artinya hari kelima. Jum'at berasal dari Al Jumu'ah (hari raya pekanan kaum
muslimin untuk berkumpul melaksanakan shalat Jumat berjamaah). Sabtu
berasal dari sab'ah, artinya hari ke tujuh.
Kultur bangsa Indonesia yang dikenal paternalistik (taat kepada
pemimpin), religius (beragama), tepo sliro (toleran), rukun agawe santoso
(gotong royong), supel (pandai bergaul), pula diserap dari peradaban Islam.
Demikian pula nama bulan Hijriyah yang sudah terjadi akulturasi pada
peradaban Jawa. Secara historis, sesungguhnya penetapan kalender
Hijriyah dilakukan pada jaman Khalifah Umar bin Khatab, yang
menetapkan peristiwa hijrahnya Rasulullah saw dari Mekah ke Madinah.
Kalender Hijriyah juga terdiri dari 12 bulan, dengan jumlah hari berkisar 29
30 hari. Penetapan 12 bulan ini sesuai dengan rman Allah Subhanahu
Wata'ala :
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas
bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di
antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka
janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan
perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun
memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta
orang-orang yang bertakwa. (QS : At Taubah (9):36).
Sebelumnya, orang arab pra-kerasulan Rasulullah Muhammad
SAW telah menggunakan bulan-bulan dalam kalender hijriyah ini. Hanya
saja mereka tidak menetapkan ini tahun berapa, tetapi tahun apa. Misalnya
saja kita mengetahui bahwa kelahiran Rasulullah SAW adalah di tahun
gajah.
Abu Musa Al-Asyri sebagai salah satu gubernur di zaman Khalifah
3
Umar r.a. menulis surat kepada Amirul Mukminin yang isinya menanyakan
surat-surat dari khalifah yang tidak ada tahunnya, hanya tanggal dan bulan
saja, sehingga membingungkan. Khalifah Umar lalu mengumpulkan
beberapa sahabat senior waktu itu. Mereka adalah Utsman bin Aan r.a.,
Ali bin Abi alib r.a., Abdurrahman bin Auf r.a., Sa'ad bin Abi Waqqas r.a.,
Zubair bin Awwam r.a., dan alhan bin Ubaidillah r.a. Mereka
bermusyawarah mengenai kalender Islam. Ada yang mengusulkan
berdasarkan milad Rasulullah saw. Ada juga yang mengusulkan
berdasarkan pengangkatan Muhammad saw menjadi Rasul. Dan yang
diterima adalah usul dari Ali bin Abi alib r.a. yaitu berdasarkan
momentum hijrah Rasulullah SAW dari Makkah ke Yatstrib (Madinah).
Maka semuanya setuju dengan usulan Ali r.a. dan ditetapkan
bahwa tahun pertama dalam kalender Islam adalah pada masa hijrahnya
Rasulullah saw. Sedangkan nama-nama bulan dalam kalender hijriyah ini
diambil dari nama-nama bulan yang telah ada dan berlaku di masa itu di
bangsa Arab.
Orang Arab memberi nama bulan-bulan mereka dengan melihat
keadaan alam dan masyarakat pada masa-masa tertentu sepanjang tahun.
Misalnya bulan Ramadhan, dinamai demikian karena pada bulan
Ramadhan waktu itu udara sangat panas seperti membakar kulit rasanya.
Berikut adalah arti nama-nama bulan dalam Islam:
MUHARRAM, artinya: yang diharamkan atau yang menjadi
pantangan. Penamaan Muharram, sebab pada bulan itu dilarang
menumpahkan darah atau berperang. Larangan tesebut berlaku sampai
masa awal Islam.
SAFAR, artinya: kosong. Penamaan Safar, karena pada bulan itu
4
kebajikan malam itu, berarti telah diharamkan segala rupa kebajikan (HR.
Ahmad, An Nasai, Al Baihaqi, dari Abu Hurairah).
Rasulullah pula menyampaikan pidato khusus pada momentum
akhir bulan Sya'ban. Biasanya sebuah pidato itu disampaikan karena ada
peristiwa monumental. Para sahabat dikondisikan bagaikan atletik yang
tinggal selangkah lagi sampai di nish. Maka, seluruh potensi maliyah,
ma'nawiyah, ilmiah, jasadiyah, dioptimalkan untuk menyongsong
datangnya tamu agung itu.
Berikut disampaikan khutbah Rasulullah SAW untuk menyambut
datangnya bulan suci tersebut.
Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dari Salman ra. katanya:
Rasulullah Saw pada hari terakhir dari bulan Sya'ban berkhutbah di
hadapan kami, maka beliau bersabda :
Wahai manusia, sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang
agung lagi penuh berkah, yaitu bulan yang di dalamnya ada suatu malam
yang lebih baik dari seribu bulan, bulan yang Allah SWT telah menjadikan
puasa-Nya suatu fardhu dan qiyam (shalat tarawih) pada malam harinya
tathawwu'. Barangsiapa mendekatkan dirinya kepada Allah SWT dengan
suatu pekerjaan kebajikan di dalamnya, samalah dia dengan orang yang
menunaikan suatu fardhu di bulan yang lain. Dan barangsiapa menunaikan
suatu fardhu di dalam bulan Ramadhan, samalah dia dengan orang yang
mengerjakan tujuh puluh fardhu di bulan yang lain. Ramadhan itu itu
adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu pahalanya adalah surga.
Ramadhan itu adalah bulan memberikan uluran tangan dan bulan Allah
menambah rezeki pada orang mukmin di dalamnya. Barangsiapa memberi
makanan berbuka di dalamnya kepada seseorang yang berpuasa adalah
8
12
memuji Yusuf.
Raja berkata : Bawalah Yusuf kepadaku. Aku akan jadikan dia
penasihat khusus untuk diriku. Maka tatkala raja itu berbicara kepada Yusuf,
Raja berkata : Mulai hari ini engkau menjadi orang yang memiliki kedudukan
lagi terpercaya di sisi kami. Yusuf berkata : Jadikanlah aku pengelola harta
kekayaan negara. Sesungguhnya aku orang yang sangat pandai untuk
mengelola, lagi sangat luas pengetahuanku (QS. Yusuf (12) : 54-55).
Merujuk ayat diatas kita memahami empat kriteria yang
sepatutnya melekat dalam struktur kepribadian seorang pemimpin. yaitu:
1. Makinun (memiliki kedudukan, bukan sembarang orang), 2. Amin (bisa
dipercaya), 3. Hadz (memiliki ilmu manajemen yang baik), 4. Alim
(memiliki kompetensi/keahlian di bidangnya)
Dengan keempat karakter tersebut, Yusuf menjadi pemimpin yang
ideal. Menggabungkan mutu komitmen dan kompetensi. Pemimpin yang
idealis dan membumi (leader), bukan dealer (agen/distributor ekonomi),
dari para cukong.
Demikian pula karakter pemimpin para malaikat (Jibril) yang Allah
amanahi menyampaikan wahyu kepada para rasul-Nya, karakter Jibril yang
dipuji oleh Allah dalam Al Quran.
Sesungguhnya Al Quran itu benar-benar rman Allah yang dibawa
oleh utusan yang mulia (Jibril). Yang memiliki kekuatan, yang mempunyai
kedudukan tinggi disisi Allah, mempunyai 'arsy yang ditaati disana di alam
malaikat lagi amanah (dapat dipercaya). (QS. At Takwir (81) 19-21).
Jibril memiliki karakter yang sempurna, sehingga Allah
menunjuknya untuk mengemban tugas paling berat, mengantarkan
wahyu kepada utusan Allah yang ada di muka bumi ini. Dan seperti itulah
14
hamba-Nya, sejenis dengan amal dan prilaku hamba-Nya. Bahkan seolaholah amal mereka berwujud seperti pemimpin mereka. Mereka istiqomah
dalam kebaikan, pemimpin mereka akan istiqomah. Sebaliknya, ketika
mereka menyimpang, maka pemimpin mereka pun menyimpang. Ketika
mereka berbuat zalim, pemimpin mereka juga akan berbuat zalim (miftah
darus sa'adah hal. 253).
Ada seorang ulama mantan pemimpin para begal, Fudhail bin
'Iyadh, beliau memberikan contoh kepada kita tentang pentingnya
mendoakan kebaikan bagi pemimpin.
Seandainya saya memiliki satu doa yang mustajabah, maka saya
tidak akan menggunakannya kecuali untuk kebaikan pemimpin.
18
diri dari
sebuah pendidikan. Yaitu standar input, proses dan out put. Jika salah satu
unsur dari ketiganya kurang ideal, maka mustahil melahirkan out put yang
diharapkan pula. Dan puasa Ramadhan memadukan ketiga dimensi
tersebut secara sinergis.
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa (QS. Al Baqarah (2) : 183).
Ayat diatas tampak tergambar ketiga unsur penting (khoshois wa
muqawwamat) pendidikan yang ideal. Yaitu, standar input : sumber daya
mukmin, standar proses : shiyam (puasa) dan qiyam (kesungguhan
menjalankan serangkaian kegiatan ibadah) pada bulan Ramadhan, dan
standar out put : sumber daya muttaqin.
20
Standar Input
(Miqyasu Al Maddah)
Hakikat Mukmin
Amantu billah (aku telah beriman kepada Allah SWT). Artinya,
sekarang saya telah mengenal siapa Allah SWT, pengenalan (ma'rifat) yang
disertai oleh keyakinan tanpa ada keraguan sedikitpun. Inilah hakikat
keimanan. Itulah makna aqidah Islam.
