Anda di halaman 1dari 52

Sdd

Beberap
keutamaan

Bulan-bulan
islam

Samsu,S.PdI
DAFTAR ISI

1. Keutamaan Bulan Muharrah …………………………………… 1

2. Amalan Bulan Muharram ……………………………………….. 6

1
3. Keutamaan Sepuluh Hari Blan Dzulhijjah …………………….. 8

4. Bulan Safar ………………………………………………………….

15

5. Amalan Bulan Safar ………………………………………………

18

6. Beberapa Keutamaan Bulan Ramadhan …………………… 19

7. Keutamaan Puasa Dan Keutamaan Bulan Ramadhan …..

24

8. Keutamaan Bulan Rajab ………………………………………… 27

9. Tentang Puasa Rajab ……………………………………………. 30

10. Keistimewaan Bulan Muharram ………………………………

31

11. Fadilah Keutamaan Puasa Asyura …………………………..

34

12. Keutamaan Bulan Rabi’ul Awal ……………………………… 35

13. Bolehkah Puasa Sunat Syawal Pada hari Jum’at …………

46

2
KEUTAMAAN BULAN MUHARRAM

H ari ini adalah hari pertama di Bulan Muharram 1431 H. Bulan muharam adalah bulan
pertama dalam kalender Hijriah. Bulan ini termasuk salah satu dari empat bulan haram
(suci), sebagai mana yang difirmankan oleh Allah:

“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah
di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram”. (At-Taubah:
36).

Semua ahli tafsir sepakat bahwa empat bulan yang tersebut dalam ayat di atas adalah
Zulqa’dah, Zul-Hijjah, Muharam dan Rajab.

Ketika haji wada’ Rasulallah bersabda:

Dari Abi Bakrah RA bahwa Nabi SAW bersabda: “Setahun ada dua belas bulan, empat
darinya adalah bulan suci. Tiga darinya berturut-turut; Zulqa’dah, Zul-Hijjah, Muharam dan
Rajab”. (HR. Imam Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Ahmad).

Dalam hadist di atas Nabi SAW hanya menyebut nama empat bulan, dan ini bukan berarti
selain dari nama bulan yang disebut di atas tidak suci, karena bulan Ramadhan tidak
disebutkan dalam hadist diatas. Dan kita semua tahu bahwa bulan Ramadhan adalah bulan
yang penuh dengan kesucian, ada Lailatul Qadar, juga dinamakan dengan bulan rahmat,
maghfirah dan pembebasan dari api neraka.

Ibnu Rajab al-Hambali ( 736 – 795 H ) mengatakan, Muharam disebut dengan syahrullah
(bulan Allah) karena memiliki dua hikmah. Pertama, untuk menunjukkan keutamaan dan
kemuliaan bulan Muharam. Kedua, untuk menunjukkan otoritas Allah SWT dalam
mensucikankan bulan Muharam.

Bulan Muharram mempunyai karakteristik tersendiri, dan diantara karakteristik bulan


Muharram adalah:

Pertama: Semangat Hijrah


Setiap memasuki tahun baru Islam, kita hendaknya memiliki semangat baru untuk
merancang dan melaksanakan hidup ini secara lebih baik. Kita seharus merenung kembali
hikmah yang terkandung di balik peristiwa hijrah yang dijadikan momentum awal
perhitungan Tahun Hijriyah.

Tahun hijriyah mulai diberlakukan pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Sistem
penanggalan Islam itu tidak mengambil nama ‘Tahun Muhammad’ atau ‘Tahun Umar’.
Artinya, tidak mengandung unsur pemujaan seseorang atau penonjolan personifikasi, tidak
seperti sistem penanggalan Tahun Masehi yang diambil dari gelar Nabi Isa, Al-Masih (Arab)
atau Messiah (Ibrani).

Tidak juga seperti sistem penanggalan Bangsa Jepang, Tahun Samura, yang mengandung
unsur pemujaan terhadap Amaterasu O Mi Kami (dewa matahari) yang diproklamasikan
berlakunya untuk mengabadikan kaisar pertama yang
dianggap keturunan Dewa Matahari, yakni Jimmu Tenno (naik tahta tanggal 11 pebruari 660
M yang dijadikan awal perhitungan Tahun Samura) Atau penangalan Tahun Saka bagi suku
Jawa yang berasal dari Raja Aji Saka.

Penetapan nama Tahun Hijriyah (al-Sanah al-Hijriyah) merupakan kebijaksanaan Khalifah


Umar. Seandainya ia berambisi untuk mengabadikan namanya dengan menamakan
penanggalan itu dengan Tahun Umar sangatlah mudah

3
baginya melakukan itu. Umar tidak mementingkan keharuman namanya atau
membanggakan dirinya sebagai pencetus ide sistem penanggalaan Islam itu.

Ia malah menjadikan penanggalan itu sebagai zaman baru pengembangan Islam, karena
penanggalan itu mengandung makna spiritual dan nilai historis yang amat tinggi harganya
bagi agama dan umat Islam. Selain Umar, orang yang
berjasa dalam penanggalan Tahun Hijriyah adalah Ali bin Abi Thalib. Beliaulah yang
mencetuskan pemikiran agar penanggalan Islam dimulai penghitungannya dari peristiwa
hijrah, saat umat Islam meninggalkan Makkah menuju Yatsrib (Madinah).

Dalam sejarah hijrah nabi dari Makkah ke madinah terlihat jalinan ukhuwah kaum Ansor dan
Muhajirin yang melahirkan integrasi umat Islam yang sangat kokoh. Kaum Muhajirin-Anshar
membuktikan, ukhuwah Islamiyah bisa membawa umat Islam jaya dan disegani. Bisa
dimengerti, jika umat Islam dewasa ini tidak disegani musuh-musuhnya, menjadi umat yang
tertindas, serta menjadi bahan permainan umat lain, antara lain akibat jalinan ukhuwah
Islamiyah yang tidak seerat kaum Mujahirin-Anshar.

Dari situlah mengapa konsep dan hikmah hijrah perlu dikaji ulang dan diamalkan oleh umat
Islam. Setiap pergantian waktu, hari demi hari hingga tahun demi tahun, biasanya
memunculkan harapan baru akan keadaan yang lebih baik. Islam mengajarkan, hari-hari
yang kita lalui hendaknya selalu lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Dengan kata lain,
setiap Muslim dituntut untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari.

Hadis Rasulullah yang sangat populer menyatakan, ”Barangsiapa yang hari ini lebih baik
dari kemarin, adalah orang yang beruntung”.

Bila hari ini sama dengan kemarin, berarti orang merugi, dan jika hari ini lebih jelek dari
kemarin, adalah orang celaka.” Oleh karena itu, sesuai dengan firman Allah:

”Hendaklah setiap diri memperhatikan (melakukan introspeksi) tentang apa-apa yang telah
diperbuatnya untuk menghadapi hari esok (alam akhirat) dan bertakwalah, sesungguhnya
Allah maha tahu dengan apa yang kamu perbuatkan”. (QS. Al-Hasyar: 18).

Karakteristik Kedua: Di sunnahkan berpuasa


Pada zaman Rasulullah, orang Yahudi juga mengerjakan puasa pada hari ‘asyuura. Mereka
mewarisi hal itu dari Nabi Musa AS.

Dari Ibnu Abbas RA, ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang
Yahudi berpuasa.

Rasulullah SAW bertanya, “Hari apa ini?


Mengapa kalian berpuasa?” Mereka menjawab, “Ini hari yang agung, hari ketika Allah
menyelamatkan Musa dan kaumnya serta menenggelamkan Fir’aun. Maka Musa berpuasa
sebagai tanda syukur, maka kami pun berpuasa. “Rasulullah SAW bersabda, “Kami orang
Islam lebih berhak dan lebih utama untuk menghormati Nabi Musa daripada kalian.” (HR.
Abu Daud).

Puasa Muharram merupakan puasa yang paling utama setelah puasa ramadhan.
Rasululllah SAW bersabda:
Dari Abu Hurairah RA, Rasululllah SAW bersabda: “Sebaik-baik puasa setelah puasa
ramadhan adalah puasa dibulan muharram, dan sebaik-baik shalat setelah shalat fardhu
adalah shalat malam”. (HR. Muslim, Abu Daud, Tarmizi, dan Nasa’ ).

Puasa pada bulan Muharam yang sangat dianjurkan adalah pada hari yang kesepuluh, yaitu
yang lebih dikenal dengan istilah ‘asyuura.

4
Aisyah RA pernah ditanya tentang puasa ‘asyuura, ia menjawab, “Aku tidak pernah melihat
Rasulullah SAW puasa pada suatu hari yang beliau betul-betul mengharapkan fadilah pada
hari itu atas hari-hari lainnya, kecuali puasa pada hari kesepuluh Muharam.” (HR Muslim).

Dalam hadits lain Nabi juga menjelaskan bahwa puasa pada hari ‘asyura (10 Muharram)
bisa menghapuskan dosa-dosa setahun yang telah lewat.

Dari Abu Qatadah RA, Rasululllah SAW ditanya tentang puasa hari ‘asyura, beliau
bersabda: ”Saya berharap ia bisa menghapuskan dosa-dosa satu tahun yang telah lewat”
(HR. Muslim).

Disamping itu disunnahkan untuk berpuasa sehari sebelum ‘Asyura yaitu puasa Tasu’a pada
tanggal 9 Muharram, sebagaimana sabda Nabi SAW yang termasuk dalam golongan
sunnah hammiyah (sunnah yang berupa keinginan/cita2 Nabi tetapi beliau sendiri belum
sempat melakukannya):

Ibnu Abbas RA menyebutkan, Rasulullah SAW melakukan puasa ‘asyuura dan beliau
memerintahkan para sahabat untuk berpuasa. Para sahabat berkata,
“Ini adalah hari yang dimuliakan orang Yahudi dan Nasrani. Maka Rasulullah saw. bersabda,
“Tahun depan insya Allah kita juga akan berpuasa pada tanggal sembilan Muharam.”
Namun, pada tahun berikutnya Rasulullah telah
wafat. (HR Muslim, Abu Daud).

Berdasar pada hadis ini, disunahkan bagi umat Islam untuk juga berpuasa pada tanggal
sembilan Muharam. Sebagian ulama mengatakan, sebaiknya puasa selama tiga hari: 9, 10,
11 Muharam.

Ibnu Abbas r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Puasalah pada hari ‘asyuura dan
berbedalah dengan orang Yahudi. Puasalah sehari sebelum ‘asyuura dan sehari
sesudahnya.” (HR Ahmad).

Ibnu Sirrin berkata: melaksanakan hal ini dengan alasan kehati-hatian. Karena, boleh jadi
manusia salah dalam menetapkan masuknya satu Muharam. Boleh jadi yang kita kira
tanggal sembilan, namun sebenarnya sudah tanggal sepuluh. (Majmuu’ Syarhul
Muhadzdzab VI/406) .

Mudah-mudahan dengan masuknya awal tahun baru hijriyah ini, kita bisa merancang hidup
kita kedepan agar lebih baik dan bermanfaat bagi umat manusia, yakni mengubah perilaku
buruk menjadi baik, melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Bulan Muharam, bulan pertama dalam kalender Hijriah. Bulan ini termasuk salah satu dari
keempat bulan haram sebagaimana difirmankan Allah SWT yang artinya, "Sesungguhnya
bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia
menciptakan langit dan
bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) din yang lurus, maka janganlah
kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu
semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah
bahwasanya Allah beserta orang-orang yang
bertakwa." (At-Taubah: 36).

Empat bulan sebagaimana tersebut dalam ayat di atas adalah Muharam, Rajab, Zulkaidah,
dan Zulhijah. Dalam empat bulan ini kaum muslimin diharamkan untuk berperang melawan
orang kafir.

Bila mata bertemu mata akan datang rasa kasih.


Bila hati bertemu hati akan datang rasa sayang.

5
Tapi bila dahi bertemu sajadah akan terasa kebesaran Allah SWT.
SELAMAT TAHUN BARU 1 MUHARRAM 1431 H

Keutamaan Muharam"Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan adalah puasa
pada bulan Muharam, sedang salat yang paling afdal sesudah salat fardu adalah salat
malam."
(HR Muslim)

Ibnu Rajab al-Hambali mengatakan, Muharam disebut dengan syahrullah (bulan Allah)
memiliki dua hikmah.Pertama, untuk menunjukkan keutamaan dan kemuliaan bulan
Muharam.Kedua, untuk menunjukkan otoritas Allah dalam mengharamkan bulan
Muharam. Pengharaman bulan ini untuk perang adalah mutlak hak Allah saja, tidak seorang
pun selain-Nya berhak mengubah keharaman dan kemuliaan bulan Muharam.

Di samping itu, bulan Muharam juga memiliki banyak keutamaan. Salah satunya adalah
sebagaimana sabda Rasulullah saw. di atas, "Puasa yang paling utama setelah puasa
Ramadan adalah puasa pada bulan Muharam, sedang salat yang paling afdal sesudah salat
fardu adalah salat malam." (HR Muslim).

Puasa pada bulan Muharam yang sangat dianjurkan adalah pada hari yang sesepuluh, yaitu
yang lebih dikenal dengan istilah 'aasyuura. Aisyah--semoga Allah meridainya--pernah
ditanya tentang puasa 'aasyuura, ia menjawab, "Aku tidak pernah melihat Rasulullah saw.
puasa pada suatu hari yang beliau betul-betul mengharapkan fadilah pada hari itu atas hari-
hari lainnya, kecuali puasa pada hari kesepuluh Muharam." (HR Muslim).

Pada zaman Rasulullah, orang Yahudi juga mengerjakan puasa pada hari 'aasyuura.
Mereka mewarisi hal itu dari Nabi Musa. Dari Ibnu Abbas r.a., ketika Rasulullah saw. tiba di
Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa. Rasulullah saw. bertanya, "Hari apa
ini? Mengapa kalian berpuasa?" Mereka menjawab, "Ini hari yang agung, hari ketika Allah
menyelamatkan Musa dan kaumnya serta menenggelamkan Fir'aun. Maka Musa berpuasa
sebagai tanda syukur, maka kami pun berpuasa." Rasulullah saw.
bersabda, "Kami orang Islam lebih berhak dan lebih utama untuk menghormati Nabi Musa
daripada kalian."

Abu Qatadah berkata, Rasulullah saw. Bersabda, "Puasa 'aasyuura menghapus dosa satu
tahun, sedang puasa arafah menghapus dosa dua tahun." (HR Muslim, Tirmizi, Abu Daud).

Pada awalnya, puasa 'aasyuura hukumnya wajib. Namun, setelah turun perintah puasa
Ramadan, hukumnya menjadi sunah. Aisyah r.a. berkata, "Rasulullah saw. memerintahkan
untuk puasa 'aasyuura sebelum turunnya perintah puasa Ramadan. Ketika puasa Ramadan
diperintahkan, siapa yang ingin boleh puasa 'aasyuura dan yang tidak ingin boleh tidak
berpuasa 'aasyuura." (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi).

Ibnu Abbas r.a. menyebutkan, Rasulullah saw. melakukan puasa 'aasyuura dan beliau
memerintahkan para sahabat untuk berpuasa. Para sahabat berkata, "Ini adalah hari yang
dimuliakan orang Yahudi dan Nasrani. Maka Rasulullah saw. bersabda, "Tahun depan insya
Allah kita juga akan berpuasa pada tanggal sembilan Muharam." Namun, pada tahun
berikutnya Rasulullah telah wafat. (HR Muslim, Abu Daud). Berdasar pada hadis ini,
disunahkan bagi umat Islam untuk juga berpuasa pada tanggal sembilan Muharam.
Sebagian ulama mengatakan, sebaiknya puasa selama tiga hari: 9, 10, 11 Muharam. Ibnu
Abbas r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda, "Puasalah pada hari 'aasyuura dan
berbedalah dengan orang Yahudi. Puasalah sehari sebelum 'asyuura dan sehari
sesudahnya." (HR Ahmad).

Ibnu Sirrin melaksanakan hal ini dengan alasan kehati-hatian. Karena, boleh jadi manusia
salah dalam menetapkan masuknya satu Muharam. Boleh jadi yang kita kira tanggal
sembilan, namun sebenarnya sudah tanggal sepuluh. (Majmuu' Syarhul Muhadzdzab
VI/406) . Wallahu a'lam. sumber : alislam.or.id

6
Hikmah Tahun Baru Islam: Merancang Hidup Lebih Baik

Setiap memasuki tahun baru Islam, kita hendaknya memiliki semangat baru untuk
merancang dan melaksanakan hidup ini secara lebih baik. ''Saudaraku, aku adalah
penduduk Madinah yang kaya raya.'' Kalimat itu diucapkan seorang sahabat Rasulullah,
Sa'ad bin Rabi, kepada sahabat lainnya, Abdurrahman bin 'Auf. Sa'ad tak bermaksud pamer
dan sombong, tapi hendak meyakinkan Abdurrahman agar mau menerima tawarannya.

''Silakan pilih separuh hartaku dan ambillah,'' tegas Saad. Tidak hanya itu, Saad menambah
penawarannya. ''Aku pun mempunyai dua orang istri, coba perhatikan yang lebih menarik
perhatian Anda, akan kuceraikan ia hingga Anda dapat memperistrinya.'' Abdurrahman
menolak halus tawaran tulus nan menggiurkan itu. Malah ia minta ditunjukkan letak pasar. Ia
menolak ikan, tapi mau kail agar bisa memancing sendiri.

''Semoga Allah memberkati Anda, istri, dan harta Anda. Tunjukkanlah letak pasar agar aku
dapat berniaga.'' jawabnya. Rekaman peristiwa dan dialog antara Sa'ad dan Abdurrahman
itu, sebagaimana diriwayatkan Anas bin Malik, terjadi saat Rasulullah SAW
mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar di Madinah. Saad adalah penduduk
Madinah, sedangkan Abdurrahman termasuk kaum Muhajirin. Saad bukan satu-satunya
kaum Anshar yang menjadi penolong kaum Muhajirin.

Dengan semangat persaudaraan Islam, saat umat Islam Makkah hijrah ke Madinah bersama
Rasulullah, umat Islam Madinah dengan suka-cita menyambut kaum pendatang, memberi
bantuan, dan bersama-sama membangun negeri Islam Madinah. Keindahan ukhuwah
Islamiyah kaum Muslimin generasi awal itu, antara Anshar dan Muhajirin, seakan tampak di
pelupuk mata ketika kita
memasuki Tahun Baru Islam 1425 Hijriyah, hari Minggu kemarin (22 Februari 2004 M).

Kita pun seyogianya menggali kembali hikmah yang terkandung di balik peristiwa hijrah
yang dijadikan momentum awal perhitungan Tahun Hijriyah ini. Tahun hijriyah mulai
diberlakukan pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Sistem penanggalan Islam itu tidak
mengambil nama 'Tahun Muhammad' atau 'Tahun Umar'. Artinya, tidak mengandung unsur
pemujaan seseorang atau penonjolan personifikasi, tidak seperti sistem penanggalan Tahun
Masehi yang diambil dari gelar Nabi Isa, Al-Masih (Arab) atau Messiah
(Ibrani).

Tidak juga seperti sistem penanggalan Bangsa Jepang, Tahun Samura, yang mengandung
unsur pemujaan terhadap Amaterasu O Mi Kami (dewa matahari) yang diproklamasikan
berlakunya untuk mengabadikan kaisar pertama yang dianggap keturunan Dewa Matahari,
yakni Jimmu Tenno (naik tahta tanggal 11 pebruari 660 M yang dijadikan awal perhitungan
Tahun Samura). Atau
penangalan Tahun Saka bagi suku Jawa yang berasal dari Raja Aji Saka.

Menurut dongeng atau mitos, Aji Saka diyakini sebagai raja keturunan dewa yang datang
dari India untuk menetap di Tanah Jawa. Penetapan nama Tahun Hijriyah (al-Sanah al-
Hijriyah) merupakan kebijaksanaan Khalifah Umar. Seandainya ia berambisi untuk
mengabadikan namanya dengan menamakan penanggalan itu dengan Tahun Umar
sangatlah mudah baginya melakukan
itu. Umar tidak mementingkan keharuman namanya atau membanggakan dirinya sebagai
pencetus ide sistem penanggalaan Islam itu.

Ia malah menjadikan penanggalan itu sebagai jaman baru pengembangan Islam, karena
penanggalan itu mengandung makna spiritual dan nilai historis yang amat tinggi harganya
bagi agama dan umat Islam. Selain Umar, orang yang berjasa dalam penanggalan Tahun
Hijriyah adalah Ali bin Abi Thalib. Dialah yang mencetuskan pemikiran agar penanggalan
Islam dimulai penghitungannya dari peristiwa hijrah, saat umat Islam eninggalkan
Makkah menuju Yatsrib (Madinah).

7
Dalam buku Kebangkitan Islam dalam Pembahasan (1979), Sidi Gazalba, cendekiawan
Islam asal Malaysia, menuliskan, ''Dipandang dari ilmu strategi, hijrah merupakan taktik.
Strategi yang hendak dicapai adalah mengembangkan iman dan mempertahankan kaum
mukminin.'' Hijrah adalah momentum
perjalanan menuju Daulah Islamiyah yang membentuk tatanan masyarakat Islam, yang
diawali dengan eratnya jalinan solidaritas sesama Muslim (ukhuwah Islamiyah) antara kaum
Muhajirin dan kaum Anshar.

Jalinan ukhuwah yang menciptakan integrasi umat Islam yang sangat kokoh itu telah
membawa Islam mencapai kejayaan dan mengembangkan sayapnya ke berbagai penjuru
bumi. Kaum Muhajirin-Anshar membuktikan, ukhuwah Islamiyah bisa membawa umat Islam
jaya dan disegani. Bisa dimengerti, jika umat Islam dewasa ini tidak disegani musuh-
musuhnya, menjadi umat yang
tertindas, serta menjadi bahan permainan umat lain, antara lain akibat jalinan ukhuwah
Islamiyah yang tidak seerat kaum Mujahirin-Anshar.

Dari situlah mengapa konsep dan hikmah hijrah perlu dikaji ulang dan diamalkan oleh umat
Islam. Setiap pergantian waktu, hari demi hari hingga tahun demi tahun, biasanya
memunculkan harapan baru akan keadaan yang lebih baik. Islam mengajarkan, hari-hari
yang kita lalui hendaknya selalu lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Dengan kata lain,
setiap Muslim dituntut untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. Hadis Rasulullah yang
sangat populer menyatakan, ''Barangsiapa yang hari ini lebih baik
dari kemarin, adalah orang yang beruntung.

Bila hari ini sama dengan kemarin, berarti orang merugi, dan jika hari ini lebih jelek dari
kemarin, adalah orang celaka.'' Oleh karena itu, sesuai dengan QS 59:18, ''Hendaklah
setiap diri memperhatikan (melakukan introspeksi) tentang apa-apa yang telah diperbuatnya
untuk menghadapi hari esok (alam akhirat).'' Pada awal tahun baru hijriyah ini, kita bisa
merancang hidup agar lebih baik dengan hijrah, yakni mengubah perilaku buruk menjadi
baik, melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

''Muhajir adalah orang yang meninggalkan segala larangan Allah,'' sabda Rasulullah. Kita
ubah ketidakpedulian terhadap kaum lemah menjadi sangat peduli dengan semangat zakat,
infak, dan sedekah. Selain itu juga mengubah permusuhan dan konflik menjadi
persaudaraan dan kerjasama, mengubah pola hidup malas-malasan menjadi giat bekerja,
mengubah hidup pengangguran dan peminta-minta menjadi pekerja mandiri, dan tidak
bergantung pada belas kasih orang lain.

Lihat saja teladan Abdurrahman bin Auf dengan semangat wirausahanya. Ia memilih
berdagang untuk mencari nafkah hidupnya ketimbang menerima belas kasihan orang lain.
Tidak kalah pentingnya, tahun ini kita harus hijrah pilihan politik, dari parpol dan politisi
busuk kepada parpol dan politisi harum, dari rezim korup dan zalim kepada pembentukan
pemerintahan Islami yang bersih.

Dengan kekuatan iman dan keeratan ukhuwah Islamiyah seperti kaum Muhajirin dan
Anshar, umat Islam bisa kuat dan bahu-membahu memenangkan partai Allah (hizbullah)
yang menegakkan syiar Islam berasaskan tauhid dan ukhuwah, bukan memenangkan partai
setan (hizbusy syaithon) yang mengibarkan bendera kebatilan. Wallahu a'lam. Selamat
Tahun Baru Islam 1
Muharram 1427 Hijriyah. (surau)

AMALAN BULAN MUHARAM

K urang dari 2 pekan lagi ummat Islam akan memasuki bulan yang baru sekaligus tahun
yang baru, bulan Muharam tahun 1430 H. Bulan Muharam adalah salah satu dari empat

8
bulan yang diharamkan oleh Allah. Ia juga adalah salah satu bulan yang memiliki
keistimewaan tersendiri didalamnya dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam telah
memberikan tuntunan amalan-amalan khusus di bulan Muharam, yaitu puasa asyura dan
puasa tasu’a.

