Anda di halaman 1dari 9

Analisis Perbandingan Realisasi dan Anggaran Bantuan Operasional Kesehatan

Sri Widodo

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana penyerapan anggaran
bantuan operasional kesehatan untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat melalui Puskesmas di
wilayah Kabupaten Sleman
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Sleman. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah anggaran dan realisasi
hasil pelaksanaan anggaran bantuan operasional kesehatan dengan unit analisis seluruh
Puskesmas yang berada di wilayah Kabpaten Sleman yang menggunakan bantuan operasional
kesehatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh anggaran bantuan operasional kesehatan
terserap 100 % oleh seluruh Puskesmas yang ada dalam hal penyerapan anggaran untuk setiap
bulannya cukup bervariasi antara satu Puskesmas dengan Puskesmas yanglain., realisasi
anggaran dilaporkan untuk setiap bulannya sampai dengan bulan Juli sedangkan setelah bulan
juli realisasi anggaran dilaporkan untuk setiap tri wulan (tiga bulan sekali).

Kata Kunci: realisasi, angggaran

Pendahuluan (3) mendorong kesetaraan gender dan


Kesehatan merupakan hak asasi pemberdayaan perempuan (4) menurunkan
manusia dan salah satu unsur kesejahteraan angka kematian anak (5) meningkatkan
yang harus diwujudkan sesuai dengan cita- kesehatan ibu (6) memerangi penyebaran
cita bangsa Indonesia sebagaimana HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular
dimaksud dalam Pancasila dan Undang- lainnya (7) kelestarian lingkungan hidup (8)
Undang Dasar Negara Republik Indonesia membangun kemitraan global dalam
tahun 1945. Dalam Undang-Undang nomor pembangunan.
36 tahun 2009 tentang Kesehatan, bahwa Dari 8 tujuan MDGs 5 diantaranya
pembangunan kesehatan bertujuan untuk terkait langsung dengan kesehatan, maka
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan bidang kesehatan menjadi prioritas
kemampuan hidup yang sehat bagi setiap pembangunan baik ditingkat pusat maupun
orang agar terwujud derajat kesehatan daerah. Salah satu langkah untuk dapat
masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai mempercepat pencapaian MDGs bidang
investasi bagi pembangunan sumber daya kesehatan adalah alokasi sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan termasuk anggaran kesehatan yang
ekonomis. memadai dan merata.
Sebagaimana diamanatkan dalam Untuk mewujudkan derajat
Inpres Nomor 3 tahun 2010 tentang program kesehatan masyarakat, organisasi Puskesmas
pembangunan yang berkeadilan maka merupakan organisasi kesehatan tingkat
upaya pencapaian tujuan Millennium dasar yang memberikan pelayanan kepada
Development Goals (MDGs)/tujuan masyarakat yang mencakup pelayanan
pembangunan millennium yang meliputi: (1) kesehatan: promotif, preventif, kuratif,
menanggulangi kemiskinan dan kelaparan rehabilitatif, dan tradisional. Upaya
(2) mencapai pendidikan dasar untuk semua kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya
yang ditetapkan berdasarkan komitmen untuk PIN (Juknis BOK, 2012), serta biaya
nasional, regional dan global serta yang obat dan alat kesehatan yang dipakai.
mempunyai daya ungkit tinggi untuk Pelayanan kesehatan yang diberikan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. oleh Puskesmas bertujuan untuk
Upaya kesehatan wajib ini harus meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
diselenggarakan oleh setiap Puskesmas yang di wilayah cakupan pelayanan puskesmas
ada di wilayah Indonesia yang meliputi: tersebut. Agar dapat memberikan pelayanan
upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan yang maksimal maka diperlukan sumber
lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak daya yang memadai. Dalam UU Nomor 36
serta keluarga berencana, upaya perbaikan tahun 2009 tentang Kesehatan disebutkan
gizi masyarakat, upaya pencegahan dan bahwa sumber daya kesehatan merupakan
pemberantasan penyakit menular, dan upaya semua perangkat keras dan perangkat lunak
