Anda di halaman 1dari 2

Perlu kita syukuri karena bulan Muharram termasuk bulan yang mulia.

Menurut Ibnu al-Jauzi


dalam kitab at-Tabshîrah juz 2 halaman 6, bulan Muharram adalah bulan yang mulia derajatnya.
Dinamakan dengan bulan Muharram, karena Allah ‫ ﷻ‬mengharamkan peperangan dan konflik di bulan
mulia ini. Selain itu, bulan ini juga termasuk salah satu dari bulan-bulan yang mulia, yaitu Muharram,
Dzulhijjah, Dzulqa’dah, dan Rajab. Sebagaimana firman Allah dalam Surat at-Taubah:36:

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu
(lauhul mahfudz). Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram.” (QS at-Taubah:
36)
Hadirin rohimakumulloh Bulan Muharram adalah momen terbaik untuk meningkatkan kebaikan
dan ketakwaan kepada Allah ‫ﷻ‬. Di bulan Muharram ini terdapat hari yang istimewa, yaitu hari ‘Asyura.
Di hari tersebut umat Islam disunnahkan untuk berpuasa. Imam An-Nawawi dalam Syarah Shahih
Muslim, Juz 8 halaman 9 menjelaskan sebuah hadits shahih riwayat Imam Muslim:

Dari Ibnu Abbas RA, beliau berkata: "Rasulullah ‫ ﷺ‬hadir di kota Madinah, kemudian beliau menjumpai
orang Yahudi berpuasa di bulan ‘Asyura, kemudian mereka ditanya tentang puasanya tersebut, mereka
menjawab: hari ini adalah hari dimana Allah ‫ ﷻ‬memberikan kemenangan kepada Nabi Musa AS dan
Bani Israil atas Fir’aun, maka kami berpuasa untuk menghormati Nabi Musa. Kemudian Nabi bersabda:
Kami (umat Islam) lebih utama dengan Nabi Musa dibanding dengan kalian, Kemudian Nabi Muhammad
memerintahkan untuk berpuasa di hari ‘Asyura."
Dalam riwayat lain, para sahabat kemudian bertanya pada Nabi, bahwa hari ‘Asyura adalah hari yang
dimuliakan oleh orang Yahudi dan Nasrani. Kemudian Nabi bersabda: Insya Allah tahun depan kita
berpuasa di hari yang ke Sembilan. Dari hadits tersebut di atas, Imam Syafi’i berpendapat bahwa
disunnahkan berpuasa di hari Sembilan dan sepuluh di bulan Muharram. Karena Nabi telah melaksanakan
puasa di hari ‘Asyura dan berniat puasa di hari ke Sembilan di bulan Muharram (dikutip Imam An-
Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim juz 8 halaman 9). Dari beberapa riwayat hadits di atas dapat kita
simpulkan bahwa umat Islam disunnahkan untuk melakukan puasa di hari ke Sembilan dan hari ‘Asyura
di bulan Muharram.
Jamaah rohimakumulloh Mengapa hari Asyura disebut dengan Asyura (sepuluh)? Badaruddin
al-‘Aini dalam kitab Umdatul Qari’ Syarah Shahih Bukhari, juz 11, halaman 117, beliau menjelaskan
sebuah pendapat bahwa di hari ‘Asyura Allah ‫ ﷻ‬memberikan kemuliaan dan kehormatan kepada sepuluh
nabi-Nya. Yaitu (1) kemenangan Nabi Musa atas Fir’aun, (2) pendaratan kapal Nabi Nuh, (3) keselamatan
Nabi Yunus dengan keluar dari perut ikan, (4) ampunan Allah untuk Nabi Adam AS, (5) keselamatan
Nabi Yusuf dengan keluar dari sumur pembuangan, (6) kelahiran Nabi Isa AS, (7) ampunan Allah untuk
Nabi Dawud, (8) kelahiran Nabi Ibrahim AS, (9) Nabi Ya’qub dapat kembali melihat, dan (10) ampunan
Allah untuk Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, baik kesalahan yang telah lampau maupun yang akan datang.
Jamaah rohimakumulloh Puasa hari ‘Asyura sangat dianjurkan karena memiliki beberapa
keutamaan, Imam Turmudzi meriwayatkan hadits hasan dalam kitab Sunan Turmudzi juz 2 halaman 109,
bahwa orang yang berpuasa di hari ‘Asyura akan mendapatkan ampunan dari Allah ‫ﷻ‬. Sebagaimana
sabda Nabi
“Suatu ketika seorang laki-laki bertanya pada Nabi, apa yang akan engkau perintahkan kepadaku wahai
Nabi setelah saya berpuasa di bulan ramadhan? Nabi bersabda: Berpuasalah di bulan Muharram,
Muharram adalah bulan milik Allah, di bulan itu Allah menerima taubat satu kaum dan menerima taubat
kaum yang lainnya.” (HR. Tirmidzi) Selain itu, Ibnu Majah meriwayatkan sebuah hadits sahih dalam kitab
Sunan Ibnu Majah, juz 1 halaman 553, bahwa barang siapa puasa di hari ‘Asyura akan dihapus kesalahan
satu tahun yang telah lalu, sebagaimana sabda Nabi:

Berpuasa di hari ‘Asyura, sesungguhnya saya mengira bahwa Allah akan menghapus kesalahan di tahun
yang telah lalu (HR. Ibnu Majah). Hadirin rohimakumulloh Ibnu al-Jauzi dalam kitab at-Tabshîrah juz 2
halaman 6 menyimpulkan bahwa bulan Muharram adalah bulan yang mulia, hari ‘Asyura adalah hari yang
mulia. Bulan Muharram adalah musim kebaikan, momen yang baik untuk melakukan perdamaian, momen
yang baik untuk meningkatkan amal, sedekah, menyantuni anak yatim, dan menolong mereka yang
membutuhkan. Bulan Muharram sebagai bulan awal tahun baru hijriah menjadi momen yang terbaik
untuk melakukan hijrah, hijrah dari sifat yang tercela menuju sifat yang terpuji. Abu Sulaiman
sebagaimana dikutip Abu Na’im dalam kitab Hilyatul Auliya’ juz 9 halaman 269 menyatakan:

Barangsiapa hari ini keadaannya masih sama dengan kemarin, maka ia dalam keadaan kurang baik.” Dari
pernyataan tersebut, mari kita bangkitkan motivasi kita untuk berubah dan berhijrah ke perilaku yang baik,
semakin merekatkan persaudaraan, memanfaatkan potensi yang kita miliki sesuai dengan profesi masing-
masing untuk membantu orang lain, membantu agama, dan membantu negara. Seseorang hamba akan
selalu mendapatkan perlindungan dari Allah ‫ ﷻ‬selama ia bermanfaat dan membantu kesusahan
saudaranya. Semoga kita dapat menjadi orang yang selalu berhijrah menuju kebaikan dan menjadi orang
yang bermanfaat untuk masyarakat, agama, dan bangsa. Aamiin.

Anda mungkin juga menyukai