Puasa Asyura (10 Muharam)


Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas radiyallahu ‘anhu “Tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi
wassalam datang ke Madinah beliau melihat orang-orang Yahudi melakukan puasa di hari
‘Asyura. Beliau Shallallahu ‘alaihi wassalam bertanya, “Hari apa ini?”. Orang-orang Yahudi
menjawab, “Ini adalah hari baik, pada hari ini Allah selamatkan Bani Israil dari musuhnya,
maka Musa ‘alaihissalam berpuasa pada hari ini. Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam
bersabda, “Aku lebih berhak mengikuti Musa dari kalian (kaum Yahudi). Maka beliau
berpuasa pada hari itu dan memerintahkan ummatnya untuk melakukannya” (HR Bukhari).

Dalam riwayat yang lain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda “Puasa yang
paling utama setelah puasa Ramadan adalah puasa pada bulan Muharam, sedang salat
yang paling afdal sesudah salat fardu adalah salat malam.” (HR Muslim)

Puasa Asyura pun memiliki keutamaan berupa dihapusnya dosa satu tahun, sesuai hadits
yang diriwayatkan oleh Abu Qatadah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
“Puasa Asyuura menghapus dosa satu tahun, sedang puasa arafah menghapus dosa dua
tahun.” (HR Muslim, Tirmizi, Abu Daud).

Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam senantiasa melakukan puasa Asyura berdasarkan hadits
Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata.”Aku tidak pernah melihat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada suatu hari karena ingin mengejar keutamaannya
selain hari ini (Asyura’) dan tidak pada suatu bulan selain bulan ini (maksudnya:
Ramadhan).” (HR Bukhari dan Muslim). Juga dalam hadits yang diriwayatkan dari Aisyah
radiyallahu ‘anha, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam puasa
pada suatu hari yang beliau betul-betul mengharapkan fadilah pada hari itu atas hari-hari
lainnya, kecuali puasa pada hari kesepuluh Muharam.” (HR Muslim).

Pada mulanya puasa Asyura diwajibkan, tetapi setelah Allah mewajibkan puasa pada bulan
Ramadhan, maka puasa Asyura status hukumnya menjadi sunnah. Hal ini sebagaimana
hadits yang diriwayatkan dari Aisyah radiyallahu ‘anha “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wassalam memerintahkan untuk puasa ‘Asyuura sebelum turunnya perintah puasa
Ramadan. Ketika puasa Ramadan diperintahkan, siapa yang ingin boleh puasa ‘aasyuura
dan yang tidak ingin boleh tidak berpuasa Asyuura.” (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi).

Puasa Tasu’a (9 Muharam)


Berpuasa pada Hari Asyura sebaiknya didahului dengan berpuasa pada hari tasu’a (hari
kesembilan dari bulan Muharam) agar tidak menyerupai dengan amalan orang Yahudi yang
hanya berpuasa pada Hari Asyura saja. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Ibnu
Abbas Radhiyallahu ‘anhu, “Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada
hari Asyura dan memerintahkan (para sahabat) supaya berpuasa. Para sahabat berkata :
‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya hari itu adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan
Nasrani’, Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Pada tahun depan
insyaaLlah kita puasa tanggal 9′. Tetapi beliau wafat sebelum datangnya tahun berikutnya”
(HR Muslim). Dalam riwayat yang lain disebutkan “Seandainya aku mendapati tahun depan,
maka aku akan puasa tanggal 9. Tetapi beliau meninggal sebelum itu” (HR Muslim).

Sebagian ulama mengatakan, sebaiknya puasa selama tiga hari: 9, 10, 11 Muharam. Ibnu
Abbas r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Puasalah pada hari ‘aasyuura dan
berbedalah dengan orang Yahudi. Puasalah sehari sebelum ‘asyuura dan sehari
sesudahnya.” (HR Ahmad).

9
Ibnu Sirrin melaksanakan hal ini dengan alasan kehati-hatian. Karena, boleh jadi manusia
salah dalam menetapkan masuknya satu Muharam. Boleh jadi yang kita kira tanggal
sembilan, namun sebenarnya sudah tanggal sepuluh. (Majmuu’ Syarhul Muhadzdzab
VI/406)

KEUTAMAAN SEPULUH HARI PERTAMA


BULAN DZULHIJJAH
Sesungguhnya termasuk sebagian karunia Allah dan anugerah-Nya adalah Dia menjadikan
untuk hamba-hamba-Nya yang shalih waktu-waktu tertentu dimana hamba-hamba tersebut
dapat memperbanyak amal shalihnya. Diantara waktu-waktu tertentu itu adalah sepuluh hari
(pertama) bulan Dzulhijjah. Berkenaan dengan firman Allah Ta’ala:

”Demi Fajar, dan malam yang sepuluh.” (QS. Al Hajr:1-2)

Mayoritas ulama berpendapat bahwa dalam ayat ini Allah Ta’ala telah bersumpah dengan
“sepuluh hari” pertama dari bulan Dzulhijjah ini. Pendapat ini pula yang dipilih oleh Ibnu Jarir
ath Thabari dan Ibnu Katsir rahimakumullah dalam kitab tafsir mereka.

Hari-hari sepuluh pertama bulan Dzulhijjah ini memiliki beberapa keutamaan dan
keberkahan, dan penjelasannya sebagai berikut:
PERTAMA : beramal shalih pada sepuluh hari ini memiliki keutamaan yang lebih
dibanding dengan hari-hari lainnya.

Imam Al Bukhari telah meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma dari Nabi
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, bahwa beliau bersabda:

“Tidaklah ada amal yang lebih utama daripada amal-amal yang dikerjakan pada
sepuluh hari Dzulhijjah ini.” Lalu para sahabat bertanya, “Tidak juga Jihad?” Nabi
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menjawab,”Tidak juga Jihad, kecuali seseorang yang
keluar (untuk berjihad) sambil mempertaruhkan diri (jiwa) dan hartanya,lalu kembali
tanpa membawa sesuatupun.” (HR. Bukhari).

Dari Said bin Jubair rahimahullah, dan dia yang meriwayatkan hadits Ibnu Abbas radhiallahu
anhuma yang lalu, “Jika kamu masuk ke dalam sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, maka
bersungguh-sungguhlah sampai hampir saja ia tidak mampu menguasainya
(melaksanakannya).” (HR. Ad Darimi, hadits hasan)

Ibnu Hajar berkata dalam kitabnya Fathul Baari: “Sebab yang jelas tentang keistimewaan
sepuluh hari di bulan Dzulhijjah adalah karena pada hari tersebut merupakan waktu
berkumpulnya ibadah-ibadah utama; yaitu shalat, shaum, shadaqah dan haji. Dan itu tidak
ada di hari-hari selainnya.”
KEDUA : keutamaan yang lebih khusus pada hari kesembilan sebagai hari ‘Arafah.

Pada hari ini para jama’ah Haji melaksanakan wukuf di ‘Arafah, dan wukuf ini merupakan
rukun utama dari ibadah Haji. Karenanya hari ini menjadi hari yang memiliki keitamaan yang
agung dan keberkahan yang melimpah. Diantara keutamaannya, bahwa sesungguhnya

10
Allah menggugurkan dosa-dosa (dosa kecil) selama dua tahun bagi orang yang berpuasa
pada hari ‘Arafah.

Dari Abu Qatadah al Anshari radhiallahu anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
Wassalam pernah ditanya tentang puasa pada hari ‘Arafah, maka beliau Shalallahu ‘Alaihi
Wassalam bersabda, “(Puasa pada hari itu) mengugurkan dosa-dosa setahun yang lalu
dan dosa-dosa setahun berikutnya.” (HR.Muslim)

Di sunnahkan pula untuk berpuasa ‘Arafah bagi mereka yang tidak ber Haji (yang berada di
luar ‘Arafah). Sebagaimana petunjuk Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, adalah beliau
berbuka (tidak berpuasa) ketika berada di ‘Arafah pada hari ‘Arafah (sedang ber haji). (lihat
shaih Bukhari kitab al Hajj dan shahih Muslim kitab ash Shiyaam)

Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan, “Berbukanya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi


Wassalam pada hari ‘Arafah itu mengandung beberapa hikmah, diantaranya memperkuat
do’a di ‘Arafah, bahwa berbuka dai puasa yang wajib saja disaat perjalanan safar lebih
utama , maka apa lagi dengan puasa yang hanya hukumnya sunnah…” Ibnul Qoyyim
melanjutkan, “Guru kami, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengambil jalan yang
berbeda dengan orang lain, yaitu bahwa hari ‘Arafah merupakan hari raya bagi mereka yang
sedang berwukuf di ‘Arafah dikarenakan pertemuan mereka disana, seperti pertemuan
mereka di hari raya (yaumul ‘Ied), dan pertemuan ini hanya khusus bagi mereka yang
berada di ‘Arafah saja, tidak bagi yang selain mereka…” (Zaadul Ma’aad)

Dan di antara keberkahan hari ‘Arafah berikutnya, pada hari itu banyak orang yang
dibebaskan oleh Allah Ta’ala, dia mendekat ke langit dunia dan membangga-banggakan
para jama’ah Haji di hadapan para Malaikat. Dari ‘Aisyah radhiallahu anha, ia berkata,
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Tidak ada hari yang Allah lebih banyak membebaskan hamba-Nya dari adzab neraka
daripada hari ‘Arafah. Sesungguhnya Dia (pada hari itu) mendekat, kemudian
menbangga-banggakan mereka (para jama’ah Haji) dihadapan para Malaikat.” Lalu
Dia bertanya,”Apa yang diinginkan oleh para jama’ah Haji itu?” (HR. Muslim)

Dan dari Jabir bin ‘Abdillah radhiallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
Wassalam bersabda, “Pada hari ‘Arafah sesungguhnya Allah turun ke langit dunia, lalu
membangga-banggakan mereka (para jama’ah Haji) di hadapan para Malaikat, maka
Allah berfirman,’Perhatikan hamba-hamba-Ku, mereka datang kepada-Ku dalam
keadaan kusut berdebu dan tersengat teriknya matahari, datang dari segala penjuru
yang jauh. Aku bersaksi kepada kalian (para Malaikat) bahwa Aku telah mengampuni
mereka.’” (HR.Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, al Laalikai, dan Imam al Baghawi, hadits
shahih)

KETIGA : keutamaan hari ke sepuluh bulan Dzulhijjah, yaitu ‘Iedul Adh-ha yang
disebut juga yaumul Nahr.

Dalil yang menunjukkan keutamaan dan keagungan hari ‘Iedul Adh-ha adalah hadits yang
diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Qurth radhiallahu anhu, dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi
Wassalam bahwa beliau bersabda:

“Hari teragung di sisi Allah adalah hari ‘Iedul Adh-ha (yaumul Nahr) kemudian sehari
setelahnya…” (HR. Abu Dawud)

Dan hari yang agung ini dinamakan juga sebagai hari Haji Akbar. Sebagaimana Allah Ta’ala
berfirman:

11
“Dan (inilah) suatu pemakluman dari Allah dan Rasul-Nya kepada manusia pada hari
haji akbar.” (QS. At Taubah:3)

Dan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam juga menyebut hari agung ini dengan sebutan
yang sama. Karena sebagian besar amalan-amalan manasik Haji dilakukan pada hari ini,
seperti menyembelih kurban, memotong rambut, melontar jumrah dan Thawaf mengelilingi
Ka’bah. (Zaadul Ma’aad). Pada hari yang penuh berkah ini, kaum muslimin berkumpul untuk
melaksanakan shalat ‘Ied dan mendengarkan khutbah hingga para wanita pun disyari’atkan
agar keluar rumah untuk kepentingan ini. Sebagaimana dalam ash Shahihain, bahwa Ummu
‘Athiyyah Nusaibah binti al Harits berkata:
“Kami para wanita diperintahkan untuk keluar pada hari ‘Ied hingga hingga kami
mengeluarkan gadis dalam pingitan. Juga mengajak keluar wanita-wanita yang
sedang haidh, berada di belakang orang-orang. Mereka bertakbir dengan takbirnya
dan mereka berdo’a dengan do’anya. Mengharapkan keberkahan dan kesucian dari
hari yang agung ini.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Al Hafidz Ibnu Hajar berkomentar tentang maksud dari kehadiran para wanita tersebut di
hari agung ini, sehingga para wanita berhalangan tidak luput dari perintah keluar untuk
menghadirinya: “Maksud dari kehadiran mereka adalah menampakkan syi’ar Islam dengan
memaksimalkan berkumpulnya kaum muslimin agar barakah hari yang mulia ini dapat
meliputi mereka semua.” (Fathul Baari)
Pada hari ini dan setelahnya, yaitu pada hari-hari tasyriq, kaum muslimin bertaqarrub
kepada Allah Ta’ala melalui penyembelihan hewan kurban. Dan menyembelih hewan kurban
merupakan sebuah syi’ar yang agung dari syi’ar Islam.
Namun apakah sepuluh hari Dzulhijjah ini lebih mulia dari sepuluh hari terakhir dari bulan
Ramadhan? Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menjawab persoalan ini dg
jawaban yg tuntas, dimana beliau menyatakan, “Sepuluh hari Dzulhijjah lebih utama
daripada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Dan sepuluh malam terakhir dari bulan
Ramadhan lebih utama dari sepuluh malam bulan Dzulhijjah.” (Majmu Fatawa Ibnu
Taimiyyah)
Muridnya Ibnul Qoyyim rahimahullah juga menyatakan,” Ini menunjukkan bahwa sepuluh
malan terakhir dari bulan Ramadhan menjadi lebih utama karena adanya laitatul Qadr, dan
lailatul Qadr ini merupakan bagian dari waktu-waktu malamnya. sedangkan sepuluh hari
Dzulhijjah mejadi lebih utama karena hari-harinya (siangnya), karena didalamnya terdapat
yaumun Nahr (hari berkurban), hari ‘Arafah dan hari Tarwiyah (hari ke delapan Dzulhijjah).
(Zadul Maa’ad)

MACAM-MACAM AMALAN YANG DISYARI’ATKAN


1. Shalat
Disunnahkan untuk bersegera dalam melaksanakan hal-hal yang wajib dan memperbanyak
amalan-amalan sunnah, karena itu adalah sebaik-baik cara untuk mendekatkan diri kepada
Allah. Telah diriwayatkan dari Tsauban radhiallahu anhu, ia berkata, ‘Saya mendengar
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Hendaklah kamu memperbanyak sujud untuk Allah. Karenaa kamu tidak bersujud
kepada Allah sebanyak satu kali sujud kecuali Allah akan mengangkatmu satu derajat
dan Allah akan menghapuskan darimu satu kesalahan.” (HR. Muslim)
Ketetapan ini berlaku umum, untuk segala waktu.
2. Melaksanakan Haji dan ‘Umrah

12
Amal ini adalah amal yang paling utama, berdasarkan berbagai hadits shahih yang
menunjukkan keutamaannya, salah satunya adalah sabda Nabi Muhammad Shalallahu
‘Alaihi Wassalam:
“Dari umrah ke umrah adalah tebusan (dosa-dosa yg dikerjakan) di antara keduanya,
dan haji yang mabrur balasannya tiada lain adalah surga.” (HR. Muslim)
3. Berpuasa Pada Hari-Hari Tersebut, Terutama Pada Hari ‘Arafah
Tidak disangsikan lagi bahwa puasa adalah jenis amalan yg paling utama dan yg dipilih
Allah untuk diri-Nya. Disebutkan dalam hadits qudsi, artinya:
“Puasa itu adalah untuk-Ku, dan Akulah yang akan membalasnya. Sungguh dia telah
meninggalkan syahwat, makanan dan minumannya semata-mata karena Aku.”
Diriwayatkan dai Abu Said Al Khudri radhiallahu anhu, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
Wassalam bersabda:
“Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah melainkan Allah pasti
menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Diriwayatkan dari Abu Qatadah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
Wassalam bersabda:
“Berpuasa pada hari ‘Arafah melebur dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya.”
(HR. Muslim)
Dari Hinaidah bin Khalid radhiallahu anhu, dari istrinya dari sebagian istri-istri Rasululllah
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, dia berkata:
“Adalah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam berpuasa pada tanggal sembilan
Dzulhijjah, sepuluh Muharram dan tiga hari setiap bulan.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan
Nasa’i)
Imam Nawawi berkata tentang puasa sepuluh hari bulan Dzulhijjah: “Sangat di sunnahkan.”
4. Takbir, Tahlil dan Tahmid Serta Dzikir
Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

“…dan agar mereka menyebutkan nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan…”
(QS. Al Hajj:28)
Para ahli tafsir menafsiri bahwa yang dimaksud dengan “hari-hari yang telah ditentukan”
adalah sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah. Oleh karena itu, para ulama menganjurkan untuk
memperbanyak dzikir pada hari-hari tersebut, berdasarkan hadits dari Ibnu Umar radhiallahu
anhuma yang artinya, “maka perbanyaklah pada hari-hari itu tahlil, takbir, dan
tahmid.”(HR. Ahmad)
Imam Bukhari rahimahullah berkata:” Ibnu Umar dan Abu Hurairah radhiallahu anhum keluar
ke pasar pada hari-hari sepuluh (sepuluh hari pertama) dalam bulan Dzulhijjah seraya
mengumandangkan takbir lalu orang-orang pun mengikuti takbir keduanya.”
Dia juga berkata,” Umar bertakbir dikubahnya sampai orang-orang masjid mendengarnya,
maka mereka bertakbir dan bertakbir pula orang-orang yang ada di pasar-pasar sampai
gemuruh takbir itu menguasai pendengaranku.”
Ibnu ‘Umar bertakbir di Mina pada hari-hari itu, bertakbir juga setelah melakukan shalat, saat
berada di atas ranjangnya, di perkemahannya, di majelisnya, dan diwaktu berjalan di jalan-
jalan sepanjang hari-hari itu. Disunnahkan pula untuk bertakbir dengan suara yang keras
berdasarkan perbuatan Umar, anak lelakinya dan Abu Hurairah.

13
Bentuk Takbir
Telah diriwayatkan tentang bentuk-bentuk takbir yang diriwayatkan oleh para sahabat dan
tabi’in diantaranya:
a. Allaahu akbar, Allaahu akbar, Allaahu akbar kabiraa
b. Allaahu akbar, Allaahu akbar, laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar, Allaahu akbar wa
lillaahil hamdu.
c. Allaahu akbar, Allaahu akbar, Allaahu akbar, laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar,
Allaahu akbar, Allaahu akbar, wa lillaahil hamdu.
Tidak boleh mengumandangkan takbir bersama-sama, yaitu dengan berkumpul pada suatu
majelis dan mengucapkannya dengan satu suara. Hal ini tidak pernah dilakukan oleh para
salaf. Menurut sunnah adalah masing-masing orang bertakbir sendiri-sendiri. Hal tersebut
berlaku pada semua dzikir dan berdo’a, kecuali jika ia tidak mengerti sehingga ia harus
belajar dengan mengikuti orang lain.
5. Taubat Serta Meninggalkan Segala Maksiat dan Dosa, Sehingga Akan Mendapatkan
Ampunan dan Rahmat Allah Ta’ala.
Maksiat adalah penyebab terjauhkan dan terusirnya hamba Allah Ta’ala dan ketaatan adalah
penyebab dekat dan cinta kasih Allah Ta’ala kepadanya. disebutkan dalam hadits dari Abu
Hurairah radhiallahu anhu bahwa Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Sesungguhnya Allah itu cemburu, dan kecemburuan Allah itu manakal seorang
hamba melakukan apa yang diharamkan Allah terhadapnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
6. Banyak Beramal Shalih
Memperbanyak amalan-amalan shalih berupa ibadah sunnah seperti: shalat, sedekah, jihad,
membaca Al Qur’an, amar ma’ruf nahi munkar dan lain sebagainya. Sebab amalan-amalan
tersebut pada hari itu dilipatgandakan pahalanya. Amalan yang tidak utama bila dilakukan
pada hari itu akan menjadi lebih utama dan dicintai Allah daripada amal ibadah pada hari
lainnya meskipun merupakan amal ibadah utama. Sekalipun jihad yang merupakan amal
ibadah yang utama, kecuali jihadnya orang yang tidak kembali dengan harta dan jiwanya.
7. Berkurban Pada Hari Raya Qurban dan Hari-Hari Tasyriq
Hal ini adalah sunnah Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam yakni ketika Allah menebus putranya
dengan sembelihan yang agung dan juga sunnah Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi
Wassalam. Tentang keutamaan hari raya kurban , telah di jelaskan diatas dalam pasal ketiga
(keutamaan yaumul Nahr) keutamaan sepuluh hari bulan Dzulhijjah.
8. Melaksanakan Shalat Idul Adh-ha dan Mendengarkan Khutbahnya.
Setiap muslim hendaknya memahami hikmah disyari’atkannya hari raya ini. Hari ini adalah
hari bersyukur dan beramal kebajikan. Maka janganlah dijadikan sebagai hari keangkuhan
dan kesombongan; janganlah dijadikan kesempatan bermaksiat dan bergelimang dalam
kemungkaran seperti: nyanyi-nyanyian, main judi, mabuk-mabukkan dan sejenisnya.
Dimana hal tersebut akan menyebabkan terhapusnya amal kebajikan yang dilakukannya
selama sepuluh hari. Tentang keutamaan hari ini , telah dijelaskan sebagiannya diatas.
Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas, hendaknya setiap muslim dan muslimah
mengisi hari-hari ini dengan melakukan ketaatan, dzikir dan syukur kepada Allah,
melaksanakan segala kewajiban dan menjauhi segala larangan; memanfaatkan kesempatan
ini dan berusaha memperoleh kemurahan Allah agar mendapat ridha-Nya.

KEUTAMAAN HARI-HARI TASYRIQ


Hari Tasyriq adalah tiga hari (tgl 11,12,13 dzulhijjah) setelah yaumun Nahr, dinamakan hari
tasyriq karena pada hari itu orang-orang mengeringkan atau mendendengkan dan
menyebarkan daging kurban. (Syarhun Nawawi li Shaihi Muslim).
Allah Ta’ala berfirman:

14
“Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang.” (QS.
Al Baqarah :203)
Berkata Ibnu Abbas radhiallahu anhuma: “’dalam beberapa hari yang berbilang’ adalah hari-
hari tasyriq.”
Dalam Shahih Muslim dari hadits Nabisyah al Hadzali radhiallahu anhu, ia berkata,
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda, “Hari-hari tasyriq adalah hari-hari
makan dan minum.” Dan dalam suatu riwayat dengan tambahan: “Dzikir kepada Allah.”
(HR. Muslim)
Dan terdapat pula di dalam as Sunnan dari ‘Uqbah bin Amir radhiallahu anhu bahwa dia
berkata, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Hari ‘Arafah, hari raya kurban dan hari-hari tasyriq merupakan hari raya kita pemeluk
Islam, dan dia merupakan hari-hari makan dan minum.” (HR. Abu Dawud)
Ibnu Rajab rahimahullah menyatakan,” Dalam sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
Wassalam bahwa hari-hari tersebut merupakan ‘hari-hari makan dan minum serta dzikir
kepada Allah’, sebagai sebuah isyarat bahwa makan dan minum pada hari-hari raya
tersebut merupakan mekanisme yang membantu untuk meningkatkan dzikir kepada Allah
dan ketaatan kepada-Nya. Sebagai bagian dari kesempurnaan mensyukuti nikmat Allah,
yaitu menjadikan hari-hari makan dan minum sebagai alat yang menolongnya untuk berbuat
ta’at kepada-Nya…”(Latha iful Ma’aarif, Ibnu Rajab)
Pada hari-hari ini disyari’atkan untuk bertakbir sebagaimana dilakukan oleh para Sahabat
radhiallahu anhum dan generasi Salaf yang datang setelah masa mereka (para Sahabat).
Takbir ini juga merupakan salah satu bentuk dari berbagai dzikir kepada Allah. Adapun
waktu bertakbir, para ulama memiliki beberapa pendapat. Dan pendapat yang paling shahih
dan masyhur bahwa takbir dimulai dari pagi hari ‘Arafah sampai akhir hari Tasyriq. (Tafsir
Ibnu Katsir dan Fathul Baari).
Dalil-dalil yang mengidentifikasikan kemuliaan hari-hari tasyriq ini adalah jatuhnya masa
pelaksanaan beberapa amalan manasik Haji pada hari-hari tasyriq tersebut, seperti hari
(mabit) di Mina, hari-hari melontar jumrah, hari-hari menyembelih hewan kurban dan lain
sebagainya. Dan di antara hari-hari tasyriq sendiri, maka hari yang paling utama pada
periode tersebut adalah hari pertamanya, sebagaimana dalam hadits berikut:
“Hari teragung di sisi Allah adalah hari ‘Iedul Adh-ha (yaumun Nahr) kemudian sehari
setelahnya (yaumul qarri)…” (HR. Abu Dawud)
Dinamakan yaumul qarri karena pada hari itu mereka berada di Mina dan berdiam diri
disana.
Maraji:
Kitab At Tabarruk Anwaa’uhu wa Ahkaamuhu (edisi terjemahan, Amalan dan Waktu yg
Diberkahi), penulis dr. Nashir bin ‘Abdirrahman bin Muhammad al Juda’i.
Kitab Ibadah Kurban Keutamaan dan Koreksi atas Berbagai Kesalahannya, penulis Syaikh
Abdullah bin Abdurrahman Al jibrin, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, Syaikh
Muhammad bin Rasyid bin Abdullah al Ghufaili.
Kitab Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah, Hukum Qurban, Syari’at Aqiqah
dan Fiqh Dua Hari Raya, penulis Ustadz Abdullah Shalih Al Hadrami (materi kajian
majelis taklim dan dakwah Husnul Khatimah, Malang)

Amalan Bulan Dzulhijjah


Oase Ilmu - Friday, 29 December 2006

15
Kafemuslimah.com

"Khusus tentang puasa Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah), diriwayatkan oleh Imam Muslim
bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Berpuasa di hari Arafah menghapuskan dosa
setahun yang lalu dan dosa setahun yang akan datang." "
Rasulullah SAW telah bersabda: "Dua bulan untuk berhari raya tidak berkurang
keduanya, Ramadhan dan Dzulhijjah." (HR Muslim ).

