Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KOMUNIKASI ISLAM (DAKWAH)

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Komunikasi dan Tabligh

Dosen Pengampu:

Nasichah,

MA. Disusun

Oleh :

Rina Rahmawati 11190520000040

Nurshofiah Hasan 11190520000043

Shinta Nurfitriana Insani 11190520000072

4B

BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah salah satu agama terbesar yang ada di dunia ini. Satu hal menarik
yang harus kita perhatikan, yaitu tentang kesuksesan Rasulullah dalam menebarkan
Islam. Dimana hanya dalam jangka dua puluh tiga tahun Rasulullah telah mampu
menyebarkan Islam keseluruh Jazirah Arab bahkan sampai ke negara tetangga yang
kemudian dakwahnya dilanjutkan oleh para sahabat sehingga daerah kekuasaan Islam
semakin luas. Lalu bagaimana cara Rasulullah dan para sahabat dalam menyebarkan
dakwahnya sehingga Islam mampu berkembang dalam waktu yang cukup cepat.
Salah satu hal yang sangat berpengaruh dalam perkembangan Islam pada saat itu
adalah kemampuan komunikasi Rasulullah dan para sahabat yang tidak diragukan
lagi, dimana Rasulullah dan para sahabat menerapkan seluruh prinsip-prinsip
komunikasi yang ada di dalam Al-Qur’an dengan konsisten. Manusia yang secara
kodrati adalah makhluk sosial, pasti akan saling berinteraksi antara satu sama lain
serta saling membutuhkan dan tertarik dengan sistem komunikasi yang digunakan,
karena mudah diterima serta dipahami.

Komunikasi selain bersifat informatif, yakni agar orang lain mengerti dan
paham, juga persuasif, yaitu agar orang lain mau menerima ajaran atau informasi yang
disampaikan, melakukan kegiatan atau perbuatan sesuai dengan yang
dikomunikasikan, dan lain-lain. Al-Qur’an telah mengajarkan kita tentang bagaimana
cara berkomunikasi dengan baik, walaupun tidak menjelaskannya secara rinci, namun
kita dapat menemukannya dalam beberapa ayat yang membaahas tentang itu dan akan
kami bahas dalam makalah ini dan hal itu juga telah dicontohkan oleh Rasulullah dan
sahabat-sahabatnya, sehingga kita dapt mengikuti jejaknya dan tentunya agar dakwah
yasng kita lakukan sesuai dengan yang kita harapkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi Islam (dakwah)?
2. Bagaimana proses komunikasi Islam (dakwah)?
3. Apa saja macam-macam komunikasi Islam (dakwah)?
1. Definisi Komunikasi Islam

1
B B II

A PEMBAHASAN

Komunikasi Islam merupakan bentuk frasa dan pemikiran baru muncul dalam
penelitian akademik sekitar tiga dekade belakangan ini. Munculnya pemikiran dan
aktivisme komunikasi Islam didasarkan pada kegagalan falsafah, paradigma dan
pelaksanaan komunikasi barat yang lebih mengoptimalkan nilai-nilai pragmatis,
materialistis serta penggunaan media secara kapitalis. Kegagalan tersebut
menimbulkan implikasi negatif terutama terhadap komunitas Muslim di seluruh
penjuru dunia akibat perbedaan agama, budaya dan gaya hidup dari negara-negara
(barat) yang menjadi produsen ilmu tersebut. Komunikasi Islam lebih berfokus
kepada teori-teori komunikasi yang dikembangkan oleh para pemikir Muslim. Tujuan
akhirnya adalah menjadikan komunikasi Islam sebagai komunikasi alternatif,
terutama dalam menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang bersesuaian dengan
fitrah penciptaan manusia.1

