METODE DA’WAH
Disusun oleh :
Eni Mulyani
Khonsa Qonita
Putri Amelia
2022/2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr wb
Segala puji bagi Allah SWT atas karunia yang telah diberikan-Nya sehingga makalah
“Metode Dakwah” yang disusun sebagai tugas mata kuliah Fiqih Dakwah 1 dapat
diselesaikan semaksimal mungkin. Shalawat serta salam disanjungkan kepada nabi agung
Muhammad SAW yang memberikan inspirasi dakwah sehingga makalah ini tersusun salah
Akhirnya ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen Fiqih Dakwah, Ustadz
H. Jamaludin Nibun, M.Pd yang telah memberikan kami kesempatan berdiskusi ria
membahas Metode dakwah sehingga muncul teori-teori untuk mengangkat dakwah sebagai
sebuah kajian dan kegiatan yang efektif. Permintaan maaf kami haturkan atas kesalahan-
kesalahan yang kami lakukan dalam penyusunan makalah ini, baik kecil maupun besar.
Akhir kata.
Wassalamu’alaikum wr wb.
A. Latar Belakang
informasi, telah membawa dampak berarti pada perubahan sendi-sendi etika umat Islam. Era
globalisasi memiliki potensi untuk merubah hampir seluruh sistem kehidupan masyarakat
baik dibidang politik, ekonomi, sosial budaya, bahkan dibidang pertahanan dan keamanan.
Dakwah ke depan ini menempatkan perencanaan dan strategi yang tepat dengan
merujuk kepada metode dakwah Rasulullah SAW. Para intelektual muslim dapat
merumuskan konsep dan metode dakwah untuk generasi muda, orang dewasa atau objek
dakwah bagi berbagai lapisan masyarakat yang tingkat pemahaman keagamaannya tergolong
rendah atau sebaliknya bagi masyarakat yang tingkat pendidikannya tergolong tinggi,
Ada yang berpendapat bahwa berdakwah itu hukumnya fardhu kifayah, dengan
menisbatkan pada lokasi-lokasi yang didiami para dai dan muballigh. Artinya, jika pada satu
kawasan sudah ada yang melakukan dakwah, maka dakwah ketika itu hukumnya fardhu
kifayah. Tetapi jika dalam satu kawasan tidak ada orang yang melakukan dakwah padahal
mereka mampu, maka seluruh penghuni kawasan itu berdosa di mata Allah. Dengan
demikian sebenarnya dakwah merupakan kewajiban dan tugas setiap individu. Hanya dalam
Metode berasal dari bahasa Yunani methodos, yang merupakan gabungan dari kata
meta dan hodos. Meta berarti melalui, mengikuti, atau sesudah, sedangkan hodos berarti
jalan, arah atau cara. Metode dalam bahasa arab disebut dengan thariqat dan manhaj yang
mengandung arti tata cara, sementara itu dalam kamus Bahasa Indonesia metode artinya cara
yang teratur dan berfikir baik-baik untuk maksud (dalam ilmu pengetahuan) untuk mencapai
tujuan yang ditentukan. Metode dapat diartikan sebagai suatu cara atau jalan yang sudah
diatur dengan pertimbangan tertentu yang bisa ditempuh guna mencapai tujuan tertentu.
Secara etimologis dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a, yad’u, da’wan, du’a,
Istilah dakwah ini sering diberi arti yang sama dengan istilah-istilah tabligh, amr ma’ruf dan
nahi mungkar, mau’idzhoh hasanah, tabsyir, indzar, washiyah, tarbiyah, ta’lim dan khotbah.
Setelah mendata seluruh kata dakwah dapat didefinisikan bahwa dakwah Islam adalah
sebagai kegiatan mengajak, mendorong, dan memotivasi orang lain berdasarkan bashirah
untuk meniti jalan Allah dan istiqoamah dijalaNya serta berjuang bersama meninggikan
agama Allah. Oleh karena itu, secara terminologis pengertian dakwah dimaknai dari aspek
positif ajakan tersebut, yaitu ajakan kepada kebaikan dan keselamatan dunia akhirat.
Sementara itu, para ulama memberikan definisi yang bervariasi mengenai kata dakwah,
antara lain :
a. Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dakwah adalah mengajak seseorang agar
beriman kepada Allah dan kepada apa yang dibawa oleh para RasulNya dengan cara
membenarkan apa yang mereka beritakan dan mengikuti apa yang mereka perintahkan.
diturunkan ke bumi, berupa hidayah sang khaliq kepada makhluk, yakni dien dan jalan-Nya
yang lurus yang sengaja dipilih-Nya dan dijadikan sebagai jalan satu-satunya untuk bisa
c. Ahmad Ghalwasy dalam bukunya ”ad dakwah al-Islamiyah” mengatakan bahwa, ilmu
dakwah adalah ilmu yang dipakai untuk mengetahui berbagai seni menyampaikan kandungan
dalam kebaikan dan menunjukkan mereka jalan yang benar dengan cara amar ma’ruf dan
nahi munkar.”