Dalil-dalil tentang keutamaan bulan Dzulhijjah


Firman Allah subhanahu wata'ala:
"Demi fajar dan malam yang sepuluh" (QS. Al Fajr :1-2)
Diriwayatkan dari shahabat Ibnu Abbas bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Tidak ada hari dimana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh
Allah daripada hari-hari ini, yaitu sepuluh hari (dari bulan Dzulhijjah). " Mereka bertanya:
"Wahai Rasulullah, tidak pula jihad fi sabilillah?" Beliau bersabda: "Dan tidak pula jihad fi
sabilillah. Kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian
tidak kembali dengan sesuatupun." (HR Jama'ah kecuali Muslim dan an-Nasa'i).

Dalam kitabnya Fathul Baari menyatakan : "Tampaknya sebab mengapa sepuluh hari
Dzul Hijjah diistimewakan adalah karena pada hari tersebut merupakan waktu
berkumpulnya semua ibadah-ibadah yang utama yaitu shalat, shaum, shadaqah dan haji
dan tidak ada selainnya waktu seperti itu".

Amal-amal yang Disyariatkan pada Hari-hari Tersebut


1. Melaksanakan ibadah haji dan umrah.
Kedua ibadah inilah yang paling utama dilaksanakan pada hari-hari tersebut,
sebagaimana yang ditunjukkan dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda : "Umrah
yang satu ke umrah yang lainnya merupakan kaffarat (penghapus dosa-dosa)
diantara keduanya, sedang haji mabrur, tidak ada balasan baginya kecuali surga."
(HR. Bukhari dan Muslim)

2. Shaum pada hari Arafah, ketika jamaah haji sedang wukuf (9 Dzulhijjah).
2. Tidak diragukan lagi bahwa ibadah puasa merupakan salah satu amalan yang paling
afdhal dan salah satu amalan yang dilebihkan oleh Allah SWT dari amalan-amalan
shalih lainnya. Sebagaimana firman-Nya dalam hadits qudsi:
Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda: "Tidaklah seseorang berpuasa satu hari
di jalan Allah melainkan Allah akan menjauhkan wajahnya dari neraka (karena
puasanya) sejauh 70 tahun perjalanan" (HR. Bukhari dan Muslim)
Khusus tentang puasa Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah), diriwayatkan oleh Imam Muslim
bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Berpuasa di hari Arafah menghapuskan dosa
setahun yang lalu dan dosa setahun yang akan datang."
3. Memperbanyak takbir dan dzikir pada hari-hari tersebut.
Sebagaimana Firman Allah subhanahu wata'ala:
"Supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang tertentu" (QS. Al Hajj: 28)
Tafsiran dari "hari-hari yang tertentu" adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.
Oleh karena itu para ulama kita menyunnahkan untuk memperbanyak dzikir pada
hari-hari tersebut. Dan penafsiran itu dikuatkan pula dengan hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad rahimahullah dari Ibnu Umar RA bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Tidak ada hari-hari yang lebih agung dan amal shalih yang lebih dicintai oleh Allah
padanya, melebihi sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, maka perbanyaklah pada
hari-hari itu tahlil , takbir dan tahmid."
4. Bertaubat dan menjauhi kemaksiatan serta seluruh dosa agar mendapatkan
maghfirah dan rahmat dari Allah SWT.
Hal ini penting dilakukan karena kemaksiatan merupakan penyebab ditolaknya dan
jauhnya seseorang dari rahmat Allah SWT, sebaliknya ketaatan merupakan sebab
kedekatan dan kecintaan Allah SWT kepada seseorang. Rasulullah shallallahu 'alaihi

16
wasallam bersabda: "Sungguh Allah itu cemburu dan kecemburuan Allah apabila
seseorang melakukan apa yang Allah haramkan atasnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Memperbanyak ibadah-ibadah sunnat seperti shalat, membaca Al Qur'an,
bersedekah, dan ibadah sunah lainnya.
Amalan tersebut akan dilipat gandakan pahalanya jika dilakukan pada hari-hari
tersebut. Ibadah yang kecil pun jika dilakukan pada hari-hari tersebut akan lebih
utama dan lebih dicintai oleh Allah subhanahu wata'ala daripada ibadah yang besar
yang dilakukan pada waktu yang lain. Contohnya jihad, yang merupakan seutama-
utama amal, namun akan dikalahkan oleh amal-amal shalih lain yang dilakukan pada
sepuluh hari pertama bulah Dzulhijjah, kecuali orang yang mendapat syahid.
6. Disyariatkan pada hari-hari tersebut bertakbir di setiap waktu, baik itu siang maupun
malam, terutama ketika selesai shalat berjama'ah di masjid.
Takbir ini dimulai sejak Shubuh hari Arafah (9 Dzulhijjah) bagi yang tidak
melaksanakan ibadah haji, sedang bagi jama'ah haji sejak Zhuhur hari
penyembelihan (10 Dzulhijjah). Adapun akhir hari bertakbir adalah pada hari Tasyrik
yang terakhir (13 Dzulhijjah).
Imam Bukhori berkata: "Adalah Ibnu Umar dan Abu Hurairah radiallahuanhuma
keluar ke pasar pada hari sepuluh bulan Dzul Hijjah, mereka berdua bertakbir dan
orang-orangpun ikut bertakbir karenanya."
7. Memotong hewan qurban (udlhiyah) bagi yang mampu pada hari raya Qurban (10
Dzulhijjah) dan hari-hari Tasyrik (11,12,13 Dzulhijjah).
Hal ini merupakan sunnah bapak kita Ibrahim AS ketika Allah subhanahu wata'ala
mengganti anak beliau dengan seekor sembelihan yang besar.
Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim menyatakan, Nabi Muhammad SAW
berqurban dengan dua ekor domba jantan yang keduanya berwarna putih bercampur
hitam dan bertanduk. Beliau menyembelih keduanya dengan tangan beliau sendiri
sambil membaca basmalah dan bertakbir.
8. Bagi orang yang berniat untuk berqurban hendaknya tidak memotong rambut dan
kukunya sejak masuk tanggal 1 Dzulhijjah sampai dia berqurban.
Diriwayatkan dari Ummu Salamah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
"Jika kalian telah melihat awal bulan Dzulhijjah dan salah seorang diantara kalian
berniat untuk menyembelih hewan qurban maka hendaknya dia menahan rambut
dan kukunya." Di riwayat lain disebutkan: "Maka janganlah dia (memotong) rambut
dan kuku-kukunya sehingga dia berqurban."
Kemungkinan hikmah larangan tersebut agar menyerupai orang yang menggiring
(membawa) qurban sembelihan saat melakukan ibadah haji, sebagaimana firman
Allah subhanahu wata'ala:
"… Dan janganlah kamu mencukur kepalamu sebelum qurban sampai di tempat
penyembelihannya… " (QS. Al Baqarah :196).
9. Melaksanakan shalat 'Ied berjama'ah.
Karenanya janganlah seseorang menjadikan hari 'Ied untuk berbuat kejahatan dan
kesombongan. Serta jangan pula menjadikannya sebagai kesempatan untuk
bermaksiat kepada Allah SWT dengan mendengarkan nyanyian-nyanyian dan musik-
musik yang melalaikan, minuman keras dan yang semacamnya. Perbuatantersebut
menyebabkan terhapusnya amalan kita yang telah dikerjakan pada sepuluh hari
pertama bulan tersebut.
Semoga Allah senantiasa memberi petunjuk kepada agar kita termasuk orang-orang
yang memanfaatkan kesempatan emas seperti ini dengan baik. Amin. (Manajemen
Qolbu)

BULAN SAFAR
BULAN Safar adalah bulan kedua mengikut perkiraan kalendar Islam yang berdasarkan
tahun Qamariah (perkiraan bulan mengelilingi bumi). Safar artinya kosong. Dinamakan Safar
kerana dalam bulan ini orang-orang Arab sering meninggalkan rumah mereka menjadi

17
kosong kerana melakukan serangan dan menuntut pembalasan ke atas musuh-musuh
mereka. Antara peristiwa-peristiwa penting yang berlaku dalam sejarah Islam pada bulan ini
ialah Peperangan Al-Abwa pada tahun kedua Hijrah, Peperangan Zi-Amin, tahun ketiga
Hijrah dan Peperangan Ar-Raji (Bi’ru Ma’unah) pada tahun keempat Hijrah.

Di dalam bulan ini juga ada di kalangan umat Islam mengambil kesempatan melakukan
perkara-perkara bidaah dan khurafat yang bertentangan dengan syariat Islam. Ini kerana
menurut kepercayaan turun-temurun sesetengah orang Islam yang jahil, bulan Safar ini
merupakan bulan turunnya bala bencana dan mala- petaka khususnya pada hari Rabu
minggu terakhir. Oleh sebab itu setiap tahun mereka akan melakukan amalan-amalan karut
sebagai cara untuk menolak bala yang dipercayai mereka itu.

Antara amalan khurafat yang pernah muncul di alam Melayu ialah upacara Pesta Mandi
Safar. Amalan ini menjadi popular suatu waktu dahulu. Apabila tiba bulan Safar, umat Islam
terutamanya yang tinggal berhampiran dengan pantai atau sungai akan mengadakan
upacara mandi beramai-ramai dengan kepercayaan perbuatan berkenaan boleh
menghapuskan dosa dan menolak bala. Pada biasanya amalan mandi Safar ini dilakukan
pada hari Rabu minggu terakhir dalam bulan Safar.

Selain daripada amalan tersebut, kebanyakan umat Islam pada masa ini, khususnya orang-
orang tua di negara ini tidak mahu mengadakan majlis perkahwinan dalam bulan Safar
kerana mereka berpendapat dan mempercayai bahawa kedua-dua pengantin nanti tidak
akan mendapat zuriat. Amalan dan kepercayaan seperti itu jelas bercanggah dengan syariat
Islam serta boleh menyebabkan rosaknya akidah.

Sebenarnya nahas atau bala bencana itu tidaklah berlaku hanya pada bulan Safar sahaja.
Kepercayaan karut itu telah ditolak dan dilarang dengan kerasnya oleh agama Islam
sebagaimana firman Allah Subhanahu Wataala dalam Surah At-Taubah ayat 51 yang
tafsirannya:

“Katakanlah (wahai Muhammad), tidak sekali-kali akan menimpa kami sesuatu pun
melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung yang
menyelamatkan kami dan (dengan kepercayaan itu) maka kepada Allah jualah hendaknya
orang-orang yang beriman bertawakal.”

Mengamalkan perkara-perkara khurafat atau kepercayaan karut adalah nyata ditegah oleh
syarak di samping ketiadaan manfaatnya ia boleh merosakkan akidah seseorang dan ia juga
menambahkan amalan-amalan bidaah yang buruk. Oleh yang demikian, umat Islam
hendaklah melemparkan sangkaan atau kepercayaan karut tersebut supaya kita terlepas
daripada amalan-amalan yang boleh membawa kepada syirik. [

Amalan Rabu Terakhir di Bulan Shafar


Al-Imam`Abdul Hamid Quds (Mufti dan Imam Masjidil Haram)
Dalam Kanzun Najah Was-Suraar Fi Fadhail Al-Azmina Wash-Shuhaar

Banyak Awliya Allah yang mempunyai pengetahuan spiritual yang tinggi mengatakan bahwa
pada setiap tahun, Allah I menurunkan 320.000 macam bala bencana ke bumi dan semua
itu pertama kali terjadi pada hari Rabu terakhir di bulan Shafar, yang dikenal dengan Rabu
Wekasan. Oleh sebab itu hari tersebut menjadi hari yang terberat di sepanjang tahun. Maka
barangsiapa yang melakukan shalat 4 rakaat (Nawafil, sunnah), di mana setiap rakaat
setelah al-Fatihah dibaca surat al-Kautsar 17 kali lalu surat al-Ikhlash 5 kali, surat al-Falaq
dan surat an-Naas masing-masing sekali; lalu setelah salam membaca do’a di bawah ini,
maka Allah dengan Kemurahan-Nya akan menjaga orang yang bersangkutan dari semua
bala bencana yang turun di hari itu sampai sempurna setahun.

18
Do`a tersebut adalah:
Bismilaahir rahmaanir rahiim
Wa shallallaahu ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.

Allaahumma yaa syadiidal quwa wa yaa syadidal mihaal yaa ‘aziiza dzallat li’izzatika jamii’u
khalqika ikfinii min jamii’i khalqika yaa muhsinu yaa mujammilu yaa mutafadh-dhilu yaa
mun’imu yaa mukrimu yaa man laa ilaaha illa anta bi rahmatika yaa arhamar raahimiin

Allaahumma bisirril hasani wa akhiihi wa jaddihi wa abiihi ikfinii syarra haadzal yawma wa
maa yanzilu fiihi yaa kaafii fasayakfiyukahumul-laahu wa huwas-samii’ul ‘aliim. Wa
hasbunallaahu wa ni’mal wakiilu wa laa hawla wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhiim.
Wa shallallaahu ta’aalaa ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa
sallam

Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Semoga shalawat dan
salam Allah senantiasa tercurah pada junjungan kami, Nabi Muhammad saw, keluarga dan
para sahabatnya.

Allahumma, Ya Allah, Tuhan Yang Maha Memiliki Kekuatan dan Keupayaan; Ya Allah, Tuhan
Yang Mahamulia dan karena Kemuliaan-Mu itu, menjadi hinalah semua makhluk ciptaan-
Mu, peliharalah aku dari kejahatan makhluk-Mu; Ya Allah, Tuhan Yang Maha Baik
Perbuatan-Nya; Ya Allah, Tuhan Yang Memberi Keindahan, Keutamaan, Kenikmatan dan
Kemuliaan; Ya Allah, Tiada Tuhan kecuali hanya Engkau dengan Rahmat-Mu Yang Maha
Penyayang.

Allaahumma, Ya Allah, dengan rahasia kemuliaan Sayyidina Hasan ra dan saudaranya


(Sayyidina Husein ra), serta kakeknya (Sayyidina Muhammad saw) dan ayahnya (Sayyidina
`Ali bin Abi Thalib ra), peliharalah aku dari kejahatan hari ini dan kejahatan yang akan turun
padanya; Ya Allah, Tuhan Yang Maha Memelihara, cukuplah Allah Yang Maha Memelihara
lagi Maha Mengetahui untuk memelihara segalanya. Cukuplah Allah tempat kami bersandar;
tiada daya dan upaya kecuali atas izin Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Amin.

Dan Syaikh Albani y berkata, “Sesungguhnya Allah menurunkan bala bencana pada akhir
Rabu bulan Shafar (Wekasan) antara langit dan bumi. Bala bencana itu diambil oleh
malaikat yang ditugaskan untuknya dan diserahkannya kepada Wali Qutub al-Ghawts, lalu
wali tersebut yang membagi-bagikannya ke seluruh alam semesta; maka apa yang terjadi di
muka bumi ini, baik kematian, musibah atau kesulitan dan sebagainya adalah bagian dari
bala bencana yang dibagi-bagikan oleh Wali Qutub tersebut. Barang siapa yang
menginginkan keselamatan dari hal-hal tersebut, hendaklah ia melakukan shalat 6 rakaat, di
mana setiap rakaat setelah al-Fatiha dibaca ayatul Kursi dan surat al-Ikhlash. Kemudian
dilanjutkan dengan shalawat atas Nabi saw dan membaca do’a berikut:

Bismillaahir rahmaanir rahiim


Allaahumma innii as-aluka bi asmaa-ikal husnaa wa bikalimatikat-tammaati wa bi hurmati
nabiyyika muhammadin shallallaahu ‘alayhi wa aalihii wa sallama an tahfazhanii wa antu’aa
fiyanii min balaa-ika/Yaa daafi’al balaayaa/yaa mufarrijal hamm/yaa kasyifal ghamm/ iksyif
‘anni maa kutiba ‘alayya fii hadzihis-sanati min hammin aw gham/innaka ‘alaa kulli syay-in
qadiir/wa shallalaahu ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihii wa sallama
tasliima

Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang Allaahumma, Ya Allah,
sesungguhnya aku mohon dengan kemuliaan asma-Mu, dengan kalimat-Mu yang sempurna
dan dengan kehormatan Nabi-Mu, Muhammad saw, sudilah kiranya Engkau memeliharaku
dari segala bala bencana-Mu; Ya Allah, Tuhan Penolak Segala Bencana; Ya Allah, Tuhan
Yang Menghilangkan Kesulitan dan Penyingkap Kesedihan, hilangkanlah dari sisiku apa-apa
yang telah Engkau tentukan kejadiannya atas diriku pada tahun ini dari segala kesulitan dan
kesedihan; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa untuk melakukan apa saja; dan semoga

19
shalawat dan salam Allah senantiasa tercurah pada junjungan kami, Nabi Muhammad saw,
keluarga dan para sahabatnya. Amin

Amalan Bulan Safar

Banyak orang yang beranggapan bahwa bulan ke-2 dalam kalender hijriyah ini sebagai
bulan sial. Yang sangat disesalkan, anggapan tersebut banyak diyakini oleh kaum muslimin
juga. Sehingga, karena bulan sial, maka tidak boleh punya hajatan pada bulan tersebut,
atau melakukan pekerjaan-pekerjaan penting pada bulan tersebut, …dsb, karena akan
mendatangkan bencana, atau ketidakberhasilan dalam pekerjaan.

Menganggap sial waktu-waktu tertentu, atau hewan-hewan tertentu, atau sial karena adanya
peristiwa atau mimpi tertentu sebenarnya hanyalah khayalan belaka. Itu merupakan
keyakinan kufur, menunjukkan dangkal aqidah tauhid orang-orang yang mempercayai
keyakinan tersebut.
Termasuk anggapan bulan Shafar sebagai bulan sial, sebenarnya merupakan warisan dari
adat istiadat jahiliyyah para penyembah berhala sekaligus pelaku kesyirikan. Segala
keyakinan-keyakinan syirik tersebut telah diberantas oleh Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi
wa Sallam dengan agama tauhid yang beliau bawa.
Berikut penjelasan para ‘ulama tauhid dan sunnah tentang permasalahan ini.
Al-Lajnah Ad-Da`imah lil Buhutsil ‘Ilmiyyah wal Ifta` (Komite Tetap untuk Riset Ilmiyyah dan
Fatwa Kerajaan), Saudi ‘Arabia
Pertanyaan : Sungguh kami telah mendengar tentang keyakinan-keyakinan bahwa pada
bulan Shafar tidak boleh melakukan pernikahan, khitan, atau semisalnya. Kami memohon
penjelasan dalam masalah tersebut sesuai bimbingan syari’at islam. Semoga Allah menjaga
anda sekalian.
(Fatwa no. 10.775)
Jawab : Keyakinan tersebut, yaitu tidak boleh melakukan pernikahan, khitan, atau
semisalnya pada bulan Shafar merupakan salah satu bentuk perbuatan menganggap sial
bulan tersebut. Perbuatan menganggap sial bulan-bulan tertentu, hari-hari tertentu, burung
atau hewan-hewan tertentu lainnya adalah perbuatan yang tidak boleh. Berdasarkan hadits
yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari shahabat Abu Hurairah Radhiyallah
‘anhu bahwa Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda :

“Tidak ada penularan penyakit (dengan sendirinya), tidak ada thiyarah, tidak ada kesialan
karena burung hantu, tidak ada kesialan pada bulan Shafar.” [HR. Al-Bukhari 5437, Muslim
2220, Abu Dawud 3911, Ahmad (II/327)]
Menganggap sial bulan Shafar sekaligus termasuk salah satu jenis tathayyur yang terlarang.
Itu termasuk amalan jahiliyyah yang telah dibatalkan (dihapuskan) oleh Islam.
Al-Lajnah Ad-Da`imah lil Buhutsil ‘Ilmiyyah wal Ifta`
Anggota : Asy-Syaikh ‘Abdullah bin Ghudayyan
Wakil Ketua : Asy-Syaikh ‘Abdurrazzaq ‘Afifi
Ketua : Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah
bin Baz rahimahullah (Mufti Umum Kerajaan Saudi ‘Arabia)

Pertanyaan : “Banyak orang berkata bahwa bulan Shafar adalah bulan sial. Sebagian orang
awam menganggap sial bulan tersebut dalam banyak perkara. Contohnya mereka meyakini
tidak boleh melakukan akad nikah pada bulan tersebut. Demikian sebagian orang meyakini
bahwa dalam acara akad nikah tidak boleh mematahkan kayu, atau mengikat tali, atau
menyilangkan jari-jemari, karena hal-hal tersebut bisa menyebabkan kesialan pada
pernikahan tersebut dan tidak akurnya kedua mempelai.
Karena permasalahan ini sangat terkait dengan aqidah, maka kami memohon nasehat dan
penjelasan hukum syar’i.
Semoga Allah memberi taufiq kita semua kepada apa yang Ia cintai dan Ia ridhai.

Jawab : Menganggap sial bulan Shafar termasuk kebiasaan jahiliyyah. Perbuatan itu tidak
boleh. Bulan (Shafar) tersebut seperti kondisi bulan-bulan lainnya. Padanya ada kebaikan,

20
ada juga kejelekan. Kebaikan yang ada datangnya dari Allah, sedangkan kejelekan yang
ada terjadi dengan taqdir-Nya. Telah sah riwayat dari Nabi Shallahu ‘alaihi wa Sallam bahwa
beliau telah membatalkan keyakinan sialnya bulan Shafar tersebut. Beliau Shallahu ‘alaihi
wa Sallam bersabda :
“Tidak ada penularan penyakit (dengan sendirinya), tidak ada thiyarah, tidak ada kesialan
karena burung hantu, tidak ada kesialan pada bulan Shafar.” [HR. Al-Bukhari 5437, Muslim
2220, Abu Dawud 3911, Ahmad (II/327)]
Hadits ini telah disepakati keshahihannya.
Demikian juga menganggap sial perbuatan menyilangkan jari-jemari, atau mematahkan
kayu, atau semisalnya ketika akad nikah, merupakan perbuatan yang tidak ada dasarnya,
tidak boleh meyakini hal tersebut. Bahkan itu merupakan keyakinan yang batil. Semoga
Allah memberikan taufiq kepada kita semua.

BEBERAPA KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN


Risalah dari Muhammad Mahdi Akif; Mursyid Am Al-Ikhwan Al-Muslimun; 28-08-2008

Segala puji bagi Allah; Tuhan semesta alam, salawat dan salam atas Rasulullah saw,
beserta keluarga dan sahabatnya dan mereka-mereka yang mengikuti jejak langkahnya
hingga hari kiamat.. selanjutnya..

