Anda di halaman 1dari 54

SUMBER – SUMBER AJARAN

ISLAM
‫‪Dasar:‬‬
‫‪Al-Quran surat al-Nisa’ (4): 59:‬‬

‫اَي َأهُّي َ ا اذَّل ِ َين َءا َمنُوا َأ ِطي ُعوا اهَّلل َ َوَأ ِطي ُعوا َّالر ُس و َل َوُأويِل‬
‫اَأْل ْم ِر ِمنْمُك ْ فَ ْن تَنَ َازعْمُت ْ يِف يَش ْ ٍء فَ ُرد ُُّوه ىَل اهَّلل ِ‬
‫ِ ْ آْل ِ َِإ‬ ‫ِإ‬
‫ون اِب هَّلل َوال َي ْو ِم ا خ ِر ذكِل َ َخرْي ٌ‬ ‫ول ْن ُك ْنمُت ْ تُْؤ ِمنُ َ‬‫َو َّالر ُس ِ‬
‫ِإ‬
‫َوَأ ْح َس ُن تَْأ ِوياًل (النساء‪.)59 :‬‬
59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang
sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.
SUMBER - SUMBER AJARAN ISLAM

1
AL-QUR’AN

AS-SUNNAH / HADITS

IJTIHAD
DEFINISI ALQURAN

Secara etimologis:
Al-Quran (Arab: al-Qur’an)
berarti bacaan.

Terminologis:
Al-Quran adalah kalamullah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad dengan perantaraan Malaikat
Jibril dengan menggunakan bahasa Arab, kepada
seluruh umat manusia.
HIKMAH AL-QURAN TURUN
BERANGSUR-ANGSUR

• Mudah dimengerti dan dilaksanakan.


• Mudah dihafal.
• Turunnya ayat sesuai dengan
peristiwa yang terjadi akan lebih
mengesankan dan mudah dihayati.
• Sebagai jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan para sahabat.
PEMBAGIAN AYAT-AYAT
AL-QURAN

Ayat-ayat Makkiyah
dengan ciri-ciri: Ayat-ayat Madaniyah
dengan ciri-ciri:
a. Umumnya pendek-
pendek. a. Umumnya panjang.
َّ /‫ ُّي َه‬/َ‫اَا‬//‫ي‬
b. Didahului kata‫ل ِذي َْن‬//‫اا‬
b. Didahului kata
ُ ‫لَّن‬//‫اا‬/‫ ُّي َه‬/َ‫اَا‬//‫ي‬
‫اس‬ ‫َأ َم ُن ْوا‬
c. Berisi keimanan, c. Berisi syariah, baik
pahala dan ancaman, yang terkait dengan
kisah-kisah umat ibadah atau
terdahulu dan akhlak. muamalah.
ISI AL-QURAN
1 Prinsip-prinsip aqidah – syariah –
akhlak.

2 Janji dan ancaman.

3 Sejarah nabi-nabi dan umat terdahulu.

4 Berita tentang zaman yang akan


datang.

5 Prinsip-prinsip ilmu pengetahuan.

6 Sunnatullah ( ketetapan Allah.


FUNGSI ALQURAN BAGI UMAT
MANUSIA

1 nasihat,hudan,rahmat,syifa’
(Yunus, 10 : 57 )

2 kebenaran dan pemelihara


(Al-Maidah, 5: 48 )

3 bukti dan pembeda


(Al-Baqarah ,2: 185)

4 Ketegasan dan berita baik


(Al-Nahl ,16: 89)
************************
DEFINISI HADITS
Secara etimologis:
Sunnah : jalan, tradisi, UU, cara, dll.
Hadis : baru, dekat, kabar, dll.

Istilah yang hampir identik: Sunnah, hadis, khabar,

Terminologis:
Segala sesuatu yang berasal (dinukil) dari nabi
Muhammad, baik berupa perkataan, perbuatan,
maupun penetapan beliau.
PERBEDAAN ALQUR’AN dengan
HADITS
ALQUR’AN HADITS

ISI DAN ISI DAN


REDAKSI DARI REDAKSI DARI
ALLAH NABI
BAGIAN-BAGIAN SUNNAH

SANAD
MATAN
RAWI

Persambungan
Pembawa Isi atau
dengan Materi Yang me-
Penerima riwayatkan
Hadis
Hadis Hadis atau
Sanad terakhir
‫‪Contoh :‬‬