Komunikasi dakwah dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian dan


informasi Islam untuk memengaruhi komunikan (objek dakwah, mad’u) agar
mengimani, mengilmui, mengamalkan, menyebarkan dan membela kebenaran ajaran
Islam. Komunikasi dakwah juga dapat didefinisikan sebagai komunikasi yang
melibatkan pesan-pesan dakwah dan aktor-aktor dakwah, atau berkaitan dengan
ajaran Islam dan pengamalannya dalam berbagai aspek kehidupan. Konsep
komunikasi dakwah dapat dilihat dalam arti yang luas dan terbatas. Dalam arti luas,
komunikasi dakwah meliputi peran dan fungsi komunikasi diantara semua pihak yang
terlibat dalam dakwah terutama antara da‟i dan mad‟u, sejak dari proses
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap dakwah. Sedangkan dalam arti
yang sempit, komunikasi dakwah merupakan segala upaya dan cara, metode serta
teknik penyampaian pesan dan keterampilan-keterampilan dakwah yang ditujukan
kepada umat atau masyarakat secara luas.2

1 Mohd. Rafiq, Tantangan dan Peluang Komunikasi Islam pada era globalisasi informasi. (Jurnal Analytica
Islamica, 2003). Vol. 5, No. 2.
2
Imam Safii, Modul Komunikasi Dakwah, (Mojokerto: Institut Pesantren KH. Abdul Chalim, 2019), hlm.
10-11.

2
Jika dianalogikan dengan pengertian dasar komunikasi politik, yakni
komunikasi yang berisikan pesan politik atau pembicaraan tentang politik (Dan
Nimmo, 1989), maka komunikasi dakwah dapat diartikan sebagai komunikasi yang
berisikan pesan Islam atau pembicaraan tentang keislaman. Pengertian komunikasi
dakwah sebagai pembicaraan tentang Islam senada dengan pengertian ”retorika
dakwah” menurut Yusuf Al-Qaradhawi (2004), yakni ”berbicara soal ajaran Islam”.
Al-Qaradhawi menyebutkan prinsip-prinsip retorika Islam sebagai berikut:3

1. Dakwah Islam adalah kewajiban setiap Muslim.


2. Dakwah Rabbaniyah ke Jalan Allah.
3. Mengajak manusia dengan cara hikmah dan pelajaran yang baik.
4. Cara hikmah maksudnya adalah berbicara kepada seseorang sesuai dengan
bahasanya, ramah, memperhatikan tingkatan pekerjaan dan kedudukan, serta
gerakan bertahap.

Secara ideal, masih menurut Dr. Yusuf Al-Qaradhawi, karakteristik retorika


Islam antara lain:
1. Menyeru kepada spiritual dan tidak meremehkan material.
2. Memikat dengan idealisme dan mempedulikan realita.
3. Mengajak pada keseriusan dan konsistensi, dan tidak melupakan istirahat dan
berhibur.
4. Berorientasi futuristik dan tidak memungkiri masa lalu.
5. Memudahkan dalam berfatwa dan menggembirakan dalamberdakwah.
6. Menolak aksi teror yang terlarang dan mendukung jihad yangdisyariatkan.

Jadi, komunikasi dakwah adalah proses penyampaian informasi atau pesan


dari seseorang atau sekelompok orang kepada seseorang atau sekelompok orang
lainnya yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits dengan menggunakan lambang-
lambang baik secara verbal maupun non verbal dengan tujuan untuk mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku orang lain yang lebih baik sesuai ajaran Islam, baik langsung
secara lisan maupun tidak langsung melalui media.

2. Proses Komunikasi Islam


3
Asep Syamsul M. Romli, Komunikasi Dakwah Pendekatan Praktis, (Bandung: ASM. Romli,
www.romeltea.com, 2013), hlm. 12-13.
Setiap orang mempunyai hasrat untuk berbicara, mengungkapkan pendaapat,
dan memperoleh informasi. Atas alasan-alasan inilah, tercipta apa yang dinamakan
proses komunikasi. Manusia adalah mahluk individu dan mahluk sosial. dalam
hubunganya dengan maanusia sebagai mahluk sosial, terkandung maksud bahwa
manusia tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Sebagai kodrati manusia akan
selalu hidup bersama. Proses Komunikasi terbagi menjadi dua, yaitu proses
komunikasi secara primer dan sekunder. Proses komunikasi secara primer adalah
proses menyampaikan pemikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain yang
menggambarkan lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer
dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan lainya
sebagainya. Sedangkan proses komunikasi secara sekunder adalah proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau
sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang, proses berlangsungnya
komunikasi bisa digambarkan sebagai berikut:4

