
P-20 J-20 J-21 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 8,60
P-21 J-21 J-22 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 36,45
P-22 J-22 J-23 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 73,02
P-23 J-23 J-24 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,200 8,41 1,84 0,041 44,00
P-24 J-24 J-25 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 70,90
P-25 J-25 J-26 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 23,00
P-26 J-26 J-27 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,200 8,41 1,84 0,040 59,74
P-27 J-27 J-28 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,800 8,41 1,84 0,044 30,87
P-28 J-28 J-29 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 60,01
P-29 J-29 J-30 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,800 8,41 1,84 0,043 51,99
P-30 J-30 J-31 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 45,00
P-31 J-31 J-32 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 50,99
P-32 J-32 J-33 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 78,00

BAB IV - 13
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

P-33 J-33 J-34 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 37,79
P-34 J-34 J-35 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 98,00
P-35 J-35 J-36 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 108,99
P-36 J-36 J-37 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 77,00
P-37 J-37 J-38 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 31,00
P-38 J-38 J-39 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 40,00
P-39 J-39 J-40 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 59,00
P-40 J-40 J-41 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 37,00
P-41 J-41 J-42 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 73,97
P-42 J-42 J-43 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,200 8,41 1,84 0,040 97,97
P-43 J-43 J-44 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 51,97
P-44 J-44 J-45 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 21,98
P-45 J-45 J-46 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 126,92
P-46 J-46 J-47 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 49,00
P-47 J-47 J-48 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 70,89
P-48 J-48 J-49 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 29,41
P-49 J-49 J-50 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 15,00
P-50 J-50 J-51 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 22,02
P-51 J-51 J-52 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 60,39
P-52 J-52 T-4 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 8,41 1,84 0,040 47,98
P-53 T-4 J-53 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 8,65
P-54 J-53 J-54 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 23,19
P-55 J-54 J-55 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 25,74
P-56 J-55 J-56 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 44,70
P-57 J-56 J-57 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 66,95
P-58 J-57 J-58 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 47,51
P-59 J-58 J-59 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 24,28
P-60 J-59 J-60 3,0 Galvanized iron 120,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,113 22,00
P-61 J-60 J-61 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,200 11,83 2,60 0,076 56,26
P-62 J-61 J-62 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 40,39
P-63 J-62 J-63 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 32,73
P-64 J-63 J-64 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 40,28
P-65 J-64 J-65 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 40,04
P-66 J-65 J-66 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 45,07
P-67 J-66 J-185 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 28,41
P-68 J-185 J-68 3,0 Galvanized iron 120,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,113 12,00
P-69 J-68 J-69 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 18,82
P-70 J-69 J-70 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 30,22
P-71 J-70 J-71 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 37,08
P-72 J-71 J-72 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 61,85
P-73 J-72 J-73 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 55,16
P-74 J-73 J-74 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 49,03
P-75 J-74 J-75 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 42,35
P-76 J-75 J-76 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 49,68
P-77 J-76 J-77 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 67,05
P-78 J-77 J-78 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 69,94
P-79 J-78 J-79 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 75,57
P-80 J-79 J-80 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 65,79
P-81 J-80 J-81 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 70,62
P-82 J-81 J-82 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 65,54
P-83 J-82 J-83 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 63,65