Wa aslamtu ilaihi (saya telah berserah diri kepada-Nya secara lahir
dan batin). Menyerahkan diri dengan kebulatan hati. Segala perintah dan
hukumya aku taati, suruhan-Nya aku kerjakan, larangan-Nya aku
tinggalkan, dengan segenap keridhaan. Inilah hakikat keislaman. Jadi, Islam
dan Iman jika dipisahkan cenderung menyatu. Keduanya merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan.
Lihatlah doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW ketika menuju ke
tempat pembaringan. Yang mengambarkan tentang kepasrahan total.
Allahumma inni aslamtu Ya Allah kuserahkan segala urusanku
kepada-MU. Wajjahtu wajhi ilaika Dan kuhadapkan wajahku kepadaMU. Wa Fawwadhtu amri ilaika Dan kuserahkan segala urusanku kepadaMU. Wa alja-tu dhohri ilaika Dan kusandarkan punggungku hanya
kepada-MU. Raghbatan wa rahbatan ilaika dengan penuh harapan
ridha-MU. Laa malja-a tiada tempat kembali -. Wa laa manja minka illa
ilaika Tiada tempat berlindung dan tiada tempat melepaskan diri
21
perintah.
Ada sebagian orang yang berpandangan, asal hatiku sudah percaya
dan budi pekertiku dengan sesama sudah baik, beribadat dan beramal
tidak diperlukan! Memahami pernyataan tadi bertambah jelas bahwa iman
dan islam belum muncul di relung hati yang paling dalam. Sebab, islam
tidak semata-mata kepercayaan dan pengakuan di mulut.
Menjadi orang Kristen, Yahudi, Majusi pun adalah hati yang baik.
Tetapi agama itu memiliki caranya sendiri (syariat). Kalau mengaku berhati
baik, tetapi keberatan mengerjakan perintah agama, tandanya hati yang
dimilikinya tidak baik.
Ada pula yang mengatakan, beribadat kepada Allah SWT bukanlah
shalat dan puasa saja. Yang penting menolong sesama manusia, berjuang
menegakkan cita-cita Islam. Sudah cukup menjadi seorang muslim.
Alangkah ganjilnya pandangan itu! Ini menggambarkan bahwa ia hanya
mengenal Islam di kulitnya saja. Anda hendak berjuang, menegakkan citacita Islam, dalam masyarakat, dalam negara, ekonomi, politik, dan social
kebudayaan, tetapi melalaikan shalat. Hal itu menunjukkan rumah Islam
yang akan kita bangun berdiri di atas tiang /pondasi yang rapuh. Rumah
baru akan berdiri tegak dimulai dari sendinya.
Rasulullah SAW bersabda: Shalat itu adalah tiang agama.
Barangsiapa yang meninggalkan shalat maka ia merobohkan agama
Kalau kita melakukan perbuatan yang meruntuhkan agama,
muslimkah kita? Bahkan ada hadits lain dan diperbincangkan secara
panjang lebar di kalangan para ulama, yakni.
Barangsiapa yang meninggalkan shalat dengan sengaja
sesungguhnya dia telah kar.
24
Kaitan antara Iman dan Islam adalah hubungan diantara budi dan
perangai. Dalam peraturan budi, suatu budi yang tinggi hendaklah dilatih
secara terus-menerus (riyadhah, mujahadah) supaya menjadi karakter dan
kebiasaan. Seorang yang mengaku beriman kepada Allah dan hari akhir,
percaya kepada para Rasul Allah, niscaya mendorongnya melakukan
perbuatan yang diridhai oleh-Nya.
Ia selalu mempersiapkan bekal, karena ia yakin akan berjumpa
dengan-Nya. Maka, dalam kehidupan ini selalu menempuh jalan yang
lurus. Bagaikan seorang yang mengaku gagah berani, maka ia akan
membuktikannya ke medan perang. Seorang yang mengaku dermawan,
berusaha untuk mencari peluang untuk menafkahkan harta kekayaannya
kepada yang membutuhkan. Seorang yang mengaku dirinya jujur, selalu
memelihara perkataannya dari kontaminasi kebohongan.
Tidak termasuk agama yang luhur, jika membawa manusia yang
sempurna, menuju derajat yang tinggi, tetapi di dalamnya mengandung
perbuatan yang meruntuhkan akhlaknya. Dia diajak naik, tetapi kedua
kakinya dijatuhkan ke bawah. Tetapi realitas yang timpang itu terjadi di
hadapan kita sekarang. Fenomena yang baru ini bertalian dengan sejarah.
Setelah penjajah Barat masuk ke dalam Dunia Islam. Musuh
menemukan bahwa Islam sudah mendarah daging di hati pemeluknya.
Sekalipun kehidupan duniawi mereka sedang mundur, tetapi agama sudah
merasuk ke dalam hati. Ajaran Islam sudah menjadi kultur keseharian.
Orang merasa malu jika dalam sebuah perkampungan ada seorang
pemuda yang tidak menegakkan shalat.
