Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MEWUJUDKAN KEPEMIMPINAN SUKSES BERBASIS TASAWUF


(PARADIGMA BARU DI ERA KONTEMPORER)

Dosen pengampu : Fitri Hidayati, M.Pd

Di susun oleh :

Rahmat Syafi’i ( 2020203058 )

Murti Artika (2030203124 )

Mohammad Rafly Sangaji ( 2030203095 )

Putri Nopita Sari ( 2010203013 )

Rini Fitri Yanti ( 2030203076 )

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH

PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayahnya
terutama Nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami bisa menyelesaikan makalah mata
kuliah “MEWUJUDKAN KEPEMIMPINAN SUKSES BERBASIS TASAWUF
(PARADIGMA BARU DI ERA KONTEMPORER)”. Shalawat serta salam kita sampaikan
kepada nabi Besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-
Quran dan Sunnah untuk keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan di
Program studi Manajamen Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan pada
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Selanjutnya penulis mengucapkan
terimakasih kepada ibu Fitri Hidayati, M.Pd selaku dosen pembina mata kuliah Islam dan
Ilmu Pengetahuan yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah
ini penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka
dari itu penulis mrngharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 11 juni 2021

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I (PENDAHULUAN)

A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1

BAB II (PEMBAHASAN)

A. Pengertian Kepemimpinan.............................................................................................2
B. Pendapat Islam Tentang Kepemimpinan........................................................................3
C. Model-Model Kepemimpinan........................................................................................5
D. Syarat-Syarat Kepemimpinan.........................................................................................6
E. Ciri Pemimpin Menurut Islam........................................................................................7
F. Jenis-Jenis Kepemimpinan.............................................................................................7
G. Karakter Kepemimpinan................................................................................................8
H. Meneladani Akhlak Kepemimpinan Rasul.....................................................................8

BAB III (Penutup)

A. Kesimpulan...................................................................................................................10
B. Saran.............................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekarang ini yang di cari manusia dalam kehidupan ini adalah kebahagiaan dunia
dan akhirat. Tetapi bagaimana kedua kebahagiaan itu dapat dicapai tampa harus
mematikan yang satu untuk mendapatkan yang lain, tapi dapat dicapai secara selaras
dan secara bersama. Mereka butuh bantuan dan kekuatan yang ada di luar dirinya,
yaitu bantuan dari Tuhan dan mengembangkan kehidupan mereka dengan berakhlak
tasawuf.
Sufisme sangat penting di kembangkan di masyarakat, karena turut serta terlibat
dalam berbagai peran dalam menyelamatkan kemanusiaan dari kondisi kebingungan
akibat hilangnya nilai – nilai spiritual, memperkenalkan pemahaman tentang aspek
kebatinan Islam, baik terhadap masyarakat Islam yang mulai melupakannya maupun
non Islam, khususnya terhadap masyarakat Barat, selanjutnya untuk memberikan
penegasan kembali bahwa sesungguhnya aspek esoteris Islam yakni sufisme, adalah
jantung ajaran Islam, sehingga bila wilayah ini kering dan tidak berdenyut, maka
keringlah aspek – aspek lain ajaran Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?
2. Bagaiman pandangan Islam tentang kepemimpinan?
3. Apa saja model-model kepemimpinan yang ada?
4. Apa saja syarat-syarat kepemimpinan itu?
5. Apa saja ciri-ciri pemimpin menurut Islam?
6. Apa saja jenis-jenis kepemimpinan itu?
7. Apa saja karakteristik yang harus dikembangkan dari seorang pemimpin?

