Anda di halaman 1dari 70

Siap Siaga Mengikuti

Tes Training Ramadhan

Ramadhan Dan Peradaban Islam


Islam masuk Indonesia sejak abad ke 7 Masehi melalui berbagai
aspek peradabannya. Salah satu aspek peradaban itu adalah aspek bahasa
Islam. Ribuan kata-kata Arab (Islam) kini menjadi milik bahasa Indonesia.
Istilah yang terkandung dalam Pancasila diserap dari istilah Islam.
Diantaranya adil, beradab, permusyawaratan, perwakilan, hakim,
mahkamah, hikmah. Arti Istilah tersebut dipahami dengan makna yang
sama baik dari bangsa Indonesia, Iran, Pakistan, Arab Saudi, Mesir, dan
dunia Islam yang lain.
Hal itu terjadi karena istilah diatas bersumber dari referensi
(maraji') yang sama. Al Quran bangsa Indonesia sama dengan kitab suci
umat Islam di seluruh dunia. Model tulisannya juga seragam. Berasal dari
khalifah Ustman bin Aan (rasmul 'Ustmani). Islam bukan budaya Arab.
Karena kehadiran Islam, pada awalnya dimusuhi orang Arab. Istilah Allah
yang dipahami oleh orang Arab Jahiliyah berbeda dengan Allah dalam Al
Quran.
Perhatikan pula nama hari dalam sepekan. Semuanya adalah
pengaruh peradaban Islam. Ahad artinya hari pertama. Senin dari
perkataan istnain artinya hari kedua. Selasa berasal dari tsulasta artinya hari
ketiga. Rabu (arbi'ah) artinya hari keempat. Kamis berasal dari khamis,
2

artinya hari kelima. Jum'at berasal dari Al Jumu'ah (hari raya pekanan kaum
muslimin untuk berkumpul melaksanakan shalat Jumat berjamaah). Sabtu
berasal dari sab'ah, artinya hari ke tujuh.
Kultur bangsa Indonesia yang dikenal paternalistik (taat kepada
pemimpin), religius (beragama), tepo sliro (toleran), rukun agawe santoso
(gotong royong), supel (pandai bergaul), pula diserap dari peradaban Islam.
Demikian pula nama bulan Hijriyah yang sudah terjadi akulturasi pada
peradaban Jawa. Secara historis, sesungguhnya penetapan kalender
Hijriyah dilakukan pada jaman Khalifah Umar bin Khatab, yang
menetapkan peristiwa hijrahnya Rasulullah saw dari Mekah ke Madinah.
Kalender Hijriyah juga terdiri dari 12 bulan, dengan jumlah hari berkisar 29
30 hari. Penetapan 12 bulan ini sesuai dengan rman Allah Subhanahu
Wata'ala :
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas
bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di
antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka
janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan
perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun
memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta
orang-orang yang bertakwa. (QS : At Taubah (9):36).
Sebelumnya, orang arab pra-kerasulan Rasulullah Muhammad
SAW telah menggunakan bulan-bulan dalam kalender hijriyah ini. Hanya
saja mereka tidak menetapkan ini tahun berapa, tetapi tahun apa. Misalnya
saja kita mengetahui bahwa kelahiran Rasulullah SAW adalah di tahun
gajah.
Abu Musa Al-Asyri sebagai salah satu gubernur di zaman Khalifah
3

Umar r.a. menulis surat kepada Amirul Mukminin yang isinya menanyakan
surat-surat dari khalifah yang tidak ada tahunnya, hanya tanggal dan bulan
saja, sehingga membingungkan. Khalifah Umar lalu mengumpulkan
beberapa sahabat senior waktu itu. Mereka adalah Utsman bin Aan r.a.,
Ali bin Abi alib r.a., Abdurrahman bin Auf r.a., Sa'ad bin Abi Waqqas r.a.,
Zubair bin Awwam r.a., dan alhan bin Ubaidillah r.a. Mereka
bermusyawarah mengenai kalender Islam. Ada yang mengusulkan
berdasarkan milad Rasulullah saw. Ada juga yang mengusulkan
berdasarkan pengangkatan Muhammad saw menjadi Rasul. Dan yang
diterima adalah usul dari Ali bin Abi alib r.a. yaitu berdasarkan
momentum hijrah Rasulullah SAW dari Makkah ke Yatstrib (Madinah).
Maka semuanya setuju dengan usulan Ali r.a. dan ditetapkan
bahwa tahun pertama dalam kalender Islam adalah pada masa hijrahnya
Rasulullah saw. Sedangkan nama-nama bulan dalam kalender hijriyah ini
diambil dari nama-nama bulan yang telah ada dan berlaku di masa itu di
bangsa Arab.
Orang Arab memberi nama bulan-bulan mereka dengan melihat
keadaan alam dan masyarakat pada masa-masa tertentu sepanjang tahun.
Misalnya bulan Ramadhan, dinamai demikian karena pada bulan
Ramadhan waktu itu udara sangat panas seperti membakar kulit rasanya.
Berikut adalah arti nama-nama bulan dalam Islam:
MUHARRAM, artinya: yang diharamkan atau yang menjadi
pantangan. Penamaan Muharram, sebab pada bulan itu dilarang
menumpahkan darah atau berperang. Larangan tesebut berlaku sampai
masa awal Islam.
SAFAR, artinya: kosong. Penamaan Safar, karena pada bulan itu
4

semua orang laki-laki Arab dahulu pergi meninggalkan rumah untuk


merantau, berniaga dan berperang, sehingga pemukiman mereka kosong
dari orang laki-laki.
RABI'ULAWAL, artinya: berasal dari kata rabi' (menetap) dan awal
(pertama). Maksudnya masa kembalinya kaum laki-laki yang telah
meninqgalkan rumah atau merantau. Jadi awal menetapnya kaum laki-laki
di rumah. Pada bulan ini banyak peristiwa bersejarah bagi umat Islam,
antara lain: Nabi Muhammad saw lahir, diangkat menjadi Rasul, melakukan
hijrah, dan wafat pada bulan ini juga.
RABIU'ULAKHIR, artinya: masa menetapnya kaum laki-laki untuk
terakhir atau penghabisan.
JUMADIL AWAL nama bulan kelima. Berasal dari kata jumadi
(kering) dan awal (pertama). Penamaan Jumadil Awal, karena bulan ini
merupakan awal musim kemarau, di mana mulai terjadi kekeringan.
JUMADIL AKHIR, artinya: musim kemarau yang penghabisan.
RAJAB, artinya: mulia. Penamaan Rajab, karena bangsa Arab
tempo dulu sangat memuliakan bulan ini, antara lain dengan melarang
berperang.
SYA'BAN, artinya: berkelompok. Penamaan Sya'ban karena orangorang Arab pada bulan ini lazimnya berkelompok mencari nafkah.
Peristiwa penting bagi umat Islam yang terjadi pada bulan ini adalah
perpindahan kiblat dari Baitul Muqaddas ke Ka'bah (Baitullah).
RAMADHAN, artinya : terik panas yang menyengat. Orang Arab
berharap agar dosa dan kelemahan yang melekat dalam dirinya dapat
terbakar. Bulan Ramadhan merupakan satu-satunya bulan yang tersebut
dalam Al-Quran, Satu bulan yang memiliki keutamaan, kesucian, dan aneka
5

keistimewaan. Hal itu dikarenakan peristiwa-peristiwa penting seperti:


Allah menurunkan ayat-ayat Al-Quran pertama kali, ada malam Lailatul
Qadar, yakni malam yang sangat tinggi nilainya, karena para malaikat turun
untuk memberkati orang-orang beriman yang sedang beribadah, bulan ini
ditetapkan sebagai waktu ibadah puasa wajib, pada bulan ini kaurn
muslimin dapat rnenaklukan kaum musyrik dalarn perang Badar Kubra
dan pada bulan ini juga Nabi Muhammad saw berhasil mengambil alih kota
Mekah dan mengakhiri penyembahan berhala yang dilakukan oleh kaum
musyrik.
SYAWWAL, artinya : kebahagiaan/peningkatan. Maksudnya
kembalinya manusia ke dalam trah (kesucian) karena usai menunaikan
ibadah puasa dan membayar zakat serta saling bermaaf-maafan. Itulah
yang mernbahagiakan.
DZULQAIDAH, berasal dari kata dzul (pemilik) dan qa'dah
(duduk). Penamaan Dzulqaidah, karena bulan itu merupakan waktu
istirahat bagi kaum laki-laki Arab dahulu. Mereka menikmatmnya dengan
duduk-duduk di rumah.
DZULHIJJAH artinya: yang menunaikan haji. Penamaan Dzulhijjah,
sebab pada bulan ini umat Islam sejak Nabi Adam as. menunaikan ibadah
haji.
Jadi, munculnya Islampobia di negeri yang berada di katulistiwa
(khaththul Istiwa), disamping diakibatkan oleh adanya buta sejarah, juga
tidak konstitusional. Bahkan NKRI adalah hasil dari perjuangan tokoh Islam
Muhammad Nasir.

Khutbah Rasulullah Menyambut Ramadhan


Dalam menyambut bulan Ramadhan Rasulullah SAW memberi
petunujuk kepada kita untuk memperbayak puasa pada bulan Sya'ban
sebagai persiapan ruhiyah (al I'dad ar Ruhi). Banyak melakukan mujahadah
dan riyadhah ruhiyah..
Diriwayatkan oleh Al Bukhari dari Aisyah, ujarny:
Adalah Rasulullah SAW kadang-kadang terus-menerus berpuasa
hingga kami mengatakan, bahwa beliau tidak berbuka-buka, dan kadangkadang terus-menerus berbuka, hingga kami mengatakan, bahwa beliau
tidak pernah puasa sunnah. Namun demikian, saya tidak pernah melihat
Rasulullah SAW menyempurnakan sebulan penuh selain bulan Ramadhan,
dan saya tidak melihat beliau banyak berpuasa seperti berpuasa pada bulan
Sya'ban (Fathul Bari (IV) : 173).
Disamping itu Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita untuk
menyampaikan ucapan selamat tahniah- (dirgahayu):
Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, penghulu segala bulan.
Maka ucapkanlah selamat datang padanya. Telah datang bulan puasa
membawa segala rupa keberkahan, maka alangkah mulianya tamu yang
datang itu (HR. abrani).
Demikian pula Rasulullah menggembirakan para sahabat dengan
sabdanya :
Sesungguhnya telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan
yang diberkahi. Allah memerintahkan kepadamu berpuasa di dalamnya.
Dalam bulan Ramadhan dibuka segala pintu surga, dikunci segala pintu
neraka, dan dibelenggu segala syetan. Di dalamnya ada suatu malam yang
lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak diberikan kepadanya
7

kebajikan malam itu, berarti telah diharamkan segala rupa kebajikan (HR.
Ahmad, An Nasai, Al Baihaqi, dari Abu Hurairah).
Rasulullah pula menyampaikan pidato khusus pada momentum
akhir bulan Sya'ban. Biasanya sebuah pidato itu disampaikan karena ada
peristiwa monumental. Para sahabat dikondisikan bagaikan atletik yang
tinggal selangkah lagi sampai di nish. Maka, seluruh potensi maliyah,
ma'nawiyah, ilmiah, jasadiyah, dioptimalkan untuk menyongsong
datangnya tamu agung itu.
Berikut disampaikan khutbah Rasulullah SAW untuk menyambut
datangnya bulan suci tersebut.
Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dari Salman ra. katanya:
Rasulullah Saw pada hari terakhir dari bulan Sya'ban berkhutbah di
hadapan kami, maka beliau bersabda :
Wahai manusia, sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang
agung lagi penuh berkah, yaitu bulan yang di dalamnya ada suatu malam
yang lebih baik dari seribu bulan, bulan yang Allah SWT telah menjadikan
puasa-Nya suatu fardhu dan qiyam (shalat tarawih) pada malam harinya
tathawwu'. Barangsiapa mendekatkan dirinya kepada Allah SWT dengan
suatu pekerjaan kebajikan di dalamnya, samalah dia dengan orang yang
menunaikan suatu fardhu di bulan yang lain. Dan barangsiapa menunaikan
suatu fardhu di dalam bulan Ramadhan, samalah dia dengan orang yang
mengerjakan tujuh puluh fardhu di bulan yang lain. Ramadhan itu itu
adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu pahalanya adalah surga.
Ramadhan itu adalah bulan memberikan uluran tangan dan bulan Allah
menambah rezeki pada orang mukmin di dalamnya. Barangsiapa memberi
makanan berbuka di dalamnya kepada seseorang yang berpuasa adalah
8

yang demikian itu merupakan pengampunan bagi dosa-dosanya dan


kemerdekaan dirinya dari mereka. Orang memberikan makanan berbuka
puasa, baginya pahala seperti pahala orang yang mengerjakan puasa itu,
tanpa sedikitpun berkurang
Para sahabat berkata : Ya Rasulullah, tidaklah kami semua memiliki
makanan berbuka puasa untuk orang-orang yang berpuasa! Maka
Rasulullah Saw bersabda : Allah SWT memberikan pahala ini kepada orang
yang memberikan sebutir kurma, atau seteguk air, atau sehirup susu. Dialah
bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan dan
akhirnya pembebasan dari neraka. Barangsiapa yang meringankan beban
dari hamba sahaya (pembantu rumah tangga), niscaya Allah SWT
mengampuni dosanya dan memerdekannya dari neraka. Karena itu
perbanyaklah empat perkara di bulan Ramadhan. Dua perkara untuk kamu
menyenangkan Tuhanmu dan dua perkara lagi untuk kamu
membutuhkannya. Dua perkara yang kamu lakukan untuk menyenangkan
Allah SWT, ialah mengakui dengan sesungguhnya, bahwa tidak ada Tuhan
(yang eksis) melainkan Allah dan mohon ampun kepada-Nya. Dua perkara
lagi yang kamu sangat membutuhkannya, ialah mohon sorga dan
berlindung dari neraka. Barangsiapa memberi minum kepada orang yang
berpuasa, niscaya Allah memberi minum kepadanya dari air telagaku
dengan minuman yang dia tidak merasakan haus lagi sesudahnya, sehingga
ia masuk surga (At-Targhib II : 217-218).
Dalam dua belas bulan selama satu tahun, bulan kesembilan, bulan
Ramadhan, adalah bulan yang sangat utama. Bulan penghulu segala bulan.
Rasulullah saw. pernah bersabda, Bulan yang paling utama adalah bulan
Ramadhan dan hari yang paling utama adalah hari Jumat.
9