Dari beberapa definisi di atas dengan redaksi yang berbeda, namun dapat disimpulkan bahwa
esensi dakwah bukan hanya terbatas pada penjelasan dan penyampaian semata, namun juga
menyentuh pada pembinaan dan takwin (pembentukan) pribadi, keluarga, dan masyarakat
Islam.
Dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses, dalam rangka mencapai
suatu tujuan tertentu. Tujuan ini dimaksudkan untuk pemberi arah atau pedoman bagi gerak
langkah kegiatan dakwah. Sebab tanpa tujuan yang jelas seluruh aktivitas dakwah akan sia-
Didin Hafidhudin mengemukakan tujuan dakwah secara umum adalah mengubah perilaku
sasaran dakwah agar mau menerima ajaran Islam dan mengamalkannya dalam dataran
kenyataan kehidupan sehari-hari, baik yang bersangkutan dengan masalah pribadi, keluarga,
maupun sosial kemasyarakatan, agar mendapat kebaikan dunia dan akhirat serta terbebas dari
azab neraka.
Amrullah Ahmad dalam bukunya Dr. H. Ali Aziz, M. Ag. menyinggung tentang
tujuan dakwah yaitu untuk mempengaruhi cara merasa, berpikir, bersikap dan bertindak
manusia pada dataran individual dan sosiokultural dalam rangka terwujudnya ajaran Islam
Dari beberapa tujuan dakwah tersebut,secara garis besar tujuan dakwah dapat dibagi dua
yaitu:
a. Tujuan Umum, tujuan dakwah secara umum adalah penyelamat umat manusia dari
lembah kegelapan dan membawa ke tempat yang terang dari jalan yang sesat ke jalan yang
lurus, dari lembah kemusykilan dengan segala bentuk kesengsaraan menuju kepada tauhid
b. Tujuan khusus, selain tujuan umum dakwah juga memiliki tujuan secara khusus yang
1) Terlaksana ajaran Islam secara keseluruhan dengan cara yang benar dan berdasarkan
berbangsa dan bernegara, adil, makmur, damai dan sejahtera dibawah bimbingan rahmat,
Prinsip metode dakwah artinya ruh atau sifat yang menyemangati atau melandasi
berbagai cara atau pendekatan dalam kegiatan dakwah. Untuk lebih jelas diantaranya
mengacu kepada petunjuk al-Quran surat al-Nahl ayat 125 terdiri dari tiga prinsip yaitu al-
hikmah, al-mauidzah al-hasanah, dan mujadalah bi al-lati hiya ahsan. Ayat tersebut berbunyi:
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu ialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
a. Bi al-Hikmah
Kata al-hikmah mempunyai banyak pengertian. Dalam beberapa kamus, kata al-
(kenabian), al-ilm (ilmu pengetahuan), al- Quran, falsafah, kebijakan, pemikiran atau
pendapat yang baik, al-haqq (kebenaran), meletakan sesuatu pada tempatnya, kebenaran
sesuatu, mengetahui sesuatu yang paling utama dengan ilmu yang paling utama.
Dalam kitab - kitab tafsir, al-hikmah dikemukakan sebagai berikut: Tafsir Al-Quran
Al-adzim karya Jalalain memberi makna bi al-hikmah dengan Al-Quran, Syekh Muhammad
Nawawi Al - Jawi memberi makna bi al - hikmah dengan hujjah (argumentasi), akurat, dan
al-hikmah sebagai perkataan yang sudah pasti benar, yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran
yakni “ serulah mereka untuk mengikuti kitab yang memuat al-hikmah”. Wahbah al-Juhaili
dalam karyanya tafsir al-Munir memberi makna bi al-hikmah sebagai perkataan jelas dengan
dalil yang terang, yang dapat mengantarkan pada kebenaran dan menyingkap keraguan. Al-
Maragi memberi makna bi al-hikmah secara lebih luas, yaitu wahyu Allah yang telah
diberikan kepadamu.
al-hikmah pada intinya merupakan penyeruan atau pengajakan dengan cara bijak, filosofis,
1
Syukriadi Sambas dan Rasihon Anwar, pen. Di Balik Strategi Dakwah rasulullah
(Membedah Wacana Kepemimpinan, Kaderisasi dan Etika Dakwah Nabi (Bandung: Mandiri Press,
1999) , h. 46.
