“MAKALAH ERGONOMI”
TAHUN 2020
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr wb.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunianya
sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas makalah tanpa terkendali masalah berarti. Terimakasi
juga penulis ucapkan kepada Bapak dosen Yahya Thamrin, SKM, M.KES., MOHS., PH.D telah
memberikan ilmu-ilmu didalam perkuliahan serta teman-teman seperjuangan di pasca, meskipun
belum pernah tatap muka secara langsung ( hanya bertemu via daring) harapannya semoga
pandemi ini segera berlalu sehingga kita dapat berkumpul dan bertatap muka. Keterbatasan
waktu menjadi salah satu hal yang menjadi kesulitan dalam pembuatan makalah ini. Namun
berkat dukungan daari mereka, akhirnya yang diperjuangkan bisa selesai dengan tepat waktu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu
penulis secara pribadi memohon maaf atas kesalahan yang mungkin ada pada isi makalah.
Penulis harap isi makalah ini yang berjudul “ ERGONOMI”. Mohon untuk memaklumi
jika terdapat penjelasan yang sulit untuk dimengerti. Untuk itu penulis mengharapkan kritik
mupun saran, sehingga penulis bisa memperbaikinya di kemudian hari. Terimakasih atas
ketertarikan anda membaca makalah yang penulis buat.
Penulis.
2
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia dengan segala sifat dan tingkah lakunya merupakan makhluk yang
sangat kompleks. Proses mempelajari manusia tidak cukup hanya ditinjau dari segi
keilmuan. Berdasarkan hal tersebut, dapat dipahami bahwa untuk mengembangkan
ergonomi diperlukan dukungan dari berbagai disiplin, antara lain psikologi,
antropologi, faal kerja, biologi, sosiologi, perencanaan kerja, fisika, dan lain-lain
(Sutalaksana, 1979). Perubahan waktu, walaupun secara perlahan-lahan, telah
merubah manusia dari keadaan primitif menjadi manusia yang berbudaya. Kejadian ini
antara lain terlihat pada perubahan rancangan peralatan-peralatan yang dipakai, yaitu
mulai dari batu yang tidak berbentuk menjadi batu yang mulai berbentuk dengan
meruncingkan beberapa bagian dari batu tersebut. Perubahan pada alat sederhana ini
menunjukkan bahwa manusia telah sejak awal kebudayaannya berusaha memperbaiki
alat-alat yang dipakainya untuk memudahkan pemakaiannya. Hal ini terlihat lagi pada
alat-alat batu runcing yang bagian atasnya dipahat bulat tepat sebesar genggaman
sehingga lebih memudahkan dan menggerakan pemakaiannya.
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah
menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan
teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan
produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi
dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang
mungkin timbul. Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai resiko yang
mempengaruhi kehidupan para pekerja. Pelbagai resiko tersebut adalah kemungkinan
terjadinya Penyakit Akibat Kerja. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan
Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian.
Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara
pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan
ergonomi.
3
Dalam dunia kerja terdapat Undang-Undang yang mengatur tentang
ketenagakerjaan yaitu Undang-Undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan-
ketentuan pokok tenaga kerja merupakan subyek dan obyek pembangunan. Ergonomik
yang bersasaran akhir efisiensi dan keserasian kerja memiliki arti penting bagi tenaga
kerja, baik sebagai subyek maupun obyek. Akan tetapi sering kali suatu tempat kerja
mengesampingkan aspek ergonomi bagi para pekerjanya, hal ini tentunya sangat
merugikan para pekerja itu sendiri.
Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta nyaman merupaka
hal yang diinginkan oleh semua pekerja. Di era globalisasi menunutu pelaksanaan
Kesehatan dan Keselamaan Kerja (K3) di setiap tempat kerja termasuk di sektor
kesehatan. Untuk itu perlu kita mengembangkan dan meningkatkan K3 di sektor
kesehatan dalam rangka menekan serendah mungkin risiko kecelakaan dan penyakit
yang timbul akibat hubungan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
Pada umumnya ergonomi belum diterapkan secara merata pada sektor kegiatan
ekonomi. Gagasannya telah lama disebarluaskan sebagai unsur hygiene perusahaan
dan kesehatan kerja (hiperkes), tetapi sampai saat ini kegiatan-kegiatan baru sampai
pada taraf pengenalan oleh khususnya pada pihak yang bersangkutan, sedangkan
penerapannya baru pada tingkat perintisan. Fungsi pembinaan ergonomi secara teknis
merupakan tugas pemerintah. Pusat Bina Hiperkes dan Keselamatan Kerja memiliki
fungsi pembinaan ini melalui pembinaan keahlian dan pengembangan penerapannya.
