Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Komunikasi dan Tabligh
Dosen Pengampu:
Nasichah,
MA. Disusun
Oleh :
4B
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah salah satu agama terbesar yang ada di dunia ini. Satu hal menarik
yang harus kita perhatikan, yaitu tentang kesuksesan Rasulullah dalam menebarkan
Islam. Dimana hanya dalam jangka dua puluh tiga tahun Rasulullah telah mampu
menyebarkan Islam keseluruh Jazirah Arab bahkan sampai ke negara tetangga yang
kemudian dakwahnya dilanjutkan oleh para sahabat sehingga daerah kekuasaan Islam
semakin luas. Lalu bagaimana cara Rasulullah dan para sahabat dalam menyebarkan
dakwahnya sehingga Islam mampu berkembang dalam waktu yang cukup cepat.
Salah satu hal yang sangat berpengaruh dalam perkembangan Islam pada saat itu
adalah kemampuan komunikasi Rasulullah dan para sahabat yang tidak diragukan
lagi, dimana Rasulullah dan para sahabat menerapkan seluruh prinsip-prinsip
komunikasi yang ada di dalam Al-Qur’an dengan konsisten. Manusia yang secara
kodrati adalah makhluk sosial, pasti akan saling berinteraksi antara satu sama lain
serta saling membutuhkan dan tertarik dengan sistem komunikasi yang digunakan,
karena mudah diterima serta dipahami.
Komunikasi selain bersifat informatif, yakni agar orang lain mengerti dan
paham, juga persuasif, yaitu agar orang lain mau menerima ajaran atau informasi yang
disampaikan, melakukan kegiatan atau perbuatan sesuai dengan yang
dikomunikasikan, dan lain-lain. Al-Qur’an telah mengajarkan kita tentang bagaimana
cara berkomunikasi dengan baik, walaupun tidak menjelaskannya secara rinci, namun
kita dapat menemukannya dalam beberapa ayat yang membaahas tentang itu dan akan
kami bahas dalam makalah ini dan hal itu juga telah dicontohkan oleh Rasulullah dan
sahabat-sahabatnya, sehingga kita dapt mengikuti jejaknya dan tentunya agar dakwah
yasng kita lakukan sesuai dengan yang kita harapkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi Islam (dakwah)?
2. Bagaimana proses komunikasi Islam (dakwah)?
3. Apa saja macam-macam komunikasi Islam (dakwah)?
1. Definisi Komunikasi Islam
1
B B II
A PEMBAHASAN
Komunikasi Islam merupakan bentuk frasa dan pemikiran baru muncul dalam
penelitian akademik sekitar tiga dekade belakangan ini. Munculnya pemikiran dan
aktivisme komunikasi Islam didasarkan pada kegagalan falsafah, paradigma dan
pelaksanaan komunikasi barat yang lebih mengoptimalkan nilai-nilai pragmatis,
materialistis serta penggunaan media secara kapitalis. Kegagalan tersebut
menimbulkan implikasi negatif terutama terhadap komunitas Muslim di seluruh
penjuru dunia akibat perbedaan agama, budaya dan gaya hidup dari negara-negara
(barat) yang menjadi produsen ilmu tersebut. Komunikasi Islam lebih berfokus
kepada teori-teori komunikasi yang dikembangkan oleh para pemikir Muslim. Tujuan
akhirnya adalah menjadikan komunikasi Islam sebagai komunikasi alternatif,
terutama dalam menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang bersesuaian dengan
fitrah penciptaan manusia.1
1 Mohd. Rafiq, Tantangan dan Peluang Komunikasi Islam pada era globalisasi informasi. (Jurnal Analytica
Islamica, 2003). Vol. 5, No. 2.
2
Imam Safii, Modul Komunikasi Dakwah, (Mojokerto: Institut Pesantren KH. Abdul Chalim, 2019), hlm.
10-11.
2
Jika dianalogikan dengan pengertian dasar komunikasi politik, yakni
komunikasi yang berisikan pesan politik atau pembicaraan tentang politik (Dan
Nimmo, 1989), maka komunikasi dakwah dapat diartikan sebagai komunikasi yang
berisikan pesan Islam atau pembicaraan tentang keislaman. Pengertian komunikasi
dakwah sebagai pembicaraan tentang Islam senada dengan pengertian ”retorika
dakwah” menurut Yusuf Al-Qaradhawi (2004), yakni ”berbicara soal ajaran Islam”.