1) Komunikator (sender);
2) Pesan (message);
3) Komunikan (receiver);
4) Komunikasi (receiver);

Proses komunikasi dakwah sendiri, berlangsung sebagaimana proses


komunikasi pada umumnya, mulai dari komunikator (da’i) hingga feedback atau
respon komunikan (mad’u, objek dakwah). Aktivitas dakwah dimulai dari adanya
seorang komunikator (sender, pengirim pesan, da’i). Dalam perspektif Islam, setiap
Muslim adalah komunikator dakwah karena dakwah merupakan kewajiban individual
setiapMuslim. Komunikator dakwah memilih dan memiliki ide berupa materi dakwah
(encoding) lalu diolah menjadi pesan dakwah (message). Pesan itu disampaikan
dengan sarana (media) yang tersedia untuk diterima komunikan (receiver, penerima
pesan, objek dakwah). Komunikan menerjemahkan atau memahami simbol-simbol
pesan dakwah itu (decoding) lalu memberi umpan balik (feedback) atau meresponnya,

4
Imam Safii, Modul Komunikasi Dakwah, (Mojokerto: Institut Pesantren KH. Abdul Chalim, 2019), hlm.
16.
misalnya berupa pemahaman dan pengamalan pesan dakwah yang diterimanya.

Dakwah, apa pun bentuknya, merupakan komunikasi. Jadi, dakwah selalu


merupakan bentuk komunikasi. Dakwah berarti komunikasi; namun tidak semua
komunikasi berarti dakwah. Komponen dakwah sendiri identik dengan komponen
komunikasi yang kita kenal selama ini, seperti da’i atau juru dakwah (komunikator,
sender, source), mad’u (komunikan, receiver, penerima objek), pesan (massage yakni
materi keislaman/nilai-nilai atau ajaran Islam), dan efek atau feedback (dalam dakwah,
efek yang diharapkan berupa iman dan amal saleh/takwa).

Dalam perspektif komunikasi, dakwah termasuk dalam kategori komunikasi


persuasif (persuasive communication), yakni komunikasi yang membujuk, mengajak,
atau merayu, semakna dengan makna dasar dakwah, yakni mengajak atau menyeru.
Akar kata persuasif adalah persuasio (latin), artinya membujuk, mengajak, atau
merayu. Secara istilah, ada beberapa definisi komunikasi persusif, namun hakikatnya
sama-sama merujuk pada ajakan atau bujukan. Komunikasi persuasif adalah
komunikasi yang bertujuan untuk mengubahatau mempengaruhi kepercayaan, sikap,
dan perilaku seseorang sehingga bertindak sesuai dengan apa y ang diharapkan oleh
komunikator. Tujuan komunikasi persuasif adalah “believe & attitude”, yakni
menguatkan keyakinan, mempengaruhi sikap, pendapat, dan perilaku seseorang.
Tujuan itu identik dengan tujuan utama dakwah, yakni menanamkan believe
(keyakinan) dan mengubah attitude (sikap/perilaku).

