Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH METODIK KHUSUS PAI

METODE PERUMPAMAAN PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK MATERI


“SI DERMAWAN DAN SI KIKIR”

Dosen Pengampu : Dr. Syukri, M.Pd

Oleh :

Fitriana Dewi (200101072)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

i
2022

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan atas Kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat taufik
serta hidayahnya kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa pula
kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Syukri, M.Pd. selaku dosen pengampu mata
kuliah “Metodik Khusus PAI” yang telah memberikan tugas ini kepada kami serta
membimbing kami dalam menyusun makalah ini. Dengan adanya makalah ini, kami
berharap dapat berguna bagi para pembaca guna menabah wawasan serta pengetahuan
sekaligus mengetahui “Metode Perumpamaan Pada Mata Pelajaran Akidah akhlak Materi
tentang Kikir”, Begitupun dengan penulis, semoga penulis juga dapat memahami dan
mengamalkan isi dari makalah ini.

Oleh karena itu, kami menyadari makalah ini tidak sepenuhnya sempurna, melainkan
terdapat kekurangan-kekurangan yang harus dibenahi, kami berharap adanya kritik dan saran,
baik dari teman-teman maupun Bapak dosen untuk memperbaiki makalah ini agar menjadi
lebih baik. Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami oleh teman-teman. Kami
mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan dihati teman-teman.

Jonggat, 27 November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER

PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Satu dari berbagai komponen penting untuk mencapai tujuan pendidikan adalah
ketepatan menentukan metode. Sebab dengan metode yang tepat, materi pendidikan
dapat diterima dengan baik. Metode diibaratkan sebagai alat yang dapat digunakan
dalam suatu proses pencapaian tujuan. Tanpa metode, suatu materi pelajaran tidak
akan dapat berproses secara efektif dan efisien dalam kegiatan pembelajaran menuju
tujuan pendidikan.
Pembicaraan yang terakhir ini dituangkan dalam bentuk kata yang indah, mempesona,
dan mudah di fahami, yang dirangkai dalam untaian perumpamaan dengan sesuatu
yang telah diketahui secara yakin, yang dinamai tamtsil (perumpamaan) itu.
Tamtsil atau membuat perumpamaan merupakan gaya bahasa yang dapat
menampilkan pesan yang berbekas pada hadis sanubari. Muhammad Mahmud Hujazi
menyatakan bahwa bentuk amtsal yang rumit merupakan inti sebuah kalimat yang
sangat berdampak bagi jiwa dan berbekas bagi akal. Oleh karena itu, Allah membuat
perumpamaan bagi manusia bukan binatang atau makhluk lainnya, agar manusia
dapat memikirkan dan memahami rahasia serta isyarat yang terkandung di dalamnya.
Al-qur’an sengaja memberikan pengertian-pengertian yang mengandung moral tinggi
ini, antara lain melalui metode perumpamaan agar manusia terpanggil untuk berfikir
mengenai hal itu, dan terkesan olehnya, dan selanjutnya mendorong manusia tersebut
melaksanakan dalam perbuatannya sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
a. Jelaskan pengertian dan tujuan metode Perumpamaan ?
b. Bagaimana metode Perumpamaan dalam praktik mengajar Rasulullah Saw?
c. Uraikan dalil Metode Perumpamaan berdasarkan Al-Qur’an ?
d. Bagaimana metode Perumpamaan dalam pendidikan?
e. Bagaimana praktik/penerapan metode Perumpamaan pada pembelajaran
akidah akhlak dengan topik “Si Miskin dengan Kedermawanannya dan si kaya
dengan ke kikirannya” ?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan metode Perumpamaan

4
b. Untuk mengetahui metode Perumpamaan dalam praktik mengajar Rasulullah
Saw
c. Untuk mengetahui dalil Metode Perumpamaan berdasarkan Al-Qur’an
d. Untuk mengetahui metode Perumpamaan dalam Pendidikan
e. Untuk mengetahui praktik/penerapan metode Perumpamaan pada
pembelajaran akidah akhlak dengan topik “Si Miskin dengan
Kedermawanannya dan si kaya dengan ke kikirannya”