Berdiri bulu roma jika mendengar di suatu tempat ada seorang
gadis yang bunting tidak bersuami. Sehingga musibah yang menimpa di
27
daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang telah datang kepada kami
dan daripada Tuhan yang telah menciptakan kami; Maka putuskanlah apa
yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat
memutuskan pada kehidupan di dunia Ini saja. (QS. aha (20) : 72).
Iman yang memberikan ketenangan jiwa Nabi Musa as. ketika
dihadapkan dengan kenyataan pahit.
Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah
pengikut-pengikut Musa : Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul.
Musa menjawab : Sekali-kali tidak akan tersusul, sesungguhnya Tuhanku
bersamaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku. Lalu Kami
wahyukan kepada Musa : Pukullah lautan itu dengan tongkatmu. Maka
terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah bagaikan gunung yang
besar (QS. 26 : 61-63).
Iman-lah yang menjadikan Nabiyullah Muhammad Saw tertidur
dengan pulas sekalipun nyawanya sedang terancam.
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka
sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kar
(musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah
seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia
berkata kepada temannya : Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya
Allah beserta kita (QS. 9 : 40).
Kedudukan, kekayaan, kepandaian yang tidak ditemani oleh iman
akan membuat pemburunya kecewa. Disangka berupa air yang bisa
membasahi kerongkongan yang kering karena kehausan. Setelah
didatanginya hanya berupa fatamorgana.
Dan orang-orang kar amal-amal mereka adalah laksana
33
fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang
dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu
apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah
memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah
adalah sangat cepat perhitungan-Nya [*].(QS. 24 : 39).
Orang-orang kar, karena amal-amal mereka tidak didasarkan atas
iman, tidaklah mendapatkan balasan dari Tuhan di akhirat walaupun di
dunia mereka mengira akan mendapatkan balasan atas amalan mereka itu.
Kilas Balik
Kata Nabi saw, komunitas mereka laksana taman yang menghiasi
kehidupan. Di huni oleh para ulama yang mengamalkan ilmunya. Para
umara yang mengelola kekuasaanya dengan keadilan. Para pebisnis yang
berniaga dengan kejujuran. Masyarakat bawah yang rajin beribadah. Dan
para kaum profesional yang bekerja dengan taat aturan. Iman yang
mengubah manusia fatalis, konsumtif, menjadi sosok yang produktif,
kreatif, inovatif dan dinamis.
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu
akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh
Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin[teguh kepercayaannya kepada
kebenaran nubuwwah], orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang
saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya (QS. An Nisa (4) : 69).
Dengan iman yang terpatri di dalam hati nurani, Bilal bin Rabah
mampu bertahan di bawah tekanan batu karang raksasa dengan terik
matahari padang pasir yang membakar tubuh hitam kelamnya. Ia sukses
membunuh majikannya dalam peristiwa perang Badar. Ia yang semula
34
hilang dari genggaman kaum muslimin dan direbut kembali kaum Salib,
Khilafah Utsmaniyah di Turki dihancurkan gerakan Zionisme Internasional.
Apakah penyebab kehancuran itu semua? Krisis iman (azmatul iman). Saat
dimana iman hanya sebagai slogan, dan tidak merasuk di dalam jiwa dan
pikiran, tidak memberi vitalitas dan dinamika dalam kehidupan, lalu
tenggelam dalam lumpur syahwat. Gila tahta, harta dan wanita. Terjangkiti
virus syubhat (salah paham terhadap kebenaran) dan ghoah (lalai dari misi
kehidupan).
Karena itulah penguasa dan para umara menjadi zhalim dan
dictator (thughyan), orang kaya menjadi pelit, orang miskin menjadi
pengkhianat, orang bodoh menjadi tidak tahu diri (sombong), dan tentara
mereka tidak memiliki nyali. Dan kalangan bawah kurang asah, asuh dan
asih serta kurang ajar.
Nabi saw melukiskan kondisi komunitas yang tegak tidak dilandasi
oleh iman akan diisi oleh ulama yang dengki, umara yang zhalim, para kaum
awam beribadah karena riya', pengusaha yang berkhianat dan kaum
professional yang tidak patuh hokum (tidak disiplin). Sehingga kehidupan
mereka seperti berdiam di hutan (al ghabah). Hukum yang diberlakukan
laksana huku rimba. Tumpul untuk kalangan elit dan tajam umtuk level
grass root. Sehingga melukai rasa keadilan. Hukum bisa ditarik kesana
kemari sesuai dengan selera zaman.
36
Standar Proses
(Miqyas Al Amaliyah, Al Kaiyah)
Diantara syarat yang paling besar adalah hadirnya hati dan harapan
terkabul. Demikian pula ketika seorang hamba jika berdosa tidak
mengharapkan ampunan selain Rabb-nya, dan menyadari bahwa tiada
yang bisa menghapus doasanya selain Allah SWT. Sekalipun besar dosa
yang dilakukan hamba, tapi ampunannya lebih agung.