Rasulullah saw. kemudian melanjutkannya, Ramadhan telah


datang kepada kalian, bulan yang penuh berkah. Pada bulan itu, Allah Swt.
memberikan naungan-Nya kepada kalian. Diturunkan-Nya rahmat,
dihapuskan-Nya kesalahan-kesalahan (dosa-dosa), dan dikabulkan-Nya
doa pada bulan itu. Allah Swt. akan melihat kalian berpacu melakukan
kebaikan. Para malaikat berbangga dengan kalian dan perlihatkanlah
kebaikan diri kalian kepada Allah Swt. Sesungguhnya orang yang celaka
adalah orang yang pada bulan itu tidak mendapat rahmat Allah Swt. (HR.
Ath-abrani)..
Merujuk hadits diatas dapat dipahami, sesungguhnya ada 9
(sembilan) keutamaan (fadhilah) bulan Ramadhan itu .
1. Bulan Ramadhan adalah bulan tarbiyah (syahrut tarbiyah) untuk
mencapai takwa. Melaksanakan shaum Ramadhan hukumnya
adalah fardhu 'ain yang bertujuan menyempurnakan ketakwaan.
2. Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Quran (syahrul
quran).
Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan
yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai
petunjuk bagi manusia. (QS. Al-Baqarah, 2: 185)
3. Bulan Ramadhan adalah bulan ampunan dosa (syahrul maghrah).
Barang siapa yang melakukan ibadah pada malam hari bulan
Ramadhan karena iman dan mengharapkan ridha Allah, dosadosanya yang telah lalu diampuni. (Muttafaqun 'Alaihi)..
10

4. Bulan Ramadhan adalah bulan dilipatgandakannya amal saleh


(syahrudh dhi')
Barang siapa yang pada bulan itu mendekatkan diri kepada Alalh
dengan satu kebaikan, nilainya seperti orang yang melakukan
perbuatan yang diwajibkan pada bulan lainnya. Dan barang siapa
yang melakukan suatu kewajiban pada bulan itu, nilainya sama
dengan tujuh puluh kali lipat dari kewajiban yang dilakukannya
pada bulan lainnya. Keutamaan sedekah adalah sedekah pada
bulan Ramadhan. (HR. Bukhari-Muslim)..
5. Bulan Ramadhan adalah bulan sabar (syahrush shabri). Surga
adalah balasan bagi orang yang sabar. Khusus bagi yang berpuasa,
disediakan pintu khusus yang bernama Rayyaan untuk memasuki
Surga.
6. Bulan Ramadhan adalah bulan ditambahkannya rezeki orang
Mukmin (syahrun yuzadu hi rizqul mukmin)..
Barang siapa yang memberikan untuk berbuka kepada seorang
yang berpuasa, balasannya adalah ampunan terhadap dosadosanya, dirinya dibebaskan dari neraka, dan dia mendapat pahala
sebesar pahala yang didapat orang yang berpuasa itu tanpa
mengurangi pahala orang tersebut.
7. Bulan Ramadhan adalah bulan yang pada awalnya terdapat
rahmat, pada tengahnya terdapat ampunan, dan pada akhirnya
11

terdapat pembebasandari neraka.


Apabila masuk bulan Ramadhan dibuka pintu rahmat (kasih
sayang) dan ditutup pintu jahanam dan setan-setan dibelenggu.
(HR. Ahmad).
8. Bulan Ramadhan memiliki satu malam yang keutamaan beramal di
dalamnya lebih baik daripada beramal seribu bulan pada bulan
lain, yakni malam Lailatul Qadar.
9. Bulan Ramadhan adalah syahrul musawah (bulan memberi
pertolongan kepada yang memerlukan)

12

Dari Romadhon Menuju


Kepemimpinan Umat

Leader, Bukan Dealer


Sebagai seorang yang beriman, tentu merindukan seorang
pemimpin yang beriman. Pemimpin adalah bagian yang tak dapat dipisahpisahkan dari diri kita. Karena, pemimpin yang akan mengarahkan,
memandu, dan membimbing kita, pengaruhnya kita rasakan secara
langsung dalam memberikan perubahan kehidupan keseharian kita.
Sehingga, pemimpin tersebut tidak saja legal secara konstitusional, pula
legitimed, mengakar (dicintai rakyatnya).
Dan Kami jadikan diantara mereka itu pemimpin-pemimpin yang
memberi petunjuk dengan perintah Kami, ketika mereka sabar. Dan adalah
mereka meyakini (membenarkan) ayat-ayat Kami (QS. As Sajdah (32) : 24).
Dalam Al Quran, Allah SWT telah menjelaskan kepada kita
karakteristik pemimpin yang ideal. Yaitu pemimpin yang adil, kasih sayang,
dan mencintai kita. Pemimpin yang dapat diteladani keilmuannya,
ketakwaannya, pengabdiannya (khidmahnya). Pemimpin yang
menomorsatukan kepentingan yang dipimpin, dan menomor duakan
kepentingan diri, keluarga, dan golongannya. Karena, ia sudah menjadi
milik umat. Bukan saja milik keluarga dan kabilahnya.
Ketika Allah menjelaskan proses pengangkatan nabi Yusuf as
sebagai bendahara Mesir, Allah menjelaskan bagaimana Qithr Al 'Aziz
13

memuji Yusuf.
Raja berkata : Bawalah Yusuf kepadaku. Aku akan jadikan dia
penasihat khusus untuk diriku. Maka tatkala raja itu berbicara kepada Yusuf,
Raja berkata : Mulai hari ini engkau menjadi orang yang memiliki kedudukan
lagi terpercaya di sisi kami. Yusuf berkata : Jadikanlah aku pengelola harta
kekayaan negara. Sesungguhnya aku orang yang sangat pandai untuk
mengelola, lagi sangat luas pengetahuanku (QS. Yusuf (12) : 54-55).
Merujuk ayat diatas kita memahami empat kriteria yang
sepatutnya melekat dalam struktur kepribadian seorang pemimpin. yaitu:
1. Makinun (memiliki kedudukan, bukan sembarang orang), 2. Amin (bisa
dipercaya), 3. Hadz (memiliki ilmu manajemen yang baik), 4. Alim
(memiliki kompetensi/keahlian di bidangnya)
Dengan keempat karakter tersebut, Yusuf menjadi pemimpin yang
ideal. Menggabungkan mutu komitmen dan kompetensi. Pemimpin yang
idealis dan membumi (leader), bukan dealer (agen/distributor ekonomi),
dari para cukong.
Demikian pula karakter pemimpin para malaikat (Jibril) yang Allah
amanahi menyampaikan wahyu kepada para rasul-Nya, karakter Jibril yang
dipuji oleh Allah dalam Al Quran.
Sesungguhnya Al Quran itu benar-benar rman Allah yang dibawa
oleh utusan yang mulia (Jibril). Yang memiliki kekuatan, yang mempunyai
kedudukan tinggi disisi Allah, mempunyai 'arsy yang ditaati disana di alam
malaikat lagi amanah (dapat dipercaya). (QS. At Takwir (81) 19-21).
Jibril memiliki karakter yang sempurna, sehingga Allah
menunjuknya untuk mengemban tugas paling berat, mengantarkan
wahyu kepada utusan Allah yang ada di muka bumi ini. Dan seperti itulah
14

selayaknya pemimpin yang menjadi wakil bagi rakyatnya. Bukan DPR


(Dewan Perwakilan Rupiah), tetapi DPR (Dewan Perwakilan Ruhiyah) bagi
rakyatnya. Dia sosok yang terhormat, bukan manusia rendahan. Memiliki
kemampuan dan profesionalitas. Dan amanah dalam mengemban tugas.
Kuncinya Adalah Islamiyyatun Nafs
Tentu saja, untuk memiliki pemimpin dengan karakter yang sangat
ideal bukan pekerjaan yang langsung jadi (instan). Melahirkan pemimpin
terkait dengan amaliyyatud tadayyun (proses keberagamaan) kita. Dan
proses interaksi dengan agama kita sebanding dengan 'amaliyyatut
ta'allum (proses pembelajaran), amaliyyatul ishlah, amaliyyatut takwin
(proses pembinaan) yang berlangsung secara berkesinambungan.
Jadi, untuk menyiapkan pemimpin yang merupakan foto copy diri
kita, tergantung kesiapan kita untuk diproses, ditarbiyah, ditakwin, dengan
tarbiyah romadhon (shiyam dan qiyam) menuju insan yang shalih bagi
setiap tempat dan masa sesuai dengan karakteristik dinul Islam itu sendiri.
Kelahiran seorang pemimpin terkait langsung dengan kualitas
keberagamaan kita. Jika kita adalah sosok minal muttaqin, minal
mukminin, minal mujahidin, minal muqarrabin, minash shalihin, minal
muhsinin, maka seperti itulah pemimpin yang akan kita lahirkan.
Ada sebuah ungkapan : Ar Ra'iyyatu ;ala dini mulkihi (kualitas
agama rakyat berbanding lurus dengan agama rajanya).
Bapak Sosiolog Muslim, Ibnu Khaldun mengatakan : Taghyiru
khuluqil ummati tabi'un litaghyiri khuluqil qiyadati (perubahan moralitas
umat mengikuti kesiapan berubah dari kalangan elitisnya). Hal itu logis,
karena sekalipun kita getol membersihkan lantai bawah, tetapi langit-langit
15

atas tidak sering dibersihkan, maka alangkah mudahnya kotor kembali.


Sebaliknya, jika kita tidak memiliki keterikatan yang kuat
(komitmen) terhadap nilai-nilai manhaj (wahyu) kita, jangan kaget jika
Allah SWT mengirimkan pemimpin yang fasiq, diktator, di tengah-tengah
komunitas kita.
Demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zhalim
menjadi pemimpin bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka
usahakan (QS. Al An'am (6) : 129).
Kita meyakini, tidak ada kejadian yang kecil dan besar, diam dan
gerak, muncul dan tenggelam, maju dan mundur, naik dan turun, termasuk
pengangkatan seorang pemimpin, kecuali dalam pengaturan, izin, dan
restu Allah SWT. Tidak semata-mata peristiwa alam (thabii, natural).
Katakanlah : Wahai Tuhan yang memiliki kerajaan, Engkau berikan
kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan
dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki di tangan
Engkaulah segala kebaikan (QS. Ali Imran (3) : 26).
Merujuk surat Al Anam ayat 129 diatas kita bisa memperoleh
pelajaran fundamental bahwa diantara hukuman Allah kepada orang yang
zhalim (menganiaya diri sendiri) adalah Allah menunjuk orang zhalim lain
yang menguasainya. Si zalim pertama akan mendapatkan kezhaliman dari
sosok zalim kedua.
Ketika kita ikhlas, sabar dalam mentarbiyah, mentazkiyah diri,
keluarga, masyarakat, dengan amar bil ma'ruf dan nahi 'anil mungkar, hidup berwahyu (aqidah, khithah, tazkiyah, dakwah, fatihah, dan Imamah
Jamaah) maka Allah akan mengirimkan pemimpin yang baik. Ketika
16

masyarakat berbuat zalim, dan sewenang-wenang, melakukan maksiat,


menjauhi syariat, maka yang akan memimpin kita adalah orang yang
menindas kita, sebagai hukuman atas perbuatan kita.
Selama ini, kita selalu menuntut agar pejabat, kalangan elitis
(qiyadah), agar menjadi pemimpin yang adil dan bijaksana. Kita sering
mengangkat hadits : Jihad tertinggi adalah kalimat yang haq di sisi sulthan
yang zalim (jair). Tetapi, kita seringkali mengabaikan muhasabah,
muraqabah, terhadap diri kita sendiri. Sudahkah kita menjadi sosok yang
shalih, mukmin, mujahid? Jika kita belum menjadi alat peraga Al Quran
yang berjalan di medan kehidupan, mengapa kita menuntut kelahiran
pemimpin yang qurani ?
Kita harus berpikir realistis, bahwa pemimpin yang hadir di tengahtengah kita adalah lukisan dari kepribadian kita. Janganlah kita seperti
kaum Khawarij yang selalu menuntut dan mengkritik Ali bin Abi alib.
Mengapa pemerintahan kalian tidak seperti pada masa Abu Bakar dan
Umar bin Khathab ?
Ali bin Abi alib menjawab : Karena pada zaman Abu Bakar dan
Umar, yang menjadi rakyat adalah aku, dan orang-orang yang sepadan
denganku, sedangkan rakyatku adalah kamu dan orang-orang yang
semisalmu (Syarh Riyadhush Shalihin, Ibnu Utsaimin).
Para ulama mengatakan: Amal perbuatan kalian sejenis dengan
pemimpin kalian. Sebagaimana karakter kalian, seperti itulah model
kepemimpinan yang akan mengendalikan kalian.
Ibnul Qayyim Al Jauziyah pernah menjelaskan pentingnya
memperbaiki diri, jika kita berharap memiliki pemimpin yang baik.:
Renungkanlah hikmah Allah. Dia jadikan pemimpin bagi para
17

hamba-Nya, sejenis dengan amal dan prilaku hamba-Nya. Bahkan seolaholah amal mereka berwujud seperti pemimpin mereka. Mereka istiqomah
dalam kebaikan, pemimpin mereka akan istiqomah. Sebaliknya, ketika
mereka menyimpang, maka pemimpin mereka pun menyimpang. Ketika
mereka berbuat zalim, pemimpin mereka juga akan berbuat zalim (miftah
darus sa'adah hal. 253).
Ada seorang ulama mantan pemimpin para begal, Fudhail bin
'Iyadh, beliau memberikan contoh kepada kita tentang pentingnya
mendoakan kebaikan bagi pemimpin.
Seandainya saya memiliki satu doa yang mustajabah, maka saya
tidak akan menggunakannya kecuali untuk kebaikan pemimpin.