Dari segi proses, dakwah tiada lain adalah “komunikasi Islam”, yakni
menyampaikan pesan-pesan keislaman. Komunikator (da'i) menyampaikan pesan
ajaran Islam melalui lambang-lambang kepada komunikan (mad'u). Mad'u menerima
pesan itu, mengolahnya, lalu meresponnya. Dalam proses itu terjadi transmisi pesan
oleh da'i dan interpretasi pesan oleh mad'u (objek dakwah). Proses transmisi dan
interpretasi tersebut tentunya mengharapkan terjadinya dampak (effect) berupa
perubahan kepercayaan, sikap dan tingkah-laku mad'u ke arah yang lebih baik sesuai
dengan standar nilai Islam. Tujuan dakwah utamanya adalah untuk mengubah
individu dan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik. Tujuan dakwah demikian
sesuai dengan tujuan komunikasi persuasif, yakni adanya perubahan situasi orang lain
atau mengubah atau memengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang
sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator.5

3. Macam-macam Komunikasi Islam (Dakwah)

Jika kita melihat bagaimana proses komunikasi, hakikatnya tidak ada yang
berbeda antara komunikasi Islami (dakwah) dan non-Islami (sekuler) dalam hal model
(pola), proses, dan efeknya. Yang membedakan hanyalah pada landasan filosofinya.
Ketika kita berbicara pada landasan filosofi, Islam jelas menggunakan Al-Quran,
Hadits dan pendapat ulama. 6 Komunikasi Islam adalah komunikasi yang dibangun di
atas prinsip-prinsip Islam. Berdasarkan informasi dari Al-Qur’an dan As-Sunnah
ditemukan bahwa komunikasi Islam adalah komunikasi yang berupaya untuk
membangun hubungan dengan diri sendiri, dengan Sang Pencipta, serta dengan
sesama untuk menghadirkan kedamaian, keramahan, dan keselamatan buat diri dan
lingkungan dengan cara tunduk terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya.7 Komunikasi
dalam kacamata Islam (Islamic Comunication) memiliki kesamaan makna dengan
pengertian yang dikandung oleh dakwah itu sendiri. Menurut teori komunikasi Islam
yang digagas oleh Andi Faisal Bakti, bahwa dakwah dibangun atas empat elemen
yaitu: tablîgh, taghyîr, takwîn al-ummah, amar makruf nahi munkar, dan khairiyah
al-ummah/akhlâq.8

a. Tabligh (Informasi)

Informasi merupakan eleman keempat dari teori komunikasi, yaitu fungsi


intruksi atau komando, fungsi memengaruhi, fungsi integrasi dan fungsi
informasi.9 Arus informasi berkembang sangat cepat. Informasi yang cepat dan
akurat menjadi kebutuhan yang menjadi kunci keberhasilan seorang, informasi
yang diperoleh dengan cepat, maka dapat diambil keputusan dengan cepat pula.
Adanya informasi yang valid dari sumber terpercaya akan bermanfaat untuk

5
Asep Syamsul M. Romli, Komunikasi Dakwah Pendekatan Praktis, (Bandung: ASM. Romli,
www.romeltea.com, 2013), hlm. 13-14.
6
Andi Faisal Bakti dan Venny Eka Meidasari, “Trendsetter Komunikasi Era Digital: Tantangan dan
Peluang Pendidikan Komunikasi dan Penyiaran Islam”, Jurnal Komunikasi Islam, Vol. 02, No. 01, Juni 2012,
hlm. 21-22.
7
Harjani Hefni, Komunikasi Islam, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2015),hal. 40.
8
Andi Faisal Bakti, “The Contribution of Dakwah to Communication Studies: Risale-i Nur Collection
Perspective, International Bediuzzaman Symposium, Knowledge, Faith, Morality and the Future oh Humanity
(Istanbul: September 2010), hlm. 196.
9
Zulfahmi, Gerakan Damai Fethullah Gulen Menghadapi Kemiskinan dan Kekerasan di Turki (Kudus:
Paradigma Institut, 2013), hlm. 37.
menilai setiap pendapat yang dikemukakan di ruang publik apakah sesuai dengan
informasi tersebut atau tidak. Teori informasi dalam komunikasi di sejajarkan
Bakti dengan tablîgh. Dari informasi inilah seorang pengirim pesan (da’i/sender)
menyampaikan pesannya kepada penerima pesan (mad'u/receiver). Sesuai dengan
ayat Al-Qur'an yang artinya: “Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah
menyampaikan, dan Allah mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang
kamu sembunyikan”. (Q.S Al-Maa'idah 5: 99).10