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Perumpamaan


Pengertian:
Secara etimologi istilah metode berasal dari bahasa Yunani “metodos”, kata ini terdiri
dari dua suku kata: yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati, dan “hodos”
yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai
tujuan (M. Arifin, 1996: 61). Dalam pendidikan islam, istilah metode diartikan
dengan Wasilah, Tariqah, Manhaj dan Uslub, yang kesemuanya semakna dengan
metode (Sa’id Ismail ‘Ali, 2002: 343). Uslub atau metode adalah jalan, cara dan
tujuan yang terencana (Ibn Manzur, 1414 H: 2058; Suwaid, 2012: xvii). Sedangkan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah “cara teratur yang digunakan
untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki;
cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan” (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2005:
740). Jadi, metode pendidikan atau lebih operasionalnya, metode mengajar adalah
cara-cara praktis yang digunakan oleh seorang guru dalam penyampaian materi ajar
kepada muridnya agar tercapai tujuan pengajaran.
Tujuan :
Tujuan metode perumpamaan.
Tujuan dari perumpamaan itu adalah tujuan moral dan pendidikan,
Yang dapat diringkas menjadi enam tujuan :
a. Perumpamaan dapat mendekatkan gambaran yang diumpamakan dalam
Pikiran pendengar
b. Merasa puas dengan satu gagasan tertentu, sehingga kepuasan itu menjadi
Satu argumen yang kokoh lewat gambaran yang mirip.
c. Memberikan motif dengan cara memperindah atau menakut-nakuti
d. Memiliki hasrat atau keinginan yang pada gilirannya akan memiliki ketetapan
hati untuk menerima apa yang disarankan
e. Untuk memuji atau mencela juga untuk mengagungkan atau menghinakan

6
f. Mengasah otak dan menggerakkan potensi pemikiran atau timbul kesadaran untuk
merenung dan tafakkur.

B. Metode Perumpamaan Dalam Praktik Mengajar Rasulullah

Perumpamaan berarti pemberian contoh, yaitu menuturkan sesuatu guna menjelaskan


suatu keadaan yang selaras dan serupa dengan yang dicontohkan, lalu menonjolkan
kebaikan dan keburukan yang tersamar (An-Nahlawi, 1995: 251).

Salah satu sarana dalam menyampaikan penjelasan adalah perumpamaan.


Perumpamaan bukan semata-mata pengibaratan, ia adalah seni dalam menjelaskan
sebuah pengertian, konsep, dan gagasan yang abstrak. Jiwa, nafsu, surga, neraka,
ganjaran, kepuasan adalah hal-hal yang abstrak yang tampaknya sulit untuk dipahami.
Jika perkara di atas diberi perumpamaan-perumpamaan, maka perkara itu akan
menjadi konkrit. Ibarat orang yang melihat sesuatu yang ada di cermin, ia akan
melihat apa yang ada di depan dan yang ada di belakangnya dengan jelas.

Perumpamaan tersebut nyata bagi penglihatannya (At-Tirmizi, 2003: v). Dengan


perumpamaan itu hati pun menjadi pasrah dan jiwa menjadi tenang serta puas. Apa
yang tidak diketahui dan di luar bayangan telah nyata. Iman pun akan terus
bertambah. Demikianlah Allah mengajarkan hikmah perumpamaan kepada manusia
agar mereka mengerti.

