Pada kesempatan yang mulia ini, marilah kita gaungkan syukur kehadirat Allah
Azza wa Jalla. Syukur atas nikmat, terutama nikmat kesehatan dan kesempatan
hingganya kita semua bisa menyapa dan hadir di Tahun Baru Islam seraya
memetik keutamaan bulan Muharram 1444 Hijriah.
Sholawat berbingkai salam marilah kita kirimkan kepada sang suri tauladan, Nabi
Muhammad SAW. Semoga dengan sering berucap Allahumma sholli ‘ala
sayyidina muhammad wa ‘ala ali sayyidina Muhammad, kita dimudahkan untuk
meraih pertolongan beliau di Yaumil Akhir nanti. Aamiin Ya Robbal ‘alamin.
Tidak terasa Dzulhijjah telah meninggalkan kita dan sekarang Muharram yang
menyapa kita. Allah datangkan Muharram seraya mengetuk alam pikir kita
bahwa waktu ini ternyata begitu cepat berlalu. Sedangkan kita?
Kita barangkali masih amat sedikit melakukan persiapan tentang Maa Qoddamat
lighod, tentang bekal yang akan kita bawa menuju Hari Kiamat.
Meski demikian adanya, kita sebagai umat muslim pantang untuk berpatah
arang. Allah memerintahkan kita untuk “Laa taghnatuu-mir rohmatillah” untuk
jangan pernah berputus asa terhadap rahmat Allah. Karena rahmat Allah itu lebih
luas dari langit dan bumi, lebih luas dari sejauh-jauhnya mata kita memandang.
Sebagaimana yang diketahui bahwa Muharram adalah bulan yang agung, bulan
yang suci, bulan yang mulia, dan termasuk salah satu dari asyhurul hurum
(bulan-bulan yang dimuliakan Allah).
Ada momentum yang amat baik dan ditunggu-tunggu oleh umat Islam, yaitu
momentum 10 Muharram. Ada apa dengan 10 Muharram? Ya, ada ibadah
sunnah dengan tawaran pahala yang amat besar, yaitu puasa Asyura.
ش ْو َرا َء ِإ ِّني َأحْ َتسِ بُ َع َلى هّللا ِ َأنْ ُي َك ِّف َر ال َّس َن َة الَّتِي َق ْب َل َها
ُ صِ َيا ُم َي ْو َم َعا
Bacaan Latin:
Artinya:
"Puasa hari 'Asyura aku berharap Allah akan menghapuskan dosa selama
setahun." Hadis Riwayat Imam Muslim.
Setahun ada 365 hari, sedangkan setiap hari ada-ada saja dosa yang kita
lakukan. Namun dengan berpuasa seraya mengharap ridha Allah SWT semata,
maka Allah hadirkan rahmat-Nya dengan menghapus dosa hamba-Nya selama
setahun.
Dalam catatan sejarah, pada hari Asyura 10 Muharram banyak terjadi peristiwa
luar biasa, termasuk selamatnya Nabi Musa as dari kejaran pasukan Fir’aun.
Sebagai bentuk syukur, Nabi Musa AS berpuasa pada hari tersebut. Selanjutnya,
umat Yahudi mengikuti apa yang dilakukan nabinya itu, berpuasa setiap 10
Muharram.
Lalu, apakah kita umat Rasulullah SAW mengikuti tradisi dan kebiasaan umat
Yahudi yang berpuasa di hari Asyura?
Artinya:
"Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian (Yahudi), maka hari itu,
Nabipun berpuasa dan mendorong umatnya untuk berpuasa." (Hadis Riwayat
Imam Bukhari).
Bahkan dalam hadis shahih yang lain, Rasulullah SAW pun berencana untuk
melaksanakan puasa sehari sebelum 10 Muharram atau pada tanggal 9
Muharram. Namun sebelum tahun depan tiba, Qadarullah Rasulullah SAW telah
wafat. Adapun puasa yang dilaksanakan pada tanggal 9 Muharram dinamakan
puasa Tasu’a, yaitu puasa sunnah untuk menyelisihi kaum Yahudi dan Nasrani.
Hari Asyura adalah salah satu hari di bulan Muharram yang amat penting dan
bersejarah bagi umat Islam. Bahkan sebelum kisah Nabi Musa AS, pada hari
Asyura ada peristiwa penting lainnya seperti hari di mana Nabi Adam AS
diciptakan di surga, hari diterimanya taubat Nabi Adam AS, dan masih banyak
peristiwa lannya.
Tapi, apakah kita umat muslim hanya perlu menunggu momentum 10 Muharram
untuk berpuasa? Tentu tidak ya jamaah.
Puasa itu hukumnya sunnah, dan segala sesuatu yang sunnah sejatinya tidak
bisa menggantikan amalan-amalan wajib. Maka dari itu, jangan sampai kita
meninggalkan yang wajib, atau menyepelekan yang wajib hanya demi amalan
sunnah.
Contohnya seperti apa? Misalnya kita menyambut Tahun Baru Islam dengan
cara bakar jagung, kemudian begadang hingga pukul 00.00 sembari berzikir,
kemudian bermain kembang api. Eh tapi esok paginya? Kita malah kesiangan
dan tidak sholat Subuh.
Apakah seperti itu caranya kita menyambut bulan Muharram yang mulia?
Euforianya mungkin masih bagus, karena merupakan wujud dari kegembiraan.
Tapi sholat Subuhnya? Alhasil, gara-gara terlalu larut dalam euforia, amal kita
hangus di hari itu tersebab yang wajib kita tinggalkan.
Hadirin yang berbahagia;
Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita yang telah lalu, dan Allah kuatkan
hati kita untuk senantiasa istiqomah di jalan-Nya.
Mari kita mantapkan persiapan diri untuk mengarungi Tahun Baru Islam dan
memetik keutamaan di bulan Muharram, termasuk melaksanakan puasa Asyura.
Selagi hayat masih dikandung badan, selama itu pula kita wajib berikhtiar dan
menambah bekal untuk dibawa ke hadapan Allah di akhirat nanti.
Nah, demikianlah pidato singkat yang bisa saya sampaikan pada kesempatan
yang mulia ini. Mohon maaf atas segala salah, dan kepada Allah marilah sama-
sama kita bermohon ampun.
Saya akhiri;
Subhanakallahu wa bihamdika, asyhadu alla ilaha illa anta, astagfiruka wa
atuubu ilaik.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.