Proses penyampaian informasi dalam komunikasi konvensional menurut bakti


merupakan proses tablîgh dalam komunikasi Islam, di mana komunikan (da'i)
menyampaikan pesan (message) kepada penerima pesan (receiver), sebagai
sebuah pengetahuan. Sedangakan informasi ajaran Islam dapat diartikan sebagai
materi dakwah. Dalam komunikasi perlu pendekatan yang berbasis pengetahuan
(science) agar transformasi pesan (message/mâddah) bisa konstektual. Model
komunikasi (sender, message, chanel, receiver) yang muncul pada perang dunia II
menghendaki adanya hubungan yang kemudian memunculkan model effect, yang
mana pengaruh pesan lebih penting dari materi yang disampaikan. Model ini
masih lemah sehingga muncul model converge yang memberi nilai kepada
penerima pesan, ini pun masih memiliki kelemahan hingga muncul model Active
Reception atau penerima pesan aktif dalam manfaat dan kepuasan (uses and
gratification) untuk mengoreksi model effect.11

Model penerima pesan aktif (aktive reception/AR) sejalan dengan konsep


tablîgh yang menyatakan sender hanya sebagai penyampai pesan saja, bukan
penentu komunikasi (dakwah). Tablîgh harus memainkan peranan penting bagi
kehidupan, pada tingkat individu dan sosial bersifat mendasar bagi berfungsinya
ummah, karena hal itu menopang dan mendorong hubungan yang integral dan
selaras antara Tuhan, individu dan masyarakat. Dengan demikian target utama

10
Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bogor: Unit Percetakan Al-Qur’an, 2018), hlm.
179.
Edi Amin, Dakwah Komunitarian Ummatic Transnasional: Studi Konsepsi Said Nursi dan
11

Penerapannya di Indonesia, hlm. 50.


tablîgh adalah ranah kognitif (pemahaman dan pemikiran), bukan ranah afektif
(sikap) maupun behavioral (perilaku) mitra dakwah.12

b. Taghyîr (Change)

Dakwah pada dasarnya adalah bersifat taghyîr/change (mengadakan


perubahan) dari realitas sosial yang belum ilahiah menjadi berkondisi atau
berwatak ilahiah. Menurut Amrullah Ahmad sebagaimana dikutip Zulfahmi,
eksistensi dakwah Islam selain berperan sebagai pengubah terhadap realitas sosial
yang ada kepada realitas sosial yang baru, juga sesungguhnya dipengaruhi oleh
perubahan sosial-kultural yang terjadi. Dengan demikian, dakwah perlu mengenal
dan memahami perubahan-perubahan itu, sehingga metode dan materi dakwah
dapat diselaraskan dengan suasana dan keadaan masyarakat yang berubah.
Perubahan yang dilakukan sesuai dengan ayat Al-Qur’an (Qs. Al-Anfal: 53).

Perubahan yang terjadi pada masyarakat Islam tidak terlepas dari spirit
ajarannya. Dalam setiap perubahan tersebut juga terdapat berbagai konsekuensi,
bahkan dapat berujung krisis. Krisis tersebut disebabkan karena dalam setiap
perubahan ada nilai-nilai dalam masyarakat yang terkikis. Munculnya perubahan
komunikasi terkait modernisasi (modernnization) merupakan akibat dominasi
ilmu pengetahuan dan teknologi Barat. Tergerusnya budaya dan kearifan lokal
karena munculnya budaya baru dari Barat. Kemudian model dependensi
(dependency) mengoreksi kelemahan model modernisasi, yakni model ini
memiliki motivasi mensejajarkan ilmu pengetahuan dan teknologi barat dengan
jalan penguatan pembelajaran dan pendidikan. Kemudian muncul model
multiplicity, yang menyatakan bahwa perubahan bisa terjadi karena adanya aturan
yang berhubungan dengan faktor lain seperti budaya, politik, agama dan
ekonomi.13