Kedua, Mohon ampunan, sekalipun banyaknya dosa memenuhi
langit sehingga orang tidak selesai melihatnya kemudian minta ampun,
sesungguhnya Dia mengampuninya. Diriwayatkan, dari Luqman ia
berpesan kepada anaknya, Wahai anakku, biasakan mulutmu berkata Ya
Allah ampunilah aku, sesungguhnya bagi-Nya memiliki waktu-waktu,
dimana siapa saja yang meminta di dalamya tidak tertolak.
Ketiga, Tauhid faktor utama terkabulnya doa. Jika ia melakukan
syirik diharamkan maghrah. Yang datang kepada-Nya dalam keadaan
bertauhid, merupakan penyebab penting terkabulnya doa. Ibnu Abbas
mengatakan, Sebagaimana Allah SWT tidak menerima amal ketaatan
orang musyrik maka kita berharap ampunan Allah SWT atas dosa orang
yang bertauhid.
Ketiga, Kependekan huruf Dhadh. Yakni dhi'fun (berlipat ganda).
Diantara keistimewaan yang diberikan oleh Allah SWT pada bulan
Ramadhan adalah waktu-waktunya syarat pahala. Pahala amal shalih yang
dilakukan didalamnya dilipatgandakan.
Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dari Salman ra. katanya :
Rasulullah Saw pada hari terakhir dari bulan Sya'ban berkhutbah di
hadapan kami, maka beliau bersabda :
Wahai manusia, sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang
agung lagi penuh berkah, yaitu bulan yang di dalamnya ada suatu malam
40
yang lebih baik dari seribu bulan, bulan yang Allah SWT telah menjadikan
puasa-Nya suatu fardhu dan qiyam (shalat tarawih) pada malam harinya
tathawwu'. Barangsiapa mendekatkan dirinya kepada Allah SWT dengan
suatu pekerjaan kebajikan di dalamnya, samalah dia dengan orang yang
menunaikan suatu fardhu di bulan yang lain. Dan barangsiapa menunaikan
suatu fardhu di dalam bulan Ramadhan, samalah dia dengan orang yang
mengerjakan tujuh puluh fardhu di bulan yang lain. Ramadhan itu itu
adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu pahalanya adalah surga.
Ramadhan itu adalah bulan memberikan uluran tangan dan bulan Allah
menambah rezeki pada orang mukmin di dalamnya. Barangsiapa memberi
makanan berbuka di dalamnya kepada seseorang yang berpuasa adalah
yang demikian itu merupakan pengampunan bagi dosa-dosanya dan
kemerdekaan dirinya dari mereka. Orang memberikan makanan berbuka
puasa, baginya pahala seperti pahala orang yang mengerjakan puasa itu,
tanpa sedikitpun berkurang.
Para sahabat berkata : Ya Rasulullah, tidaklah kami semua memiliki
makanan berbuka puasa untuk orang-orang yang berpuasa! Maka
Rasulullah Saw bersabda : Allah SWT memberikan pahala ini kepada orang
yang memberikan sebutir kurma, atau seteguk air, atau sehirup susu. Dialah
bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan dan
akhirnya pembebasan dari neraka. Barangsiapa yang meringankan beban
dari hamba sahaya (pembantu rumah tangga), niscaya Allah SWT
mengampuni dosanya dan memerdekannya dari neraka. Karena itu
perbanyaklah empat perkara di bulan Ramadhan. Dua perkara untuk kamu
menyenangkan Tuhanmu dan dua perkara lagi untuk kamu
membutuhkannya. Dua perkara yang kamu lakukan untuk menyenangkan
41
Allah SWT, ialah mengakui dengan sesungguhnya, bahwa tidak ada Tuhan
(yang eksis) melainkan Allah dan mohon ampun kepada-Nya. Dua perkara
lagi yang kamu sangat membutuhkannya, ialah mohon sorga dan
berlindung dari neraka. Barangsiapa memberi minum kepada orang yang
berpuasa, niscaya Allah memberi minum kepadanya dari air telagaku
dengan minuman yang dia tidak merasakan haus lagi sesudahnya, sehingga
ia masuk surga (At-Targhib II : 217-218).
Keempat, Huruf Alif. Yakni 'amina minan niroon' (aman dari siksa
neraka). Pada bulan ini pintu surga di buka secara luas, sedangkan pintupintu neraka di tutup. Sesungguhnya tiga kegiatan, thalabul 'ilmi (mencari
ilmu), taqarrub kepada Allah SWT (ibadah), mengerahkan tenaga untuk
berjuang di jalan-Nya, adalah sarana efektif yang diberikan oleh Allah SWT
untuk mempersempit peluang berbuat dosa.
Jadi tiga potensi umat Islam yang pernah membangkitkannya dari
kelalaian, kelemahan, diberdayakan pada bulan ini. Yakni ijtihad
(pengerahan pikiran), mujahadah dan tawajjuh (pemberdayaan instrumen
hati), dan jihad (mengerahkan raga) di jalan-Nya. Jika ketiga potensi
tersebut kita gali kembali, maka berbagai kemenangan yang bersifat mikro
dan makro akan kita peroleh.