Al-Qaradhawi menyebutkan prinsip-prinsip retorika Islam sebagai berikut:3
1) Komunikator (sender);
2) Pesan (message);
3) Komunikan (receiver);
4) Komunikasi (receiver);
4
Imam Safii, Modul Komunikasi Dakwah, (Mojokerto: Institut Pesantren KH. Abdul Chalim, 2019), hlm.
16.
misalnya berupa pemahaman dan pengamalan pesan dakwah yang diterimanya.
Dari segi proses, dakwah tiada lain adalah “komunikasi Islam”, yakni
menyampaikan pesan-pesan keislaman. Komunikator (da'i) menyampaikan pesan
ajaran Islam melalui lambang-lambang kepada komunikan (mad'u). Mad'u menerima
pesan itu, mengolahnya, lalu meresponnya. Dalam proses itu terjadi transmisi pesan
oleh da'i dan interpretasi pesan oleh mad'u (objek dakwah). Proses transmisi dan
interpretasi tersebut tentunya mengharapkan terjadinya dampak (effect) berupa
perubahan kepercayaan, sikap dan tingkah-laku mad'u ke arah yang lebih baik sesuai
dengan standar nilai Islam. Tujuan dakwah utamanya adalah untuk mengubah
individu dan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik. Tujuan dakwah demikian
sesuai dengan tujuan komunikasi persuasif, yakni adanya perubahan situasi orang lain
atau mengubah atau memengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang
sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator.5
Jika kita melihat bagaimana proses komunikasi, hakikatnya tidak ada yang
berbeda antara komunikasi Islami (dakwah) dan non-Islami (sekuler) dalam hal model
(pola), proses, dan efeknya. Yang membedakan hanyalah pada landasan filosofinya.
Ketika kita berbicara pada landasan filosofi, Islam jelas menggunakan Al-Quran,
Hadits dan pendapat ulama. 6 Komunikasi Islam adalah komunikasi yang dibangun di
atas prinsip-prinsip Islam. Berdasarkan informasi dari Al-Qur’an dan As-Sunnah
ditemukan bahwa komunikasi Islam adalah komunikasi yang berupaya untuk
membangun hubungan dengan diri sendiri, dengan Sang Pencipta, serta dengan
sesama untuk menghadirkan kedamaian, keramahan, dan keselamatan buat diri dan
lingkungan dengan cara tunduk terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya.7 Komunikasi
dalam kacamata Islam (Islamic Comunication) memiliki kesamaan makna dengan
pengertian yang dikandung oleh dakwah itu sendiri. Menurut teori komunikasi Islam
yang digagas oleh Andi Faisal Bakti, bahwa dakwah dibangun atas empat elemen
yaitu: tablîgh, taghyîr, takwîn al-ummah, amar makruf nahi munkar, dan khairiyah
al-ummah/akhlâq.8
a. Tabligh (Informasi)
5
Asep Syamsul M. Romli, Komunikasi Dakwah Pendekatan Praktis, (Bandung: ASM. Romli,
www.romeltea.com, 2013), hlm. 13-14.
6
Andi Faisal Bakti dan Venny Eka Meidasari, “Trendsetter Komunikasi Era Digital: Tantangan dan
Peluang Pendidikan Komunikasi dan Penyiaran Islam”, Jurnal Komunikasi Islam, Vol. 02, No. 01, Juni 2012,
hlm. 21-22.
7
Harjani Hefni, Komunikasi Islam, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2015),hal. 40.
8
Andi Faisal Bakti, “The Contribution of Dakwah to Communication Studies: Risale-i Nur Collection
Perspective, International Bediuzzaman Symposium, Knowledge, Faith, Morality and the Future oh Humanity
(Istanbul: September 2010), hlm. 196.