BAB IV - 14
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

P-84 J-83 J-84 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 56,82
P-85 J-84 J-85 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 36,50
P-86 J-85 J-86 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 38,75
P-87 J-86 J-87 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 57,67
P-88 J-87 J-88 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 51,56
P-89 J-88 J-89 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 53,39
P-90 J-89 J-90 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 44,78
P-91 J-90 J-91 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 47,41
P-92 J-91 J-92 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 69,37
P-93 J-92 J-93 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 68,47
P-94 J-93 J-94 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 52,53
P-95 J-94 J-95 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 41,14
P-96 J-95 J-96 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 53,71
P-97 J-96 J-97 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 71,05
P-98 J-97 J-98 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 64,78
P-99 J-98 J-99 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 54,54
P-100 J-99 J-100 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 55,40
P-101 J-100 J-101 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 44,69
P-102 J-101 J-102 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 31,72
P-103 J-102 J-103 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 22,01
P-104 J-103 J-104 3,0 Galvanized iron 120,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,113 18,00
P-105 J-104 J-105 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 53,64
P-106 J-105 J-106 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,800 11,83 2,60 0,081 47,57
P-107 J-106 J-107 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 47,01
P-108 J-107 J-108 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 33,00
P-109 J-108 J-109 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,800 11,83 2,60 0,082 39,44
P-110 J-109 J-110 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 58,22
P-111 J-110 J-111 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,200 11,83 2,60 0,077 45,96
P-112 J-111 J-112 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 44,34
P-113 J-112 J-113 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 40,40
P-114 J-113 J-114 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 41,62
P-115 J-114 J-115 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 34,32
P-116 J-115 J-116 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 33,67
P-117 J-116 J-117 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 41,06
P-118 J-117 J-118 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 49,02
P-119 J-118 J-119 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 40,48
P-120 J-119 J-120 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 50,74
P-121 J-120 J-121 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 47,02
P-122 J-121 J-122 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 47,23
P-123 J-122 J-123 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 51,27
P-124 J-123 J-124 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 47,81
P-125 J-124 T-3 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 11,83 2,60 0,075 52,03
P-126 T-4 J-125 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 26,19
P-127 J-125 J-126 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 63,76
P-128 J-126 J-127 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 58,96
P-129 J-127 J-128 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 51,93
P-130 J-128 J-129 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 52,16
P-131 J-129 J-130 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 24,30
P-132 J-130 J-131 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 49,85
P-133 J-131 J-132 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 54,93
P-134 J-132 J-133 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 49,62
P-135 J-133 J-134 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 62,20

BAB IV - 15
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

P-136 J-134 J-135 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 40,50
P-137 J-135 J-136 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 58,72
P-138 J-136 J-137 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 51,10
P-139 J-137 J-138 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 52,84
P-140 J-138 J-139 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 49,75
P-141 J-139 J-140 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 52,30
P-142 J-140 J-141 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 55,78
P-143 J-141 J-142 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 34,19
P-144 J-142 J-143 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 52,57
P-145 J-143 J-144 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 54,04
P-146 J-144 J-145 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 52,15
P-147 J-145 J-146 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 72,80
P-148 J-146 J-147 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 51,00
P-149 J-147 J-148 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 34,75
P-150 J-148 J-149 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 54,83
P-151 J-149 J-150 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 66,25
P-152 J-150 J-151 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 38,49
P-153 J-151 J-152 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 35,52
P-154 J-152 J-153 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 81,02
P-155 J-153 J-154 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 60,99
P-156 J-154 J-155 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 50,02
P-157 J-155 J-156 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 65,70
P-158 J-156 J-157 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 41,13
P-159 J-157 J-158 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 53,78
P-160 J-158 J-159 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 42,05
P-161 J-159 J-160 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 48,81
P-162 J-160 J-161 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 53,91
P-163 J-161 J-162 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 57,04
P-164 J-162 J-163 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 58,44
P-165 J-163 J-164 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 43,00
P-166 J-164 J-165 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 48,93
P-167 J-165 J-166 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 56,89
P-168 J-166 J-167 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 55,72
P-169 J-167 J-168 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 39,96
P-170 J-168 J-169 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 47,01
P-171 J-169 J-170 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 56,40
P-172 J-170 J-171 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 31,69
P-173 J-171 J-172 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 24,29
P-174 J-172 J-173 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,200 12,21 2,68 0,081 41,64
P-175 J-173 J-174 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 50,78
P-176 J-174 J-175 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 51,10
P-177 J-175 J-176 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 47,91
P-178 J-176 J-177 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 54,52
P-179 J-177 J-178 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 62,99
P-180 J-178 J-179 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 47,45
P-181 J-179 J-180 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 41,55
P-182 J-180 J-181 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 19,64
P-183 J-181 J-182 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 43,15
P-184 J-182 J-183 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 47,90
P-185 J-183 J-184 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 43,53
P-186 J-184 T-5 3,0 PVC 150,0 FALSE 0,000 12,21 2,68 0,080 24,75