Namun begitu, sampai saat ini pengembangan kegiatan-kegiatannya baru
diselenggarakan dan masih menunggu kesiapan masyarakat untuk menerima ergonomi
dan penerapannya.
Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta nyaman merupakan
hal yang diinginkan oleh semua pekerja. Di era globalisasi menuntut pelaksanaan
Kesehatan dan Keselamaan Kerja (K3) di setiap tempat kerja termasuk di sektor
kesehatan. Untuk itu perlu kita mengembangkan dan mingkatkan K3 di sektor
kesehatan dalam rangka menekan serendah mungkin risiko kecelakaan dan penyakit
yang timbul akibat hubungan kerja, serta meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
4
Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang dikemukakan diatas dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut.
Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Ergonomi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu Ergon dan Nomos. Ergon memiliki arti
kerja dan Nomos memiliki arti hukum; jadi pengertian Ergonomik itu sendiri secara
garis besar adalah “Studi tentang manusia untuk menciptakan system kerja yang lebih
sehat, aman dan nyaman” (Arif, 2009).
Pusat dari ergonomi adalah manusia. Konsep ergonomi adalah berdasarkan
kesadaran, keterbatasan kemampuan, dan kapabilitas manusia. Sehingga dalam usaha
untuk mencegah cidera, meningkatkan produktivitas, efisiensi dan kenyamanan
dibutuhkan penyerasian antara lingkungan kerja, pekerjaan dan manusia yang terlibat
dengan pekerjaan tersebut.
Konsep ergonomi serta keselamatan kesehatan kerja merupakan konsep penting
untuk diterapkan dalam suatu industri, khususnya dalam perancangan stasiun kerjanya.
Kecenderungan yang ada saat ini adalah, pada industri skala kecil menengah. Konsep
tersebut kurang begitu diperhatikan, sehingga dapat menimbulkan resiko kerja baik dari
segi bahaya kondisi lingkungan fisik, sikap dan cara kerja (Laksmiwaty, 2009).
Tujuan penerapan ergonomi adalah untuk peningkatan kualitas kehidupan yang
lebih baik. Dengan penerapan ergonomi ini, maka akan tercipta lingkungan kerja aman,
sehat dan nyaman sehingga kerja menjadi lebih produktif dan efisien serta adanya
jaminan kualitas kerja (Tim Ergoinstitute, 2008).
6
Definisi ergonomi juga dapat dilakukan dengan cara menjabarkannya dalam fokus,
tujuan dan pendekatan mengenai ergonomi (Mc Coinick 1993) dimana dalam
penjelasannya disebutkan sebagai berikut:
a. Secara fokus
Ergonomi menfokuskan diri pada manusia dan interaksinya dengan produk,
peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dimana sehari-hari manusia hidup dan
bekerja.
b. Secara tujuan
Tujuan ergonomi ada dua hal, yaitu peningkatan efektifitas dan efisiensi kerja serta
peningkatan nilai-nilai kemanusiaan, seperti peningkatan keselamatan kerja,
pengurangan rasa lelah dan sebagainya.
c. Secara pendekatan
Pendekatan ergonomi adalah aplikasi informasi mengenai keterbatasan-
keterbatasan manusia, kemampuan, karakteristik tingkah laku dan motivasi untuk
merancang prosedur dan lingkungan tempat aktivitas manusia tersebut sehari-hari.
Berdasarkan ketiga pendekatan tersebut diatas, definisi ergonomi dapat
terangkumkan dalam definisi yang dikemukakan Chapanis (1985), yaitu ergonomi
adalah ilmu untuk menggali dan mengaplikasikan informasi-informasi mengenai
perilaku manusia, kemampuan, keterbatasan dan karakteristik manusia lainnya untuk
merancang peralatan, mesin, sistem, pekerjaan dan lingkungan untuk meningkatkan
produktivitas, keselamatan, kenyamanan dan efektifitas pekerjaan manusia.
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang memanfaatkan informasi-informasi
mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam rangka membuat
sistem kerja yang ENASE (efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien). Ergonomi dan K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan.Keduanya mengarah kepada tujuan yang sama yakni peningkatan kualitas
kehidupan kerja (quality of working life). Aspek kualitas kehidupan kerja merupakan
salah satu faktor penting yang mempengaruhi rasa kepercayaan dan rasa kepemilikan
pekerja kepada perusahaan, yang berujung kepada produktivitas dan kualitas kerja (Arif,
2009).
7
Ergonomi mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan
manusia. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam
lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas
pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress atau tekanan
yang akan dihadapi. Salah satu upaya yang dilakukan antara lain menyesuaikan ukuran
tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan
kelembapan. Hal ini bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Ada salah
satu definisi yang menyebutkan bahwa ergonomi bertujuan untuk “fitting the job to the
worker”. Ergonomi juga bertujuan sebagai ilmu terapan biologi manusia dan
hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar
mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya.