Kelima, Huruf NUN. Nur artinya cahaya. Puasa tidak sekedar
menahan lapar dan dahaga. Justru yang terpenting adalah memelihara
panca indra dan indra keenam dari kontaminasi dosa. Jika instrumen
manusia tersebut terpelihara kesuciannya, lulusan Ramadhan akan
menjadi manusia yang tercerahkan kehidupannya. Keadaan dirinya
bagaikan kain putih (thrah). Condong kepada perbuatan yang dikenali
hati (ma'ruf), kejujuran, kasih sayang, dan mengingkari perbuatan yang
42
44
Standar Output
(Miqyas An Natijah, Al Mutakhorrij)
45
kalau tidak karena itu tidaklah kita memiliki kekuatan untuk melawan
mereka, sebab secara kuantitas tidak sebesar mereka, dan perlengkapan kita
tidak sebaik perlengkapan mereka. Jika kita sama dengan mereka dalam
perbuatan maksiat, maka mereka lebih kuat daripada kita dan jika kita
tidak menang terhadap mereka dengan keutamaan (takwa), tidaklah kita
bisa mengalahkan mereka hanya dengan kekuatan kita.
Sesungguhnya bantuan Allah kepada hamba-hamba-Nya dengan
pertolongan dan malaikat adalah karena takwa.
Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bertakwa dan mereka datang
menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu
dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda (QS. Ali Imran (3) : 125).
Ibnu Rawahah ketika mengatakan pada hari Perang Mu'tah : Demi
Allah, tidaklah kita memerangi manusia dengan bilangan banyak dan tidak
dengan persiapan lengkap, tetapi kita memerangi mereka dengan agama
yang Allah telah memuliakan kita dengannya ini!
Sesungguhnya perbedaan jumlah personil, perlengkapan, dan
sarana kekuatan antara kita dengan musuh sangatlah tidak berimbang,
hanya saja Allah Swt telah memberikan sesuatu yang bisa kita manfaatkan
untuk menutup perbedaan lahiriyah yang jauh ini dan mengalahkan
musuh kita sekalipun jumlah dan persiapan kita sedikit Allah Swt telah
menganugerahi kita kunci kemenangan yang paling besar, takwa.
Hai orang-orang yang beriman, jika kalian bertakwa kepada Allah,
niscaya Dia memberikan 'furqan' bagi kalian (QS. Al-Anfal (8) : 29).
Furqan adalah pemisah antara kebenaran dan kebatilan. Furqan
adalah sesuatu yang bisa kita gunakan untuk mengetahui yang benar dan
yang batil. Dengan bekal pengetahuan itu kita beramal secara benar dan
47
menghadapi kematian.
Rasulullah Saw pernah memberikan nasihat kepada kami yang
menyebabkan hati terharu dan mata berlinang-linang. Lantas kami berkata
:
akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa
lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah ? dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (QS. Ali
Imran (3) : 133-135).
Bertolak dari ayat diatas, setidak-tidaknya orang yang bertakwa itu
memiliki ciri yang menonjol. Pertama, memiliki kecerdasan nansial
(menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit). Kedua,
memiliki kecerdasan emosi (menahan amarahnya). Ketiga, memiliki
kecerdasan sosial (memaafkan kesalahan orang lain). Keempat, memiliki
kecerdasan spiritual (apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya
diri sendiri, mereka mengingat-ingat Allah SWT lalu memohon ampun atas
dosa-dosa mereka dan bertaubat (kembali) kepada-Nya dengan ikhlas.
Maka ia seperti tidak memiliki dosa kembali bagaikan bayi yang baru lahir).
Kelima, memiliki kecerdasan intlektual. Pada ayat yang lain menjelaskan
bahwa dengan bertakwa dengan sebenar-benar takwa, Allah SWT akan
memberikan ilmu kepadanya secara langsung.
Kecerdasan Finansial
Orang bertakwa yang memiliki kecerdasan nansial itu tidak
sekedar pandai mencari uang, tidak sekedar pandai mengumpulkan pundipundi kekayaan, tidak sekedar trampil membuka gembok-gembok rizki,
tidak sekedar membuka pintu-pintu karunia. Tetapi, gemar pula berinfak,
untuk membersihkan dan melipat gandakan harta itu sendiri. Jadi kaya itu
berkaitan dengan sikap mental.
Rasulullah SAW telah memberikan denisi yang jelas tentang
orang yang mempunyai kecerdasan nansial.
51
52
Bila dunia sudah dibesarkan, maka bukan saja Allah SWT - yang
tampak kecil menjadi kecil, melainkan kebenaran yang tampak jelas pun
menjadi tidak kelihatan. Bukan buta mata kita, tetapi hati kita yang buta.