9
Zulfahmi, Gerakan Damai Fethullah Gulen Menghadapi Kemiskinan dan Kekerasan di Turki (Kudus:
Paradigma Institut, 2013), hlm. 37.
menilai setiap pendapat yang dikemukakan di ruang publik apakah sesuai dengan
informasi tersebut atau tidak. Teori informasi dalam komunikasi di sejajarkan
Bakti dengan tablîgh. Dari informasi inilah seorang pengirim pesan (da’i/sender)
menyampaikan pesannya kepada penerima pesan (mad'u/receiver). Sesuai dengan
ayat Al-Qur'an yang artinya: “Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah
menyampaikan, dan Allah mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang
kamu sembunyikan”. (Q.S Al-Maa'idah 5: 99).10
10
Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bogor: Unit Percetakan Al-Qur’an, 2018), hlm.
179.
Edi Amin, Dakwah Komunitarian Ummatic Transnasional: Studi Konsepsi Said Nursi dan
11
b. Taghyîr (Change)
Perubahan yang terjadi pada masyarakat Islam tidak terlepas dari spirit
ajarannya. Dalam setiap perubahan tersebut juga terdapat berbagai konsekuensi,
bahkan dapat berujung krisis. Krisis tersebut disebabkan karena dalam setiap
perubahan ada nilai-nilai dalam masyarakat yang terkikis. Munculnya perubahan
komunikasi terkait modernisasi (modernnization) merupakan akibat dominasi
ilmu pengetahuan dan teknologi Barat. Tergerusnya budaya dan kearifan lokal
karena munculnya budaya baru dari Barat. Kemudian model dependensi
(dependency) mengoreksi kelemahan model modernisasi, yakni model ini
memiliki motivasi mensejajarkan ilmu pengetahuan dan teknologi barat dengan
jalan penguatan pembelajaran dan pendidikan. Kemudian muncul model
multiplicity, yang menyatakan bahwa perubahan bisa terjadi karena adanya aturan
yang berhubungan dengan faktor lain seperti budaya, politik, agama dan
ekonomi.13
12
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 23.
13
Edi Amin, Dakwah Komunitarian Ummatic Transnasional: Studi Konsepsi Said Nursi dan
Penerapannya di Indonesia, hlm. 55.
pandangan komunikasi Islam (dakwah) adalah proses perubahan menuju
kehidupan yang lebih baik dan tercapainya kepuasan seperti dalam model yang
dikenal dengan uses and gratification (manfaat dan kepuasan). Model ini,
perubahan tidak hanya menyajikan keuntungan berupa kehidupan yang lebih baik
secara materi tapi juga dalam bentuk psikologis berupa kepuasan masyarakat
seperti kenyamanan (ecology), rasa aman (security), ketenangan batin
(sprituality).14
c. Takwin Al-Ummah
Menurut bahasa Amar Ma‟ruf Nahi Munkar berkisar pada segala hal yang
dianggap baik oleh manusia dan mereka mengamalkannya serta tidak
mengingkarinya. Amar adalah suatu tuntutan atau suatu perbuatan dan pihak yang
lebih tinggi kedudukannya kepada pihak yang lebih rendah kedudukannya.
Sedangkan kata ma‟ruf adalah kata yang mencakup segala sesuatu hal yang
dinilai baik oleh hati, dan jiwa merasa tenang dan tentram terhadapnya. Adapun
kata Nahi menurut bahasa ialah suatu lafadz yang digunakan untuk meninggalkan
14
Andi Faisal Bakti, “The Contrbution of Dakwah to Communication Studies: Risale-I Nur Collection
Perspective, International Bediuzzaman Symposium, Knowledge, Faint, Morality and the Future of Humanity,
hlm. 203.
15
Edi Amin, Dakwah Komunitarian Ummatic Transnasional: Studi Konsepsi Dakwah Said Nursi
dan Penerapannya di Indonesia, hlm. 56.
9
suatu perbuatan yang dilarang. Sedangkan munkar secara etimologi adalah sebuah
kata untuk menyebut sesuatu yang dipungkiri, tidak cocok, dinilai jijik, dan
dianggap tidak baik oleh jiwa. Menurut bahasa Al- munkar adalah segala hal yang
dianggap jelek oleh manusia, mereka mengingkari serta menolaknya. Sedangkan
menurut syaraiat, mungkar adalah segala hal yang diingkari, dilarang, dan dicela
oleh syari’at serta dicela pula orang yang melakukannya. Dengan kata lain al-
munkar merupakan segala sesuatu yang dilarang oleh syari’at beruapa hal- hal
yang merusak dunia,akhirat,akal, dan fitrah yang selamat.