Contoh : suatu perusahaan kerajinan mengubah cara kerja duduk di lantai dengan
bekerja di meja kerja, mengatur tata ruangan menjadi lebih baik, mengadakan ventilasi,
menambah penerangan, mengadakan ruang makan, mengorganisasi waktu istirahat,
menyelenggarakan pertandingan olahraga, dan lain-lain. Dengan usaha ini, keluhan-
keluhan tenaga kerja berkurang dan produksi tidak pernah terganggu oleh masalah-
masalah ketenagakerjaan. Dengan begitu, produksi dapat mengimbangi perluasan dari
pemasaran.
8
dimulai saat manusia merancang benda-benda sederhana, seperti batu untuk
membantu tangan dalam melakukan pekerjaannya, sampai dilakukannya
perbaikan atau perubahan pada alat bantu tersebut untuk memudahkan
penggunanya. Pada awalnya perkembangan tersebut masih tidak teratur dan tidak
terarah, bahkan kadang-kadang terjadi secara kebetulan.
Perkembangan ergonomi modern dimulai kurang lebih seratus tahun yang
lalu pada saat Taylor (1880-an) dan Gilberth (1890-an) secara terpisah melakukan
studi tentang waktu dan gerakan. Penggunaan ergonomi secara nyata dimulai pada
Perang Dunia I untuk mengoptimasikan interaksi antara produk dengan manusia.
Pada tahun 1924 sampai 1930 Hawthorne Works of Wertern Electric (Amerika)
melakukan suatu percobaan tentang ergonomi yang selanjutnya dikenal dengan
“Hawthorne Effects” (Efek Hawthorne). Hasil percobaan ini memberikan konsep
baru tentang motivasi ditempat kerja dan menunjukan hubungan fisik dan
langsung antara manusia dan mesin. Kemajuan ergonomi semakin terasa setelah
Perang Dunia II dengan adanya bukti nyata bahwa penggunaan peralatan yang
sesuai dapat meningkatkan kemauan manusia untuk bekerja lebih efektif. Hal
tersebut banyak dilakukan pada perusahaan-perusahaan senjata perang.
9
efesiensi selain juga kenyamanan ataupun keamanan bagi manusia sebagai
pekerjanya
Secara faal, bekerja adalah hasil kerjasama dalam koordinasi yang
sebaikbaiknya dari dria (mata, telinga, peraba, perasa dan lain-lain), otak
dan susunan saraf-saraf di pusat dan perifer, serta otot-otot. Selanjutnya
untuk petukaran zat yang diperlukan dan harus dibuang masih diperlukan
peredaran darah ked an dari otot-otot. Dalam hal ini, jantung, paru-paru.
hati, usus, dan lain-lainnya menunjang kelancaran proses pekerjaan.
Mula.mula koordinasi indera, susunan syaraf, otot. dan alat-alat lain
berjalan secara sukar dan masih harus disertai upaya-upaya yang
diperlukan. Kenyataan ini terlihat pada seorang tenaga kerja baru yang
sedang menjalani latihan. Lambat laun gerakan menjadi suatu ref1eks,
sehingga bekerja menjadi automatis. Semakin cepat sifat refleks dan
automatis tersebut yang disertai semakin baik koordinasi serta hasil kerja,
semakin tinggi pulalah ketrampilan seseorang.
Otot-otot adalah salah satu organ yang terpenting terutama untuk
pekerjaan fisik. Otot bekerja dengan jalan kontraksi dan melemas.
Kekuatan ditentukan oleh jumlah yang besar serat-seratnya, daya
kontraksi dan cepatnya berkontraksi. Sebelum kontraksi (mengerut), darah
diantara serat-serat otot atau di luar pembuluh-pembuluh ototnya terjepit,
sehingga peredaran darah, jadi juga pertukaran zat terganggu dan hal
demikian menjadi sebab kelelahan otot. Maka dari itu, kerutan yang selalu
diselingi pelemasan, disebut kontraksi dinamis, sangat tepat bagi
bekerjanya otot-otot.