C. Tujuan
1. Agar kita dapat mengetahui hakikat kepemimpinan yang sebenarnya
2. Agar kita mengetahui tentang panndanan Islam tentang kepemimpinan
3. Agar kita mengetahui model-model kepemimpinan yang ada
4. Untuk mengetahui syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin
5. Agar kita dapat mengetahui ciri-ciri pemimpin menurut Islam
6. Agar kita mengeahui jenis-jenis pemimpin yang ada
7. Agar kita mengetahui karakteristik apa saja yang harus dikembangkan oleh
seorang pemimpin.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan dalam Islam disebut Imamah. Imamah dari kata Imam yang
artinya “pemimpin” atau “ketua” dalam suatu oganisasi atau lembaga. Imamah juga
disebut khalifah atau penguasa dan pemimpin tertinggi rakyat. Imam juga berarti
pedoman.1
Menurut James M. dalam bukunya yang berjudul Management, A Guide to
Executive Command, “Leadership is capability of persuading ihers to works together
under their direction as a team to accomplish certain designated objective
(kepemimpinan adala kemampuan meyakinkan orang lain supaya bekerjasama di
bawah pipinannya sebagai suatu tim untuk mencapai atau melakukan suatu tujuan
tertentu)2“.
Seorang pemimpin itu adalah berfungsi untuk memastikan seluruh tugas dan
kewjiban dilaksanakan di dalam suatu organisasi. Seorang pemimpin adalah
seseorang yang unik dan tidak diwariskan secara otomatis, akan tetapi untuk menjadi
seorang emimpin haruslah memiliki karakteristik tertentu yang timbul pada situasi-
situasi yang berbeda.3
Menurut John. R. Schermer Horn, Jr : Leading and being a manager are not one
and the samething. To be a manager means to act affectively in the comprehensive
sense of planing, oganizing, leading, and controlling. Leadership success is a
necessary but not sufficient condition for managerial success. A good manager is
always a good leader, but a good leader is not necesserily a good mmanage.4
Pada masa sekarang ini kita menggambarkan beberapa orgnisasi yang berisi
kumpulan dan aliran pengetahuan dan informasi serta dijalankan oleh pekerja
pengetahuan (Knowladge worker). Ini memperkenalkan pertanyaan yang menantang
untuk leadership yakni Pemimpin macam apakah yang diperlukan untuk meciptakan
dan memimpin pada abad ini? Pemimpin untuk abad ini adalah pemimpin sebagaiman
yang dimaksud dalam firman Allah SWT dalam surah An-Nur (24) ayat 55.5
Dalam ayat tersebut Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan
beramal shaleh akan menjadikan merekabekuasa di muka bumi dan akn menjadikan
agama mereka, agama yang kokoh dan kuat, dan akan memberikan kepada mereka
nikmat keamana dan kesejahteraan. Itulah janji Allah dan janji itu adalah janji yang
pasti terlaksana karena mustahil Allah memungkiri janji-Nya selama mereka
berpegang teguh kepada perintah dan ajaran-Nya. Memang janji itu telah terlaksana

1
Aminuddin, dkk, Pendidikan Agam Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002)
hlm.209
2
Sebagaimana yang ditulis oleh Veithzal Rivai dalam bukunya yang berjudul Islamic Leadership
3
Veithzal Rivai, Islamic Leadership, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009), hlm. 106
4
Ibid
5
Ibid
dengan kemenangan beruntun yang dicapai kaum muslimin di masa Nabi dan
Khulafaurrasyidin. Di masa Nabi Muhammad SAW, kaum muslimin dapat
menaklukan kota Mekah, Khaibar, Bahrain seluruh Jazirah Arab dan sebagian dari
wilayah kerajaan Romawi, bahkan Raja Rum, Muqauqis di Mesir dan Najasyi
(Negus) di Ethiopia pernah mengirimkan hadiah kepada Nabi Muhammad SAW.6