Allah SWT berfirman :

‫ب نعنلىَ التلذيِنن لممن نقمبللقكمم نلنعلتقكمم نتتتققوُنن‬


‫صنيِاَقم نكنماَ قكلت ن‬ ‫نيِاَ أنييِنهاَ التلذيِنن آنمقنوُا قكلت ن‬
‫ب نعنلميِقكمم ال ص‬

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagiamana telah
diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang yang bertaqwa”. (Al-
Baqoroh:183)

Bahwa bulan Ramadhan merupakan bulan yang agung dan mulia, dan memiliki banyak
keutamaan dan keistimewaan, mengandung di dalamnya kebaikan dari Allah SWT, pahala
dan ganjaran yang berlipat bagi mereka yang ingin mencarinya. Dalam atsar disebutkan:

‫ نممن‬،َ‫ نوُلقنيِاَقم نلميِللله نتنطيوُععا‬،‫ضةة‬


‫صنيِاَنمقه نفلرميِ ن‬ ‫ نجنعنل اق ل‬،‫ف نشمهرر‬ ‫ نشمهةر لفميِله نلميِنلةة نخميِةر لممن أنمل ل‬،‫ك‬ ‫ نشمهةر قمنباَنر ة‬،‫ نقمد أننظلتقكمم نشمهةر نعلظميِةم‬،‫س‬ ‫أنييِنهاَ التناَ ق‬
ُ‫ نوُقهنو‬،‫ضعة لفميِنماَ لسنوُاقه‬ ‫ن‬
‫ضعة نكاَنن نكنممن أتدىَّ نسمبلعميِنن نفلرميِ ن‬ ‫ن‬
‫ نوُنممن أتدىَّ لفميِله نفلرميِ ن‬،‫ضعة لفميِنماَ لسنوُاقه‬ ‫ن‬
‫ نكاَنن نكنممن أتدىَّ نفلرميِ ن‬،‫صنلرة لمنن املنخميِلر‬ ‫ب لفميِله لبنخ م‬ ‫نتنقتر ن‬
‫صاَلئعماَ نكاَنن نممغلفنرعة للقذقنموُلبله نوُلعمتقق‬‫ نممن نفتطنر لفميِله ن‬،‫ نوُنشمهةر قيِمزنداقد لفميِله لرمزقق املقممؤلملن‬،‫ نوُنشمهقر املقمنوُانساَلة‬،‫صمبقر نثنوُاقبقه املنجتننة‬ ‫ نوُال ت‬،‫صمبلر‬ ‫نشمهقر ال ت‬
‫ قيِمعلطيِ اق نهنذا‬:‫صاَلئنم؟َ نفلقميِنل‬ ‫جقد نماَ قيِمفلطقر ال ت‬ ‫س قكلينناَ نن ل‬‫ نلميِ ن‬:‫ نقاَقلوُا‬،”‫ص لممن أنمجلرله نشميِةء‬ ‫ نوُنكاَنن نلقه لممثقل أنمجلرله لممن نغميِلر أنمن نيِمننتلق ن‬،‫نرنقنبلتله لمنن التناَلر‬
‫ نوُآلخقرهق لعتق لمنن الناَلر‬،‫ نوُأموُنسطقه نمغلفنرة‬،‫ نوُقهنوُ شمهةر أتوُلقه نرمحنمة‬،‫ أنموُ نمذقة لنبرن‬،‫شمرنبنة نماَرء‬
‫ت‬ ‫ة‬ ‫م‬ ‫ة‬ ‫م‬ ‫ق‬ ‫ن‬ ‫ة‬ ‫ق‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ أنموُ ق‬،‫صاَلئعماَ نعلنىَ نتممنررة‬‫ب نممن نفتطنر ن‬ ‫التثنوُا ن‬

Dari Salman Al-Farisi ra. berkata: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah pada
hari terakhir bulan Sya’ban: Wahai manusia telah datang kepada kalian bulan yang agung,
bulan penuh berkah, didalamnya ada malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah
menjadikan puasanya wajib, dan qiyamul lailnya sunnah. Siapa yang mendekatkan diri
dengan kebaikan, maka seperti mendekatkan diri dengan kewajiban di bulan yang lain.
Siapa yang melaksanakan kewajiban, maka seperti melaksanakan 70 kewajiban di bulan
lain. Ramadhan adalah bulan kesabaran, dan kesabaran balasannya adalah surga. Bulan
solidaritas, dan bulan ditambahkan rizki orang beriman. Siapa yang memberi makan orang
yang berpuasa, maka diampuni dosanya dan dibebaskan dari api neraka dan mendapatkan
pahala seperti orang orang yang berpuasa tersebut tanpa dikurangi pahalanya sedikitpun ».
kami berkata : »Wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam Tidak semua kita dapat
memberi makan orang yang berpuasa ? ». Rasul shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:”
Allah memberi pahala kepada orang yang memberi buka puasa walaupun dengan satu biji

21
kurma atau seteguk air atau susu. Ramadhan adalah bulan dimana awalnya rahmat,
tengahnya maghfirah dan akhirnya pembebasan dari api neraka (HR Al-‘Uqaili, Ibnu
Huzaimah, al-Baihaqi, al-Khatib dan al-Asbahani)

Dan diantara ibadah-ibadah yang dikhususkan dalam bulan Ramadhan adalah sebagai
berikut:

1. Shaum (puasa); yaitu menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa seperti makan
dan minum, sebagaimana yang banyak diketahui, dan dengan menjaga anggota tubuh dari
maksiat kepada Allah, dan jika tidak bagaimana mungkin dirinya merasa terawasi oleh Allah
bagi siapa yang tidak takut kepada-Nya, dan tidak merasa adanya celaan pengawasan
terhadap seseorang yang tidak ridha Allah:

‫ل حاَجة لفيِ نأن نيِندنع نطنعاَنمقه وُنشنرانبقه‬ ‫ نفليِ ن‬، ‫نمن لم نيِندمع قوُنل اليزوُلر وُالعنمنل لبله‬
‫س ل‬

“Barangsiapa yang tidak mampu meninggalkan ucapan kotor dan dia melakukannya maka
Allah tidak membutuhkan darinya dalam meninggalkan makanan dan minuman”.

Dan hal tersebut dalam syair juga disebutkan:

‫ض نوُلفيِ نممنلطلقيِ ق‬
‫صمم ة‬
‫ت‬ ‫نوُلفيِ نممقلنلتيِ نغ ض‬ ‫إلنذا لنمم نيِقكمن لفيِ التسمملع لمصنميِ نت ن‬
‫صاَقمةم‬

‫صمم ق‬
‫ت‬ ‫ت نيِموُعماَ نفنماَ ق‬
‫صمم ق‬ ‫نوُإلمن ققمل ق‬
‫ت إلصنيِ ق‬ ‫نفنحصظيِ إلنذمن لممن ن‬
‫صموُلميِ املقجموُقع نوُالتظنماَ ق‬

Jika dalam pendengaran diriku tidak ada perbaikan

Dan dalam penglihatan tidak terjaga dan ucapan yang tidak terkontrol

Maka apa keuntunganku dari berpuasa menahan lapar dan haus

Sekalipun aku mengatakan saya sedang puasa maka pada hakikatnya aku tidak berpuasa

Bahwa ibadah puasa hadir untuk memberikan perasaan kepada manusia bahwa dirinya
harus mencapai tingkat kemuliaan diatas dari kebutuhannya, meningkatkan derajatnya
diatas tingkatan yang ada dharuri, memperkokoh nilai-nilai luhur terhadap nilai-nilai yang
rendah. Dari Abu Hurairah berkata; nabi saw bersabda:

‫ضاَنن لإيِنماَعناَ نوُامحلتنساَعباَ قغلفنر نلقه نماَ نتنقتدنم لممن نذمنلبه‬ ‫نممن ن‬
‫صاَنم نرنم ن‬

“Barangsiapa yang puasa karena iman dan berharap pahala dan ridha Allah, maka akan
diampuni dosa-dosa yang telah lalu”.

2. Al-Qur’an turun dalam bulan Ramadhan

Allah mengkhusukan pada bulan yang agung ini dengan turunnya Al-Qur’an Al-Karim; Allah
SWT berfirman: “Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan”.
(Al-Qodar:1) dan Al-Qur’an yang diturunkan Allah bertujuan untuk mengeluarkan manusia
dari kegelapan menuju cahaya, Allah berfirman: “(ini adalah) kitab yang Kami turunkan
kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang
benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi
Maha Terpuji”. (Ibrahim:1). Sebagaimana Al-Qur’an juga membawa petunjuk seluruh
manusia “Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkan di dalamnya Al-Qur’an membawa
petunjuk bagi manusia dan penjelasan dari petunjuk tersebut dan membawa Al-Furqan
(pembeda antara yang hak dan yang bathil)”. (Al-Baqoroh:185)

3. Qiyam Al-Lail (shalat tarawih)

22
Dalam bulan ramadhan terdapat shalat qiyam lail, dan Allah menjadikannya ibadah sunnah
bagi siapa yang berambisi mendapatkan ampunan Allah dari dosa-dosanya; dari Abu
Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda:

‫ضاَنن لإيِنماَعناَ نوُامحلتنساَعباَ قغلفنر نلقه نماَ نتنقتدنم لممن نذمنلبله‬


‫نممن نقاَنم نرنم ن‬

”Barangsiapa yang melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan berharap ridha Allah
maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.

4. Lailatul Qodar (malam kemuliaan)

Dalam bulan Ramadhan juga terdapat lailatul Qodar yang memiliki nilai dan bobot lebih baik
dari seribu bulan.. “Lailatul Qodar adalah lebih baik dari seribu bulan”. (Al-Qodar:3) dan bagi
siapa yang melakukan qiyam pada lailatul Qodar maka akan dihapus atau diampuni dosa-
dosanya.

‫نوُنممن نقاَنم لنميِلننة املنقمدلر لإيِنماَعناَ نوُامحلتنساَعباَ قغلفنر نلقه نماَ نتنقتدنم لممن نذمنلبه‬

“Dan barangsiapa yang melakukan qiyam pada saat lailatul Qodar dengan iman dan
berharap ridha Allah maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.

5. Al-I’tikaf

Dan pada malam 10 hari terakhir bulan ramadhan Rasulullah saw melakukan I’tikaf; dari
Abdullah bin Umar ra, dia berkata: “Bahwa Rasulullah saw selalu I’tikaf pada malam 10 hari
terakhir bulan Ramadhan”.

Puasa Merupakan Bekal Untuk Menghadapi Musuh

Dalam puasa merupakan sarana memperkokoh keinginan dan kehendak, memberikan


pembinaan atas kesabaran, karena itu; orang yang berpuasa harus menahan rasa lapar
walaupun dihadapan ada hidangan yang lezat; dan harus mampu menahan rasa haus
walaupun dihadapannya ada air dingin nun menyegarkan; dan juga menahan nafsu syahwat
sekalipun disampingnya ada istri yang halal nun jelita, padahal tidak ada yang melihat
dirinya kecuali Allah, dan tidak ada yang memimpin dirinya kecuali dhamirnya (hatinya),
serta tidak bersandar pada yang lain kecuali keinginannya yang kuat dan penuh
kewaspadaan. Dan karena bulan Ramadhan mengajarkan kesabaran yang juga diberi
julukan dengan demikian “Bulan Kesabaran” seperti yang disebutkan bahwa

‫صمبلر‬
‫ف ال ت‬ ‫صموُقم لن م‬
‫ص ق‬ ‫ نوُنزنكاَةق املنجنسلد ال ت‬،‫للقكصل نشميِرء نزنكاَةة‬
‫ نوُال ت‬،‫صموُقم‬

“Pada setiap sesuatu ada zakatnya, dan zakatnya tubuh adalah puasa, sedangkan puasa
bagian dari kesabaran”.

Bahwa Islam bukan agama berserah diri dan malas; namun merupakan agama jihad dan
usaha yang terus menerus, dan perangkat pertama dalam jihad adalah kesabaran dan
keinginan yang kuat; karena itu jika seseorang tidak berusaha menjihadkan (memerangi)
jiwanya, maka sungguh jauh, akan mampu memerangi musuhnya, dan barangsiapa yang
tidak mampu mengalahkan jiwanya dan syahwatnya, maka sungguh jauh, dirinya akan
mampu mengalahkan musuhnya, dan barangsiapa yang tidak mampu bersabar menahan
rasa lapar dalam satu hari, maka sungguh jauh dirinya, bisa bersabar berpisah dengan
keluarga dan negara demi meraih tujuan dan misi besar.

23
Puasa terdapat di dalamnya kesabaran dan usaha menghancurkan jiwa; dan diantara
sarana Islam dalam mempersiapkan orang beriman yang memiliki sifat sabar dan penuh
jiwa pejuang adalah yang mampu mengemban rasa haus, lapar dan hawa nafsu, menerima
dengan riang gembira akan rasa letih, sederhana dan kerasnya hidup, selama hal tersebut
berada di jalan Allah.

Wahai Umat Islam…

Bahwa Ramadhan merupakan salah satu bentuk ketaatan yang agung, dan pameran yang
menakjubkan akan perniagaan ukhrawi, dan ibadah-ibadah ini akan menjadi waktu-waktu
yang indah, masa-masa yang mengasyikkan, dan hari-hari dan malam yang penuh dengan
hiasan; karena ketaatan merupakan waktu yang indah; yaitu pada bulan yang paling indah
ini dan ganjaranpun disisi Allah sangat besar dan berlimpah; karena itulah hendaknya setiap
muslim bersungguh-sungguh memanfaatkan waktu yang agung ini dan menerimanya
dengan taubat yang nusuh (sebenarnya) dan niat yang benar untuk ketaatan, dan keinginan
yang kuat, himmah aliyah (semangat yang bergelora) untuk melanjutkan ketaatan hingga
akhir ramadhan; sehingga menjadi orang yang ditulis oleh Allah terbebas dari api neraka,
dan perbanyaklah di dalamnya amalan-amalan kebaikan sebagaimana yang disebutkan
dalam atsar:

َ‫ضموُنن لبلهنما‬ ‫ نفأ نتماَ املنخ م‬،َ‫صلننتميِلن لن نغلنىَ لبقكمم نعمنقهنما‬


‫صلننتاَلن اتللنتاَلن نتمر ن‬ ‫ نوُنخ م‬،‫ضموُنن لبلهنماَ نرتبقكمم‬ ‫صلننتميِلن نتمر ن‬
‫ نخ م‬:‫صاَرل‬‫خ ن‬ ‫نوُامسنتمكنثقروُا لفميِله لممن أنمرنبلع ل‬
‫ق‬
‫ نوُنتقعموُذموُنن لبله لمنن التناَلر‬،‫ا النجتننة‬‫م‬ ‫ق‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ت‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ نفنشنهاَندةق أنمن لن إلنلنه إلل ق‬:‫نرتبقكمم‬
‫ نفنتمسألموُنن ن‬:َ‫ نوُأتماَ اللنتاَلن لن نغلنىَ لبقكمم نعنقهنما‬،‫ نوُنتمسنتمغلفقرموُننقه‬،‫ا‬ ‫ت‬

“Oleh karena itu banyakkanlah yang empat perkara di bulan Ramadhan; dua perkara untuk
mendatangkan keridhaan Tuhanmu, dan dua perkara lagi kamu sangat menghajatinya; Dua
perkara yang pertama ialah mengakui dengan sesungguhnya bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah dan mohon ampun kepada-Nya . Dua perkara yang kamu sangat memerlukannya
ialah mohon surga dan perlindungan dari neraka.”

Perbanyaklah tilawah Al-Qur’an Al-Karim; karena bulan Ramahdan adalah bulan Al-Qur’an,
di dalamnya Al-Qur’an diturunkan, dan di dalamnya pula Jibril datang kepada nabi
saw; mengajarinya dan menelaahnya bersama Rasulullah saw; sampai pada tahun di
dalamnya Rasulullah saw wafat, Jibril melakukannya sebanyak dua kali.

Dan seorang muslim hendaknya berambisi dalam memperbanyak sedekah dan mengasihi
orang-orang fakir dan miskin dan berbuat baik kepada mereka dan memberi sesuatu dari
nikmat yang Allah anugrahkan kepadanya; karena bulan ini disebut juga dengan bulan
meningkatnya nilai-nilai ruhiyah (spiritual) daripada nilai-nilai madiyah (material), dan
menjadi sarana peleburan akan kehidupan dunia yang melekat dalam jiwa sehingga
dihempaskan kebelakang pundaknya, dan memberikan manfaat –pada sisi lain- sepanjang
waktu baik pagi maupun sore hari.

Allah SWT melipat gandakan pahala dan ganjaran bagi orang-orang yang bersedekah, dan
membalaskan ganjaran kepada mereka yang memberi terhadap hamba-hamba yang
membutuhkan dan ternyuh hatinya terhadap anak-anak yatim dan para janda, mereka
terbiasa memiliki sifat dermawan dan sifat memberi seperti halnya nabi saw; yang memiliki
sifat dermawan dan kasih sayang dan bahkan seperti sifat memberi dan ringan tangan, dan
nabi saw manusia paling dermawan jiwanya pada bulan ramadhan saat jibril
mentadarruskan Al-Qur’an kepadanya; dari Ibnu Abbas berkata:

‫ نوُنكاَنن‬، ‫حيِنن نيِملنقاَهق نجمبنريِقل نعنلميِله التسلنقم‬ ‫ نوُنكاَنن أنمجنوُند نماَ نيِقكوُقن لفىَ نرنم ن‬، ‫س لباَملنخميِلر‬
‫ضاَنن ل‬ ‫ أنمجنوُند التناَ ل‬-‫صلىَ ا عليِه وُسلم‬- ‫ا‬ ‫نكاَنن نرقسوُقل ت ل‬
َ‫صلى‬- ‫ا‬ ‫ نفإلنذا نللقنيِقه نجمبنريِقل نكاَنن نرقسوُقل لت‬.‫ املققمرآنن‬-‫صلىَ ا عليِه وُسلم‬- َ‫ض نعنلميِله التنلبيى‬ ‫ضاَنن نحتتىَ نيِمننسللنخ نيِمعلر ق‬ ‫م‬ ‫ر‬
‫ل ن ن ن‬ َ‫فى‬ ‫ة‬
‫ر‬ ‫ن‬
‫ل‬ ‫م‬
ِ‫ي‬ ‫ن‬ ‫ل‬ ‫نجمبنريِقل نيِملنقاَهق قك ت‬
‫ل‬
‫ أنمجنوُند لباَملنخميِلر لمنن الصريِلح املقممرنسللةن‬-‫ا عليِه وُسلم‬

“Nabi saw merupakan manusia paling dermawan dalam kebaikan terhadap manusia, dan
lebih dermawan lagi jiwa pada bulan Ramadhan, ketika bertemu dengan Jibril, dan Jibril
selalu menjumpainya pada malam bulan Ramadhan sehingga beliau meninggal,

24
mengajarkan kepadanya Al-Qur’an, dan ketika jibril menjumpainya kedermawanannya
tampak lebih daripada angin yang bertiup”.

Bersungguh-sungguh jugalah wahai umat Islam menjalin silaturrahim, saling berkasih


sayang, saling berziarah dan saling mengasihi sesama kerabat dan tetangga, berbuat baik
antara sesama orang yang beriman, menghilangkan perselisihan dan permusuhan, dan
membersihkan hati dari kedengkian dan kebencian:

‫صللقحوُا نبميِنن أننخنوُميِقكمم نوُاتتققوُا ت ن‬


‫ا نلنعلتقكمم قتمرنحقموُنن‬ ‫إلتننماَ املقممؤلمقنوُنن إلمخنوُةة نفأ ن م‬

“Sesungguhnya hanyalah orang-orang beriman yang bersaudara, karena itu perbaikilah


hubungan dua saudara diantara kalian dan bertaqwalah kepada Allah agar kalian diberikan
rahmat”. (Al-Hujurat:10)

dan Allah berfirman:

‫حيِةم‬ ‫ليِنماَلن نوُل نتمجنعمل لفيِ قققلوُلبنناَ لغلع لللتلذيِنن آنمقنوُا نرتبنناَ إلتن ن‬
‫ك نرقءوُ ة‬
‫ف نر ل‬ ‫نرتبنناَ امغلفمر لننناَ نوُللمخنوُالننناَ التلذيِنن نسنبققوُنناَ لباَ ل‬

“Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih
dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap
orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi
Maha Penyayang.” (Al-Hasyr:10)

Dan dalam syair disebutkan:

‫للنتمطلهميِلر املققلقموُ ل‬
‫ب لمنن املنفنساَلد‬ ‫أننتىَ نرنم ن‬
‫ضاَقن نممزنرنععة امللعنباَلد‬

‫خمذهق للملنمنعاَلد‬
‫ك نفاَتت ل‬
‫نوُنزاند ن‬ ‫نفأ نصد قحققموُنقنه مقنوُلع نوُلفمعلع‬

‫صاَلد‬ ‫نتأ نتوُنه نناَلدعماَ نيِموُنم امل ل‬


‫ح ن‬ ‫نفنممن نزنرنع املقحقبموُ ن‬
َ‫ب نوُنماَ نسنقاَنها‬

Ramadhan telah tiba sebagai bulan panen bagi setiap hamba

Untuk membersihkan hati dari berbagai kerusakan dan dosa

Maka dari itu tunaikanlah hak-haknya; baik ucapan dan perbuatan

Dan carilah bekalmu untuk hari depan; ambil dan perbanyaklah

Bagi siapa yang menanam benih namun tidak menyiraminya

Niscaya akan menyesal disaat hari panen

Tahniah Untuk Dunia Islam

Kami sampaikan selamat kepada dunia Islam seluruhnya dengan kehadiran bulan suci
Ramadhan yang penuh berkah, dan kami berharap dan memohon kepada Allah agar
dijadikan hilal bulan ini dengan kebaikan, keberkahan dan persatuan bagi umat Islam,
kemenangan dan dukungan dari Allah terhadap mereka, sebagaimana kita harus bersimpuh
dihadapan Allah agar diikatkan hati-hati kita dengan ikhwan-ikhwan para mujahidin di
berbagai tempat mereka berada, melepaskan belenggu yang mengikat mereka dan
membebaskan mereka dari penjara.

Memberikan pesan kepada dunia seluruhnya untuk berusaha melepaskan blockade atas
bangsa Palestina sehingga mereka dapat menikmati kebebasan dan mendapatkan apa
yang mereka butuhkan dari kebutuhan hidup pada bulan yang penuh berkah ini.

25
Adapun ikhwan-ikhwan kita yang berada di penjara penjajah dan orang-orang zhalim kami
sampaikan kepada mereka dan keluarga mereka; selamat dengan kedatangan bulan
kesabaran ini, dan kami sampaikan kepada mereka: bersabarlah.. karena kekejian orang-
orang zhalim pasti akan pergi sementera fajar Islam pasti akan datang; cahayanya akan
bersinar di ufuk dan hal tersebut tidak langgeng kecuali dengan sabar sesaat

‫صقر نممن نيِنشاَقء نوُقهنوُ املنعلزيِقز التر ل‬


‫حيِقم‬ ‫صلر ت ل‬
‫ا نيِن ق‬ ‫ لبنن م‬.‫نوُنيِموُنملئرذ نيِمفنرقح املقممؤلمقنوُنن‬

“Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman,
karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendakiNya. dan Dialah Maha
Perkasa lagi Penyayang”. (Ar-Ruum:4-5)

Allah Maha Besar dan segala puji bagi Allah.. dan salawat dan salam atas nabi kita,
Muhammad saw, beserta keluarga dan sahabatnya.

1. Keutamaan Bulan Ramadhan


1. KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN

1. Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu :


Adalah Rasulullah SAW memberi khabar gembira kepada para sahabatnya dengan
bersabda, "Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah
mewajibkan kepadamu puasa didalamnya, pada bulan ini pintu-pintu Surga dibuka, pintu-
pintu neraka ditutup dan para setan diikat, juga terdapat pada bulan ini malam yang lebih
baik daripada seribu bulan, barangsiapa tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak
memperoleh apa-apa." (HR. Ahmad dan An-Nasa'i)
2. Dari Ubadah bin AshShamit, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan keberkahan, Allah mengunjungimu pada
bulan ini dengan menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa dan mengabulkan do'a. Allah
melihat berlomba-lombanya kamu pada bulan ini dan membanggakanmu kepada para
malaikat-Nya, maka tunjukkanlah kepada Allah hal-hal yang baik dari dirimu. Karena orang
yang sengsara ialah yang tidak mendapatkan rahmat Allah di bulan ini." (HR. Ath
Thabrani, dan para periwayatnya terpercaya)., Al-Mundziri berkata: "Diriwayatkan olehAn-
Nasa'i dan Al-Baihaqi, keduanya ari Abu Qilabah, dari Abu Hurairah, tetapi setahuku dia
tidak pernah mendengar darinya."
3. Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda :
"Umatku pada bulan Ramadhan diberi lima keutamaan yang tidak diberikan kepada umat
sebelumnya, yaitu : bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dari pada
aroma kesturi, para malaikat memohonkan ampunan bagi mereka sampai mereka berbuka,
Allah Azza Wa Jalla setiap hari menghiasi Surga-Nya lalu berfirman (kepada Surga), Hampir
tiba saatnya para hamba-Ku yang shalih dibebaskan dari beban dan derita serta mereka
menuju kepadamu, pada bulan ini para jin yang jahat diikat sehingga mereka tidak bebas
bergerak seperti pada bulan lainnya, dan diberikan kepada ummatku ampunan pada akhir
malam. "Beliau ditanya, 'Wahai Rasulullah apakah malam itu Lailatul Qadar' Jawab beliau,
'Tidak. Namun orang yang beramal tentu diberi balasannya jika menyelesaikan amalnya."
(HR. Ahmad)" Isnad hadits tersebut dha'if, dan diantara bagiannya ada nash-nash lain yang
memperkuatnya.

