1
BAB I PENDAHULUUAN
1.1 Latar Belakang
Studi literatur Analisis Erosi dan Lahan Banjir di susun untuk memenuhi
persyaratan pembelajaran dan tugas pada mata kuliah Analisis Erosi dan Lahan Banjir
di Universitas Sangga Buana YKKP
Permukaan bumi selalu mengalami perubahan, hal ini di sebabkan karena adanya
proses morfologi, dimana media alami yang mampu menghancurkan dan
menghanyutkan matrial batuan maupun tanah dangan kekuatan alam, proses morfologi
terdiri dari dua proses yaitu proses secara fisik dan kimiawi. Erosi adalah salah satu dari
proses morfologi sacara fisik.
Erosi adalah hilangnya tanah atau terkikisnya tanah /bagian-bagian tanah dari
suatu tempat yang diangkut oleh air dan angin ketempat lain (Ananta Kusuma Seta,
1987). Erosi secara umum juga dapat diartikan sebagai peristiwa pindahnya atau
terangkutnya tanah atau bagian- bagian tanah dari suatu tempat lain oleh media alami.
Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat terkikis dan
terangkut yang kemudian diendapkan pada suatu tempat lain. Media alami dapat berupa
angin atau air.
Ananta Kusuma Seta dalam bukunya “Konservasi Sumberdaya Tanah dan Air”
tahun 1987, membagi proses erosi dalam dua bentuk proses yaitu Proses erosi normal
atau proses erosi alami yang terjadi secara alamiah, porses erosi alami memiliki laju
penghancuran dan pengangkutan yanag sangat lambat sehingga memiliki kesimbangan
pada proses pembentukan tanah, dan proses erosi yang kedua adalah Erosi yang di
percepat atau proses erosi akibat dari factor manusia sehingga laju erosi lebih besar dari
pembentukan tanah itu sendiri.
2
Terkait permasalahan erosi tanah, menjadi perhatian khusus untuk daerah-
daerah yang bentang alamnya serta konturnya relatif rapat. Hal ini disebabkan oleh
rembesan curah hujan yang langsung maupun tak langsung menyentuh tanah. Belum
lagi jenis atau karakteristik tanah juga berperan serta dalam terjadinya erosi tanah ini.
Selain itu, kondisi geografik pula ternate yang memiliki relief permukaan yang
mendominasi memiliki potensi longsor yang lebih tingi di bandingkan daerah lain,
untuk pedeteksian dini perlu diketahui untun mengurangi dampak korban dari erosi
longsor.
Berdasarkan permasalahan diatas maka dari itu perlu adanya suatu kajian teori
terkait Erosi, skala erosi,factor-faktor penyebab erosi, dan upaya untuk mengurangi
erosi serta upaya untuk mengurangi dampak erosi.
3
BAB II Landasan Teori
Masalah erosi sebenarnya sudah diketahui sejak lama, mungkin jauh lebih lama
dibandingkan di Amerika. Sebuah studi baru dilakukan di Amerika pada tahun 1934
(Bennet, 1939). Di Indonesia, permasalahan erosi baru terlihat pada pertengahan abad
ke-19, yaitu ketika sebagian hutan Jawa dibuka untuk perkebunan. Ketika lahan hutan
diubah menjadi lahan perkebunan di sumber aliran sungai besar jawa, terjadilah banjir
besar yang belum pernah terjadi sebelumnya. Banjir antara lain terjadi di Bengawan Solo,
Ciliwung, dan Citanduy. Lihatlah banjirnya. Banjir ini disebabkan pembukaan hutan di
bagian hulu aliran air, sehingga pada tahun 1844 disahkan undang-undang yang
mengatur pembukaan lahan. Namun karena meningkatnya permintaan dalam negeri,
khususnya untuk tanaman pangan yang merupakan tanaman ekspor. Undang-undang ini
tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Pembukaan lahan yang berlebihan untuk pertanian menyebabkan erosi yang cepat,
termasuk adanya kerusakan lahan di daerah aliran sungai Citarung yang disebut “Tanah
Mai Maja” seperti yang dilaporkan oleh Ruten pada tahun 1917. Hal ini disebabkan
tingginya kandungan sedimen di sungai seperti yang dilaporkan oleh Haan pada tahun
1933 dan Coster pada tahun 1940 (Soewardjo., 1981).