argumentatif, dilakukan dengan adil, penuh kesabaran dan ketabahan, sesuai dengan risalah
al-nubuwwah dan ajaran al-Quran atau wahyu Illahi. Dengan demikian terungkaplah apa
Menurut Ibnu Rusyd, dakwah dengan hikmah artinya dakwah dengan pendekatan substansi
yang mengarah pada falsafah dengan nasihat yang baik, yang berarti retorika yang efektif dan
populer, serta argumentatif atau dialektis yang unggul. Dakwah bi al-hikmah, yang berarti
dakwah bijak, mempunyai makna selalu memperhatikan suasana, situasi, dan kondisi mad’u
(muqtadha al-hal). Hal ini berarti menggunakan metode yang relevan dan realistis
1) Unsur Ilmu, yakni ilmu yang shahih yang dapat memisahkan antara yang haq dan
batil, serta ilmu yang dapat mengetahui tentang rahasia dan faedah sesuatu.
2) Unsur jiwa, yakni menyatunya ilmu tersebut ke dalam jiwa seorang da’i, sehingga
3) Unsur amal perbuatan, yakni ilmu pengetahuan yang telah menyatu ke dalam jiwa
tersebut mampu memotivasi diri da’i untuk melakukan sesuatu. (Awaludin Pimai)
Jadi, dakwah bil hikmah adalah kemampuan seorang da’i di dalam melaksanakan
dakwah dengan jitu yang didukung oleh ilmu pengetahuan yang dia miliki. Atau, dakwah bil
hikmah adalah kemampuan seorang da’i dalam melaksanakan dakwah dengan cara
Sayid Qutub (1997: 22), dakwah dengan metode hikmah akan terwujud apabila
memperhatikan tiga faktor. Pertama, keadaan dan situasi orang-orang yang didakwahi.
Kedua, kadar atau ukuran materi dakwah yang disampaikan agar mereka merasa tidak
keberatan dengan beban materi tersebut. Ketiga, metode penyampaian materi dakwah dengan
membuat variasi sedemikian rupa yang sesuai dengan kondisi pada saat itu.
Menurut Muhammad Husen Yusuf, dakwah dengan hikmah berarti dakwah yang
disesuaikan dengan kadar akal, bahasa, dan lingkungan para pendengarnya. Sebab manusia
secara fitrah terdiri atas tiga macam. Salah satunya manusia yang secara fitrah memiliki
tendensi pada kebenaran. Dengan pemikirannya, ia menerima dakwah dengan mudah, selama
dakwah itu tegak dan dijalankan sesuai dengan proporsinya. Ia tidak akan berbelit-belit dalam
menyambut dakwah dan tidak ragu untuk membelanya demi berjuang dijalan Allah, seperti
yang dilakukan generasi pertama Islam. Mereka tidak ragu-ragu untuk menyambut ajaran
b. Al-Mauidzah al-Hasanah
memberikan pengajaran yang baik kepada mad’u dg lemah lembut tanpa ada unsur paksaan.
(Sayyid Qutub).
kisah, peringatan, pesan, wasiyat yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan umat
Mau’izah Hasanah arti dasarnya nasehat, bimbingan, pendidikan dan peringatan yang
baik. Bisa diartikan ungkapan yang mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran,
kisah2, berita gembira, pesan2 positif yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan untuk
keselamatan di dunia dan akhirat. Mau’izah hasanah berarti memasukkan ke dalam kalbu
kata2 dengan penuh kasih sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan, tidak
membongkar kesalahan orang lain, karena kelemah lembutan dalam menasehati dapat
Al-mauidzah al-hasanah, menurut beberapa ahli bahasa dan pakar tafsir, memiliki
a) Pelajaran dan nasihat yang baik, berpaling dari perbuatan jelek melalui tarhib dan
targhib (dorongan dan motivasi); penjelasan, keterangan, gaya bahasa, peringatan, penuturan,
c) Simbol, alamat, tanda, janji, penuntun, petunjuk, dan dalil-dalil yang memuaskan
e) Nasihat, bimbingan, dan arahan untuk kemaslahatan. Dilakukan dengan baik dan
penuh tanggung jawab, akrab, komunikatif, mudah dicerna, dan terkesan di hati sanubari
mad’u.