Model perubahan yang bersandar pada kesadaran diri (self button-up)


diharapkan mampu mendapatkan perubahan yang positif yang tidak hanya
berujung pada kepuasan, namun juga kebahagiaan. Perubahan (taghyîr) dalam

12
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 23.
13
Edi Amin, Dakwah Komunitarian Ummatic Transnasional: Studi Konsepsi Said Nursi dan
Penerapannya di Indonesia, hlm. 55.
pandangan komunikasi Islam (dakwah) adalah proses perubahan menuju
kehidupan yang lebih baik dan tercapainya kepuasan seperti dalam model yang
dikenal dengan uses and gratification (manfaat dan kepuasan). Model ini,
perubahan tidak hanya menyajikan keuntungan berupa kehidupan yang lebih baik
secara materi tapi juga dalam bentuk psikologis berupa kepuasan masyarakat
seperti kenyamanan (ecology), rasa aman (security), ketenangan batin
(sprituality).14

c. Takwin Al-Ummah

Takwin Al-ummah (membentuk ummat) mengikut kepada cara Nabi


Muhammad SAW adalah dengan membentuk aqidah dengan iman yang lurus.
Iman seseorang akan membawanya kepada ibadah dan amal soleh sehingga akan
menghasilkan iman yang sebenar-benarnya. Islamisasi kehidupan sebagai hasil
dari pembentukan pribadi muslim adalah muslim yang menjadikan seluruh
kehidupan Islam dan mewarnai kehidupannya dengan nilai islam. Takwîn al-
Ummah merupakan usaha merealisasikan kebaikan dan usaha menjauhi
kemungkaran dan kebatilan. Prinsip ini menurut Hamid Mawlana merupakan
penegasan tentang tanggung jawab individual dan kelompok dalam menyiapkan
generasi penerus untuk menerima ajaran-ajaran Islam dan mengambil manfaat
darinya. Tanggung jawab dan bimbingan tersebut juga terkait dengan individu dan
lembaga-lembaga dalam penyiaran dakwah Islam. Termasuk di dalamnya adalah
institusi komunikasi sosial seperti pers, radio dan televisi. 15

d. Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

Menurut bahasa Amar Ma‟ruf Nahi Munkar berkisar pada segala hal yang
dianggap baik oleh manusia dan mereka mengamalkannya serta tidak
mengingkarinya. Amar adalah suatu tuntutan atau suatu perbuatan dan pihak yang
lebih tinggi kedudukannya kepada pihak yang lebih rendah kedudukannya.
Sedangkan kata ma‟ruf adalah kata yang mencakup segala sesuatu hal yang
dinilai baik oleh hati, dan jiwa merasa tenang dan tentram terhadapnya. Adapun
kata Nahi menurut bahasa ialah suatu lafadz yang digunakan untuk meninggalkan
14
Andi Faisal Bakti, “The Contrbution of Dakwah to Communication Studies: Risale-I Nur Collection
Perspective, International Bediuzzaman Symposium, Knowledge, Faint, Morality and the Future of Humanity,
hlm. 203.
15
Edi Amin, Dakwah Komunitarian Ummatic Transnasional: Studi Konsepsi Dakwah Said Nursi
dan Penerapannya di Indonesia, hlm. 56.

9
suatu perbuatan yang dilarang. Sedangkan munkar secara etimologi adalah sebuah
kata untuk menyebut sesuatu yang dipungkiri, tidak cocok, dinilai jijik, dan
dianggap tidak baik oleh jiwa. Menurut bahasa Al- munkar adalah segala hal yang
dianggap jelek oleh manusia, mereka mengingkari serta menolaknya. Sedangkan
menurut syaraiat, mungkar adalah segala hal yang diingkari, dilarang, dan dicela
oleh syari’at serta dicela pula orang yang melakukannya. Dengan kata lain al-
munkar merupakan segala sesuatu yang dilarang oleh syari’at beruapa hal- hal
yang merusak dunia,akhirat,akal, dan fitrah yang selamat.