18

Standarisasi Sekolah Pemimpin

Peristiwa terpenting dalam kehidupan kita adalah ketika kita


memberi ruang seluas-luasnya untuk perbaikan, pengembangan pada
struktur kepribadian kita pada semua unsurnya. Sedangkan peristiwa
terburuk dalam kehidupan kita ketika kita menutup

diri dari

perkembangan internal dan eksternal. Misalnya, binatang Dinosaurus


cepat punah karena tidak terampil beradaptasi. Setiap ide, inspirasi, dan
perkembangan baru dipandang sebagai ancaman, bukan
karunia/anugerah yang harus disyukuri.
Rasulullah Saw bersabda : Jadilah engkau menjadi orang 'alim, atau
pelajar, atau selalu mendengarkan ilmu, atau mencintai orang yang berilmu,
pelajar, suka mendengarkan ilmu, janganlah engkau menjadi orang yang
nomor lima, maka kamu akan celaka (al Hadits)
Denisi pendidikan yang unik (khas), padat dan bernas, yang
belum pernah kita temukan dalam dunia pendidikan pada umumnya
adalah batasan yang dirumuskan oleh salah seorang tokoh dunia Islam
Syaikh Muhammad Qutub dalam salah karya spektakulernya Manhajut
Tarbiyah Al-Islamiyyah Nadhariyyah (teori) wa Tathbiqan (praktek) I,II.
Yakni fannu shina-ati/tasykilil insan (seni memformat manusia baik dari
sisi intelektualitas, perasaan, spiritual, pisiknya, menuju batas kematangan
kepribadiannya secara sinergis). Jadi, kegiatan pendidikan tidak sekedar
transfer ilmu, tetapi transfer nilai sekaligus.
Ada tiga komponen fundamental yang menentukan keberhasilan
19

sebuah pendidikan. Yaitu standar input, proses dan out put. Jika salah satu
unsur dari ketiganya kurang ideal, maka mustahil melahirkan out put yang
diharapkan pula. Dan puasa Ramadhan memadukan ketiga dimensi
tersebut secara sinergis.
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa (QS. Al Baqarah (2) : 183).
Ayat diatas tampak tergambar ketiga unsur penting (khoshois wa
muqawwamat) pendidikan yang ideal. Yaitu, standar input : sumber daya
mukmin, standar proses : shiyam (puasa) dan qiyam (kesungguhan
menjalankan serangkaian kegiatan ibadah) pada bulan Ramadhan, dan
standar out put : sumber daya muttaqin.

20

Standar Input
(Miqyasu Al Maddah)

Sumber Daya Mukmin

Hakikat Mukmin
Amantu billah (aku telah beriman kepada Allah SWT). Artinya,
sekarang saya telah mengenal siapa Allah SWT, pengenalan (ma'rifat) yang
disertai oleh keyakinan tanpa ada keraguan sedikitpun. Inilah hakikat
keimanan. Itulah makna aqidah Islam.
Wa aslamtu ilaihi (saya telah berserah diri kepada-Nya secara lahir
dan batin). Menyerahkan diri dengan kebulatan hati. Segala perintah dan
hukumya aku taati, suruhan-Nya aku kerjakan, larangan-Nya aku
tinggalkan, dengan segenap keridhaan. Inilah hakikat keislaman. Jadi, Islam
dan Iman jika dipisahkan cenderung menyatu. Keduanya merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan.
Lihatlah doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW ketika menuju ke
tempat pembaringan. Yang mengambarkan tentang kepasrahan total.
Allahumma inni aslamtu Ya Allah kuserahkan segala urusanku
kepada-MU. Wajjahtu wajhi ilaika Dan kuhadapkan wajahku kepadaMU. Wa Fawwadhtu amri ilaika Dan kuserahkan segala urusanku kepadaMU. Wa alja-tu dhohri ilaika Dan kusandarkan punggungku hanya
kepada-MU. Raghbatan wa rahbatan ilaika dengan penuh harapan
ridha-MU. Laa malja-a tiada tempat kembali -. Wa laa manja minka illa
ilaika Tiada tempat berlindung dan tiada tempat melepaskan diri
21

daripada-MU selain kepada-MU. Amantu bikitabikalladzi anzalta wa


binabiyyikalladzi arsalta Aku beriman terhadap kitab-MU yang telah
Engkau turunkan, dan terhadap nabi-nabi-MU yang telah Engkau utus (HR.
Bukhari dan Muslim).
Ibnul Qayyim Al Jauziyyah mengatakan : Doa-doa tersebut kita
baca menjelang kematian (tidur). Di dalamnya mengandung tiga unsur
rukun iman. Iman kepada Allah SWT, iman kepada kitab-kitab-Nya dan
iman kepada Rasul-rasul-Nya.
Secara etimologis (kebahasaan) Iman adalah keyakinan yang
terhunjam di dalam hati (mu'taqodat). Yang disimpulkan dalam rukun
Iman. Sedangkan Islam adalah menyerahkan diri secara lahir dan batin
untuk diatur oleh Allah SWT dengan sam'an wa tho'atan (kami dengar dan
kami taat), (al-Jawarih anggota tubuh- ), yang diringkas dalam rukun
Islam.
Iman dan Islam, percaya dan berserah diri, adalah dua kalimat yang
tidak bisa dipisah-pisahkan untuk selama-lamanya. Percaya saja belum
cukup, padahal tidak berserah diri. Dan menyerahkan diri tidak akan
sempurna tanpa didasari oleh keyakinan. Bukti bahwa kita percaya kepadaNya, tentulah kita turuti perintah-Nya. Dan kita mengikuti perintah karena
percaya. Kesimpulan dari keduanya, kepercayaan dan ketundukan
terhadap syariat, itulah agama yang benar (dinul haq). Mengakui secara
lisan sebagai seorang mukmin, tetapi tidak mengikuti perintah-Nya
belumlah dikatakan mukmin
Dan mereka berkata, kami beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
dan kami taat. Kemudian itu berpalinglah satu golongan dari mereka dan
mereka berpaling itu tidaklah orang yang beriman (an-Nur (24) : 47).
22

Perpaduan yang tidak mungkin dipisah-pisahkan antara


kepercayaan dan penyerahan, akidah dan ibadah, pengakuan hati dan
perbuatan, itulah agama yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Maka
dibuatlah denisi (batasan) bahwa agama Islam adalah agama yang
diwahyukan oleh Allah SWT kepada Rasulullah SAW dengan perantaraan
malaikat Jibril termaktub dalam Al-Quran dan ditafsirkan oleh Sunnah
Rasulullah SAW.
Islam adalah celupan Allah bagi yang berakal sehat untuk
kemaslahatan kehidupan dunia dan keselamatan tempat kembalinya.
Sunnah adalah perjalanan, jalan raya lurus yang akan ditempuh,
yang telah didahului oleh Nabi SAW dan kita ikuti jejaknya dari belakang.
Atau tradisi Rasulullah SAW. Jika kita renungkan dengan logika yang sehat,
ada orang yang mengaku percaya, tetapi enggan melakukan perintah, tidak
menjalankan isi Al-Quran, atau tidak mengikuti sunnah (ittiba'ur rasul),
bukanlah disebut mukmin dan muslim. Kepercayaan seharusnya
mengantarkan diri untuk tidak keberatan melakukan perintah dan
menjauhi larangan.
Mengakui diri sebagai seorang Islam, padahal tidak menegakkan
shalat lima waktu. Enggan mengeluarkan zakat. Seakan-akan harta itu
bukan karunia dari-Nya, tetapi hasil kerja kerasnya dalam menerapkan
konsep ekonomi. Tidak melakukan puasa Ramadhan. Tidak pergi haji,
padahal memiliki kesanggupan. Benarkah pengakuannya? lain di mulut,
lain pula di dalam hati. Ini namanya munak. Fenomena tersebut indikator
bahwa pengakuannya belum bulat. Iman dan Islam belum merasuk di
dalam relung kalbu. Tanyakan pada hati nurani, apa beratnya menjalankan
23

perintah.
Ada sebagian orang yang berpandangan, asal hatiku sudah percaya
dan budi pekertiku dengan sesama sudah baik, beribadat dan beramal
tidak diperlukan! Memahami pernyataan tadi bertambah jelas bahwa iman
dan islam belum muncul di relung hati yang paling dalam. Sebab, islam
tidak semata-mata kepercayaan dan pengakuan di mulut.
Menjadi orang Kristen, Yahudi, Majusi pun adalah hati yang baik.
Tetapi agama itu memiliki caranya sendiri (syariat). Kalau mengaku berhati
baik, tetapi keberatan mengerjakan perintah agama, tandanya hati yang
dimilikinya tidak baik.
Ada pula yang mengatakan, beribadat kepada Allah SWT bukanlah
shalat dan puasa saja. Yang penting menolong sesama manusia, berjuang
menegakkan cita-cita Islam. Sudah cukup menjadi seorang muslim.
Alangkah ganjilnya pandangan itu! Ini menggambarkan bahwa ia hanya
mengenal Islam di kulitnya saja. Anda hendak berjuang, menegakkan citacita Islam, dalam masyarakat, dalam negara, ekonomi, politik, dan social
kebudayaan, tetapi melalaikan shalat. Hal itu menunjukkan rumah Islam
yang akan kita bangun berdiri di atas tiang /pondasi yang rapuh. Rumah
baru akan berdiri tegak dimulai dari sendinya.
Rasulullah SAW bersabda: Shalat itu adalah tiang agama.
Barangsiapa yang meninggalkan shalat maka ia merobohkan agama
Kalau kita melakukan perbuatan yang meruntuhkan agama,
muslimkah kita? Bahkan ada hadits lain dan diperbincangkan secara
panjang lebar di kalangan para ulama, yakni.
Barangsiapa yang meninggalkan shalat dengan sengaja
sesungguhnya dia telah kar.
24

Kita katakan menjadi perbincangan yang sengit, sehingga sampai


pada pertimbangan wajib apa tidak mengqadha (mengganti) shalat yang
ditinggalkan. Ada ulama yang berpendapat bahwa satu shalat yang sengaja
ditinggalkan perlu diqadha lagi. Gantinya adalah taubat dengan sungguhsungguh. Ada yang mengatakan bahwa telah batal nikah dengan istrinya
secara otomatis. Kita ingin menjadi muslim, alangkah baiknya kita
memahami Islam secara mendalam. Di dukung oleh dalil naqli dan logika
yang sehat. Janganlah kita memeluk Islam hanya sekedar formalitas.
Jika kita mengaku beriman kepada Allah SWT, tentu kita
mencintai-Nya, kita rela berkorban menuruti kehendak-Nya. Kecintaan
yang tidak melahirkan pengorbanan, namanya cinta palsu. Beriman, yang
tidak dibarengi dengan cinta dan kesiapan berkorban, berarti iman palsu,
islam palsu.
Seperti ungkapan ahli sastra Arab berikut : Engkau mendurhakai
perintah Allah padahal secara lahiriyah menyatakan cinta. Di dalam alam
ini mustahil, di alam ini pun ganjil. Kalau cinta nan tulus, niscaya perintahNya engkau taati. Sebab orang yang cinta kepada yang dicintainya selalu
patuh dan tunduk kepadanya.
Kita pelajari kembali kisah Iblis. Menurut riwayat ia adalah
penghulu segala malaikat. Bernama Azazil, karena saking taatnya. Tidak
ada sejengkal tanah pun di muka bumi ini yang tidak dijadikan tempat
ibadat iblis. Tetapi, pada suatu masa ia diperintah menundukkan
kepalanya, sujud hormat kepada Adam. Dia enggan dan menyombongkan
diri. Maka dia termasuk orang yang kar (al-Baqarah (2) : 34).
Sederhana saja hukuman itu. Dia keluar dari disiplin Ilahi. Dia
enggan untuk bersujud, atas perintah Allah SWT. Dia tergolong orang kar.
25

Pengakuannya selama ini tentang tauhidullah tidak bermanfaat. Sebuah


pernyataan yang tidak disertai ketaatan ketika intruksi datang.
Hakikat itulah yang menyebabkan Abu Bakar memerangi orang
yang menolak membayar zakat. Sekalipun, semula dihalangi oleh Umar bin
Khathab. Dengan sepontan Khalifah Pertama itu menjawab : Demi Allah,
saya tidak akan membeda-bedakan orang yang meninggalkan shalat dan
orang yang enggan mengeluarkan zakat.
Mengaku beriman kepada Allah SWT, membenarkan Muhammad
SAW, hanya tidak membayar zakat. Diberi peringatan, diapun menentang
dengan cara kekerasan, mengangkat senjata untuk memberontak
terhadap khalifah yang sah. Maka mereka diperangi dan dimasukkan ke
dalam barisan yang dahulu enggan pula, dan membangkang yaitu iblis.
Jika direnungkan dengan mendalam prinsip agama ini, maka Islam
dan Iman adalah bagaikan dua mata uang. Saling terkait. Hanya mengaku
muslim, perintah tidak dikerjakan, bahkan bangga meninggalkan perintah,
mengaku umat Rasulullah SAW tetapi larangan dilanggar, muslimkah dia ?.
Islam artinya menyerah dan taat ('amalun bil jawarih). Jika pengakuan,
tanpa dibuktikan dengan amal shalih, akal sehat tidak menerimanya.
Mungkin hati kecil kita mengatakan, itu terlalu berat. Karena tidak
diakui sebagai muslim lagi! Dengan jawaban batin yang seperti ini
membuktikan bahwa kita semakin jauh dari hakikat Islam. Demikianlah
tuntutan sebagai muslim. Apa gunanya pengakuan yang tidak diiringi
perbuatan. Ini alamat kelemahan jiwa, tidak berhasil mengendalikan diri
sendiri. Oleh karena itu, kita perlu mencoba berlatih menjadi muslim sejati.
Dengan demikian, semakin dekat tujuan hidup yang kita pasang.
Pemangku amanah sejarah keturunan nenek moyang yang muslim.
26