B. Pendapat Islam Tentang Kepemimpinan


Kepemimpinan bukan sesuatu yang istimewa, melainkan suatu tanggung jawab,
ia bukan fasilitas melainkan penorbanan, juga bukan sesutu untuk berleha-leha
malainkan kerja keras. Ia bukan kesewenang-wenangan bertindak tetapi kewenangan
melayani. Kepemimpinan adalah berbuat dan kepeloporan bertindak7.
Imam dan Khalifah adalh dua istilah yang digunakan Al-Quran untuk
menunjukan pemimpin. Kata imam diambil dari kata amma-yaummu, yang berarti
menuju, menumpu, dan memneladani. Kata khalifah berakar kata khalafa yang pada
mulanya berarti dibelakang, seringkali juga diartikan sebagai pengganti, karena
menggantikan selalu berada di belakang, atau datang sesudah yang digantikannya. At-
Tabrasi dalam tafsirnya mengeukakan bahwa kata imam mempunyai makna yang
sama dengan khalifah. Hanya saja kata imam digunakan untuk keteladanan. Karena ia
diperoleh dari kata yang mengandung arti depan, berbeda dengan khalifah yang
terambil dari kata belakang. Oleh karena itu Al-Quran juga menngunakan dua istilah
ini untuk menggambarkan ciri seorang pemimpin, yaitu“Ing Ngarso sung tulodho dan
Tut wuri Handayani”.8
Setelah menelusuri Al-Quran dan Hadits, para pakar menetapkan empat sifat
yang harus dipenuhi oleh para nabi yang pada hakikatnya adalah pemimpin umatnya,
yaitu :
1. Ash-Sidq, yakni kebenaran dan kesungguhan dalam bersikap, berucap, serta
berjuang melaksankan tugasnya.
2. Al-Amanah, yakni kepercayaan, yang menjadikan dia memelihara sebaik-bakna
apa yang diserahkan kepadanya, baik dari Tuhan maupun dari orang-orang yang
dipimpinnya, sehingga tercipta rasa aman bagi semua pihak.
3. Al-Fathanah, yakni kecerdasan yang melahirkan kemampuan menghadapi dan
menanggulangi persoalan yang muncul dalam seketika.
4. At-Tabligh, yakni penyampaian yang jujur dan bertanggung jawab, atau dapat
diistilahkan dengan keterbukaan.9

Ada dua hal yang perlu diperhatikan menyangkut Surah Al-Baqarah (2) ayat 124
tentang sebuah kepemimpinan. Pertama, kepemimpinan dalam pandangan Al-Quran
bukan sekedar kontrak sosial antara sang pemimpin denganmasyarakatnya tetapi juga

6
Veithzal Rivai, Op.Cit, hlm 107-108
7
Veithzal Rivai, Op.Cit, hlm 112
8
Ibid
9
Veithzal Rivai, Op.Cit, hlm. 113
merupakan ikatan perjanjian antara dia dengan Allah SWT, atau dengan kata lain,
amanat dri Alah SWT. Karena itu pula, ketika sahabat Nabi, Abu Dzarr meminta
suatu jabatan, Nabi SAW bersabda : “kamu lemah, dan ini adalah amanah sekaligus
dapat menjadi sebab kenistaan dan penyesalan di hari kenudian (bila disia-siakan).”

Kedua, kepemimpinan menuntut keadlan karena keadilan adalah lawan


penganiayaan yang dijaikan syarat utama oleh ayat tersebut, dan keadilan tersebut
harus dirasakan oleh semua pihak.10

1. Kesabaran dan ketabahan


2. “yahduna bi amrina”, mengantarkan mesyarakatnya ketujuan yang sesuai dengan
petunjuk Allah SWT.
3. “Wa auhaina ilaihim fi’lal khairat”, telah membudaya pada diri mereka kebajikan
4. “Abidin” beribadah, termasuk melaksankan shalat dan menunaikan zakat.
5. “Yuqinun” penuh keyakinan.

Pada dasarnya kepemimpinan mengacu pada suatu proses untuk menggerakan


kelompok orang untuk menuju ke suatu tujuan yang telah ditetapkan bersama dengan
mendorong atau memotivasi merekauntuk bertindak dengan cara yang tidak
memaksa. Dengan demikian, kepemimpinan dapat dikatakan sebagai peranan dan
juga suatu proses untuk memengaruhi orang lain. Sehingga dapatlah dikatakan bahwa
seorang pemimpin yang jujur ialah seorang yang memimpin dan bukan seseorang
yang mengunakan kedudukan untuk memimpin.

Ada empat sumber kepemimpinan yaitu :


1. Kekuasaan legitimasi, yaitu yang datang daripenunjukan oleh organisasi melalui
aturan-aturan kepemimpinan.
2. Kekuasaan kepakaran atau ketrampilan, yaitu yang atang karena memiliki
pengetahuan atau keterampilan yang dapat membantu kelompok dalam mencapi
tujuan
3. Kekuasaan penghormatan atau kasih sayang dimana pemimpin disukai atau
dihormati oleh anak buahnya, kelomoknya atau atasannya, sehingga memiliki
pengaruh terhadap sekelompok orang.
4. Kekuasaan penghargaan dan/atau kekuatan yang berasal dari kekuatan untuk
memengaruhi upah, promosi, dan pengakuan oleh pengikutnya.