f) Suatu ungkapan dengan penuh kasih sayang yang terpatri dalam kalbu, penuh
kelembutan sehingga terkesan dalam jiwa, tidak melalui cara pelarangan dan pencegahan,
sikap mengejek, melecehkan, menyudutkan atau menyalahkan, meluluhkan hati yang keras,
g) Tutur kata yang lemah lembut, perlahan-lahan, bertahap dan sikap kasih sayang –
dalam konteks dakwah-, dapat membuat seseorang merasa dihargai rasa kemanusiaannya dan
Ruang Lingkup Mauizah hasanah bisa dipahami dengan makna yang lebih luas:
pemikiran serta pengalaman spiritualnya tergolong kelompok awam. Dalam hal ini, peranan
juru dakwah adalah sebagai pembimbing, teman dekat yang setia, yang menyayangi dan
c. Al-Mujadalah
dengan cara yang terbaik, sopan, santun, saling menghargai, dan tidak arogan. Dalam
pandangan Muhammad Husain Yusuf, cara dakwah ini diperuntukan bagi manusia jenis
ketiga. Mereka adalah orang-orang yang hatinya dikungkung secara kuat oleh tradisi
jahiliyah, yang dengan sombong dan angkuh melakukan kebatilan, serta mengambil posisi
berkata: “Mengapakah al-Quran ini tidak diturunkan kepada orang-orang yang besar dari
salah satu dari dua negeri (Mekah dan Thaif) ini”. Mereka mengucapkan perkataan yang
terjemahnya: ”Mereka berkata, “Apakah betul, apabila kami telah mati dan menjadi tanah
serta tulang belulang akan dibangkitkan? Sesungguhnya kami dan bapak-bapak kami telah
diberi ancaman (dengan) ini dahulu kala”.Bagi manusia semacam itu, keindahan balaghah al-
Mereka harus dihadapkan pada perdebatan yang baik dengan cara menegakan berbagai
argumentasi yang dapat mematahkan mereka, dengan tetap menjaga sikap arif dan lembut
kepada mereka. Sebab,cara demikian sangat kondusif untuk memadamkan api jahiliyah.
Sikap keras dan kasar kepada mereka hanya membuat mereka menjadi semakin sombong
saja.2
2
Asep Muhyidin dan Agus Ahmad Safei, Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung:
Pustaka Setia, 2002), cet. I, h. 78-82
Atau bisa dikatakan metode al – mujadalah adalah sebuah metode dakwah yang lebih
mengedepankan unsur dialog dalam pelaksnaan dakwahnya. Dialog dalam hal ini haruslah
mengacu kepada persyaratnya yaitu: Tanpa kekerasan, Tidak mencari menang kalah, Tidak
ada unsur permusuhan, Tidak ada sikap sombong, Tidak ada provokasi.
Dalam pelaksanaan metode mujadalah, ada 3 aspek yang harus dikuasai oleh para
da’i, yaitu:
2) 2. Punya kedewasaan sikap dan prilaku sehingga dialog bisa berjalan lancar.
3) Mampu mengambil langlkah atau upaya bagi berhasilnya sebuah dialog yang
berkualitas.
a. Tarbiyah
yang intinya sama yaitu mengacu pada proses pengembangan potensi yang dianugrahkan
pada manusia.
Kedua istilah ini Tarbiyah dan Ta’lim mempunyai istilah yang tidak jauh berbeda
membentuk wawasan sikap dan tingkah laku individu atau masyarakat. Ta’lim disisi lain ada
yang menjelaskan ta’lim sebagai proses pengajaran yang hanya pada tingkat pemahaman,
dan jiwa yang dilakukan secara berkelanjutan sehingga mutarabbi (anak didik) bisa dewasa
b. Menurut Tafsir Al-Maraghy, Tarbiyyah adalah kegiatan yang disertai dengan penuh
kasih sayang, kelembutan hati, perhatian bijak dan menyenangkan; tidak membosankan.
c. Menurut Al- Ashqalany, Tarbiyyah adalah mendidik anak melalui penyampaian ilmu,
kehidupan sehari-hari.
Para ahli memberikan definisi tarbiyah, bila diidentikkan dengan al-rabb adalah sebagai
berikut:
a. Menurut al-Quturbi, bahwa; arti arrabb adalah pemilik, tuan, maha memperbaiki, yang
maha pengatur, yang maha mengubah, dan yang maha menunaikan (al-Qurthuby, tth: 15).
c. Menurut Fahru Razi, ar-rabb : merupakan fonem yang seakar dengan al-tarbiyah yang
mempunai arti attanwiyah yang berarti (pertumbuhan dan perkembangan) (al-Razi, t.th: 12).
d. Al-Jauhari yang dikutip oleh alAbrasy memberi arti kata tarbiyah dengan rabban dan
rabba dengan memberi makan, memelihara dan mengasuh (Zuhairini, 1950: 17).