BAB IV - 16
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Dari hasil running diatas, dapat dilihat pembagian debit terjadi dari Broncaptering
menuju ke Bak Utama, kemudian dari Bak Utama disebar menuju Bak Desa Rora dan
Bak Desa Madawau. Adapun detail masing-masing aliran adalah sebagai berikut :
1. Broncaptering – Bak Bagi
Debit = 8,41 l/dt
Kecepatan rerata = 1,84 m/dt
Material Pipa = PVC
Panjang Pipa Ø 3” = 2.110 m
Material Pipa = GI
Panjang Pipa Ø 3” = 123 m
Jumlah jembatan = 3 buah (L = 22,50 m, L = 9,00 m, L = 8,00 m)
2. Bak Bagi – Bak Desa Rora
Debit = 11,83 l/dt
Kecepatan rerata = 2,60 m/dt
Material Pipa = PVC
Panjang Pipa Ø 3” = 3.309 m
Jumlah jembatan = 3 buah (L = 22,00 m, L = 12,00 m, L = 18,00 m)
3. Bak Utama – Bak Desa Madawau
Debit = 12,21 l/dt
Kecepatan rerata = 2,68 m/dt
Material Pipa = PVC
Panjang Pipa Ø 3” = 2.995 m

Rekapitulasi Kebutuhan Pipa dan Accesoris

No. Uraian Unit Kebutuhan Material Keterangan

1. Pipa
Dia. 3 inchi m 8,414.00 PVC
Dia. 3 inchi m 123.00 GI

2. Accesoris
Air Valve bh 3.00 GI
Wash Out bh 1.00 GI
Flange Spigot bh 1.00 GI GI ke PVC
Bend 45° bh 19.00 PVC
Bend 90° bh 6.00 PVC

BAB IV - 17
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

3. Tank / Bak Penampung


Base Minimum Initial Maximum Alarm Hydraulic Volume
Outflow Demand Percent Full
Label Elevation Elevation Elevation Elevation Elevation Grade (Calculated)
(L/s) (lt/dt) (%)
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m³)
Bak Madawau 325,87 326,37 327,62 327,87 327,77 -10,97 327,62 2.40 9,81 83,30

Bak Rora 309,29 309,79 311,04 311,29 311,19 -9,43 311,04 1.24 9,81 83,30

Bak Bagi 564,21 564,71 565,96 566,21 566,11 19,27 566,96 3.64 14,5 83,30

Dari hasil running diatas, dapat dilihat hasil perhitungan dimensi bak penampung untuk
masing-masing bak penampung adalah :

1. Bak Bagi
Dimensi = 3,00 x 2,50 x 2,00 m (b x l x h)
Debit outflow = 19,27 l/dt (disebar ke Bak Rora dan Bak Madawau)

+ 566,21 Maximum Elevation (m)


+ 565,71 Alarm Elevation (m)

+ 565,21 Initial Elevation (m)

+ 564,71 Minimum Elevation (m)

+ 564,21 Base Elevation (m)

BAB IV - 18
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

2. Bak Rora
Dimensi = 2,50 x 2,00 x 2,00 m (b x l x h)
Debit inflow = 9,43 lt/dt

+ 311,29 Maximum Elevation (m)


+ 311,19 Alarm Elevation (m)

+ 311,04 Initial Elevation (m)

+ 309,79 Minimum Elevation (m)

+ 309,29 Base Elevation (m)

3. Bak Madawau
Dimensi = 2,50 x 2,00 x 2,00 m (b x l x h)
Debit inflow = 10,97 l/dt
+ 327,87 Maximum Elevation (m)
+ 327,77 Alarm Elevation (m)

+ 327,62 Initial Elevation (m)

+ 326,37 Minimum Elevation (m)

+ 325,87 Base Elevation (m)