Pada masa perang dan awal kemerdekaan, masalah erosi agak diabaikan, meskipun
erosi meningkat secara signifikan. Perhatian terhadap masalah erosi semakin meningkat
terutama setelah dibangunnya beberapa bendungan besar di beberapa sungai penting di
Pulau Jawa. Diantaranya Bendungan Jatiluhur di Citarum, Karangkates di Sungai
Branjas, Gajah Mungkur di Bengawan Solo dan masih banyak lainnya. Karena memiliki
kelebihan sedimen akibat erosi.
Para ahli telah mencatat penurunan efisiensi dan umur bendungan-bendungan ini.
Beberapa pendekatan dapat digunakan untuk menentukan tingkat keparahan masalah
erosi. Cara yang umum digunakan adalah dengan mengukur luas lahan yang terkena
dampak. intensitas erosi dan dampaknya menyebabkan erosi. Dari hasil pedektan
tersebut terdapat data erosi yang di tampilkan pada table berikut.
4
2.2 Gambaran Umum Tanah dan Degradasi Tanah
Dalam pandangan teknik sipil, tanah adalah himpunan mineral, bahan organik, dan
endapan-endapan yang relatif lepas (loose), yang terletak di atas batuan dasar (bedrock)
(Hardiyatmo, 2006). Sebagai sumber daya alam untuk pertanian, tanah mempunyai dua
fungsi utama, yang pertama sebagai sumber unsur hara bagi tanaman dan yang kedua
sebagai tempat akar tanaman dan air tanah tersimpan. Fungsi-fungsi tersebut dapat
mengalami penurunan bahkan hilang. Keadaan tanah seperti ini disebut sebagai
kerusakan tanah atau degradasi tanah. Kerusakan tanah sebagai sumber unsur hara bagi
tanaman dapat diperbarui dengan pemupukan. Namun, kerusakan fungsi tanah sebagai
tempat akar tanaman bdan air tanah tersimpan memerlukan waktu yang lama untuk
memperbarui tanah. Kerusakan tanah atau degradasi tanah terjadi karena empat sebab.
Pertama, kehilangan unsur hara dan bahan organik dari daerah perakaran. Kedua,
terkumpulnya garam di daerah perakaran, terkumpulnya unsur atau senyawa yang
merupakan racun bagi tanaman. Ketiga, penjenuhan tanah oleh air. Keempat, erosi lahan.
5
6
2.3 Pengertian Erosi
Erosi adalah istilah yang digunakan bidang geologi untuk menggambarkan proses
pembentukan alur-alur atau parit-parit dan penghanyutan bahan-bahan padat oleh aliran
air. Erosi adalah hilangnya tanah atau terkikisnya tanah/bagian – bagian tanah dari suatu
tempat yang diangkut oleh air dan angin ketempat lain (Ananta Kusuma Seta, 1987).
secara umum erosi juga dapat diartikaan peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah
atau bagian- bagian tanah dari suatu tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi,
tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat terkikis dan terangkut yang kemudian
diendapkan pada suatu tempat lain. Media alami dapat berupa angin atau air. Para ahli
juga konservasi tanah dan air juga memiliki banyak pengertian proses erosi itu sendiri “
erosi adalah proses hilang atau terkikisnya bagian tanah dari suatu tempat yang terangkut
oleh air atau angin ke tempat lainnya, (Arsyad, 2012).” Dan Oleh Kartasapoetra, (2010)
erosi adalah proses penghanyutan tanah oleh desakan atau kekuatan air dan angin yang
berlangsung secara alami atau akibat dari kegiatan manusia.
Erosi yang terjadi pada tanah menyababkan hilangya lapisan permukaan tanah
yang memiliki kandungan unsur hara yang sangat baik untuk lahan pertanian, sedangkan
pada pada bangunan infrastruktur kehilangan permukan tanah atau sebagian tanah dapat
mengakibatkan deformasi dari infrastruktur secara keseluruhan, karena kehilangan
sabagian dari daya dukung tanah untuk infrastruktur diatasnya, hal ini sering terjadi pada
infrastruk yang letak geografisnya berada pada garis Pantai, aliran Sungai, lereng,
patahan, maupun pada tanah yang tidak stabil.
Tanah dan air merupakan sumber daya alam utama yang mempunyai pengaruh
besar terhadap kehidupan manusia. Sebagai sumber daya yang banyak digunakan, tanah
7
dapat mengalami pengikisan (erosi) akibat bekerjanya faktor-faktor penyebab erosi.