kesehatan. (Kepmenkes RI No yang diperlukan sebagai pendukung
128/MENKES/SK/III/2004). penyelenggaraan upaya kesehatan, meliputi:
Seiring dengan kompleksnya (a) tenaga kesehatan; (b) fasilitas pelayanan
pelayanan yang dihadapi oleh Puskesmas kesehatan; (c) perbekalan kesehatan; (d)
maka saat ini Puskesmas dituntut oleh teknologi dan produk kesehatan.
masyarakat untuk dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang bermutu dari sisi
hasil dan terjangkau oleh masyarakat dari Landasan Teori
sisi biaya. Untuk melihat pelayanan Pengertian Penganggaran
Puskesmas yang mengarah pada pencapaian Dalam Pasal 1 Undang Undang
kualitas mutu dan keterjangkauan biaya Nomor 17 Tahun 2003 dijelaskan
maka diperlukan pengukuran kinerja yang pengertian Keuangan Negara yaitu
tepat agar hasil ini dapat digunakan dalam Keuangan Negara adalah semua hak dan
pengambilan kebijakan. kewajiban negara yang dapat dinilai dengan
Sampai dengan saat ini salah satu uang, serta segala sesuatu baik berupa uang
permasalahan penyediaan sumber daya maupun berupa barang yang dapat dijadikan
untuk penyelenggaraan operasional milik negara berhubung dengan
Puskesmas masih dirasakan kurang tepat pelaksanaan hak dan kewajiban
dalam hal biaya-biaya yang harus dikelola tersebut.(Undang-undang No.17 tahun
oleh Puskesmas, yang meliputi: biaya 2003)
operasional rujukan terbatas (pada kasus Penganggaran disektor pemerintahan
gawat darurat) dari puskesmas dan merupakan suatu proses yang kompleks dan
jaringannya ke rumahsakit, biaya transport panjang serta tidak dapat dilepaskan dari
pembinaan Puskesmas ke Puskesmas sektor politis. Kompleksitas disebabkan
pembantu dan posyandu, biaya konsultasi karena belum adanya kesempatan yang
teknis Puskesmas ke Dinas kesehatan, biaya dapat diterima semua pihak tentang
penyelenggaraan pelatihan kader posyandu bagaimana pengalokasian sumber dana
dan Pekan Imunisasi Nasional (PIN), biaya pemerintah secara tertib.
penyelenggaraan pertemuan koordinasi di Ketidak kesepakatan tersebut antara
kecamatan, biaya kegiatan lokakarya mini lain disebabkan masalah politis, adanya
Puskesmas termasuk persiapan PIN, biaya nilai-nilai kepemimpinan yang berbeda
pembelian alat tulis kantor, biaya diantara pengambil keputusan, serta adanya
penggandaan dan pelaporan, biaya perdebatan tentang bangaimana suatu
pengambilan vaksin termasuk vaksin polio sistem penganggaran dapat memuaskan
semua pihak yang terkait maka alokasi dalam pemberian pelayanan, karena
anggaran sekarang didasarkan kepada target pendapatan pemerintah pada hakikatnya
kinerja. diperoleh melalui peran serta masyarakat
secara keseluruhan.
Prinsip-Prinsip Penganggaran d. Efisiensi dan efektivitas Anggaran
Adapun yang dimaksud dengan prinsip- Penyusunan anggaran hendaknya
prinsip anggaran adalah: (Dedi Nordiawan, dilakukan berlandaskan azas efisiensi,
Iswahyudi Sondi Putra dan Maufidah tepat guna, tepat waktu pelaksanaan, dan
Rahmawati tahun 2007). penggunaannya dapat
a. Transparansi dan akuntabilitas anggaran dipertanggungjawabkan. Dana yang
Anggaran harus dapat menyajikan tersedia harus dimanfaatkan dengan
informasi yang jelas mengenai tujuan, sebaik mungkin untuk dapat
sasaran, hasil, dan manfaat yang menghasilkan peningkatan dan
diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan kesejahteraan yang maksimal untuk
atau proyek yang dianggarkan.Anggota kepentingan masyarakat.
masyarakat memiliki hak dan akses yang e. Disusun dengan pendekatan kinerja
sama untuk mengetahui proses anggaran Anggaran yang disusun dengan
karena menyangkut aspirasi dan pendekatan kinerja mengutamakan upaya
kepentingan masyarakat, terutama pencapaian hasil kerja (output atau
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup outcome) dari perencanaan alokasi biaya
masyarakat. Masyarakat juga berhak atau input yang telah ditetapkan. Hasil
untuk menuntut pertanggungjawaban kerjanya harus sepadan atau lebih
atas rencana ataupun pelaksanaan besar dari biaya atau input yang telah