Nahi munkar mengharamkan segala bentuk kekejian,sedangkan amar ma’ruf


berarti menghalalkan semua yang baik, karena mengharamkan yang baik termasuk
dilarang Allah. Perintah melakukan semua yang baik dan melarang semua yang
keji akan terlaksana secara sempurna karena diutusnya rasulullah SAW oleh Allah
SWT, untuk menyempurnakan akhlak mulia umatnya. Amar ma’ruf nahi munkar
dalam menyampaikan hendaknya memperhatikan beberapa poin yang insya Allah
dapat diterapkan dalam berbagai bentuk lapisan masyarakat:16

1) Hendaknya Amar ma’ruf nahi munkar dilakukan dengan cara yang ihsan agar
tidak berubah menjadi penelanjang aib dan menyinggung perasaan orang lain.
2) Islam adalah agama yang berdimensi individual dan sosial,maka sebelum
memperbaiki orang lain, seorang muslim dituntut berintrospeksi dan berbenar
diri, sebab Amar ma’ruf nahi munkar yang baik adalah yang diiringi dengan
keteladanan.
3) Menyampaikan Amar ma’ruf nahi munkar disandarkan kepada keihlasan
karena mengharapkan ridha Allah, bukan mencari popularitas dan dukungan
politik.
4) Amar ma’ruf nahi munkar dilakukan menurut Al- Quran dan As- Sunnah,
serta diimplementasikan dalam masyarakat secara berkesinambungan.

Syarat Rukun Amar Ma’ruf Nahi Munkar adalah perbaikan, pelurusan, dan
pembinaan yang sesuai dengan rambu - rambu dan ajaran agama. Karena itu,
memerlukan bekal pengetahuan, pengalaman, kajian, analisis dan identifikasi,
sebagaimana ia memerlukan pemahaman, kecerdasaan, kecerdikan, kesabaran,
dan usaha serius penegak amar ma’ruf nahi munkar itu sendiri.

16
Tata Sukayat, Quantum Dakwah, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2009), hlm. 5.
Sesungguhnya amar ma‟ruf nahi munkar merupakan salah satu syi’ar Islam
yang agung, ia merupakan salah satu tiang pengukuh mujtama (masyarakat).
Banyak nash yang menunjukkan hal itu, dan banyak dibicarakan kehidupan nyata.
Sebagaimana telah dijelaskan Allah dalam Al-Quran bahwa keistimewaan
masyarakat muslim ialah menjadikan mulia umat Islam dengan menegakkan amar
ma‟ruf nahi munkar. Karena sesungguhnya di antara amalan yang dapat
mendekatkan diri kepada Allah dengan cara saling menasihati dalam kebenaran
serta mengajak kepada kebaikan. Makna amar ma‟ruf nahi munkar yaitu
hendaklah berusaha mengajak orang lain kepada kebaikan dan menghindarkan
mereka dari keburukan. Islam sebagai agama individual dan sosial telah
mewajibkan untuk memperbaiki diri sendiri dan mengajak orang lain kepada
kebaikan.17

e. Khairiyah Al-Ummah (Akhlaq/Ethic)

Pembenahan Khairiyah al-Ummah/akhlâq adalah misi utama diutusnya


Rasulullah SAW, akhlâq juga sering diartikan sebagai etika. Etika berasal dari
bahasa latin, “ethic” atau bahasa yunani ethicos, yang diartikan sebagai, a body of
moral principles or values. Secara langkap etika merupakan ilmu yang
membicarakan tingkah laku manusia sehingga mampu membedakan antara yang
baik dengan yang buruk. Menurut Bakti, dalam persektif komunikasi Islam,
interaksi sesama manusia haruslah dilandaskan pada etika yang baik (akhlak
karimah) karena tujuan dari komunikasi adalah membangun kesejahteraan,
produktivitas, dan persyaratan lainnya menuju perubahan (change) dan
pembangunan (development) umat.18