Keseimbangan alam mengakibatkan tanah dapat mengalami proses erosi atau pengikisan
secara sendirinya.
8
2.5.2 Erosi Lembar ( Sheet Erosion )
Perubahan bentuk permukaan tanah secara merata, erosi lembar juga bisa
dikatakan terangkutnya lapisan tanah yang terjadi secara merata baik dari segi
ketabalan tanah maupun volume tanah
9
2.6 . Faktor Penyebab Terjadinya Erosi
2.6.1 Iklim/CurahHujan
Tinggi nya intensitas hujan pada suatu daerah, merupakan salah satu factor
terjadinya erosi, hala ini di sebabkan kondisi tanah yang sudah samapai pada titik
jenuh dalam menahan volume air yang jatuh.
Kurangdari6,25 Rendah(gerimis)
Lebihdari50,50 SangatLebat
2.6.2 Relief/Topografi
Kemiringan dan panjang lereng merupakan 2 faktor yang paling berpengaruh
terhadap aliran permukaan dan erosi. Unsur lain yang mungkin berpengaruh adalah
konfigurasi, keseragaman dan arah lereng.
10
A. Kemiringan Lereng
Kemiringan dinyatakan dalam derajat atau persen. Dua titik yang berjarak
horizontal 100 meter mempunyai selisih tinggi 10 meter membentuk lereng 10
persen. Kecuraman lereng 100 persen sama dengan kecuraman 45 derajat. Semakin
curam lereng semakin memperbesar jumlah dan kecepatan aliran permukaan
sehingga memperbesar energi angkut air. Dengan semakin miring lereng maka
jumlah butir-butir tanah yang terpercik ke bawah oleh tumbukan butir hujan akan
semakin banyak.
B. Panjang Lereng
Panjang lereng dihitung mulai dari titik pangkal aliran permukaan sampai suatu
titik di mana air masuk kedalam saluran atau sungai, atau sampai kemiringan lereng
berkurang demikian rupa sehingga kecepatan aliran air berubah.
C. Konfigurasi Lereng
Lereng permukaan tanah berbentuk cembung (konvek) atau cekung (konkav).
Erosi lembar lebih besar terjadi pada permukaan lereng cembung dari pada
permukaan cekung. Sedangkan pada permukaan cekung cenderung terbentuk erosi
alur atau parit.
D. Arah Lereng
Di belahan bumi bagian utara lereng yang menghadap kearah selatan
mengalami erosi lebih besar daripada yang menghadap ke uatara. Tanah-tanah pada
lereng yang menghadap ke selatan sedikit kandungan organik dan lebih mudah
terdispersi karena pengaruh sinar matahari.
2.6.3 Tanah
Tanah merupakan media sebenarnya dari erosi itu sendiri, untuk itu tanah memiliki
factor yang sangat berpengaruh terhadap erosi, ada beberapa jenis dan sifat tanah yang
sangat berpengaruh dalam proses terjadinya erosi.
Tekstur adalah ukuran dan proporsi kelompok ukuran butir-butir primer bagian
mineral tanah. Terbagi menjadi liat (clay), debu (silt) dan pasir (sand). Tanah
bertekstur kasar (pasir atau pasir berkerikil) mempunyai kapasitas infiltrasi tinggi,
tanah bertekstur pasir halus juga mempunyai kapasitas infiltrasi cukup tinggi, akan
tetapi jika terjadi aliran permukaan maka butir-butir halus akan mudah terangkat,
11
Tanah mengadung liat dalam jumlah yang tinggi akan menyebabkan terjadinya
aliran permukaan erosi yg tinggi.
B. Bahan organik
Bahan organik berupa daun, ranting dan sebagainya yang belum hancur yang
menutupi permukaan tanah merupakan pelindung tanah terhadap kekuatan perusak
butir-butir hujan yang jatuh.
2.6.4 Manusia
Manusia merupakan factor erosi yang di percepat, campur tangan manusia dalam
proses erosi sangat besar, banyak Tindakan manusia yang sangat merugikan kondisi
dari tanah itu sendiri. Namun tidak semua Tindakan manusia berpengaruh buruk pada
lingkungan, misalkan penghijaun Kembali hutan yang gundul, atau pun
mengembalikan lagi fungsi lahan pada keadaan semula.