C. Dalil Metode Perumpamaan berdasarkan Al-Qur’an

QS. Ibrahim ayat 24-25

‫ا ِ ْذ ِن‬Pِ‫ َّل ِحي ٍْن ب‬P‫ا ُك‬PPَ‫ْؤ تِ ْي اُ ُكلَه‬Pُ‫ َما ِء ت‬P‫الس‬


َّ ‫ت َّوفَرْ ُعهَا فِي‬ َ ‫ب هّللا ُ َمثَالً َكلِ َمةً طَيِّبَةً َك َش َج َر ٍة‬
ٌ ِ‫طيِّبَ ٍة اَصْ لَها َ ثا َ ب‬ َ َ‫اَلَ ْم تَ َر َك ْيف‬
َ ‫ض َر‬
َ‫اس لَ َعلَّهُ ْم يَتَ َذ َّكرُوْ ْن‬ َ َ‫ َويَضْ ِربُ هّللا ُ االَ ْمث‬,‫َربِّهَا‬
ِ َّ‫ال الن‬

Artinya: “Tidaklah kamu melihat bagaimana Allah telah membuat perumpamaan


kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya ke langit. Ia
memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin tuhannya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan untuk manusia supaya mereka selalu ingat.”

1. Tafsir Al-Maraghi

7
Allah mengumpamakan kalimat yang baik itu dengan pohon yang baik, berbuah,
indah dipandang, harum baunya, tertancap kokoh didalam tanah, yang karenanya
tidak mudah tumbang dan cabang-cabangnya menjulang tinggi ke udara. Keadaan ini
menunjukkan kepada kokohnya pokok, kuatnya akar, dan jauhnya pohon dari benda-
benda busuk yang ada didalam tanah serta kotoran bangunan. Maka pohon itu
mendatangkan buahnya yang bersih dari segala kotoran, dan berbuah pada setiap
musim dengan perintah serta izin penciptanya. Jika seluruh sifat tersebut dimiliki oleh
pohon itu, maka akan banyak manusia yang menyukainya.

Allah mengumpamakan kalimat iman dengan sebuah pohon yang akarnya tetap kokoh
di dalam tanah dan cabang-cabangnya menjulang tinggi ke udara, sedang pohon itu
berbuah pada setiap musim. Hal ini disebabkan apabila hidayah telah bersemayam di
dalam qalbu, seakan sebuah pohon yang berbuah pada setiap musim, karena buahnya
tidak pernah terputus. Setiap qalbu menerima dari qalbu serupa dan mengambil
dengan cepat, lebih cepat daripada kobaran api pada kayu bakar yang kering.

Orang-orang yang berjiwa luhur dan para pemikir besar adalah orang-orang yang
memiliki kalimat yang baik, ilmu mereka memberikan nikmat dan rezeki kepada umat
mereka didunia. Ilmu mereka tetap kokoh didalam hati mereka, sedang cabang-
cabangnya menjalar ke alam-alam tertinggi atau alam terendah, dan pada setiap masa
memberikan buahnya kepada putra-putra bangsa mereka atau putra bangsa lain.
Orang-orang mukmin menggunakannya sebagai penunjuk jalan. Sungguh
perumpamaan mereka seperti pohon kurma yang tetap tertanam, sedang cabang-
cabangnya menjulang tinggi, disamping ia selalu berbuah dan manusia memakannya
dimusim panas atau musim dingin.

2. Tafsir Al-Mishbah

Ayat ini mengajak siapapun yang dapat melihat, yakni merenung dan memperhatikan,
dengan masyarakat: tidakkah kamu melihat, yakni memperhatikan bagaimana Allah
telah membuat perumpamaan kalimat yang baik?. Kalimat itu seperti pohon yang
baik, akarnya teguh menghunjam ke bawah sehingga tidak dapat dirobohkan oleh
angin dan cabangnya tinggi menjulang ke langit, yakni ke atas. Ia memberikan
buahnya pada setiap waktu, yakni musim dengan seizin Tuhannya sehingga tidak ada
satu kekuatan yang dapat menghalangi pertumbuhan dan hasilnya yang memuaskan.
Demikian Allah membuat perumpamaan-perumpamaan, yakni memberi contoh dan

8
perumpamaan untuk manusia supaya dengan demikian makna-makna abstrak dapat
ditangkap melalui hal-hal konkret sehingga mereka selalu ingat.