Pekerjaan-pekerjaan demikian misalnya mengayuh pedal, sepeda,
memutar. roda, memukul lonceng, mencangkul dan lain.lain. Kerja terus-
menerus dari suatu otot, sekalipun bersifat dinarnik, selalu diikuti dengan
kelelahan, yang perlu istirahat untuk pemulihan. Atas dasar kenyataan itu,
waktu istirahat dalam kerja atau sesudah kerja sangat penting. Kelelahan
otot secara fisik antara lain akibat zat-zat sisa metabolisme seperti asam
laktat, C02, dan sebagainya. Namun kelelahan, sesuai dengan mekanisme
10
kerja, tidak saja ditentukan oleh keadaan ototnya sendiri, melainkan
terdapat komponen mental psikologis yang sering-sering juga besar
pengaruhnya. Otot-otot yang lelah akan menunjukkan kurangnya kekuatan
dari padanya, bertambah panjangnya waktu later kontraksi dan waktu
melemas, berkurangnya koordinasi, serta otot gemetar (tremor).
Otot dan tulang merupakan dua alat yang sangat penting dalam bekerja.
Kerutan dan pelemasan otot dipindahkan kepada tulang menjadi gerakan-
gerakan fleksi, abduksi, rotasi, supinasi dan lain.lain. Demikian pentingnya
kedua alat ini sebagai suatu kesatuan, maka berkembanglah ilmu
biomekanik, yaitu ilmu tentang gerakan otot dan tulang, yang dengan
pengetrapannya diharapkan, agar dengan tenaga sekecil-kecilnya dapat
dicapai hasil kerja sebesar-besarnya. Biomekanika memberikan
pengetahuan-pengetahuan tentang gerakan-gerakan dan kekuatan pada
penggunaan leher dan kepala, tulang belakang, lengan, tangan, kaki, jari-
jari dan sebagainya.
Otot dan tulang merupakan faktor-faktor terpenting bagi ukuran-
ukuran tubuh, ukuran tinggi dan besar dari tubuh ataupun bagian-
bagiannya. Ukuran-ukuran ini menentukan pula kemampuan fisik tenaga
kerja. Peralatan kerja dan mesin perlu serasi dengan ukuran-ukuran
demikian untuk hasil kerja sebesar-besarnya. Maka berkembanglah ilrnu
yang disebut Antropometri, yaitu ilmu tentang ukuran-ukuran tubuh, baik
dalam keadaan statis, ataupun dinamis.
Yang sangat penting bagi pekerjaan adalah ukuran-ukuran:
• Tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, depan
dan panjang lengan.
• Tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan
tangan, tinggi lutut, jarak lekuk lutut-garis punggung, jarak lekuk
lutut telapak kaki.
11
1. Pembagian Kerja
Pembagian kerja adalah suatu sistem pengaturan pekerjaan atau bisa
disebut juga sebagai pembagian kerja. Secara umum jenis kerja
dibedakan menjadi dua bagian yaitu kerja fisik dan kerja mental.
a. Kerja fisik
Pengeluaran energi relatif lebih banyak, dibandingkan kerja
mental membutuhkan usaha dan energi yang cukup besar dan
kerja fisik dibedakan atau dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1). Kerja statis
• Tidak menghasilkan gerak
• Kontraksi otot bersifat isometris
• Kelelahan lebih cepat terjadi
2). Kerja dinamis
• Menghasilkan gerak
• Kontraksi otot bersifat isotonos
• Kontraksi otot bersifat ritmis
• Kelelahan relatif lebih lama terjadi
b. Kerja mental
Pengeluaran energi relatif sedikit dan kerja pun relatif
lebih ringan dibandingkan dengan kerja fisik yang
membutuhkan energi lebih besar dan cukup sulit untuk
mngukur kelelahannya. Hasil kerja manusia dipengaruhi oleh
berbagai faktor, antara lain:
• Faktor-faktor dari individu, meliputi sikap, fisik,motivasi, jenis
kelamin, pendidikan, keterampilan, pengalaman, dan
sebagainya.
• Fakto-faktor situasional, meliputi lingkungan fisik, mesin,
peralatan, metode kerja, dan sebagainya.
Selain pembagian kerja, juga terdapat kriteria-kriteria yang dapat
digunakan untuk mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap manusia
dalam suatu sistem kerja. Kriteria-kriteria tersebut adalah:
12
1. Kriteria Faal
Meliputi kecepatan denyut jantung, konsumsi oksigen, tekanan
darah, tingkat penguapan, temperatur tubuh, komposisi kimia dalam
darah dan air seni, dst. Tujuannya adalah untuk mengetahui perubahan
fungsi alat-alat tubuh selama bekerja.
2. Kriteria Fisiologis kerja
Meliputi kejenuhan, emosi, motivasi, sikap, dan seterusnya.
Tujuannya adalah untuk mengetahui perubahan kejiwaan yang timbul
selama berkerja.
3. Kriteria Hasil kerja
Meliputi pengukuran hasil kerja yang diperoleh dari pekerja
selama berkerja. Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh
kondisi kerja dengan melihat hasil kerja yang diperoleh dari kerja.