‫•‬ ‫الى َع ْن ُه َقا َل‬ ‫ض َي هللاُ َت َع َ‬ ‫‪:‬عنْ َعلِ ٍّي َر ِ‬ ‫َ‬


‫•‬ ‫صلَّي هللا ُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َع ِن ال ُم ْت َع ِة َعا َم َخ ْي َب ِر‬ ‫َن َهى َرس ُْو ُل ِ‬
‫هللا َ‬
‫•‬ ‫ارى َو مُسْ لِم ٌ‪- /‬‬ ‫ِ‬ ‫َ‬
‫ُخ‬‫ب‬‫ل‬ ‫ْ‬
‫ا‪//‬‬ ‫‪َ .‬ر‪َ /‬وا‪/‬ه‪ُ/‬‬
MACAM-MACAM SUNNAH

• Bentuk: Qauliyah (perkataan), Fi’liyah


(perbuatan), dan Taqririyah (penetapan).
• Jumlah perawi: Mutawatir, Masyhur, dan
ahad.
• Kualitas: Shahih, Hasan, Dla’if, dan Maudlu’
(palsu).
• Diterima/tidaknya: Maqbul dan Mardud.
• Orang yang berperan: Marfu’, Mauquf, dan
Maqthu’.
• Pembagian lain: Mu’an’an, Munqathi’, dll.
Klasifikasi Sunnah

BENTUK FI’LIYAH, QAULIYAH, TAQRIRIYAH,


HAMMIYAH, AHWALIYAH

Jumlah Mutawatir, Masyhur, Ahad


Perawi

Kualitas Shahih, Hasan, Dhoif, Maudlu


Sanad
BENTUK
• Fi'liyah
perbutan Nabi Muhammad SAW yang mrupakan
penjelasan dari peraturan syari’ah yang belum jelas
pelaksanaannya.
CONTOH : cara cara bersalat dan cara menghadap kiblat
dalam salat sunah di atas kendaraan yg sedang berjalan
telah dipraktikkan oleh Nabi dgn perbuatannya di
hadapan para sahabat.
Perbuatan beliau tentang hal itu kita ketahui berdasarkan
berita dari sahabat Jabir radhiallahu'anhu katanya Konon
Rasulullah SAW.
bersalat di atas kendaraan menurut kendaraan itu
menghadap. Apabila beliau hendak salat fardu beliau
turun sebentar terus menghadap kiblat.
BENTUK
• Qauliyah
adalah perkataan Nabi Muhammad SAW dalam
berbagai bidang seperti, hukum, akhlak, dll.

Contohnya :                                             
“Bahwasanya amal-amal perbuatan itu dengan niat,
dan hanya bagi setiap orang itu memperoleh apa
yang ia niatkan dan seterusnya” HR. Bukhari dan
Muslim
perkataan beliau yg mengandung hukum syariat
seperti berikut. Nabi Muhammad saw. bersabda
Hanya amal-amal perbuatan itu dgn niat dan hanya
bagi tiap orang itu memperoleh apa yg ia niatkan .. .
Hukum yg terkandung dalam sabda Nabi tersebut
ialah kewajiban niat dalam segala amal perbuatan utk
mendapatkan pengakuan sah dari syara'.
BENTUK
• Taqriri
Ialah menetapkan, mendiamkan, yakni tidak
mengadakan sanggahan atau menyetujui apa yang
telah dilakukan atau dikatakan oleh para sahabat
dihadapan Nabi Muhammad.
Contoh
Taqrir Nabi Muhammad SAW tentang perbuatan
sahabat yang dilakukan dihadapannya dalam salah
satu jamuan makan dirumah Khalid Bin Walid yang
menyajikan daging biawak. Nabi Muhammad
menyaksikan dan tidak menyanggahnya tetapi
beliau enggan memakannya karena jijik.
BENTUK
• Hammi
adalah hadis yang berupa hasrat Nabi SAW. Yang belum
terealisasikan, seperti halnya hasrat berpuasa tanggal 9 ‘Asyura.
Dalam riwayat Ibn Abbas, disebutkan sebagai berikut:

“Ketika Nabi SAW berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan


para sahabat untuk berpuasa, mereka berkata: Ya Nabi! Hari ini
adalah hari yang diagung-agungkan orang Yahudi dan
Nasrani.Nabi SAW. Bersabda: Tahun yang akan datang insya’Allah
aku akan berpuasa pada hari yang kesembilan”.(HR.Muslim)

Nabi SAW belum sempat merealisasikan hasratnya ini, karena


wafat sebelum sampai bulan ‘Asyura. Menurut imam Syafi’I dan
para pengikutnya, bahwa menjalankan Hadits Hammi ini
disunnahkan, sebagaimana menjalankan sunnah-sunnah yang
lainnya.