Sementara ulama membahas pohon apakah yang dimaksud sebagai perumpamaan


kalimat yang baik itu. Ada yang berpendapat bahwa ia adalah pohon kurma.
Berdasarkan satu riwayat yang menyatakan (Abdullah) putra ‘Umar RA. Berkata
bahwa suatu ketika kami berada di sekeliling Rasul SAW. Lalu beliau bersabda:
“Beritahulah aku tentang sebuah pohon yang serupa dengan seorang muslim,
memberikan buahnya pada setiap musim!” Putra ‘Umar berkata: “Terlintas dalam
benakku bahwa pohon itu adalah pohon kurma, tetapi aku lihat Abu Bakar dan ‘Umar
tidak berbicara, maka aku segan berbicara.” Dan seketika Rasul SAW tidak
mendengar jawaban dari hadirin, beliau bersabda: “Pohon itu adalah pohon kurma.”
Setelah selesai pertemuan dengan Rasul SAW itu, aku berkata kepada (ayahku)
‘Umar: “Wahai Ayahku! Demi Allah telah terlintas dalam benakku bahwa yang
dimaksud adalah pohon kurma.” Beliau berkata: “Mengapa engkau tidak
menyampaikannya?” Aku menjawab: “Aku tidak melihat seorangpun berbicara, maka
aku pun segan berbicara.” ‘Umar RA berkata: “Seandainya engkau
menyampaikannya, maka sungguh itu lebih kusukai dari ini dan itu” (HR. Bukhari,
Muslim, at-Tirmidzi dan lain-lain).

Ulama juga berbeda pendapat tentang apa yang dimaksud dengan kalimat yang baik.
Ada yang berpendapat bahwa ia adalah kalimat Tauhid, atau iman, bahkan ada yang
memahaminya menunjuk kepada pribadi seorang mukmin. Iman terhunjam ke dalam
hatinya, seperti terhunjamnya akar pohon, cabangnya menjulang ke atas, yakni amal-
amalnya diterima oleh Allah, buahnya, yakni ganjaran Ilahi pun bertambah setiap
saat. Thahir Ibn ‘Asyur memahaminya dalam arti al-Quran dan petunjuk-petunjuknya.
Thabathaba’i memahaminya dalam arti kepercayaan yang haq. Makna-makna diatas
semuanya dapat bertemu. Agaknya secara singkat kita dapat menyatakan bahwa ia
adalah Kalimat Tauhid.

3. Tafsir Ibnu Katsir

Ali bin Abi Thalhah berkata dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan kalimat
yang baik ialah ucapan “Laailaha Illallah”. Dan bahwa orang mukmin diumpamakan
sebagai pohon yang baik, yang selalu tidak terputus-putus amalnya, pada waktu pagi,
sore atau malam, bahkan pada setiap saat ada amal shalehnya yang naik ke atas.

9
Diriwayatkan oleh Bukhari dari Ibnu Umar yang bercerita; bahwa Rasulullah pada
suatu ketika bertanya kepada kita yang berada di sekelilingnya “Beritahulah aku
tentang sebuah pohon yang sifat-sifatnya menyerupai keadaan orang-orang muslim,
yang tidak rontok daun-daunnya pada musim panas maupun musim dingin dan
memberikan (menghasilkan) buahnya tiap waktu seizin Tuhannya”. “Itulah pohon
kurma”, Rasulullah menjawab sendiri pertanyaannya.

D. Implementasi Metode Perumpamaan dalam Pendidikan

Metode perumpamaan dapat di terapkan sebagai metode dalam kependidikan. Objek-


objek perumpamaan yang nyata dipergunakan untuk memudahkan memahami konsep
berdasarkan perhatian yang diberikan. Dalam surat Al-Ankabut: 41. Orang yang
menyekutukan Allah (syirik) itu diumpamakan seperti sarang laba-laba, yang
demikian lemah dan tidak berdaya. Perumpamaan tersebut dipergunakan untuk
memperlihatkan ayat-ayat Allah dan meniadakan sesembahan kepada makhluk lain
selain Allah yang pantas disembah. Fungsi kedua digunakannya perumpamaan ini
adalah agar orang-orang mukmin melakukan perbuatan-perbuatan baik, sementara
orang-orang kafir senantiasa melakukan perbuatan-perbuatan keji dan menjijikan.