2.1.2.2 Antropometri
Menurut Sritomo Wignjosoebroto dalam bukunya istilah antropometri
berasal dari " anthro " yang berarti manusia dan " metri " yang berarti
ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi
yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada
dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar dsb.) berat dll. Yang
berbeda satu dengan yang lainnya. Antropometri secara luas akan
digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses
perancangan (desain) produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan
interaksi manusia. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan
diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal :
• Perancangan areal kerja ( work station, interior mobil, dll )
• Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools)
dan sebagainya.
• Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja
komputer dll.
• Perancangan lingkungan kerja fisik.
13
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa antropometri adalah bidang
kajian ergonomi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh
manusia untuk digunakan dalam perancangan peralatan dan fasilitas
sehingga sesuai dengan pemakainya. Beberapa faktor yang
mempengaruhi ukuran tubuh manusia, yaitu:
1. Umur
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir
sampai sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk
wanita. Setelah itu, tidak lagi akan terjadi pertumbuhan
bahkan justru akan cenderung berubah menjadi pertumbuhan
menurun ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40
tahunan.
2. Jenis kelamin (sex),
Jenis kelamin pria umumnya memiliki dimensi tubuh yang
lebih besar kecuali dada dan pinggul.
3. Suku bangsa (etnik),
Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnik tertentu akan
memiliki karakteristik fisik yang berbeda satu dengan yang
lainnya.
4. Sosio ekonomi,
Tingkat sosio ekonomi sangat mempengaruhi dimensi tubuh
manusia. Pada negara-negara maju dengan tingkat sosio
ekonomi tinggi, penduduknya mempunyai dimensi tubuh yang
besar dibandingkan dengan negara-negara berkembang.
5. Posisi tubuh (posture),
Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap
ukuran tubuh oleh karena itu harus posisi tubuh standar
harus diterapkan untuk survei pengukuran.
14
➢ Alat Ukur Antropometri
Peralatan yang digunakan untuk mendapatkan data-data
antropometri adalah sebagai berikut:
Goniometer
Goniometer ini dipakai untuk mengukur sudut/ lekukan-lekukan
tubuh manusia.
15
Macam-macam antropometer
Alat ini dipakai untuk mengukur bagianbagian tubuh manusia.
16
Kursi antropometri
Dipakai untuk mengukur data-data antropometri manusia dalam posisi duduk. Data yang
diperoleh biasanya dipakai untuk merancang kursi dan ketinggian meja kerja serta untuk
perancangan fasilitas kerja yang berhubungan dengan manusia pemakainya. Orang yang
akan diukur data antropometrinya harus duduk di kursi ini.
17
Berikut ini cara-cara pengukuran yang sering digunakan:
18
Gambar 2.6 Penggunaan Antropometer Dengan Sistem Grid dan
Board di Sudut
➢ Data Antropometri
Dimensi tubuh manusia untuk perancangan produk terdiri dari dua
jenis, yaitu struktural dan fungsional. Dimensi tubuh struktural yaitu
pengukuran tubuh manusia dalam keadaan tidak bergerak. Sedangkan
dimensi tubuh fungsional adalah pengukuran tubuh manusia dalam
keadaan bergerak. Secara umum data antropometri yang sering
digunakan untuk merancang produk dan stasiun kerja ada pada gambar
2.7.
A. Antropometri Struktural
Pengukuran manusia pada posisi diam dan linier pada permukaan
tubuh. Ada beberapa metode pengukuran tertentu agar hasilnya
representative. Disebut juga pengukuran dimensi struktur tubuh
dimana tubuh diukur dalam berbagai posisi standar dan tidak bergerak
19
(tetap tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi
tetap antara lain meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi
berdiri maupun duduk, ukuran kepala, tinggi atau panjang lutut pada
saat berdiri atau duduk, panjang lengan, dan sebagainya.
Gambar 2.7 Ukuran Tubuh Manusia yang Sering Digunakan Untuk Merancang Produk
20
Gambar 2.8 Antropometri Struktural Posisi Berdiri dan Duduk
21
Gambar 2.9 Antropometri Struktural Kepala, Wajah, Tangan dan Kaki
B. Antropometri Fungsional
Antropometri fungsional adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri
fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-
gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan
kegiatannya. Hasil yang diperoleh merupakan ukuran tubuh yang
nantinya akan berkaitan erat dengan gerakan-gerakan nyata yang
diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.
Antropometri dalam posisi tubuh melaksanakan fungsinya yang
dinamis akan banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas
ataupun ruang kerja.
22
Gambar 2.10 Antropometri Fungsional/dinamis
23
➢ Posisi Kerja
Data ini berfungsi untuk merancang ruang mekanik dan utilitas, ruang
latihan fisik, ruang terapi fisik, dan area sejenis lainnya.