BAB IV - 19
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

4. Titik Simpul
Hydraulic Hydraulic Hydraulic Hydraulic
Elevation Pressure Elevation Pressure Elevation Pressure Elevation Pressure
Label Grade Label Grade Label Grade Label Grade
(m) (atm) (m) (atm) (m) (atm) (m) (atm)
(m) (m) (m) (m)
J-1 614,46 659,94 4,4 J-31 586,36 617,26 3,0 J-60 516,72 545,37 2,8 J-90 395,26 435,49 3,9
J-2 612,75 658,88 4,5 J-32 585,12 615,22 2,9 J-61 513,08 541,08 2,7 J-91 387,98 431,93 4,2
J-3 609,68 657,68 4,6 J-33 583,66 612,11 2,7 J-62 512,48 538,05 2,5 J-92 385,66 426,72 4,0
J-4 607,38 656,32 4,7 J-34 581,89 610,60 2,8 J-63 510,25 535,59 2,4 J-93 378,26 421,59 4,2
J-6 603,01 654,07 4,9 J-35 581,90 606,70 2,4 J-64 503,01 532,57 2,9 J-94 374,31 417,64 4,2
J-7 600,38 653,52 5,1 J-36 580,95 602,35 2,1 J-65 489,41 529,57 3,9 J-95 374,09 414,55 3,9
J-8 597,40 653,04 5,4 J-37 580,46 599,28 1,8 J-66 469,09 526,18 5,5 J-96 368,95 410,52 4,0
J-9 597,91 652,56 5,3 J-38 580,06 598,04 1,7 J-68 460,75 522,69 6,0 J-97 366,42 405,19 3,7
J-10 597,44 650,55 5,1 J-39 579,41 596,45 1,6 J-69 460,01 521,28 5,9 J-98 363,55 400,33 3,6
J-11 594,03 648,27 5,2 J-40 579,04 594,09 1,5 J-70 459,47 519,01 5,8 J-99 362,99 396,24 3,2
J-12 593,92 647,73 5,2 J-41 577,45 592,62 1,5 J-71 458,95 516,23 5,5 J-100 352,66 392,08 3,8
J-13 593,86 647,44 5,2 J-42 577,03 589,67 1,2 J-72 458,43 511,58 5,1 J-101 340,27 388,72 4,7
J-14 593,29 646,13 5,1 J-43 575,28 585,72 1,0 J-73 457,85 507,44 4,8 J-102 333,08 386,34 5,1
J-15 592,57 644,54 5,0 J-44 574,26 583,65 0,9 J-74 457,41 503,76 4,5 J-103 327,71 384,69 5,5
J-16 592,32 642,07 4,8 J-45 573,34 582,78 0,9 J-75 457,01 500,59 4,2 J-104 327,29 382,65 5,3
J-17 592,19 640,65 4,7 J-46 569,70 577,71 0,8 J-76 456,41 496,86 3,9 J-105 341,75 378,62 3,6
J-18 591,75 639,61 4,6 J-47 568,84 575,76 0,7 J-77 455,93 491,82 3,5 J-106 341,09 374,78 3,3
J-19 591,61 638,78 4,6 J-48 566,35 572,93 0,6 J-78 455,06 486,57 3,0 J-107 340,25 371,25 3,0
J-20 591,52 637,69 4,5 J-49 565,39 571,76 0,6 J-79 453,99 480,90 2,6 J-108 341,27 368,77 2,7
J-21 592,18 637,34 4,4 J-50 565,27 571,16 0,6 J-80 449,23 475,97 2,6 J-109 341,41 365,54 2,3
J-22 589,88 635,89 4,4 J-51 564,86 570,28 0,5 J-81 443,43 470,66 2,6 J-110 341,32 361,17 1,9
J-23 589,65 632,98 4,2 J-52 564,69 567,87 0,3 J-82 435,41 465,75 2,9 J-111 340,52 357,65 1,7
J-24 589,20 631,19 4,1 J-53 562,83 565,31 0,2 J-83 427,47 460,97 3,2 J-112 339,58 354,32 1,4
J-25 589,05 628,36 3,8 J-54 562,65 563,57 0,1 J-84 415,23 456,70 4,0 J-113 338,88 351,29 1,2
J-26 588,97 627,44 3,7 J-55 559,90 561,64 0,2 J-85 407,95 453,96 4,4 J-114 333,09 348,17 1,5
J-27 588,26 625,03 3,6 J-56 554,97 558,28 0,3 J-86 407,55 451,06 4,2 J-115 323,73 345,59 2,1
J-28 588,14 623,66 3,4 J-57 540,89 553,26 1,2 J-87 406,71 446,73 3,9 J-116 322,81 343,06 2,0
J-29 587,19 621,26 3,3 J-58 521,70 549,69 2,7 J-88 405,26 442,86 3,6 J-117 322,41 339,98 1,7
J-30 587,10 619,05 3,1 J-59 514,15 547,87 3,3 J-89 395,98 438,85 4,1 J-118 321,67 336,30 1,4