Pemimpin yang baik akan mengkomunikasikan energinya, antusiasmenya,


ambisinya, kesabarannya, kesukaannya, dan arahannya. Terdapat beberapa ciri yang
dimilki pemimpin yang baik meliputi kejujuran dan integritas, menggerakan,
memiliki gairah memimpin, percay diri, intelegensi, dan pengetahuan yang relevan
dengan pekerjaan.

10
Veihzal Rivai, OP.Cit, hlm. 116-122
Pemimpin yang tidak baik adalah diktaktor, penggerak, dan tidak konsisten,
merasa terancam leh opini yang berbeda dan akan dikelilingi oleh orang-orang yang
memiliki pandangan serupa, menyembunyikan informasi dan menggunakan
kekuasaanya untuk memengaruhi perubahan, menikmati untuk mengintimidasi staf
dan seringkali otokratik, tidak memiliki dimensi tunggal, lebih suka memadamkan
knflik daripada menarik keluar perbedaan-perbedaan, dan sedikit suka bekerja bila
ada kedekatan hubungan.

C. Model-Model Kepemimpinan
1. Kepemimpinan Partisipatif dan Pendelegasian
Kepemimpinan partisipatif (particivative leadership) adalah suatu
kepemimpinan yang memberikan seperangkat aturan untuk menetukan ragam dan
banyaknya pengambilan keputusan partisipatif dalam situasisituasi yang berlainan.
Pemimpin meminta dan mempergunakan saran-saran dari bawaan, tetapi masih
membuat keputusan.
2. Kepemimpinan Karismatik
Kepemimpinan karismatik merupakan perpanjangan dari teori atribus. Teori
ini mengemukakan bahwa par a pengkut membuat atribusi dari kemampuan
kepemimpinan yang heroik atau luar basa bila mereka mengamati perlaku-
perilaku terterntu.
Karakteristik utama dari pemmpin karismatik adalah :
a) Percaya diri
b) Suatu Visi
c) Kemampuan mengungkapkan visi dengan gamblang
d) Keyakinan kuat mengenai visi itu
e) Perilaku yang diluar aturan
f) Dipahami sebagai seorang agen perubahan
g) Kepekaan lingkungan
3. Kepemimpinan Transformasional
Kepemipinan tranformasional adalah tipe kepemimpinan yang memadu atau
memotivasi pengikut mereka daam arah tujuan yang ditegakkan dengan
memperjelas peran dan tuntutan tugas. Pemimpin jenis ini yang memberikan
pertimbangan dan rangsangan intelekual yang diindividualkan dan yang memiliki
karisma.
Kepemmpinan tranformasional dibangun di atas puncak kepemimpinan
transaksional -dia menghasilkan tingkat upaya dan kinerja bawahan yang
melampaui apa yang akan terjadi dengan pendekatan transaksional saja.
Karakteristik kepemimpinan transaksional dan transformasional :
a. Pemimpin Transaksional :
1) Imbalan tergantung, yaitu mengontrakkan pertukaran imbalan untuk
upaya, menjanjikan imbalan untuk kinerja yang baik, mengakui prestasi.

5
2) Manajemen dengan pengecualian (aktif), yaitu menjaga dan mencari
penimpangan dari aturan standar, mengambil tindakan koreksi.
3) Manajemen dengan pengecualian (pasif), yaitu hanya ikut campur jika
standar tiak dipenuhi
4) Laissez-Faire, yaitu melepaskan tanggung jawab, menghindari
pengambilan keputusan
b. Pemimpin Transformasional :
1) Karisma
2) Inspirasi
3) Rancangan intelektual
4) Pertimbangan yang diindividualkan