anggaran tersebut. ditetapkan. Selain itu harus mampu
b. Disiplin Anggaran menumbuhkan profesionalisme kerja di
Pendapatan yang direncanakan setiap organisasi kerja yang terkait.
merupakan perkiraan yang terukur secara
rasional yang dapat dicapai untuk setiap Pengertian Realisasi Anggaran
sumber pendapatan. Sedangkan belanja Departemen Atau Instansi
yang dianggarkan pada setiap pos atau Bertitik tolak dari pengertian anggaran
pasal merupakan batas tertinggi tersebut di atas, maka tindaklanjut dari
pengeluaran belanja.Penganggaran anggaran adalah merealisasikan anggaran
pengeluaran harus didukung dengan yang telah dialokasikan per departemen
adanya kepastian tersedianya atau instansi sesuai dengan apa yang ada di
penerimaan dalam jumlah yang cukup APBN. Dalam hal ini, yang ditindaklanjuti
dan tidak dibenarkan melaksanakan adalah realisasi terhadap kegiatan yang
kegiatan atau proyek yang belum atau sudah direncanakan untuk dilaksanakan
tidak tersedia anggarannya. Dengan kata dalam satu tahun anggaran. Dengan
lain, bahwa penggunaan setiap pos demikian, yang dimaksudkan dengan
anggaran harus sesuai dengan kegiatan realisasi anggaran departemen atau instansi
atau proyek yang diusulkan adalah menindaklanjuti dari rencana
c. Keadilan Anggaran anggaran sesuai dengan alokasi dana yang
Pemerintah wajib mengalokasikan telah tertuang di dalam APBN.
penggunaan anggarannya secara adil ( Simanjuntak tahun 2005).
agar dapat dinikmati oleh seluruh
kelompok masyarakat tanpa diskriminasi
Bantuan Operasional Kesehatan data primer atau pihak pengumpul lainnya
Bantuan Operasional Kesehatan adalah semisal dalam bentuk tabel-tabel atau
Bantuan biaya Operasional Kesehatan non diagram-diagram. Untuk memperoleh data
gaji untuk Puskesmas dan jaringannya yang dibutuhkan, maka peneliti
dalam menyelenggarakan Pelayanan menggunakan prosedur pengumpulan data
Kesehatan Promotif dan Preventif KIA-KB, yang berupa dokumenter. Metode
Gizi, Imunisasi, Kesehatan Lingkungan, dokumenter adalah metode yang digunakan
Promosi Kesehatan, dan Pengendalian untuk menelusuri data historis.
Penyakit untuk mempercepat pencapaian
tujuan MDGs. Secara umum biaya Variabel Penelitian
operasional Puskesmas yang telah Variabel yang digunakan dalam penelitian
dianggarkan Pemerintah Daerah Kabupaten ini adalah anggaran dan realisasi hasil
tidak mencukupi sehingga mempengaruhi pelaksanaan anggaran bantuan operasional
pencapaian cakupan program kesehatan. kesehatan dengan unit analisis seluruh
Kekurangan biaya operasional akan puskesmas yang berada di wilayah Kabpaten
mempengaruhi pula mutu pelayanan Sleman yang menggunakan bantuan
kesehatan Puskesmas yang nyata dilihat oleh operasional kesehatan.
masyarakat.
Dengan demikian dilakukan studi Metode Analisis Data
operasional untuk mengetahui kebutuhan Analisis data yang digunakan dalam
biaya operasional sesuai pelayanan penelitian ini dengan cara membandingkan
kesehatan dasar dan mekanisme penyaluran antara anggaran dan keterserapan anggaran
dana BOK ke puskesmas serta pengaruhnya bantuan operasional kesehatan untuk setiap
terhadap kinerja Puskesmas. Manfaat studi bulannya pada masing-masing unit analisis
operasional ini adalah mendapatkan (Puskesmas) sehingga dapat diketahui
rumusan kebijakan sistem pembiayaan tingkat keterserapan anggaran dari unit-unit
kesehatan dalam upaya meningkatkan analisis, yang pada akhirnya dapat diketahui
kinerja puskesmas, mendapatkan rumusan kendala ketidakterserapan anggaran.
mekanisme perencanaan, penyaluran,
pemanfaatan, dan pengawasan dana BOK Pembahasan
yang efektif dan efisien, mengetahui besaran Penyerapan Anggaran Kesehatan (BOK)
kebutuhan biaya operasional di puskesmas Kabupaten Sleman
menurut variasi kinerja dan variasi regional , Anggaran kesehatan kabupaten
mengetahui model pembiayaan kesehatan Sleman pada tahun 2012 adalah sebesar
berbasis kinerja yang akuntabel di RP1.575.000.000.- untuk 21 puskesmas
puskesmas, sebagai masukan dalam yang ada di Kabupaten Sleman.