BENTUK
• Ahwali

adalah Hadis yang berupa hal ihwal Nabi SAW. Yang


menyangkut keadaan fisik, sifat-sifat dan kepribadiannya.
Tentang keadaan fisik Nabi SAW dalam beberapa Hadis
disebutkan, bahwa fisiknya tidak terlalu tinggi dan tidak
pendek, sebagaimana yang dikatakan oleh al-Barra dalam
sebuah Hadis riwayat Bukhari, yang berarti :
• “Rasul SAW adalah manusia yang sebaik-baiknya rupa
dan tubuh. Keadaan fisiknya tidak tinggi dan tidak
pendek”.(HR.Bukhari)


Jumlah perawi

• Mutawatir
adalah hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah besar perawi,
yang menurut adat, pada umumnya dapat memberikan
keyakinan yang mantap, terhadap apa yang telah mereka
beritakan, dan mustahil sebelumnya mereka bersepakat
untuk berdusta, mulai dari awal matarantai sanad sampai
pada akhir sanad.
Kriteria Hadits mutawatir
1.  Diriwayatkan oleh sejumlah besar perawi
Maksudnya secara umum sejumlah besar periwayat tersebut bisa
memberikan suatu keyakinan yang mantap bahwa mereka tidak
mungkin bersepakat untuk berdusta, tanpa melihat berapa jumlah
besar perawinya.
2.      Adanya kesinambungan antara perawi pada thabaqat (generasi)
pertama dengan thabaqat (generasi) berikutnya.
Maksudnya jumlah perawi generasi pertama dan berikutnya harus
seimbang, artinya jika pada generasi pertama berjumlah 20 orang,
maka pada generasi berikutnya juga harus 20 orang atau lebih. akan
tetapi jika generasi pertama berjumlah 20 orang, lalu pada generasi
kedua 12 atau 10 orang, kemudian pada generasi berikutnya 5 atau
kurang, maka tidak dapat dikatakan seimbang.
Sekalipun demikian, sebagian ulama berpendapat bahwa
keseimbangan jumlah pada tiap-tiap generasi tidak menjadi persoalan
penting yang sangat serius untuk diperhatikan, sebab tujuan utama
adanya keseimbangan itu supaya dapat tehindar dari kemungkinan
teejadinya kebohongan dalam menyampaika hadits.
3.      Berdasarkan Tanggapan Pancaindra
Maksudnya hadits yang sudah mereka sampaikan itu harus benar hasil
dari pendengaran atau penglihatan mereka sendiri.
   
Macam-Macam Hadits
Mutawatir
a.  Mutawatir Lafzhi
“Hadits mutawatir lafzhi ialah hadits yang kemutawatiran
perawinya masih dalam satu lafal”

Jadi jika ditemukan sejumlah besar perawi hadits berkumpul


untuk meriwayatkan dengan berbagai jalan, yang menurut
adat kebiasaan mustahil mereka bersepakat untuk berbuat
dusta, maka nilai yang terkandung di dalamnya termasuk
“ilmu yakin” artinya meyakinkan bagi kita bahwa hadits
tersebut telah di sandarkan kepada yang menyabdakannya,
yaitu Rasulullah saw.