KEUTAMAAN PUASA DAN KEUTAMAAN


BULAN RAMADHAN
Banyak sekali ayat dalam al Qur’an yang memberikan anjuran untuk berpuasa sebagai
sarana bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dan menjelaskan keutamaan-
keutamaannya, seperti firman Allah:
“Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. (QS. Al baqarah:184)

26
Firman Allah :
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang
mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan
perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan
yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan
yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki
dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk
mereka ampunan dan pahala yang besar.”(QS. Al Ahzab:35)
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah menjelaskan dalam hadits-hadits shahih
tentang keutamaan-keutamaan puasa, yang dijelaskan secara rinci dalam hadits-hadits
shahih berikut ini.
1. Puasa adalah Perisai atau Pelindung
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menyuruh orang yang kuat dan besar dorongan
syahwatnya dan belum mampu untuk menikah agar berpuasa. Beliau Shalallahu ‘Alaihi
Wassalam bersabda:

“Wahai sekalian para pemuda, barangsiapa diantara kamu telah mampu baa’ah
(mampu menikah dengan berbagai macam persiapannya) hendaklah menikah, karena
menikah lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kehormatan. Barangsiapa
yang belum mampu menikah, hendaklah berpuasa karena puasa merupakan pelemah
syahwat baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah menjelaskan bahwa puasa adalah benteng
dan perisai yang menghalangi seseorang dari neraka. Bersabda Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wassalam : “Puasa adalah perisai, seorang hamba berperisai dengannya dari
api neraka.” (HR. Ahmad, ini adalah hadits shahih)
2. Puasa Menyebabkan Seorang Hamba Masuk ke Dalam Surga
Dari Abu Umamah radhiallahu ‘anhu berkata: “Aku bertanya: “Ya Rasulullah, tunjukkan
padaku amalan yang bisa memasukkanku ke surga.” Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam
menjawab: “Hendaklah kamu berpuasa, tidak ada (amalan) yang semisal dengan itu.”
(HR. An- Nasa’i, Ibnu Hibban, Al Hakim, dg sanad yg shahih)
3. Orang Berpuasa Diberi Pahala yang Tidak Terhitung
4. Orang yang berpuasa Mempunyai Dua Kegembiraan
5. Bau Mulut Orang Berpuasa Lebih Wangi di Sisi Allah dari Bau Misk
Point 3,4,dan 5 dalilinya ada pada hadits berikut, yaitu Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu:
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:”Allah berfirman:’ Semua amalan bani
Adam untuknya kecuali puasa (yakni baginya palaha terbatas, kecuali puasa karena
pahalanya tidak terbatas), karena puasa itu untuk Aku dan Aku akan membalasnya’.
Puasa adalah perisai, jika salah seorang dari kamu sedang berpuasa janganlah
berkata keji dan berteriak-teriak, jika ada orang yang mencercanya atau
memeranginya, ucapkanlah :”Aku sedang berpuasa”, demi Dzat yang jiwa
Muhammad di tangan-Nya sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih
wangi di sisi Allah daripada bau minyak misk (parfum yang wangi). Orang yang
berpuasa mempunyai dua kegembiraan, jika berbuka dia bergembira dan jika bertemu
Rabbnya dia bergembira karena puasa yang dilakukannya.” (HR. Bukhari, Muslim, ini
lafadz Bukhari)
6. Puasa dan Al Qur’an akan Memberikan Syafa’at (Pertolongan) kepada Ahlinya

27
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Puasa dan Al Qur’an akan
memberikan syafa’at kepada hamba di hari kiamat. Puasa akan berkata: “Wahai
Rabbku, aku menghalanginya dari makan dan syahwat, berilah dia syafaat karenaku,
dan Al Qur’an pun berkata: “Aku telah menghalanginya dari tidur di malan hari,
berilah dia syafaat karenaku.” Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam
bersabda:”Maka keduanya memberi syafaat.” (HR. Ahmad, Al Hakim, Abu Nu’aim, dg
sanad yg hasan)
7. Puasa Merupakan Kafarat (Tebusan atas kesalahan atau kekurangan)
Diantara keistimewaan puasa, yang tidak ada dalam amalan lain adalah Allah
menjadikannya sebagai kafarat bagi orang yang memotong rambut kepalanya (ketika Haji)
karena ada udzur sakit atau penyakit di kepalanya dan kafarat nagi yang tidak mampu untuk
membeli kurban (QS. Al Baqarah:196).
Kafarat bagi pembunuh orang orang kafir (kafir dzimmi) yang mempunyai perjanjian karena
tidak sengaja (QS. An Nisaa’:92)
Juga sebagai kafarat bagi yang membatalkan sumpah (QS. Al Maidah:89) atau membunuh
binatang buruan di tanah haram (QS. Al Maidah:95) dan sebagai kafarat dhihar. (QS. Al
Mujadalah:3-4)
8. Ar Rayyan Bagi Orang yang Berpuasa
Dari Sahl bin Sa’ad radhiallahu anhu, dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Sesungguhnya dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar Rayyan, orang-
orang yang berpuasa akan masuk pada hari kiamat nanti dari pintu tersebut, tidak ada
orang selain mereka yang memasukinya. Jika telah masuk orang terakhir dari mereka
yang berpuasa ditutuplah tersebut, barangsiapa yang masuk akan minum dan
barangsiapa yang minum tidak akan merasa haus untuk selamanya.”(HR. Bukhari,
Muslim)
KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN
Ramadhan adalah bulan kebaikan dan berkah. Allah memberkahinya dengan banyak
keutamaan, diantaranya:
1. Bulam Al Qur’an
Allah menurunkan kitab-Nya yang mulia sebagai hidayah bagi manusia, obat bagi kaum
mukminin, membimbing kepada yang lebih lurus, menjelaskan jalan petunjuk, diturunkan
pada malam Lailatul Qadr, satu malam pada bulan Ramadhan. Allah Ta’ala berfirman:

“Bulan Ramadhan itulah bulan yang didalamnya diturunkan Al Qur’an yang menjadi
petunjuk bagi manusia, dan menjadi keterangan-keterangan dari petunjuk itu dan
membedakan antara yang haq dan yang bathil. Maka barangsiapa di anatar kamu
melihat bulan itu hendaklah ia berpuasa.” (QS. Al-Baqarah:185)
2. Syaitan-syaitan Dibelenggu, Pintu-pintu Neraka Ditutup dan Pintu-pintu Surga
Dibuka
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Apabila datang bulan Ramadhan
dibukalah pintu-pintu surga (dalam riwayat lain, dibukalah pintu-pintu rahmat), dan
ditutup pintu-pintu neraka, dan dibelenggulah syaitan-syaitan.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Semua itu telah sempurna semenjak malam pertama bulan Ramadhan yang diberkahi,
berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam: ”Apabila telah datang malam
pertama bulan Ramadhan, diikatlah syaitan-syaitan dan jin-jin yang jahat, ditutup
pintu-pintu neraka tidak ada satu pintu pun yang dibuka, dan dibukalah pintu-pintu

28
surga tidak ada satu pun yang tertutup, dan menyerulah seorang penyeru: “Wahai
orang yang ingin kebaikan lakukanlah, wahai orang yang ingin kejelekan kurangilah.”
Dan Allah mempunyai orang-orang yang dibebaskan dari neraka, itu terjadi setiap
malam.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Khuzaimah. Sanad ini hasan)
3. Malam Lailatul Qadr
Allah berfirman:
“Lailatul Qadr itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadr:3)
Hal ini akan dijelaskan secara rinci dalam pembahasan malam Lailatul Qadr, Insya Allah.

Maraji’: Kitab Fiqih Ramadhan, oleh Ustadz Abdullah Sholeh Al Hadrami, penerbit Majelis
Taklim dan Dakwah Husnul Khatimah, Malang

KEUTAMAAN BULAN RAJAB


Untuk sekedar mengingatkan kita semua, saya, anda dan siapa saja, bahwa hari ini kita
telah memasuki bulan Rajab, bulan yang diMulyakan oleh Allah SWT. Sepatutnya kita
sebagai umat muslim menyambut bulan ini dengan sesuatu yang lebih bermanfaat dan bisa
menambah pahala serta menghapus dosa-dosa yang telah kita perbuat selama ini

Berikut ini beberapa petikan yang berhubungan dengan bulan Rajab, dari pada salah
menulis dan karena takut salah mengucapkan, maka mang pilihkan beberapa sumber
sebagai bahan untuk dimuat dalam posting kali ini….

Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda, “Ketahuilah bahwa


bulan Rajab itu adalah bulan ALLAH, maka:

* Barang siapa yang berpuasa satu hari dalam bulan ini dengan ikhlas,
maka pasti ia mendapat keridhaan yang besar dari ALLAH SWT

* Dan barang siapa berpuasa pada tgl 27 Rajab 1427/Isra Mi’raj ( 20 Juli 2009 ) akan
mendapat pahala seperti 5 tahun berpuasa;

* Barang siapa yang berpuasa dua hari di bulan Rajab akan mendapat kemuliaan
di sisi ALLAH SWT;

* Barang siapa yang berpuasa tiga hari yaitu pada tgl 1, 2, dan 3
Rajab ( 24 ;25 ; 26 Juni 2009 ) maka ALLAH akan memberikan pahala seperti 900
tahun berpuasa dan menyelamatkannya dari bahaya dunia, dan siksa akhirat;

* Barang siapa berpuasa lima hari dalam bulan ini, insyaallah permintaannya
akan dikabulkan;

* Barang siapa berpuasa tujuh hari dalam bulan ini, maka ditutupkan tujuh
pintu neraka Jahanam dan barang siapa berpuasa delapan hari maka akan
dibukakan delapan pintu syurga;

* Barang siapa berpuasa lima belas hari dalam bulan ini, maka ALLAH akan
mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan menggantikan kesemua kejahatannya
dengan kebaikan, dan barang siapa yang menambah (hari-hari puasa) maka ALLAH
akan menambahkan pahalanya.”

29
Sabda Rasulullah SAW lagi :
“Pada malam Mi’raj, saya melihat sebuah sungai yang airnya lebih manis dari
madu, lebih sejuk dari air batu dan lebih harum dari minyak wangi, lalu saya
bertanya pada Jibril a.s.: “Wahai Jibril untuk siapakan sungai ini ?”
Maka berkata Jibrilb a.s.: “Ya Muhammad sungai ini adalah untuk orang yang
membaca salawat untuk engkau dibulan Rajab ini”.

Dalam sebuah riwayat Tsauban bercerita :


“Ketika kami berjalan bersama-sama Rasulullah SAW ke sebuah kubur, lalu
Rasulullah berhenti dan beliau menangis dengan amat sedih, kemudian beliau
berdoa kepada ALLAH SWT. Lalu saya bertanya kepada beliau:”Ya Rasulullah
mengapakah engkau menangis?” Lalu beliau bersabda :”Wahai Tsauban, mereka itu
sedang disiksa dalam kubur nya, dan saya berdoa
kepada ALLAH, lalu ALLAH meringankan siksa atas mereka”.

Sabda beliau lagi: “Wahai Tsauban, kalaulah sekiranya mereka ini mau
berpuasa satu hari dan beribadah satu malam saja di bulan Rajab niscaya mereka
tidak akan disiksa di dalam kubur.”

Tsauban bertanya: “Ya Rasulullah,apakah hanya berpuasa satu hari dan


beribadah satu malam dalam bulan Rajab sudah dapat mengelakkan dari siksa
kubur?” Sabda beliau: “Wahai Tsauban, demi ALLAH Zat yang telah mengutus saya
sebagai nabi, tiada seorang muslim lelaki dan perempuan yang berpuasa satu
hari dan mengerjakan sholat malam sekali dalam bulan
Rajab dengan niat karena ALLAH, kecuali ALLAH mencatatkan baginya seperti
berpuasa satu tahun dan mengerjakan sholat malam satu tahun.”

Sabda beliau lagi: “Sesungguhnya Rajab adalah bulan ALLAH, Sya’ban Adalah
bulan aku dan bulan Ramadhan adalah bulan umatku”. “Semua manusia akan berada
dalam keadaan lapar pada hari kiamat, kecuali para nabi,keluarga nabi dan
orang-orang yang berpuasa pada bulan Rajab,
Sya’ban dan bulan Ramadhan.

Shaum di Bulan Rajab

Shaum dalam bulan Rajab, sebagaimana dalam bulan-bulan mulia lainnya hukumnya
sunnah.

Diriwayatkan dari Mujibah al-Bahiliyah, Rasulullah aw. Bersabda:

“Puasalah pada bulan-bulan haram (mulya).” Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Imam Ahmad.

Rasulullah saw. juga bersabda:

“Kerjakanlah ibadah apa yang engkau mampu, sesungguhnya Allah tidak pernah bosan
hingga kalian bosan”.

Ibnu Hajar, dalam kitabnya “Tabyinun Ujb”, menegaskan bahwa tidak ada hadits, baik sahih,
hasan, maupun dha’if yang menerangkan keutamaan puasa di bulan Rajab.

Bahkan beliau meriwayatkan tindakan Sahabat Umar yang melarang mengkhususkan bulan
Rajab dengan berpuasa.

Ditulis oleh Imam Asy Syaukani dalam Kitabnya, Nailul Authar, menerangkan bahwa Ibnu
Subki meriwayatkan dari Muhamad bin Manshur As Sam’ani yang mengatakan bahwa tidak
ada hadis yang kuat yang menunjukkan kesunahan puasa Rajab secara khusus.

30
Disebutkan juga bahwa Ibnu Umar memakruhkan puasa Rajab, sebagaimana Abu Bakar al-
Tarthusi yang mengatakan bahwa puasa Rajab adalah makruh, karena tidak ada dalil yang
kuat.

Namun demikian, sesuai pendapat Imam Asy Syaukani, bila semua hadits yang secara
khusus menunjukkan keutamaan bulan Rajab dan disunahkan puasa di dalamnya kurang
kuat untuk dijadikan landasan, maka hadits-hadits yang umum, seperti yang disebut di atas,
itu cukup menjadi hujah atau landasan.

Di samping itu, karena juga tak ada dalil yang kuat yang memakruhkan puasa di bulan
Rajab.

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan
Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah
(ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan
yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun
memerangi kamu semuanya, dan Ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang
bertakwa.” At Taubah: 36

Fenomena pergantian bulan di mata muslim adalah salah satu sarana untuk mengingat
kekuasaan Allah swt dan dalam rangka untuk mengambil ibrah dalam kehidupan juga
sebagai sarana ibadah.

Adapun hadis yang Anda sebut itu, kami juga tak menemukannya. Ada beberapa hadis lain
yang menerangkan keutamaan bulan Rajab. Seperti berikut ini:

"Barang siapa berpuasa pada bulan Rajab sehari maka laksana ia puasa selama sebulan,
bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya 7 pintu neraka Jahim, bila puasa 8 hari maka
dibukakan untuknya 8 pintu sorga, dan bila puasa 10 hari maka digantilah dosa-dosanya
dengan kebaikan."

Riwayat al-Thabrani dari Sa’id bin Rasyid: Barangsiapa puasa sehari di bulan Rajab maka
laksana ia puasa setahun, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya pintu-pintu neraka
Jahanam, bila puasa 8 hari dibukakan untuknya 8 pintu sorga, bila puasa 10 hari Allah
akan mengabulkan semua permintaannya….."

"Sesugguhnya di sorga terdapat sungai yang dinamakan Rajab, airnya lebih putih daripada
susu dan rasanya lebih manis dari madu. Barangsiapa puasa sehari pada bulan Rajab,
maka ia akan dikaruniai minum dari sungai tersebut".

Riwayat (secara mursal) Abul Fath dari al-Hasan, Nabi saw berkata: "Rajab itu bulannya
Allah, Sya’ban bulanku, dan Ramadan bulannya umatku."

Hadis-hadis tersebut dha’if (kurang kuat) sebagaimana ditegaskan oleh Imam Suyuthi dalam
kitab al-Haawi lil Fataawi.
Ibnu Hajar, dalam kitabnya "Tabyinun Ujb", menegaskan bahwa tidak ada hadis (baik sahih,
hasan, maupun dha’if) yang menerangkan keutamaan puasa di bulan Rajab. Bahkan beliau
meriwayatkan tindakan Sahabat Umar yang melarang menghususkan bulan Rajab dengan
puasa.
Ditulis oleh al-Syaukani, dlm Nailul Authar, bahwa Ibnu Subki meriwayatkan dari Muhamad
bin Manshur al-Sam’ani yang mengatakan bahwa tak ada hadis yang kuat yang
menunjukkan kesunahan puasa Rajab secara khusus. Disebutkan juga bahwa Ibnu Umar
memakruhkan puasa Rajab, sebagaimana Abu Bakar al-Tarthusi yang mengatakan bahwa
puasa Rajab adalah makruh, karena tidak ada dalil yang kuat.
Namun demikian, sesuai pendapat al-Syaukani, bila semua hadis yang secara khusus
menunjukkan keutamaan bulan Rajab dan disunahkan puasa di dalamnya kurang kuat

31
dijadikan landasan, maka hadis-hadis yang umum (spt yang disebut pertamakali di atas) itu
cukup menjadi hujah atau landasan. Di samping itu, karena juga tak ada dalil yang kuat
yang memakruhkan puasa di bulan Rajab.

TENTANG PUASA RAJAB


Bapak Ustad, saya mendapatkan informasi kalau puasa Rajab tanggal 1 akan menghapus
dosa selama 3 tahun, tanggal 2 akan menghapus dosa 2 tahun, tanggal 3 akan menghapus
dosa 1 tahun, tanggal 4 akan menghapus dosa selama 1 bulan, dan amal di bulan rajab
akan diberi pahala 70 kali lipat. Tanya:

Bapak Ustad, saya mendapatkan informasi kalau puasa Rajab tanggal 1 akan menghapus
dosa selama 3 tahun, tanggal 2 akan menghapus dosa 2 tahun, tanggal 3 akan menghapus
dosa 1 tahun, tanggal 4 akan menghapus dosa selama 1 bulan, dan amal di bulan rajab
akan diberi pahala 70 kali lipat.

Saya tidak tahu dasar hukumnya puasa Rajab dan kebenaran informasi tsb. Saya sudah
mencoba mencari di buku Fiqh Islam karangan H. Sulaiman Rasjid dan buku Riadhus
Shalihin karangan Ust. Al Hafidh. Mungkin karena keterbatasan pengetahuan saya sehingga
tidak mengetahuinya.

Jawab:

Bulan Rajab merupakan salah satu bulan Muharram yang artinya dimulyakan (Ada 4 bulan:
Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab). Puasa dalam bulan Rajab, sebagaimana
dalam bulan-bulan mulya lainnya, hukumnya sunnah. Diriwayatkan dari Mujibah al-
Bahiliyah, Rasulullah bersabda "Puasalah pada bulan-bulan haram(mulya)." (Riwayat Abu
Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad). Hadis lainnya adalah Riwayatnya al-Nasa'i dan Abu
Dawud (dan disahihkan oleh Ibnu Huzaimah): "Usamah berkata pada Nabi saw, 'Wahai
Rasulullah, saya tak melihat Rasul melakukan puasa (sunat) sebanyak yang Rasul lakukan
dalam bulan Sya'ban.' Rasul menjawab: 'Bulan Sya'ban adalah bulan antara Rajab dan
Ramadan yang dilupakan oleh kebanyakan orang.'"

Menurut al-Syaukani (Naylul Authar, dalam bahasan puasa sunat) ungkapan Nabi "Bulan
Sya'ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan kebanyakan orang" itu
secara implisit menunjukkan bahwa bulan Rajab juga disunnahkan melakukan puasa di
dalamnya.

Adapun hadis yang Anda sebut itu, kami juga tak menemukannya. Ada beberapa hadis lain
yang menerangkan keutamaan bulan Rajab. Seperti berikut ini:

 "Barang siapa berpuasa pada bulan Rajab sehari maka laksana ia puasa selama
sebulan, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya 7 pintu neraka Jahim, bila puasa
8 hari maka dibukakan untuknya 8 pintu sorga, dan bila puasa 10 hari maka
digantilah dosa-dosanya dengan kebaikan."
 Riwayat al-Thabrani dari Sa'id bin Rasyid: Barangsiapa puasa sehari di bulan Rajab
maka laksana ia puasa setahun, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya pintu-
pintu neraka Jahanam, bila puasa 8 hari dibukakan untuknya 8 pintu sorga, bila
puasa 10 hari Allah akan mengabulkan semua permintaannya....."
 "Sesugguhnya di sorga terdapat sungai yang dinamakan Rajab, airnya lebih putih
daripada susu dan rasanya lebih manis dari madu. Barangsiapa puasa sehari pada
bulan Rajab, maka ia akan dikaruniai minum dari sungai tersebut".
 Riwayat (secara mursal) Abul Fath dari al-Hasan, Nabi saw berkata: "Rajab itu
bulannya Allah, Sya'ban bulanku, dan Ramadan bulannya umatku."

32
Hadis-hadis tersebut dha'if (kurang kuat) sebagaimana ditegaskan oleh Imam Suyuthi dalam
kitab al-Haawi lil Fataawi.

Ibnu Hajar, dalam kitabnya "Tabyinun Ujb", menegaskan bahwa tidak ada hadis (baik sahih,
hasan, maupun dha'if) yang menerangkan keutamaan puasa di bulan Rajab. Bahkan beliau
meriwayatkan tindakan Sahabat Umar yang melarang menghususkan bulan Rajab dengan
puasa.

Ditulis oleh al-Syaukani, dlm Nailul Authar, bahwa Ibnu Subki meriwayatkan dari Muhamad
bin Manshur al-Sam'ani yang mengatakan bahwa tak ada hadis yang kuat yang
menunjukkan kesunahan puasa Rajab secara khusus. Disebutkan juga bahwa Ibnu Umar
memakruhkan puasa Rajab, sebagaimana Abu Bakar al-Tarthusi yang mengatakan bahwa
puasa Rajab adalah makruh, karena tidak ada dalil yang kuat.

Namun demikian, sesuai pendapat al-Syaukani, bila semua hadis yang secara khusus
menunjukkan keutamaan bulan Rajab dan disunahkan puasa di dalamnya kurang kuat
dijadikan landasan, maka hadis-hadis yang umum (spt yang disebut pertamakali di atas) itu
cukup menjadi hujah atau landasan. Di samping itu, karena juga tak ada dalil yang kuat
yang memakruhkan puasa di bulan Rajab.

Puasa yang disunatkan:


Disunatkan puasa 6 hari pada bulan Syawwal, 3 hari pada setiap bulan (yang afdhal
yaitu tanggal 13, 14 dan 15; disebut shaumul biidh), hari Senin dan Kamis, 9 hari pertama
bulan Dzul Hijjah (lebih ditekankan tanggal 9, yaitu hari Arafah), hari 'Asyura (tanggal 10
Muharram) ditambah sehari sebelum atau sesudahnya untuk mengikuti jejak Nabi dan para sahabatnya yang
mulia serta menyelisihi kaum Yahudi.

KEISTIMEWAAN BULAN
MUHARRAM

Keutamaan Bulan Muharram dan Hari Asyura

Muharram adalah bulan di mana umat Islam mengawali tahun kalender Hijriah berdasarkan
peredaran bulan. Muharram menjadi salah satu dari empat bulan suci yang tersebut dalam
Al-Quran. "Jumlah bulan menurut Allah adalah dua belas bulan, tersebut dalam Kitab Allah
pada hari Dia menciptakan langit dan bumi. Di antara kedua belas bulan itu ada empat bulan
yang disucikan."

Keempat bulan itu adalah, Zulqaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab. Semua ahli tafsir
Al-Quran sepakat dengan hal ini karena Rasululullah Saw dalam haji kesempatan haji
terakhirnya
mendeklarasikan, "Satu tahun terdiri dari dua belas bulan, empat di antaranya adalah bulan
suci. Tiga di antaranya berurutan yaitu Zulqaidah, Zulhijjah, Muharram dan ke empat adalah
bulan Rajab."

Selain keempat bulan khusus itu, bukan berarti bulan-bulan lainnya tidak memiliki
keutamaan, karena masih ada bulan Ramadhan yang diakui sebagai bulan paling suci
dalam satu satu tahun. Keempat bulan tersebut secara khusus disebut bulan-bulan yang
disucikan karena ada
alasan-alasan khusus pula, bahkan para penganut paganisme di Makkah mengakui
keempat bulan tersebut disucikan.

33
Pada dasarnya setiap bulan adalah sama satu dengan yang lainnya dan tidak ada
perbedaan dalam kesuciannya dibandingkan dengan bulan- bulan lain. Ketika Allah Swt
memilih bulan khusus untuk menurunkan rahmatnya, maka Allah Swt lah yang memiliki
kebesaran itu atas
kehendakNya.

Nabi Muhammad Saw bersabda, "Ibadah puasa yang paling baik setelah puasa Ramadan
adalah berpuasa di bulan Muharram."

Meski puasa di bulan Muharram bukan puasa wajib, tapi mereka yang berpuasa pada bulan
Muharram akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah Swt. Khususnya pada tanggal
10 Muharram yang dikenal dengan hari 'Asyura.

Ibnu Abbas mengatakan, ketika Nabi Muhammad Saw hijrah dari Makkah ke Madinah,
beliau menjumpai orang-orang Yahudi di Madinah biasa berpuasa pada tanggal 10
Muharram. Menurut orang-orang Yahudi itu, tanggal 10 Muharram bertepatan dengan hari
ketika Nabi Musa dan
pengikutnya diselamatkan dari kejaran bala tentara Firaun dengan melewati Laut Merah,
sementara Firaun dan tentaranya tewas tenggelam.

Mendengar hal ini, Nabi Muhammad Saw mengatakan, "Kami lebih dekat hubungannya
dengan Musa daripada kalian" dan langsung menyarankan agar umat Islam berpuasa pada
hari 'Asyura. Bahkan dalam sejumlah tradisi umat Islam, pada awalnya berpuasa pada hari
'Asyura
diwajibkan. Kemudian, puasa bulan Ramadhan-lah yang diwajibkan sementara puasa pada
hari 'Asyura disunahkan.

