PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerasulan merupakan akidah kedua setelah tauhid. Seperti halnya dengan tauhid
(pengesaan Allah) yang merupakan prinsip agama dalam aspek akidah, maka kerasulan
prinsip yang sama dalam aspek kepatuhan. Rasul secara bahasa berarti berasal dari kata
rosala-yarsulu yang berati utusan. Sedang menurut istilah rasul berati orang yang
menyampaikan risalah Tuhan kepada umat manusia dan memberi petunjuk kepada mereka
menuju jalan yang lurus (ash-shiratul mustaqim) dengan izin-Nya.
Sebagai utusan-Nya mereka dipilih dan diistimewakan dengan ilham ilahi untuk
membedakan dari haq dan yang batil. Kemudian yang menunjukan manusia menuju jalan
yang lurus dalam konsepsi dan amal perbuatan, dalam hal ini Allah SWT berfirman: “Dan
jiwa serta penyempurna ciptaan-Nya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan ke
fasikan dan ketaqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang menyucikan itu,
dan merugilah orang yang mengotorinya”. (QS.Asy-Syams, 91:7-10).
B. Rumusan Masalah
Dari pembahasan di atas, dalam makalah ini kita akan mempelajari segala sesuatu
yang berhubungan dengan kerasulan.
1. Apa pengertian iman kepada rasul-rasul Allah ?
2. Apa sajakah sifat-sifat rasul itu ?
3. Apa perbedaan antara rasul dengan pemimpin pada umumnya ?
BAB II
PEMBAHASAN
2
http//sifat-sifat bagi rasul.html diakses tgl 25-10-2013 pkl 15:30
3
Drs. H. Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, hal.114
seorang rasul itu dari Allah SWT yang dengan itu ia memberi petunjuk kepada manusia
kepada jalan yang lurus. Sedang para pemimpin dan orang-orang shaleh itu tidak meilki ilmu
semacam itu, tetapi mereka membangun pandangan-pandangan atas asas dugaan semata,
dengan melihat lingkup permasalahan yang ada. Pandangan-pandangan merekapun tidak
mungkin terbebas dari kekurangan-kekurangan berupa hawa nafsu. Lantaran itulah maka
akidah-akidah yang mereka tegakkan, undang-undang yang mereka ciptakan dan metodologi
ilmiyah yang mereka gariskan itu tidak selamanya benar dan terbebas dari kekeliruan.
Tentang hakekat ini Al-Qur’an dalam banyak ayat telah memberikan isyarat, antara lain :
“Itu tidak lain hanyalah Nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengadakannya;
Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah) nya. mereka tidak lain
hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan
Sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka.”(QS.An-
Najm,53:23)
“Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. mereka tidak lain
hanyalah mengikuti persangkaan sedang Sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah
sedikitpun terhadap kebenaran.”(QS.An-Najm,53:28)
Berbeda dengan itu, seorang rasul diberi ilmu hikmah dan pemikiran oleh Allah SWT.
Ia memberi petunjuk kepada manusia tidak atas dasar dugaan dan keinginan hawa nafsunya,
tetapi mereka memberi petunjuk menuju jalan yang lurus, yang bisa dilihatnya secara jelas
dengan cahaya ilmu yang diterimanya dari Allah SWT. Karena itu, ketika Al-Qur’an
menuturkan dalam ayatnya tentang pemberian kehormatan yang dianugerahkan Allah kepada
salah seorang diantara makhluk-Nya berupa kenabian dan kerasulan, menyatakan bahwa
Allah telah menberinya ilmu dan hikmah. Dalam hal ini Al-Qur’an menuturkan dalam
beberapa ayat sebagai berikut :
“Wahai bapakku, Sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang
tidak datang kepadamu, Maka ikutilah Aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan
yang lurus.” (QS.Mariyam,19:43)
“Dan kepada Luth, Kami telah berikan Hikmah dan ilmu, dan telah Kami selamatkan Dia dari
(azab yang telah menimpa penduduk) kota yang mengerjakan perbuatan keji. Sesungguhnya
mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik.”(QS.Al-Anbiya’,21:74)
“Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan ke- padanya Hikmah
(kenabian) dan pengetahuan. dan Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang
yang berbuat baik.”(QS.Al-Qashash,28:14)
Jadi, seorang rasul memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki para pemimpin pada
umumnya.4 Mereka diberi hikmah dan ilmu pengetahuan yang tidak diberikan kepada yang
lainnya. Hal tersebutlah yang membedakan dengan manusia yang lain.
BAB III
4
Abul A’la Maududi, Dasar-Dasar Iman, hal.71-72
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, kami menyimpulkan bahwa iman kepada rasul ialah
mempercayai bahwa Allah SWT telah mengutus utusan-Nya ke muka bumi ini untuk
menunjukan kepada jalan yang lurus. Utusan-Nya tersebut ialah nabi dan rasul. Mengenai
jumlahnya tidak ada yang mengetahui secara pasti, tetapi yang wajib kita ketahui hanyalah 25
orang saja. Diantara ke-25 rasul tersebut, terdapat 5 rasul yang disebut rasul ulul azmi.
Seorang nabi dan rosul itu memiliki 4 sifat wajib, 4 sifat mustahil, dan 1 sifat jaiz.
Adapun sifat wajibnya adalah siddiq, amanah, tabligh, dan fatonah. Sedangkan sifat
mustahilnya ialah khidib, khianat, kitman dan baladah. Dan yang terahir ialah sifat jaiznya
yaitu A’radhul Basyariyah (sama seperti manusia biasa).
Adapun yang membedakan antara nabi dan rasul dengan para pemimpin pada
umumnya ialah ilmu pengetahuan dan hikmah yang diberikan oleh Allah, yang hal tersebut
tidak dimiliki oleh para pemimpin pada umumnya.
B. Penutup
Demikianlah makalah ini kami buat. Apabila terdapat kesalahan tekstual maupun
kontekstual kami mohon maaf. Serta kami juga mohon keritik dan saran dari teman-teman
sekalin sehubungan dengan makalah kami ini. Karena saran dan keritik dari teman-teman
akan sangat membantu dalam pembuatan makalah-makalah kami yang selanjutnya. Atas
partisipasi dari teman-teman, kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Maududi, Abul A’la. Dasar-Dasar Iman. Bandung : Pustaka Insitut Teknik Bandung (ITB).
2006
Zainuddin. Ilmu Tauhid Lengkap. Jakarta: Erlangga. 1996
http//sifat-sifat bagi rasul.html diakses tgl 25/10/2013 pkl 15:30
http://nuhudhiyyah.blogspot.com/2016/11/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html