menyusun anggaran kesehatan di tingkat Penyerapan anggaran pada bulan
daerah januari terendah sebesar 1.873%
(Puskesmas Depok III) dan penyerapan
Metode Penelitian anggaran tertinggi sebesar 2.800 %
Sumber data dan Pengumpulan data (Puskesmas Ngemplak I). Pada puskesmas
Penelitian ini menggunakan data Ngemplak I terjadi penyerapan yang tinggi
sekunder yang diambil dari Dinas di bulan pertama. Dari analisis pada akhir
Kesehatan Kabupaten Sleman.Data sekunder bulan Januari adalah penyerapan dana
adalah data yang telah diolah lebih lanjut anggaran BOK sebesar Rp 39.048.750
dan disajikan baik oleh pihak pengumpul
(2.479%) dari total anggaran yang di berikan bulan Juni adalah penyerapan dana anggaran
untuk tahun 2012. BOK sebesar Rp 775.769.425 (49.255%)
Untuk penyerapan anggaran pada dari total anggaran untuk bulan juni.
bulan Februari terendah sebesar 8.362% Penyerapan anggaran untuk bulan
(Puskesmas Berbah) dan penyerapan Juli sampai dengan agustus terendah
anggaran tertinggi sebesar 14.780% sebesar 56.911% (Puskesmas Turi) dan
(Puskesmas Tempel I). Pada puskesmas penyerapan anggaran tertinggi sebesar
Tempel I terjadi penyerapan yang tinggi di 79.609% (Puskesmas Tempel I). Semeter
bulan kedua. Dari analisis pada akhir bulan kedua perhitungan penyerapan anggaran
Februari adalah penyerapan dana anggaran dilakukan dua bulan sekali (Juli-Agustus),
BOK sebesar 178.343.900 (11.323%) dari penyerapan anggaran ini dilakukan pada
total anggaran. akhir bulan Agustus. Dari analisis pada
Ketersaerapan anggaran pada bulan akhir bulan Agustus adalah penyerapan dana
ketiga (maret) terendah sebesar 14.067% anggaran BOK sebesar Rp 1.004.107.425
(Puskesmas Prambanan) dan penyerapan (63.753%). Untuk bulan juli sampai dengan
anggaran tertinggi sebesar 34.471% (Tempel september anggaran dicairkan untuk tiga
I). Pada puskesmas Tempel I terjadi bulan sekaligus. Sedangkan untuk bulan
penyerapan yang tinggi di bulan ketiga. Dari oktober sampai dengan desember juga
analisis pada akhir bulan Maret adalah pencairannya dilakukan sekaligus. Sampai
penyerapan dana anggaran BOK sebesar Rp dengan akhir desember Bantuan
348.840.100 (22.149%) dari total anggaran. Operasional Kesehatan telah dimanfaatkan
Penyerapan anggaran pada bulan 100 % oleh seluruh Puskesmas yang berada
April terendah sebesar 21.293% di Kabupaten Sleman.
(Puskesmas Prambanan) dan penyerapan
anggaran tertinggi sebesar 52.370% Kesimpulan
(Puskesmas Tempel I). Pada puskesmas Dari Pembahasan dapat disimpulkan
Tempel I terjadi penyerapan yang tinggi di bahwa penyerapan anggaran untuk masing-
bulan keempat. Dari analisis pada akhir masing unit analisis dalam hal ini
bulan April adalah penyerapan dana Puskesmas untuk setiap bulannya tidak sama
anggaran BOK sebesar Rp 502.830.150 dan bergantung pada kebutuhan, namun
(31.926%) pada akhir tahun didapatkan bahwa
Untuk penyerapan anggaran terendah penyerapan anggaran untuk setiap unit
pada bulan mMei sebesar 30.460% analisis terserap 100 % yang ini
(Puskesmas Prambanan) dan penyerapan menunjukkan bahwa pelaku anggaran
anggaran tertinggi sebesar 63.223% belum mengarah kepada New Public
(Puskesmas Tempel I). Pada puskesmas Management (NPM)
Tempel I terjadi penyerapan yang tinggi di
bulan Kelima. Dari analisis pada akhir bulan Implikasi
Mei adalah penyerapan dana anggaran BOK 1) Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebesar Rp 634.377.175 (40.278%). sebagai salah satu bahan pertimbangan
Sedangkan penyerapan anggaran terendah untuk pemerintah daerah dalam
sebesar 40.286% (Puskesmas Ngaglik I) menetapkan bantuan operasional
dan penyerapan anggaran tertinggi 72.422% kesehatan
(Puskesmas Tempel I). Pada puskesmas
Tempel I terjadi penyerapan yang tinggi di
bulan Keenam. Dari analisis pada akhir
2) Bagi masyarakat penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan untuk
mengawasi kinerja dari puskesmas-
puskesmas yang ada di kabupaten
sleman, dalam hal penyerapan
anggaran.
Daftar Pustaka