Dikisahkan bahwa Aisyah mengatakan, "Ketika Rasullullah tiba di Madinah, ia berpuasa


pada hari 'Asyura dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa. Tapi ketika puasa bulan
Ramadhan menjadi puasa wajib, kewajiban berpuasa itu dibatasi pada bulan Ramadhan
saja dan
kewajiban puasa pada hari 'Asyura dihilangkan. Umat Islam boleh berpuasa pada hari itu
jika dia mau atau boleh juga tidak berpuasa, jika ia mau." Namun, Rasulullah Saw biasa
berpuasa pada hari 'Asyura bahkan setelah melaksanakan puasa wajib di bulan Ramadhan.

Abdullah Ibn Mas'ud mengatakan, "Nabi Muhammad lebih memilih berpuasa pada hari
'Asyura dibandingkan hari lainnya dan lebih memilih berpuasa Ramadhan dibandingkan
puasa 'Asyura." (HR Bukhari dan Muslim). Pendek kata, disebutkan dalam sejumlah hadist
bahwa puasa di hari 'Asyura hukumnya sunnah.

Beberapa hadits menyarankan agar puasa hari 'Asyura diikuti oleh puasa satu hari sebelum
atau sesudah puasa hari 'Asyura. Alasannya, seperti diungkapkan oleh Nabi Muhammad
Saw, orang Yahudi hanya berpuasa pada hari 'Asyura saja dan Rasulullah ingin
membedakan puasa umat Islam dengan puasa orang Yahudi. Oleh sebab itu ia
menyarankan umat Islam berpuasa pada hari 'Asyura ditambah puasa satu hari
sebelumnya atau satu hari sesudahnya (tanggal 9 dan 10 Muharram atau tanggal 10
dan 11 Muharram).

Selain berpuasa, umat Islam disarankan untuk banyak bersedekah dan menyediakan lebih
banyak makanan untuk keluarganya pada 10 Muharram. Tradisi ini memang tidak
disebutkan dalam hadist, namun ulama seperti Baihaqi dan Ibnu Hibban menyatakan bahwa
hal itu boleh
dilakukan.

34
Legenda dan Mitos Hari 'Asyura

Meski demikian banyak legenda dari salah pengertian yang terjadi di kalangan umat Islam
menyangkut hari 'Asyura, meskipun tidak ada sumber otentiknya dalam Islam. Beberapa hal
yang masih menjadi keyakinan di kalangan umat Islam adalah legenda bahwa pada
hari'Asyura Nabi Adam diciptakan, pada hari 'Asyura Nabi Ibrahim dilahirkan, pada hari
'Asyura Allah Swt menerima tobat Nabi Ibrahim, pada hari 'Asyura Kiamat akan terjadi dan
siapa yang mandi pada
hari 'Asyura diyakini tidak akan mudah terkena penyakit. Semua legenda itu sama sekali
tidak ada dasarnya dalam Islam. Begitu juga dengan keyakinan bahwa disunnahkan bagi
mereka untuk menyiapkan makanan khusus untuk hari 'Asyura.

Sejumlah umat Islam mengaitkan kesucian hari 'Asyura dengan kematian cucu Nabi
Muhmmad Saw, Husain saat berperang melawan tentara Suriah. Kematian Husain memang
salah satu peristiwa tragis dalam sejarah Islam. Namun kesucian hari 'Asyura tidak bisa
dikaitkan dengan
peristiwa ini dengan alasan yang sederhana bahwa kesucian hari 'Asyura sudah ditegakkan
sejak zaman Nabi Muhammad Saw jauh sebelum kelahiran Sayidina Husain. Sebaliknya,
adalah kemuliaan bagi Husain yang kematiannya dalam pertempuran itu bersamaan dengan

hari 'Asyura.

Anggapan-anggapan yang salah lainnya tentang bulan Muharram adalah kepercayaan


bahwa bulan Muharram adalah bulan yang tidak membawa keberuntungan, karena Husain
terbunuh pada bulan itu. Akibat adanya anggapan yang salah ini, banyak umat Islam yang
tidak melaksanakan pernikahan pada bulan Muharram dan melakukan upacara khusus
sebagai
tanda ikut berduka atas tewasnya Husain dalam peperangan di Karbala, apalagi disertai
dengan ritual merobek-robek baju atau memukuli dada sendiri.

Nabi Muhammad sangat melarang umatnya melakukan upacara duka karena meninggalnya
seseorang dengan cara seperti itu, karena tindakan itu adalah warisan orang-orang pada
zaman jahiliyah.

Rasulullah bersabda, "Bukanlah termasuk umatku yang memukuli dadanya, merobek


bajunya dan menangis seperti orang-orang pada zaman jahiliyah."

Bulan Pengampunan Dosa

Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam sistem kalender Islam. Kata Muharram artinya
'dilarang'. Sebelum datangnya ajaran Islam, bulan Muharram sudah dikenal sebagai bulan
suci dan pada bulan ini dilarang untuk melakukan hal-hal seperti peperangan dan
pertumpahan
darah.

Seperti sudah disinggung di atas, bahwa bulan Muharram banyak memiliki keistimewaan.
Khususnya pada tanggal 10 Muharram. Beberapa kemuliaan tanggal 10 Muharram antara
lain Allah Swt akan mengampuni dosa-dosa setahun sebelumnya dan setahun ke depan.
(Tarmizi)
(ln/Islamicity)

35
Fadhilah Keutamaan Puasa Asyura 10 dan 9
Muharram
‘Asyura berasal dari kata ‘asyara, artinya bilangan sepuluh. Secara istilahi Puasa ‘Asyura
adalah puasa yang dikerjakan pada tanggal 10 Muharram pada Kalender Islam Hijriyah.
Tahun 1430 H ini hari ‘Asyura bertepatan dengan 7 Januari 2009 M. Hukum puasa Asyura
adalah sunnah; maksudnya sangat dianjurkan dan berpahala bagi yang menerjakannya
namun tidak berdosa bagi yang tidak mengerjakannya.

Hadits dari Siti Aisyah RA yang diriwayatkan Imam Bukhori:

‫صاَنم نوُنممن نشاَنء أنمفنطنر‬


‫ضاَنن نكاَنن نممن نشاَنء ن‬ ‫شموُنرانء نفنلتماَ فقلر ن‬
‫ض نرنم ن‬ ‫صتلىَ اق نعنلميِله نوُنسلتنم أننمنر لب ل‬
‫صنيِاَلم نيِموُنم نعاَ ق‬ ‫نكاَنن نرقسموُقل ل‬
‫ا ن‬

Rasulullah SAW memerintahkan untuk puasa di hari ‘Asyura. Dan ketika puasa Ramadhan
diwajibkan, barangsiapa yang ingin (berpuasa di hari ‘Asyura) ia boleh berpuasa dan
barangsiapa yang ingin (tidak berpuasa) ia boleh berbuka. (HR Bukhari)

Diriwayatkan bahwa puasa ‘Asyura sudah dilakukan oleh masyarakat Quraisy Makkah pada
masa jahiliyyah. Rasulullah SAW juga melakukannya ketika masih berada di Makkah
maupun seteleh berada di Madinah.

Diriwayatkan juga bahwa ketika Nabi SAW datang ke Madinah beliau melihat orang-orang
Yahudi melakukan puasa di hari ‘Asyura. Beliau bertanya, “Hari apa ini?”. Orang-orang
Yahudi menjawab, “Ini adalah hari baik, pada hari ini Allah selamatkan Bani Israil dari
musuhnya, maka Nabi Musa AS berpuasa pada hari ini. Rasulullah bersabda,

‫نفنأناَ ن أننحيق لبقمموُنسىَ لممنقكمم‬

Saya lebih berhak mengikuti Musa dari kalian (kaum Yahudi).

Maka kemudian beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan ummatnya untuk
melakukannya. (HR Bukhari)

Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Rasulullah pun sempat diprotes oleh umat Islam di
Madinah: “Ya Rasulallah, hari itu (’Asyura) diagungkan oleh orang Yahudi.” Maksudnya,
kenapa umat Islam mengerjakan sesuatu persis seperti yang dilakukan oleh umat Yahudi?
Beliau lalu bersabda: “Di tahun depan insya Allah kita akan berpuasa pada tanggal 9.”
Setelah itu, tidak hanya disunnahkan puasa pada tanggal 10 tapi juga tanggal 9 Muharram.
Sayang, sebelum datang tahun berikutnya Rasulullah telah wafat.

Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan keinginan beliau untuk berpuasa pada tanggal 9
dimaksudkan agar tidak persis seperti yang dilakukan oleh umat pada masa Nabi
sebelumya, yakni Yahudi dan Nashrani. (Fathul Bari 4: 245)

Sebagian ulama memberikan nama tersendiri untuk puasa sunnah di tanggal 9 Muharam ini,
yakni puasa Tasu’a, dari kata tis’a artinya bilangan sembilan. Sebagian ulama lainnya
berpendapat bahwa puasa tanggal sembilan ini adalah bagian dari kesunnahan puasa
asyura.

Adapun fadhilah atau keutamaan puasa asyura adalah seperti digambarkan dalam hadits
dari Sahabat Abdullah bin Abbas berikut ini:

‫شموُنرانء نوُهنذا التشمهقر نيِمعلنيِ نشمهقر نرنم ن‬


‫ضاَنن‬ ‫ضللله نعنلىَ نغميِلرله إللت نهنذا النيِموُلم نيِموُقم نعاَ ق‬ ‫صتلىَ اق نعلنميِله نوُنسلتنم نيِنتنحترىَّ ل‬
‫صنيِاَنم نيِوُنم نف م‬ ‫نماَ نرأنميِ ق‬
‫ت التنلبتيِ ن‬

36
Aku tidak pernah mendapati Rasulullah SAW menjaga puasa suatu hari karena
keutamaannya dibandingkan hari-hari yang lain kecuali hari ini yaitu hari ‘Asyura dan bulan
ini yaitu bulan Ramadhan. (HR Muslim)

Puasa ‘Asyura disandingkan dengan puasa Ramadhan. Rasulullah SAW juga bersabda,

‫صلنةق اللتميِلل‬
‫ ن‬،‫ضنة‬
‫صلنلة نبمعند النفلرميِ ن‬ ‫ نوُأنمف ن‬.‫ا القمنحترقم‬
‫ضقل ال ت‬ ‫ نشمهقر ل‬،‫ضاَنن‬
‫صنيِاَلم نبمعند نرنم ن‬ ‫أنمف ن‬
‫ضقل ال ص‬

Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah (puasa) di bulan Allah Muharram. Dan
shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam. (HR Muslim)

Keutamaan yang didambakan dari puasa ‘Asyura adalah dapat menggugurkan dosa-dosa
setahun yang lalu. Imam Abu Daud meriwayatkan dari Abu Qatadah RA, bahwa Rasulullah
SAW bersabda:

‫ا أنمن قيِنكصفنر النسننة ناللتميِ نقمبنلقه‬ ‫شموُنرانء إصنيِ أنمحنتلس ق‬


‫ب نعنلىَ ا ل‬ ‫صموُقم نيِموُنم نعاَ ق‬
‫نوُ ن‬

Puasa di hari ‘Asyura, sungguh saya mengharap kepada Allah bisa menggugurkan dosa
setahun yang lalu. (HR Abu Daud)

Begitu besar keutamaan yang terkandung pada puasa di hari ini. Bahkan sebagian ulama
salaf menganggap puasa ‘Asyura hukumnya wajib. Namun berdasarkan hadits ‘Aisyah di
atas, kalaupun puasa ini dihukumi wajib maka kewajibannya telah dihapus dan menjadi
ibadah yang sunnah. (A Khoirul Anam)

KEUTAMAAN BULAN RABI’UL AWAL

Dalam bagian pertama, kita telah membahas tentang keutama'an bulan Rabi'ul Awal, dan
telah menceritakan bagaimana Rasulullah SAW dilahirkan di bulan Rabi'ul Awal dan alasan
dilahirkannya Rasulullah SAW di bulan ini. Ini adalah kejadian penting pertama yang kita
telah kita bahas, sedangkan kejadian penting kedua di bulan Rabi'ul Awal ini adalah
wafatnya Rasulullah SAW.

2. Wafatnya Rasulullah SAW.

Tiada kesedihan di dunia ini yang lebih mengiris hati seorang mukmin, dari pada hari
perginya sang mahbub dari dunia ini. Tiada rasa sakit yang lebih mengiris hati, melebihi rasa
sakitnya berpisah dengan sang mahbub. Tiada yang dapat menandingi rasa cinta Rasulullah
SAW kepada kita umatnya, hingga membuat kita wajib mencintainya. Sungguh cerita
wafatnya Rasul adalah cerita yang sangat menyedihkan. Dalam sebuah Hadist disebutkan:

Yang artinya sebagai berikut: Dari Abi sa'id Alkhidhri bahwa Rasulullah SAW duduk di
sebuah mimbar dan bersabda: "Seorang hamba diberi pilihan oleh Allah SWT antara diberi
segala hiasan dunia yang dia inginkan atau memilih apa yang dia miliki, dan dipun memilih
apa yang dia miliki ". Abu bakar As-Syiddik-pun menangis, dan berkata: "Wahai Rasulullah
SAW! kita rela mengorbankan Bapak serta ibu kami demi engkau, wahai Rasulullah SAW!
Abu sa'id berkata: "Maka kita heran, dan orang-orang-pun berkata: "Lihatlah kepada orang
tua ini?" Rasulullah SAW memberitahu tentang seorang hamba yang diberi pilihan oleh Allah
antara diberi seluruh perhiasan dunia atau mengembalikan apa yang dia miliki, kemudian
diapun memilih apa yang dia miliki, kemudian orang tua itu berkata: "Kita telah
mengorbankan Bapak dan Ibu kami demi engkau wahai Rasulullah SAW!.

Sungguh hanya Abu Bakarlah yang paling memahami perkata'an Rasulullah SAW, sehingga
Rasulullahpun bersabda: "Sesungguhnya orang yang paling banyak memberikan apa yang

37
dia miliki baik harta atau persahabatannya kepadaku adalah Abu Bakar As-sidik, dan
seandainya aku memilih kekasih di dunia ini, niscaya aku akan jadikan Abu bakar As-shiddik
sebagai kekasihku, akan tetapi ukhuwah islami, tidak ada satupun masjid yang rusak kecuali
dia benarkan, sedangkan dia membiarkan rumahnya sendiridalam keada'an rusak ".
Kematian adalah sesutu yang telah tertulis kepada semua benda hidup di dunia ini baik
pada para Nabi atau para Rasul atau yang lainnya. Allah SWT berfirman dalam sebuah
Ayat:

"Sesungguhnya kamu akan mati dan juga mereka akan mati".

Dan juga :

"Kami tidakmenjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad),
maka jikalau kamu mati apakah mereka akan kekal?" QS Al Anbiya': 34

Allah SWT menciptakan Adam AS dari debu yang ada di bumi, kemudian ditiuplah disitu
Rohnya, dan beradalah rohnya dalam jasadnya, dan juga arwah anak cucunya dalam jasad
mereka. Adanya roh mereka dalam jasad di dunia ini adalah sebagai barang pinjaman.
Mereka diperintahkan agar mengembalikan arwah-arwah mereka kembali dari jasad
mereka, serta mengembalikan jasad mereka kepada apa yang dari itu diciptakan yaitu
debu. Allah SWT juga berjanji akan mengembalikan lagi jasad mereka dari bumi, kemudian
mengembalikannya lagi arwah mereka kepada jasad dengan kepemilikan yang abadi dan
selama-lamanya di akherat nanti. Allah SWT berfirman:

( ‫[ ) لفيِنهاَ نتمحنيِموُنن نوُلفيِنهاَ نتقموُقتوُنن نوُلممننهاَ قتمخنرقجوُنن‬25:‫]العراف‬

"Di Bumi itu kamu hidup dan dibumi itu kamu mati, dan dari bumi itu pula kamu akan
dibangkitkan".QS Al-a'raf: 25.

[55:‫لممننهاَ نخنلمقنناَقكمم نوُلفيِنهاَ قنلعيِقدقكمم نوُلممننهاَ قنمخلرقجقكمم نتاَنرعة أ قمخنرىَّ ]طه‬

"Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan
kamu dan daripadanya Kami akan mengeuarkan kamu pada kali yang lain". QS Thaha : 55.

Karena kematian merupakan sesuatu yang dibenci secara tabiat, dimana disitu terdapat
kekerasan dan kekejaman yang sangatlah menakutkan, maka para Nabi tidak akan mati
sebelum disuruh memilih oleh Allah SWT, oleh karena itu terjadilah taraddud (keragu-
raguan) dalam diri setiap mu'min. Rasulullah SAW bersabda: "Aku tidak pernah ragu-ragu
seperti keraguanku dalam pencabutan nyawa seorang mu'min yang membenci kematian,
sedang aku membenci hal tersebut dan setiap orang mu'min haruslah mengalaminya".

Pertama kali Allah memberi tahu Rasul-Nya bahwa dia akan menemui ajalnya adalah
turunnya surat: (‫الخ‬... ‫ )إذا جاَء نصر ا وُالفتح‬, dikatakan kepada ibnu Abbas: "Apakah Rasulullah
SAW tahu bahwa beliau akan meningal? Dia menjawab: "Ya" dan dari mana beliau tahu :
"Dari turunya surat ( ‫ ) إذا جاَء نصر ا وُالفتح‬yakni: Fathu makah. Sesungguhnya maksud dari
surat ini adalah: "Sesungguhnya kamu wahai Muhammad, jika Allah SWT membukakan
Makkah kepadamu, dan orang-orang telah masuk agamamu, maka telah dekatlah ajalmu,
maka bersiaplah untuk bertemu dengan tuhanmu dengan beristighfar dan bertahmid, dan
mulai dari sa'at itu Rasulullah SAW bertambah mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Tatkala rasa sakit yang ada dalam diri Rasulullah bertambah parah di malam senin, Sayidah
Aisyah pergi menuju rumah seorang wanita dengan membawa sebuah lampu, untuk
meminta setetes minyak samin, karena Rasulullah SAW sedang mengalami sakaratul maut.
Kemudian Sayidah Fatimahpun datang menuju kamar dimana Rasulullah sedang sakit,
Rasulpun membisikinya tentang sesuatu kemudian dia menangis, dan membisikinya kedua
kali dan diapun tertawa, ketika ditanya: "Apa yang dikatakan Rasulullah kepadamu?" dia
menjawab: "Aku tidak akan membocorkan rahasia Rasulullah SAW". Ketika Rasul
meninggal dia ditanya dan menjawab: "Pertama kali Rasul bilang bahwa beliau akan

38
meninggal pada sakitnya ini, kemudian aku menangis, dan yang kedua Rasul
memberitahuku bahwa akulah yang pertama kali menemuinya, maka akupun tertawa".

Ketika tiga hari sebelum ajal Rasulullah SAW datang, malaikat Jibril datang dengan
membawa Malaikat maut untuk meminta izin kepada Rasul: "Wahai Ahmad! sesungguhnya
Allah SWT telah mengutusku untuk bertanya padamu - sedang Dia lebih tahu tentang kamu-
bagimana keadaanmu sekarang, Rasulullah menjawab: "Keada'anku wahai Jibril telah
taksadar, dan aku merasa takut". Kemudian di hari yang kedua malaikat Jibril datang lagi
kemudian bertanya seperti di atas, Rasulullahpun menjawab seperti jawabanya pertama
kali. Kemudian datang lagi di hari yang ke tiga, dan bertanya kepadanya seperti tadi,
kemudian malaikat maut meminta izin kepada Rasulullah SAW, dan Jibril berkata: "Wahai
Ahmad ini malaikat maut telah datang untuk meminta ijin kepadamu, dia tidak pernah
meminta ijin kepada seorangpun sebelum dan sesudahmu. Rasulullah menjawab: "Berilah
dia ijin wahai Jibril". Kemudian malaikat mautpun masuk dan berdiri di depan Rasulullah
SAW dan berkata: "Wahai Rasulullah SAW, wahai Ahmad! Sesungguhnya Allah telah
mengutusku untuk datang kepadamu dan memerintahkanku untuk menta'ati semua
perintahmu; jika kamu memerintahkanku untuk mengambil nyawamu maka akan aku ambil,
akan tetapi jika kamu memerintahku untuk meninggalkanmu maka aku akan
meninggalkanmu. Rasul bersabda: "Lakukanlah apa yang diperintahkan Allah SWT
kepadamu wahai malaikat maut".

Malaikat Jibril berkata: "Wahai Ahmad! Sesungguhnya Allah SWT telah merindukanmu.
Rasulullahpun berkata: "Lakukanlah wahai malaikat maut apa yang di perintahkan?",
kemudian malaikat Jibril berkata: "Assalamu 'alaika ya Rasulallah, ini adalah terakhir kali
aku menginjak bumi ini, sesungguhnya hanya engkaulah hajatku di dunia ini. Kemudian
datanglah ta'ziyah dari Jibril dengan kata:

" ( ‫السلم عليِكم يِاَ أهل البيِت وُرحمة ا وُبركاَته ) كل نقس ذائقة الموُت وُإنماَ توُفوُن أجوُركم يِوُم القيِاَمة‬.

Malaikat mautpun menjalan tugas yang diperintahkan Allah SWT untuk mengambil kembali
nyawa Rasulullah, dengan pelan-pelan. Sehingga Rasulullahpun menghembuskan nafasnya
yang terahir kali, sembari berkata " Ummati…Ummati…Ummati…"(Ummatku…Umatku…
Umatku..)

Adapun hari wafatnya Rasulullah itu adalah hari senin di bulan Rabi'ul Awal. Telah terbuka
rahasia di hari itu sedang orang-orang sedang shalat subuh di belakang Abu Bakar As-
shiddik. Orang-orang hampir tertipu oleh kesenangan mereka karena melihat Rasulullah
SAW telah sadarkan diri di pagi itu, dan melihat wajahnya bagaikan lembaran Al-Qur'an.
Mereka menyangka bahwa beliau akan shalat bersama mereka. Kemudian Rasulullah
memberi isyarat untuk mereka agar tetap di tempatnya, kemudian Rasulullahpun menutup
satir.

Rasulullah SAW meninggal di hari itu sedang orang-orang menyangka bahwa beliau telah
sembuh dari sakitnya, ketika telah sadarkan diri di pagi hari senin. Akan tetapi ketika
matahari telah naik di pagi itu, meninggallah Rasulullah SAW. Kaum musliminpun tampak
kebingungan; ada yang tercengang karena kaget, ada yang terduduk dan tak dapat berdiri,
ada yang lidahnya tersentak hingga tidak dapat berkata sepatah katapun, ada yang
mengingkari kematian Rasulullah SAW, yaitu Umar RA. Ketika sampai kabar kepada Abu
Bakar RA, dia langsung menuju rumah Aisyah RA, kemudian membuka kain yang ada
diwajah Rasulullah SAW, dan menciumnya berkali-kali sedangkan dia dalam keada'an
menangis, kemudian dia berkata: "Waa...nabiyyaah...Wa...khaliilaah...Waa...shofiyyaah"
dan berkata: "Inna lillahi wa Inna Ilaihi Raaji'un. Demi Allah... Rasulullah SAW telah mati...".
Kemudian berkata: "Demi Allah SWT, Allah tidak akan mengumpulkanmu dalam dua
kematian, adapun kematian yang pertama kamu sudah mengalaminya".

Kemudian Abu bakarpun masuk ke masjid -sedang Umar RA berbicara dengan orang-orang
yang sedang berkumpul di depannya-. Abu Bakarpun mulai berbicara kepada mereka
dengan membaca syahadat dan membaca hamdalah, lalu orang-orangpun menuju

39
kepadanya dan meninggalkan Umar. Abu bakar berkata: "Barang siapa menyembah
Muhammad SAW, maka sesungguhnya Muhammad SAW telah mati, dan barang siapa
menyembah Allah SWT, maka Allah SWT tidak akan mati selamanya", kemudian dia
membaca:

(‫ت أنموُ ققلتنل امننقنلمبقتمم نعنلىَ أنمعنقاَلبقكمم‬


‫ت لممن نقمبللله اليرقسقل أننفإلمن نماَ ن‬
‫[)نوُنماَ قمنحتمةد إلتل نرقسوُةل نقمد نخنل م‬144 : ‫]آل عمران‬.

"Muhammad itu tidak lain Hanya seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya
beberapa orang Rasul, apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik kebelakang
(murtad)?". QS Ali Imran: 144.

Abu Bakarpun dapat membuat mereka yakin bahwa Rasulullah SAW benar-benar telah
meninggal dunia, se'akan-akan mereka tidak pernah mendengarkan ayat ini sebelum Abu
Bakar membacanya, kemudian merekapun mengikuti bacaan Abu Bakar RA.

Itulah kisah meninggalnya Rasulullah SAW, hari dimana semua kaum muslimin merasa
sedih. Karena kembalinya sang Qurratul 'ain kepada Allah SWT.