1) Hendaknya Amar ma’ruf nahi munkar dilakukan dengan cara yang ihsan agar
tidak berubah menjadi penelanjang aib dan menyinggung perasaan orang lain.
2) Islam adalah agama yang berdimensi individual dan sosial,maka sebelum
memperbaiki orang lain, seorang muslim dituntut berintrospeksi dan berbenar
diri, sebab Amar ma’ruf nahi munkar yang baik adalah yang diiringi dengan
keteladanan.
3) Menyampaikan Amar ma’ruf nahi munkar disandarkan kepada keihlasan
karena mengharapkan ridha Allah, bukan mencari popularitas dan dukungan
politik.
4) Amar ma’ruf nahi munkar dilakukan menurut Al- Quran dan As- Sunnah,
serta diimplementasikan dalam masyarakat secara berkesinambungan.
Syarat Rukun Amar Ma’ruf Nahi Munkar adalah perbaikan, pelurusan, dan
pembinaan yang sesuai dengan rambu - rambu dan ajaran agama. Karena itu,
memerlukan bekal pengetahuan, pengalaman, kajian, analisis dan identifikasi,
sebagaimana ia memerlukan pemahaman, kecerdasaan, kecerdikan, kesabaran,
dan usaha serius penegak amar ma’ruf nahi munkar itu sendiri.
16
Tata Sukayat, Quantum Dakwah, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2009), hlm. 5.
Sesungguhnya amar ma‟ruf nahi munkar merupakan salah satu syi’ar Islam
yang agung, ia merupakan salah satu tiang pengukuh mujtama (masyarakat).
Banyak nash yang menunjukkan hal itu, dan banyak dibicarakan kehidupan nyata.
Sebagaimana telah dijelaskan Allah dalam Al-Quran bahwa keistimewaan
masyarakat muslim ialah menjadikan mulia umat Islam dengan menegakkan amar
ma‟ruf nahi munkar. Karena sesungguhnya di antara amalan yang dapat
mendekatkan diri kepada Allah dengan cara saling menasihati dalam kebenaran
serta mengajak kepada kebaikan. Makna amar ma‟ruf nahi munkar yaitu
hendaklah berusaha mengajak orang lain kepada kebaikan dan menghindarkan
mereka dari keburukan. Islam sebagai agama individual dan sosial telah
mewajibkan untuk memperbaiki diri sendiri dan mengajak orang lain kepada
kebaikan.17
17
Abu Ammar dan Abu Fatiah Al-Adnani, Mizanul Muslim 2 Barometer Menuju Muslim Kaffah, (Solo:
Cordava Mediratama, 2016), hlm. 145.
18
Andi Faisal Bakti, “The Contrbution of Dakwah to Communication Studies: Risale-I Nur Collection
Perspective, International Bediuzzaman Symposium, Knowledge, Faint, Morality and the Future oh Humanity,
hal. 209.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Faisal, Andi Bakti., Eka, Venny Meidasari. “Trendsetter Komunikasi Era Digital:
Tantangan dan Peluang Pendidikan Komunikasi dan Penyiaran
Islam”. Jurnal Komunikasi Islam, Vol. 02, No. 01, 2012.
Kementrian Agama RI. Al-Quran dan Terjemahannya. Bogor: Unit Percetakan Al-Qur’an,
2018.
Rafiq, Mohd. Tantangan dan Peluang Komunikasi Islam Pada Era Globalisasi Informasi.
Jurnal: Analytica Islamica, Vol. 5, No. 2, 2003.
Safii, Imam. Modul Komunikasi Dakwah. Mojokerto: Institut Pesantren KH. Abdul Chalim,
2019.
Syamsul, Asep M. Romli. Komunikasi Dakwah Pendekatan Praktis. Bandung: ASM. Romli,
www.romeltea.com, 2013.