BAB IV - 20
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Hydraulic Hydraulic Hydraulic


Elevation Pressure Elevation Pressure Elevation Pressure
Label Grade Label Grade Label Grade
(m) (atm) (m) (atm) (m) (atm)
(m) (m) (m)
J-119 321,28 333,26 1,2 J-148 447,78 469,99 2,1 J-177 347,37 353,95 0,6
J-120 320,76 329,46 0,8 J-149 444,74 465,63 2,0 J-178 342,19 348,94 0,7
J-121 319,26 325,93 0,6 J-150 443,14 460,36 1,7 J-179 336,70 345,16 0,8
J-122 318,51 322,38 0,4 J-151 434,35 457,30 2,2 J-180 333,66 341,86 0,8
J-123 316,64 318,53 0,2 J-152 428,94 454,47 2,5 J-181 332,66 340,29 0,7
J-124 312,79 314,95 0,2 J-153 418,45 448,03 2,9 J-182 330,44 336,86 0,6
J-125 563,07 563,88 0,1 J-154 414,17 443,17 2,8 J-183 329,19 333,05 0,4
J-126 558,03 558,80 0,1 J-155 410,49 439,20 2,8 J-184 326,37 329,59 0,3
J-127 552,32 554,11 0,2 J-156 404,90 433,97 2,8 J-185 459,26 524,05 6,3
J-128 547,27 549,98 0,3 J-157 403,27 430,70 2,6
J-129 542,55 545,83 0,3 J-158 401,73 426,42 2,4
J-130 540,44 543,90 0,3 J-159 398,32 423,07 2,4
J-131 535,80 539,94 0,4 J-160 394,82 419,19 2,4
J-132 530,97 535,57 0,4 J-161 391,43 414,90 2,3
J-133 526,67 531,62 0,5 J-162 386,81 410,37 2,3
J-134 522,62 526,67 0,4 J-163 382,14 405,72 2,3
J-135 519,97 523,45 0,3 J-164 378,48 402,30 2,3
J-136 515,90 518,78 0,3 J-165 376,02 398,40 2,2
Keterangan :
J-137 510,15 514,71 0,4 J-166 373,19 393,88 2,0
- J-.... = Titik Simpul
J-138 507,62 510,51 0,3 J-167 370,48 389,44 1,8
- T-.... = Tank/Bak Penampung
J-139 505,30 506,55 0,1 J-168 368,71 386,27 1,7
J-140 497,59 502,39 0,5 J-169 367,79 382,53 1,4
-R = Reservoir/Pengambilan
J-141 492,47 497,95 0,5 J-170 365,97 378,04 1,2
J-142 488,82 495,23 0,6 J-171 364,48 375,52 1,1
J-143 480,77 491,05 1,0 J-172 363,25 373,59 1,0
J-144 472,54 486,75 1,4 J-173 360,48 370,20 0,9
J-145 464,15 482,60 1,8 J-174 357,58 366,16 0,8
J-146 454,93 476,81 2,1 J-175 354,74 362,10 0,7
J-147 450,68 472,76 2,1 J-176 351,26 358,29 0,7