Amalan Kaum Muslim di Bulan Rabi'ul Awal

Di bulan ini setiap Muslim disunahkan untuk memperbanyak shalawat serta salam untuk
Rasulullah SAW. Karena di bulan yang mulia ini telah tampak kebaikan yang merata kepada
seluruh alam, telah tampak pula kebahagia'an orang-orang yang paling bahagia dengan
terbitnya bulan penerang bumi, yaitu lahirnya Nabi Muhammad SAW di dunia ini. dengan
lahirnya Rasulullah di bulan ini, dikenanglah bulan Rabi'ul Awal sebagai hari yang paling
penting bagi umat islam, oleh karena itu bulan ini dijadikan sebagai hari berkumpulnya umat
islam untuk mendengarkan kisah kelahiran Rasulul islam yang sangat mulia, agar mereka
memperoleh barakah dan keutama'an yang suci.

Umat islam selalu memperingati bulan kelahirannya, sehingga mengadakan walimah, dan
menyedekahkan sebagian hartanya kepada saudaranya yang membutuhkan dalam bentuk
apapun, mereka juga menampakkan kegembira'an mereka karena terlahirnya Rasulullah
SAW, mereka selalu memperhatikan kisah kelahirannya, dengan penuh kekhusyu'an dan
penghayatan, sehingga barakah Rasulullah SAW-pun menyelimuti hati mereka, sehingga
membuat hati mereka tenteram dan tenang.

Mengapa kita memperingati Maulid Nabi SAW?

Mungkin pertanya'an ini adalah pertanya'an yang jarang sekali didengar di kalangan orang-
orang yang sudah terbiasa melakukan kegiatan maulid Nabi di hari-hari yang agung seperti
hari jum'at contohnya, atau hari yang ke dua belas dari bulan Rabi'ul Awal. Ini merupakan
suatu adat yang sangatlah di dukung oleh syare'at bagi hamba Allah yang sangat mencintai
Rasulnya, sebagai ungkapan rasa cinta dan rasa syukur terhadap nikmat Allah yang berupa
lahirnya sang penerang dunia. Akan tetapi sebagian orang mengatakan bahwa hal ini
merupakan hal yang tidak dilakukan oleh ulama' salaf. Mungkin dengan pernyata'an ini kita
terpaksa harus menyebutkan dalil kebolehan memperingati acara maulid Nabi. Akan tetapi
sebelum kita menyebutkan dalil-dalil akan dibolehkannya maulid maka kita perlu mengetahui
hal-hal berikut ini:

1. Kita mengatakan bahwa peringatan maulid Nabi adalah perbuatan yang dibolehkan oleh
syari'at, dari berbagai perkumpulan untuk mendengarkan sejarahnya Rasul SAW,
mendengarkan puji-pujian yang diucapkan untuk beliau, memberikan makanan, serta
memberikan kegembira'an untuk semua umat islam.

2. Kita tidak mengatakan bahwa peringatan maulid Nabi disunahkan di waktu tertentu atau
di malam tertentu, akan tetapi barang siapa yang meyakini hal tersebut maka telah
mengada-ngada di dalam agama (melakukan perbuatan bid'ah). Karena kita wajib
mengingatnya di setiap waktu. Akan tetapi di bulan kelahirannya yaitu bulan Rabi'ul Awal,

40
seorang muslim lebih ditekankan untuk mengingat beliau, sehingga orang-orang
bersemangat untuk menyambutnya serta berkumpul untuk mengingatnya dan merasakan
keagungan karena kita menjadi lebih dekat dengan sejarah. Maka mereka akan mengingat
suatu yang sudah lampau dengan cara melaksanakannya sesuai dengan adat jaman
sekarang.

Adapun dalil kebolehannya mengadakan peringatan maulid Nabi SAW adalah sbb:

1. Peringatan maulid Nabi adalah sebagai ungkapan atas rasa kesenangan dan
kegembira'an atas Rasulullah SAW, sebagai mana orang kafir telah mengambil manfa'atnya.

Telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa Abu lahab diringankan dari siksa'annya di
setiap hari senin sebab dia telah memerdekakan budaknya yang bernama tsuwaibah ketika
mendapat kabar gembira bahwa Muhammad SAW telah lahir.

Al-Hafidz Ad-Dimisyqi mengatakan: "Jika ini adalah seorang kafir yang telah dicela oleh Al-
Qur'an dengan kata "Tabbat yadaa Abii Lahabin Wa tabb" yang telah dimasukkan di neraka
untuk selamanya, telah ada sabda bahwa dia diringankan dari siksa'annya disetiap hari
senin karena kegembira'annya atas lahirnya Muhammad SAW, maka apa prasangka
seorang Mukmin yang dimana seluruh umurnya senang dengan Rasulullah SAW serta mati
dalam ke'adaan Islam?".

2. Rasulullah SAW telah memuliyakan hari kelahirannya, dan bersyukur kepada Allah SWT
atas nikmat-Nya yang sangat besar kepadanya, dan telah mengutamakannya sebagi
makhluk yang paling utama di dunia, karena semua yang ada di dunia ini telah gembira
karenanya. Beliau mengungkapkan kegembira'an tersebut dengan berpuasa di bulan itu.
Seperti yang disebutkan dalam Hadist oleh Abi Qatadah RA: "Rasulullah SAW ditanya
tentang puasanya di hari senin?" dan Rasul menjawab: "Di hari itu aku dilahirkan, dan di hari
itu pula Allah menurunkan wahyu kepadaku".

Ini adalah makna dari peringatan maulid nabi, cuma gambar atau caranya saja yang
berbeda. Akan tetapi makna ini tetap ada, baik dengan cara berpuasa atau membagikan
makanan atau berkumpul dengan tujuan berdzikir atau membaca shalawat kepada Nabi
SAW, atau dengan mendengarkan syama'ailnya Rasulullah SAW.

3. Gembira dan senang dengan adanya Rasulullah SAW adalah sesuatu yang dianjurkan
oleh Al-Qur'an, yaitu firman Allah SWT:

( ‫ك نفملنيِمفنرقحوُا قهنوُ نخميِةر لمتماَ نيِمجنمقعوُنن‬ ‫ضلل ت ل‬


‫ا نوُلبنرمحنملتله نفلبنذلل ن‬ ‫[) ققمل لبنف م‬58:‫]يِوُنس‬

" Katakanlah dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya , hendaklah dengan itu mereka
bergembira. kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan".

Allah SWT telah memerintahkan kita untuk bergembira atas rahmat yang Allah berikan
kepada kita. Sedangkan Nabi Muhammad SAW adalah rahmat yang paling mulia dan yang
paling besar bagi kita. Sebagaimana Allah SWT telah berfirman:

" [107:‫وُماَ أرسلناَك إل رحمة للعاَلميِن (]النبيِاَء‬.

" Kita tidak mengutusmu kecuali sebagi rahmat bagi semua yang ada dialam semesta".

Maka kita wajib untuk bergembira atas datangnya rahmat tersebut.

4. Peringatan maulid Nabi adalah perbuatan yang tidak ada di zaman Rasul SAW, maka hal
tersebut adalah bid'ah akan tetapi bid'ah hasanah. Karena perbuatan ini mempunyai
landasan syara', serta berada dibawah naungan qowa'id kulliyah (asas yang mencakup
semuanya). Maka hal ini adalah bid'ah dari segi perkumpulannya, tidak dari segi

41
perorangannya.

Mungkin dalil-dalil ini sudahlah cukup sebagai jawaban atas pertanya'an diatas. Yang paling
penting bagi seorang muslim adalah memperbanyak shalawat atas nabi Muhammad SAW di
bulan ini. Karena salawat ini sendiri mempunyai keutama'an yang paling besar. Karena Allah
SWT akan tetap menerima shalawat seseorang meskipun dalam ke'ada'an lalai. Barang
siapa membaca shalawat kepada nabi SAW, maka shalawat tersebut akan diperlihatkan
kepada Nabi Muhammad SAW secara langsung. Sebagaimana yang disebutkan dalam
sebuah Hadist: "Bershalawatlah kepadaku? Karena sesungguhnya shalawat kalian akan
diperlihatkan kepadaku". Lain lagi dengan dzikir-dzikir yang lain, karena dzikir-dzikir yang
lain membutuhkan kekhusyu'an agar dzikir-dzikir tersebut di terima oleh Allah SWT. Masih
banyak lagi keutama'an shalawat kepada nabi.

Adapun shalawat yang paling afdhal yang hendaknya kaum muslimin membiasakannya
adalah shalawat Al-Ibrahimiyah, yaitu :

Keutamaan Puasa Enam Hari Syawal

Abu Ayyub al-Anshari radhiallaahu 'anhu meriwayatkan, Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam
bersabda, "Barangsiapa berpuasa penuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan
(puasa) enam hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti ia berpuasa selama satu
tahun." (HR. Muslim).

Imam Ahmad dan an-Nasa'i, meriwayatkan dari Tsauban, Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam
bersabda, "Puasa Ramadhan ganjarannya sebanding dengan (puasa) sepuluh bulan,
sedangkan puasa enam hari (di bulan Syawal, pahalanya) sebanding dengan (puasa) dua
bulan, maka bagaikan berpuasa selama setahun penuh." (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu
Hubban dalam "Shahih" mereka)
Dari Abu Hurairah radhallaahu 'anhu, Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Barangsiapa berpuasa Ramadhan lantas disambung dengan enam hari di bulan Syawal,
maka ia bagaikan telah berpuasa selama setahun." (HR. al-Bazzar)

Pahala puasa Ramadhan yang dilanjutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal
menyamai pahala puasa enam hari penuh, karena setiap hasanah (kebaikan) diganjar
sepuluh kali kelipatannya, sebagaimana telah disinggung dalam hadits Tsauban di muka.

Membiasakan puasa setelah Ramadhan memiliki banyak manfa'at, di antaranya:

1. Puasa enam hari di bulan Syawal setelah Ramadhan, merupakan pelengkap dan
penyempurna pahala dari puasa setahun penuh.

2. Puasa Syawal dan Sya'ban bagaikan shalat sunnah rawathib, berfungsi sebagai
penyempurna dari kekurangan, karena pada hari Kiamat nanti perbuatan-perbuatan fardhu
akan disempurnakan (dilengkapi) dengan perbuatan-perbuatan sunnah. Sebagaimana
keterangan yang datang dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam di berbagai riwayat.
Mayoritas puasa fardhu yang dilakukan kaum muslimin memiliki kekurangan dan
ketidaksempurnaan, maka hal itu membutuhkan sesuatu yang menutupi dan
menyempurnakannya.

3. Membiasakan puasa setelah Ramadhan menandakan diterimanya puasa Ramadhan,


karena apabila Allah Ta'ala menerima amal seseorang hamba, pasti Dia menolongnya
dalam meningkatkan perbuatan baik setelahnya. Sebagian orang bijak mengatakan, "Pahala
amal kebaikan adalah kebaikan yang ada sesudahnya." Oleh karena itu barangsiapa
mengerjakan kebaikan kemudian melanjutkannya dengan kebaikan lain, maka hal itu
merupakan tanda atas terkabulnya amal pertama. Demikian pula sebaliknya, jika seseorang
melakukan sesuatu kebaikan lalu diikuti dengan yang buruk, maka hal itu merupakan tanda

42
tertolaknya amal yang pertama.

Puasa Ramadhan -sebagaimana disebutkan di muka- dapat mendatangkan maghfirah atas


dosa-dosa masa lalu. Orang yang berpuasa Ramadhan akan mendapatkan pahalanya pada
hari Raya Iedul Fithri yang merupakan hari pembagian hadiah, maka membiasakan puasa
setelah Iedul Fithri merupakan bentuk rasa syukur atas nikmat ini. Dan sungguh tak ada
nikmat yang lebih agung dari pengampunan dosa-dosa.

oleh karena itu termasuk sebagian ungkapan rasa syukur seorang hamba atas pertolongan
dan ampuan yang telah dianugerahkan kepadanya adalah dengan berpuasa setelah
Ramadhan. Tetapi jika ia justru mengggantinya dengan perbuatan maksiat, maka ia
termasuk kelompok orang yang membalas kenikmatan dengan kekufuran. Apabila ia berniat
pada saat melakukan puasa untuk kembali melakukan maksiat lagi, maka puasanya tidak
akan terkabul, ia bagaikan orang yang membangun sebuah bangunan megah lantas
menghancurkannya kembali. Allah Ta'ala berfirman, "Dan janganlah kamu seperti seorang
perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai
berai lagi." (QS. an-Nahl: 92)

5. Dan di antara manfa'at puasa enam hari di bulan Syawal adalah amal-amal yang
dikerjakan seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya pada bulan Ramadhan
tidak terputus dengan berlalunya bulan mulia ini, selama ia masih hidup. Orang yang setelah
Ramadhan berpuasa bagaikan orang yang cepat-cepat kembali dari pelariannya, yakni
orang yang baru lari dari peperangan fi sabilillah lantas kembali lagi. Sebab tidak sedikit
manusia yang berbahagia dengan berlalunya Ramadhan, sebab mereka merasa berat,
jenuh dan lama berpuasa Ramadhan.

Barangsiapa yang mereka demikian maka sulit baginya untuk bersegera kembali
melaksanakan puasa, padahal orang yang bersegera kembali melaksanakan puasa setelah
Iedul Fithri merupakan bukti kecintaannya terhadap ibadah puasa, ia tidak merasa bosan
dan berat apalagi benci.

Seorang ulama Salaf ditanya tentang kaum yang bersungguh-sungguh dalam ibadahnya di
bulan Ramadhan tetapi jika Ramadhan berlalu mereka tidak bersungguh-sungguh lagi,
beliau berkomentar, "Seburuk-buruk kaum adalah yang tidak mengenal Allah Ta'ala secara
benar kecuali di bulan Ramadhan saja, padahal orang shalih adalah yang beribadah dengan
sungguh-sungguh di sepanjang tahun."

Oleh karena itu sebaiknya orang yang memiliki hutang puasa Ramadhan memulai
membayarnya di bulan Syawal, karena hal itu akan mempercepat proses pembebasan
dirinya dari tanggungan hutangnya. Kemudian dilanjutkan dengan enam hari puasa Syawal.
Dengan demikian telah melakukan puasa Ramadhan dan mengikutinya dengan enam hari di
bulan Syawal.

Ketahuilah amal perbuatan seorang mukmin itu tidak ada batasnya hingga maut
menjemputnya. Allah Ta.a'a berfirman, "Dan sembahlah Tuhan-mu sampai datang
kepadamu yang diyakini (ajal)." (QS. al-Hijr: 99)

Dan perlu diingat pula bahwa shalat-shalat dan puasa serta shadaqah yang dipergunakan
seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala pada bulan Ramadhan adalah
disyari'atkan sepanjang tahun, karena hal itu mengandung berbagai macam manfaat,
diantaranya; ia sebagai pelengkap dari kekuarangan yang terdapat pada fardhu, merupakan
salah satu faktor yang mendatangkan mahabbah (kecintaan) Allah kepada Hamba-Nya,
sebab terkabulnya doa, demikian pula sebagai sebab dihapuskannya dosa dan
dilipatgandakannya pahala kebaikan dan ditinggikannya kedudukan.

Hanya kepada Allah tempat memohon pertolongan, shalawat dan salam semoga
tercurahkan selalu keharibaan Nabi, segenap keluar dan sahabat beliau.

43
Selintas sejarah penanggalan Islam
Sejak dahulu, ada tiga barometer yang dijadikan pijakan dan pegangan oleh manusia
untuk menentukan waktu di muka bumi ini: Pertama, dengan melihat gerakan bumi dengan
bumi itu sendiri. Penghitungan ini melahirkan hitungan hari.
Kedua, dengan melihat gerakan bumi terhadap matahari, yang kemudian melahirkan
tahun matahari, tahun masehi (as-sanah asy-syamsiyyah).
Ketiga, dengan melihat gerakan bulan terhadap bumi, yang kemudian melahirkan
hitungan tahun bulan (as-sanah al-qamariyyah).
Tahun syamsiyyah adalah tahun di mana berdasarkan penglihatan gerakan bumi
yang mengelilingi matahari di mulai dari titik tertentu, sampai kembali lagi. Sementara tahun
Qamariyyah merupakan masa yang didasarkan kepada bulan yang mengelilingi di sekitar
bumi.
Dalam Islam, tahun yang dipergunakan adalah tahun yang berdasarkan bulan, tahun
qamariyyah. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam al-Qur'an:
(189 :‫س نوُاملنحصج )البقرة‬ ‫ت لللتناَ ل‬‫ك نعلن املنلهلتلة ققمل لهنيِ نمنوُالقيِ ق‬
‫نيِمسأ نقلوُنن ن‬
Artinya: "Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu
adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji" (QS. Al-Baqarah: 189).
Jumlah bulan-bulannya sama dengan tahun syamsiyyah, yaitu dua belas bulan,
sebagaimana firman Allah di bawah ini:
‫ت نوُاملنمر ن‬
‫ض لممننهاَ أنمرنبنعةة قحقرةم نذللنك الصديِقن املنقصيِقم نفنل نتمظللقموُا لفيِلهتن‬ ‫ا نيِموُنم نخلننق التسنمنوُا ل‬ ‫ا امثنناَ نعنشنر نشمهعرا لفيِ لكنتاَ ل‬
‫ب تل‬ ‫إلتن لعتدنة اليشقهوُلر لعمنند ت ل‬
‫ت‬ ‫م‬
[36 :‫ا نمنع القمتلقيِنن ]التوُبة‬ ‫أنمنفقنسقكمم نوُنقاَلتقلوُا املقممشلرلكيِنن كاَفة كنماَ قيِقاَلتلوُنكمم كاَفة نوُامعلقموُا أتن ن‬
‫ت‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫ت‬ ‫ن‬ ‫ق‬ ‫ن‬ ‫ق‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫ت‬ ‫ن‬
Artinya: "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam
ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram.
Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam
bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana
merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-
orang yang bertakwa" (QS. At-Taubah: 36).
Nama-nama kedua belas bulan dimaksud urutannya adalah sebagai berikut:
1. Al-Muharram (yang diharamkan). Disebut demikian karena bulan ini termasuk bulan
yang diharamkan untuk melakukan peperangan. Nama dahulunya adalah al-Mu'tamar.
2. Shafar (kosong, nol). Disebut demikian, karena rumah-rumah orang Arab pada bulan
ini kosong dari penghuninya karena mereka keluar untuk melakukan peperangan setelah
pada bulan sebelumnya tidak diperbolehkan berperang. Nama dahulunya Najir.
3. Rabi'ul Awwal (musim semi pertama). Disebut demikian, karena pada bulan tersebut
memasuki musim semi pertama. Nama dahulunya Khawwan.
4. Rabi'ul Akhir (musim semi kedua). Disebut demikian karena pada bulan tersebut
dahulunya memasuki musim semi kedua. Nama dahulunya Shuwan.
5. Jumadal Ula (membeku yang pertama). Disebut demikian, karena dinamakannya
pada musim dingin, di mana air mulai membeku. Nama dahulunya Hantam atau Hanin.
6. Jumadal Akhirah (membeku yang kedua). Disebut demikian, karena dinamakannya
pada musim dingin, di mana air mulai membeku pada tahap kedua. Nama dahulunya
Zabba'
7. Rajab (mulia, agung). Disebut demikian karena pada bulan ini, orang-orang Arab
dahulu memuliakan dan mengagungkan bulan ini dengan mengadakan perayaan-
perayaan agama dan tidak diperbolehkan melakukan peperangan. Dan bulan ini
termasuk di antara bulan haram. Nama dahulunya al-Asham.
8. Sya'ban (bergerombol, berkelompok). Disebut demikian, karena pada bulan ini orang-
orang Arab dahulu mulai bergerombol dan berkelompok untuk kembali melakukan
peperangan dan penyerangan setelah pada bulan Rajab mereka duduk di rumah, tidak
diperbolehkan berperang. Nama dahulunya 'Adil.
9. Ramadhan (sangat panas). Disebut demikian karena pada bulan ini, udara sangat
panas sehngga pasir di padang pasir menjadi sangat panas. Nama dahulunya Nafiq.
10. Syawwal (mengangkat, meninggikan). Disebut demikian, karena pada bulan ini unta-
unta mengangkat ekor-ekornya untuk dibuahi, hamil dan kemudian melahirkan. Nama
dahulunya Wagil.
11. Dzul Qa'dah (duduk, berhenti). Disebut demikian karena pada bulan ini mereka
berhenti dari peperangan, karena termasuk bulan haram. Nama dahulunya Huwa'.

44
12. Dzul Hijjah (berhaji). Disebut demikian karena pada bulan ini orang-orang melakukan
ibadah haji. Nama dahulunya Burak.
Pada masa Rasulullah saw, nama-nama bulan ini sudah ada, sebagaimana dapat
kita jumpai dalam banyak hadits Rasulullah saw menyebut nama-nama bulan dimaksud.
Akan tetapi, nama tahun seperti tahun 1429 H dan lain sebagainya belum ada pada masa
Rasulullah saw. Pada masa itu, nama tahun umumnya dikaitkan dengan kejadian besar
yang terjadi pada tahun tersebut, misalnya ada tahun gajah ('amul fiil), karena pada tahun
tersebut tentara Abrahah yang menunggangi gajah berangkat ke Mekkah untuk
menghancurkan Ka'bah. Bahkan pada masa Khalifah Abu Bakar Shidiq pun belum ada
penentuan tahun.
Baru pada masa Khalifah Umar bin Khatab, dimulai adanya penamaan tahun. Umar
bin Khatab adalah orang yang pertama kali meletakkan penanggalan Hijriyyah. Ibnu Hajar
dalam Fathul Bari menyebutkan di antara sebab mengapa Umar melakukan penanggalan
tersebut. Dikisahkan bahwa ketika Abu Musa al-Asy'ari diangkat menjadi gubernur di Irak,
dan Umar berkirim surat kepadanya, Abu Musa kembali berkirim surat bahwa surat dari
Khalifah Umar tidak tertulis tanggalnya. Kemudian Umar segera bermusyawarah dengan
para sahabat lainnya saat itu.
Sebagian mengatakan, berikan penanggalan itu dengan berpegang pada waktu di
mana Rasul diangkat menjadi Nabi. Sebagian yang lain, menyarankan agar perpijak kepada
hijrah Nabi. Sebagian yang lain menyarankan dari kelahiran Rasulullah saw, dan sebagian
yang lain dari wafat Rasulullah saw.
Hanya Umar lebih setuju kepada Hijrah Nabi mengingat bahwa sejak Hijrah itulah
jelas adanya perbedaan antara yang hak dan yang bathil. Setelah tahunnya sepakat, para
sahabat juga berselisih pendapat mengenai bulan pertamanya, sebagian menyarankan
Ramadhan, akan tetapi Umar berpendapat dari bulan Muharram, karena pada bulan
tersebut adalah masa di mana orang-orang pulang dari ibadah haji. Sebagian riwayat dhaif
mengatakan bahwa yang pertama kali meletakkan tahun hijriyah ini adalah Ya'la bin
Umayyah ketika menjabat gubernur Yaman pada masa Khalifah Umar bin Khatab.

Amalan di bulan Syawal


Sepengetahuan penulis, dari hadits-hadits Rasulullah saw atau buku-buku para
ulama, amalan yang selalu ditekankan pada bulan Sya'ban ini ada dua, yaitu puasa sunnat
enam hari di bulan Syawwal, dan ibadah haji.

A. Puasa enam hari di bulan Syawwal


Rasulullah saw bersabda:
((‫ كاَن كصيِاَم الدهر‬,‫ ثم أتبعه ستاَ من شوُال‬,‫ ))من صاَم رمضاَن‬:‫عن أبيِ أيِوُب النصاَرىَّ أن رسوُل ا صلىَ ا عليِه وُسلم قاَل‬
[‫]روُاه مسلم‬
Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan,
kemudian diikuti dengan berpuasa enam hari pada bulan Syawal, maka sama dengan telah
berpuasa selama satu tahun" (HR. Muslim).
Abu Hurairah berkata: "Pahalanya satu tahun, karena setiap hari pahalanya sama
dengan puasa sepuluh hari. Tiga puluh hari ramadhan sama dengan tiga ratus hari ditambah
enam hari bulan syawal sama dengan enam puluh hari, sehingga jumlah seluruhnya adalah
tiga ratus enam puluh hari yakni satu tahun. Hal ini, karena Allah berfirman: "Barangsiapa
membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya" (QS. Al-
An'am: 160)".
Jumhur ulama berpendapat, berdasarkan hadits di atas, bahwa puasa enam hari di
bulan Syawal hukumnya sunnat. Sedangkan Imam Malik memandangnya sebagai
perbuatan makruh, karena takut dinilai sebagai suatu kewajiban sebagaimana puasa di
bulan Ramadhan.
Jumhur ulama yang menghukumi sunnah, kemudian berbeda pendapat dalam hal
praktek melakukan puasa enam hari dimaksud.
Pendapat pertama, mengatakan, disunnahkan untuk dilakukan secara berurutan
sejak awal bulan (dari tanggal 2 sampai tanggal 7 Syawal). Pendapat ini merupakan
pendapat Imam Syafi'i dan Ibnul Mubarak. Hal ini di antaranya berdasarkan hadits di bawah
ini:

45
‫ فكأنماَ صاَم السنة(( ]روُاه‬,‫ ))من صاَم ستة أيِاَم بعد الفطر متتاَبعة‬:‫ قاَل رسوُل ا صلىَ ا عليِه وُسلم‬:‫عن أبيِ هريِرة قاَل‬
[ِ‫الطبراني‬
Artinya: Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa yang puasa enam hari
setelah Idul Fitri secara berurutan, maka seolah dia telah melakukan puasa satu tahun
penuh" (HR. Thabrani).
Pendapat kedua, bahwa baik berurutan ataupun tidak sama-sama sunnahnya.
Pendapat ini merupakan pendapatnya Imam Ahmad dan Imam Waki'.
Pendapat ketiga, mengatakan, tidak sebaiknya tidak berpuasa beberapa hari setelah
Idul Fitri, akan tetapi sebaiknya berpuasa tiga hari sebelum hari bulan purnama, dan tiga
hari setelah hari bulan purnama (hari bulan purnama adalah tanggal 13, 14 dan 15, berarti
menurut pendapat ini sebaiknya berpuasa tanggal 10, 11 dan 12 serta, 16, 17 dan 18).