D. Syarat-Syarat Kepemimpinan
Kepemimpinan setelah Sasulullah SAW ini, merupakan pemimpin yang
memiliki kualitas spiritual yang sama dengan Rasul, terbebas dari segala bentuk dosa,
memiliki pengetahuan yang sesuai dengan realitas, tidak terjebak dan menjauhi
kenikmatan dunia, serta harus memiliki sifat adil.
Pemimpi setelah Rasul harus memiliki kualitas spiritual yang sama dengan
Rasul. Karena pemimpin merupakan patokan atau rujukan bagi umatnya. Ketika
pemimpin memiliki kualitas spiritual yang sama dengan Rasul maka pastilah ia
terbebas dari segala bentuk dosa. Menurut Murtadha Murthahhari, umat manusia
berbeda dalam hal keimanan dan kesadaran mereka akan akibat dosa. Semakin kuat
iman sdan kesadaran mereka akan akibat dosa, semakimn kurang mereka untuk
berbuat dosa.
Kondisi ini juga akan berkonsekuensi pada pengetahuan yang sesuai dengan
realitas wujud ataupun suat maujud. Ketika pemimpin tersebut mengetahui realitas
dari seluruh alam, maka pastilah ia tahu akan kualitas dari dunia ini yang sering
menjebak manusia. Kemudian seorang pemimpin haruslah juga memiliki sifat adil.
Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa, “Karena keadilan, maka seluruh langit dan
bumi ini ada.” Ali bin Abi Thalib mendefinisikan keadilan sebagai memnempetkan
sesuatu pada tempatnya yang layak.
Ada 4 dasar falsafi kepemimpinan kelompok dalam Islam (syi’ah) yaitu:
1. Allah adalah hakim mutlak seluruh alam semesta dan segala isinya. Allah adalah
pemegang kedaulatan, pemilik kekuasaan, dan pemberi hukuman.
2. Kepemimpinan manusia yang mewujudkan keadilan Allah di bumi adalah
Nubuwwah.
3. Garis Imamah melanjutkan garis Nubuwwah dalam memimpin umat.
4. Para faqih diberikan beban menjadi khalifah.

6
Jalaluddin Rakhmat dalam buku Yamani yang berjudul, Filsafat Politik Islam,
menyebutkan secara terperinci bahwa seorang faqih harus memiliki syarat-syarat
sebagai berikut :

1. Faqahah, mencapai derajat mujtahid mutlak yang sanggup melakukan istinbath


hukum dari sumber-sumbernya.
2. Ahlaqul Qarimah, memperlihatkan ketinggian kepribadian dan bersih dari watak
buruk . Hal ini ditunjukkan dengan sifat istiqamah, ass-shalah, dan tadayyun.
3. Kafa’ah, memiliki kemampuan untuk memimpin umat, mengetahui ilmu yang
berkaitan dengan pengaturan masyarakat, cerdas, matang secara kejiwaan dan
rohani.

E. Ciri Pemimpin Menurut Islam


Rasulullah SAW dalam sabdanya menyatakan bahwa pemimpin suatu kelompok
adalah pelayan pada kelompok tersebut. Sehingga sebagai seorang pemimpin
hendaklah dapat, mampu dan mau melayani, serta menolong orang lain untuk maju
dengan ikhlas. Beberapa ciri penting yang menggambarkan kepemimpinan Islam
adalah sebagai berikut:
1. Setia.
2. Terikat pada tujuan.
3. Menjunjung tinggi syariat dan akhlak Islam.
4. Memegang teguh amanah.
5. Tidak sombong.
6. Disiplin, konsisten, dan konsekuen.

F. Jenis-Jenis Kepemimpinan
Dalam praktiknya, gaya kepemimpinan sangat bervariasi, antara lain sebagai
berikut :
1. Otokrat
a) Kurang mempercayai anggota kelompoknya
b) Otoriter
c) Hanya dengan imbalan materi saja lah yang mampu mendrong orang untuk
bertindak
d) Kurang toleransi terhadap kesalahan yang dilakukan oleh anggota kelompok
e) Peka terhadap perbedaan kekuasaan
f) Kurang perhatian terhadap anggota kelompoknya
g) Memberikan kesan seolah-olah demokratis
h) Mendengarkan pendapat anggota kelompoknya semata-mata hanya untuk
menyenangkan
i) Senantiasa membuat keputusan sendiri

7
2. Demokrat
a) Membuat keputusan bersama dengan anggota kelompok
b) Selalu mejelaskan sebab-sebab keputusan yang dibuat sendiri kepada
kelompok
c) feed back dijadikan sebagai salah satu masukan yang beharga
d) Mengkritik dan memuji secara objektif.
3. Laissez Faire
a) Tiadak yakin kepada kemampuan sendiri
b) Tidak berani menetapkan tujuan untuk kelompok
c) Tidak berani menanggung resiko
d) Membatasi komunikasi dan hubungan kelompok.

