Anda di halaman 1dari 4

HUKUM MERAYAKAN TAHUN BARU MASEHI BAGI UMAT MUSLIM kembang api, apakah konser musik, apakah membunyikan

kembang api, apakah konser musik, apakah membunyikan terompet,


apakah pesta/hura-hura, apakah arak-arakan kendaraan, atau apakah

ِ ‫اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذيْ اَ ْك َر َمنَا بِاإْل ِ ْي َم‬


،‫ َواَ َع َّزنَا بِاإْل ِ ْس الَ ِم‬،‫ان‬ akan setia menunggu serta menghitung mundur detik-detik pergantian
tahun tepat jam 12 malam.?... Pertanyaannya adalah kita sebagai umat

،ُ‫الى َواَ ْش ُك ُره‬ ِ ‫بِاإْل ِ حْ َس‬ ‫َو َرفَ ْعنَا‬


َ ‫ اَحْ َم َدهُ ُس ب َْحانَهُ َوتَ َع‬،‫ان‬
muslim, bolehkah ikut-ikutan merayakan tahun baru pada tanggal 1
Januari.?

‫ َو َعلَى‬ ،‫ َس يِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬ ‫ار ْك َعلَى‬ َ  ‫اَلَّلهُ َّم‬


ِ َ‫ص لِّ َو َس لِّ ْم َوب‬
Hadirin Jama’ah Jum’ah rahimakumullah,

Sebelum terjawab boleh atau tidaknya, kita sebagai umat muslim ikut-

.‫ان إِل َى يَ ْو ِم ال ِّدي ِْن‬ َ ‫ َو‬ ‫اَلِ ِه‬


ٍ ‫ َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِإِحْ َس‬ ‫ص حْ بِ ِه‬
ikutan merayakan tahun baru. Namun sebelumnya sangat perlu
diketahui bahwa, bagaimana asal muasal atau sejarah adanya perayaan
tahun baru itu sendiri. Hadirin rahimakumullah, Tahun baru Masehi
َّ ‫يَاأَيُّهَا الَّ ِذي َْن آ َمنُ ْوا اتَّقُ ْوا هللاَ َح‬ .‫اَ َّمابَ ْع ُد‬
‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُم ْوتُ َّن‬ pertama kali dirayakan pada tanggal, 1 Januari 45 SM. Tidak lama
setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan

.‫إِالَّ َوأَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم ْو َن‬ untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan
sejak abad ke 7 SM. Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar
dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskandariyah, yang
menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti

Hadirin Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, revolusi matahari. Kemudian pada tanggal, 24 Februari 1582. Paus


Gregorius XIII (pemimpin tertinggi agama Katolik) menetapkan tanggal, 1
Dihari jum’at yang mulia ini, marilah kita tingkatkan keimanan dan
Januari sebagai awal pergantian tahun. Adanya penetapan inilah yang
ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintah- kemudian diadopsi serta dirayakan oleh hampir seluruh Negara di dunia
termasuk di Indonesia.
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya.
Fakta sejarah ini sesuai kisah dari Abu Hurairah RA, bahwa Nabi SAW
Hadirin Jama’ah Jum’ah rahimakumullah,
telah bersabda,
Beberapa hari lagi, tahun masehi 2020 akan segera berganti menjadi
tahun 2021. Lalu, apa yang akan kita lakukan atau apa yang akan
terlintas dibenak kita, ketika tahun baru 2021 nanti tiba.? Apakah pesta
1
ْ
ِ ‫الس ا َعةُ َحتَّى تَأ ُخ َذ أُ َّمتِى بِأ َ ْخ ِذ ْالقُ ر‬
، ‫ُون قَ ْبلَهَا‬ َّ ‫الَ تَقُ و ُم‬ dipercaya secara salah oleh bangsa Eropa sebagai hari lahir
nabi Isa.