Penjelasan konsep-konsep abstrak dengan makna-makna kongkrit di atas memberi


adanya hubungan akrab dengan konsepsi qur’an tentang persepsi manusia, dimana
indera-indera manusia itu diberi peran yang menonjol. Fakta ini mempunyai aplikasi
yang langsung dikelas dalam proses belajar mengajar, Apapun yang ada di lingkungan
sekitar akan membantu pemahaman, konsep-konsep berdasarkan penelitian dan
observasi yang amat berguna bagi proses mengetahui manusia. Abstraksi itu hanya
dimungkinkan setelah pelajaran tersedia dengan data nyata yang dapat di
konseptualisasi.

E. Praktik atau Contoh Penerapan Metode Perumpamaan pada Mata Pelajaran


Akidah dengan Contoh Materi “ Si Miskin yang Dermawan dan Si Kaya yang
Kikir”
Analisis Pesan :

10
Topik ini terdapat pesan Akhlak yaitu anjuran untuk bersikap dermawan terhadap
setiap orang tanpa memandang agama, suku, pangkat, dan lain sebagainya serta
terdapat anjuran untuk menjauhi sikap kikir. Di bawah ini merupakan ilustrasi tentang
topik si kaya dan si miskin.

Alat Peraga yang bisa digunakan adalah Seperti Tali, Uang, Kotak Amal, serta 2
Orang Murid diperintahkan untuk maju ke depan kelas. Dengan murid 1 menjadi si
Dermawan dan murid 2 Sebagai Si Kikir.

11
1. Pertama, kedua murid tersebut diikat menggunakan tali rapia atau tali apapun
untuk mengikat kedua murid tersebut untuk nanti mereka bisa membuka atau
melepas ikatan itu.
2. Murid 1 (Sebagai peran Si dermawan) mengeluarkan sejumlah uang untuk
disedekahkan atau dimasukkan ke kotak amal meskipun ia juga kurang
mampu atau sangat membutuhkan uang tersebut. Namun dengan kerendahan
dan kebaikan hatinya ia berhasil melepaskan diri dari ikatannya itu.
3. Sedangkan Murid 2 Sebagai peran si kaya / Kikir hanya diam saja dan
berjuang sekuat tenaga saja, namun ikatannya justru semakin sempit
Diriwayatkan dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah bersabda: “Pengibaratan
antara orang yang kikir dan orang yang gemar bersedekah adalah seperti dua orang
laki-laki yang diikat dengan ikatan besi sehingga menghalangi langkahnya. Apabila
orang yang dermawan ingin bersedekah, maka ikatan itu menjadi longgar sehingga
dia bisa membebaskan dirinya dari ikatan itu. Sedangkan orang kikir ingin
bersedekah, maka ikatan itu menjadi sempit, tangannya terhimpit di bawah leher dan
setiap ruas menyatu dengan yang lainnya. Abu hurairah berkata, saya mendengar
Rasulullah bersabda, “Kemudian dia (orang yang kikir) berusaha sekuat tenaga untuk
melonggarkan ikatannya tetapi tidak berhasil.”(HR. Muslim).
Topik ini membicarakan tentang masalah sikap dermawan yang harus dimiliki setiap
orang yang beriman dan sikap kikir yang harus dihindari orang beriman. Skema
gambar di atas menunjukkan ada dua orang yang saling terikat kemudian salah satu
dari dua orang tersebut terlepas ikatannya karena bersikap dermawan dengan
bersedekah, sedangkan salah seorang masih tetap terikat karena bersikap kikir.
Berbuat kebaikan dapat membebaskan diri dari ikatan, makna ikatan tersebut dapat
berarti cobaan atau ujian. Setiap orang pasti akan mendapatkan cobaan atau ujian dari
Allah swt. Maksud diberikannya cobaan serta ujian yaitu, dapat membuat setiap
muslim menjadi lebih dekat dengan tuhan atau dapat menjadikan kita menjauh dari
tuhan. Menjadikan kita ingat dengan tuhan akan membuat setiap muslim dapat
menjadi dekat dengan tuhan, maka dapat dikatakan telah lulus dari ujian yang
diberikan oleh tuhan. Apabila menjadi jauh dari tuhan maka sebagai manusia gagal
dalam menjalani ujian tersebut dan di sini setan telah berhasil menjalankan tugasnya
untuk membuat setiap orang jauh dari tuhannya dan menjadi temannya untuk
menghuni neraka. Salah satu cara untuk dapat mengingat Allah serta lepas dari
cobaan hidup di dunia ialah dengan berbuat kebaikan. Dalam hal ini kamu mengambil