Kaitan antara Iman dan Islam adalah hubungan diantara budi dan
perangai. Dalam peraturan budi, suatu budi yang tinggi hendaklah dilatih
secara terus-menerus (riyadhah, mujahadah) supaya menjadi karakter dan
kebiasaan. Seorang yang mengaku beriman kepada Allah dan hari akhir,
percaya kepada para Rasul Allah, niscaya mendorongnya melakukan
perbuatan yang diridhai oleh-Nya.
Ia selalu mempersiapkan bekal, karena ia yakin akan berjumpa
dengan-Nya. Maka, dalam kehidupan ini selalu menempuh jalan yang
lurus. Bagaikan seorang yang mengaku gagah berani, maka ia akan
membuktikannya ke medan perang. Seorang yang mengaku dermawan,
berusaha untuk mencari peluang untuk menafkahkan harta kekayaannya
kepada yang membutuhkan. Seorang yang mengaku dirinya jujur, selalu
memelihara perkataannya dari kontaminasi kebohongan.
Tidak termasuk agama yang luhur, jika membawa manusia yang
sempurna, menuju derajat yang tinggi, tetapi di dalamnya mengandung
perbuatan yang meruntuhkan akhlaknya. Dia diajak naik, tetapi kedua
kakinya dijatuhkan ke bawah. Tetapi realitas yang timpang itu terjadi di
hadapan kita sekarang. Fenomena yang baru ini bertalian dengan sejarah.
Setelah penjajah Barat masuk ke dalam Dunia Islam. Musuh
menemukan bahwa Islam sudah mendarah daging di hati pemeluknya.
Sekalipun kehidupan duniawi mereka sedang mundur, tetapi agama sudah
merasuk ke dalam hati. Ajaran Islam sudah menjadi kultur keseharian.
Orang merasa malu jika dalam sebuah perkampungan ada seorang
pemuda yang tidak menegakkan shalat.
Berdiri bulu roma jika mendengar di suatu tempat ada seorang
gadis yang bunting tidak bersuami. Sehingga musibah yang menimpa di
27

alam, padi di sawah mengalami gagal panen, hama wereng menyerang,


terjadi banjir bandang, semuanya dikaitkan dengan siksa Allah SWT. Sebab,
sudah banyak yang melakukan pelanggaran.
Energi Keimanan
Hanya orang beriman yang menjadi sasaran taklif (beban)
berpuasa Ramadhan. Karena hanya orang beriman yang tergerak hatinya,
memiliki responsibilitas dalam menyambut seruan-Nya. Sedangkan orang
munaq memandang panggilan-Nya seperti suara sayup-sayup nun jauh
disana. Keyakinan orang beriman dibuktikan dengan anggota tubuh. Ia taat
kepada Allah SWT secara lahir dan batin. Tanpa sedikitpun ada rasa
keberatan.
Iman adalah sumber energi jiwa yang senantiasa memberikan
kekuatan yang tidak ada habis-habisnya untuk bergerak memberi,
menyemai kebaikan, kebenaran dan keindahan dalam taman kehidupan,
atau bergerak mencegah kejahatan, kebatilan dan kerusakan di permukaan
bumi. Iman adalah gelora yang mengalirkan inspirasi kepada akal pikiran,
maka lahirlah bashirah (mata hati). Sebuah pandangan yang dilandasi oleh
kesempurnaan ilmu dan keutuhan keyakinan.
Iman adalah cahaya yang menerangi dan melapangkan jiwa kita,
maka lahirlah taqwa. Sikap mental tawadhu (rendah hati), wara'
(membatasi konsumsi dari yang halal), qona'ah (puas dengan karunia
Allah), yaqin (kepercayaan yang penuh atas kehidupan abadi). Iman adalah
bekal yang menjalar di seluruh bagian tubuh kita, maka lahirlah harakah.
Sebuah gerakan yang terpimpin untuk memenangkan kebenaran atas
kebatilan, keadilan atas kezaliman, kekauatan jiwa atas kelemahan. Iman
28

menentramkan perasaan, mempertajam emosi, menguatkan tekat dan


menggerakkan raga.
Iman mengubah individu menjadi baik, dan kebaikan individu
menjalar dalam kehidupan masyarakat, maka masyarakat menjadi erat,
dekat dan akrab. Yang kaya di antara mereka menjadi dermawan, yang
miskin menjadi 'iah (menjaga kehormatan dan harga diri), yang berkuasa
menjadi adil, yang ulama menjadi takwa, yang kuat menjadi penyayang,
yang pintar menjadi rendah hati, yang bodoh menjadi pembelajar, yang
memiliki kedudukan tinggi bisa dijadikan tempat bernanung bagi yang
rendah. Ibadah mereka menjadi sumber kekuatan dan kemudahan,
kesenian menjadi sumber inspirasi dan spirit kehidupan.
Syekh Muhammad Al Ghazali berkata dalam bukunya Khuluqul
Muslim: Apabila iman telah menyatu jiwa, hanya Allah yang paling
berkuasa, segala yang maujud ini hanya makhluq belaka (mumkinul
wujud). Keyakinan yang kuat dan tumbuh berkembang dengan subur,
laksana mata air yang tidak pernah kering sumbernya, yang memberikan
dorongan kepada pemiliknya semangat pengabdian, ibadat secara terusmenerus, mampu memikul tanggngjawab dan menanggulangi kesulitan
dan bahaya yang dihadapinya. Pengabdian itu dilakukan tak mengenal
lelah sampai menemui ajal tanpa ada rasa takut dan cemas.
Iman memberi kekuatan kepada pemiliknya untuk menempuh
perjalanan hidup dalam beribadat dan beramal kepada Allah dan
masyarakat. Jika ia berbicara ia yakin dengan pembicaraannya, apabila ia
bekerja ia sungguh-sungguh dalam pekerjaannya, apabila ia memimpin ia
bertanggungjawab terhadap yang dipimpinnya. Apabila ia melangkah
menuju cita-cita dan ide-ide yang memenuhi akal kirannya maka ia yakin
29

dan pantang menyerah dan ragu-ragu. Ia tidak goncang hatinya, sekalipun


digertak oleh siapapun, asal masih tetap dalam batas-batas kebenaran.
..bekerjalah kamu sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku
akan bekerja pula, maka kelak kamu akan mengetahui. Siapa yang akan
mendapat siksa yang menghinakannya dan lagi ditimpa oleh azab yang
kekal (QS. Az Zumar : 39-40).
Orang mukmin adalah sosok manusia yang memiliki prinsip hidup
yang dipeganginya dengan erat. Ia berkerja sama dengan siapapun dalam
kebaikan dan ketakwaan. Jika lingkungan sosialnya mengajak kepada
kemungkaran, ia mengambil jalan sendiri.
Janganlah ada di antara kamu menjadi orang yang tidak
mempunyai pendirian, ia berkata : Saya ikut bersama-sama orang, kalau
orang-orang berbuat baik, saya juga berbuat baik, dan kalau orang-orang
berbuat jahat sayapun berbuat jahat. Akan tetapi teguhkanlah
pendirianmu. Apabila orang-orang berbuat kebajikan, hendaklah engkau
juga berbuat kebajikan, dan kalau mereka melakukan kejahatan,
hendaknya engkau menjauhi perbuatan jahat itu (HR. Tirmidzi).
Orang mukmin yang sejati mempunyai harga diri, tidak melakukan
perbuatan-perbuatan yang hina. Apabila ia terpaksa melakukan
perbuatan-perbuatan yang tidak pantas, perbuatannya itu ia sembunyikan
dan tidak dipertontonkan di hadapan orang banyak. Ia masih memiliki rasa
malu jika aibnya diketahui dan ditiru orang banyak.
Seorang mukmin berani menegakkan kebenaran sekalipun rasanya
pahit. Untuk memenuhi perintah Allah, tidak untuk memperoleh maksud
duniawi yang rendah dan untuk tujuan jangka pendek dan kenikmatan
sesaat (mata'uddunya). Ia jika ia membiarkan kebatilan mendominasi
30

kehidupan, maka imannya terjangkiti virus kelemahan. Seorang mukmin


teguh pendirianya, bagaikan batu karang di tengah lautan. Tegar dari
amukan badai dan hempasan gelombang serta pasang surut lautan.
Wahai pemuda, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa
kalimat sebagai berikut : Peliharalah (perintah) Allah, maka Allah akan
memelihara engkau, dan peliharalah (larangan) Allah, niscaya engkau
dapati Allah dihadapanmu. Apabila kamu meminta, mintalah kepada Allah
dan apabila kamu meminta pertolongan, mintalah pertolongan Allah.
Ketahuilah olehmu, sekiranya ummat manusia sepakat hendak memberi
manfaat kepadamu, niscaya tak akan sanpai sesuatu juapun daripadanya
melainkan apa yang telah ditetapkan Allah lebih dahulu. Demikian juga
sekiranya mereka itu sepakat pula hendak membahayakan kamu, tak akan
sampai bahaya itu melainkan menurut apa yang telah ditetapkan Allah
terlebih dahulu. Terangkan kalam, dan keringlah kertas (HR. Tirmidzi).
Kekuatan jiwa seorang muslim, terletak pada kuat dan tidaknya
keyakinan yang dipeganginya. Jika akidahnya teguh, kuat pula jiwanya.
Tetapi jika aqidahnya lemah, lemah pula jiwanya. Ia tinggi karena
menghubungkan dirinya kepada Allah Yang Maha Agung dan Maha Tinggi.
Diriwayatkan dari 'Auf bin Malik, ia berkata : Rasulullah saw
memberikan keputusan terhadap sebuah kasus antara dua orang laki-laki.
Ketika kedua-duanya sudah pulang, yang kalah dalam sidangnya ia berkata
: Hasbiyallahu wa ni'mal wakil Hasbiyallahu wa ni'mal wakil (Allahlah yang
mencukupkan daku, dan Dialah sebaik-baik tempat berlindung).
Mendengar perkataan orang yang kalah itu, yang mungkin seolaholah mengeluh, Nabi Saw bersabda: Bahwasanya Allah mencela dan
membenci kelemahan, karena itu hendaklah engkau berlaku bijaksana, agar
31

engkau jangan mendapati kekalahan. Maka apabila sudah berkali-kali


engkau bijaksana, dikalahkan juga engkau, barulah engkau berkata :
Hasbiyallahu wani'mal wakil (HR. Ahmad).
Orang b eriman dalam b eramal dan mengab di hanya
mengharapkan ridha Allah semata. Ia merupakan manusia yang
menakjubkan. Karena ia dianggap sebagai inti (jauhar) daripada unsurunsur yang ada di alam semesta.
Ketika Allah telah menciptakan bumi, jadilah bumi itu dalam
keadaan goncang dan miring-miring, lalu Allah menegakkannya dengan
gunung-gunung, maka tegaklah bumi itu dengan tenangnya. Maka heranlah
para malaikat, dengan kekuatan gunung itu, maka berkatalah para
malaikat : Wahai Tuhanku, adakah Tuhan menjadikan makhluk yang lebih
kuat dari gunung? Allah berrman : Ya, yaitu besi. Para malaikat berkata :
Apakah Tuhan menciptakan makhluk yang lebih kuat dari besi? Allah
berrman: Ya, yaitu api. Para malaikat berkata : Apakah Tuhan
menciptakan makhluk yang lebih kuat dari api? Allah berrman : Ya, yaitu
air. Mereka berkata lagi : Apakah Tuhan menciptakan makhluk yang lebih
kuat dari air ? Allah berrman : Ya, yaitu angin. Para malaikat berkata lagi :
Apakah Tuhan menciptakan makhluk yang lebih kuat dari angin ? Allah
berrman : Ya, yaitu manusia yang ikhlas, yang apabila bershadaqah
disembunyikan, sehingga apa yang dikeluarkan oleh tangan kanannya,
tangan kirinya tidak mengetahui shadaqah yang dikeluarkannya itu. (HR.
Tirmidzi).
Iman memberikan ketegaran, keteguhan jiwa kepada pemiliknya,
sekalipun berhadapan dengan kezaliman raja, bahkan melawannya.
Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu
32

daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang telah datang kepada kami
dan daripada Tuhan yang telah menciptakan kami; Maka putuskanlah apa
yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat
memutuskan pada kehidupan di dunia Ini saja. (QS. aha (20) : 72).
Iman yang memberikan ketenangan jiwa Nabi Musa as. ketika
dihadapkan dengan kenyataan pahit.
Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah
pengikut-pengikut Musa : Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul.
Musa menjawab : Sekali-kali tidak akan tersusul, sesungguhnya Tuhanku
bersamaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku. Lalu Kami
wahyukan kepada Musa : Pukullah lautan itu dengan tongkatmu. Maka
terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah bagaikan gunung yang
besar (QS. 26 : 61-63).
Iman-lah yang menjadikan Nabiyullah Muhammad Saw tertidur
dengan pulas sekalipun nyawanya sedang terancam.
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka
sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kar
(musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah
seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia
berkata kepada temannya : Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya
Allah beserta kita (QS. 9 : 40).
Kedudukan, kekayaan, kepandaian yang tidak ditemani oleh iman
akan membuat pemburunya kecewa. Disangka berupa air yang bisa
membasahi kerongkongan yang kering karena kehausan. Setelah
didatanginya hanya berupa fatamorgana.
Dan orang-orang kar amal-amal mereka adalah laksana
33

fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang
dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu
apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah
memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah
adalah sangat cepat perhitungan-Nya [*].(QS. 24 : 39).
Orang-orang kar, karena amal-amal mereka tidak didasarkan atas
iman, tidaklah mendapatkan balasan dari Tuhan di akhirat walaupun di
dunia mereka mengira akan mendapatkan balasan atas amalan mereka itu.
Kilas Balik
Kata Nabi saw, komunitas mereka laksana taman yang menghiasi
kehidupan. Di huni oleh para ulama yang mengamalkan ilmunya. Para
umara yang mengelola kekuasaanya dengan keadilan. Para pebisnis yang
berniaga dengan kejujuran. Masyarakat bawah yang rajin beribadah. Dan
para kaum profesional yang bekerja dengan taat aturan. Iman yang
mengubah manusia fatalis, konsumtif, menjadi sosok yang produktif,
kreatif, inovatif dan dinamis.
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu
akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh
Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin[teguh kepercayaannya kepada
kebenaran nubuwwah], orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang
saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya (QS. An Nisa (4) : 69).
Dengan iman yang terpatri di dalam hati nurani, Bilal bin Rabah
mampu bertahan di bawah tekanan batu karang raksasa dengan terik
matahari padang pasir yang membakar tubuh hitam kelamnya. Ia sukses
membunuh majikannya dalam peristiwa perang Badar. Ia yang semula
34

seorang budak bisa berubah menjadi manusia besar.


Abu Bakar yang lembut, selalu meneteskan air mata setiapkali
menjadi imam shalat, menjadi sangat keras dan tegar melebihi ketegasan
Umar bin Khathab ketika memerangi kaum murtaddin (keluar dari islam
dan menolak syariat zakat). Umar bin Khathab yang terhormat, dengan
sukarela membawa gandum ke rumah seorang perempuan miskin di
kegelapan malam.
Khalid bin Al Walid, si pedang terhunus, menyukai malam-malam
dingin dalam jihad i sabilillah daripada seorang cantik di malam
pengantin. Ali bin Abi alib bersedia memakai selimut Rasulullah saw dan
tidur di kasur beliau ketika dikepung para algojo menjelang hijrah, atau
menghadiri pengadilan saat beliau menjadi khalifah untuk diperkarakan
dengan seorang warganya yang Yahudi tulen.
Utsman bin Aan dengan senang hati membeli sumur Raumah
milik Yahudi dengan harga dua kali lipat untuk mengatasi krisis air yang
menimpa kaum muslimin Madinah. Ia menginfakkan seluruh hartanya
pada medan peperangan yang dikenal sulit (jaisyul usrah), perang Tabuk.
Sejarah islam sepanjang lima belas abad ini mencatat, kaum
muslimin meraih kemenangan-kemenangan dalam berbagai peperangan,
mewujudkan kemakmuran dan keadilan, mengembangkan berbagai
cabang ilmu pengetahuan dalam peradaban ketika iman mewarnai seluruh
aspek kepribadian setiap individu muslim. Memperkuat stamina
ruhaniyah, mencerdaskan akal dan menggerakkan fisik mereka.
Tetapi sejarah juga menorehkan luka. Pasukan Tartar membantai
80.000 orang kaum muslimin di Baghdad, pasukan Salib menguasai Al
Quds selama satu abad kurang sepuluh tahun, surga Andalus (Spanyol)
35

hilang dari genggaman kaum muslimin dan direbut kembali kaum Salib,
Khilafah Utsmaniyah di Turki dihancurkan gerakan Zionisme Internasional.
Apakah penyebab kehancuran itu semua? Krisis iman (azmatul iman). Saat
dimana iman hanya sebagai slogan, dan tidak merasuk di dalam jiwa dan
pikiran, tidak memberi vitalitas dan dinamika dalam kehidupan, lalu
tenggelam dalam lumpur syahwat. Gila tahta, harta dan wanita. Terjangkiti
virus syubhat (salah paham terhadap kebenaran) dan ghoah (lalai dari misi
kehidupan).
Karena itulah penguasa dan para umara menjadi zhalim dan
dictator (thughyan), orang kaya menjadi pelit, orang miskin menjadi
pengkhianat, orang bodoh menjadi tidak tahu diri (sombong), dan tentara
mereka tidak memiliki nyali. Dan kalangan bawah kurang asah, asuh dan
asih serta kurang ajar.
Nabi saw melukiskan kondisi komunitas yang tegak tidak dilandasi
oleh iman akan diisi oleh ulama yang dengki, umara yang zhalim, para kaum
awam beribadah karena riya', pengusaha yang berkhianat dan kaum
professional yang tidak patuh hokum (tidak disiplin). Sehingga kehidupan
mereka seperti berdiam di hutan (al ghabah). Hukum yang diberlakukan
laksana huku rimba. Tumpul untuk kalangan elit dan tajam umtuk level
grass root. Sehingga melukai rasa keadilan. Hukum bisa ditarik kesana
kemari sesuai dengan selera zaman.