Kita menjadi acuh tak acuh kepada penderitaan orang lain. Kita dapat
berfoya-foya di atas penderitaan orang lain. Tidak pernah terlintas dalam
pikiran kita bahwa pada saat kita menikmati makanan yang enak, di tempat
lain ada tubuh kurus yang yang direnggut nyawa perlahan-lahan karena
tidak sanggup membayar biaya rumah sakit. Ada anak-anak cerdas yang
memandang kawan-kawannya dari luar pagar sekolah karena tidak dapat
membayar iuran sekolah. Ada bayi-bayi merah yang kehilangan dekapan
kasih sayang dan air susu karena ibunya tidak dapat meninggalkan rumah
majikannya.
Allah SWT mengancam terhadap orang yang memiliki pandangan
negatif /miring dengan harta.
Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang
mengumpulkan harta dan menghitung-hitung [mengumpulkan dan
menghitung-hitung harta yang karenanya dia menjadi kikir dan tidak mau
menafkahkannya di jalan Allah], dia mengira bahwa hartanya itu dapat
mengkekalkannya, sekali-kali tidak ! Sesungguhnya dia benar-benar akan
dilemparkan ke dalam Huthamah. (QS. Al Humazah (104) : 1-4).
Tidak termasuk cerdas nansial orang yang kaya raya tetapi
serakah. Sekalipun kaya secara lahiriyah tetapi jiwanya miskin. Sekalipun
kaya, tapi masih menginginkan harta orang lain dengan menghalalkan
segala cara. Sekalipun hartanya banyak, tetapi tidak cukup.
Perhatikan, para koruptor itu bukanlah orang-orang miskin.
Mereka bukan orang yang tidak punya duit. Mereka punya rumah besar,
53
mobil mewah, dan harta berlimpah, tapi karena mereka serakah, masih saja
tega merampok harta negara. Mereka terjangkiti penyakit Takatsur
(menumpuk-numpuk harta, pengaruh, massa, pengikut, dll).
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk
ke dalam kubur. janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat
perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.
janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin,
niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim (QS. At Takatsur
(102) : 1-6).
Dengan takatsur akan melahirkan penyakit turunan yang menjadi
pemicu pelanggaran manusia di muka bumi ini sepanjang peradaban
manusia. Yaitu, serakah yang diwariskan Adam, sombong yang diwariskan
Iblis dan dengki yang diwariskan Qabil.
Waspada dan jauhi al-kibr (sombong), karena sesungguhnya Iblis
terbawa sifat al-kibr sehingga menolak perintah Allah subhanahu wa ta'ala
agar bersujud (menghormati) kepada Adam 'alaihis salam. Waspada dan
jauhi al-hirsh (serakah), karena sesungguhnya Adam 'alaihis salam terbawa
sifat al-hirsh sehingga makan dari pohon yang dilarang oleh Allah
subhanahu wa ta'ala. Waspada serta jauhi al-hasad (dengki), karena
sesungguhnya kedua putra Adam 'alaihis salam salah seorang dari
keduanya membunuh saudaranya hanya karena al-hasad. Ketiga sifat
tercela itulah asal segala kesalahan (di dunia ini). (HR Ibnu Asakir dari Ibnu
Masud, dalam Mukhtaru al-Ahadits).
Di tengah jutaan rakyat miskin masih banyak para pejabat yang
gemar memamerkan kekayaan hasil korupsi. Hilang pada diri mereka rasa
prikemanusiaan dan rasa takut kepada Allah SWT. Telah lenyap pada diri
54
Hal ini sesuai dengan prediksi Rasulullah SAW. : Pada akhir zaman
kelak manusia harus menyediakan harta untuk menegakkan urusan agama
dan urusan dunianya (HR. abrani).
Memang dengan harta yang cukup kita dapat memelihara harga
diri kita dari meminta-minta, dan kita bisa menolong orang lain. Dengan
harta yang cukup kita dapat makan dan minum yang halal dan thayib, bisa
bersedekah dan bisa beribadah haji. Kita bisa makan kenyang (mangan
wareg), tidur pulas (turu anteng), menutup aurat (sandang rapet), tempat
tinggal yang mapan (papan mapan), hidup tenang (urip kepenak).
Rasulullah SAW bersabda : Wahai Amru alangkah bagusnya harta
yang baik di tangan orang yang shalih (HR. Ahmad).
Arahan Rasulullah SAW diatas mengingatkan kaum muslimin
untuk cerdas secara nansial, yakni mereka dapat menguasai harta
berbanding lurus dengan ketrampilan dalam membelanjakannya sebaikbaiknya untuk meninggikan kalimat Allah SWT. Harta dimanfaatkan untuk
membantu orang-orang yang memerlukannya. Harta yang cukup
memadai untuk mengurai kerumitan sosial dan harta yang cukup untuk
kemaslahatan umat dan bangsa.