‫س‬ ِ َ‫ول هَّللا ِ َكف‬


َ ‫ار‬ َ ‫فَقِي َل يَا َر ُس‬ ‫اع‬
ٍ ‫ِش ْبرًا بِ ِش ب ٍْر َو ِذ َرا ًعا بِ ِذ َر‬ Walhasil, perayaan malam tahun baru masehi itu adalah
perayaan hari besar agama kafir. Maka hukumnya haram

َ ِ‫ َو َم ِن النَّاسُ إِالَّ أُولَئ‬ ‫ال‬


dilakukan oleh umat Islam.
‫ك‬ َ َ‫وم فَق‬
ِ ُّ‫َوالر‬
b. Perayaan Malam Tahun Baru Menyerupai Orang Kafir

Artinya: “Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan Meski barangkali ada yang berpendapat bahwa perayaan
malam tahun tergantung niatnya, namun paling tidak seorang
generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta.”
muslim yang merayakan datangnya malam tahun baru itu
Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah SAW, “Apakah mereka itu sudah menyerupai ibadah orang kafir. Dan sekedar
mengikuti seperti Persia dan Romawi?” Beliau menjawab, “Selain menyerupai itu pun sudah haram hukumnya, sebagaimana
sabda Rasulullah SAW:
mereka, lantas siapa lagi?” (HR. Bukhari).

Bagaimana hukum merayakan / ikut merayakan tahun baru


‫من تشبه بقوم فهو منهم‬
masehi hukumnya adalah haram dengan alasan sebagai
Siapa yang menyerupai pekerjaan suatu kaum (agama
berikut :
tertentu), maka dia termasuk bagian dari mereka. Artinya
a. Perayaan Malam Tahun Baru Adalah Ibadah Orang hadis ini bahwa memakai atribut-atribut khas orang2 kafir
Kafir. adalah haram.

Bahwa perayaan malam tahun baru pada hakikatnya adalah c. Perayaan Malam Tahun Baru Penuh Maksiat
ritual peribadatan para pemeluk agama bangsa-bangsa di Sulit dipungkiri bahwa kebanyakan orang-orang merayakan
Eropa, baik yang Nasrani atau pun agama lainnya. malam tahun baru dengan minum khamar, berzina, tertawa
dan hura-hura. Bahkan bergadang semalam suntuk
Sejak masuknya ajaran agama Nasrani ke eropa, beragam
menghabiskan waktu dengan sia-sia.
budaya paganis (keberhalaan) masuk juga ke dalam ajaran
itu. Salah satunya adalah perayaan malam tahun baru. Maka mengharamkan perayaan malam tahun baru buat umat
Bahkan menjadi satu kesatuan dengan perayaan Natal yang Islam adalah upaya untuk mencegah dan melindungi umat

2
Islam dari pengaruh buruk yang lazim dikerjakan para ahli Dan Ibnu ‘Umar RA juga meriwayatkan sebuah hadits, bahwasanya
maksiat. Rasulullah SAW bersabda:

Hadirin Jama’ah Jum’ah rahimakumullah,


‫َم ْن تَ َشبَّهَ بِقَ ْو ٍم فَه َُو ِم ْنهُ ْم‬
Berdasarkan penetapan hukum (tahqiqul manath) tersebut, maka
perayaan 1 Januari sebagai awal tahun baru Masehi (new year's day:
the first day of the year) bukanlah milik umat Islam, melainkan perayaan “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk bagian

hari raya kaum kafir, khususnya kaum Nashrani. Oleh sebab itu, umat dari mereka”. (HR. Ahmad)

muslim yang ikut-ikutan merayakan tahun baru berarti ia telah Hadirin Jama’ah Jum’ah rahimakumullah,
menyerupai kaum kafir (tasyabbuh bi al kuffaar)dan hukumnya adalah
Lebih khusus lagi, dalil keharaman bagi seorang muslim yang ikut-ikutan
haram. Adapun dalil keharaman bagi seorang muslim yang ikut-ikutan
merayakan hari raya kaum kafir (tasyabbuh bi al kuffaar fi
merayakan tahun baru Masehi sebagaimana firman Allah SWT.
a’yaadihim)sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik,