36

Standar Proses
(Miqyas Al Amaliyah, Al Kaiyah)

Nilai Edukatif Huruf Hijaiyah Pada


Terma Ramadhan

Dari segi etimologis makna 'Ramadhan' adalah terik panas yang


membakar. Karena pada umumnya tibanya bulan ke sembilan bulan
Qamariyah ini pada musim panas. Makna tersebut mengandung pelajaran
berharga, lewat puasa Ramadhan menjadi hangus terbakar dosa-dosa dan
kelemahan serta sisi gelap diri kita. Sedangkan sisi terang diri kita
mengemuka.
Disamping itu puasa adalah junnah (perisai). Yang bisa memagari
pelakunya dari tekanan internal diri, tarikan eksternal, media untuk
melawan ketergesa-gesaan, menikmati penderitaan, menghalau tantangan
dan berbagai kesulitan, menunda kenikmatan sesaat menuju kepuasan
batin, menguatkan azam, mensucikan maksud, dan mengangkat martabat.
Dengan perisai tersebut, semoga Allah SWT melindungi kita dari
berbagai madharat, memagari kita dari maksiat, dan menjaga kita dari
gangguan yang bersumber dari mukmin yang dengki, tipu daya orang kar,
munaq yang membenci, hawa nafsu yang menggelincirkan dan syetan
yang menyesatkan.
Menurut Drs Mudrik Qari' dalam karya tulisnya, Menyingkap
Rahasia Ramadhan. Huruf Hijaiyah yang tergabung dalam kalimat
Ramadhan, sesungguhnya menggambarkan intitusi madrasatul hayah
37

(sekolah kehidupan) yang dipandu dan dimonitor langsung oleh Allah


SWT.
Pertama, huruf RA kependekan dari rahmat. Sesungguhnya jati
diri yang menonjol pada diri Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah Maha
Pengasih dan Maha Penyayang. Ia memiliki 100 rahmat. 99 1/100 disimpan
di Lauh Mahfudh. Dan satu persen diturunkan ke dunia. Dengannya langit
dan bumu diciptakan dan berjalan secara harmonis. Ibu menyayangi
anaknya. Makhluk bisa menjalani kehidupan. Dan dengannya pula para
binatang tidak berebutan dalam satu lokasi air minum.
Semua surat dalam al Quran dimulai dengan
bismillahirrahmanirrahim, kecuali surat at Taubah. Hal ini menunjukkan
bahwa rahmat-Nya sangat agung, dan selalu mengalir kepada semua
makhluk-Nya sampai hari kiamat. Dan 99 persen akan diberikan kepada
hamba-Nya yang masuk surga.
Pangkal utama tercerabutnya kasih sayang pada diri manusia
adalah Takatsur (menumpuk-numpuk harta, mengejar jabatan,
memperbanyak massa) tidak untuk menegakkan dinul Islam. Tetapi untuk
kepentingan pribadi dan kelompok. Jika penyakit ini dirawat akan
menimbulkan penyakit turunan, serakah, sombong, dengki dan dendam.
Keempat sifat itu yang menjadi pemicu pelanggaran manusia dari masa ke
masa.
Kedua, huruf MIM kependekan dari maghrah (ampunan).
Maghrah adalah penjagaan dan penghalang dari jahatnya perbuatan dosa
(wiqoyatu syarridz dzunubi ma'a satriha). Seseorang yang beristighfar
hakikatnya mohon agar kelemahan-kelemahan yang melekat pada dirinya
dikurangi, atau bahkan dihapus. Konsekwensinya, dengan memperbanyak
38

istighfar berarti kualitas dirinya mengalami perkembangan secara


signikan. Hanyalah orang-orang yang tidak tahu diri, yang tidak
beristighfar.
Dari Anas berkata : Rasulullah SAW bersabda : Allah SWT berrman
: Wahai keturunan Adam, sesungguhnya apabila engkau berdoa dan
memohon ampunan kepada-KU, maka niscaya akan Aku ampuni, apa pun
keadaanmu Aku tidak peduli. Wahai keturunan Adam, apabila dosadosamu memenuhi langit, kemudian engkau memohon ampun kepada-KU,
maka Aku ampunilah aku. Wahai anak cucu Adam, kalaulah Engkau
memiliki dosa seisi bumi ini, kemudian engkau memohon ampun kepada-KU
tanpa pernah menyekutukan-KU sedikitpun, maka Aku akan berikan
ampunan sebanyak dosa yang engkau bawa.
Dalam kitab ' Al Bahrur Raqaiq Fii Az Zuhdi wa Ar Raqaiq oleh DR.
Farid, hal : 107, menyebutkan bahwa hadits diatas mengandung tiga faktor
penting datangnya maghrah.
Pertama : Doa dibarengi dengan harapan, karena sesungguhnya
doa diperintahkan dan dijanjikan akan terkabul. Sekalipun iblis berdoa
kejelakan kepada Allah SWT, dikabulkan, apalagi memohon kebaikan.
Ketiga, Huruf Dhadh kependekan dari dhi'fun (berlipat ganda).
Dan Tuhanmu berrman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan
diri dari menyembah-Ku [berdoa] akan masuk neraka Jahannam dalam
keadaan hina dina". (QS. Ghar (40) : 60).
Faktor terkabulnya doa disertai dengan menyempurnakan syaratsyaratnya, menghilangkan penghalangnya. Keterlambatan terkabulnya
doa karena hilangnya syarat yang harus dipenuhi atau adanya pengahalang.
39

Diantara syarat yang paling besar adalah hadirnya hati dan harapan
terkabul. Demikian pula ketika seorang hamba jika berdosa tidak
mengharapkan ampunan selain Rabb-nya, dan menyadari bahwa tiada
yang bisa menghapus doasanya selain Allah SWT. Sekalipun besar dosa
yang dilakukan hamba, tapi ampunannya lebih agung.
Kedua, Mohon ampunan, sekalipun banyaknya dosa memenuhi
langit sehingga orang tidak selesai melihatnya kemudian minta ampun,
sesungguhnya Dia mengampuninya. Diriwayatkan, dari Luqman ia
berpesan kepada anaknya, Wahai anakku, biasakan mulutmu berkata Ya
Allah ampunilah aku, sesungguhnya bagi-Nya memiliki waktu-waktu,
dimana siapa saja yang meminta di dalamya tidak tertolak.
Ketiga, Tauhid faktor utama terkabulnya doa. Jika ia melakukan
syirik diharamkan maghrah. Yang datang kepada-Nya dalam keadaan
bertauhid, merupakan penyebab penting terkabulnya doa. Ibnu Abbas
mengatakan, Sebagaimana Allah SWT tidak menerima amal ketaatan
orang musyrik maka kita berharap ampunan Allah SWT atas dosa orang
yang bertauhid.
Ketiga, Kependekan huruf Dhadh. Yakni dhi'fun (berlipat ganda).
Diantara keistimewaan yang diberikan oleh Allah SWT pada bulan
Ramadhan adalah waktu-waktunya syarat pahala. Pahala amal shalih yang
dilakukan didalamnya dilipatgandakan.
Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dari Salman ra. katanya :
Rasulullah Saw pada hari terakhir dari bulan Sya'ban berkhutbah di
hadapan kami, maka beliau bersabda :
Wahai manusia, sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang
agung lagi penuh berkah, yaitu bulan yang di dalamnya ada suatu malam
40

yang lebih baik dari seribu bulan, bulan yang Allah SWT telah menjadikan
puasa-Nya suatu fardhu dan qiyam (shalat tarawih) pada malam harinya
tathawwu'. Barangsiapa mendekatkan dirinya kepada Allah SWT dengan
suatu pekerjaan kebajikan di dalamnya, samalah dia dengan orang yang
menunaikan suatu fardhu di bulan yang lain. Dan barangsiapa menunaikan
suatu fardhu di dalam bulan Ramadhan, samalah dia dengan orang yang
mengerjakan tujuh puluh fardhu di bulan yang lain. Ramadhan itu itu
adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu pahalanya adalah surga.
Ramadhan itu adalah bulan memberikan uluran tangan dan bulan Allah
menambah rezeki pada orang mukmin di dalamnya. Barangsiapa memberi
makanan berbuka di dalamnya kepada seseorang yang berpuasa adalah
yang demikian itu merupakan pengampunan bagi dosa-dosanya dan
kemerdekaan dirinya dari mereka. Orang memberikan makanan berbuka
puasa, baginya pahala seperti pahala orang yang mengerjakan puasa itu,
tanpa sedikitpun berkurang.
Para sahabat berkata : Ya Rasulullah, tidaklah kami semua memiliki
makanan berbuka puasa untuk orang-orang yang berpuasa! Maka
Rasulullah Saw bersabda : Allah SWT memberikan pahala ini kepada orang
yang memberikan sebutir kurma, atau seteguk air, atau sehirup susu. Dialah
bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan dan
akhirnya pembebasan dari neraka. Barangsiapa yang meringankan beban
dari hamba sahaya (pembantu rumah tangga), niscaya Allah SWT
mengampuni dosanya dan memerdekannya dari neraka. Karena itu
perbanyaklah empat perkara di bulan Ramadhan. Dua perkara untuk kamu
menyenangkan Tuhanmu dan dua perkara lagi untuk kamu
membutuhkannya. Dua perkara yang kamu lakukan untuk menyenangkan
41

Allah SWT, ialah mengakui dengan sesungguhnya, bahwa tidak ada Tuhan
(yang eksis) melainkan Allah dan mohon ampun kepada-Nya. Dua perkara
lagi yang kamu sangat membutuhkannya, ialah mohon sorga dan
berlindung dari neraka. Barangsiapa memberi minum kepada orang yang
berpuasa, niscaya Allah memberi minum kepadanya dari air telagaku
dengan minuman yang dia tidak merasakan haus lagi sesudahnya, sehingga
ia masuk surga (At-Targhib II : 217-218).
Keempat, Huruf Alif. Yakni 'amina minan niroon' (aman dari siksa
neraka). Pada bulan ini pintu surga di buka secara luas, sedangkan pintupintu neraka di tutup. Sesungguhnya tiga kegiatan, thalabul 'ilmi (mencari
ilmu), taqarrub kepada Allah SWT (ibadah), mengerahkan tenaga untuk
berjuang di jalan-Nya, adalah sarana efektif yang diberikan oleh Allah SWT
untuk mempersempit peluang berbuat dosa.
Jadi tiga potensi umat Islam yang pernah membangkitkannya dari
kelalaian, kelemahan, diberdayakan pada bulan ini. Yakni ijtihad
(pengerahan pikiran), mujahadah dan tawajjuh (pemberdayaan instrumen
hati), dan jihad (mengerahkan raga) di jalan-Nya. Jika ketiga potensi
tersebut kita gali kembali, maka berbagai kemenangan yang bersifat mikro
dan makro akan kita peroleh.
Kelima, Huruf NUN. Nur artinya cahaya. Puasa tidak sekedar
menahan lapar dan dahaga. Justru yang terpenting adalah memelihara
panca indra dan indra keenam dari kontaminasi dosa. Jika instrumen
manusia tersebut terpelihara kesuciannya, lulusan Ramadhan akan
menjadi manusia yang tercerahkan kehidupannya. Keadaan dirinya
bagaikan kain putih (thrah). Condong kepada perbuatan yang dikenali
hati (ma'ruf), kejujuran, kasih sayang, dan mengingkari perbuatan yang
42

bertentangan dengan hati nurani (munkar). Kebohongan, kezaliman.


Maka ia akan lahir ke dunia menjadi manusia kupu-kupu yang keluar dari
kepompong. Bagaikan bayi yang baru lahir. Menyejukkan dan sedap di
pandang mata. Karena wajahnya menampakkan kepolosan (cahaya). Tidak
ada yang disembunyikan. Mahmud Syaltut berkata : Orang yang berpuasa
dan qiyam Ramadhan laksana malaikat berbentuk manusia (al malaikatu
kashuratil insan).
Kupu-kupu yang berterbangan menghisap saripati bunga,
memang indah dipandang. Padahal kupu-kupu yang indah itu berasal dari
ulat. Ulat adalah sejenis binatang yang menjijikkan. Bulu-bulunya sangat
membahayakan. Jika menyentuh kulit seseorang akan menimbulkan
kegatalan yang tak terperikan.
Ternyata ada masa transisi yang harus dilalui oleh ulat agar beralih
bentuk menjadi kupu-kupu yang indah. Sebelum menjadi kupu-kupu,
pada masa tertentu bertapa dalam sebuah kepompong selama 40 hari
untuk berpuasa. Sehingga ulat yang semula rakus, serakah dalam memakan
dedaunan tiba-tiba menjadi sadar dan mengakhiri kerakusannya,
bersemedi dalam kepompong.
Dalam pertapaannya ulat yang menjijikkan itu mengalami
perubahan bentuk (metamorfose). Kini, ia terlihat lucu, sedap sejauh mata
memandang dan sangat menakjubkan. Puasa ulat terbukti berhasil dengan
baik, sehingga berubah menjadi makhluq yang indah.
Sama halnya dengan orang yang menjalankan puasa Ramadhan.
Setelah sebelas bulan manusia tidak pernah istirahat makan dan minum
serta berhubungan sebadan, bahkan tidak sedikit yang memenuhi
kebutuhan jasmaninya secara berlebih-lebihan, ketika berpuasa perut dan
43

jasmani berhenti sejenak untuk melakukan pertapaan.