Dari pandangan beberapa pakar tafsir tersebut, kata dasar ar-rabb, mempunyai arti yang luas
Menurut Al-Attas (Naquib, : 65), secara semantik istilah tarbiyyah tidak tepat dan tidak
esensial pengetahuan, intelegensi dan kebajikan yang pada hakikatnya merupakan unsur-
unsur pendidikan yang sebenarnya. Jika sekiranya dikatakan bahwa suatu makna yang
berhubungan dengan pengetahuan disusupkan dalam konsep rabba, maka makna tersebut
mengacu pada pemilikan pengetahuan (penulis: pada aspek manajerial) dan bukan
Kata al-rabb juga berasal dari kata tarbiyyah yang berarti mengantarkan sesuatu
waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari
umurmu”.
Ini menegaskan pada proses pengasuhan atau membesarkan. Proses tarbiyah tidak
mencakup langsung keterlibatan ilmu sebagai aspek penting dalam pendidikan. Proses
pengembangan (penumbuhan) diri sebagai pengembangan yang bersifat materi, pada dimensi
b. Ta’lim
Ta’lim berasal dari akar kata ‘allama ( )علّم, yu‘allimu ( )يعلم,dan ta’lim ()تعليم.
Yu’allimu diartikan dengan mengajarkan, dan ta’lim artinya pengajaran (instruction; teach-
of). M. Thalib mengatakan bahwa ta’lim memiliki arti memberitahukan sesuatu kepada
seseorang yang belum tahu (Thalib, 1996: 16). Dan mu’allim atau pengajar yang berarti
Artinya: “Ajarkanlah mereka untuk ta’at kepada Allah dan takut berbuat maksiat
kepada Allah serta suruhlah anak-anak kamu untuk menaati perintah-perintah dan menjauhi
larangan-larangan. Karena yang demikian itu akan memelihara mereka dan kamu dari api
neraka”.
Taklim secara umum hanya terbatas pada pengajaran (proses transfer ilmu
pengetahuan) dan pendidikan kognitif semata-mata (proses dari tidak tahu menjadi tahu). 3
aspek pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam hidup serta pedoman
b. Menuruit Rasyid Ridho, taklim adalah proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada
jiwa individu tanpa adanya batasan ketentuan tertentu. Rasyid Ridho memahami kata ‘allama’
asma yang diajarkan Allah kepadanya. taklim mencakup fase bayi, anak-anak, remaja, dan
orang dewasa.
tarbiyah, karena taklim hanya merupakan upaya menyiapkan individu dengan mengacu pada
yang mengamalkannya.”
Berdasarkan beberapa ayat dan beberapa hadts tersebut, istilah ta’lim menunjukkan
bahwa ilmu yang bisa untuk dialihkan meliputi semua ilmu termasuk diantaranya sihir.
Sehingga memang istilah tersebut lebih dekat pada pengajaran bukan pendidikan, karena
pendidikan dalam pengertian Islam tentu saja harus mengarah pada manusia yang lebih baik,
sesuai peran dan fungsinya menurut al-Qur’an dan al-Sunnah. Dalam konsep ta’lim,Allah
adalah “Guru” para nabi dan manusia. Menurut AzZajjaj, taklim merupakan cara Allah
mengajarkan para nabi dan umat manusia tentang “ilmu pengetahuan” dan “teknologi”,
sebagaimana dipahami dalam petikan ayat: “Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat
baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu, maka hendaklah kamu
bersyukur (kepada Allah)” (Q.S. al-Anbiya: 80). Ilmu pengetahuan menurut Islam merupakan
landasan kuat bagi keimanan dan sekaligus pedoman amal dalam meningkatkan kualitas
menunjukkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat diulang dan dikembangkan,
Melihat persoalan umat Islam di atas, nampaknya dakwah Islam harus dilakukan
dengan upaya yang serius dan tidak hanya cukup dilakukan dengan dakwah bil lisan, dakwah
yang dibutuhkan adalah kerja nyata yang mampu menimbulkan perubahan-perubahan sosial
Dalam ta’lim, titik tekannya adalah penyampaian ilmu pengetahuan yang benar,
pemahaman, pengertian, tanggung jawab dan penanaman amanah kepada anak. ta’lim disini
Sedangkan pada tarbiyah, titik tekannya difokuskan pada bimibangan anak supaya
berdaya (punya potensi) dan tumbuh kelengkapan dasarnya serta dapat berkembang secara
sempurna.
Yaitu pengembangan ilmu dalam diri manusia dan pemupukan akhlak yakni pengalaman