Contoh: ‫ﻤﻥ ﻜﺫﺏ ﻋﻟﻲ ﻤﺘﻌﻤﺩﺍ ﻔﻟﻴﺘﺒﻭﺃ ﻤﻘﻌﺩﻩ ﻤﻥ ﺍﻠﻨﺎﺭ‬


‘‘Siapa saja yang berbuat kebohongan terhadap diriku, maka
tempat duduknya yang layak adalah Neraka’’
Macam-Macam Hadits Mutawatir
b. Mutawatir Ma’nawiy dan Contohnya
ialah kutipan sekian banyak orang yang menurut adat
kebiasaan, mereka mustahil bersepakat dusta atas kejadian-
kejadian yang berbeda-beda, tetapi bertemu pada titik
persamaan.
Maksudnya adalah hadits yang para perwinya berbeda-beda
dalam menyusun redaksi pemberitaan, tetapi pada prinsipnya
sama.
Contoh:
Rasulullah saw tidak mengangkat ke duatangan beliau dalam
berdo’a selain dalam do’a shalat istisqa’ dan beliau
sawmmengangkat tangannya tampak putih-putih ke-dua
ketiaknya.
Jumlah perawi
• HADITS AHAD
adalah bahasa arab yang berasal dari kata dasar ahad (‫ )ﺍﺤﺩ‬,
artinya satu (‫ ﻭﺍﺤﺩ‬,atau wahid ),
Jadi khabar wahid adalah: ‫ ﻫﻭ ﻤﺎ ﻴﺭﻭﻴﻪ ﺸﺨﺹ ﻭﺍﺤﺩ‬/ suatu habar
yang diriwayatkan oleh orang satu. sedang menurut istilah
hadits ahad ialah hadits yang tidak memenuhi syarat-syarat
hadits mutawatir.
Atau berarti:

• ‫ﺍﻠﺤﻴﺙ ﺍﻷﺤﺎﺩﻯ ﻫﻭ ﻤﺎ ﻻ ﻴﻨﺘﻬﻰ ﺍﻠﻰ ﺍﻟﺘﻭﺍﺘﺭ‬    


           

Hadits yang tidak mencapai tingkatan hadits mutawatir.


Jumlah perawi
Hadits masyhur ialah hadits yang diriwayatkan oleh tiga
orang atau lebih, selama tidak mencapai tingkatan
mutawatir.

Hadits masyhur, ditakhrij imam Bukhari dari Ibnu ‘Umar:


‫ﻘﺎﻝ ﺭﺴﻭﻝ ﺍﷲ ﺼﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻟﻴﻪ ﻭ ﺴﻠﻡ ﺍﻨﻤﺎ ﺍﻷﻋﻤﺎﻝ ﺒﺎﻠﻨﻴﺎﺕ ﻭ ﺇﻨﻤﺎ ﻟﻜﻝ ﺍﻤﺭﺉ‬
‫ﻤﺎ ﻨﻭﻯ‬      
 

Rasulullah saw bersabda sesungguhnya sahnya amal


perbuatan itu dengan niat dan bagi tiap-tiap orang
mendapatkan apa-apa yang telah ia niati.
Kualitas Sanad

• Hadits Shahih
• Hadits Hasan
• Hadits Dhoif
• Hadits Maudlu
Hadits Shahih
Menurut Imam Syafi’i
1. apabila diriwayatkan oleh para perowi yang dapat dipercaya
pengamalan agamanya, dikenal sebagai orang yang jujur
mermahami hadits yang diriwayatkan dengan baik,
mengetahui perubahan arti hadits bila terjadi perubahan
lafadnya; mampu meriwayatkan hadits secara lafad,
terpelihara hafalannya bila meriwayatkan hadits secara
lafad, bunyi hadits yang Dia riwayatkan sama dengan hadits
yang diriwayatkan orang lain dan terlepas dari tadlis
(penyembuyian cacat),
2. rangkaian riwayatnya bersambung sampai kepada Nabi SAW.
atau dapat juga tidak sampai kepada Nabi.
Syarat Hadits shohih

• Sanadnya Bersambung
• Perawinya Adil
• Perwainya Dhabith ( ingatannya
tajam
• Tidak Syadz (janggal/rancu)
• Tidak Ber’illat/ cacat
Klasifikasi Hadits Shahih
1) Hadits Shahih li-Dzatihi
       Hadits Shohih li-Dzatihi adalah suatu hadits yang
sanadnya bersambung dari permulaan sampai akhir,
diceritakan oleh orang-orang yang adil, dhabith yang
sempurna, serta tidak ada syadz dan ‘Illat yang tercela.
2) Hadits Shahih li-Ghairihi
       Adalah hadits yang belum mencapai kualitas shahih,
misalnya hanya berkualitas hasan li-dazatihi, lalu ada
petunjuk atau dalil lain yang menguatkannya, maka hadits
tersebut meningkat menjadi hadits shahih li-ghairihi. Ulama
hadits mendefinisikan hadits shahih li-ghairihi.
Hadits Hasan
• a) Pengertian
       Hasan secara bahasa adalah sifat yang menyerupai dari
kalimat “al-husna” artinya indah, cantik. Akan tetapi secara
istilah yang dimaksud dengan Hadits Hasan menurut Ibnu
Hajar Al-Atsqalani yaitu:
 