G. Karakter Kepemimpinan
Beberapa karakter yang harus dikembangkan oleh pemimpin, yaitu
1. Berilmu, efektif, efisien dan produktif dalam berindak. Mampu menggunakan
waktu dan memanfaatkan peluang
2. Tahu akan kekuatan dan kelemahan diri sendiri
3. Berorientasi pada keluaran
4. Membangun kekuatan termasuk diri sendiri dan para sahabat kita
5. Mau menerima kelebihan orang lain tanpa rasa malu
6. Memusatkan perhatian pada beberapa bidang utama dan menyadari bahwa hanya
melalui kerja keras secara terus menerus akan memperoleh hasil yang cemerlang
7. Tawakal kepada Allah dengan meletakkan cita-cita yang tinggi
8. Yakin pada diri sendiri bahwa hidup ini semata-mata hanya untuk mengabdi
kepada Allah.

H. Meneladani Akhlak Kepemimpinan Rasul


Sudah saatnya pemimpin elite politik menyadari, merenungi, bermuhasabah,
intropeksi diri menghadapi keterpurukan bangsa dan aneka macam musibah yang
dialami bangsa akhirakhir ini. Untuk hal itu sudah sepantasnya kita memahami dan
banyak mengenal sosok pribadi Nabi Muhammad SAW dalam memimpin, beliau
memiliki khlak terpuji sepertinya halnya yang diungkapkan Al-Quran dan Hadits.
Beliau diutus kedunia ini dengan membawa tugas menyempurnakan akhlak.
Akhlak yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam bernegara antara lain adalah
musyawarah. Secara etimologis musyawarah berasal dari kata syawara yang artinya
mengeuarkan madu dari sarang lebah. Makna berkembang mecangkup segala sesuatu
yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang laintermasuk pendapat.
Nabi Muhammad SAW, diperintah oleh Allah SWT dalam Surah Ali Imran (3)
ayat 159 agar bermusyawarah dengan para sahabatnya. Maksud dari ayat tersebyt
adalah agar urusan peperangan dan ha-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik,
ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya, meskipun dalam keadaan genting, seperti