Kecerdasan Emosional
Ciri kedua orang yang bertakwa adalah wal kaadziminal ghaidza
(orang-orang yang dapat menahan diri ketika marah). Kalau boleh
mengambil istilah sekarang dikenal dengan kecerdasan emosional. Jika ia
marah, maka dipusatkan pada kedipan mata. Anggota tubuh yang lain
tidak diizinkan untuk bergerak. Kemudian berwudhu dan shalat dua
rokaat. Jadi kekuatan mental tidak diukur pada kekuatan pisik, tetapi dapat
56
mengendalikan marah.
Berpuluh-puluh tahun yang lalu, orang hanya mengenal satu jenis
kecerdasan, yaitu kecerdasan intelektual atau dikenal dengan IQ. Pada saat
itu, keberhasilan dan keberuntungan orang diukur oleh seberapa tinggi IQ
nya. Semakin tinggi IQ yang dimilikinya kemungkinan berhasilnya sangat
besar. Itulah sebabnya semua lembaga pendidikan, instansi pemerintah,
lembaga bisnis, melakukan tes IQ dalam rekruitmen siswa, pegawai dan
karyawan.
Dengan perguliran dan pergiliran masa dan setelah melalui
serangkaian penelitian menunjukkan bahwa IQ bukan segala-galanya.
Bahkan IQ merujuk penelitian tersebut hanya menyumbang 15% saja
tingkat keberhasilan seseorang. Yang mengejutkan justru EQ (Emotional
Quotient) lah yang menjadi faktor penentu, sekitar 60% sampai 85%
penentu kesuksesan.
Ternyata faktor kesabaran, keuletan, kegigihan, disiplin, dan tidak
mudah emosi merupakan kunci keberhasilan manusia dalam membangun
kesuksesan hidup. Betapa banyak orang yang pintar, yang nilai
akademisnya di atas rata-rata, tapi kehidupannya gagal. Keberadaanya
tidak memberikan manfaat kepada orang lain.
Empat
seluruh wajahnya. Atas peristiwa itu Ali mengurungkan niatnya dan berlalu
meninggalkannya (tidak jadi membunuh lawannya yang sudah tidak
berdaya itu).
Orang musyrik itu memandang aneh sikap Ali. Ia bertanya, Hendak
kemanakah engkau wahai ahlul bait (keluarga Rasulullah SAW)? Ali
menjawab, Mulanya aku berperang karena Allah, namun ketika engkau
melakukan apa yang engkau lakukan terhadap diriku (meludahiku), aku
sangat khawatir membunuhmu hanya didorong oleh hawa nafsu (sebagai
balas dendam dan pelampiasan kemarahanku). Jadi, aku sekarang
membebaskanmu karena ingin meraih ridha Allah SWT.
Orang itu pun berkata, Seharusnya kelakuanku lebih memancing
dan menyulut kemarahanmu hingga engkau segera membunuhku. Jika,
agama yang kalian anut sangat mengajarkan toleransi (tasamuh), maka
sudah pastilah agama yang lurus dan benar. Dengan demikian, aku
menyatakan diri untuk masuk Islam.
Dari sekelumit kisah diatas kita bisa mengambil ibrah (pelajaran di
balik sebuah peristiwa) dan 'ubur (jembatan menuju sukses). Yaitu
memenej (mengelola) sebuah emosi. Inilah musuh kita yang berat kita
lawan, kerena abstrak (tidak tampak). Kita melawan dan memusuhi diri
kita sendiri
Dalam posisi apa pun kita sangat memerlukan kecerdasan
emosional ini. Sebagai suami kita harus pandai memimpin istri dan anakanak. Keberadaannya menjadi sumber kebahagiaan dan ketenteraman
keluarga. Kita dituntut untuk sabar, mau mendengar keluhan, empati
terhadap orang lain, menghargai, memberi apresiasi, mau meminta maaf
dan mudah memaafkan. Karena tidak mudah memaafkan sama dengan
58
59
60
Kecerdasan Spiritual
Terakhir,
61
63
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada
yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di
daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan
bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis
dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)" (QS. Al Anam (6) : 59).
Dia memiliki segala sifat kesempurnaan dan jauh dari segala sifat
kekurangan. Itulah sifat yang indah yang Dia sendiri mensifati diri-Nya
dengan sifat-sifat tersebut (asmaul husna).
Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang
ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha
Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang
Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha
suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah yang
Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai
asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan
Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS. Al Hasyr (59) : 22-24).
Dengan keyakinan seperti itu ia akan merdeka dari kungkungan
hawa nafsu, dorongan kejahatan, bisikan syetan la'natullah, rayuan tahta,
harta dan wanita. Ia merasa bahwa Allah SWT hadir dan terlibat secara aktif
dalam uktuasi (pasang surut) kehidupannya di dunia ini. Maka, ia perlu
hadir di dunia ini hanya ingin bermanfaat (bermakna) dan memberikan
manfaat kepada orang lain.
Simaklah kata-kata pujangga muslim ini :
64
65
70