Selain itu, butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada akhirnya
akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya sedimentasi
akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan memengaruhi kelancaran
jalur pelayaran.
Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya merupakan kejadian yang alami dan
baik untuk ekosistem. Misalnya, kerikil secara berkala turun ke elevasi yang lebih
rendah melalui angkutan air. Namun, erosi yang berlebih, tentunya dapat menyebabkan
masalah, semisal dalam hal sedimentasi, kerusakan ekosistem dan kehilangan air secara
serentak.
Erosi menyebabkan hilangnya lapisan tanah yang subur dan baik untuk
pertumbuhan tanaman, serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan
menahan air. Tanah yang terangkut tersebut akan terbawa masuk ke sumber air
(sedimen) dan akan diendapkan di tempat yang aliran airnya melambat di dalam sungai,
waduk, danau, reservoir, saluran irigasi, diatas pertanian dan sebagainya.
12
Dengan demikian, kerusakan yang ditimbulkan oleh peristiwa erosi terjadi di
dua tempat, yaitu di tanah tempat erosi terjadi, dan di tempat tujuan akhir tanah yang
terangkut tersebut diendapkan.
13
BAB III Pembahasan/Contoh Kasus Terjadinya Erosi
Judul Deteksi Potensi Longsor Pulau-Pulau Kecil Studi Kasus Kota Ternate
Provinsi Maluku Utara ( Kota Ternate)
Salah satu daerah yang memiliki kontur relatif rapat yakni Kota Ternate
Provinsi Maluku Utara. Kota ini tepat berada di bawah kaki gunung gamala. Dimana
gunung gamalam merupakan pegunungan yang kondisi statusnya gunung Merapi aktif.
Akan tetapi, di kota ini memiliki jumlah penduduk yang relative banyak jika di
bandingkan dengan kondisi luas areal kota nya. Berdasarkan data BPS Ternata tahun
2022 tercatat ada sejumlah 205.870 jiwa yang mendiami kota ini, dengan luas daratan
sebesar 162,17 km2 (BPS, 2022).
14
Darmawan, 2014) adalah keberadaan kawasan hutan yang mengalami perubahan lahan
sebagai lahan perdesaan, perkebunan atau lahan milik swasta. Sementara itu,
hortikultura lahan kering campuran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat yang berada di darat, baik itu petani, perkebunan maupun yang bercocok
tanam. Pengolahan lahan kering merupakan kegiatan yang hanya berpusat pada
hortikultura dan peternakan. Lahan terbuka terlihat setelah adanya penebangan,
pembukaan lahan dan kebakaran. Panduan penggunaan lahan harus terlihat pada
gambar di bawah.
Pada gambar diatas menunjukan longsoran sedang dan tinggi. Hal ini disebabkan
oleh keadaan kota Ternate yang secara geologi terletak pada tanjakan yang cukup
curam dengan bentuk yang rapat. Sehingga hal ini dapat menyebabkan peningkatan
risiko longsor pada kondisi sedang dan tinggi.
Pada Kec. Ternate Utara dan Kec. Ternate Tengah, kemungkinan terjadinya
longsoran berada pada kelas perjudian sedang. Sedangkan Kecamatan Ternate Selatan
dan Pulau Ternate termasuk dalam kelas risiko tinggi.
15
3. Kondisi geografi , dimana kota ternate memiliki kontor tanah yang berreilef curam
juga sangat berpengaruh dalam terjadi proses erosi.
4. Ukuran luasan kota ternate dengan jumlah penduduk yang tinngi mempengaruhi
factor terjadinya percepatan erosi.
16
BAB IVKesimpulan
Dari Uraian diatas maka terdapat beberapa kesimpulan yang bisa di Tarik :
17
Daftar Pustaka
Rahim, Supli Efendi. 2000. Pengendalian Erosi Tanah “Dalam Rangka Pelestarian
Lingkungan Hidup". Jakarta: Bumi Karsa.
Utomo, Wani Hadi Utomo. 1989 “Konservasi Tanah Di Indonesia” Malang: Rajawali Pers
Sabaruddin1. Nurfadhilah Arif 2. Adriani3. 2022. "Deteksi Potensi Longsor Pulau-Pulau Kecil
Studi Kasus Kota Ternate Provinsi Maluku Utara ( Kota Ternate)."
18