Alkazili James, at al (2008), Using Data Envelopment Analysis to Measure The


Extent of Technical Efficiency of Public Health Centres in Ghana, Jounal BMC
International Health and Human Rights, No: 10.1186/1472-698X-8-11

Afonso, A dan Aubyn M (2005), Non Parametric Approachess to Education and


Health Efficiency in OECD Countries, Journal of Applied Economics Vol VIII no
02, 227 - 247

Bastian Indra (2010), Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar, Jakarta: Penerbit
Erlangga

Badan Pusat Statistik, Yogyakarta

Charnes A, Cooper W (1994), Data Envelopment Analysis: Theory, Methodology


and Aplications Kluwer academic Publisher

Daniel Osei et all (2005), Technical Efficiency of Public District Hospitals and
Health Centres in Ghana: a pilot study, BMC International Health and Human
Rights, No 10.1186/1478-7547-3-9

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2012) Petunjuk Teknis Bantuan


Operasional Kesehatan

Departemen Kesehatan DIY (2012) , Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta

Departemen Kesehatan Sleman (2012), Profil Kesehatan Kabupaten Sleman

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas


Kinerja Instansi Pemerintah

Halim Abdul (2004), Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah, Edisi Revisi,
UPP AMP YKPN, Yogyakarta

Hansen Mowen, (1997) Management Accounting, South-Western College


Publishing, United States of America

Hofmarcher et all (2005), Inefficiency in Austrian Inpatient Care: Identifying Ailing


Providers Based on DEA Results, Central European Journal of Operations
Research 13.4, pp: 341-363

Indra Bastian, Akuntansi Kesehatan, PSAP,Erlangga,2008


Instruksi Presiden RI No 3 Tahun 2010 Tentang Program Pembangunan Yang
Berkeadilan

Jacobs R (2001), Alternative Methods to Examine Hospital Efficiency: Data


Envelopment Analysis and Stochastic Frontier analysis, Health Care
Management Science, 4:103-115

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/MENKES/SK/III 2004, Tentang:


Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat

Lembaga Administrasi Negara RI, Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas


Kinerja Instansi Pemerintah, 2003

Mensah Yaw, Schoderbek Michael P, Werder Robert, A Methodhology for


Evaluating the Cost-Effectiveness of Alternative Management Tools in Public
Sector Institutions: An Application to Public Education.

Mardiasmo, Akuntansi Sektor Publik, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2002

Ramanathan, “An Introduction to Data Envelopment Analysis”, Sage Publications


Inc, New Delhi, 2003

Rouselle F. Lavado, Evaluating The Performance of Public Health Units Using DEA,
Asian Public Policy Program, Hitotsubashi University, Japan

Rowena Jacobs (2001), Alternative Methods to Examine Hospital Efficiency: Data


Envelopment Analysis and Stochastic Ffrontier Analysis, Health Care
Management Science

Saleh samsubar (2000) Metode Empiris Data Envelopment Analisis, Pusat Antar
Universitas Studi Ekonomi, Yogyakarta.

Salinas-Jimenez J, Smith P (1996), Data Envelopment Analysis Applied to Quality in


Primary Health Care, Annals of Operational Research, 67: 141-161

Sullivan Arthur, Steven M. Sheffrin (2003), Economics: Principles in Action, Upper


Saddle River, New Jersey: Pearson Prentice Hall

Thanassoulis (2002) , Comparative Performance Measurement in Regulation: The


Case of English and Welsh Sewerage Services, Journal of the Operational
Research Society, Vol 53, No 3, 292-302

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009, Tentang: Kesehatan


Worthington Andrew C (2004), Frontier Efficincy Measurement in Healthcare: A
Review of empirical Techhniques and Selected Applications, Medical Care
Research and Review

__________(2001), An Empirical Survey of Frontier Efficiency Measurement


Techniques in Education, Education Economic, Vol 9, No 3 pp 245-268

Yasar A. Oscan, (2008) Health Care Benchmarking and Performance Evaluation an


Asseement using Data Enveloment Analysis (DEA), Springer, Newton MA

Yu Kam, Thunder Bay (2011) , Measuring Efficiency and Cost-Effectiveness in


Health Care Sector, Esay on the theory and practice of index number: the making
of macroeconomics data, VVDM Verkaq

Zavras A et all (2002), Using DEA to Evaluate Efficiency and Formulate Policy
Within a Greek National Primary Health Care Network, Journal of Medical
Systems, 26 (4) 285-292

Zere EA et all (2000), Hospital Efficiency in Sub-Saharan Africa: Evidence From


South Africa, South African Journal of Economics, 69 (2) pp: 336-358

Anda mungkin juga menyukai