17
Abu Ammar dan Abu Fatiah Al-Adnani, Mizanul Muslim 2 Barometer Menuju Muslim Kaffah, (Solo:
Cordava Mediratama, 2016), hlm. 145.
18
Andi Faisal Bakti, “The Contrbution of Dakwah to Communication Studies: Risale-I Nur Collection
Perspective, International Bediuzzaman Symposium, Knowledge, Faint, Morality and the Future oh Humanity,
hal. 209.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan:

 Komunikasi dakwah dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian dan


informasi Islam untuk memengaruhi komunikan (objek dakwah, mad’u) agar
mengimani, mengilmui, mengamalkan, menyebarkan dan membela kebenaran
ajaran Islam.
 Proses komunikasi dakwah sendiri, berlangsung sebagaimana proses komunikasi
pada umumnya, mulai dari komunikator (da’i) hingga feedback atau respon
komunikan (mad’u, objek dakwah). Aktivitas dakwah dimulai dari adanya seorang
komunikator (sender,pengirim pesan, da’i). Dalam perspektif Islam, setiap
Muslim adalah komunikator dakwah karena dakwah merupakan kewajiban
individual setiap Muslim. Komunikator dakwah memilih dan memiliki ide berupa
materi dakwah (encoding) lalu diolah menjadi pesan dakwah (message). Pesan itu
disampaikan dengan sarana (media) yang tersedia untuk diterima komunikan
(receiver, penerima pesan, objek dakwah). Komunikan menerjemahkan atau
memahami simbol-simbol pesan dakwah itu (decoding) lalu memberi umpan balik
(feedback) atau meresponnya.
 Komunikasi dalam kacamata Islam (Islamic Comunication) memiliki kesamaan
makna dengan pengertian yang dikandung oleh dakwah itu sendiri. Menurut teori
komunikasi Islam yang digagas oleh Andi Faisal Bakti, bahwa dakwah dibangun
atas empat elemen yaitu: tablîgh, taghyîr, takwîn al-ummah, amar makruf nahi
munkar, dan khairiyah al-ummah/akhlâq.
DAFTAR PUSTAKA

Ali Aziz, Moh. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana, 2009.

Amin, Edi. Dakwah Komunitarian Ummatic Transnasional: Studi Konsepsi Dakwah


Said Nursi dan Penerapannya di Indonesia.

Ammar, Abu., Fatiah, Abu Al-Adnani. Mizanul Muslim 2 Barometer Menuju


Muslimm Kaffah. Solo: Cordava Mediratama, 2016.

Faisal, Andi Bakti. “The Contribution of Dakwah to Communication Studies: Risale-i


Nur Collection Perspective, International Bediuzzaman Symposium, Knowledge,
Faith, Morality and the Future oh Humanity. Istanbul: September 2010.

Faisal, Andi Bakti., Eka, Venny Meidasari. “Trendsetter Komunikasi Era Digital:
Tantangan dan Peluang Pendidikan Komunikasi dan Penyiaran
Islam”. Jurnal Komunikasi Islam, Vol. 02, No. 01, 2012.

Hefni, Harjani. Komunikasi Islam. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2015.

Kementrian Agama RI. Al-Quran dan Terjemahannya. Bogor: Unit Percetakan Al-Qur’an,
2018.

Rafiq, Mohd. Tantangan dan Peluang Komunikasi Islam Pada Era Globalisasi Informasi.
Jurnal: Analytica Islamica, Vol. 5, No. 2, 2003.

Safii, Imam. Modul Komunikasi Dakwah. Mojokerto: Institut Pesantren KH. Abdul Chalim,
2019.

Sukayat, Tata. Quantum Dakwah. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009.

Syamsul, Asep M. Romli. Komunikasi Dakwah Pendekatan Praktis. Bandung: ASM. Romli,
www.romeltea.com, 2013.

Zulfahmi. Gerakan Damai Fethullah Gulen Menghadapi Kemiskinan dan Kekerasan


di Turki. Kudus: Paradigma Institut, 2013.

Anda mungkin juga menyukai