12
contoh sikap dermawan. Orang yang gagal dalam menghindari cobaan pengarang
komik mengambil contoh sikap kikir. Ali berkata, Rasulullah saw bersabda: “Orang
pemurah yang bodoh lebih dicintai oleh Allah daripada orang yang banyak beribadah
(abid) yang kikir”
Keutamaan orang yang dermawan menurut Surah Al-lail ayat 5-11 ialah akan
mendapat pahala yang terbaik yaitu surga. Sedangkan orang yang kikir hartanya tidak
akan berguna ketika ia meninggal, harta tersebut malah akan membawanya ke jalan
yang sukar. Bentuk kedermawanan banyak sekali diantaranya sebagai berikut:
1) Seseorang memberikan sesuatu kepada orang lain tanpa mengungkit-ungkit
pemberiannya, dan menyakitinya.
2) Pemberi merasa senang dengan peminta yang meminta sesuatu kepadanya, dan ia
dibuat senang karena pemberiannya tersebut.
3) Pemberi infak berinfak tanpa berlebih-lebihan dan tidak kikir.
4) Orang kaya memberi pemberian yang banyak dari hartanya yang banyak, dan
orang yang tidak kaya memberi sebatas kemampuannya ari hartanya yang sedikit
dengan hati yang ridha, wajah yang berseri-seri, dan ucapan yang baik

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Al-Quran sebagai kitab suci dalam menyampaikan pesan-pesan Ilahi menggunakan


Amtsal untuk menggambarkan sesuatu yang abstrak secara konkret, agar yang abstrak itu
mudah dipahami dan berpengaruh bagi jiwa manusia. Dalam makalah ini dijelaskan bahwa
metode Amtsal adalah suatu metode yang dengan cara menggunakan perumpamaan-
perumpamaan dari sesuatu hal. Disini juga pengajar bisa menggunakan metode ini dalam
penyampaian materi pembelajaran.

B. Kritik dan Saran

Dalam makalah ini tentunya penulis masih banyak kekurangan, untuk itu
diharapkan dengan adanya kritik dan saran supaya dapat menjadi bahan evaluasi bagi
kebaikan penulis kedepannya dan agar bisa menjadikan makalah ini mendekati sempurna

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an cet. Ke2,


(Jakarta: Rineka Cipta, 1994) hlm.218-219.

Ahmad Musthofa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi juz 13, (Semarang: CV. Thoha
Putra, 1994), hlm. 277.

At-Tirmizi, Abi ‘Abdullah. (2003). Metafora Hikmah: Perumpamaan-perumpamaan Dalam


Alquran dan Sunnah, cet. I, terj. Badrudin. Jakarta: Gema Insani Press.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.

Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan pemikiran tokoh, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014), hlm. 264-265

H. Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemah singkat Tafsir Ibnu Katsir jilid 4, (Surabaya:
Bina Ilmu, 1988) hlm. 486-487.

Mahbub Nuryadin, Jurnal Al TarbawiAl Haditsah Vol 1 N0 1 Issn 2407-6805, Cirebon

M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera
Hati, 2002) hlm. 51-52 .

15

Anda mungkin juga menyukai