Insya Allah dengan mengendalikan nafsu lewat pelaksanaan
ibadah puasa selama sehari penuh, kita menjadi manusia baru. Sikap
mental yang memiliki kemiripan dengan ulat yang serakah, dan tidak
memiliki rasa malu, dengan berpuasa Ramadhan menjadi manusia yang
bermental seperti kupu-kupu. Penampilannya menyejukkan dalam
pergaulan dengan sekelilingnya. Sungguh puasa Ramadhan merupakan
training untuk memformat diri menjadi manusia baru. Mukmin yang
muttaqi.
Rasulullah saw. bersabda : Perumpamaan seorang mukmin itu
laksana lebah. Apabila ia makan, ia makan barang yang baik. Dipilihnya
makanan yang halal. Dipilihnya bungan yang indah dan harum tempat
untuk hinggap. Dan apabila ia mengeluarkan sesuatu dari badannya, yang
dikeluarkannya berupa barang yang baik, madu manis dan segar, bisa
menjadi obat bagi manusia. Dan apbila ia hinggap, sekalipun di sebuah
ranting yang lapuk, maka sedikitpun tidak rusak (al Hadits).
Perumpamaan orang beriman tidak seperti ulat, bila ia hinggap di
daun yang segar, maka tempat yang dihinggapi digulung dan dihabiskan,
sedangkan dirinya semakin gemuk. Tidak pula seperti lalat, ia senang di
tempat yang kotor dan pergi kemana saja selalu membawa penyakit.

44

Standar Output
(Miqyas An Natijah, Al Mutakhorrij)

Sumber Daya Muttaqin

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan


sebenar-benar takwa, dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan
tunduk (muslim) (QS. Ali Imran (3) : 102).
Makna Takwa
Bertakwa adalah menjalankan semua perintah-perintah-Nya dan
menjauhi semua larangan-larangan-Nya dengan penuh kesadaran dan
kesabaran. Takut bermaksiat kepada Allah Swt melebihi ketakutannya
menghadapi musuh. Karena kemenangan yang diperoleh kaum muslimin
karena dosa-dosa yang dilakukan oleh musuh. Jika kita juga senang
melakukan dosa sebagaimana mereka, maka kita akan kalah. Karena,
dilihat dari ikhtiar lahiriyan, mereka jauh lebih unggul dan matang.
Takwa adalah sebaik-baik bekal yang sangat diperlukan individu
dan jamaah kaum muslimin. Sesungguhnya perjuangan untuk iqamatud
din (menegakkan syariat) tidak akan memperoleh pertolongan Allah Swt
tanpa taqwa. Amal kita akan tertolak bila tidak disertai taqwa. Dua putra
Nabi Adam as. telah mempersembahkan korban, lalu korban salah satunya
diterima sedangkan yang lain ditolak. Habil berkorban karena taqwa
sedangkan Qabil berkorban untuk meraih kepentingan dunia.

45

Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan


Qabil) menurut yang Sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan
korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan
tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia Berkata (Qabil): "Aku pasti
membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah Hanya menerima
(korban) dari orang-orang yang bertakwa". (QS. Al-Maidah (5) : 27).
Betapa banyak orang yang beramal, berjuang, berkorban, tetapi
amal mereka dikembalikan (tidak diterima) karena dorongan dari dalam
tidak dari takwa. Takwa adalah syarat untuk sukses di dunia dan
tercapainya sasaran yang dituju. Mari kita dengarkan ucapan Musa as
kepada kaumnya yang dikisahkan dalam Al-Quran.
Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah,
sesungguhnya bumi ini milik Allah, Dia mewariskannya kepada orang yang
Dia kehendaki dari para hamba-Nya. Dan akibat yang baik itu adalah bagi
orang-orang yang bertakwa (QS. Al-A'raf (7) : 128).
Umar bin Khathab pernah menulis surat kepada Sa'ad bin Abi
Waqash, panglima pasukan dalam perang melawan Persia, berbunyi :
Amma ba'du, sesungguhnya aku perintahkan kepadamu dan bala
tentara yang menyertaimu agar bertakwa kepada Allah dalam segala hal,
karena sesungguhnya takawa kepada Allah adalah senjata yang paling
utama dan paling kuat untuk menghadapi musuh dalam perang. Aku
perintahkan kepadamu dan orang-orang yang menyertaimu agar
mewaspadai perbuatan-perbuatan maksiat melebihi kewaspadaan kalian
terhadap musuh, karena efek dosa-dosa pasukan itu bagi mereka, lebih
menakutkan daripada serangan musuh. Sesungguhnya kaum muslimin
diberi pertolongan karena kemaksiatan musuh mereka kepada Allah dan
46

kalau tidak karena itu tidaklah kita memiliki kekuatan untuk melawan
mereka, sebab secara kuantitas tidak sebesar mereka, dan perlengkapan kita
tidak sebaik perlengkapan mereka. Jika kita sama dengan mereka dalam
perbuatan maksiat, maka mereka lebih kuat daripada kita dan jika kita
tidak menang terhadap mereka dengan keutamaan (takwa), tidaklah kita
bisa mengalahkan mereka hanya dengan kekuatan kita.
Sesungguhnya bantuan Allah kepada hamba-hamba-Nya dengan
pertolongan dan malaikat adalah karena takwa.
Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bertakwa dan mereka datang
menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu
dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda (QS. Ali Imran (3) : 125).
Ibnu Rawahah ketika mengatakan pada hari Perang Mu'tah : Demi
Allah, tidaklah kita memerangi manusia dengan bilangan banyak dan tidak
dengan persiapan lengkap, tetapi kita memerangi mereka dengan agama
yang Allah telah memuliakan kita dengannya ini!
Sesungguhnya perbedaan jumlah personil, perlengkapan, dan
sarana kekuatan antara kita dengan musuh sangatlah tidak berimbang,
hanya saja Allah Swt telah memberikan sesuatu yang bisa kita manfaatkan
untuk menutup perbedaan lahiriyah yang jauh ini dan mengalahkan
musuh kita sekalipun jumlah dan persiapan kita sedikit Allah Swt telah
menganugerahi kita kunci kemenangan yang paling besar, takwa.
Hai orang-orang yang beriman, jika kalian bertakwa kepada Allah,
niscaya Dia memberikan 'furqan' bagi kalian (QS. Al-Anfal (8) : 29).
Furqan adalah pemisah antara kebenaran dan kebatilan. Furqan
adalah sesuatu yang bisa kita gunakan untuk mengetahui yang benar dan
yang batil. Dengan bekal pengetahuan itu kita beramal secara benar dan
47

menjauhkan diri dari kebatilan. Dengannya kita memenangkan kebenaran


dan mengalahkan kebatilan, meminjam istilah Ibnu Ishaq.
Ibnu Katsir berkata : Barangsiapa bertakwa kepada Allah dengan
mengamalkan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan laranganlarangan-Nya, akan terbimbing untuk mengetahui kebenaran dan kebatilan.
Itu merupakan kunci pembuka kemenangan, keselamatan, dan jalan keluar
baginya dalam menghadapi urusan-urusan dunia, kunci kebahagiaan pada
hari kiamat, dan sebab dihapusakannya segala dosa-dosanya.
Takwa adalah solusi untuk mengatasi setiap kelemahan,
ketertinggalan, dan kehinaan yang sedang mendera ummat Islam. Ia adalah
satu faktor yang apabila kita pegang teguh, pangkal datangnya pertolongan
dan tauk akan dimudahkan bagi kita dan segala faktor yang menyebabkan
kekalahan dan kehinaan akan dijauhkan.
Takwa menuntun kita untuk komitmen dengan kebenaran,
kebajikan, kesucian, dan menjadikan kita mencintai, menuruti,
memperjuangkan, dan melaksanakannya semata-mata mencari ridho
Allah Swt. Ia memelihara kita dari penyimpangan dan yang menjamin
kemenangan bagi kita atas musuh yang memiliki kekuatan jauh lebih hebat
serta harta, jumlah, dan perlengkapan yang melebihi kita. Takwa dengan
izin Allah Swt yang menyelamatkan kita dari kesempitan dan kesusahan.
Betapa banyak kesempitan dan kesusahan yang pada zaman ini dihadapi
kaum muslimin, sementara barisan musuh masih menunggu-nunggu
kesempatan.
Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia
membuatkannya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak
disangkanya. Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah
48

akan mencukupkan (keperluannya). Sesungguhnya Allah melaksanakan


urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap
sesuatu. Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan
kemudahan baginya dalam urusannya (QS. Ath-alaq (65) : 2-4).
Urgensi Takwa
Takwa mengantarkan kita memiliki sikap konsisten sekalipun
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya beresiko,
dihadapkan kesulitan. Takawa-lah yang dapat menuntun kita disiplin
terhadap jama'ah, sami'na wa atha'na terhadap pemimpin serta tidak
mendurhakainya selama dalam kebaikan. Maka, disamping sebab-sebab
lain Allah menjadikan takwa menjadi sebaik-baik bekal bagi kita.
Dan berbekallah, karena sebaik-baik bekal itu adalah takwa. Dan
bertakwalah kepada-KU hai orang-orang yang berakal (QS.Al-Baqarah (2) :
197).
Tanpa bekal takwa kita tidak akan kuat menapaki jalan menuju
Allah Swt. Kita akan mengalami stagnasi dalam perjuangan, macet di
tengah jalan, bahkan kita akan berbalik haluan. Alangkah indahnya nasihat
Nabi Saw terhadap orang yang sedang melepas kepergian salah seorang
sahabat.
Semoga Alloh membekalimu dengan takwa (HR. Ad-Darimi).
Hadits diatas menjelaskan bahwa sebaik-baik bekal dalam
perjalanan pendek maupun jauh, dalam setiap pekerjaan adalah bekal
takwa.
Ali bin Abi alib berkata : Takwa adalah takut kepada Allah Yang
Maha Agung, melaksanakan wahyu dan mempersiapkan diri untuk
49

menghadapi kematian.
Rasulullah Saw pernah memberikan nasihat kepada kami yang
menyebabkan hati terharu dan mata berlinang-linang. Lantas kami berkata
:

Ya Rasulullah Saw ini seolah-olah nasihat untuk orang yang akan

berpisah, maka nasihatilah kami.


Aku berwasiat kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah
mendengar dan taat sekalipun yang memimpin kalian itu seorang budak.
(HR. Ahmad, Ibnu Majah, At-Tirmidzi dari 'Irbadh bin Sariyah).
Karena begitu pentingnya takwa Rasulullah Saw bila mengirim
seorang komandan untuk memimpin pasukan, dengan mewasiatkan
takwa dan agar bersikap baik kepada para prajuritnya. Para khalifah selalu
mewasiatkan takwa kepada penggantinya, dan para ulama salaf saling
berwasiat diantara mereka dengan takwa.
Lima Kecerdasan Orang Yang Bertakwa
Untuk memperbaiki dan mendongkrak mutu ketakwaan kita,
alangkah baiknya kita berhenti sejenak untuk mencermati arahan Allah
SWT tentang ciri yang menonjol/melekat pada struktur kepribadian orang
yang bertakwa pada ayat berikut ini.
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan
kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk
orang-orang yang bertakwa,

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan

(hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang


menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan. dan (juga) orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat
50

akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa
lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah ? dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (QS. Ali
Imran (3) : 133-135).
Bertolak dari ayat diatas, setidak-tidaknya orang yang bertakwa itu
memiliki ciri yang menonjol. Pertama, memiliki kecerdasan nansial
(menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit). Kedua,
memiliki kecerdasan emosi (menahan amarahnya). Ketiga, memiliki
kecerdasan sosial (memaafkan kesalahan orang lain). Keempat, memiliki
kecerdasan spiritual (apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya
diri sendiri, mereka mengingat-ingat Allah SWT lalu memohon ampun atas
dosa-dosa mereka dan bertaubat (kembali) kepada-Nya dengan ikhlas.
Maka ia seperti tidak memiliki dosa kembali bagaikan bayi yang baru lahir).
Kelima, memiliki kecerdasan intlektual. Pada ayat yang lain menjelaskan
bahwa dengan bertakwa dengan sebenar-benar takwa, Allah SWT akan
memberikan ilmu kepadanya secara langsung.
Kecerdasan Finansial
Orang bertakwa yang memiliki kecerdasan nansial itu tidak
sekedar pandai mencari uang, tidak sekedar pandai mengumpulkan pundipundi kekayaan, tidak sekedar trampil membuka gembok-gembok rizki,
tidak sekedar membuka pintu-pintu karunia. Tetapi, gemar pula berinfak,
untuk membersihkan dan melipat gandakan harta itu sendiri. Jadi kaya itu
berkaitan dengan sikap mental.
Rasulullah SAW telah memberikan denisi yang jelas tentang
orang yang mempunyai kecerdasan nansial.
51

Yang disebut al-ghina (orang yang cerdas nansial) itu bukanlah


mereka yang sekedar memiliki harta yang banyak, tetapi al-ghina itu mereka
yang kaya jiwa (HR. Bukhari).
Bukan disebut cerdas nansial orang yang memiliki harta yang
banyak tetapi serakah dan kikir. Apa gunanya memiliki banyak kekayaan
tetapi tidak dibelanjakan. Sebagaimana air yang tidak dialirkan, harta yang
ditumpuk akan menjadi sarang penyakit. Seharusnya berapa pun yang
diinfakkan tidak masalah jika sabilillah. Pantang dibelanjakan satu rupiah
pun untuk maksiat.
Harta bagi orang yang terjangkiti virus ruhani kikir adalah segalagalanya. Semakin banyak yang ia terima, ia semakin rakus. Bagaikan
meminum air laut, semakin banyak meminumnya semakin haus. Ia
mengira harta itu mengekalkan kehidupannya. Ia memandang harta
sebagai hak milik, bukan hak pakai atau hak guna (titipan dari Allah SWT).
Bahkan, pada akhirnya harta dijadikan tandingan tuhan.
Akan datang sesudahmu kaum yang memakan kemewahan dunia
dengan segala ragamnya, yang mengendarai kendaraan yang bagus dengan
segala ragamnya dan menikahi wanita-wanita cantik dengan segala
ragamnya, memakai pakaian yang seindah-indahnya dengan segala
ragamnya. Mereka mempunyai perut yang tidak kenyang dengan yang
sedikit, dan nafsu yang tidak puas dengan yang banyak. Mereka
menudukkan diri kepada dunia, pagi dan sore harinya mengejar dunia.
Mereka menjadikan dunia sebagai tuhan dan pengatur mereka. Mereka
mengikuti perintahnya dan menjauhi larangannya. Mereka adalah sejelekjeleknya umatku (HR. abrani dalam Al-Kabir).