“Apa yang sanadnya bersambung dengan periwayatan yang adil,
hafalannya yang kurang dari awal sampai akhir sanad dengan
tidak syad dan tidak pula cacat”

       Pada dasarnya, hadits hasan dengan hadits shahih tidak


ada perbedaan, kecuali hanya dibidang hafalannya. Pada
hadits hasan, hafalan perawinya ada yang kurang meskipun
sedikit. Adapun untuk syarat-syarat lainnya, antara hadits
hasan dengan hadits shahih adalah sama.
Hadits Dhoif
 Dhoif secara bahasa adalah kebalikan dari kuat yaitu
lemah, sedangkan secara istilah yaitu;
“ Apa yang sifat dari hadits hasan tidak tercangkup
(terpenuhi) dengan cara hilangnya satu syarat dari
syarat-syarat hadits hasan”

Dengan demikian, jika hilang salah satu kriteria saja,


maka hadits itu menjadi tidak shahih atau tidak hasan.
Lebih-lebih jika yang hilang itu sampai dua atau tiga
syarat maka hadits tersebut dapat dinyatakan sebagai
hadits dhai’if yang sangat lemah. Karena kualitasnya
dha’if, maka sebagian ulama tidak menjadikannya
sebagai dasar hukum.
5
Fungsi Sunnah Terhadap Tahkim.meneta
Alquran 2 pkan hukum
baru,cont: HR
Muslim menetapkan
haram makan
Tasrih, binatang buas
1 Penjelas atau bertaring dan
burung bercakar
memerinci, 3 kuat.
Ta’qid, Cont: Perintah
menguatkan, salat (An- Taqyid,
4
Cont: Tentang Nisa: 103) Membatasi
hukum haram Tahsis,
kemutlakan
sekutukan Mengkhususk
Cont :
Allah an, memberi
Diperjelas dalam HR Batasan
(Luqman:13) Bukhari pengecualian
wasiat
Cont: Haram
Dikuatkan oleh HR makan bangkai
Bukhari Muslim (Al-Maidah:3)
Dibatasi oleh HR
Bukhari Muslim
Sebesar 1/3nya. HR Ibnu Majah, kec
Bangkai ikan dan
belalang
Fungsi hadist

• Pertama, me­negaskan lebih


lanjut ketentuan yang
terdapat dalam al-Qur'an.
Misalnya, mengenai salat. Di
dalam al-Qur'an ada ketentuan
mengenai salat. Ketentuan itu
dite­gaskan lagi
pelaksanaannya dalam sunnah
Rasulullah.
• Kedua, sebagai penjelasan isi
aI-Qur'an. Dengan mengikuti
contoh di atas, misalnya
mengenai salat. Di dalam al-
Qur'an Allah memerintah­kan
manusia mendirikan salat.
Namun, di dalam kitab suci itu
tidak dijelaskan banyaknya
raka'at, cara, rukun dan syarat
mendirikan salat. Nabilah yang
menyebut sambil
mencontohkan jumlah raka'at
setiap salat, cara, rukun dan
syarat mendirikan salat.
• Ketiga menambahkan atau
mengembangkan sesuatu yang
tidak ada atau samar-samar
ketentuannya di dalam al-Qur'an.
Contohnya adalah larangan Nabi
mempermadu (mengawini
sekaligus atau mengawini pada
waktu bersamaan) seorang
perempuan dengan bibinya.
Larangan ini tidak terdapat dalam
larangan­larangan perkawinan di
surat an-Nisa' (4):23.
3. IJTIHAD
Definisi:
• Etimologis: bersungguh-sungguh
‫اِجْ تَهَ َد –يَجْ تَ ِه ُد‬
‫– اِجْ ِتهَا ٌد‬

• Terminologis: mencurahkan segenap


kemampuan berfikir untuk mengeluarkan
hukum syar’iy yang praktis (‘amaliy) dari dalil-
dalil al-Quran dan Sunnah.

• Mujtahid: orang yang melakukan ijtihad.


DASAR PENGGUNAAN IJTIHAD

• Al-Quran: Surat al-Nisa’ (4): 59.

• Sunnah: hadis tentang diutusnya Muadz


menjadi hakim di Yaman.