Manfaat-manfaat puasa syawal


Di antara manfaat puasa Syawal ini sebagaimana dituturkan Ibnu Rajab adalah
sebagai berikut:
Pertama, puasa enam hari pada bulan Syawal pahalanya sama dengan puasa satu
tahun penuh sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas.
Kedua, puasa pada bulan Syawal dan Sya'ban seperti shalat sunnat rawatib.
Fungsinya untuk menyempurnakan kekurangan-kekurangan dalam shalat wajib. Karena,
kelak pada hari Kiamat, pahala wajib dapat disempurnakan dengan amalan sunnat.
Ketiga, dengan puasa enam hari pada bulan Syawal di antara ciri puasa
Ramadhannya diterima oleh Allah, karena apabila Allah menerima amal ibadah seseorang,
Allah akan memudahkan orang tersebut untuk melakukan amal shaleh lainnya. Para ulama
berkata: "Pahala kebaikan adalah dengan kebaikan setelahnya. Siapa yang melakukan
kebaikan, lalu setelahnya diikuti dengan kebaikan lainnya, maka itu bukti diterimanya
kebaikan pertama".
Keempat, puasa enam hari di bulan Syawal di antara cara bersyukur kepada Allah.
Orang yang berpuasa Ramadhan berhak mendapatkan ampunan (maghfirah) dari Allah atas
segala dosa-dosanya yang telah lalu, dan tidak ada nikmat yang paling berharga selain
pengampunan Allah. Karena itu, mereka yang telah berpuasa Ramadhan patut bersyukur
atas nikmat ini, di antaranya dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal. "Hendaklah
kamu mencukupkan bilangannya, hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya
yang diberikan kepadamu, dan supaya kamu bersyukur" (QS. Al-Baqarah: 185).
Kelima, puasa enam hari pada bulan Syawal, bukti bahwa kebaikan dan amal shaleh
tidak berakhir seiring berlalunya Ramadhan, akan tetapi terus berlanjut selama hidup.
Seorang ulama shaleh, Bisyir, pernah ditanya tentang orang-orang yang hanya beribadah
pada bulan Ramadhan, ia menjawab: "Sejahat-jahat kaum adalah mereka yang hanya
mengenal dan menyembah Allah pada bulan Ramadhan saja".
Imam as-Syibly pernah ditanya: "Mana yang paling utama; apakah bulan Sya'ban
atau bulan Ramadhan?" Ia menjawab: "Jadilah hamba yang menyembah Allah
(rabbaniyyan) bukan yang menyembah bulan Ramadhan (ramadhaniyyan)".

Bagaimana kalau dia mempunyai puasa yang harus diqadha dari bulan Ramadhan,
apakah boleh berpuasa enam hari pada bulan Syawal tersebut sebelum mengqadha?
Sebagian besar para ulama membolehkan untuk mendahulukan puasa enam hari
bulan Syawal ini, karena berdasarkan keumuman hadits berikut ini:
‫ فذلك تماَم صيِاَم‬,‫ فشهر بعشرة أشهر وُصيِاَم ستة أيِاَم بعد الفطر‬,‫ ))من صاَم رمضاَن‬:‫عن ثوُباَن عن النبيِ صلىَ ا عليِه وُسلم قاَل‬
[‫السنة(( ]روُاه أحمد وُالنساَئىَ وُابن ماَجه‬
Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan,
maka puasa satu bulan sama dengan puasa sepuluh bulan, ditambah dengan puasa enam
hari pada bulan Syawal, maka genaplah sama dengan puasa satu tahun" (HR. Ahmad,
Nasa'i dan Ibn Majah).
Sebagian ulama mensyaratkan harus mengqadha terlebih dahulu, berdasarkan
hadits dari Abu Ayyub di atas bahwa dalam hadits tersebut menggunakan kata-kata:
"kemudian diikuti dengan puasa enam hari pada bulan Syawal". Kata-kata ini oleh kelompok
tersebut dipahami keharusan mengganti yang wajib dulu, puasa qadha dulu.
Hanya saja, penulis tetap berkesimpulan untuk mengambil keumuman hadits dari
Tsauban di atas yang tidak mensyaratkan keharusan mengqadha lebih dahulu, terlebih

46
sebagaimana dalam sebuah hadits di bawah ini, bahwa Siti Aisyah mengqadha puasa
Ramadhan pada bulan Sya'ban. Ini artinya, bahwa Siti Aisyah pun terlebih dahulu
melaksanakan puasa enam hari pada bulan Syawal ini, baru mengqadha puasa
Ramadhannya pada bulan Sya'ban.
Hadits di maksud adalah:
[‫ ))كاَن يِكوُن عليِ الصوُم من رمضاَن فماَ أستطيِع أن أقضيِه إل فىَ شعباَن(( ]روُاه البخاَرىَّ وُمسلم‬:‫عن عاَئشة قاَلت‬
Artinya: Siti Aisyah berkata: "Saya mempunyai hutang puasa bulan Ramadhan, dan saya
tidak dapat mengqadhanya melainkan hanya pada bulan Sya'ban" (HR. Bukhari Muslim).
Hanya saja, menyegerakan untuk mengqadha tentu lebih baik sebagaimana
disinggung oleh keumuman ayat berikut ini
‫قأوُنللئنك قيِنساَلرقعوُنن لفيِ املنخميِنرا ل‬
(61 :‫ت نوُقهمم نلنهاَ نساَلبققوُنن )المؤمنوُن‬
Artinya: "Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-
orang yang segera memperolehnya" (QS. Al-Mukminun: 61).

B. Keutamaan-keutamaan melakukan Ibadah Haji


Ada banyak keutamaan dan keistimewaan mereka yang melakukan ibadah haji, di
antaranya adalah:
1. Ibadah haji merupakan di antara perbuatan utama untuk mendekatkan diri
kepada Allah. Rasulullah saw bersabda:
َ‫ ثم ماَذا؟‬:‫ قيِل‬,((‫ ))إيِماَن باَل وُرسوُله‬:‫ أي العمل أفضل؟َ قاَل‬:‫عن أبيِ هريِرة أن رسوُل ا صلىَ ا عليِه وُسلم قاَل حيِن سئل‬
[‫ ))حج مبروُر(( ]روُاه البخاَري وُمسلم‬:‫ ثم ماَذا؟َ قاَل‬:‫ قيِل‬,((‫ ))جهاَد فيِ سبيِل ا‬:‫قاَل‬
Artinya: "Dari Abu Hurairah, bahwasannya ketika Rasulullah saw ditanya perbuatan apa
yang paling utama, Rasul menjawab: "Iman kepada Allah dan rasulNya", ditanya lagi:
kemudian apa lagi? Rasulullah saw menjawab: "Berjihad di jalan Allah", kemudian
ditanya: Apa lagi? Rasulullah saw menjawab: "Haji Mabrur" (HR.Bukhari Muslim).
2. Haji adalah jihad yang tidak ada peperangan. Rasulullah saw bersabda:
‫ ))أل أدلك علىَ جهاَد ل شوُك فيِه؟َ الحج(( ]روُاه الطبرانيِ وُصححه اللباَنيِ فيِ صحيِح‬:‫قاَل رسوُل ا صلىَ ا عليِه وُسلم‬
[‫الجاَمع‬
Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Maukah aku tunjukkan satu jihad yang tidak ada
peperangan di dalamnya? Dia adalah ibadah haji" (HR. Thabrani, dan hadits ini dinilai
shahih oleh Imam Albany dalam Shahih al-Jami').
3. Pahala Haji Mabrur adalah surga. Rasulullah saw bersabda:
[‫ ))الحج المبروُر ليِس له جزاء إل الجنة(( ]روُاه مسلم‬:‫عن أبيِ هريِرة أن رسوُل ا صلىَ ا عليِه وُسلم قاَل‬
Artinya: "Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda: "Tidak ada balasan bagi Haji
Mabrur itu selain surga" (HR. Muslim).
4. Diampuni-dosa-dosanya. Rasulullah saw bersabda:
[‫ رجع من ذنوُبه كيِوُم وُلدته أمه(( ]روُاه البخاَري وُمسلم‬,‫ ))من حج فلم يِرفث وُلم يِفسق‬:‫قاَل رسوُل ا صلىَ ا عليِه وُسلم‬
Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Barang siapa yang melakukan ibadah haji, dan dia
tidak berkata tidak baik juga tidak berbuat dosa, maka dosa-dosanya akan diampuni
sebagaimana anak yang baru dilahirkan oleh ibunya" (HR. Muslim).
5. Dapat mencegah fakir dan miskin. Rasulullah saw bersabda:
‫ كماَ يِنفىَ الكيِر خبث الحديِد‬,‫ فإنهماَ يِنفيِاَن الفقر وُالذنوُب‬,‫ ))تاَبعوُا بيِن الحج وُالعمرة‬:‫قاَل رسوُل ا صلىَ ا عليِه وُسلم‬
[َ‫وُالذهب وُالفضة(( ]روُاه الترمذىَّ وُالنساَئى‬
Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Lakukanlah Haji dan Umrah, karena keduanya dapat
menolak kefakiran dan menghapus dosa, sebagaimana api yang sangat panas dapat
membakar kotoran besi, emas dan perak" (HR. Turmudzi dan Nasai).
6. Orang yang melakukan haji doanya akan dikabulkan oleh Allah. Rasulullah saw
bersabda:
‫ وُإن استغفروُه غفر لهم(( ]روُاه ابن حباَن‬,‫ إن دعوُه أجاَبهم‬,‫ ))الحجاَج وُالعماَر وُفد ا‬:‫قاَل رسوُل ا صلىَ ا عليِه وُسلم‬
[‫وُالبزار‬
Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Para jamaah haji dan umrah merupakan tamu-tamu
Allah, apabila mereka berdoa, Allah akan mengabulkannya, dan apabila mereka
memohon ampun, Allah akan mengampuninya" (HR. Ibnu Hibban dan al-Bazzar).

BOLEHKAH PUASA SUNAT SYAWAL PADA HARI JUM'AT?

47
Pertanyaan:
Assalamu'alaikum. Pak Aep, bolehkah puasa syawal dilakukan pada hari Jum'at, karena
sepengetahuan saya, pada hari Jum'at itu kita makruh untuk berpuasa? Terima kasih.
Pak Abdullah, Roma, Italia.

Jawaban :
Wa'alaikum salam. Terima kasih atas pertanyaan luar biasa ini. Puasa sunnat pada
hari Jum'at perlu dibedakan dalam dua kategori.
Pertama, apabila hari Jum'at tersebut bertepatan dengan hari di mana dianjurkan
berpuasa di dalamnya, misalnya hari Asyura (10 Muharram), hari Arafah (09 Dzulhijjah),
maka puasa pada hari Jum'at sunnat hukumnya. Dan ini tidak ada perbedaan pendapat di
kalangan para ulama. Karena kita berpuasa bukan karena hari Jum'atnya, tapi karena
sebabnya, yaitu Asyura' nya, atau Arafah nya.
Kedua, apabila tidak berkaitan dengan sebab, seperti yang penanya tanyakan,
berkaitan dengan puasa Syawal misalnya, maka para ulama dalam hal ini berbeda
pendapat. Ibnu Rusyd dalam bukunya Bidayatul Mujtahid, mencatat ada tiga pendapat:
Pendapat pertama mengatakan, bahwa puasa sunnat yang dilakukan pada hari
Jum'at tidak diperbolehkan (makruh), baik ia berpuasa sehari sebelumnya atau sesudahnya
ataupun tidak berpuasa sebelum dan sesudahnya. Pendapat ini berdasarkan keumuman
hadits shahih di bawah ini:
((‫ نعم ))روُاه البخاَري وُمسلم‬:‫ سألت جاَبرا أ نهىَ رسوُل ا صليِ ا عليِه وُسلم عن صوُم يِوُم الجمعة قاَل‬:‫عن محمد بن عباَد قاَل‬
Artinya: "Muhammad bin Ubbad berkata: "Saya bertanya kepada Jabir: Apakah Rasulullah
saw melarang berpuasa pada hari Jum'at?" Jabir menjawab: "Iya" (HR. Bukhari Muslim).
Pendapat kedua, puasa pada hari Jum'at boleh-boleh saja (tidak makruh), baik di
awali berpuasa satu hari sebelum atau sesudahnya ataupun tidak diawali. Hal ini
berdasarkan keumaman hadits di bawah ini:

‫ كاَن رسوُل ا صليِ ا عليِه وُسلم يِصوُم من غرة كل شهر ثلثة أيِاَم وُقل ماَ كاَن يِفطر يِوُم الجمعة ]روُاه‬:‫وُعن ابن مسعوُد قاَل‬
[‫الماَم أحمد وُالترمذي وُالنساَئيِ وُغيِرهم قاَل الترمذي حديِث حسن‬
Artinya: Ibnu Mas'ud berkata: "Rasulullah saw biasa melakukan puasa pada permulaan
setiap bulan selama tiga hari, dan beliau sangat jarang sekali berbuka puasa pada hari
Jum'at" (HR.Imam ahmad, Turmudzi, Nasai dan yang lainnya, Imam Turmudzi berkata:
"Hadits tersebut adalah Hadits Hasan").
Pendapat kedua ini merupakan pendapatnya Imam Abu Hanifah, Imam Malik, dan
Imam Muhammad bin Hasan. Bahkan Imam Malik dalam kitab al-Muwattha mengatakan:
‫صوُقمقه نوُأ قنراهق‬
‫ض أنمهلل امللعمللم نيِ ق‬ ‫صنيِاَقمقه نحنسةن نوُنقمد نرأنميِ ق‬
‫ت نبمع ن‬ ‫نلمم أنمسنممع أننحعدا لممن أنمهلل امللعمللم نوُامللفمقله نوُنممن قيِمقنتندىَّ لبله نيِمننهىَ نعمن ل‬
‫صنيِاَلم نيِموُلم املقجقمنعلة نوُ ل‬
‫نكاَنن نيِنتنحتراهق‬
Artinya: "Saya tidak pernah mendengar seorang pun ulama fiqih dan ulama-ulama
terpercaya lainnya yang melarang berpuasa pada hari Jum'at. Bahkan sebaliknya, berpuasa
pada hari Jum'at adalah sesuatu yang baik, dan saya menyaksikan sendiri sebagian ulama
melakukan puasa pada hari Jum'at ini bahkan mereka jarang meninggalkannya".
Pendapat ketiga, puasa sunnat pada hari Jum'at boleh-boleh saja apabila diawali
dengan berpuasa hari sebelumnya (Kamis) atau berpuasa hari sesudahnya (Sabtu). Apabila
tidak diawali dengan puasa sebelum atau sesudahnya, maka makruh (dibenci). Hal ini
berdasarkan hadits di bawah ini:

‫ ))ل تخصوُا ليِلة الجمعة بقيِاَم من بيِن ساَئر الليِاَلىَ وُل تخصوُا يِوُم الجمعة‬:‫وُعن أبيِ هريِرة عن النبيِ صليِ ا عليِه وُسلم قاَل‬
[‫بصيِاَم من بيِن ساَئر اليِاَم ال أن يِكوُن فيِ صوُم يِصوُمه أحدكم(( ]روُاه مسلم‬
Artinya: "Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda: "Jangan kalian mengkhususkan hari
Jum'at untuk melakukan ibadah tertentu yang tidak dilakukan pada hari-hari lainnya, juga
janganlah kalian mengkhususkan hari Jum'at untuk berpuasa yang tidak kalian lakukan
pada hari-hari lainnya, kecuali jika kebetulah jatuh pada hari di mana ia biasa berpuasa
pada hari tersebut" (HR. Muslim).
Juga berdasarkan hadits di bawah ini:
:‫ دخل عليِهاَ يِوُم الجمعة وُهيِ صاَئمة فقاَل‬:‫وُعن جوُيِريِة بنت الحاَرث أم المؤمنيِن رضيِ ا عنهاَ أن النبيِ صليِ ا عليِه وُسلم‬
[‫ )) فاَفطري(( ]روُاه البخاَري‬:‫ قاَل‬, ‫ ل‬:‫ ))أتريِديِن ان تصوُميِ غدا ؟َ(( قاَلت‬:‫ ل قاَل‬:‫)) أصمت أمس؟َ(( قاَلت‬
Artinya: "Juwairiyyah bint al-Harits, Ummul Mu'minin berkata, bahwasannya Rasulullah saw
pernah masuk ke rumahnya pada hari Jum'at, sementara Juwairiyyah sedang berpuasa.

48
Rasulullah saw lalu bersabda: "Apakah kemarin kamu puasa?" Ia menjawab: "Tidak". Rasul
bersabda kembali: "Apakah besok kamu berniat akan berpuasa?" Ia menjawab: "Tidak".
Rasul lalu bersabda: "Kalau demikian berbukalah" (HR. Bukhari).
Pendapat ketiga ini merupakan pendapat Imam Syafi'i dan Jumhur Syafi'iyyah,
bahkan menurut catatan Imam Nawawi dalam al-Majmu', pendapat ini juga merupakan
pendapatnya Abu Hurairah, az-Zuhry, Abu Yusuf, Imam Ahmad, Ishak dan Ibn al-Mundzir.
Imam Nawawi dalam al-Majmu' membantah pendapat Imam Malik dengan
mengatakan, bahwa apa yang disebutkan oleh Imam Malik adalah berdasarkan
pemikirannya (ra'yu), bukan berdasarkan dalil. Sementara dalil mengatakan, makruh
berpuasa hanya pada hari Jum'at kecuali apabila diiringi dengan puasa sebelum atau
sesudahnya. Ra'yu siapapun selama bertentangan dengan dalil yang jelas tidak menjadi
rujukan.
Oleh karena itu, Imam Nawawi mengatakan, boleh jadi pendapat Imam Malik di atas
karena beliau tidak mendengar adanya hadits di atas. Dan seandainya beliau mendengar
hadits yang melarangnya, tentu beliau akan berpendapat lain.
Apa yang dituturkan Imam Nawawi di atas, tidak berlebihan. Karena prediksi tersebut
juga pernah dilontarkan oleh ulama madzhab Maliki sendiri. Imam Muhammad al-Amir al-
Maliki (w 1232 H) dalam bukunya at-Taj wal Iklil yang merupakan syarah dari kitab
Mukhtashar Khalil, menukil pendapat Imam ad-Dawudy al-Maliki yang mengatakan, bahwa
pendapat Imam Malik di atas boleh jadi karena hadits larangan berpuasa pada hari Jum'at
ini tidak sampai kepadanya.
Penulis secara pribadi kurang setuju dengan ungkapan Imam Nawawi atau Imam ad-
Dawudy ini, apakah betul sekaliber Imam Malik tidak mengetahui hadits larangan berpuasa
pada hari Jum'at, padahal Imam Malik, sebagaimana diketahui, merupakan seorang
muhaddits handal? Dan bukankah pendapat Imam Malik sendiri sebenarnya sesuai dengan
dalil yaitu hadits Ibnu Mas'ud di atas yang mengatakan Rasul jarang meninggalkan puasa
pada hari Jum'at.
Penulis lebih cenderung untuk mengatakan bahwa, pendapat Imam Malik ini bukan
karena tidak mendengar hadits larangan puasa pada hari Jum'at, beliau mendengarnya,
akan tetapi beliau berpendapat demikian karena berdasarkan ijtihad kepada hadits-hadits
yang ada, sebagaimana Imam Malik berpendapat bahwa puasa Syawal makruh baginya,
karena takut dianggap sebagai sesuatu yang wajib.
Barangkali penuturan Imam al-Bagi al-Maliki di bawah ini, sebagaimana dikutip
dalam buku at-Taj wal-Iklil, di antara alasan mengapa Imam Malik berpendapat demikian.
Menurut penuturan al-Bagi, karena dalam hal ini tidak ada bedanya antara Hari Jum'at
dengan hari-hari lainnya. Apabila hari-hari lainnya diperbolehkan berpuasa menyendiri,
maka pada hari Jum'at pun demikian.
Perlu penulis tambahkan juga, berkaitan dengan puasa hanya pada hari Jum'at,
Imam Syafi'i mempunyai dua qaul. Qaul pertama mengatakan bahwa puasa hanya pada
hari Jum'at makruh hukumnya apabila akan mengakibatkan lemah atau bahkan tidak
melakukan ketaatan sama sekali pada hari Jum'at. Padahal hari Jum'at merupakan rajanya
hari (sayyidul ayyam) dan hari yang sangat mulia. Apabila tidak akan mengakibatkan lemah
dan menghalangi ibadah lainnya, maka puasa hanya pada hari Jum'at diperbolehkan.
Qaul Imam Syafi'i ini dinukil oleh al-Qadhi Abu ath-Thayyib dalam buku al-Mujarrad,
dan dinukil juga oleh Imam Muzani dalam al-Jami' al-Kabir. Hanya saja Ibnul Mundzir
mengatakan bahwa apa yang dinukil oleh al-Qadhi tersebut tidak dinukil dan tidak
disebutkan oleh ulama-ulama syafi'iyyah lainnya, sehingga penisbahan qaul tadi kepada
Imam Syafi'i menjadi Dha'if (lemah). Dan pendapat terakhir inilah yang dipegang oleh Imam
Nawawi dalam al-Majmu'.
Hemat penulis, dalam dirasah madzhab Syafi'i, pendapat Imam Muzani baik yang
termaktub dalam al-Mukhtashar nya ataupun dalam buku-buku lain, harus lebih didahulukan
daripada pendapat lainnya. Oleh karena itu, hemat penulis, pendapat Imam Syafi'i sendiri
tentang puasa hanya pada hari Jum'at ini boleh-boleh saja selama tidak menghalangi atau
mengganggu ibadah lainnya pada hari tersebut.
Hanya saja, mengingat para ulama syafi'iyyah pasca Imam Nawawi ini mengalami
stagnasi, dan mereka lebih banyak mengacu kepada apa yang ditulis Imam Nawawi, maka
jumhur syafi'iyyah muta'ahiriin umumnya mengikuti apa yang menjadi pendapat Imam
Nawawi di atas.

49
Dari beragam pendapat di atas, penulis lebih cenderung untuk menyimpulkan,
bahwa: puasa sunnat apa saja, termasuk puasa enam hari di bulan syawal, yang dilakukan
hanya pada hari Jum'at, boleh-boleh saja. Hanya lebih utama lagi apabila diiringi dengan
puasa sebelum atau sesudahnya (Kamis atau Sabtu nya). Hal ini dikuatkan dengan hadits
shahih qauly di bawah ini:
‫ ))ل يِصوُمن أحدكم يِوُم الجمعة ال أن يِصوُم قبله أوُ يِصوُم‬: ‫عن أبيِ هريِرة رضىَ ا عنه أن النبيِ صليِ ا عليِه وُسلم قاَل‬
[‫بعده(( ]روُاه البخاَري وُمسلم‬
Artinya: "Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda: "Janganlah salah seorang dari kalian
berpuasa pada hari Jum'at, kecuali ia berpuasa hari sebelum atau sesudahnya" (HR.
Bukhari Muslim).

50
DAFTAR ISI

1. Keutamaan Bulan Muharrah …………………………………… 1

2. Amalan Bulan Muharram ……………………………………….. 6

3. Keutamaan Sepuluh Hari Blan Dzulhijjah …………………….. 8

4. Bulan Safar ………………………………………………………….

15

5. Amalan Bulan Safar ………………………………………………

18

6. Beberapa Keutamaan Bulan Ramadhan …………………… 19

7. Keutamaan Puasa Dan Keutamaan Bulan Ramadhan …..

24

8. Keutamaan Bulan Rajab ………………………………………… 27

9. Tentang Puasa Rajab ……………………………………………. 30

10. Keistimewaan Bulan Muharram ………………………………

31

11. Fadilah Keutamaan Puasa Asyura …………………………..

34

12. Keutamaan Bulan Rabi’ul Awal ……………………………… 35

13. Bolehkah Puasa Sunat Syawal Pada hari Jum’at …………

46

51
Sdd

Beberap
keutamaan

Bulan-bulan
islam

Samsu,S.PdI

52

Anda mungkin juga menyukai