52

Bila dunia sudah dibesarkan, maka bukan saja Allah SWT - yang
tampak kecil menjadi kecil, melainkan kebenaran yang tampak jelas pun
menjadi tidak kelihatan. Bukan buta mata kita, tetapi hati kita yang buta.
Kita menjadi acuh tak acuh kepada penderitaan orang lain. Kita dapat
berfoya-foya di atas penderitaan orang lain. Tidak pernah terlintas dalam
pikiran kita bahwa pada saat kita menikmati makanan yang enak, di tempat
lain ada tubuh kurus yang yang direnggut nyawa perlahan-lahan karena
tidak sanggup membayar biaya rumah sakit. Ada anak-anak cerdas yang
memandang kawan-kawannya dari luar pagar sekolah karena tidak dapat
membayar iuran sekolah. Ada bayi-bayi merah yang kehilangan dekapan
kasih sayang dan air susu karena ibunya tidak dapat meninggalkan rumah
majikannya.
Allah SWT mengancam terhadap orang yang memiliki pandangan
negatif /miring dengan harta.
Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang
mengumpulkan harta dan menghitung-hitung [mengumpulkan dan
menghitung-hitung harta yang karenanya dia menjadi kikir dan tidak mau
menafkahkannya di jalan Allah], dia mengira bahwa hartanya itu dapat
mengkekalkannya, sekali-kali tidak ! Sesungguhnya dia benar-benar akan
dilemparkan ke dalam Huthamah. (QS. Al Humazah (104) : 1-4).
Tidak termasuk cerdas nansial orang yang kaya raya tetapi
serakah. Sekalipun kaya secara lahiriyah tetapi jiwanya miskin. Sekalipun
kaya, tapi masih menginginkan harta orang lain dengan menghalalkan
segala cara. Sekalipun hartanya banyak, tetapi tidak cukup.
Perhatikan, para koruptor itu bukanlah orang-orang miskin.
Mereka bukan orang yang tidak punya duit. Mereka punya rumah besar,
53

mobil mewah, dan harta berlimpah, tapi karena mereka serakah, masih saja
tega merampok harta negara. Mereka terjangkiti penyakit Takatsur
(menumpuk-numpuk harta, pengaruh, massa, pengikut, dll).
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk
ke dalam kubur. janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat
perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.
janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin,
niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim (QS. At Takatsur
(102) : 1-6).
Dengan takatsur akan melahirkan penyakit turunan yang menjadi
pemicu pelanggaran manusia di muka bumi ini sepanjang peradaban
manusia. Yaitu, serakah yang diwariskan Adam, sombong yang diwariskan
Iblis dan dengki yang diwariskan Qabil.
Waspada dan jauhi al-kibr (sombong), karena sesungguhnya Iblis
terbawa sifat al-kibr sehingga menolak perintah Allah subhanahu wa ta'ala
agar bersujud (menghormati) kepada Adam 'alaihis salam. Waspada dan
jauhi al-hirsh (serakah), karena sesungguhnya Adam 'alaihis salam terbawa
sifat al-hirsh sehingga makan dari pohon yang dilarang oleh Allah
subhanahu wa ta'ala. Waspada serta jauhi al-hasad (dengki), karena
sesungguhnya kedua putra Adam 'alaihis salam salah seorang dari
keduanya membunuh saudaranya hanya karena al-hasad. Ketiga sifat
tercela itulah asal segala kesalahan (di dunia ini). (HR Ibnu Asakir dari Ibnu
Masud, dalam Mukhtaru al-Ahadits).
Di tengah jutaan rakyat miskin masih banyak para pejabat yang
gemar memamerkan kekayaan hasil korupsi. Hilang pada diri mereka rasa
prikemanusiaan dan rasa takut kepada Allah SWT. Telah lenyap pada diri
54

mereka kekhawatiran terhadap perhitungan yaumul hisab. Sesungguhnya


keadaan ini telah diprediksi oleh Rasulullah SAW.
Akan tiba bagi manusia suata masa pada saat orang tidak lagi
peduli apakah harta yang diperolehnya halal atau haram (HR. Bukhari).
Pejabat tinggi melakukan korupsi secara besar-besaran. Pejabat
kecil melakukan korupsi kecil-kecilan. Yang menjadi korban adalah rakyat
kebanyakan. Kekayaan negara yang demikian melimpah hanya dinikmati
oleh segelintir kecil orang. Rakyat kebanyakan harus rela hidup di bawah
garis kemiskinan. Orang miskin tidak boleh sakit. Orang miskin tidak boleh
pintar. Orang miskin tidak boleh menikmati karunia Allah di bumi dan di
langit. Terjadilah ketimpangan dalam distribusi wewenang dan hasil
pembangunan. Bertolak dari sinilah terjadinya kehancuran berbagai negeri.
Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di
antara kamu (QS. Al Hasyr (59) : 7).
Kita tidak boleh membiarkan ketimpangan sosial ini terus terjadi.
Kita harus berjuang dengan cara mencerdaskan masyarakat kita, terutama
para pejabat kita yang suka melakukan manipulasi angka-angka. Kita ajari
mereka agar memiliki kecerdasan nansial sehingga kemakmuran rakyat
yang menjadi cita-cita berdirinya negara Indonesia itu dapat terwujud.
Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (negeri yang makmur dan
memperoleh ampunan dari Tuhan Yang Maha Pengampun).
Hidup di zaman sekarang ini memang berat. Semua serba uang. Ma
fulus ashbaha manfus. Ma dhuwit ashbaha terjepit. Mau melahirkan
anak memerlukan uang. Mau makan, mau sekolah, bahkan mau ke WC di
terminal pun harus mengeluarkan uang. Apalagi kalau sakit, mati pun
mengeluarkan uang.
55

Hal ini sesuai dengan prediksi Rasulullah SAW. : Pada akhir zaman
kelak manusia harus menyediakan harta untuk menegakkan urusan agama
dan urusan dunianya (HR. abrani).
Memang dengan harta yang cukup kita dapat memelihara harga
diri kita dari meminta-minta, dan kita bisa menolong orang lain. Dengan
harta yang cukup kita dapat makan dan minum yang halal dan thayib, bisa
bersedekah dan bisa beribadah haji. Kita bisa makan kenyang (mangan
wareg), tidur pulas (turu anteng), menutup aurat (sandang rapet), tempat
tinggal yang mapan (papan mapan), hidup tenang (urip kepenak).
Rasulullah SAW bersabda : Wahai Amru alangkah bagusnya harta
yang baik di tangan orang yang shalih (HR. Ahmad).
Arahan Rasulullah SAW diatas mengingatkan kaum muslimin
untuk cerdas secara nansial, yakni mereka dapat menguasai harta
berbanding lurus dengan ketrampilan dalam membelanjakannya sebaikbaiknya untuk meninggikan kalimat Allah SWT. Harta dimanfaatkan untuk
membantu orang-orang yang memerlukannya. Harta yang cukup
memadai untuk mengurai kerumitan sosial dan harta yang cukup untuk
kemaslahatan umat dan bangsa.
Kecerdasan Emosional
Ciri kedua orang yang bertakwa adalah wal kaadziminal ghaidza
(orang-orang yang dapat menahan diri ketika marah). Kalau boleh
mengambil istilah sekarang dikenal dengan kecerdasan emosional. Jika ia
marah, maka dipusatkan pada kedipan mata. Anggota tubuh yang lain
tidak diizinkan untuk bergerak. Kemudian berwudhu dan shalat dua
rokaat. Jadi kekuatan mental tidak diukur pada kekuatan pisik, tetapi dapat
56

mengendalikan marah.
Berpuluh-puluh tahun yang lalu, orang hanya mengenal satu jenis
kecerdasan, yaitu kecerdasan intelektual atau dikenal dengan IQ. Pada saat
itu, keberhasilan dan keberuntungan orang diukur oleh seberapa tinggi IQ
nya. Semakin tinggi IQ yang dimilikinya kemungkinan berhasilnya sangat
besar. Itulah sebabnya semua lembaga pendidikan, instansi pemerintah,
lembaga bisnis, melakukan tes IQ dalam rekruitmen siswa, pegawai dan
karyawan.
Dengan perguliran dan pergiliran masa dan setelah melalui
serangkaian penelitian menunjukkan bahwa IQ bukan segala-galanya.
Bahkan IQ merujuk penelitian tersebut hanya menyumbang 15% saja
tingkat keberhasilan seseorang. Yang mengejutkan justru EQ (Emotional
Quotient) lah yang menjadi faktor penentu, sekitar 60% sampai 85%
penentu kesuksesan.
Ternyata faktor kesabaran, keuletan, kegigihan, disiplin, dan tidak
mudah emosi merupakan kunci keberhasilan manusia dalam membangun
kesuksesan hidup. Betapa banyak orang yang pintar, yang nilai
akademisnya di atas rata-rata, tapi kehidupannya gagal. Keberadaanya
tidak memberikan manfaat kepada orang lain.
Empat

belas yang silam Al-Quran dan As Sunnah telah

mengenalkan sosok-sosok yang memiliki kecerdasan emosional yang


mapan. Nabi Yusuf as. Rasulullah SAW dan para rasul ulul 'azmi. Diantara
sahabat yang memiliki kecardasan itu adalah Ali bin Abi alib krw.
Dalam sebuah pertempuran, Ali bin Abi alib ra terlibat duel
dengan salah satu jawara kaum musyrik. Ia berhasil menjatuhkan lawannya.
Ketika ia akan membunuhnya, sang musuh meludahi Ali dan mengenai
57

seluruh wajahnya. Atas peristiwa itu Ali mengurungkan niatnya dan berlalu
meninggalkannya (tidak jadi membunuh lawannya yang sudah tidak
berdaya itu).
Orang musyrik itu memandang aneh sikap Ali. Ia bertanya, Hendak
kemanakah engkau wahai ahlul bait (keluarga Rasulullah SAW)? Ali
menjawab, Mulanya aku berperang karena Allah, namun ketika engkau
melakukan apa yang engkau lakukan terhadap diriku (meludahiku), aku
sangat khawatir membunuhmu hanya didorong oleh hawa nafsu (sebagai
balas dendam dan pelampiasan kemarahanku). Jadi, aku sekarang
membebaskanmu karena ingin meraih ridha Allah SWT.
Orang itu pun berkata, Seharusnya kelakuanku lebih memancing
dan menyulut kemarahanmu hingga engkau segera membunuhku. Jika,
agama yang kalian anut sangat mengajarkan toleransi (tasamuh), maka
sudah pastilah agama yang lurus dan benar. Dengan demikian, aku
menyatakan diri untuk masuk Islam.
Dari sekelumit kisah diatas kita bisa mengambil ibrah (pelajaran di
balik sebuah peristiwa) dan 'ubur (jembatan menuju sukses). Yaitu
memenej (mengelola) sebuah emosi. Inilah musuh kita yang berat kita
lawan, kerena abstrak (tidak tampak). Kita melawan dan memusuhi diri
kita sendiri
Dalam posisi apa pun kita sangat memerlukan kecerdasan
emosional ini. Sebagai suami kita harus pandai memimpin istri dan anakanak. Keberadaannya menjadi sumber kebahagiaan dan ketenteraman
keluarga. Kita dituntut untuk sabar, mau mendengar keluhan, empati
terhadap orang lain, menghargai, memberi apresiasi, mau meminta maaf
dan mudah memaafkan. Karena tidak mudah memaafkan sama dengan
58

mengumpulkan kejelekan. Mau memberi maaf identik dengan


mengumpulkan poin kemenangan. Serta tidak pelit untuk mengucapkan
terima kasih atas keberhasilan orang lain. Kita perlu bermuhasabah, berapa
kali kita mengucapkan terima kasih kepada istri kita? Tidakkah ia melayani
kita setiap hari.
Sebagai istri sudahkah kita menjadi sumber kebahagiaan keluarga,
taat kepada suami, dapat dipercaya, menjaga kehormatan diri,
berpenampilan yang bersih dan menarik? Sekalipun istri memiliki posisi
yang lebih tinggi dari suami, memiliki penghasilan lebih tinggi dari suami,
ketika di rumah yang menjadi pemimpin adalah suami. Suami menyayangi
istri dan istri memuliakan suami. Saling menghurmati dan salaing
menyayangi adalah modal penting untuk merangkai sakinah, mawaddah
dan rahmah dalam rumah tangga. Suasana keluarga itulah yang sangat
diperlukan untuk menumbuhkan pisik dan psikis anak.
Kecerdasan Sosial
Ciri ketiga orang yang bertakwa adalah memiliki kecerdasan sosial,
wal 'ana 'anin-nas (mudah memaafkan orang lain). Tidak mudah hidup
bermasyarakat. Ada seribu satu masalah yang menyertai kehidupan
bersama. Karena manusia bukanlah kumpulan malaikat. Disamping
memiliki kelebihan juga mempunyai banyak kelemahan. Di dalamnya tidak
jarang terjadi tnah, beredar gosip, gunjingan, ghibah, namimah dan adu
domba. Orang yang memiliki kecerdasan sosial tidak lari dari keadaan ini
dan memilih hidup menyendiri ('uzlah). Menjauhi keramaian. Justru
dinamika yang terjadi di pandang sebagai romantika yang memperindah
panorama kehidupan. Orang yang memiliki kecerdasan sosial dapat

59

menampung segala karakter manusia. Ia berjiwa permadani. Tidak berjiwa


kerdil. Ia menyadari bahwa karakter kehidupan manusia di dunia adalah
uktuatif, mengalami pasang surut.
Rasulullah SAW bersabda: Seorang mukmin yang bergaul dan sabar
atas terhadap gangguan orang, lebih besar pahalanya dari orang yang tidak
bergaul dengan manusia dan tidak sabar dalam menghadapi gangguan
mereka (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Senjata utama agar sukses bergaul adalah salamatush shadr (dada
selamat dari jengkel kepada yang lain), dan al Itsar (mendahulukan orang
lain melebihi dari dirinya), serta mudah memaafkan. Dengan memaafkan
hati menjadi tenang, dan ibadah menjadi khusyu'. Sebaliknya, orang yang
sulit memaafkan orang lain, dadanya menjadi sempit, hatinya dipenuhi
rasa dendam, dan pikirannya diliputi keinginan untuk membalas. Ada
sesal, marah, dendam, kecewa, dan sakit hati, menggumpal menjadi
penyakit jiwa yang tidak ada obatnya. Jika ini dibiarkan maka energi positif
pada diri manusia akan habis.
Memaafkan merupakan cara yang paling manjur untuk
membebaskan manusia dari berbagai penyakit kejiwaan. Orang yang
mudah memaafkan mentalnya sehat, pikirannya positif, hatinya lapang.
Tentu, akan terbuka pula karunia dan rizki dari Allah SWT. Mari kita
membuka pintu maaf seluas-luasnya untuk anak, istri, tetangga, teman
sekantor, kerabat dekat dan kerabat jauh, mitra dan rival kita, seraya kita
doakan agar kebaikan, keberuntungan, kesuksesan, kemuliaan, menyertai
kehidupan mereka.