24
Gambar 2.12 Tulang Duduk (Ischial Tuberosities) dalam Posisi Duduk
25
pada daerah yang kecil saja. Akibatnya, terjadi tegangan yang sangat
besar pada daerah pantat di bawahnya.
Tekanan-tekanan ini menimbulkan perasaan lelah dan tidak
nyaman. Bertahan pada posisi duduk dalam jangka waktu yang lama
tanpa mengubah-ubah posisinya, di bawah kondisi tekanan kompresi
yang terjadi, dapat menyebabkan kurangnya aliran darah pada suatu
daerah, gangguan pada sirkulasi darah, menyebabkan nyeri, sakit dan
rasa kebal. Suatu perancangan tempat duduk harus diupayakan
sedemikian rupa sehingga berat badan yang disangga oleh tulang
duduk tersebar pada daerah yang cukup luas. Alas yang tepat pada
landasan tempat duduk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Harus
diupayakan agar subyek yang sedang duduk di atas tempat duduk
tersebut dapat mengubah-ubah posisi atau postur tubuhnya untuk
mengurangi rasa ketidaknyamanannya. Kondisi ini mendasari
diperlukannya data antropometri yang tepat. Berikut ini data-data
antropometri untuk perancangan kursi.
26
Keterangan:
A = Tinggi lipatan dalam lutut F = Rentang antar siku
B = Jarak pantat-lipatan dalam lutut G = Rentang panggul
C = Tinggi siku posisi istirahat H = Rentang bahu
D = Tinggi bahu I = Tinggi lumbar
E = Tinggi duduk normal
27
Gambar 2.16 Tempat Duduk Terlalu Rendah
Landasan tempat duduk yang letaknya terlalu rendah dapat
menyebabkan kaki condong terjulur ke depan, menjauhkan tubuh
dari keadaan stabil. Sebagai tambahan pula, pergerakan tubuh ke
depan akan menjauhkan punggung dari sandaran sehingga
penopangan lumbar tidak terjaga dengan tepat. Bagi orang yang
bertubuh tinggi akan dapat lebih merasa nyaman walau
menggunakan kursi dengan landasan tempat duduk yang rendah
dibandingkan dengan seseorang yang bertubuh pendek menggunakan
kursi yang landasan duduknya terlalu tinggi. Secara antropometrik,
tinggi lipatan dalam lutut haruslah menjadi ukuran pada data yang
digunakan untuk menentukan tinggi landasan tempat duduk. Rentang
data terkecil, misal data persentil ke-5, akan menjadi pedoman yang
tepat karena data ini mencakup bagian populasi mereka yang
berukuran tubuh paling kecil. Alasannya jelas, bahwa tinggi duduk
yang dapat mengakomodasi mereka dengan ukuran tinggi lipatan
lutut paling pendek, juga dapat mengakomodasi mereka dengan
ukuran tinggi lipatan lutut yang lebih tinggi. Kedalaman Tempat
Duduk Pertimbangan dasar lain dari perancangan sebuah kursi
28
adalah kedalaman landasan tempat duduk (jarak yang diukur dari
bagian depan sampai bagian belakang sebuah tempat duduk). Bila
kedalaman landasan tempat duduk terlalu besar, bagian depan dari
permukaan atau ujung dari tempat duduk tersebut akan menekan
daerah tepat di belakang lutut, memotong peredaran darah di bagian
kaki, seperti pada gambar berikut ini.
29
Kondisi ini dapat menimbulkan perasaan terjatuh atau terjungkal dari
kursi. Sebagai akibatnya, kedalaman landasan tempat duduk yang
terlalu sempit akan menyebabkan berkurangnya penopangan pada
bagian bawah paha.
30
maksud pemakaian suatu kursi. Sebuah kursi untuk sekertaris lebih
cocok bila penopang lumbarnya hanya pada suatu daerah kecil saja.
Kursi santai akan lebih cocok bila sandarannya mencapai bagian
belakang kepala ataupun tengkuk. Perlu diingat untuk menyediakan
ruang tambahan bagi penonjolan daerah pantat. Jarak bersih ini dapat
berupa daerah terbuka berbentuk ceruk antara permukaan tempat
duduk dan penopang lumbar. Bantalan yang empuk pada bagian ini
akan mengakomodasi penonjolan bagian pantat ini.
32
• Kerugian:
1. Melembeknya otot perut.
2. Melengkungnya punggung.
3. Efek buruk bagi organ bagian dalam
33
c. Tata Letak Tempat Kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan
simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada
kata-kata.
d. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala,
bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan
cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang
berlebihan.