‫اعنَا َوقُولُ وا ا ْنظُرْ نَا‬ َ ‫يَاأَيُّهَا الَّ ِذ‬


ِ ‫ين َءا َمنُ وا اَل تَقُولُ وا َر‬
dia berkata;

َ ُ‫ان ِفي ُكلِّ َسنَ ٍة يَ ْل َعب‬


‫ون فِي ِه َما فَلَ َّما‬ ِ ‫ان أِل َ ْه ِل ْال َجا ِهلِيَّ ِة يَ ْو َم‬
َ ‫َك‬
‫ين َع َذابٌ أَلِي ٌم‬
َ ‫َوا ْس َمعُوا َولِ ْل َكافِ ِر‬
‫ان لَ ُك ْم‬ َ َ‫ص لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس لَّ َم ْال َم ِدينَ ةَ ق‬
َ ‫ال َك‬ َ ‫قَ ِد َم النَّبِ ُّي‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan
(kepada Muhammad) “Raa’ina”, tetapi katakan: “Undzurna”, dan ‫ُون فِي ِه َما َوقَ ْد أَ ْب َدلَ ُك ْم هَّللا ُ بِ ِه َما َخ ْي رًا ِم ْنهُ َما يَ ْو َم‬
َ ‫ان تَ ْل َعب‬
ِ ‫يَ ْو َم‬
“dengarlah”.  Dan bagi orang-orang kafir siksaan yang pedih” (QS. Al
Baqarah: 104)
ْ ِ‫ْالف‬
‫ط ِر َويَ ْو َم اأْل َضْ َحى‬
Imam Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dalam Tafsir Ibnu Katsir
menyatakan, bahwa Allah SWT telah melarang kaum mukmin
menyerupai perkataan dan perilaku orang-orang kafir. (Tafsir Ibnu Katsir: “Orang-orang Jahiliyah dahulu memiliki dua hari (Nairuz dan Mihrojan) di
1/149). setiap tahun yang mereka senang-senang ketika itu. Ketika Nabi SAW
tiba di Madinah, beliau mengatakan, ‘Dulu kalian memiliki dua hari untuk
senang-senang di dalamnya. Sungguh Allah telah menggantikan bagi
3
kalian dua hari yang lebih baik yaitu hari Idul Fithri dan Idul Adha.” (HR.
An Nasa’i)
‫ َونَفَ َعنِ ْي َوإِيَّا ُك ْم بِ َما‬،‫آن ْال َع ِظي ِْم‬
ِ ْ‫ك هللاُ لِ ْي َولَ ُك ْم ِفي ْالقُر‬
َ ‫ار‬
َ َ‫ب‬

‫ َوتَقَبَ َّل هللاُ ِمنِّ ْي َو ِم ْن ُك ْم‬،‫ت َوال ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‬
ِ ‫فِ ْي ِه ِم َن ْاآليَا‬
Hadirin Jama’ah Jum’ah rahimakumullah,

Merujuk dari dalil-dalil di atas, maka haram hukumnya bagi seorang


muslim menyerupai kaum kafir yang menjadi ciri khas kekafiran
mereka (tasyabbuh bi al kuffaar fi khasha`ishihim)seperti aqidah dan
‫ إِنَّهُ هُ َو ال َّس ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم‬،ُ‫تِالَ َوتَه‬.
ibadah mereka, ikut-ikutan merayakan tahun baru mereka, misalnya
dengan meniup terompet, menyalakan kembang api, menunggu detik-
detik pergantian tahun, memakai pakaian khas mereka; seperti pakaian
santaklaus/sinterclas dan lain sebagainya. Yang kesemuanya itu adalah
haram hukumnya.

Hadirin Jama’ah Jum’ah rahimakumullah,

Mudah-mudahan Allah SWT selalu meneguhkan iman kita, keluarga kita,


anak cucu kita serta saudara-saudara kita, untuk tidak ikut merayakan
tahun baru 2021 yang akan datang beberapa hari lagi. Akhirnya, mari
kuatkan prinsip iman kita yakni prinsip:

‫لَ ُك ْم ِد ْينُ ُك ْم َولِ َى ِدي ِْن‬


“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”.

Anda mungkin juga menyukai