60

Kecerdasan Spiritual
Terakhir,

wa idza fa'alu fahisyatan aw zhalamu anfusahum

dzakarullah, fastaghfaru li dzunubihim, apabila berbuat kesalahan atau


menganiaya diri sendiri. Mereka segera mengingat Allah SWT dan mohon
ampun.
Tidak ada dosa kecil yang dilakukan secara terus-menerus dan
tidak ada dosa yang disusul langsung dengan mohon ampun kepada Allah
SWT dengan penuh penyesalan (laa shaghirota ma'a ishrar wa laa kabirata
ma'a istighfar). Konsekuensinya setelah itu akan naik garik keimanannya.
Karena ia sudah sadar dan minta dihapus kesalahannya. Suatu yang paling
mahal dalam kehidupan ini adalah sadar.
Betapa banyak manusia hari ini yang tidak memiliki kesadaran yang
baik. Pemimpin tidak menyadari bahwa dirinya memikul amanah. Rakyat
tidak menyadari bahwa dirinya harus taat pada pemimpin. Suami tidak
sadar tugas dan tanggungjawabnya. Istri yang tidak sadar posisinya. Guru
yang tidak sadar akan kedudukannya. Dan murid yang tidak sadar akan
fungsinya, dll.
Ciri keempat orang yang bertakwa memiliki kecerdasan spiritual.
Orang yang memiliki kecerdasan spiritual selalu merasa dimonitor oleh
Allah SWT. Orang bertakwa memahami bahwa dalam lintasan perasaan
dan kesadaran yang paling dalam bahwa dirinya meyakini secara utuh
bahwa Allah SWT selalu menyertai detik-detik kehidupannya
(ma'iyyatullah), mengawasi (muraqabatullah), memparhatikannya
(ihsan), dan selalu memberikan karunia kepadanya (ihsanullah).

61

(Yaitu Tuhan) yang telah menciptakan Aku, Maka Dialah yang


menunjuki Aku, dan Tuhanku, yang Dia memberi Makan dan minum
kepadaKu, dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku, dan
yang akan mematikan Aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali),
(QS. Asy Sy'ara (26) : 78-81).
Hanya Dialah yang menciptakan dunia dan panoramanya yang
indah sejauh mata memandang.
Katakanlah: "Segala puji bagi Allah dan Kesejahteraan atas hambahamba-Nya yang dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa
yang mereka persekutukan dengan Dia?" atau siapakah yang telah
menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari
langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang
berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu
menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah disamping Allah ada Tuhan
(yang lain)? bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang
menyimpang (dari kebenaran). atau siapakah yang telah menjadikan bumi
sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celahcelahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkan)nya
dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah disamping Allah
ada Tuhan (yang lain)? bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak
mengetahui. atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam
kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan
kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi
[wakil Allah SWT]? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? Amat
sedikitlah kamu mengingati (Nya). atau siapakah yang memimpin kamu
dalam kegelapan di dataran dan lautan dan siapa (pula)kah yang
62

mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan)


rahmat-Nya [air hujan]? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)?
Maha Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya).
atau siapakah yang menciptakan (manusia dari permulaannya), kemudian
mengulanginya (lagi), dan siapa (pula) yang memberikan rezki kepadamu
dari langit dan bumi? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)?.
Katakanlah: "Unjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orangorang yang benar". (QS. An Naml (27) : 59-64).
Yang dimaksud dua laut di sini ialah laut yang asin dan sungai yang
besar bermuara ke laut. sungai yang tawar itu setelah sampai di muara tidak
langsung menjadi asin.
Dia Maha Mengetahui segala yang tersembunyi dan yang nampak
(lahiriyah dan batiniyah). Serta mengetahui pandangan mata yang
berkhianat (bermaksud jahat).
Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? tiada pembicaraan rahasia
antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. dan tiada (pembicaraan
antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. dan tiada (pula)
pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak,
melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka berada.
kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa
yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala
sesuatu (QS. Al Mujadalah (58) : 7).
Bahkan Dia Maha Mengetahui kunci-kunci semua yang ghaib
(tidak tembus pandang indra lahiriyah).

63

Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada
yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di
daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan
bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis
dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)" (QS. Al Anam (6) : 59).
Dia memiliki segala sifat kesempurnaan dan jauh dari segala sifat
kekurangan. Itulah sifat yang indah yang Dia sendiri mensifati diri-Nya
dengan sifat-sifat tersebut (asmaul husna).
Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang
ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha
Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang
Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha
suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah yang
Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai
asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan
Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS. Al Hasyr (59) : 22-24).
Dengan keyakinan seperti itu ia akan merdeka dari kungkungan
hawa nafsu, dorongan kejahatan, bisikan syetan la'natullah, rayuan tahta,
harta dan wanita. Ia merasa bahwa Allah SWT hadir dan terlibat secara aktif
dalam uktuasi (pasang surut) kehidupannya di dunia ini. Maka, ia perlu
hadir di dunia ini hanya ingin bermanfaat (bermakna) dan memberikan
manfaat kepada orang lain.
Simaklah kata-kata pujangga muslim ini :

64

Jika engkau sunyi seorang diri


Jangan engkau bilang aku sepi sendiri
Namun ucapkan olehmu
Malaikat Raqib tetap bersamaku
Jangan engkau kira Allah lengah walau sesaat
Apapun yang tersembunyi segalanya
Tidak ada yang misteri (tersembunyi) bagi Allah SWT.
Dalam keadaan demikian maka ia akan selalu dalam keadaan yang
paling baik. Ia malu berbuat jahat. Bukan besar-kecilnya kejahatan yang
dilakukan, tetapi berhadapan dengan siapakah ketika ia melanggar! Di sisi
lain ia akan teguh, tegar dan tahan uji dalam memperjuangkan kebenaran.
Karena, ia yakin bahwa Allah SWT akan selalu membantunya. Ia tidak akan
kehabisan energi untuk berbuat baik, karena ia yakin disamping
perbuatannya akan dibalas dengan balasan yang lebih baik, kebaikan itu
akan kembali kepada dirinya sendiri.
Kecerdasan Intelektual
Orang yang 'alim dan bertakwa, maka cerdas lisan dan pikirannya
serta hatinya. Sedangkan orang 'alim yang tidak bertakwa, hanya cerdas
otaknya, lisannya, tetapi hatinya gelap dan sempit serta terjangkiti penyakit
ruhani, serakah, sombong dan dengki. Ketiganya adalah induk perbuatan
dosa manusia sepanjang sejarah. Akan terhalang untuk memperoleh
hidayah dan tauq dari-Nya. Sedangkan orang yang bodoh, tetapi
bertakwa maka otaknya sekalipun tidak cerdas, lisannya juga kurang lancar,
tetapi hatinya cerdas dan steril dari penyakit ruhani. Dengan hati yang

65

bersih, sesungguhnya akan terbuka pikirannya. Insya Allah. Maka akan


terbuka pula pintu-pintu ilmu dan karunia dari-Nya.
Dengan modal takwa seseorang akan mendapatkan ilmu yang
bermanfaat. Suatu ilmu yang mengantarkan pemiliknya bertambah dekat
dengan Allah SWT. Inilah ilmu yang membela pemiliknya pada Mahkamah
Ilahi (hujjatun lahu). Sedangkan ilmu yang tidak bermanfaat akan
menggugat pemiliknya di akhirat (hujjatun 'alaihi). Jadi, ada ilmu yang
menjadi wasilah kedekatan kepada Allah SWT (wasilatut taqarrub ilaihi)
dan ada ilmu yang menjadi media untuk menjauhkan dirinya dari Allah
SWT (wasilatut taba'ud 'anillah).
Barangsiapa yang bertambah ilmunya tapi tidak bertambah
petunjuknya, maka tidak akan bertambah kecuali dia akan makin jauh dari
Allah SWT (HR. Dailami).
Orang-orang yang paling pedih siksanya di hari Kiamat adalah
orang 'alim yang Allah tidak memberinya manfaat dengan ilmunya (HR.
abrani).
Jadi dalam mafhumul Islam (pemahaman yang merujuk referensi
Islam), iman dan ilmu adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahpisahkan. Ilmuan yang benar menurut Islam adalah ilmuan yang berhasil
menyeimbangkan kehidupan di dunia dan akhirat, memadukan ilmu dan
iman, teori dan praktek, doa dan ikhtiar, jasmani dan ruhani, otak dan batin,
pikir dan zikir, kecerdasan intlektual, kecerdasan nansial, kecerdasan,
emosional, kecerdasan sosial, secara sinergis.
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun. (QS. Fathir (38) : 28).
66

Yang dimaksud dengan ulama dalam ayat ini ialah orang-orang


yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah. Sadar akan keterbatasn
dirinya dan sadar akan keluasan ilmu-Nya. Sehingga bertambah ilmu yang
dimilikinya, ia semakin berisi (tawadhu'). Matang kepribadiannya.
Tawadhu artinya kaya berpenampilan sederhana, pejabat berpenampilan
rakyat jelata, pandai berpenampilan bodoh. Kemudian lahir pencerahan
baru dalam struktur ruhaninya bahwa yang diciptakan oleh Allah SWT di
dunia ini tidak sia-sia.
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah
Kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imran (3) : 191).
Dia akan secara sadar mengakui keluasan ilmu Allah SWT.
Mereka menjawab : "Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui
selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami sesungguhnya
Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS. Al Baqarah (2) :
31).
Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata : "Kami beriman
kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat (yang memiliki tidak satu makna),
semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran
(daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal (QS. Ali Imran (3) : 7).
Logikanya, jika hamba selalu dekat dengan Allah SWT maka akan
dekat pula dengan pertolongan, rahmat dan maghrah-Nya. Sebaliknya,
hamba yang jauh dari Allah SWT maka akan jauh pula dari rahmat, tauq,
hidayah, dan maghrah-Nya. Ketika Adam taat dan berada di surga, Allah
67

mendekat kepadanya. Ketika ia melanggar dengan makan buah khuldi,


Allah SWT menjauhinya.
Allah SWT berrman dalam Surat Al Baqarah ayat 282. Ayat ini
merupakan sambungan dari ayat yang menjelaskan tentang kecermatan
dalam pencatatan hutang-piutang.
Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarimu; dan Allah
Maha mengetahui segala sesuatu.
Berbuat maksiat akan menghalangi seseorang untuk memperoleh
ilmu-Nya. Imam Syai pernah mengadu kepada gurunya.
Aku mengadu kepada guruku Waki' atas kejelekan hafalanku. Maka
ia memberi nasihat kepadaku agar meninggalkan dosa. Sesungguhnya ilmu
itu cahaya. Dan cahaya tidak akan diberikan kepada orang yang berbuat
dosa.
Sebuah penelitian medis baru-baru ini mengungkapkan adanya
serangkaian perubahan dalam tubuh manusia selama ia dalam keadaan
berdoa (shalat) atau meditasi. Menurut penelitian tersebut, perubahan
pertama yang tampak adalah adanya integrasi pikiran sepenuhnya dengan
alam semesta setelah lima puluh detik memulai doa (shalat) atau meditasi.
Karena, ketika shalat seluruh indra lahir dan indra batin tunduk secara
bersamaan kepada Allah SWT.
Studi yang dilakukan oleh Ramchandran, seorang peneliti Amerika,
bersama-sama dengan sekelompok peneliti lainnya menunjukkan bahwa
laju pernapasan dan konsumsi oksigen dalam tubuh manusia berkurang
selama doa (shalat) dalam kisaran antara 20 dan 30%, di samping resistensi
kulit meningkat dan darah tinggi lebih membeku.
Hasil penelitian tersebut melaporkan bahwa sebuah gambar yang
68

ditangkap melalui CT scan menunjukkan adanya aktivitas kerja otak yang


sangat menakjubkan selama seseorang itu berdoa (shalat). Tercatat bahwa
gambar otak seseorang dalam keadaan berdoa (shalat) atau meditasi
berbeda dengan gambar (otak) dalam keadaan normal. Aktivitas sel-sel
saraf di otak telah berkurang dan terdapat warna mengkilap yang muncul
di radiologi.
Ramchandran menegaskan bahwa hasil gambar ini merupakan
bukti ilmiah mengenai apa yang yang disebut spiritual transenden dan
kehadiran agama di dalam otak, yang membawa dampak terhadap seluruh
anggota, seperti otot, mata, sendi dan keseimbangan organ-organ tubuh.
Ia juga menambahkan bahwa semua anggota tubuh mengirim
sinyal ke otak selama seseorang berdo'a (shalat) atau meditasi, hal inilah
yang menyebabkan aktivitas otak meningkat, sehingga otak kehilangan
kontak dengan tubuh sepenuhnya hanya menjadi pikiran murni dan
menarik diri dari alam dunia ke dunia lain.
Pada gilirannya, penelitian tersebut merupakan upaya yang
signikan dari para ilmuwan untuk mengungkap batas hambatan antara
manusia dan rahasia otak. Penelitian ini mendapat apresiasi kepuasan dari
sebuah penerbitan Sains di AS. Penelitian ini penting untuk menjelaskan
hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan.
Yang perlu diperhatikan bahwa hal ini benar-benar membantah
hasil studi dan penelitian William James, seorang pelopor psikologi agama,
tentang misteri agama dalam otak yang menyimpulkan bahwa ilmu
pengetahuan dan agama adalah dua dunia yang sama sekali berbeda. Dua
dimensi yang kontradiktif itu mustahil dapat dipertemukan untuk selamalamanya, katanya. Subhanallah!
69

Maha benar rman Allah SWT berikut :


Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah
kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan
rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang
dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. dan
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Hadid (57) : 14).
Karakteristik yang menonjol pada diri orang-orang yang bertakwa
diperkuat dengan rman Allah SWT berikut ini.
Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam
taman-taman (syurga) dan mata air-mata air, sambil menerima segala
pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah
orang-orang yang berbuat kebaikan. di dunia mereka sedikit sekali tidur
diwaktu malam. dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum
fajar. dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian [tidak minta-minta
karena ingin memelihara diri]. (QS. Adz Dzariyat (51) : 15-19).

70

Anda mungkin juga menyukai