34
Gambar 2.24 Jarak antara benda terhadap operator
3. Ukuran beban yang harus diangkat (beban yang berukuran besar) akan
memiliki pusat massa (centre of gravity ) yang letaknya jauh dari
operator, hal tersebut juga akan mempengaruhi pandangan operator.
4. Ketinggian beban yang harus diangkat dan jarak perpindahan beban
(mengangkat beban dari permukaan lantai akan relatif lebih sulit daripada
mengangkat beban dari ketinggian pada permukaan pinggang).
5. Beban puntir (twisting load) pada operator selama aktivitas angkat beban.
6. Prediksi terhadap berat beban yang akan diangkat. Hal ini adalah untuk
mengantisipasi beban yang lebih berat dari yang diperkirakan.
7. Stabilisasi beban yang akan diangkat.
8. Kemudahan untuk dijangkau oleh pekerja.
9. Frekuensi angkat, yaitu banyaknya aktifitas angkat.
35
Batasan ini dapat membantu mengurangi rasa nyeri, ngilu pada tulang
belakang bagi para wanita. Batasan angkat ini akan mengurangi
ketidaknyamanan kerja pada tulang belakang, terutama bagi operator untuk
pekerjaan berat.
36
2. Treathment
Dapat dilakukan dengan cara perubahan posisi meubel, letak pencahayaan
atau jendela yang sesuai, Membeli furniture sesuai dengan dimensi fisik
pekerja
3. Follow up
Bisa dilakukan dengan cara menanyakan kenyamanan, bagian badan yang
sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan, sakit kepala dan lain-lain.
37
• Tinggi area kerja harus sesuai sehingga pekerjaan dapat dilihat dengan
mudah dengan jarak optimal dan sikap duduk yang enak. Makin kecil
ukuran benda, makin dekat jarak lihat optimal dan makin tinggi area kerja.
• Pegangan, handel, peralatan dan alat-alat pembantu kerja lainnya harus
ditempatkan sedemikian pada meja atau bangku kerja, agar gerakan-
gerakan yang paling sering dilakukan dalam keadaan fleksi.
• Kerja otot statis dapat dihilangkan atau sangat berkurang dengan pemberian
penunjang siku, lengan bagian bawah, atau tangan. Topangan-topangan
tersebut harus diberi bahan lembut dan dapat di stel, sehingga sesuai bagi
pemakainya.
3. Sikap kerja
• Tempat duduk
Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga orang yang bekerja
dengan sikap duduk mendapatkan kenyamanan dan tidak mengalami
penekanan-penekanan pada bagian tubuh yang dapat mengganggu sirkulasi
darah.
• Meja kerja
Tinggi permukaan atas meja dibuat setinggi siku dan disesuaikan dengan
sikap tubuh pada saat bekerja.
• Luas pandangan
Daerah pandangan yang jelas bila pekerja berdiri tegak dan diukur dari
tinggi mata adalah 0-30° vertical kebawah, dan 0-50° horizontal ke kanan
dan ke kiri
4. Proses kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu
bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran
anthropometri barat dan timur.
5. Tata letak tempat kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan
simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada
kata-kata.
38
6. Mengangkat beban
Bermacam cara dalam mengangkat beban yakni dengan kepala, bahu, tangan,
punggung , dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang
punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan mengangkat dan
mengangkut adalah sebagai berikut :
1. Beban yang diperkenakan, jarak angkut dan intensitas pembebanan.
2. Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan medan yang licin, kasar, naik
turun dll.
3. Keterampilan bekerja
4. Peralatan kerja beserta keamanannya
2.3 Tujuan, Manfaat Pelaksanaan dan Ruang Lingkup dari Ergonomi di Tempat
Kerja
Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja di mulai dari yang sederhana
dan pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan ergonomi akan dapat
meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan
sistem serta lingkungan yang cocok, aman, nyaman dan sehat.
39
2.3.2 Manfaat Penerapan Egronomi di Tempat Kerja
Manfaat dari penerapan ergonomik adalah sebagai berikut :
1. Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.
2. Menurunnya kecelakaan kerja.
3. Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.
4. Stress akibat kerja berkurang.
5. Produktivitas membaik.
6. Alur kerja bertambah baik.
7. Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.
8. Kepuasan kerja meningkat
2.3.3 Ruang Lingkup Egronomi
Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi:
1. Teknik
2. Fisik, berkaitan dengan anatomi tubuh manusia, anthropometri, karakteristik
fisiolgi dan biomekanika yang berhubungan dnegan aktifitas fisik. Topik-
topik yang relevan dalam ergonomi fisik antara lain: postur kerja, pemindahan
material, gerakan berulan-ulang, MSD, tata letak tempat kerja, keselamatan
dan kesehatan.