8
terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin
pada perang Uhudsehingga menyebabkan kaum muslimin menderita kekalahan, tetapi
beliau tetap bersikap lemah lembut dan tidak marah terhadap yang melanggar, bahkan
memaafkannya, dan memohonkan untuk mereka ampunan dari Allah SWT . Andai
kata Nabi Muhammad SAW bersikap keras, berhati kasar tentulah mereka akan
menjauhkan diri dari beliau.
Disamping itu Nabi Muhammad SAW selalu bermusyawarah dengan mereka
dalam segal hal, apalagi alam urusan peperangan. Oleh karena itu, kaum muslimin
selalu patuh melaksanakan keputusan-keputusan musyawarah karena keputusan itu
merupakan keputusan mereka sendiri bersama Nabi. Selanjutnya berkaitan dengan hal
tersebut Ali bin Abi Thalib menyebutkan bahwa dalam bermmusyawarah terdapat
tujuh hal penting yakni mengambil kesimpulan yang benar, mencari pendapat,
menjaga kekeliruan, menghindarkan celaan, menciptakan stabilitas emosi,
keterpaduan hati dan mengikuti atsar.
Nabi Muhammad SAW juga merasa sedih dan ikut merasakan penderitaan bila
terdapat umatnya yang menderita. Pengkabaran ini difirmankan langsung oleh Allah
SWT dalam Surah AT-Taubah (9) ayat 128. Dan dalam praktiknya, sejarah telah
menulis berbagai kisah yang difirmankan ole Allah SWT tersebut. Jikalau tak mampu
dan tak seorang pun yang mampu menyamainya, syukur-syukur masih ada sifat kasih
sayang dihati mereka. Namun pada kenyataannya dan termasuk sebagian besar
pemimpin umat dalam pengertian uama, justru berhati serigala. Mereka makan,
menikmati dan hidup berkat penderitaan umat yang dipimpinnya. Mereka tak pernah
mempedulikan penderitaan umat, namun sibuk dan takut jangan sampai mereka
mengalami penderitaan. Umat tak lebih bagai anak tangga yang diinjak-injak untuk
menjadi serana naik ke kekuasaan. Kemiskinan dan kebodohan umat terus
dilestarikan oleh mereka, karena bagaimanapun juga keduanya sangat diperlukan
untuk diperjualbelikan. Bila Nabi Muhammad SAW sangat mengharapkan keimanan
dan keselamatan umat, mereka para pemimpin sekarang tak pernah ambil pusing
dengan masalah tesebut. Bahkan dalam kondisi tertentu keselamatan umat
dipertaruhkan demi untuk keselamtan kekuasaan, ekonomi dan harga diri mereka
sendiri. Rasulullah SAW bersifat belas kasih dan penyayang (rauufur rahiim) terhadap
umatnya. Kedua sifat tersebut pada daarnya sifat Allah SWT, namun diberikan oleh-
Nya bagi manusa yang diutus bagi seluruh umat di dunia. Dan dengan bekal cinta dan
kasih sayang itulah, Rasulullah SAW berjuang dalam berdakwah dan memimpin
uumatnya.
Karakteristik kepemimpinan Rasulullah adalh kejujuran yang teruji dan terbukti.
Kejujuran adalah perilaku kunci yang sangat efektif untuk membangun kepercayaan
(kredibilitas) sebagai seorang pemimpin. Di samping itu, beiau cakap dan juga cerdas,
inovatif dan berwawasan ke depan, tegas tapi rendah hati, pemberani tapi bersahaja,
kuat fisik dan tahan penderitaan.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kepemimpinan dalam Islam disebut Imamah. Imamah dari kata Imam yang
artinya “pemimpin” atau “ketua” dalam suatu oganisasi atau lembaga. Imamah juga
disebut khalifah atau penguasa dan pemimpin tertinggi rakyat. Imam juga berarti
pedoman.
Kepemimpinan bukan sesuatu yang istimewa, melainkan suatu tanggung jawab,
ia bukan fasilitas melainkan penorbanan, juga bukan sesutu untuk berleha-leha
malainkan kerja keras. Ia bukan kesewenang-wenangan bertindak tetapi kewenangan
melayani. Kepemimpinan adalah berbuat dan kepeloporan bertindak.
Model-model kepemimpinan dibagi menjadi kepemimpinan partisipatif dan
pendelegasian, kepemimpinan karismatik, serta kepemimpinan transfomational.
Jalaluddin Rakhmat dalam buku Yamani yang berjudul, Filsafat Politik Islam,
menyebutkan secara terperinci bahwa seorang faqih harus memiliki syarat-syarat
sebagai berikut : Faqahah, Ahlaqul Qarimah, Kafa’ah.
Beberapa ciri penting yang menggambarkan kepemimpinan Islam adalah sebagai
berikut : setia, terikat pada tujuan, menjunjung tinggi syariat dan akhlak Islam,
memegang teguh amanah, tidak sombong, disiplin, konsisten, dan konsekuen
Jenis kepemimpinan terbagi menjadi tiga, yaitu kepemimpinan otokrat,
kepemimpinan demokrat, dan kepemimpinan lassez-faire.
Beberapa karakter yang harus dikembangkan oleh pemimpin, yaitu berilmu,
efektif, efisien dan produktif dalam berindak. Mampu menggunakan waktu dan
memanfaatkan peluang, tahu akan kekuatan dan kelemahan diri sendiri, berorientasi
pada keluaran, dan lain-lain.

Teladan yang dapat kita ambil dari Rasulullah SAW dalam memimpin
diantaranya adalah sifat beliau yang jujur, adil, ramah, sabar, penuh cinta kasih dalam
memimpin, mudah memaafkan, menyelesaikan segala hal dengan musyawarah serta
iman dan ketaatan beliau kepada Allah SWT.

B. Saran
Pada masa sekarang ini kita harus benar-benar memilih calon pemimpin kita.
Kita harus mencari pemimpinan yang dengan iklas mengabdikan dirinya untuk
memajukan dan membawa kaumnya ke arah yang lebih baik lagi. Bukan menari
pemimpin yang hanya ingin memanfaatkan jabatan yang dimiliknya untuk
mensejahterakan dirinya sendiri. Kita harus dapat mencari seseorang yang memimpin
umtnya bukan seseorang dengan jabatan untuk memimpin.

10
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin, dkk, 2002, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, (Bogor : Ghalia
Indonesia)

Rivai, Veithzal, dan Arviyan Arifin, 2009, Islamic Leadership, (Jakarta : Bumi Aksara)

https://sknal.wordpress.com/2014/12/12/kepemimpinan-berbasik-tasawuf/

Anda mungkin juga menyukai