BAB IV - 21
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Dari hasil running diatas dapat dilihat bahwa, ada beberapa titik simpul yang
memiliki tekanan kurang dan tekanan yang besar, sehingga diperlukan
penempatan perlengkapan pipa seperti air valve dan wash out. Adapun
penempatan perlengkapan pipa seperti tersebut diatas pada titik simpul :
- Air Valve : J-7 dan J-185 dan J-103
- Wash out : J-68
Pemilihan Bak Pelepas Tekan tidak diperlukan, karena berdasarkan hasil
simulasi, jika digunakan Bak Pelepas Tekan dapat mengurangi tekanan pada titik-
titik simpul tertentu sehingga dipilih menggunakan air valve.

BAB IV - 22
Bendung Bronjong
Broncaptering
Q = 8,47 lt/dt
X = 669.451
Y = 9.067.172
Z = ± 659 m
L = 123,00 m
Q = 8,41 lt/dt

BAB IV - 23
Pipa GI Ø 3"

J3
Jembatan, L= 22,50 m
J4
J6
Jembatan, L= 9,00 m
J7
J8
Jembatan, L= 8,00 m
J9
Gambar 4.4. Skema Sistem Jaringan Air Baku Sori Kaleli
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

Pipa PVC Ø 3"

Q = 8,41 lt/dt
L = 2.110 m

Bak Bagi
Kapasitas = 15,00 m3
X = 668.603
Pipa PVC Ø 3" Y = 9.065.448
L = 238 m Z = ± 564 m
Q = 11,83 lt/dt
J59
Jembatan, L= 22,00 m
J60
Pipa PVC Ø 3"

Q = 11,83 lt/dt
L = 283 m

J185

Pipa PVC Ø 3"

Q = 12,21 lt/dt
Jembatan, L= 12,00 m

L = 2.995 m
J68
Pipa PVC Ø 3"

Q = 11,83 lt/dt
L = 1.839 m

J103
Jembatan, L= 18,00 m
J104
Pipa PVC Ø 3"

Q = 11,83 lt/dt
L = 946 m
Bak Desa Rora Bak Desa Madawau
Kapasitas =10,00 m3 Kapasitas = 10,00 m3
X = 666.559 X = 667.403
Y = 9.062.741 Y = 9.062.822
Z = ± 342 m Z = ± 341 m
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil kajian analisis hidrolika pipa untuk jaringan air baku Mata Air Sori Kaleli, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Debit pengambilan = 8,41 lt/dt
2. Panjang jaringan distribusi yaitu = 8.537 m
3. Diameter pipa = 3 inchi
4. Material pipa = PVC dan GI

5.2. Saran

Perlu dilakukan analisa hidrolika untuk memodelkan periode waktu, pada saat jam puncak
maupun jam normal dan jam kosong.

BAB V - 1
Kajian Analisis HIdrolika Pipa Untuk Jaringan Air Baku Mata Air Sori Kalelli, Desa Rora Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima

DAFTAR PUSTAKA

Akhiruddin & Anrizal. 2008, Perencanaan Pemenuhan Air Baku di Kabupaten Kendal.
F.TEKNIK UNDIP, 2008.

Kristia, Merida. 2016, Perencanaan Sistem Penyediaan Air Baku Di Kecamatan Punduh
Pidada Dan Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran.

Purnama, J., & Arief, Z. 2018. Penyuluhan dan pelatihan penjernih air sebagai langkah
untuk meminimalisir kekurangan air bersih di Desa Tulung Kabupaten
Gresik. Jurnal Abdikarya: Jurnal Karya Pengabdian Dosen dan Mahasiswa,

Praga, Belinda, and Rachmawati S. DJ. 2020, Evaluasi Pelaksanaan dan Manfaat Rencana
Pengamanan Air Minum (RPAM) Operator di PDAM Kota
Payakumbuh. Jurnal Reka Lingkungan 8.2

Triatmodjo, Bambang. 2008, Hidrolika II. BETA OFFSET Yogyakarta

DAFTAR PUSTAKA - 1

Anda mungkin juga menyukai