3. Pengalaman psikis
4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan
persendian
5. Sosiologi
6. Fisiologi, kaitanya dengan temperature tubuh, oxygen up take, dan aktifitas
otot
7. Desain
8. Ergonomi Kognitif: berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk di
dalamnya: persepsi, ingatan, dan reaksi, sebagai akibat dari interaksi manusia
terhadap pemakaian elemen sistem. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi
kognitif antara lain: beban kerja, pengambilan keputusan, performance,
human-computer interaction, keandalan manusia, dan stres kerja.
40
9. Ergonomi Organisasi, berkaitan dengan optimasi sistem sosioleknik, termasuk
sturktur organisasi, kebijakan dan proses. Topik-topik yang relevan dalam
ergonomi organisasi antara lain: komunikasi, perancangan kerja, perancangan
waktu kerja, timwork, perancangan partisipasi, komunitas ergonomi, kultur
organisasi, organisasi virtual, dll.
10. Ergonomi Lingkungan, berkaitan dengan pencahayaan, temperatur,
kebisingan, dan getaran. Topik-topik yang relevan dengan ergonomi
lingkungan antara lain: perancangan ruang kerja, sistem akustik,dll.
41
2.5 Kasus Ergonomi
Terdapat beberapa kasus dalam pelaksanaan ilmu ergonomi. Kasus-kasus tersebut
antara lain:
a) Dalam pengukuran performansi atlet. Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat
kerja. Contohnya: jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif pada saat bekerja, yang
dilakukan dengan berdiri atu duduk.
b) Pengukuran variabilitas kerja. Contohnya: analisis kinematika dan kemampuan jari-jari
tangan dari seseorang juru ketik atau operator komputer.
c) Antropometri dan Aplikasinya dalam Perancangan Fasilitas Kerja
Anthropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan
ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia.
d) Kasus bekerja sambil duduk: Seorang pekerja yang setiap hari menggunakan komputer
dalam bekerja dengan posisi yang tidak nyaman, maka sering kali ia merasakan keluhan
bahwa tubuhnya sering mengalami rasa sakit/nyeri, terutama pada bagian bahu,
pergelangan tangan, dan pinggang.
e) Kasus manual material handling: Kuli panggul di pasar sering sekali mengalami
penyakit herniadan juga low back pain akibat mengangkut beban di luar recommended
weighting limit (RWL).
f) Kasus information ergonomic atau kognitive ergonomic: Operator reaktor sulit untuk
membedakan beraneka macam informasi yang disampaikan oleh display terutama pada
saat situasi darurat/emergency. Hal ini disebabkan karena informasi tersebut sulit
dimengerti oleh operator tersebut. Kejadian yang serupa sering juga dialami oleh pilot,
dimana harus menghadapi banyak display pada waktu yang bersamaan.
Kondisi berikut menunjukkan beberapa tanda-tanda suatu sistem kerja yang tidak
ergonomik:
42
• Pekerja mengeluhkan adanya nyeri atau sakit pada leher, bahu, punggung, atau
pinggang
• Alat kerja atau mesin yang tidak sesuai dengan karakteristik fisik pekerja
• Pekerja terlalu cepat lelah dan butuh istirahat yang panjang
• Postur kerja yang buruk, misalnya sering membungkuk, menjangkau, atau jongkok
• Lingkungan kerja yang tidak teratur, bising, pengap, atau redup
• Pekerja mengeluhkan beban kerja (fisik dan mental) yang berlebihan
• Komitmen kerja yang rendah
• Rendahnya partisipasi pekerja dalam sistem sumbang saran atau hilangnya sikap
kepedulian terhadap pekerjaan bahkan keapatisan
43
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari hasil pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, penulis dapat menarik
simpulan sebagai berikut.
44
3.2 Saran
(1) Pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki performansi kerja
manusia seperti menambah kecepatan kerja, accuracy, keselamatan kerja disamping
untuk mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi datangnya
kelelahan yang terlalu cepat. Disamping itu disiplin ergonomi diharapkan mampu
memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia serta meminimalkan kerusakan
peralatan yang disebabkan kesalahan manusia (human errors). Manusia adalah
manusia, bukannya mesin. Mesin tidak seharusnya mengatur manusia, untuk itu
bebanilah manusia (operator/pekerja) dengan tugas-tugas yang manusiawi.
(2) Pendekatan khusus yang ada dalam disiplin Ergonomi ialah aplikasi yang sistematis
dari segala informasi yang relevan yang berkaitan dengan karakteristik dan perilaku
manusia didalam perancangan peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai.
45
DAFTAR PUSTAKA
Suma’mur. 1987. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV. Haji
Masagung,.
46