• Logika: nash-nash al-Quran dan Sunnah


terbatas, sedang peristiwa manusia tidak
terbatas.
OBJEK/MEDAN IJTIHAD

• Masalah yang ditunjuk oleh nash yang


zhanniy, bukan yang qath’iy.
• Masalah baru yang hukumnya belum
dijelaskan oleh nash.
• Masalah baru yang hukumnya belum
diijma’kan (disepakati).
• Hukum yang ‘illatnya (alasan hukumnya)
diketahui.
SYARAT-SYARAT MUJTAHID

• Menguasai dalil-dalil hukum dari al-Quran dan


Sunnah.
• Menguasai bahasa Arab dengan ilmu-ilmunya.
• Mengetahui masalah-masalah yang sudah
diijma’kan.
• Menguasai ilmu ushul fikih/metodologi hukum
Islam.
• Mengetahui maqashidusy syari’ah (maksud-
maksud ditetapkannya hukum Islam).
• Mengetahui asbabun nuzul dan asbabul wurud.
• Mengetahui IPTEK.
METODE/CARA BERIJTIHAD
• Ijma’
• Qiyas
• Istihsan
• Istishlah
• Istishhab
• ‘Urf
• Syar’u Man Qablana
• Saddudz Dzri’ah
• Madzhab Shahabi
Ijma’
Definisi:
Kesepakatan ulama tentang suatu hukum
sepeninggal Nabi Muhammad Saw.

Ijma’ ada dua:


1. Ijma’ sharih: jelas pendapatnya/
mempraktikkannya.
2. Ijma’ sukuti: tidak jelas pendapatnya/diam.
Contoh ijma’: kesepakatan para sahabat
untuk mengangkat Abu Bakar menjadi
Khalifah sepeninggal Nabi Saw. dan
kodifikasi al-Quran
Qiyas (analogi):

Definisi:
Menyamakan hukum suatu masalah yang
belum ada nashnya dengan hukum suatu
masalah yang sudah ada nashnya, karena
adanya persamaan ‘illat.

‘Illat: suatu sifat yang menjadi dasar untuk


menetapkan hukum.
Rukun dan Macam Qiyas:
Rukun Qiyas:
1. Ashal (pokok)
2. Far’u (cabang)
3. Hukum ashal
4. ‘Illat
5. Hukum cabang
Macam-macam Qiyas:
1. Qiyas aula
2. Qiyas musawi
3. Qiyas syibh
4. Qiyas dalalah
Istihsan

Definisi:
Meninggalkan qiyas jali / nyata (kulli /
umum) untuk menjalankan qiyas yang
khafi/tidak nyata (istisna’ /
pengecualian) karena adanya dalil
yang menurut logika
membenarkannya.
Mashlahah Mursalah (Istishlah)
Definisi:
Menetapkan hukum berdasarkan
kemaslahatan.

Contoh:
Seperti: mengadakan LP, uang, ijazah, surat
nikah, dll.

Istishlah banyak digunakan oleh golongan


Malikiyah.
Istishhab
Definisi:
Menetapkan hukum menurut keadaan yang
terjadi sebelumnya sampai ada dalil yang
merubahnya

Contoh:
Seorang perempuan yang ditinggal suaminya
pergi dan tidak ada kabar tentang suaminya
tersebut tetap sebagai isteri yang sah.

Istishhab banyak digunakan oleh golongan


Syafi’iyah.
‘Urf (adat)
Definisi:
Kebiasaan yang baik, berupa perkataan atau
perbuatan.

‘Urf ada dua macam:


1. ‘Urf shahih, contohnya peringatan maulud
Nabi Muhammad Saw., Isra’ Mi’raj, dll.
2. ‘Urf yang fasid (rusak), contohnya
kebiasaan mabuk, labuhan, dll.
Syar’u man qablana

Definisi:
Syariat ummat sebelum Nabi
Muhammad Saw.

Prinsipnya boleh selama ada penjelasan


al-Quran (nash.)
Saddudz Dzari’ah

Definisi:
Mencegah sesuatu yang menjadi
perantara kerusakan.

Contoh:
Dilarang belajar main kartu karena
mengarah ke perjudian, dll.
Madzhab Shahabi

Definisi:
Hukum yang ditetapkan oleh sahabat
Nabi Muhammad Saw.
SEKIAN

DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai